Laporan Pendahuluan Aml (Acute Myeloid Leukimia) Di Rsud. Dr. Saiful Anwar Malang
Laporan Pendahuluan Aml (Acute Myeloid Leukimia) Di Rsud. Dr. Saiful Anwar Malang
Laporan Pendahuluan Aml (Acute Myeloid Leukimia) Di Rsud. Dr. Saiful Anwar Malang
Oleh :
Fani Mohamad Yunus
2017.04.006
NIM : 2017.04.006
Laporan pendahuluan dengan AML(Acute Myeloid Leukimia) telah di setujui pada tgl dan
disahkan oleh :
Banyuwangi, Desember
2017
Mahasiswa
( )
( ) ( )
Kepala Ruangan
( )
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Leukemia mieloid akut atau acute myeloid leukaemia (AML) merupakan
keganasan pada sumsum tulang yang berkembang secara cepat pada jalur
perkembangan sel myeloid (Safitri, 2007).
2. EPIDEMIOLOGI
LMA adalah bentuk leukemia akut yang paling sering terjadi pada dewasa
seiring dengan pertambahan usia dan jarang terjadi pada anak-anak (Safitri, 2007;
Handayani dan Haribowo, 2008). Di Negara bagian barat, 25 dari total insiden
leukemia pada dewasa merupakan LMA (Deschler and Lubbert, 2006, dalam Rogers,
2010). Insiden LMA di Amerika berkisar antara 2,4 sampai dengan 2,7 per 100.000
dan meningkat secara progresif berdasarkan usia yang puncaknya 12,6 per 100.000
dewasa >65 tahun (Lowenberg, Downing, and Burnett, 2006; Jabbour, Estey, and
Kantarjian, 2007).
3. ETIOLOGI AML
Penyebab leukemia sampai sekarang belum jelas, tapi beberapa faktor diduga menjadi
penyebab, antara lain :
1) Genetik
a. Keturunan
a) Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital,
diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,
sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma
Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis (Wiernik, 2006; Wilson, 2007). Kelainan-kelainan
kongenital ini dikaitkan erat dengan adanya perubahan informasi gen,
misal pada kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang
tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
b) Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar identik
dimana kasus- kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama kelahiran.
Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat
tinggi (Wiernik,2006).
2) Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom dapatan, misal : radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya
ANLL (Wiernik,2006; Wilson, 2007).
3) Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata.
Penelitian pada manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase
pada sel- sel leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini
berasal dari virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia
pada hewan. (Wiernik, 2006). Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan
leukemia pada manusia adalah Human T-Cell Leukemia . Jenis leukemia yang
ditimbulkan adalah Acute T- Cell Leukemia. Virus ini ditemukan oleh Takatsuki
dkk (Kumala, 2008).
4) Bahan Kimia dan Obat-obatan
b. Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal : benzen) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. (Wiernik,2006; Wilson, 2007)
Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan resiko tinggi dari
AML, antara lain : produk - produk minyak, cat , ethylene oxide, herbisida,
pestisida, dan ladang elektromagnetik (Fauci, et. al, 2006).
c. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal : alkilator dan inhibitor topoisomere II)
dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML (Fauci, et. al,
2006).
5) Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada
pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus
lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat
dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien
yang mendapat terapi radiasi misal : pembesaran thymic, para pekerja yang
terekspos radiasi dan para radiologis .
6) Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain disebut
Secondary Acute Leukemia ( SAL ) atau treatment related leukemia. Termasuk
diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker payudara. Hal ini
disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk golongan imunosupresif
selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan DNA .
4. PATOFISIOLOGI
Sel blast
(mieloblast)
Mekanisme imun
terganggu
Akumulasi sel
MK : Resiko
infeksi Prod. SDM
Trombositopenia
Inflitrasi terganggu
MK : Resiko
injuri MK : Intoleransi MK : Resiko tinggi
Aktivitas
kekurangan volume
cairan tubuh
6. KLASIFIKASI AML
Berdasarkan klasifikasi French American British (FAB)
AML terbagi menjadi 8 tipe :
- Mo ( Acute Undifferentiated Leukemia )
Merupakan bentuk paling tidak matang dari AML, yang juga disebut sebagai AML
dengan diferensiasi minimal.
- M1 ( Acute Myeloid Leukemia tanpa maturasi )
Merupakan leukemia mieloblastik klasik yang terjadi hampir seperempat dari
kasus AML. Pada AML jenis ini terdapat gambaran azurophilic granules dan
Auer rods. Dan sel leukemik dibedakan menjadi 2 tipe, tipe 1 tanpa granula dan
tipe 2 dengan granula, dimana tipe 1 dominan di M1.
- M2 ( Akut Myeloid Leukemia )
Sel leukemik pada M2 memperlihatkan kematangan yang secara morfologi
berbeda, dengan jumlah granulosit dari promielosit yang berubah menjadi
granulosit matang berjumlah lebih dari 10 %. Jumlah sel leukemik antara 30-90
%. Tapi lebih dari 50 % dari jumlah sel-sel sumsum tulang di M2 adalah mielosit
dan promielosit.
- M3 ( Acute Promyelocitic Leukemia )
Sel leukemia pada M3 kebanyakan adalah promielosit dengan granulasi berat,
stain mieloperoksidase + yang kuat. Nukleus bervariasi dalam bentuk maupun
ukuran, kadang- kadang berlobul . Sitoplasma mengandung granula besar, dan
beberapa promielosit mengandung granula berbentuk seperti debu. Adanya
Disseminated Intravaskular Coagulation (DIC) dihubungkan dengan granula-
granula abnormal ini .
- M4 ( Acute Myelomonocytic Leukemia )
Terlihat 2 (dua) type sel, yakni granulositik dan monositik, serta sel-sel leukemik
lebih dari 30 % dari sel yang bukan eritroit. M4 mirip dengan M1, dibedakan
dengan cara 20% dari sel yang bukan eritroit adalah sel pada jalur monositik,
dengan tahapan maturasi yang berbeda- beda.
Jumlah monosit pada darah tepi lebih dari 5000 /uL. Tanda lain dari M4 adalah
peningkatan proporsi dari eosinofil di sumsum tulang, lebih dari 5% darisel yang
bukan eritroit, disebut dengan M4 dengan eoshinophilia. Pasien-pasien dengan
AML type M4 mempunyai respon terhadap kemoterapi-induksi standar.
- M5 ( Acute Monocytic Leukemia )
Pada M5 terdapat lebih dari 80% dari sel yang bukan eritroit adalah monoblas,
promonosit, dan monosit. Terbagi menjadi dua, M5a dimana sel monosit dominan
adalah monoblas, sedang pada M5b adalah promonosit dan monosit. M5a jarang
terjadi dan hasil perawatannya cukup baik.
- M6 ( Erythroleukemia )
Sumsum tulang terdiri lebih dari 50% eritroblas dengan derajat berbeda dari
gambaran morfologi Bizzare. Eritroblas ini mempunyai gambaran morfologi
abnormal berupa bentuk
multinukleat yang raksasa. Perubahan megaloblastik ini terkait dengan maturasi
yang tidak sejalan antara nukleus dan sitoplasma . M6 disebut Myelodisplastic
Syndrome ( MDS ) jika sel leukemik kurang dari 30% dari sel yang bukan eritroit .
M6 jarang terjadi dan biasanya kambuhan terhadap kemoterapi-induksi standar.
- M7 ( Acute Megakaryocytic Leukemia )
Beberapa sel tampak berbentuk promegakariosit/megakariosit.
( Yoshida, 2007; Wetzler dan Bloomfield, 2007 ).
9. KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis LMA dapat ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan morfologi sel
dan pengecatan sitokimia (Sutoyo dan Setiyohadi, 2006). Ketika ditemukan >30% sel
blast pada aspirasi sumsum tulang belakang (berdasarkan pada kriteria French-
American-British (FAB) Cooperative Group) atau minimal 20% (berdasarkan kriteria
WHO), maka dapat ditegakkan leukemia akut (Jabbour, Estey, and Kantarjian, 2006).
Kemudian akan dilakukan pemeriksaan pengecatan sitokimia dengan menggunakan
Suddan Black B atau myeloperoxidase untuk mengetahui jenis leukemia yang terjadi.
Jika hasil pengecatan sitokimia positif maka dapat ditegakkan diagnosis LMA.
11. KOMPLIKASI
Penyulit yang paling sering didapatkan adalah :
Perdarahan.
Sepsis.
B. KONSEP ASKEP AML
1. PENGKAJIAN
Pengkajian secara umum yang dapat dilakukan pada pasien adalah meliputi:
1) Identitas, meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan,
agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register,
serta diagnosa medis.
2) Keluhan utama:
Biasanya keluhan utama klien adalah adanya tanda-tanda perdarahan pada kulit
seperti petekie, tanda-tanda infeksi seperti demam,
menggigil, serta tanda anemia seperti kelelahan dan pucat.
3) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien tampak lemah dan pucat, mengeluh lelah, dan sesak. Selain itu
disertai juga dengan demam dan menggigil, penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan.
4) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit dengan gangguan pada kromosom atau pernah
mengalami kemoterapi atau terapi radiasi.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Adanya keluarga yang pernah menderita leukemia atau penyakit
keganasan lain sebelumnya .
6) Hasil pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik, bisa didapatkan:
Inspeksi
Kelemahan, tampak pucat, tanda-tanda perdarahan seperti petekie, ekimosis,
perdarahan pada gusi, serta adanya luka yang menandakan
kelemahan imun tubuh (sariawan/ stomatitis).
Palpasi
Dapat terjadi leukemia kutis akibat infiltrasi sel blast pada kulit yaitu berupa
benjolan yang tidak berpigmen dan tanpa rasa sakit, pembekakan pada gusi,
hepatomegali dan splenomegali.
Auskultasi
Ditemukan adanya perubahan pada suara dan frekuensi nafas karena sesak
akibat anemia.
7) Hasil pemeriksaan penunj ang
Dari hasil pemeriksaan darah akan didapatkan adanya penurunan jumlah
eritrosit sampai dengan <7,5 g/dl (anemia berat), penurunan trombosit
<100.000 g/ml (trombositopenia) dan penurunan leukosit (leukositopenia).
Dari hasil biopsi sumsum tulang belakang akan didapatkan gambaran adanya
peningkatan jumlah sel blast (myeloblas) >20%.
Dari hasil pemeriksaan pengecatan sitokimia dengan menggunakan Suddan
Black B atau myeloperoxidase akan didapatkan hasil yang positif.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Nyeri ( akut ) berhubungan dengan agen fiscal ; pembesaran organ / nodus limfe,
sumsum tulang yang dikmas dengan sel leukaemia.
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria hasil :
Suhu normal 36,5-37,5 C
Tanda-tanda inflamasi (tumor, rubor, kolor, dolor,
funtio lesa) tidak terjadi
Pasien tidak gelisah
Rencana tindakan :
2. Berikan protocol untuk mencuci tangan yang baik untuk semua staf
petugas.
Pola nafasefektif
Bunyi nafas atau normal atau bersih
TTV dalam batas normal
Batuk berkurang
Ekspansi paru mengembang
Rencana Tindakan :
Carpenito, Lynda Juall. (2008). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. (terjemahan).
Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Jabbour, E. J., Estey, E., and Kantarjian, H. M. (2008). Adult Acute Myeloid Leukemia.
Mayo Clinic Proceedings, 81(2): 247-260. (Online), diakses pada tanggal 8 Januari
2018, melalui http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/984554411/...3D.
Lowenberg, B., Downing, J. R., and Burnett, A. (2007). Acute Myeloid Leukemia. N Engl J
Med, (341):1051-1062. DOI: 10.1056/NEJM199909303411407.
Matondang, Corry S. (2008) Diagnosis Fisis Pada Anak. Edisi ke 2, PT. Sagung Seto.
Jakarta.
Ngastiyah (2008). Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Price and Wilson. (2010). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Vol. 1, Ed. 6.
Jakarta: EGC.
Soetjiningsih. (2007). Tumbuh Kembang Anak. Penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sudoyo, A. W., dan Setiyohadi, B. (2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Ed. 4.
Jakarta: FKUI.
Sumijati M.E, dkk, (2009). Asuhan Keperawatan Pada Kasus Penyakit Yang Lazim Terjadi
Pada Anak. PERKANI. Surabaya.
Wakui, et al. (2008). Diagnosis of acute myeloid leukemia according to the WHO
classification in the Japan Adult Leukemia Study Group AML-97 protocol. Int
JHematol, 87:144-151. DOI 10.1007/s12185-008-0025-3. (Online), diakses pada
tanggal 8 Januari 2018, melalui
http://media.proquest.com/media/pq/classic/doc/1896243621/...3D.