LP All Kelompok 2 New
LP All Kelompok 2 New
LP All Kelompok 2 New
Disusun Oleh
Kelompok 2:
1. Savira Ade Listiyani
2. Nurul Fadlilah
3. Siti Imronah
4. Ika Khirfiyah
5. Mega Widawati
6. Fina Novianti
7. Izza Camila Muhibudin
8. Nanda Kristabella
9. Dewi Puspitasari
FAKULTAS KESEHATAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Menurut Kyle dan Susan (2016) leukemia merupakan gangguan utama pada
sumsum tulang, yaitu elemen normal digantikan dengan sel darah putih abnormal.
Normalnya, sel limfoid tumbuh dan berkembang menjadi limfosit dan sel mieloid
tumbuh dan berkembang menjadi sel darah merah, granulosit, monosit dan trombosit.
Pada semua jenis leukemia, sel darah putih yang abnormal mengambil alih sumsum
yang normal. Sel darah merah dan trombosit juga terganggu. Sel leukemia dapat
berprofelasi dan dilepaskan ke dalam darah perifer yang menginvasi organ tubuh yang
menyebabkan metastasis (Roshdal & Mary 2015).
Leukemia adalah penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-sum
tulang yang di tandai oleh proliferasi sel-sel yang abnormal dalam darah tepi (Muthia,
2012). Leukemia merupakan keganasan yang ditandai dengan proliferasi sel imatur di
sumsum tulang, darah tepi, dengan infiltrasi organ hati, limpa dan kelenjar limfe.
Proliferasi sel imatur mengakibatkan penumpukan sel leukemik di dalam sumsum
tulang, sehingga fungsi hematopoesis dan trombopoesis tertekan (Riawan, 2012)
ALL merupakan bentuk kanker paling umum terjadi pada anak antara usia 2
dan 10 tahun (Kyle & Susan, 2016). Sebagian besar leukemia yang terjadi pada masa
kanak-kanak adalah LLA dan sekitar 25% kanker ini terjadi pada anak berusia kurang
dari 15 tahunLLA lebih sering terjadi pada anak laki-laki dan orang kulit putih
dibandingkan orang kulit hitam (Axton & Terry, 2014).
Leukimia limfoblastik akut merupakan leukemia yang berasal dari sel induk
limfoid dimana terjadi proliferasi monoklonal dan ekspansi progresif dari progenitor
limfosit B dan T yang imatur dalam sumsum tulang dan beredar secara sistemik.
Proliferasi dan akumulasi dari sel leukemia menyebabkan penekanan dari
hematopoesis normal (Piatkowska dan Styczynski, 2010).
Leukemia limfositik akut merupakan penyakit keganasan sel-sel darah yang
berasal dari sum-sum tulang dan ditandai dengan proliferasi maligna sel leukosit
immaturea, pada darah tapi terlihat adanya pertumbuhan sel-sel yang abnormal
(Friehlig et al, 2015). Sel leukosit dalam darah penderita leukemia berproliferasi
secara tidak teratur dan menyebabkan perubahan fungsi menjadi tidak normal
sehingga mengganggu fungsi sel normal lain (Permono, B., Ugrasena, S., 2012)
B. ETIOLOGI
Etiologi terjadinya leukemia belum diketahui hingga saat ini, namun ada
beberapa faktor risiko, yaitu :
a. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan seperti radiasi ion, radiasi non-ion, hidrokarbon, zat-zat
kimia, alkohol, rokok maupun obat-obatan (Belson dkk., 2007).
b. Faktor genetik
Gangguan regulasi sistem imun sebagai respon dari infeksi saat beberapa
bulan pertama kehidupan juga dapat menginduksi terjadinya LLA pada
masa anak-anak (Roman dkk., 2007). Beberapa faktor lain yang
memengaruhi yaitu medan magnet, pemakaian marijuana, dan diet
(Lanzkowsky, 2011).
d. Kelainan Kromosom
E. KOMPLIKASI LEUKEMIA
1. Infeksi
Komplikasi ini yang sering ditemukan dalam terapi kanker masa anak-anak
adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder karena neutropenia. Anak paling
rentan terhadap infeksi berat selama tiga fase penyakit berikut:
a. Pada saat diagnosis ditegakkan dan saat relaps (kambuh) ketika proses
leukemia telah menggantikan leukosit normal.
b. Selama terapi imunosupresi
c. Sesudah pelaksanaan terapi antibiotic yang lama sehingga mempredisposisi
pertumbuhan mikroorganisme yang resisten.
Walau demikian , penggunaan faktor yang menstimulasi-koloni granulosit
telah mengurangi insidensi dan durasi infeksi pada anak-anak yang mendapat
terapi kanker. Pertahanan pertama melawan infeksi adalah pencegahan(Wong,
2009)
2. Perdarahan
Sebelum penggunaan terapi transfuse trombosit, perdarahan merupakan
penyebab kematian yang utama pada pasien leukemia. Kini sebagaian besar
episode perdarahan dapat dicegah atau dikendalikan dengan pemberian konsentrat
trombosit atau plasma kaya trombosit.
Karena infeksi meningkat kecenderungan perdarahan dan karena lokasi
perdarahan lebih mudah terinfeksi, maka tindakan pungsi kulit sedapat mungkin
harus dihindari. Jika harus dilakukan penusukan jari tangan, pungsi vena dan
penyuntikan IM dan aspirasi sumsum tulang, prosedur pelaksanaannya harus
menggunakan teknik aseptic, dan lakukan pemantauan kontinu untuk mendeteksi
perdarahan.
Perawatan mulut yang saksama merupakan tindakan esensial, karena sering
terjadi perdarahan gusi yang menyebabkan mukositis. Anak-anak dianjurkan
untuk menghindari aktivitas yang dapat menimbulkan cedera atau perdarahan
seperti bersepeda atau bermain skateboard, memanjat pohon atau bermain dengan
ayunan(Wong, 2009)
Umumnya transfuse trombosit hanya dilakukan pada episode perdarahan aktif
yang tidak bereaksi terhadap terapi lokal dan yang terjadi selama terapi induksi
atau relaps. Epistaksis dan perdarahan gusi merupakan kejadian yang paling
sering ditemukan.
3. Anemia
Pada awalnya, anemia dapat menjadi berat akibat penggantian total sumsum
tulang oleh sel-sel leukemia. Selama terapi induksi, transfusi darah mungkin
diperlukan. Tindakan kewaspadaan yang biasa dilakukan dalam perawatan anak
yang menderita anemia harus dilaksanakan (Wong, 2009)
F. PENATALAKSANAAN LEUKEMIA
Penatalaksanaan dari leukemia terbagi atas kuratif dan suportif.
Penatalaksanaan suportif hanya berupa terapi penyakit lain yang menyertai leukemia
beserta komplikasinya, seperti tranfusi darah, pemberian antibiotik, pemberian nutrisi
yang baik, dan aspek psikososial (Permono, B., Ugrasena, S., 2010)
Penatalaksaan kuratif, seperti kemoterapi, bertujuan untuk menyembuhkan
leukemia. Di Indonesia sendiri sudah ada 2 jenis protokol pengobatan yang umumnya
digunakan, yaitu protokol Nasional (Jakarta) dan protokol WK-ALL 2010. Selain
dengan kemoterapi, terapi transplantasi sumsum tulang juga memberikan kesempatan
untuk sembuh terutama pada pasien yang terdiagnosis leukemia sel-T (Permono, B.,
Ugrasena, S., 2010)
1. Kemoterapi
Pengobatan LLA yang umumnya dilakukan adalah kemoterapi. Kemoterapi
bertujuan untuk menyembuhkan leukemia dan proses pengobatannya terdiri dari
beberapa tahapan-tahapan, yaitu fase induksi- remisi, intensifikasi awal,
konsolidasi/terapi profilaksis susunan saraf pusat, intensifikasi akhir (terbagi atas
fase re-induksi dan re-konsolidasi), dan maintenance/rumatan.
a. Tahap induksi
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah membunuh sebagian besar sel-
sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi kemoterapi
biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang karena obat
menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh sel
leukemia (American Cancer Society, 2015). Terapi induksi berlangsung 4-6
minggu. Kemungkinan hasil yang dapat dicapai adalah remisi komplit, remisi
parsial, atau gagal.
b. Tahap Intensifikasi (konsolidasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi yang
bertujuan untuk profilaksis leukemia pada susunan saraf pusat. Hasil yang
diharapkan adalah tercapainya perpanjangan remisi dan meningkatkan
kesembuhan.
c. Tahap Profilaksis SSP
b. Terapi untuk mengatasi infeksi, sama seperti kasus anemia aplastik terdiri atas:
i. Antibiotika adekuat
ii. Transfusi konsentrat granulosit
iii. Perawatan khusus (isolasi)
iv. Hemopoitic growth factor (G-CSF atau GM-CSF)
c. Terapi untuk mengatasi perdarahan terdiri atas:
i. Transfuse konsentrat trombosit untuk mempertahankan
trombosit minimal 10 x 106/ml, idealnya diatas 20 x 106/ml
ii. Pada M3 diberikan Heparin untuk mengatasi DIC
d. Terapi untuk mengatasi hal-hal lain yaitu:
i. Pengelolaan leukostasis : dilakukan dengan hidrasi intravenous
dan leukapheresis. Segera lakukan induksi remisi untuk
menurunkan jumlah leukosit
ii. Pengelolaan sindrom lisis tumor: dengan hidrasi yang cukup,
pemberiaan alopurinol dan alkalinisasi urin.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi terdapat leukosit yang imatur.
Berdasarkan pada kelainan sum sum tulang yaitu berupa pansitopenia,
limfositosis, dan terdapatnya sel blas (sel muda beranak inti). Sel blas
merupakan gejala patognomonik untuk leukemia.
b. Pemeriksaan sum sum tulang
Pemeriksaan sum sum tulang memberikan gambaran monoton, yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoetik. Patologis sedangkan sistem lain terdesak
(aplasia sekunder). Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu: aspirasi (yang
diambil hanya sumsum tulang) dan biopsi (mengangkat sepotong kecil
tulang dan sumsum tulang). Biopsi adalah cara pasti untuk mengetahui
apakah sel-sel leukemia ada di sumsum tulang. Hal ini memerlukan anestesi
lokal. Sumsum tulang diambil dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya.
2. Sitogenetik
Laboratorium akan meneliti kromosom dari sampel sel darah. Sumsum tulang
atau kelenjar getah bening. Jika kromosom abnormal ditemukan, tes dapat
menunjukkan jenis leukemia yang dimiliki.
3. Biopsi limpa
Pemeriksaan ini akan memperlihatkan proliferasi sel leukemia dan sel yang
berasal dari jaringan limpa akan terdesak seperti limfosit normal. RES dan
granulosit.
4. Lumbal pungsi
Pungsi sumsum tulang merupakan pengambilan sedikit cairan sumsum tulang,
yang bertujuan untuk penilaian terhadap simpanan zat besi, mendapatkan spesimen
untuk pemeriksaan bakteriovirologis (biakan mikrobiologi), untuk diagnosa
sitomorfologi/ evaluasi produk pematangan sel asal darah. Tempat yang biasanya
digunakan aspirasi untuk pungsi sumsum tulang adalah spina iliaka posterior
superior (SIPS), krista iliaka, spina iliaka anterior superior (SIAS), sternum di
antara iga ke-2 dan ke-3 midsternal atau sedikit di kanannya (jangan lebih dari 1
cm), spina dorsalis/prosesus spinosus vertebra lumbalis.Bila terjadi peninggian sel
patologis, maka hal ini berarti terjadi leukemia meningeal. Untuk mencegahnya
dilakukan lumbal pungsi pada penderita.
5. Spinal Tap
Dengan mengambil beberapa cairan cerebrospinal. Prosedur ini memakan
waktu sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Laboratorium akan
memeriksa cairan untuk meneliti adanya sel-sel leukemia atau tanda-tanda lain
dari masalah (Hoffbrand Dkk, 2011).
A. Identitas
1. Identitas Pasien, meliputi :
a. Nama :
b. Umur :
c. Tempat/tanggal lahir :
d. Jenis kelamin :
e. Alamat :
2. Identitas Penanggung Jawab :
a. Nama :
b. Jenis kelamin :
c. Hubungan dengan pasien :
d. Alamat :
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Nyeri sendi dan tulang sering terjadi, lemah , nafsu makan menurun,
demam (jika disertai infeksi) bisa juga disertai dengan sakit kepala,
purpura, penurunan berat badan dan sering ditemukan suatu yang
abnormal. Kelelahan dan petekie berhubungan dengan trombositopenia
juga merupakan gejala-gejala umum terjadi.
2. Riwayat Kehamilan dan kelahiran
Saat hamil ibu sering mengkomsumsi makanan dengan bahan
pengawet dan penyedap rasa. Radiasi pada ibu selama kehamilan dapat
meningkatkan resiko pada janinnya. Lebih sering pada saudara sekandung,
terutama pada kembar.
3. Riwayat Keluarga
Insiden ALL lebih tinggi berasal dari saudara kandung anak-anak yang
terserang terlebih pada kembar monozigot (identik).
4. Riwayat Tumbuh Kembang
Pada penderita ALL pertumbuhan dan perkembangannya mengalami
keterlambatan akibat nutrisi yang didapat kurang karena penurunan nafsu
makan, pertumbuhan fisiknya terganggu, terutama pada berat badan anak
tersebut. Anak keliatan kurus, kecil dan tidak sesuai dengan usia anak.
Sedangkan pada keadaan normal anak lingkar kepala mencapai 42,5
pada usia 6 bulan. Setiap bulannya lingkar kepala meningkat 1,25 cm.
Pada anak dengan penderita penyakit ALL cenderung berat badan
menurun, dan tidak sesuai usia, lingkar kepala dan panjang badan relatif tetap
(normal).
1) Motorik Kasar
Pada anak dengan penyakit ALL pada umumnya dapat melakukan
aktivitas secara normal, tapi mereka cepat merasa lelah saat melakukan
aktivitas yang terlalu berat (membutuhkan banyak energi).
2) Motorik Halus
Pada umumnya anak dengan ALL masih dapat melakukan
aktivitas ringan seperti halnya anak-anak normal. Karena aktivitas
ringan tidak membutuhkan energi yang banyak dan anak tidak
mudah lelah
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Pada anak –anak tampak pucat, demam, lemah, sianosis
2. Pemeriksaan TTV
a. Nadi :Pada penderita ALL, terdapat manifestasi klinik nadi teraba
kuat dan cepat (takikardia)
b. TD :pada penderita ALL, tekanan darahnya tinggi disebabkan oleh
hiperviskositas darah
c. Suhu : Pada penderita ALL yang terjadi infeksi l suhu akan naik
(hipertermi, >37,50C)
d. RR : pada umumnya anak sesak nafas, tachypnea (Pernafasan
>30x/menit), retraksi dada
c. Kepala dan leher
d. Rongga mulut
a. apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri).
Penyebab yang paling sering adalah stafilokokus,streptokokus, dan
bakteri gram negative usus serta berbagai spesies jamur.
b. perdarahan gusi,
c. pertumbuhan gigi apakah sudah lengkap
d. ada atau tidaknya karies gigi.
e. Mata
a. Konjungtiva : anemis atau tidak. Terjadi gangguan penglihatan
akibat infiltrasi ke SSP,
b. sclera: kemerahan, ikterik.
c. Perdarahan pada retinas
f. T elinga: ketulian
g. Leher: distensi vena
jugularis Perdarahan otak
Leukemia system saraf pusat: nyeri kepala, muntah (gejala tekanan tinggi
intrakranial), perubahan dalam status mental, kelumpuhan saraf otak,
terutama saraf VI dan VII, kelainan neurologic fokal
h. Pemeriksaan Dada dan Thorax
a. Inspeksi = bentuk thorax, kesimetrisan, adanya retraksi dada,
penggunaan otot bantu pernapasan
b. Palpasi denyut apex (Ictus Cordis)
c. Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
d. Auskultasi = suara nafas, adakah ada suara napas tambahan: ronchi
(terjadi penumpukan secret akibat infeksi di paru), bunyi jantung I, II,
dan III jika ada
i. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi bentuk abdomen apakah terjadi pembesaran pada kelenjar
limfe, ginjal, terdapat bayangan vena, auskultasi peristaltik usus,
palpasi nyeri tekan bila ada pembesaran hepar dan limpa.
b. Perkusi adanya asites atau tidak.
j. Pemeriksaan Genetalia
a. Pembesaran pada testis
b. Hematuria
k. Pemeriksaan Integumen
a. Kulit
- Perdarahan kulit (pruritus, pucat, sianosis, ikterik, eritema, petekie,
ekimosis, ruam)
- nodul subkutan, infiltrat, lesi yg tidak sembuh, luka bernanah,
diaforesis (gejala hipermetabolisme).
- peningkatan suhu tubuh
b. kuku : rapuh, bentuk sendok / kuku tabuh, sianosis perifer.
l. Pemeriksaan Ekstremitas
Adakah sianosis, kekuatan otot,nyeri tulang dan sendi (karena infiltrasi
sumsum tulang oleh sel-sel leukemia
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Permono, B., Ugrasena, S., & I. (2010). Buku ajar hematologi. Cetakan Ketiga. IDAI.
Permono, B., Ugrasena, S., & I. (2012). Buku ajar hematologi. IDAI.
Piatkowska dan Styczynski. (2010). Leukimia Limfoblastik Akut.