0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
67 tayangan10 halaman

LP Igd

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GEA

RUANGAN IGD

RSUD POLEWALI MANDAR

OLEH:

NAMA : SRI HARTINA

NIM : B0320726

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI NERS

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. Definisi
Gastroenteritis adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala
diare, dengan atau tanpa disertai muntah, dan sering kali disertai peningkatan suhu
tubuh.
Menurut Asdil (2017), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan
atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Menurut Suradi & Rita (2019), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana
terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa
disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung
atau usus.

2. Etiologi

a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare,
meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus,
Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur
(C. albicans).

b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat


menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia,
ensefalitis dan sebagainya.

c. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),


monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa
merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu
dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.

d. Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi
terhadap jenis makanan tertentu.
e. Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas).

3. Manifestasi klinis

Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,


hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat
badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol,
turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
oleh deplesi air yang isotonik.

Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam


karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul)

Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa


renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul
aritmia jantung.

Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai


timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.

4. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan tinja.

b. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila


memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah atau
astrup, bila memungkinkan.

c. Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.


d. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau
parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

5. Penatalaksanaan

Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam


mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral
rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera
apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di
rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah
gejala dehidrasi nampak.

Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara
intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata
lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan
untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya,
kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-
lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi
masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah
yang fatal.

Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS.
Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare
dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease).

Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia,
Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik
yang diberikan dapat membasmi kuman.

Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan
antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan
untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan
suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut
kalau kondisi sudah membaik.
6. Komplikasi

Komplikasi diare ialah: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, disritmia


jantung (yang disebabkan oleh hipokalemia dan hipokalsemia), hiponatremia, dan
shock hipovolemik

7. Pathway

Faktor makanan faktor infeksi Faktor malabsorbsi


(Makanan basi, beracun, alergi makanan) (Bakteri dan virus) (karbohidrat, protein,
lemak)

Masuk kedalam tubuh makanan tidak diserap oleh villi usus

Mencapai usus halus infeksi usus halus Peningkatan tekanan osmotik dalam lumen
usus

Menstimulus dinding usus halus Malabsorbsi makanan dan cairan


Diare

Peningkatan isi (rongga) lumen usus

Gangguan pola
tidur
Hiperperistaltik

Peningkatan percepatan kontak makanan dan air dengan mukosa usus

Penyerapan makanan, air, elektrolit terganggu

GEA
Refleks spasme otot dinding
perut
Output cairan dan elektrolit berlebihan Muntah dan sering defekasi

Nyeri akut
Dehidrasi Intake tidak adekuat

Kekurangan Perubahan nutrisi kurang dari


volume cairan kebutuhan tubuh
Demam meningkat

Hipertermi
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian yang sistematis meliputi pengumpulan data, analisa data dan


penentuan masalah. Pengumpulan data diperoleh dengan cara intervensi, observasi,
pemeriksaan fisik. Pengkajian data adalah :

a. Identitas klien
b. Riwayat keperawatan.
1) Awalan serangan: Awalnya anak cengeng,gelisah,suhu tubuh
meningkat,anoreksia kemudian timbul diare.
2) Keluhan utama : Faeces semakin cair,muntah,bila kehilangan banyak air
dan elektrolit terjadi gejala dehidrasi,berat badan menurun. Pada bayi
ubun-ubun besar cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir
mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4 kali dengan
konsistensi encer.
c. Riwayat kesehatan masa lalu.Riwayat penyakit yang diderita, riwayat
pemberian imunisasi.
d. Riwayat psikososial keluarga.
Hospitalisasi akan menjadi stressor bagi anak itu sendiri maupun bagi
keluarga, kecemasan meningkat jika orang tua tidak mengetahui prosedur dan
pengobatan anak, setelah menyadari penyakit anaknya, mereka akan bereaksi
dengan marah dan merasa bersalah.
e. Kebutuhan dasar.
1) Pola eliminasi : akan mengalami perubahan yaitu BAB lebih dari 4 kali
sehari, BAK sedikit atau jarang.
2) Pola nutrisi : diawali dengan mual, muntah, anopreksia, menyebabkan
penurunan berat badan pasien.
3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen
yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman.
4) Pola hygiene : kebiasaan mandi setiap harinya.
5) Aktivitas : akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya
nyeri akibat distensi abdomen.
f. Pemerikasaan fisik.
1) Pemeriksaan psikologis : keadaan umum tampak lemah, kesadaran
composmentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah,
pernapasan agak cepat.
2) Pemeriksaan sistematik :
a) Inspeksi : mata cekung, ubun-ubun besar, selaput lendir, mulut dan
bibir kering, berat badan menurun, anus kemerahan.
b) Perkusi : adanya distensi abdomen.
c) Palpasi : Turgor kulit kurang elastis
d) Auskultasi : terdengarnya bising usus.
3) Pemeriksaan tingkat tumbuh kembang.
a) Pada anak diare akan mengalami gangguan karena anak dehidrasi
sehingga berat badan menurun.
g. Pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yaitu untuk
mengetahui penyebab secara kuantitatip dan kualitatif

2. Diagnosa keperawatan

a. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan berlebihan melalui feses dan muntah
serta intake terbatas (mual).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
c. Nyeri (akut) b.d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
d. Hipertermi b.d peningkatan suhu badan

3. Intervensi keperawatan

a. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses dan


muntah serta intake terbatas (mual)
Tujuan : Kebutuhan cairan akan terpenuhi dengan kriteria tidak ada tanda-
tanda dehidrasi
Intervensi:
1) Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi
2) Pantau intake dan output. yang keluar bersama feses.
3) Kaji tanda vital, tanda/gejala dehidrasi dan hasil pemeriksaan
laboratorium
4) Kolaborasi pelaksanaan terapi definitive
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan absorbsi nutrien
dan peningkatan peristaltik usus.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi dengan kriteria terjadi peningkatan berat
badan
Intervensi:
1) Pertahankan tirah baring dan pembatasan aktivitas selama fase akut.
2) Anjurkan makan sedikit tapi sering
3) Kolaborasi pemberian nutrisi parenteral sesuai indikasi
c. Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.
Tujuan : Nyeri berkurang dengan kriteria tidak terdapat lecet pada perirectal
Intervensi:
1) Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
2) Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti
masase punggung dan kompres hangat abdomen
3) Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi dan
berikan perawatan kulit
4) Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai
indikasi
5) Kaji keluhan nyeri dengan Visual Analog Scale (skala 1-5), perubahan
karakteristik nyeri, petunjuk verbal dan non verbal
d. Hipertermi b.d peningkatan suhu tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan
diharapkan suhu dapat diturunkan dengan kriteria :
a. Suhu badan anak berkurang hingga 37,5º C
b. Temperatur kulit hangat
Intervensi:
1) Kaji TTV
2) Pantau suhu
3) Beri selimut dingin/matras
4) Berikan kompres hangat
5) Ajarkan kluarga untuk kompres hangat
6) Kolaborasi pemberian obat sesuai dengan ketentuan
4. Implementasi
Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang
telah direncanakan sebelumnya.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan sejauhmana tujuan tersebut
tercapai. Bila ada yang belum tercapai maka dilakukan pengkajian ulang, kemudian
disusun rencana, kemudian dilaksanakan dalam implementasi keperawatan lalau
dievaluasi, bila dalam evaluasi belum teratasi maka dilakukan langkah awal lagi dan
seterusnya sampai tujuan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai