0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
201 tayangan11 halaman

Redesain Bisnis Model Canvas Cafe Angkringan Zafriana, Lusi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 11

REDESAIN BISNIS MODEL CANVAS CAFE ANGKRINGAN

Zafriana, Lusi
Jurusan Teknik Industri,Fakultas Teknik
Universitas Kartini Surabaya
E-mail: lusizaf69@gmail.com

Abstrak
Kuliner sebagai bagian industri kreatif saat ini banyak bermunculan di kota-kota besar.
Bisnis kuliner yang marak berkembang di Surabaya adalah Cafe. Cafe merupakan tempat makan
yang didesain sedemikian rupa demi memberikan kenyamanan bagi pelanggan agar bisa
bercengkerama dengan kerabat.
Cafe Angkringan adalah salah satu cafe yang sudah berdiri lebih dari tiga tahun. Dalam
perkembangannya, Cafe Angkringan mengalami penurunan penjualan, yang diduga akibat
persaingan ketat. Meskipun telah menggabungkan konsep desain tempat yang nyaman dengan
harga terjangkau untuk kawula muda dengan tata letak dan interior yang cukup menarik dan unik,
ternyata dirasa masih belum mampu bersaing dengan baik .

Sengitnya persaingan membuat Cafe Angkringan perlu meredefinisi strategi


pengembangan bisnis dengan meninjau kembali atau meredsain Bisnis Model Canvasnya.
Penelitian ini menggunakan analisa deskriptif kualitatif dengan tahapan metodologi mulai dari
penentuan uniqueness Cafe Angkringan agar selaras dengan kemampuan sumber daya yang
dimilikinya dan target customer yang dibidik dengan analisis SWOT.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk pengembangan model bisnis Cafe
Angkringan memerlukan perbaikan mendasar pada sembilan building blocksnya yakni dengan
mengubah Value Proposition sesuai Customer Segments, yang dibidik, Channels, Customer
Relationship, Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partnership, dan Cost
Structure dengan tujuan untuk mendapatkan profit yang lebih baik.

Kata Kunci : Business Model Canvas, SWOT, Redesain Business Model Canvas

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia bisnis kini mulai berkembang dengan cepat di berbagai sektornya.
Industri bidang makanan merupakan salah satu bisnis yang paling diminati dan
memiliki pasar prospektif serta luas. Namun berbisnis di bidang kuliner
membutuhkan beberapa pertimbangan khusus dalam memulainya. Seperti halnya
dalam penyesuaian need dan want dari pelanggan. Kesesuaian target pasar dengan
produk yang ditawarkan. Segmentasi pasar mengenai range usia pelanggan dan
lain sebagainya. Saat ini banyak entepreneur muda yang bermunculan dengan
segudang ide kreatif bisnisnya. Bahkan tak sedikit pula para pebisnis muda itu
berstatus mahasiswa. Bidang bisnis yang digeluti berkecimpung pada bisnis
kuliner dimana remaja dan dewasa yang menjadi target pasarnya. Start up bisnis
kuliner bukanlah sesuatu yang sulit, mengingat begitu banyak peluang investor
yang masuk ajang – ajang perlombaan business plan. Dengan modal kreativitas
dan ide – ide inovatif yang tertuang dalam business plan seseorang bisa
mendapatkan investor dan memulai bisnisnya. Bisnis Kuliner di kota - kota besar
seperti Surabaya menjadi mudah apabila kita menganalisis bisnis dengan benar.
Bisnis kuliner yang marak berkembang di Surabaya adalah Cafe. Cafe merupakan
tempat makan yang didesain sedemikian rupa demi memberikan kenyamanan bagi
customer agar bisa bercengkerama dengan kerabat.
Cafe Angkringan adalah salah satu cafe yang sudah berdiri lebih dari tiga
tahun. Dalam perkembangannya, Cafe Angkringan mengalami penurunan
penjualan, yang diduga akibat persaingan ketat. Meskipun Cafe Angkringan ini
telah menggabungkan konsep desain tempat yang nyaman dengan harga
terjangkau untuk kawula muda dengan tata letak dan interior yang cukup menarik
dan unik, ternyata di rasa masih belum mampu bersaing dengan baik. Oleh karena
itu, pemilik cafe Angkringan mempunyai rencana untuk melakukan Bisnis Model
yang tepat dan realistis agar bisa memperbaiki kekurangan yang ada.
Salah satu metode untuk membuat model bisnis adalah dengan
menggunakan Business Model Canvas yang dapat menjadi pendekatan yang
mudah diimplementasikan oleh organisasi bisnis dalam upaya melakukan
evaluasi dan perubahan atau pembenahan terhadap model bisnis perusahaan
sehingga tercipta model bisnis baru yang lebih tepat dan sesuai untuk
diaplikasikan oleh perusahaan (Osterwalder & Pigneur2010).
Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), melihat ulang model bisnis
secara keseluruhan sangat penting, tapi melihat setiap komponennya secara detail
juga merupakan cara yang efektif untuk inovasi dan pembaharuan. Sebuah cara
yang efektif untuk melakukan ini adalah dengan menggabungkan kekuatan
(strenghts), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman
(threats) dalam analisis SWOT dengan Business Model Canvas.
Tujuan penelitian ini adalah memformulasikan model bisnis pada Café
Angkringan dengan pendekatan Business Model Canvas agar pembenahan
fundamental dapat diimplementasikan secara tepat dan berkelanjutan.

1.2 Perumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: “Bagaimana Meredesain
Bisnis Model Cafe Angkringan, sehingga mampu memperkuat value preposition
cafe Angkringan untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik ?”

1.3 Tujuan Penelitian


Penulisan penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu:
1. Mengidentifikasi kelemahan bisnis dari Cafe Angkringan
2. Mendefinisikan faktor-faktor yang menjadi prioritas perbaikan
3. Mendesain faktor-faktor perbaikan tersebut dalam kerangka peta Bisnis
Model Canvas (BMC)

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
perusahaan sebagai berikut :
1. Sebagai masukan untuk meningkatkan kinerja bisnis Cafe Angkringan secara
berkelanjutan melalui proses redesain yang sesuai sebagai hasil akhir yang
diharapkan.
2. Membantu terciptanya cita-cita Cafe Angkringan yang tertuang dalam visi dan
misi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Agar penelitian ini dapat terfokus dengan baik sehingga tertuju pada inti
permasalahan yang dibahas, maka perlu diberi batasan-batasan, yaitu :
1. Penelitian ini dilaksanakan dengan memanfaatkan data dan kondisi Cafe
sampai penelitian ini mulai dilaksanakan.
2. Penelitian ini dilakukan hanya sampai pada tahap redesain model.

Sedangkan asumsi-asumsi yang digunakan untuk membantu dalam


memecahkan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Perusahaan mempunyai visi, misi, dan strategi formal yang akan dijalankan
oleh perusahaan secara tidak berubah dalam proses penelitian.
2. Data yang diberikan oleh perusahaan dianggap valid.
3. Pegawai yang memberikan pendapat dalam pengambilan data dianggap
berpengalaman di bidangnya .

1.6 Target Luaran


Luaran dari penelitian ini adalah:
1. Jurnal Teknik Industri
2. Pengayaan Bahan Ajar Mata Kuliah Manajemen Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 PENGERTIAN CAFE
Menurut Sugiarto (1996), Cafe adalah suatu usaha di bidang makanan
yang dikelola secara komersial yang menawarkan pada para tamu makanan atau
makanan kecil dengan pelayanan dalam suasana tidak formal tanpa di ikuti suatu
aturan atau pelayanan yang baku (sebagaimana sebuah exlusive dinning room),
jenis – jenis makanan atau harganya lebih murah karena biasanya beroperasi
selama 24 jam, dengan demikian dapat dipastikan sebuah cafe akan tetap buka
ketika restoran – restoran lainnya sudah tutup.
Menurut Marsum (2005) Cafe adalah tempat untuk makan dan minum
sajian cepat saji dan menyuguhkan suasana santai atau tidak resmi,selain itu juga
merupakan suatu tipe dari restoran yang biasanya menyediakan tempat duduk
didalam dan diluar restoran Kebanyakan cafe tidak menyajikan makanan berat
namun lebih berfokus pada menu makanan ringan seperti kue,roti,sup, dan
minuman. Cafe pertama kali muncul di daerah barat..
Menurut Indrayana, (2006), Café adalah tempat untuk makan dan minum
sajian cepat saji dan menyuguhkan suasana santai atau tidak resmi Biasanya Cafe
menyediakan menu yang lebih sedikit dibanding restoran. Tetapi cafe
menawarkan suasana relaksasi bagi para konsumennya yang merasa lelah dan
jenuh. Cafe Angkringan menawarkan suasana tradisional yang dapat membuat
kenyamanan tersendiri bagi konsumen yang datang dengan menu khas selera anak
muda untuk bersantai, Wifi dan berkumpul sekaligus makan

2.2 BUSINESS MODEL CANVAS


Model bisnis menggambarkan pemikiran tentang bagaimana sebuah
organisasi menciptakan, memberikan dan menangkap nilai-nilai dari suatu bisnis.
Konsep dari sebuah model bisnis harus sederhana, relevan, dan secara intuisi
mudah dipahami dengan tidak bermaksud menyederhanakan fungsi perusahaan
yang sangat kompleks (Osterwalder & Pigneur, 2010).
Osterwalder dan Pigneur (2010) mengatakan cara efektif untuk
menilai integritas keseluruhan model bisnis adalah dengan mengombinasikan
analisis klasik tentang kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (SWOT)
melalui Business Model Canvas (BMC).
Business Model Canvas adalah alat yang menjanjikan untuk
membuat dan mengevaluasi model bisnis baru dengan mudah dan cepat (Wallin,
Chirumalla, dan Thomson, 2013).
Pengertian yang lain dijelaskan oleh Moris et al,. (2005) business model
adalah sebuah representasi singkat tentang bagaimana sekumpulan variabel
keputusan dalam area strategi usaha, arsitektur, dan ekonomi saling berhubungan
untuk menciptakan keunggulan kompetitif yang berkelanjutan di pasar.
Business Model Canvas menawarkan kerangka kerja yang sangat
berguna untuk menganalisis elemen elemen dari model bisnis karena
mengandung banyak elemen penting dalam bisnis (Anu H., 2010).
Business Model Canvas mendeskripsikan dari nilai yang
ditawarkan perusahaan kepada beberapa segmen pelanggan dan mitra
kerja untuk membuat, memasarkan, dan memberikan aliran pendapatan yang
menguntungkan dan berkelanjutan (Osterwalder, Pigneur & Tucci, 2005)
Business Model Canvas merupakan alat yang sering digunakan untuk
menilai suatu model bisnis dan telah memberikan kontribusi terhadap
penggunaan model bisnis pada suatu organisasi. Business Model Canvas (BMC)
juga lebih difokuskan pada pelaksanaan dari sebuah ide dalam hal menciptakan
nilai pada suatu organisasi (Bastian & Coes, 2014).
Tujuan dari model bisnis canvas adalah untuk memperkenalkan cara
standar dalam menilai suatu model bisnis yang dijalankan oleh sebuah
perusahaan. Dengan konsep model bisnis yang harus mudah dipahami dan dapat
dengan mudah dikomunikasikan melalui desain yang bagus, ini tidak berbicara
tentang pengembangan model bisnis tetapi menilai suatu model bisnis yang baik
(Osterwalder & Pigneur, 2012).
Salah satu analisis model bisnis yang banyak digunakan oleh analisis
industri adalah Business Model Canvas (BMC). Osterwalder dan Pigneur (2010)
menawarkan sebuah kanvas yaitu Business Model Canvas (BMC) juga
digunakan untuk memvisualisasikan gagasan, logika berpikir, atau kerangka kerja
para desainer untuk memudahkan pelaku dan pengambil keputusan bisnis meliputi
merancang, mengevaluasi, mengelola business modelnya. Kelebihan yang
dimiliki oleh model BMC ini adalah hasil analisa dapat membantu melihat
lebih akurat bagaimana rupa usaha yang sedang atau akan dijalankan. Melalui
BMC ini maka analisis dapat melihat bisnis dari gambaran besar namun
tetap lengkap dan mendetail tentang apa saja elemen-elemen kunci terkait dengan
bisnis sehingga dapat dilihat gambaran utuh yang sangat membantu dalam
menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar bisnis yang dijalankan. Dengan
mengevaluasi satu demi satu elemen-elemen kunci, maka akan menjadi lebih
mudah menganalisis hal-hal yang kurang tepat dan pada akhirnya kita bisa
diambil langkah-langkah perbaikan untuk mencapai tujuan bisnis yang
dijalankan. Kelebihan lain dari BMC adalah dapat mengubah konsep model
bisnis yang rumit menjadi sederhana.
Dalam buku Business Model Generation Alexander Osterwalder
menjelaskan dengan baik dan sederhana agar mudah dimengerti, bahwa intinya
model bisnis terdiri dari 9 elemen yang disebut dengan 9 building blocks, yaitu
Customer Segments, Value Proposition, Channels, Customer Relationship,
Revenue Streams, Key Resources, Key Activities, Key Partnership, dan Cost
Structure.

Gambar 2.1 Business Model Generation oleh Alexander Osterwalder

Customers Segments
Pelanggan (customer) merupakan inti dari suatu bisnis model yang
dapat memberikan keuntungan (profit) bagi perusahaan. Tanpa pelanggan, tidak
ada perusahaan yang dapat bertahan lama. Perusahaan dapat mengelompokkan
pelanggan ke dalam segmen yang berbeda dengan kebutuhan umum, perilaku
umum, atau atribut lainnya. Sebuah model bisnis dapat menentukan besar atau
kecil segmen pelanggan. (Osterwalder & Pigneur, 2010).

Value Propositions
Value Propositions (Proposisi nilai) merupakan berbagai macam produk
dan jasa yang akan menciptakan nilai bagi pelanggan segmen tertentu.
(Osterwalder dan Pigneur, 2010). Value adalah alasan mengapa pelanggan
memilih produk dan jasa dari sebuah perusahaan dibandingkan perusahaan lain
karena perusahaan tersebut dianggap memiliki kelebihan dalam memecahkan
permasalahan dan memenuhi kebutuhan pelanggan.

Channels
Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), channels adalah media
dari perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggannya untuk menyampaikan
proposisi nilai.

Customer Relationships
Customer Relationships menjelaskan tentang menjaga hubungan antara
perusahaan dan konsumen. Perusahaan harus menjelaskan jenis hubungan yang
ingin dibangun oleh masing-masing segmen pelanggan. Macam-macam jenis
hubungan mulai dari memberi bantuan personal perorangan kepada tiap
konsumen, memanfaatkan komunitas, atau bahkan berupa “self-service”
(Osterwalder & Pigneur, 2010).
Revenue Streams
Menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), revenuestreams adalah
pendapatan atau pemasukan yang diterima perusahaan dari pelanggannya atas
value proposition yang diberikan oleh perusahaan kepada pelanggan.

Key Resources
Key Resources menjelaskan aset yang paling penting yang dibutuhkan
untuk membuat sebuah model bisnis berjalan dengan baik. Setiap model bisnis
membutuhkan key resources (sumber daya utama). Key resources ini
memungkinkan perusahaan untuk menciptakan dan menawarkan value
proposition (proposisi nilai), menjangkau pasar, menjaga hubungan dengan
pelanggan, dan memperoleh pendapatan (Osterwalder & Pigneur, 2010).

Key Activities
Key Activities menjelaskan hal yang paling penting yang harus dilakukan
oleh perusahaan untuk membuat model bisnisnya bekerja (Osterwalder &
Pigneur, 2010).

Key Partnership
Key partnership menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang
membuat model bisnis berjalan dengan baik. Perusahaan menjalin kemitraan
karena berbagai alasan, dan kemitraan menjadi landasan banyak model bisnis.
Perusahaan menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan model bisnis mereka,
mengurangi resiko, atau memperoleh sumber daya (Osterwalder & Pigneur,
2010).

Cost Structure
Struktur Biaya menjelaskan semua biaya yang dikeluarkan
untuk mengoperasikan model bisnis. Cost structure menggambarkan biaya yang
paling penting yang terjadi saat beroperasi di model bisnis tertentu. Menciptakan
dan memberikan nilai, menjaga hubungan pelanggan, dan menghasilkan
pendapatan semua dikenakan biaya (Osterwalder & Pigneur, 2010).

Hadirnya e-commerce membuat para praktisi bisnis mengubah total


modal bisnis lama menjadi model bisnis baru yang lebih sesuai. Penyebab utama
kepopuleran model bisnis adalah karena ditengarai banyak organisasi yang tumbuh
pesat karena kemampuannya menciptakan model bisnis yang tepat. Salah satu
konsep model bisnis yang unik adalah model bisnis kanvas atau yang lebih dikenal
dengan Business Model Canvas (BMC). Konsep model bisnis yang dikembangkan
oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur (2010) ini berhasil mengubah
konsep model bisnis yang rumit menjadi sederhana.
Dengan pendekatan kanvas, model bisnis ditampilkan dalam satu lembar
kanvas dan berisi peta sembilan elemen (kotak) yang saling berkaitan.
Osterwalder dan Pigneur percaya bahwa model bisnis terbaik dapat digambarkan
melalui sembilan blok bangunan dasar yang menunjukkan bagaimana sebuah
perusahaan bermaksud untuk mendapatkan uang. Setiap dari nine basic building
blocks, dapat menjadi langkah awal untuk menentukan darimana suatu perusahaan
melakukan transformasi model bisnis mereka. Sembilan blok meliputi empat
bidang utama bisnis, yaitu: pelanggan, penawaran, infrastruktur, dan kemampuan
finansial.

2.4 ANALISA SWOT


. Untuk mengembangkan BMC, organisasi dapat memulai langkah dari
memotret kondisi saat ini, diikuti dengan analisis SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Hasil SWOT dapat digunakan untuk merancang model
bisnis perbaikan dari prototype model - model bisnis masa depan.

Gambar 2.2 Matriks SWOT

Menurut Jogiyanto (2005), SWOT digunakan untuk menilai kekuatan-


kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber daya yang dimiliki
perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan tantangan-tantangan yang
dihadapi
Menurut David (David, 2011), Semua organisasi memiliki kekuatan dan
kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama kuatnya
atau lemahnya dalam semua area bisnis.
Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari
eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan
dan strategi.Tujuan dan strategi ditetapkan dengan maksud memanfaatkan
kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.
Penjelasan Analisa SWOT (David,Fred R., 2011) yaitu :
1. Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan lain
yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan pasar yang
dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat dilayani. Kekuatan
adalah kompetisi khusus yang memberikan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan di pasar
2. Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja
perusahaan. Keterbatasan tersebut daoat berupa fasilitas, sumber daya
keuangan,kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat
meruoakan sumber dari kelemahan perusahaan.
3. Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Kecendrungan – kecendrungan penting merupakan salah satu
sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya hubungan
antara perusahaan dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang
bagi perusahaan.
4. Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam lingkungan
perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau
yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang
baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan perusahaan.

Menurut Prentice Hall (2009) analisis SWOT adalah: the swot


analysis provides helpful information for matching resources and capabilities to
the competitive in which the organisation operates. The model can be use as an
instrument for devising and selecting strategy, and is equally applicable in any
decision-making situation, provided the desired objective has been clearly
defined. Analisis SWOT menyediakan informasi yang berguna untuk
menyesuaikan sumber daya dan kemampuan untuk kompetitif di mana
organisasi beroperasi. Model dapat digunakan sebagai alat untuk merancang dan
memilih strategi, dan sama-sama berlaku dalam setiap situasi pengambilan
keputusan, asalkan tujuan yang diinginkan telah jelas didefinisikan.
Sedangkan Richard L. Daft (2010) menegaskan bahwa “analisis
SWOTadalah mencangkup upaya-upaya untuk mengenali kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang menentukan kinerja perusahaan”.

III. METODOLOGI PENELITIAN

Gambar 3.1. Metodologi Penelitian


IV. PEMBAHASAN
4.1 Business Model Canvas Café Angkringan

Gambar 4.1 Existing Bisnis Model Canvas Cafe Angkringan

4.2 ANALISA SWOT

Gambar 4.2 Analisa SWOT


4.3 REDESAIN BUSINESS MODEL CANVAS CAFÉ ANGKRINGAN

Gambar 4.3
Redesain Bisnis Model Canvas Cafe Angkringan

V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan yang dikemukakan pada bab
sebelumnya mengenai model bisnis pada Café Angkringan dengan menggunakan
Business Model Canvas, maka elemen yang akan diperbaiki ini adalah sebagai berikut:
Customer Segments:
4. Menambah atau inovasi menu untuk segala usia.
Value Propositions :
a. Menyediakan menu yang menarik,harga terjangkau dengan nama – nama unik yang
mudah di ingat untuk segala usia dan riwayat kesehatan.
b. Memberi pelayanan tepat waktu sesuai standart Standart Operational Prosedure.
Memperluas area delivery order yang selama ini hanya menjangkau tidak lebih 500 meter
dari area Café serta kemudahan transaksi.

Channels:
Menambah mitra baik sebagai pemasok bahan baku,cabang penjualan maupun dengan
beberapa instansi untuk catering, makan siang /rapat atau event tertentu dengan menu
yang beragam.

Customer Relationships:
1. Komunikasi intens, jujur, ramah dan sopan demi tercapainnya pelayanan prima baik
secara langsung maupun dalam hal iklan, promo, pemberian Gift /Voucher atau
member card untuk pelanggan setia.
Revenue Streams:
2. Menambah sumber pendapatan dari penjualan, konsinyasi, sponsor maupun mitra
kerjasama lain seperti pihak Bank dll.
Key Resources:
3 Memisahkan antara area smoking dan no smoking mengingat segmen segala usia dengan
berbagai riwayat kesehatan
4 Menambah keandalan Sumber Daya Manusianya dalam hal marketing, relathionship dan
pengelolaan keuangan.
Cost Structure:
Mengganti peralatan hemat energy dan bahan baku alternatif yang lebih murah tanpa
mengurangi kualitas.

DAFTAR PUSTAKA
Anu H,Bask Markku Tinnilä Mervi Rajahonka, 2010. Matching service strategies, business
models and modular business processes, Business Process Management Journal.
Bastian, Coes, 2014, Critically assessing the strengths and limitations of the business model
canvas. Journal of master thesis business administration. Pg.47.
David,Fred R.2011,Strategic Management ( Manajemen Strategi Konsep). Edisi 12.Penerbit
Salemba Empat.Jakarta.
Indrayana, Ida Bagus.2006.Desain Interior Restoran Arma di Ubud Bali.Jakarta : PT. Elex
Media Komputindo.
Jogianto.2005.Sistem Informasi Strategik Untuk Keunggulan Kompetitif. Penerbit Andi
Offset. Yogyakarta
Marsum W.A 2005. Restoran dan Segala Permasalahannya. Yogakarta : Graha Ilmu
Morris, M., Schindehutte, M., Allen, J. 2005. The Entrepreneur‟ s Business Model:
Toward A Unified Perspective. Journal of Business Research.
Sarwono, J, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif . Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sugiyono, (2016). Metode Penelitian & Pengembangan : Research and development.
Cetakan kedua. Bandung, Indonesia : CV Alfabeta
Suprapto, 2013, Metodologi penelitian ilmu pendidikan dan ilmu-ilmu pengetahuan sosial :
penelitian kuantitatif
Osterwalder, A., Pigneur, Y. and Tucci, C.L. 2005, Clarifying business models: origins,
present, and future of the concept. Communications of AIS.
Osterwalder, A., Pigneur, Y. 2010. Business model generation: a handbook for visionaries,
game changers, and challengers. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.
Osterwalder, P., Pigneur, Y. 2012, Business Model Generation, Jakarta: Elex Media
Komputindo
Prentice Hall, 2009, Key Management Models, Financial Times an imprint of pearson
Education.
Richard L. Daft. 2010. Era Baru Manajemen. Buku 2 edisi 9. Salemba Empat
Wallin,J., Chrirumalla, K., dan Thompson, A. 2013. Developing PSS Concepts from
Traditional Product Sales Situation: The Use of Business Model Canvas. Springer:
Verlag Berlin Heidelberg

Anda mungkin juga menyukai