Makalah Komunikasi Dalam Promkes
Makalah Komunikasi Dalam Promkes
Makalah Komunikasi Dalam Promkes
Disusun Oleh :
Aniva Putri Febrani (1921
Atikah Fitria Ningsih (1921
Leny Cleriyani (1921
Nadia Ananda Firman (1921014)
Sisca Nur Shafika (1921
Wisnu Cahyadi (1921
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat
dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini dibuat
untuk menambah pengetahuan melalui tata Kelola rumah sakit dan puskesmas sehingga kita
dapat memahami arti sebuah tata kelola rumah sakit dan puskesmas secara mendalam.
Penyusun melengkapi makalah ini dengan pendahuluan sebagai pembuka yang
menjelaskan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan pembuatan makalah pembahasan yang
menjelaskan tentang tata kelola rumah sakit dan puskesmas, serta dibagian penutup berisi
kesimpulan dan saran dari makalah ini. Makalah ini juga melengkapi daftar Pustaka sebagai
referensi bahan dalam penyusunan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran pembaca demi perbaikan makalah ini akan penyusun terima. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.
20 April 2021
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Komunikasi juga sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang, salah satunya dibidang
Kesehatan. Guna mempengaruhi, mengajak, serta merubah pola pikir masyarakat terhadap
Kesehatan kea rah yang lebih baik. Dalam mempromosikan pentingnya Kesehatan kepada
masyarakat maka diperlukan komunikasi yang efektif , agar tujuan bangsa untuk
meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat dapat tercapai.
PEMBAHASAN
Komunikasi berasal dari kata communis, dalam Bahasa inggris common , yang berarti
sama. Berkomunikasi berarti kita berusaha menimbulkan persamaan sikap dengan seseorang.
Menurut Azwar (1996) , komunikasi diartikan sebagai bentuk bertukaran pikiran untuk
menciptakan rasa saling mengerti dan rasa saling percaya demi terwujudnya hubungan yag baik
antara individu dan orang di sekitarnya. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah suatu hubungan seseorang dengan orang lain untuk mencapai pengertian dan
persamaan sikap.
Umpan balik atau feedback adalah reaksi sasaran terhadap pesan yang disampaikan
sumber, komunikasi dapat berjalan dengan baik juga ditentukan oleh reaksi atau feedback
dari sasaran atau penerima yang dapat dipergunakan oleh sumber untuk memperbaiki
komunikasi yang dilakukan
F. Akibat ( Impact)
Akibat adalah hasil dari komunikasi, yakni terjadi perubahan pada diri sasaran.
Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan pengertahuan, sikap ataupun perilaku.
Tujuan akhir kegiatan komunikasi adalah perubahan perilaku si penerima informasi
tersebut.
Berikut ini adalah pemaparan faktor-faktor yang menghambat komunikasi diuraikan dalam
beberapa point, sebagai berikut:
1. Hambatan Pendidikan
Berdasarkan penuturan informan di atas, hambatan pendidikan memang menjadi salah satu hal
yang menghambat terlaksananya promosi kesehatan. Minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh
masyarakat mengakibatkan rendahnya kesadaran mereka dalam mencari informasi tentang
dampak positif tentang kesehatan. Hal ini juga disebabkan karena faktor pendidikan yang belum
dijadikan prioritas utama, sehingga pengetahuan tentang berbagai informasi kesehatan pun
menjadi kurang.
Hambatan pendidikan ini menjadi salah satu faktor penghambat dalam proses promosi
kesehatan .
2. Hambatan Budaya
Selain hambatan pendidikan, ada juga hambatan komunikasi yang lain dalam proses promosi
kesehatan, yaitu hambatan budaya.
Adanya hambatan budaya yang menyebabkan warga mau menggunakan program kesehatan yang
telah dipromosikan. Hasil yang menarik bahwa faktor budaya menjadi penghambat dalam
promosi kesehatan. Dalam hal ini, budaya adalah kebiasaan, kultur, hasil cipta akal, rasa, dan
karsa yang berkembang di suatu daerah. Inilah yang sering ditunjukkan oleh masyarakat untuk
tidak mengikuti promosi kesehatan yang diberitahukan.
Contoh dari hambatan budaya ini: Pernyataan di atas menunjukkan dengan jelas adanya
hambatan budaya, kebiasaan yang berkembang di suatu masyarakat. Banyak masyarakat yang
memegang kental faktor budaya masing-masing sehingga bersikeras untuk tidak memilih
menggunakan program kesehatan yang telah diberitahukan. Budaya yang berkembang di sebuah
desa tertentu inilah yang sepertinya perlu perhatian khusus untuk dibenahi terkait dengan
promosi kesehatan.
3.Hambatan Psikologis
Unsur lain yang menjadi hambatan komunikasi yang diperoleh melalui penelitian ini adalah
hambatan psikologis. Unsur psikologis yang berkaitan dengan rasa yang dialami oleh masyarakat
tersebut menjadi kategori hambatan psikologis. Berdasarkan Banyaknya rasa takut jika
menggunakan program kesehatan yang telah ditentukan dari RS dan puskesmas atau kesehatan
yang telah disiapkan oleh pemerintah. Perasaan tidak nyaman, khawatir, takut, dan tidak berani
ini menjadi penghambat yang akan menentukan seseorang dalam mengambil keputusan. Adanya
kesinambungan dari hambatan komunikasi. Baik itu hambatan pendidikan, hambatan budaya,
maupun hambatan psikologis, memiliki pengaruh yang kuat satu sama lain. Inilah yang
menghambat faktor komunikasi dalam menjalankan promosi kesehatan.
Keefektifan komunikasi tidak saja ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi, tetapi juga oleh
dari si komunikator. Jika ternyata informasi yang diutarakan itu tidak sesuai dengan diri
komunikator betapapun tingginya teknik komunikasi yang dilakukan hasilnya tidak akan sesuai
dengan yang diharapkan.
a. Etos komunikator
Keefektifan komunikasi ditentukan oleh etos komunikator. Etos adalah nilai diri seseorang yang
merupakan paduan dari koknisi, afeksi, dan konasi. Jelas kiranya bahwa suatu informasi atau
pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan atau komunikatif apabila terjadi proses
psikologis yang sama antara insan-insan yang terlibat dalam proses tersebut. Dengan lain kata
informasi yang disampaikan komunikator kepada komunikasi itu. Situasi komunikasi seperti ini
akan terjadi apabila terdapat etos dalam diri komunikator. Etos tidak timbul pada diri seseorang
begitu saja, tetapi ada faktor-faktor tertentu yang mendukung.
1. Kesiapan yaitu Seorang komunikator yang tampil di mimbar harus menunjukan kepada
khalayak, bahwa iya muncul di depan forum dengan persiapan yang matang. Kesiapan ini
akan tampak pada gaya komunikasinya yang meyakinkan dan menguasai semua materi
yang disampaikan, dan pidato dengan segala kesiapan yang matang kecil kemungkinanya
akan gagal.
2. Kesungguhan yaitu seorang komunikator yang berbicara dan membahas suatu topik
dengan menunjukan kesungguhanya akan menimbulkan kepercayaan pihak komunikan
kepadanya. Banyak orator politik yang berhasil menyisipkan suatu humor di dalamnya
tetapi dengan hati-hati mereka mengindarkan diri dari julukan sebagai pelawak.
3. Ketulusan yaitu seorang komunikator harus membawakan pesan kepada khalayak bahwa
ia berhati tulus dalam niat perbuatanya, ia harus hati-hati untuk menghindarkan kata-kata
yang mengarah pada kecurigaan kepada ketidak tulusan komunikatorKepercayaan yaitu
seorang komunikator harus senantiasa memancarkan kepastian. Ini harus muncul dengan
penguasaan diri dan situasi secara sempurna dia harus selamanya siap menghadapi segala
situasi. Tetapi kendati itu dia harus menunjukan kepercayaan dirinya jangan sekali-kali
bersikap takabur.
6. Kesederhanaan tidak hanya meyangkut hal-ha tang bersifat fisik tetapi juga dalam hal
penggunaan bahasa sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaan dan dalam gaya
mengkomunikasiksnys. Kesederhanaan sering kali menunjukan keaslian dan kemurnian
sikap. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali menunjukan komunikator yang meniru
gaya orang lain. Yang ditiru adalah orang-orang yang mansyur.
b. Sikap komunikator
Sikap adalah suatu kesiapan kegiatan suatu kecenderungan pada diri seeorang untuk melakukan
suatu kegiatan yang menuju atau njauhi nilai-nilai sosial.dalam hubungnya dengn kegiatan
komuniksi yang melibatkan manusianya sebagai sasaran, dalam diri komunkator terdapat lima
sikap, yakni :
1. Reseptif sikap ini berarti kesadaran untuk menerima gagasan dari orang lain dari staf
pimpinan, karyawan, teman bahkan tetangga. Bagi komunikator tidak akan ada ruginya
untuk menerima gagasan dari orang lain, sebab tidak jarang sebuah gagasan yang semula
dinilai buruk dapat dikembangkan sehingga menjadi suatu gagasan yang bermanfaat.
2. Selektif seperti halnya dengan faktor reseptif faktor selektif pun penting bagi
komunikator dalam perananya selaku komunikan, sebagai persiapan untuk menjadi
komunikator yang baik. Jadi untuk jadi komunikator yang baik ia harus menjadi
komunikan yang terampil tetapi dalam menerima pesan dari orang lain dalam bentuk
gagasan atau informasi, ia harus selektif dalam rangka pembinaaprofesinya untuk
diabdikan kepada masyarakat.