Makalah Anfisman Kelompok 2
Makalah Anfisman Kelompok 2
Makalah Anfisman Kelompok 2
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi dan Fisiologi
Manusia
Disusun Oleh :
Kelompok 2
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami panjatkakan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Sistem Rangka”
Makalah Anatomi dan Fisiologi Manusia ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih pada semua belah pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Telepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun bahasanya. Oleh karena itu
kami menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.
Akhir kata kami berhara semoga makalah Anatomi dan Fisiologi Manusia
ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
A. Kesimpulan ........................................................................................... 37
B. Saran ..................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem rangka adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menyimpan
bahan mineral, tempat pembentukan sel darah, tempat melekatnya otot rangka,
melindungi tubuh yang lunak dan menunjang tubuh. Terdiri dari tengkorak,
tulang rusuk, tulang belakang, rangka penopang tulang bahu, rangka penopang
tulang pinggul, tulang angota badan atas dan bawah. Tulang-tulang dalam
tubuh membentuk sistem rangka. Kemudian sistem rangka ini bersama-sama
menyusun kerangka tubuh. Sistem rangka membentuk dasar dari tubuh
manusia. Semua organ-organ, daging, darah, otot, cair dan udara semua
terkandung dalam tubuh dan memiliki kestabilan dan kekuatan tertentu karena
tulang. 206 tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Tulang-tulang ini
didukung oleh sumsum tulang, yang dihasilkan oleh bentuk energi paling
murni di dalam tubuh.
Sistem tubuh yang keras meliputi sistem intergumen dan sistem
rangka. Manusia tidak dapat berdiri dengan tegak apabila tidak memiliki
sistem tubuh yang yang keras,yaitu tulang. Mulai dari kepala sampai jari-jari
didalamnya terdapat tulang yang menopang tubuh.jumlah tulang waktu masih
bayi dan dewasa berbeda. Pada waktu kecil lebih banyak tulang rawan
dibandingkan pada waktu dewasa. Tubuh manusia tersusun atas beberapa
sistem,yaitu sisem tubuh yang lunak dan sistem tubuh yang keras.
Salah satu ciri makhluk hidup adalah melakukan gerak. Gerak adalah
perubahan posisi sebagian atau seluruh tubuh makhluk hidup. Pada manusia
dan hewan tingkat tinggi lainnya fungsi gerak dilaksanakan oleh sistem gerak.
Sistem ini terdiri atas rangka dan otot. Tulang termasuk ke dalam alat gerak
pasif sedangkan otot termasuk ke dalam alat gerak aktif. Keduanya saling
bekerjasama membentuk sebuah sistem gerak.Karena lingkungan hidup,
kebiasaan serta perilaku yang berbeda-beda maka alat gerak pada hewan dan
manusia memiliki struktur yang berbeda.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sistem klasifikasi tulang pada manusia ?
2. Apa saja yang terdapat pada histologi tulang ?
3. Bagaiman perkembangan dan pertumbuhan tulang ?
4. Bagaimana sifat dinamis pada tulang ?
5. Apa saja gangguan yang terjadi pada tulang ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sistem klasifikasi tulang pada manusia
2. Untuk mengetahui apa saja yang terdapat pada histologi tulang
3. Untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan pada tulang
4. Untuk mengetahui sifat dinamis pada tulang
5. Untuk mengetahui gangguan yang terjadi pada tulang
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Klasifikasi Rangka
Tulang merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan
matriks ekstraselular. Matriks tulang yaitu bagian terkeras yang terletak
dilapisan luar tulang, yang disebabkan oleh pengendapan mineral dalam
matriks, sehingga tulang pun mengalami sebuah kalsifikasi. Didalam tubuh
manusia juga terdapat yang namanya tulang rawan (cartilago), yakni jaringan
ikat yang memiliki kemampuan meregang, membentuk penyokong yang kuat
bagi jaringan lunak, memberikan kelenturan, dan sangat tahan terhadap
tekanan.
Sebagai penyusun rangka, tulang memiliki beberapa lapisan dari arah
luar ke dalam berturut-turut, yaitu periosteum, tulang kompak, tulang spons,
endosteum, dan sumsum tulang.
1. Periosteum adalah lapisan terluar tulang keras yang terdiri dari jaringan
ikat fibrosa.
2. Tulang kompak merupakan lapisan yang memiliki tekstur padat, harus,
sedikit berongga, dan kuat.
3. Tulang spons merupakan lapisan yang berongga dan berisi sumsum merah.
4. Endosteum merupakan merupakan lapisan yang terdiri dari jaringan areola
vaskuler yang melapisi sumsum.
5. Sumsum tulang merupakan bagian tulang paling dalam yang berbentuk
seperti jeli dan berfungsi sebagai tempat pembentukan sel-sel darah.
3
1. Rangka Aksial
Rangka aksial merupakan rangka yang letaknya di bagian tengah
tubuh, meliputi tulang tengkorak, tulang dada, tulang rusuk (iga) dan
tulang belakang. Rangka aksial merupakan fondasi tubuh.
Kerangka aksial berfungsi untuk melindungi organ dan memelihara
postur tubuh. Tulang yang termasuk dalam kerangka aksial antara lain;
a) Tulang Tengkorak
b) Tulang belakang
c) Tulang Rusuk dan Tulang Dada.
d) 7 pasang “tulang rusuk sejati” (true ribs)
e) 3 pasang “tulang rusuk palsu” (false ribs), dan
f) 2 pasang “tulang rusuk melayang” (floating ribs)
g) Anggota Gerak Atas,
h) Anggota Gerak Bawah, dan
i) Tulang Panggul
j) 2 tulang usus (ilium),
k) 2 tulang kemaluan (ischium), dan
l) 2 tulang duduk (pubis)
4
a) Tulang Tengkorak (Skull)
5
Fungsi dari tulang ini adalah untuk menopang bagian tubuh
lainnya. Tulang belakang pada manusia terdiri dari 26 ruas. Bagian-
bagian pada tulang belakang dibedakan berdasarkan lokasinya;
● Leher – 7 ruas
● Bagian Dada/Punggung – 12 ruas
● Pinggang – 5 ruas
● Sacrum – 1 ruas
● Tulang Ekor – 1 ruas
6
2. Kerangka Apendikuler
Rangka apendikular adalah rangka tambahan yang berfungsi
sebagai penggerak tubuh, dalam hal ini yang menyusun alat gerak seperti
tangan dan kaki. Rangka ini meliputi anggota gerak atas (tungkai
depan/extremitas superior), anggota gerak bawah (tungkai
bawah/extremitas inferior), gelang bahu dan gelang panggul.
Fungsi utama dari kerangka apendikular adalah sebagai penggerak
tubuh. Tulang yang termasuk ke dalam kerangka apendikular di antaranya
adalah;
a. Anggota Gerak Atas (Upper Limbs)
7
Manusia menggunakan kaki sebagai anggota gerak bagian
bawah. Tulang pada kaki terdiri dari tulang paha (femur), betis
(fibula), dan tulang kering (tibia). Sementara bagian telapak kaki
tersusun dari tulang yang bernama metatarsal.
1) Ilium, yaitu tulang terbesar atau utama tulang panggul. Tulang ini
berada di kedua sisi tulang belakang dan melengkung ke arah
bagian depan tubuh. Saat memegang perut, Anda akan merasakan
adanya tulang yang menonjol. Itu adalah bagian batas atas ilium
yang disebut puncak iliaka.
8
2) Pubis, yaitu tulang yang berada di depan tulang pinggul dekat
dengan alat kelamin. Ada gabungan antara dua tulang pubis yang
disebut simfisis pubis, yaitu sendi tulang pubis yang sangat kuat.
Saat melahirkan, ini menjadi lebih fleksibel sehingga kepala bayi
bisa lewat saat persalinan.
3) Ischium, yaitu tulang yang berada di bawah ilium dan di samping
pubis. Tulang ini tebal karena terbentuk dari dua tulang yang
menyatu dan melingkar. Di sinilah tulang paha bertemu dengan
tulang panggul dan menciptakan sendi panggul.
2) Tulang pendek
Tulang Pendek adalah salah satu kelompok tulang yang
dicirikan dengan bentuk yang menyerupai kubus, dengan ukuran
9
panjang, lebar, dan ketebalannya relatif sama. Tulang-tulang
pendek terdapat di area karpus pada tangan dan tarsus pada kaki.
Mereka memberikan stabilitas dan menunjang pergerakan pada
sendi.
3) Tulang pipih
Tulang pipih adalah tulang yang tipis, namun juga kadang-
kadang melengkung. Contoh tulang pipih adalah tulang tengkorak,
tulang belikat, tulang dada, dan tulang rusuk. Kelompok tulang ini
menjadi titik tempat menempelnya otot dan menjaga organ penting
tubuh.
5) Tulang sesamoid
Tulang yang ukurannya kecil dan seperti biji wijen. Tulang
ini dapat ditemukan di bagian patela atau tempurung lutut.
B. Histologi Tulang
1. Matriks Tulang
Matriks tulang (Substansia intraselular) memiliki kandungan air
25%, senyawa organik 67% (mineral, kalsium, fosfat, Na, Mg,
bikarbonat, sitrat), dan senyawa organik 33% (serabut, kolagen,
glikosaminoglikan).
Sel tulang terdiri dari 3 yaitu osteoblast, osteosit dan osteoklas.
Osteoblast merupakan sel pembentuk tulang. Sel ini berfungsi untuk
membentuk matriks tulang. Osteosit biasanya disebut dengan sel tulang.
Sel ini berfungsi untuk memelihara matriks tulang yang telah dibentuk
oleh osteoblast. Sel ini biasanya terletak pada celah-celah matriks. Yang
terakhir adalah sel osteoklast. Osteoklast merupakan sel perusak tulang.
10
Fungsi sel ini sebagai resorbsi matriks tulang pada tempat yang rusak atau
tempat yang sudah tidak diperlukan.
Gambaran histologis sel ini besar dan memiliki inti yang banyak.
Sitoplasama sel ini berwarna pucat. Osteoklast terletak pada permukaan
tulang. Jaringan tulang berbeda dari tulang rawan. Jaringan tulang
memiliki matriks padat (anorganik kalsium dan fosfor), hal tersebut
memungkinkan tulang memiliki bentuk yang kaku. Serat organik
memberikan ketahanan dan kekuatan terhadap stres.
Secara mikroskopis tulang mempunyai beberapa ciri yang khas.
Ciri utama tulang secara mikroskopis adalah susunannya yang lamelar
yaitu matriks tulang tersusun berlapis-lapis. Tulang kompakta tersusun
atas osteon. Osteon adalah sistem haversian yang terdiri dari kanal
haversian yang dikelilingi oleh lapisan (lamellae), dimana pada lamela
terdapat lakuna yang berisi osteosit.
2. Sel-sel dalam Tulang
Struktur umum jaringan tulang terdiri dari matriks tulang, bahan
intra sel yang mengalami kalsifikasi, osteoblast yang berperan untuk
sintesis bahan organ matriks tulang (serabut kolagen dan glikoprotein),
osteosit yang terdapat pada lakuna atau rongga pada matriks, dan osteoklas
yaitu sel raksasa yang berperan untuk perombakan matriks tulang dan
perubahan bentuk jaringan tulang.
Osteoblas adalah bentuk sel tulang muda. Sel ini berfungsi untuk
mensintesis bahan organik matriks tulang yaitu serabut kolagen dan
glikoprotein. Bila aktif mensintesis osteoblast menunjukan sel yang
berbentuk kuboid, mempunyai sitoplasma basofilik, mempunyai prosesus
sitoplasmik yang memungkinkan berhubungan dengan osteoblas lain atau
disekitarnya, retikulum endoplasmik granuler dan apartus golgi yang
berkembang dengan baik. Itu semua adalah molekul yang mempunyai
polarisasi, pengeluaran molekul yang disintesis melalui permukaan sel
yang berhubungan dengan matriks tulang, nukleus besar dan bulat,
11
mempunyai kromatin halus yang tersebar terutama pada sisi sel yang jauh
dari matriks. Sel ini berderet-deret dan inti berukuran besar.
Osteoklas adalah sel raksasa berinti banyak yang besar dan jumlah
anak intinya sangat bervariasi. Osteoklas berfungsi sebagai penghancur
atau substansi yang merespon tulang (Lesson et al., 1990). Osteoklas
berasal dari jalur hemopoietik yang membuat makrofag dan monosit. Sel
ini berpindah dari sumsum tulang lewat sirkulasi atau migrasi direk. Sel
prekusor osteoklas terdapat pada sumsum tulang dan sirkulasi darah. Sel
ini ditemukan pada permukaan tulang yang mengalami resorpsi dan
kemudian membentuk cekungan yang dikenal sebgai lakuna howship.
Osteoklas dalam sitoplasmanya akan terisi oleh mitrokondria guna
menyediakan energi untuk proses resorpsi tulang. Osteoklas merusak
matriks tulang,melekat pada permukaan tulang, serta memisahkan sel
dengan matriks. Osteoklas memiliki reseptor yaitu RANK-ligand (RANK-
L) untuk maturasi sel dan mengalami apoptosis, hal iniyang membuat
osteoklas disebut juga dengan sel penghancur (Setyohadi, 2010).
Osteosit adalah sel – sel tulang yang terbungkus dalam lapisan –
lapisan matriks tulang yang telah mengalami mineralisasi, osteosit
mempunyai jalur filopodial yang menggandengkan dengan sel tulang lain
saluran filopodial ini (kanalikuli) memungkinkan difusi nutrisi dari kapiler
terdekat menuju osteosit-osteosit yang jauh, fenomena ini bisa mendukung
nutrisi bagi kira-kira 15 rantai lingkaran / lamela osteosit. Osteosit lebih
kecil dibanding osteoblas, mempunyai retikulum endoplasmik dan
aparatus golgi jauh lebih sedikit dibanding osteoblas serta kromatin inti
yang lebih padat, mempunyai fungsi memelihara matrik tulang. Osteosit
dan osteoblast diketahui mempunyai kalsium fosfat yang berikatan dengan
protein atau glikoprotein, suatu indikasi kemampuan untuk melakukan
kalsifikasi matrik (Lesson et al., 1990, Setyohadi, 2010).
12
Tulang kompak adalah bagian tulang yang keras. Tulang ini
terlihat sangat padat jka dilihat dengan mata. Namun jika kita lihat dengan
mikroskop, tulang kompak akan terlihat sangat rapuh karena berongga-
rongga. Tulang ini juga disebut tulang keras karena strukturnya yang
keras. Tulang ini terdapat di tulang kaki dan tulang tangan.
Tulang spongiosa adalah jaringan tulang lunak berongga-rongga
dan berisi sumsum merah. Sumsum merah berfungsi untuk memproduksi
sel darah. Tulang ini banyak terdapat di jari-jari, tulang belakang, tulang
panggul, dan lutut.
Berdasarkan gambar tersebut, kita dapat menemukan:
13
h. Saluran havers adalah suatu saluran yang sejajar dengan sumbu tulang.
i. Saluran volkmann adalah saluran yang menghubungkan dua saluran
havers.
14
utama dari periosteum dan endosteum ini adalah nutrisi jaringan tulang dan
persediaan secara tetap osteoblas baru untuk keperluan perbaikan dan
pertumbuhan tulang.
a. Osifikasi Intramembran
Selama proses pembentukan tulang osifikasi intramembran,
tulang padat dan kenyal berkembang langsung dari lembaran jaringan
ikat mesenchymal (tidak berdiferensiasi). Tulang pipih wajah,
15
sebagian besar tulang tengkorak, dan tulang selangka (tulang selangka)
dibentuk melalui osifikasi intramembran.
Prosesnya dimulai ketika sel-sel mesenkhim dalam kerangka
embrionik berkumpul bersama dan mulai berdiferensiasi menjadi sel-
sel khusus (Gambar a). Beberapa sel ini akan berdiferensiasi menjadi
kapiler, sementara yang lain akan menjadi sel osteogenik dan
kemudian osteoblas. Meskipun mereka akhirnya akan menyebar
melalui pembentukan jaringan tulang, osteoblas awal muncul dalam
sebuah cluster yang disebut pusat osifikasi.
Osteoblas mensekresi osteoid, matriks yang tidak terkalsifikasi,
yang terkalsifikasi (mengeras) dalam beberapa hari ketika garam
mineral diendapkan di atasnya, dengan demikian memerangkap
osteoblas di dalamnya. Setelah terperangkap, osteoblas menjadi
osteosit (Gambar b). Ketika osteoblas berubah menjadi osteosit, sel-sel
osteogenik di jaringan ikat di sekitarnya berdiferensiasi menjadi
osteoblas baru.
Osteoid (matriks tulang tanpa mineralisasi) yang disekresikan
di sekitar kapiler menghasilkan matriks trabekular, sedangkan
osteoblas pada permukaan tulang sepon menjadi periosteum (Gambar
c). Periosteum kemudian menciptakan lapisan pelindung tulang
kompak yang dangkal ke tulang trabecular. Tulang trabecular
berkerumun di sekitar pembuluh darah, yang akhirnya mengembun
menjadi sumsum merah (Gambar d).
16
Gambar. Ossifikasi Intramembran. Osifikasi intramembran mengikuti empat
langkah. (a) Kelompok sel mesenkim menjadi kelompok, dan pusat osifikasi
terbentuk. (b) osteoid yang disekresikan memerangkap osteoblas, yang kemudian
menjadi osteosit. (c) Matriks trabekular dan bentuk periosteum. (d) Tulang kompak
berkembang superfisial ke tulang trabekular, dan pembuluh darah yang padat
berkondensasi menjadi sumsum merah.
b. Osifikasi Endokondral
Pada osifikasi endokondral, tulang berkembang dengan
mengganti tulang rawan hialin. Tulang rawan tidak menjadi tulang.
Sebaliknya, tulang rawan berfungsi sebagai templat untuk sepenuhnya
diganti oleh tulang baru. Pengerasan endokondral membutuhkan waktu
lebih lama daripada pengerasan intramembran. Tulang di pangkal
tengkorak dan tulang panjang terbentuk melalui osifikasi endokondral.
17
Dalam tulang panjang, misalnya, sekitar 6 hingga 8 minggu
setelah pembuahan, beberapa sel mesenkimal berdiferensiasi menjadi
kondrosit (sel tulang rawan) yang membentuk prekursor kerangka
tulang rawan tulang (Gambar a). Segera setelah itu, perichondrium,
sebuah membran yang menutupi tulang rawan, muncul Gambar b).
18
Semakin banyak matriks diproduksi, kondrosit di tengah model
kartilaginosa tumbuh dalam ukuran. Ketika matriks terkalsifikasi,
nutrisi tidak bisa lagi mencapai kondrosit. Hal ini mengakibatkan
kematian mereka dan disintegrasi tulang rawan sekitarnya. Pembuluh
darah menyerang ruang yang dihasilkan, tidak hanya memperbesar
rongga tetapi juga membawa sel-sel osteogenik bersama mereka,
banyak di antaranya akan menjadi osteoblas. Ruang yang membesar
ini akhirnya bergabung menjadi rongga meduler.
Saat kartilago tumbuh, kapiler menembusnya. Penetrasi ini
mengawali transformasi perikondrium menjadi periosteum penghasil
tulang. Di sini, osteoblas membentuk kerah periosteal tulang padat di
sekitar tulang rawan diafisis. Pada bulan kedua atau ketiga kehidupan
janin, perkembangan sel tulang dan osifikasi meningkat dan
menciptakan pusat osifikasi primer, sebuah wilayah yang jauh di
dalam kerah periosteal tempat osifikasi dimulai (Gambar c).
Sementara perubahan yang dalam ini terjadi, kondrosit dan
tulang rawan terus tumbuh di ujung tulang (epifisis masa depan), yang
meningkatkan panjang tulang pada saat yang sama tulang
menggantikan tulang rawan dalam diafisis. Pada saat kerangka janin
sepenuhnya terbentuk, tulang rawan hanya tinggal di permukaan sendi
sebagai tulang rawan artikular dan antara diafisis dan epifisis sebagai
lempeng epifisis, yang terakhir bertanggung jawab untuk pertumbuhan
tulang longitudinal. Setelah lahir, urutan kejadian yang sama ini
(mineralisasi matriks, kematian kondrosit, invasi pembuluh darah dari
periosteum, dan pembenihan dengan sel-sel osteogenik yang menjadi
osteoblas) terjadi di daerah epifisis, dan masing-masing pusat kegiatan
ini disebut sebagai pusat osifikasi sekunder (Gambar e).
19
tulang, dan keterlibatan tulang dengan neoplasma primer atau sekunder.
Metafisis terutama disuplai oleh arteri yang masuk dari diafisis dan
berakhir pada lempeng epifisis. Epifisis menerima suplai darah dari
anastomosis pembuluh darah yang luas. Kortek diafisis, dipasok oleh
pembuluh yang masuk melalui kanal Volkmann dan berkomunikasi
dengan sistem Haversian. Arteri yang fungsinya memberi nutrisi
memasuki kanal meduler pada sekitar tengah diafisis, membagi, dan
meluas baik distal dan proksimal. Pertukaran metabolisme kalsium dan
fosfor terjadi terutama pada metafisis. Pembuluh getah bening yang ada di
jaringan ikat yang melapisi periosteum, tetapi tidak di korteks atau
medula.
Pasokan darah ke anggota tubuh atas disuplai oleh cabang-cabang
arteri intersegmental dorsal yang timbul dari aorta dan membentuk
jaringan kapiler halus di seluruh mesenkim. Pola vaskular primordial
terdiri dari arteri aksial primer dan cabang-cabangnya yang mengalir ke
sinus marginal perifer.
a. Arteri aksial primer menjadi arteri brakialis di lengan dan arteri
interoseus yang umum di lengan bawah yang memiliki cabang
interoseus anterior dan posterior.
b. Arteri ulnaris dan radial adalah cabang terminal dari arteri brakialis.
Ketika digit terbentuk, sinus marginal pecah dan pola vena
akhir diwakili oleh vena basilik dan cephalic dan anak-anak cabangnya
berkembang. Darah di sinus marginal mengalir ke vena perifer. Di
paha, pembuluh arteri aksial primer diwakili oleh arteri paha yang
dalam (profunda femoris). Di kaki, pembuluh arteri aksial primer
diwakili oleh arteri tibialis anterior dan posterior.
20
Gambar vaskularisasi pada tulang
21
membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran
plasma sel Schwann disebut neurilemal. Fungsi mielin adalah melindungi
akson dan memberi nutrisi.
Bone Innervation
1. Saraf menyertai pembuluh darah.
2. Sebagian besar saraf simpatik dan vasomotor berfungsi.
3. Beberapa saraf adalah sensorik dan didistribusikan ke ujung artikular
dan periosteum tulang.
Hukum Hilton
1. Hukum Hilton menjelaskan pola persarafan tulang oleh saraf tepi.
2. Saraf yang memasok otot juga akan memasok tulang yang
mendasarinya.
3. Otot-otot berbaring juga akan dipersarafi oleh saraf yang sama.
22
DRG: Dorsal Root Ganglion
23
Sekitar periode pubertas (selama kira-kira 2 tahun), kepadatan mineral
tulang mencapai kurang lebih seperempat dari total kepadatan mineral
dalam tulang, dan sekitar 95 % dari massa tulang tercapai pada akhir masa
remaja. Oleh karena itu, ini merupakan windows of opportunity untuk
meningkatkan massa tulang. Studi menunjukkan bahwa latihan dengan
intensitas tinggi, olahraga ketahanan dan aktivitas olahraga sebelum dan
selama masa pubertas adalah masa paling efektif untuk membentuk tulang
yang kuat. Kegiatan yang melibatkan melompat akan sangat berguna.
Dengan demikian, kunci penting untuk membantu memastikan adanya
tulang yang kuat seumur hidup, adalah dengan memaksimalkan kepadatan
mineral tulang selama masa pubertas saat remaja dan masa dewasa awal.
Caranya, dengan mendorong partisipasi remaja untuk berpartisipasi dalam
berbagai aktivitas fisik dan olahraga secarareguler.
24
karena wanita memiliki risiko lebih besar untuk menderita patah tulang
seiring dengan pertambahan usia, dibanding laki-laki. Studi menunjukkan
bahwa latihan ketahanan yang Anda lakukan, apakah berjalan, jogging,
atau berlari, cenderung berdampak positif pada massa tulang. Dan ini
tampaknya benar bagi wanita sebelum maupun sesudah menopause.
Pesan utama dari studi ini adalah bahwa latihan beban dan latihan
ketahanan secara progresif, dapat membantu melindungi kesehatan dan
kekuatan tulang Anda, terlepas dari usia dan jenis kelamin. Untuk orang
dewasa, American College of Sports Medicine merekomendasikan
kombinasi latihan beban hampir setiap hari, dan latihan resistensi progresif
2-3 kali per minggu. Dengan menerapkan latihan pada Tulang, aktivitas
enzim pada tulang meningkat serta kepadatan,kekuatan, dan besarnya
tulang juga meningkat, selain mencegah pengeroposan tulang. Permukaan
tulang juga akan bertambah kuat dengan adanya tarikan otot yang terus
menerus.
25
Tubuh menyesuaikan diri dengan keadaan kekurangan kalori, dan
atlet ini mungkin memiliki berat badan yang sangat stabil, meskipun
mengkonsumsi asupan rendah kalori. Tapi beban fisiologis terhadap
keadaan ini, sangat tinggi. Kalori berharga yang dikonsumsi, digunakan
untuk memenuhi kebutuhan energi untuk berlatih dan bersaing.
Sayangnya, ini berarti tidak ada cukup kalori tersisa untuk mendukung
fungsi fisiologis normal lainnya. Fungsi reproduksi sering menjadi korban
akibat asupan kalori yang terlalu rendah. Seringkali, atlet ini berhenti
berovulasi dan berhenti mengalami menstruasi. Mungkin pertamanya hal
ini tampak sebgai sesuatu yang menyenangkan, tapi efek pada tulang
sangat buruk.
Menstruasi berhenti, karena hormon yang terlibat dalam fungsi
reproduksi, seperti estrogen, jumlahnya berkurang karena tubuh
kekurangan kalori untuk membentuk estrogen. Namun, seperti pada orang
yang menopause, ketika mengambil efek estrogen sebagai penghambat
sel-sel yang memecah tulang, tiba-tiba kecepatan resorpsi tulang jauh
melebihi kecepatan pembentukan tulang. Sementara jumlah siklus
menstruasi yang terlewati semakin bertambah, kepadatan mineral tulang
terus menurun yang menyebabkan tulang menjadi lemah. Bahkan, wanita
yang aktif secara fisik namun memiliki siklus mentruasi yang tidak teratur,
memiliki risiko patah tulang stres 2-4 kali lebih besar daripada wanita
dengan siklus menstruasi yangteratur.
Untungnya, siklus menstruasi dan fungsi reproduksi yang normal,
dapat dikembalikan dengan meningkatkan kalori yang tersedia, dan ini
dapat menormalkan proses remodeling tulang. Jadi, urutan pertama adalah
meningkatkan ketersediaan kalori. Lakukan ini dengan baik meningkatkan
asupan kalori, mengurangi latihan , atau kombinasi keduanya. Apapun
pendekatan yang ambil untuk meningkatkan ketersediaan kalori demi
mendukung fungsi fisiologis yang normal, pertahankan hingga siklus
menstruasi menjadi normal kembali dan lanjutkan terus saat berlatih dan
bersaing.
26
Selain menambah asupan kalori, pastikan bahwa menyediakan
nutrisi penting lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung remodeling
tulang yang optimal, termasuk kalsium, vitamin D, dan protein . Menurut
American College of Sports Medicine, jumlah harian yang dibutuhkan
untuk membangun tulang adalah 1,000- 1,300 mg kalsium dan 400-800 IU
vitamin D. Produk susu adalah sumber kalsium dan vitamin D yang baik.
Sebagai contoh, segelas susu menyediakan sekitar 300 mg kalsium dan
100 IU vitamin D. Seporsi yogurt menyediakan sekitar 300 mg kalsium
dan 80 IU vitamin D. Produk lain yang kaya kalsium adalah keju, yogurt
beku, es krim dan tahu (menyediakan sekitar 150 mg kalsium per porsi).
Jika ada pembatasan asupan produk susu, suplemen kalsium dan vitamin
D mungkin diperlukan untuk secara konsisten mencapai asupan yang
optimal bagi kesehatan tulang.
Rekomendasi harian untuk protein demi mendukung tulang yang
kuat adalah 0,5-0,7 gram per lb (1,2-1,6 gram per kg) berat badan. Ini
setara dengan sekitar 63-88 gram protein setiap hari untuk atlet dengan
berat badan 125 - pound (57 kg). Asupan protein sebagian besar atlet
adalah sekitar jumlah tersebut, meskipun atlet vegetarian mungkin harus
ekstra perhatian dalam memastikan kecukupan asupan protein mereka.
Akhirnya, nutrisi lain yang penting dalam proses remodeling tulang adalah
vitamin C, vitamin K, seng, tembaga, dan mangan. Dengan demikian,
mengkonsumsi berbagai macam makanan akan membantu memastikan
kecukupan berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan
tulang.
Berikut Penjabaran Faktor Genetik dan Hormon yang
mempengaruhi Pertumbuhan Tulang :
a. Herediter(genetic)
Tinggi badan anak secara umum bergantung pada orang tua, anak-anak
dari orang tua yang tinggi biasanya mempunyai badan yang tinggijuga.
b. Factor endokrin
1) Hormone paratiroid (PTH) satu sama lain saling berlawanan dalam
27
memelihara kadar kalsium darah. Sekresi PTH terjadi dengancara:
- Merangsang osteoklas, reapsobsi tulang dan melepas kalsium
ke dalamdarah.
- Merangsang absorbsi kalsium dan fosfat dariusus.
2) Tirokalsitonin, hormone yang dihasilkan dari sel-sel parafolikuler
dari kelenjar tiroid, cara kerjanya menghambat resorbsitulang.
28
merupakan mineral utama pembentuk tulang. Sebagai cadangan mineral,
tulang rangka menyimpan cadangan energi dalam bentuk lemak yang
disimpan pada sumsum tulang kuning.
b. ProliferasiSeluler
29
Tahap / proses ini terjadi sampai hari ke 12. Pada area fraktur,
periosteum endosteum dan sum-sum tulang yang mensuplai sel,
berubah menjadi fibro kartilago, kartilago hialan dan jaringan
penunjang, fibrosa terjadinya osteogenesis dengan cepat.
c. Tahap Pembentukan Kalus
Enam sampai sepuluh hari setelah fraktur / cidera, jaringan granulasi
berubah menjadi bentuk prakalus, prakalus menjadi puncak ukuran
maksimal pada 14 – 21 hari setelah cidera.
d. Tahap Osifikasi Kalus
Tahap osifikasi kalus ini terjadi sampai minggu ke dua belas.
Membentuk osifikasi dan kalus intermediate pada minggu ke 3 sampai
10 kalus menutupi tulang.
e. Tahap Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklast, kalus mengalami
pembentukan tulang sesuai dengan bentuk aslinya
f. Tahap Remodelling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan
membentuk bagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang. Pada
fase remodeling ini perlahan – lahan terjadi resorpsi. Kalus intermediet
berubah menjadi tulang yang kompak dan berisi system haversian dan
kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk
susmsum. Pada fase terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan
berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
30
Gambar proses penyembuhan fraktur
31
- Penurunan tinggi badan sekitar 6-10cm.
- Lebar bahumenurun.
- Pembentukan tulangberkurang
- Resorbsi tulangbertambah.
- Kekuatanberkurang.
- Terjadi ResorpsiTulang
32
pentingan agar resorpsi tulang dapat terjadi dalam keadaan normal
sehingga tidak menimbulkan masalah dalam tubuh kita. Akibat resorpsi
juga menimbulkan penurunan massa tulang.
33
Pada tubuh manusia, vitamin D dibentuk dari provitamin D dengan
bantuan sinar matahari. Vitamin D sangat dibutuhkan untuk proses
pelekatan kalsium di tulang ketika proses penulangan pada masa anak-
anak. Kekurangan vitamin D biasanya terjadi karena tubuh kurang
mendapat sinar matahari yang cukup. Akibatnya, anak yang kekurangan
vitamin D ini menderita pertumbuhan yang disebut rakhitis.Hal tersebut
ditunjukkan oleh kedua kaki yang berbentuk X atau O.
2. Osteoporosis
Osteoporosis adalah kelainan tulang. kondisi tulang menjadi lebih lunak.
Hal tersebut dapat terjadi karena kekurangan hormon- hormon tertentu
yang membantu pelekatan kalsium. Selain itu, penderita kelainan ini dapat
disebabkan juga oleh kekurangan kalsium dalam makanannya sehingga
tubuhnya menggunakan kalsium yang tersimpan pada tulangnya.
Akibatnya, pada tingkat tertentu tulang menjadi lebih lunak.
34
(Gambar: a. Tulang Normal, b. Tulang Penderita Osteoporosis)
3. Mikrosefalus
Mikrosefalus adalah kelainan pada ukuran kepala bayi yang lebih kecil
atau tidak proporsional. Hal tersebut disebabkan ketika hamil seorang ibu
mengalami kekurangan kalsium sehingga pembentukan tengkorak bayi
tidak sempurna.
4. Patah Tulang (Fraktura)
Ada beberapa jenis patah tulang, yaitu:
a. Patah tulang terbuka, tulang yang patah mencuat keluar sehingga
merobek kulit.
b. Patah tulang tertutup, tulang yang patah tidak melukai kulit.
5. Terkilir
Seseorang dikatakan terkilir karena ligamen yang membungkus persendian
tertarik ketika melakukan gerakan yang tiba-tiba atau tidak biasa
dilakukan. Pada kasus dislokasi, ligamen sobek sehingga sendi bergeser.
Dislokasi disebut juga urai sendi.
6. Kelainan Bentuk Tulang Belakang
Kebiasaan duduk yang salah atau kebiasaan membawa beban hanya di satu
sisi tubuh saja, dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan tulang
belakang. Ada beberapa jenis kelainan, yaitu:
a. kifosis, jika posisi punggung dan panggul menjorok ke belakang.
b. lordosis, jika bagian leher dan panggul menjorok ke depan.
35
c. skoliosis, jika punggung membengkok ke samping.
7. Artritis
Artritis adalah gangguan pada persendian. Artritis dapat dibedakan sebagai
berikut.
a. Artritis gout, terjadi karena adanya timbunan asam urat. Pada
umumnya, terjadi pada sendi-sendi tangan. Akibatnya, sendi-sendi
tangan terlihat lebih besar.
b. Osteoartritis disebabkan oleh menipisnya lapisan tulang rawan di
ujung tulang. Hal tersebut menyebabkan persendian sakit ketika
digerakkan.
c. Artritis eksudatif, terjadi karena serangan kuman tertentu yang
menyebabkan peradangan pada persendian. Sendi dipenuhi oleh cairan
getah bening.
d. Artritis sikka, terjadi karena berkurangnya cairan sinovial. Hal tersebut
menyebabkan rasa sakit ketika menggerakkan persendian.
36
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tulang merupakan jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks
ekstraselular. Matriks tulang yaitu bagian terkeras yang terletak dilapisan luar
tulang, yang disebabkan oleh pengendapan mineral dalam matriks, sehingga
tulang pun mengalami sebuah kalsifikasi.
Secara mikroskopis tulang mempunyai beberapa ciri yang khas. Ciri utama
tulang secara mikroskopis adalah susunannya yang lamelar yaitu matriks tulang
tersusun berlapis-lapis.
Tulang adalah organ dengan struktur keras dan kaku yang membentuk
kerangka manusia. Tulang yang mengorganisasikan rangka tubuh manusia saat
kita bayi yakni sekitar 270 tulang. Akan tetapi, sesudah ketika kita dewasa jumlah
tulang tersebut akan menyusut sekitar 206 tulang.
B. Saran
37
DAFTAR PUSTAKA
Junqueira LC, Carneiro J. 2005. Basic Histologi. Edisi 11. Jakarta : EGC.