Laprak SPH

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena
atas rahmat dan petunjuk-Nya kami bisa menyelesaikan Laporan Struktur dan
Perkembangan Hewan II (Embriologi). Laporan ini berisi tentang Embriogenesis
beserta tahapan-tahapannya pada Landak Laut.
Laporan ini saya susun dengan harapan dapat menambah pengetahuan pembaca
dan dapat memahami tentang materi didalam laporan ini. Meskipun Laporan ini
saya susun belum sempurna, masih banyak kekurangan, saya berharap pembaca
dapat menulis kritik dan saran dalam Makalah ini. Agar laporan ini kedepannya
lebih sempurna dan lebih bermanfa’at. Aammiin.
Akhir kata, selamat belajar dan jangan lupa selalu berdo’a pada Tuhan Yang Maha
Kuasa sebelum melakukan sesuatu.

Hormat kami,

Any Khoirunnisa

i
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Embrio merupakan eukariot diploid multisel dalam tahap pertama


dalam perkembangan. Dari waktu pembelahan sel pertama sampai
kelahiran, penetasan, atau perkecambahan. Perkembangan embrio disebut
dengan embryogenesis. Embryogenesis merupakan proses perkembangan
dari zigot dengan perkembangan organ tubuh (Organogenesis), sehingga
terbentuk individu baru yang fungsional, meliputi telur segar terfertilisasi
proses pembelahan sel menjadi (2,4,8,16,32,64), morula, blastula awal,
blastula akhir, gastrula, ivaginasi, prisma dan tahap akhir terbentuknya
pluteus (Janin) (Adnan,2008).

Salah satu ciri dari makhluk hidup yaitu berkembang biak yang
merupakan suatu usaha untuk mempertahankan kelestarian hidup jenisnya.
Setiap jenis makhluk hidup didunia ini memiliki mekanisme sendiri-
sendiri dalam melakukan perkembngbiakan. Proses reproduksi pada
dasarnya adalah proses pembentukkan suatu individu baru yang berjalan
dengan mekanisme yang tetap bertahan dan teratur. Bila kondisi yang
menunjang proses reproduksi ini dalam keadaan baik dan optimal, maka
potensi hasil reproduksi tersebut akan memberi hasil yang maksimal
(Adnan,2008).

Namun bila proses ini tidak dalam keadaan baik dan optimal, maka
potensi hasil dari proses ini akan mengalami kegagalan. Kondisi seperti ini
dapat memutuskan rantai keturunan. Salah satu cara untuk mempelajari
mekanisme reproduksi adalah melalui pembelajaran embriologi sederhana
pada landak laut Sea Urchin (Temnopleurus alexandri) dapat digunakan
untuk mempelajari proses pembentukan individu baru yang melalui
berbagai macam tahap-tahap pembelahan dilakukan secara kompleks
(Adnan, 2008).

1.2 Tujuan

Memahami, mempelajari, dan mengamati perkembangan normal


embrio landak laut (Temnopleurus alexandri) dari fertilisasi sampai pada
tahap pluteus (larva).

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Embriogenesis

Embriogenesis yaitu proses pembelahan zigot menjadi embrio. Embriogenesis


dimulai dari zigot. Zigot terbentuk dari fertilisasi yang berupa sel tunggal diploid
(2n). Morula adalah hasil pembelahan zigot menjadi 64 buah sel yang mirip
anggur. Blastula adalah zigot yang telah memiliki rongga yang disebut blastosol,
yang menjadi calon rongga tubuh. Blastula kemudian akan melakukan implantasi
dan invaginasi. Gastrula adalah zigot yang telah mengalami implantasi dan
invaginasi, dan memiliki lapisan embrionik. Implantasi adalah pelekatan zigot
pada endometrium untuk membentuk membran kehamilan. Implantasi dilakukan
oleh sel luar blastula yang disebut sel trofoblas. Invaginasi adalah proses
pembentukan archenteron pada gastrula (Gilbert, 2011).

Lapisan-lapisan embrionik:

1) Ektoderm, dibentuk dari sel-sel epiblas atau kutub animal.

2) Endoderm, dibentuk dari sel-sel hipoblas atau kutub vegetal.

3) Mesoderm, dibentuk dari kedua macam sel dan kutub dan berada di antara
ektoderm dan endoderm (Gilbert, 2011).
2.2 Tahapan Embriogenesis

2.2.1 Cleavage

Pembelahan atau cleavage atau juga disebut segmentasi terjadi setelah


pembuahan, yaitu disaat masuknya sperma kedalam sel telur. Zigot
membelah berulang kali, pembelahan mitosis yang berlangsung secara
berulang-ulang ini disebut, cleavage. Proses pembelahan ini diaktifasi oleh
suatu enzim pada mitosis. Pembelahan memiliki beberapa ciri, yaitu :

1. Zygot ditransformasi melalui serangkaian pembelahan mitosis dari


keadaan uniseluller ke multiseluller
2. Ukuran embrio relatif tidak bertambah
3. Bentuk umum embrio tidak berubah keculi terbentuknya rongga blastocoel

2
4. Transformasi dari bagian substansi sitoplasma mmenjadi substansi inti.
Perubahan-perubahan kualitatif komposisi telur terbatas
5. Bagian-bagian utama sitoplasma telur tidak digantikan dan tetap pada
posisi yang sama seperti telur pada wal pembelahan
6. Rasio sitoplasma inti pada awal pembelahan sangat rendah, dan pada
akhirnya hamper sama dengan rasio sel somatic (Adnan, 2008).

Pembelahan zygot berbeda dengan pembelahan mitosis biasa yang


berlangsung pada stadiyum lanjut perkembangan dan pada organisme
dewasa. Pada stadium lanjut perkembangan, sebelum sel membelah
mereka mengalami perubahan ukuran kira-kira sam dengan ukuran sel
sebelum membelah. Jadi pada stadium perkembangan atau pada organisme
dewasa ukuran sel rata-rata dipelihara pada setiap jaringan. Selama
pembelahan zygot, urutan pembelahan blastomer tidak dipisahkan ileh
pertumbuhan, dalam hal ini ukuran blastomer tidak meningkat hingga
pembelahan berikutnya dimulai. Akibatnya setiap pembelahan
menghasilkan blastomer-blastomer dengan ukuran setengah dari blastomer
asal. Jadi pembelahan zygot dimulai dari suatu sel yang ukurannya amat
besar, dan berakhir dengan sejumlah sel dengan ukuran yang kecil.
Dengan demikian berbeda dengan sel-sel yang telah berdifferensiasi pada
organisme dewasa, sebab differensiasi selluler biasanya diiringi dengan
peningkatan ukuran sel (Athiroh, 2007
2.2.1 Blastulasi

Blastula adalah tahapan perkembangan embrio yang terdiri dari


blastomer yang belum terdiferensiasi. Struktur blastula ada yang
coeloblastula; discoblastula; stereoblastula dan blastocyst (blastosis). Pada
umumnya blastula berongga bulat atau pipih. Rongga itu berfungsi untuk
memberi ruang dan kesempatan gerak sel-sel pada proses gastrulasi.
Kelompok sel-sel di suatu daerah blastula akhir menunjukkan kemampuan
yang berbeda sebagai awal diferensiasi. Untuk mengetahui perbedaan itu
dapat dilakukan dengan cara perunutan kembali (trace back) zat warna
vital yang diteteskan pada permukaan blastula hidup, kemudian diikuti
perpindahan zat warna itu sampai stadium akhir gastrula. Hasil dari
perunutan itu dipetakan sebagai peta blastula yang terdiri dari : epidermal;
neuroectodermal; chordadorsalis; mesodermal dan entodermal (Gilbert,
2011).

Proses sintesis protein baru pada stadium blastula memang belum


aktif. Pada akhir blastula sintesis DNA maupun RNA baru mulai
meningkat sebagai persiapan diferensiasi. Protein khusus di masing
masing daerah peta blastula ini disintesis khas dan berfungsi sebagai
pemberi sifat karakteristik masing-masing bagian blastula tersebut.
Struktur seluler blastula katak di daerah tertentu berbeda. Epimer di bagian
polus animalis, mesomer di equator dan hipomer di polus vegetativus.
Pada blastula ayam dikenal centroblast, periblast dan hypoblast. Pada
umumnya sel pada tingkat blastula berstruktur sebagai epitel dan disebut
blastoderm (Gilbert, 2011).

3
2.2.3. Gastrulasi

Gastrula adalah tingkatan perkembangan embrio di mana terjadi


proses pembentukan lapis benih (germ layer). Tanda khas tahapan ini
adalah terbentuknya calon sistem pencernaan yaitu gastrocoel
(archenteron). Pada tingkat ini juga terjadi diferensiasi yang pertama kali
yaitu terbentuknya lapis benih ectoderm, mesoderm dan entoderm. Pada
tingkat sebelumnya yaitu tingkat blastula belum terjadi diferensiasi, sel-sel
masih berpotensi sama. Secara teoritis pada akhir blastula terjadi
pengelompokan sel sebagai daerah calon pembentuk organ yang dapat
dipetakan sebagai fate map (peta nasib). Gastrulasi adalah proses yang
berlangsung secara dinamik, terjadi gerakan sel dari satu tempat ke tempat
lain, menuju lokasi organ definitif yang akan dibentuk. Stadium gastrula
merupakan tahapan perkembangan embrio yang dinamis karena terjadi
perpindahan sel, perubahan bentuk sel dan pengorganisasian embrio dalam
suatu sistem sumbu (Balinsky, 2009).

Sintesis protein sebelum gastrulasi dikendalikan oleh gen parental,


sedangkan sintesis protein pada stadium gastrula dikendalikan oleh inti sel
gastrula. Oleh karena itu gastrulasi merupakan stadium perkembangan
yang kritis. Berbagai percobaan fertilisasi antar genera dapat berkembang
sampai blastula saja, tetapi tidak pernah sampai gastrula. Hal itu dapat
terjadi karena gen parental masih beroperasi sampai blastula. Pada
gastrulasi terjadi diferensiasi ektoderm; mesoderm dan entoderm,
masingmasing berbeda dalam kualitas RNA. tRNA disintesis lebih banyak
pada entoderm Xenopus. Untuk membuktikan sintesis RNA dilakukan
percobaan transplantasi nukleus pada tahap perkembangan yang berbeda.
Nukleus endoderm yang aktif sintesis tRNA ditransplantasikan ke dalam
sel telur yang sudah diaktifasi. Hasilnya adalah sintesis tidak terjadi,
karena hambatan ooplasma. Kondisi inti dalam lingkungan ooplasma tidak
sinkron karena dalam tingkat perkembangan yang berbeda (Balinsky,
2009).
2.2.4. Neurulasi

Neurulasi merupakan tahap perkembangan embrio yang ditandai


dengan terbentuknya sistem syaraf pertama kali. Tahap pembentukan
sistem syaraf pada vertebrata memiliki pola yang serupa. Pertama
terbentuk lembaran neural (lamina neuralis), kemudian melipat menjadi
lipatan neural (sulcus neuralis) dan akhirnya menjadi bumbung neural
(canalis neuralis). Diferensiasi yang terjadi adalah terbentuknya calon otak
di ujung anterior dan di bagian caudalnya membentuk medulla spinalis.
Crista neuralis yang berkembang di bagian kiri-kanan medulla spinalis
akan menjadi sistem syaraf periferal (Balinsky, 2009).

Inisiasi sistem syaraf terbentuk setelah inisiasi sistem pencernaan.


Sistem pencernaan berasal dari rongga archenteron (gastrocoel) tahap
gastrula. Dalam proses morfogenesis, kedua sistem tersebut saling
berinteraksi. Mesoderm yang berada di antara kedua sistem tersebut

4
berfungsi sebagai induktor pembentukan sistem syaraf. Tahap neurula
ditandai dengan semakin jelasnya organisasi tubuh maupun sistem sumbu
tubuh (anterior-posterior maupun dorsal-ventral). Pada masing-masing
lapis benih (germ layer : ecto, meso dan entoderm) mulai terdiferensiasi
membentuk organ primer (Balinsky, 2009).
2.3 Landak Laut

Landak laut hidup di dasar perairan yang umumnya jernih dan


tidak bergelombang besar dengan kedalaman kurang dari 3 m pada daerah
pasang surut. Landak laut mempunyai fase embrional yang sangat sensitif
terhadap perubahan fisik dan kimia lingkungan hidupnya. Hewan ini
jarang dijumpai dalam keadaan kelompok tapi cenderung hidup secara
soliter. Kebiasaan hidup landak laut ditempat terbuka. Keadaan anatomi
tubuhnya serta warna yang mencolok menyebabkan hewan ini mempunyai
kendala besar untuk dapat bertahan dari gangguan fisik atau gangguan
predator (Athiroh, 2019).

Landak laut tergolong invertebrata dengan ciri morfologi bentuk


tubuh radial. Bercangkang tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan
yang saling berhubungan satu sama lain. Mempunyai tentakel yang
berfungsi untuk merambat dan melekat pada suatu objek. Tidak memiliki
kepala, badan tersusun atas sumbu oral dan aborsl serta ditumbuhi duri-
duri yang bisa digerakkan lewat sendi peluru. Terdapat kaki isap yang
dapat digerakkan. Kaki tabung berbentuk langsing dan panjang, mencuat
diantara duri-durinya. Duri dan kaki tabung digunakan untuk bergerak
merayap dilaut. Ada mulut dan gigi yang kuat dibagian bawah (aboral).
Makanan masuk lewat mulut menuju ke perut dan kotoran dibuang melalui
anus (Athiroh, 2019).

Landak laut merupakan hewan biseksual yaitu mempunyai alat


kelamin terpisah yang secara sepintas sulit dibedakan antara jantan dan
betina. Saat fertilisasi berlangsung, hewan ini mempunyai sperma dan sel
telur yang berjumlah sangat banyak. Fertilisasi terjadi diluar (fertilisasi
eksternal). Sel telur pada landak laut mempunyai permukaan sel telur yang
dilapisi oleh lapisan non seluler yang merupakan penghalang (barier).
Lapisan sel telur terdiri dari : mantel lendir (jelly), membran vitellina, dll.
Sedangkan spermatozoa pada landak laut terbentuk sebagai hasil
transformasi spermatid yang haploid. Selama prosees spermatogenesis,
materi nukleus spermatid membentuk kepala spermatozoa, sedangkan
sitoplasmanya direduksi menjadi bagian tengah dan ekor (Athiroh, 2019).

Tipe telur pada landak laut yaitu : berdasarkan jumlah dan


penyebaran yolk (kuning telur), telur landak laut termasuk tipe Isolecital
yang artinya jumlah yolk relatif sedikit dan tersebar merata di sitoplasma.
Tipe pembelahan telur dari landak laut adalah tipe holoblastik yang artinya
alur pembelahan meliputi/masuk kedalam telur. Sedangkan pola
pembelahan telur landak laut yaitu pola radial (Athiroh, 2007).

5
2.4 Klasifikasi

Kingdom : Animalia

Phylum : Echinodermata

Sub phylum : Invertebrata

Class : Echinoidea

Ordo : Temnoplueroidea

Family : Temnopleuroidae

Genus : Temnopleurus

Species : Temnopleurus alexandri (Smith, 1984)

6
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Perkembangan normal landak laut (Temnopleurus alexandri)


dari telur sampai stadium pluteus (larva) dilaksanakan pada hari Jum’at –
Sabtu tanggal 19 April-20 april 2019 pukul 18.00 hari Jum’at sampai
pukul 15.00 hari Sabtu di Laboratorium Pusat.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1. Alat

 Akuarium
 Gelas kimia 150 ml dan 1000 ml
 Spuit injeksi
 Pipet tetes
 Magnetik stirrer
 Kamera
 Ember (bak) plastik besar
 Mikroskop
 Aerator
 Corong
 Cawan petri
 Jurigen
 Pinset
 Tabung flacon
 Gunting

3.2.2. Bahan

 Landak laut (Temnopleurus alexandri) jantan dan betina


 Air laut
 Akuades
 Formalin 4%
 KCl 0,55M
 Kertas saring
 Tissue

7
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil prakiktum , dapat disimpulkan bahwa praktikum
‘’perkembangan normal Landak Laut dari telur sampai stadium pluteus’’ yaitu
proses Fertilisasi merupakan peleburan 2 macam gamet terjadi pada jam , yaitu
sekitar menit dari proses awal. Tahap selanjutnya, yaitu Segmentasi (Pembelahan),
yaitu sel telur sudah dibuahi terjadi pembelahan inti dan diikuti pembelahan
Sitoplasma. Sel anak yang terbentuk disebut Blastomer dan sel – sel membelah lagi
membentuk 4 blastomer, 8 blastomer, 16 blastomer, 32 blastomer dan 64
blastomer. Ada perbedaan waktu yang didapatkan dalam proses segmentasi
tersebut. Sementara sel-sel Morulla mengalami pembelahan terus menerus,
terbentuklah rongga ataupun celah bawah “Germinal Disc” yang memisahkan
dengan “Yolk”. Rongga ini makin lama, makin membesar dan berisi cairan.
Embrio yang sudah memiliki rongga disebut ‘Blastula” yang memiliki cairan. Saat
sel tidak dapat membelah kembali bisa jadi dikarenakan sel yang mati karena
kurang nya nutrisi dan keadaan air yang sudah keruh sehingga asupan C02 terlalu
banyak menjadikan sel lemas lalu mati dan tidak dapat berlanjut ke stadium
selanjutnya.

5.2 Saran

Ada beberapa saran , yaitu yang pertama adalah kelengkapan alat


yang diperlukan untuk berlangsungnya kegitan praktikum dan
kenyamanan bagi praktikan masih sangat kurang. Yang kedua, yaitu untuk
asisten diharapkan lebih memperhatikan dan lebih cekatan untuk
menanggapi pertanyaan saat praktikan mengalami kesulitan dalam
pengamatan. Dan juga praktikan mengucapkan terimakasih untuk
bimbingan dan arahan yang diberikan oleh dosen ataupun asisten dalam
proses pengamatan praktikum di Laboratorium Pusat. Dan asisten dosen
juga harus bisa mengahargai kerja praktikan dan juga laporan para
praktikan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Adnan.  2008. Embriologi.  Biologi FMIPA Universitas Bandar Lampung. 

Lampung

Athiroh,N.2007. Buku Ajar Struktur dan Perkembangan Hewan II

(Embriologi) Edisi I. Malang : FMIPA Biologi Universitas Islam

Malang

Athiroh, N. 2014. Petujuk Praktikum  Struktur dan Perkembangan  Hewan II 

(embriologi). Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. 

Universitas Islam Malang. Malang

Balinsky,2009. An Introduction to Embryology. Fourth Edition. W.B.

Saunders Company. Philadelphia.

9
Gilbert, S. F.2011. Developmental Biology. 4-th. Edition. Sinauer

Association Inc.,Massachusetts.

Irawan, H. 2012. Bahan Ajar Avertebrata Air Filum Echinodermata. 

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Maritime Raj
a

Ali Haji. Tanjung pinang

Smith,C.G.1987. Klasifikasi Landak Laut. Patten’s Foundations of

Embryology Fifth Edition.New York : McGraw Hill


BookCompany.

Yatim, Wildan. 1994. Reproduksi & embryologi Untuk Mahasiswa Biologi dan 

Kedokteran. Bandung: Tarsito.

10

Anda mungkin juga menyukai