0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
419 tayangan73 halaman

BAB 8 Peraturan Zonasi

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 73

[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

BAB
VIII
PERATURAN ZONASI

8.1 Peraturan Zonasi


8.1.1 Pengertian Peraturan Zonasi
Peraturan Zonasi pada dasarnya merupakan aturan yang disusun guna mengendalikan kegiatan
dan bentuk bangunan di wilayah perencanaan. Sebagai instrumen pengendalian, peraturan
zonasi harus memiliki ketegasan dan ketepatan dalam penetapan teks zonasi atau zoning text-
nya.

8.1.2 Klasifikasi Zona


A. Definisi Klasifikasi Zona
 jenis dan hirarki zona yang disusun berdasarkan kajian teoritis, kajian
perbandingan, maupun kajian empirik untuk digunakan di daerah yang disusun
Peraturan Zonasinya.
 merupakan perampatan (generalisasi) dari kegiatan atau penggunaan lahan yang
mempunyai karakter dan/atau dampak yang sejenis atau yang relatif sama.
B. Tujuan
 menetapkan zonasi yang akan dikembangkan pada suatu wilayah perkotaan;
 menyusun hirarki zonasi berdasarkan tingkat gangguannya.
C. Dasar Pertimbangan Penyusunan
Merujuk pada klasifikasi dan kriteria zonasi. Menambahkan/melengkapi klasifikasi
zonasi dengan mempertimbangkan:
 hirarki klasifikasi zonasi;
 zonasi yang sudah berkembang;
 jeniszona yang spesifik yang ada;
 jenis zonasi yang prospektif berkembang.
D. Kode Zonasi
Ketentuan penamaan kode zonasi adalah sebagai berikut:
 setiap zonasi diberi kode yang mencerminkan fungsi zonasi yang dimaksud.
 pengkodean zonasi dapat merujuk pada kode zonasi.

VIII-1
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

 nama kode zonasi dapat disesuaikan dengan RTRW yang berlaku di daerah masing-
masing; dan
 nama kode zonasi diupayakan bersifat universal seperti yang banyak digunakan di
luar negeri.

8.1.3 Pemberian Kode Zona


Zoning dalam konteks penataan ruang adalah kegiatan membagi wilayah perencanaan ke dalam
beberapa blok dan zona, serta menetapkan pengaturan pemanfaatan ruangnya. Klasifikasi
zonasi adalah salah satu bentuk sebagai bagian dari proses pembagian kawasan perencanaan
yang didalamnya terdapat peruntukan dan fungsi-fungsi kegiatan termasuk sarana, prasarana
dan utilitas kotanya. Pengkodean zona dapat mengikuti kode-kode sesuai dengan fungsi
masing-masing kawasan, atau dapat pula ditentukan dengan penomoran sendiri. Dalam hal ini,
menggunakan kode (nomenklatur) sudah dijelaskan pada bagian pola ruang di tabel 8.1 dan
tabel 8.2.

8.2 Teks Zonasi (Zoning Text)


8.2.1 Ketentuan Peraturan Zonasi
Arahan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang akan dilakukan pada suatu zona peruntukan
tertentu memerlukan persyaratan khusus. Misalnya pada suatu zona peruntukan perdagangan
dan jasa:
 Kegiatan apa saja yang diijinkan tanpa syarat untuk dilakukan di zona tersebut;
 Kegiatan apa saja yang diijinkan secara terbatas untuk dilakukan di zona tersebut;
 Kegiatan apa saja yang diijinkan secara bersyarat untuk dilakukan di zona tersebut;
 Kegiatan apa saja yang tidak diijinkan (dilarang) untuk dilakukan di zona tersebut.
Tabel berikut menampilkan definisi dari masing-masing persyaratan kegiatan pemanfaatan
ruang di Kawasan Perkotaan Samalanga, seperti yang terlihat pada Tabel 8.1.
Tabel 8. 1 Klasifikasi Kegiatan Pemanfaatan Ruang

KODE KETERANGAN
I Kegitan pemanfaatan ruang dijinkan, karena sifatnya sesuai dengan peruntukan lahan
yang direncanakan. Hal ini berarti tidak akan ada peninjauan atau pembahasan atau
tindakan lain dari pemerintah kabupaten/kota terhadap pemanfaatan ruang tersebut.
T Kegiatan pemanfaatan diijinkan secara terbatas, artinya kegiatan pemanfaatan ruang
tersebut perlu dibatasi melalui penentuan standar pembangunan minimum,
pembatasan pengoperasian, atau peraturan tambahan lainnya yang berlaku di wilayah

VIII-2
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

kabupaten/kota yang bersangkutan.


B Kegiatan pemanfaatan diijinkan namun dengan persyaratan tertentu khususnya
terkait dengan persyaratan untuk mengurangi gangguan lingkungan.Misalnya
persyaratan berupa dokumen AMDAL, RKL, dan RPL.
X Kegiatan pemanfaatan ruang tidak diijinkan karena sifatnya tidak sesuai dengan
peruntukan lahan yang direncakan dan dapat menimbulkan dampak yang cukup besar
bagi lingkungan di sekitarnnya.
Sumber : Peraturan Menteri ATR No. 16 Tahun 2018, Tentang RDTR dan Peraturan Zonasi
Teks zonasi yang berlaku bagi kegiatan yang tertuang pada matriks Indikator pemanfaatan
ruang dirincikan pada sub Tabel 8.2.

8.2.2 Ketentuan Intensitas Pemanfaatan Ruang


Intensitas pemanfaatan ruang adalah besaran pembangunan yang diperbolehkan berdasarkan
batasan KDB, KLB, KDH atau kepadatan penduduk yang diatur sedemikian rupa sehingga
menjadi satu kesatuan yang serasi. Intensitas pemanfaatan ruang diperhitungkan atas area
perencanaan berupa unit-unit pemilikan tanah yang merupakan gabungan atau pemecahan dari
perpetakan atau persil.
A. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
1. Perhitungan luas lantai adalah jumlah perhitungan luas lantai yang diperhitungkan
sampai batas dinding terluar.
2. Luas lantai ruangan beratap yang mempunyai dinding lebih dari 1,20 m dihitung
100%.
3. Luas lantai beratap yang bersifat terbuka atau mempunyai dinding tidak lebih dari
1,20 m, dihitung 50% selama tidak melebihi 10% dan luas denah yang
diperhitungkan sesuai dengan KDB yang ditetapkan.
4. Overstek atap yang melebihi 1,50 m maka luas mendatar kelebihannya dianggap
sebagai lantai denah.
5. Teras tidak beratap yang mempunyai dinding tidak lebih dari 1,20 m di atas lantai
teras, tidak diperhitungkan.
6. Untuk perhitungan luas lantai di bawah tanah diperhitungkan seperti luas lantai di
atas tanah dengan batasan Koefisien Tapak Basement yang telah ditetapkan.
7. Luas ruang bawah tanah (besmen) melewati batas-batas area perencanaan atau
berada di bawah prasarana kota atau di bawah ruang terbuka publik ditentukan
lebih lanjut dengan Surat Keputusan Bupati.

VIII-3
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

8. Luas lantai bangunan untuk parkir tidak diperhitungkan dalam perhitungan KLB
asal tidak melebihi dari 50% KLB yang telah ditetapkan. Jika melebihi, maka
diperhitungkan 50% terhadap KLB.
9. Bangunan Khusus untuk parkir yang bukan merupakan bangunan pelengkap, luas
lantainya diperbolehkan mencapai 200% dari KLB yang ditetapkan dan
perletakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

B. Koefisien Dasar Hijau


Koefisien Dasar Hijau yang selanjutnya disebut KDH adalah angka prosentase
berdasarkan perbandingan jumlah lahan terbuka untuk penanaman tanaman dan atau
peresapan air terhadap luas tanah/ daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana
tata ruang.
Ketentuan umum mengenai KDH adalah sebagai berikut:
1. Koefisien Dasar Hijau (KDH) ditetapkan sesuai dengan penuntukkan dalam rencana
tata ruang wilayah yang telah ditetapkan. KDH minimal 10% pada daerah sangat
padat/ padat. KDH ditetapkan meningkat setara dengan naiknya ketinggian
bangunan dan berkurangnya kepadatan wilayah.
2. Untuk perhitungan KDH secara umum, digunakan rumus 100 % - (KDB + 20% KDB).
3. Ruang Terbuka Hijau yang termasuk dalam KDH sebanyak mungkin diperuntukkan
bagi penghijauan/penanaman di atas tanah. Dengan demikian area parkir dengan
lantai perkerasan masih tergolong RTH sejauh ditanami pohon peneduh yang
ditanam di atas tanah, tidak di dalam wadah/kontainer kedap air.

Ketentuan intensitas bangunan di Kawasan Perkotaan Samalanga diatur dengan


mempertimbangkan kondisi eksisting wilayah, pola permukiman masyarakat serta ketentuan
umum akan intensitas bangunan. Ketentuan intensitas bangunan tertuang pada matrik text
zonasi.
8.2.3 Ketentuan Tata Bangunan
Tata massa bangunan terdiri dari ketinggian bangunan, garis sempadan jalan dan bangunan,
serta jarak bebas
A. Garis Sempadan Jalan dan Bangunan
Garis sempadan adalah garis yang pada pendirian bangunan ke arah yang berbatasan di
atas permukaan tanah yang tidak boleh terlampaui. Garis sempadan ini terdiri dari:
1. Sempadan muka : yang berbatasan dengan jalan
2. Sempadan belakang : yang berbatasan dengan jalan atau bangunan di belakangnya.
3. Sempadan samping : yang berbatasan dengan jalan atau bangunan di sampingnya.

VIII-4
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

4. Sempadan pagar : garis dimana harus dipasang bagian luar dari pagar-pagar persil
atau pagar-pagar pekarangan.
Dalam menentukan garis sempadan digunakan pertimbangan terhadap transportasi
yaitu mempertimbangkan segi kemacetan lalu lintas. Maka dalam menghitung GSB
harus diketahui rencana jaringan jalannya untuk mengetahui lebar dan status jalan yang
ada. Untuk contoh perhitungan dapat dilihat pada lampiran zonasi.
B. Jarak Bebas Antar Bangunan
Jarak bebas dimaksudkan agar membentuk keserasian bangunan tunggal/rengang,
penerangan dan penghawaan ruang (kenyamanan & kesehatan), dan keamanan
terhadap bahaya kebakaran, seperti untuk sirkulasi kendaraan pemadam kebakaran,
dsb.
C. Tampilan Bangunan
Ditetapkan dengan mempertimbangkan warna bangunan, bahan bangunan, tekstur
bangunan, muka bangunan, gaya bangunan, keindahan bangunan, serta keserasian
bangunan dengan lingkungan sekitarnya. Maka dapat dikatakan tampilan bangunan
merupakan estetika bangunan.

8.2.4 Ketentuan Pemanfaatan Ruang Pada Tiap Zona

VIII-5
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

Gambar 8. 1 Matrix ITBX


ZONA LINDUNG ZONA BUDIDAYA
ZONA SARA
ZONA ZONA RUANG ZONA
PERDAGANG ZONA ZONA ZONA NA ZONA PERUNTUKAN
PERLINDUNGAN TERBUKA PERUMAHA
KLASIFIKASI ZONA AN DAN PERKANTORAN CAMPURAN INDUSTRI PELA LAINNYA
SETEMPAT HIJAU N
JASA YANA
SP SS RTH-4 RTH-7 R-3 K-2 KT C3 SIKM SPU-2 PL-1 PL-7 PL-8 PL-9 PL-13

Pertahanan dan Keamanan


Sentra Industri Kecil dan
Campuran Perdagangan,
Jasa & Perkantoran
Taman Kelurahan/
Sempadan Sungai
Sempadan Pantai
No.

Pemakaman

Perkantoran
Skala BWP

Skala BWP

Pariwisata
Pertanian
Gampong

Menegah

TPS (3R)
Sedang

IPAL
KLASIFIKASI KEGIATAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
RUANG TERBUKA HIJAU
1 Taman Lingkungan I I I X I B I B B I X I I I I
2 Taman Kota I I I X I X I X X I X I I I I
3 Taman Pemakaman Umum I I X I X X X X X X B X X X X
4 Keaneka Ragaman Hayati/Plasma Nutfah I I I I I I I I I I X I I I I
5 Sabuk Hijau/Jalur Hijau Jalan B B I X I I I I I I X I I I I
6 Lapangan Olah Raga Terbuka I I I X I I I I I I X I I I I
7 Hutan Kota I I I X B X X X X X X X X X I
8 Taman Edukasi I I I X I X X X X X X X X X I
PERUMAHAN
1 Rumah Tunggal B B X X I T X T X X B T X X X
2 Rumah Kopel B B X X I T X T X X B T X X X
3 Rumah Deret X X X X I T X T X X B T X X X
4 Rumah Dinas X X X X I T I T I T B I X X X
5 Rumah Susun X X X X I T X T X X B B X X X
6 Rumah Kos X X X X I T X T X X B X X X X
7 Panti Sosial X X X X I T B T B X B X X X X
8 Rumah Asrama/Mess X X X X I B I B I X B I X X X
PERDAGANGAN
1 Warung/Kios X X X X T I X I T T B T X X T
2 Pedagang Kaki Lima X X X X T T X T X T B B X X T
3 Pertokoan Campuran/Kelontong X X X X T I X I T T B X X X T
4 Swalayan/Mini Market/Supermarket X X X X B T X T X X B X X X B
5 Department store X X X X X B X B X X B X X X X
6 Pasar Tradisional X X X X B I X I X X B X X X X
7 Rumah Makan/Café X X X X T T X T X T B X X X T

VIII-6
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

8 Mall/Plaza/Pusat Perbelanjaan/Hypermarket X X X X X B X B X X B X X X X
Pertokoan (Peralatan/Pasokan Pertanian dan
9 X X X X B T X T X X B X X X X
Sejenisnya)
10 Showroom X X X X X I X B X X B X X X X
11 SPBU/SPPBE/SPDN dan sejenisnya X X X X B B X B X X B X X X X
12 Depot Isi Ulang Air Minum X X X X B I X I X X B X X X X
JASA KOMERSIL
1 Asuransi dan Jasa non bank lainnya X X X X B I B I B X X X X X X
2 Kantor Finansial/Koperasi Simpan Pinjam X X X X B I B I B X X B X X X
3 Kantor Cabang/Cabang Pembantu X X X X X I B I B X X I X X X
4 Kantor Pusat/Kantor Cabang Utama X X X X X I B I B X X I X X X
5 Biro Perjalanan X X X X B I X I X I X X X X X
6 Pool Kendaraan X X X X X I X I X I X X X X T
7 Jasa Pengiriman dan Pengangkutan X X X X B I X I X I X X X X X
8 Jasa Pencucian Kendaraan X X X X T I X I X X X X X X X
9 Jasa Pendidikan/Bimbingan belajar/kursus X X X X I I X I X I X X X X X
10 Jasa Komunikasi X X X X T I X I X X X X X X X
11 Warnet X X X X T I X I X X X X X X X
12 Publikasi (Baliho,Videotron dan Sejenisnya) X X X X B I B I B B X B X X B
13 Tower/Menara Telekomunikasi Bersama X X X X B I B I B X X X X X X
14 Stasiun Radio X X X X I I X I X X X B X X X
15 Stasiun Televisi X X X X I I X I X X X X X X X
16 Jasa Kecantikan X X X X I I X I X X X X X X X
17 Praktek Dokter X X X X I I X I X T X X X X X
18 Klinik/Praktek bersama X X X X I I X I X X X B X X X
19 Laboratorium X X X X B I X I X X X X X X X
20 Apotik/Toko Obat X X X X I I X I X X X X X X X
21 Karaoke Keluarga X X X X T I X I X X X X X X X
22 Bioskop X X X X X I X I X X X X X X X
23 Gedung Pertunjukan X X X X X I X I X T X X X X X
24 Kantor Swasta X X X X X I T I B T X X X X X
25 Jasa Percetakan X X X X I I T I X I X X X X X
26 Gedung Pertemuan/Auditorium X X X X T I I I X X X B X X B
27 Perbengkelan X X X X T I X I X X X B X X X
28 Rumah Potong Hewan X X X X X B X X X X X X X X X
29 Gedung Parkir X X X X I I I I X B X X X X B
30 Wisma Penginapan/Motel/Losmen X X X X I I X I X X X X X X B
31 Hotel X X X X I I X I X X X X X X B
PERKANTORAN
1 Kantor Kelurahan/Kecamatan X X X X T I I I X I X X X X X
2 Kantor Pemerintahan Kota X X X X T I I I X I X X X X X
3 Kantor Pemerintahan Provinsi/Pusat X X X X T T I I X I X X X X X
4 Kantor Konsulat/Perwakilan Negara Asing X X X X B B I I X B X X X X X
5 Kantor Polsek/Koramil dan sejenisnya X X X X B B I I X B X I X X B
6 Kantor Polisi/TNI skala Kota atau Provinsi X X X X B B I I X B X I X X B
7 Pos Jaga I I I I I I I I B I X I I I I
8 Pos Pemadam Kebakaran X X X X I I I I B I X X X X X

VIII-7
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

FASILITAS UMUM DAN SOSIAL


1 PAUD X X X X I X T T X I X X X X X
2 TK/TPA X X X X I X T T X I X X X X X
3 SD/MI sederajat X X X X I X T X X I X X X X X
4 SLTP/MTs sederajat X X X X T X B X X I X X X X X
5 SMA/SMK/MA sederajat X X X X T X B X X I X X X X X
6 Perguruan Tinggi/Akademi X X X X B X X B B B X X X X X
7 Balai Pelatihan dan Pendidikan Negeri X X X X T X B X X I X X X X X
8 Sekolah Terpadu (> 1 tingkatan sekolah) X X X X T X X X X I X X X X X
9 Pondok Pesantren/Sejenisnya X X X X T X X X X I X X X X X
10 Terminal Penumpang/Darat X X X X X X X X X I X X X X X
11 Terminal Khusus Barang/Darat X X X X X X X X T I X X X X X
12 Halte X X X X T T T T T T X T X X T
13 Puskesmas/Puskesmas Pembantu X X X X I X X B X I X X X X X
14 Rumah Sakit Umum X X X X B X X X X I X X X X X
15 Rumah Sakit Khusus X X X X B X X B B I X B X X X
16 Stadion X X X X T X X X X I X X X X X
17 Kolam Renang X X X X I X X X X I X T X X X
18 Gedung Olahraga X X X X T X X X X I X T X X X
19 Sanggar senam/gym/fitness X X X X T T X T X B X X X X X
20 Taman Budaya X X X X I X X X X I X X X X X
21 Museum X X X X T X X X X I X X X X X
22 Waterboom/Water Park X X X X B X X X X X X X X X X
23 Outbond X X X X T X X X X X X X X X X
24 Perpustakaan X X X X I X I I I I X B X X X
25 Musholla X X X X I T I I I I X I X X I
26 Mesjid X X X X I T I I I I X X X X I
27 Gereja X X X X B B B B B B X X X X X
28 Vihara/Klenteng X X X X B B B B B B X X X X X
29 Kuil X X X X B B B B B B X X X X X
INDUSTRI
1 Industri Furnitur/Manufaktur X X X X X B X X I X X X X X X
2 Industri Kreatif X X X X T I X X I X X X X X I
3 Industri Mikro/Kecil/Ringan/Non-polutan X X X X I I X B I X X X X X I
4 Industri Menengah/Rumah Tangga X X X X T I X X I X X X X X X
5 Industri Perikanan X X X X B X X X I X X X X X X
6 Industri Hasil Pertanian/Perkebunan X X X X T X X X I X X X X X X
PERUNTUKAN LAINNYA
1 Sawah B B X X T X X X X X I X X X X
2 Hortikultura/Kebun Campuran B B X X I X X X X X I X X X X
3 Perikanan/Kolam/Kerambah/Tambak X X X X I X X X X X I X X X T
4 Peternakan hewan berkaki 2 (unggas) X X X X B X X X X X I X X X X
5 Peternakan hewan berkaki 4 X X X X B X X X X X I X X X X
6 Penangkaran hewan (walet) X X X X B X X B B X I X X X X
7 Wisata Alam/Buatan I I X X I X X B X X B X X X I
8 Wisata Budaya/Sejarah/Religi X X X X X X X X X B X X X X I
9 Tempat Pembuangan Sampah Sementara X X T T T T T T T T X T X I T
10 Daur ulang sampah X X X X T X X X X I X B X I X

VIII-8
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

11 Pengolahan sampah/limbah X X X X B X X X X B X B X I B
12 Penimbunan barang bekas X X X X X B X X X X X X X I X
13 BTS X X X X B B B B B B X X X B X
14 Rumah pompa B B X X I I I X X I X I B B I
15 Pembangkit listrik X X X X X X X X X B X X X X X
16 Lapangan Perkerasan X X I I I I I X X I X I I I I
17 Tempat parkir I I X X I I I I I I X I B I I
18 Taman bermain dan rekreasi I I X X I I I X X I X I B X I
19 Trotoar B B X X I I I I I I X I I X I
20 Gudang/Pergudangan X X X X X B X B I X X T X T X
CAMPURAN
1 Stasiun terpadu X X X X X T X X X X X T X X X
2 Taman pintar X X T X B I B X X I X I X X I

Sumber : Hasil Analisa Konsultan RDTR, 2019

VIII-9
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

8.2.4.1 Kawasan Lindung


Tabel 8. 2 Text Zonasi Kawasan Lindung
No Ketentuan Uraian Ketentuan
1 SUB ZONA PERLINDUNGAN SETEMPAT – SP ( Sempadan Pantai)
a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX pada Lampiran. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan
Lahan bersyarat adalah :
T B
Jenis kegiatan peruntukan lainnya berupa wisata alam dan perikanan,
diijinkan terbatas dengan batasan:
1. Kegiatan yang berbasis alam (memanfaatkan potensi pantai);
2. Tidak mengganggu, merusak, maupun menurunkan kualitas
ekosistem atau lingkungan
b. Intensitas Pemanfaatan  GSB : 10 meter
Ruang  KDB : 10 %
 KLB : 0,2
 KDH : 30 %
c. Tata Bangunan
d. Sarana prasarana minimum  Pembuatan jalan dengan memperhatikan perkerasan yang dapat menyerap air, tanpa mengubah ekosistem sempadan pantai. Serta
dilengkapi dengan prasarana lingkungan
e. Pelaksanaan  Penggunaan lahan saat ini adalah berupa lahan pasir dan pertambakan. Pembangunan boleh dilakukan dengan izin kepada instansi
terkait

f. Perubahan Peraturan Zonasi  Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat
diputuskan oleh bupati atau kepala dinas teknis terkait.
g. Tambahan
h. Khusus  Pembatasan bangunan dengan hanya memberikan izin pembangunan pada bangunan / aktivitas yang mendukung kegiatan nelayan /
perikanan dan pariwisata alam, disertai dengan prasarana lingkungan permukiman

VIII-10
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


2 SUB ZONA PERLINDUNGAN SETEMPAT – SS ( Sempadan Sungai)
a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX pada Lampiran. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan
Lahan bersyarat adalah :
T B
Jenis kegiatan peruntukan lainnya berupa wisata alam dan perikanan,
diijinkan terbatas dengan batasan:
1. Kegiatan yang berbasis alam (memanfaatkan potensi sungai);
2. Tidak mengganggu, merusak, maupun menurunkan kualitas
ekosistem atau lingkungan;
3. Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya; Masyarakat penghuni
bangunan rumah tinggal harus ikut menjaga kelestarian sungai.
b. Intensitas Pemanfaatan a. Building Coverage tidak lebih dari 10% luas total area
Ruang
c. Tata Bangunan 1. Garis Sempadan Sungai
2. Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan:
 paling sedikit berjarak 10 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai dengan kedalaman sungai kurang/sama dengan 3 m
 paling sedikit berjarak 15 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai dengan kedalaman sungai lebih dari 3 m - 20 m;
 paling sedikit berjarak 30 m dari tepi kiri dan kanan palung sungai dengan kedalaman sungai lebih dari 20 m (dua puluh meter).
3. Garis sempadan pada sungai tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan terdiri atas:
4. Garis sempadan sungai kecil tidak bertanggul di luar kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit 50 m dari tepi kiri dan kanan palung
sungai
5. Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit berjarak 3 m dari tepi luar kaki tanggul
6. Garis sempadan sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan ditentukan paling sedikit berjarak 5 m dari tepi luar kaki tanggul
d. Sarana prasarana minimum 1. Sarana lingkungan
 Air bersih
 MCK

VIII-11
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


2. Prasarana lingkungan
 Jalur pejalan kaki dengan lebar minimal 1,5 meter.
 Jalan harus memenuhi unsur lingkungan dengan perkerasan yang dapat menyerap air.
 Untuk sempadan sungai dengan lebar lebih dari 5 meter dapat dibangun jalur sepeda atau jogging track dengan perkerasan yang
dapat menyerap air.
3. Pengembangan peresapan air dengan memaksimalkan fungsi kawasan perlindungan setempat
e. Pelaksanaan  Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai dengan fungsi zona sebelum peraturan ini ditetapkan diperbolehkan selama memiliki izin
yang sah dan akan dibatasi perkembangannya
 Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai dengan fungsi zona sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah
harus segera dialihfungsikan kembali ke fungsi sempadan sungai dalam waktu paling lama 5 tahun setelah berlakunya Peraturan
Daerah ini.
f. Perubahan Peraturan Zonasi  Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat
diputuskan oleh bupati.
g. Tambahan Vegetasi
Kriteria untuk pemilihan tanaman adalah sebagai berikut:
 sistem perakaran yang kuat, sehingga mampu menahan pergeseran tanah;
 tumbuh baik pada tanah padat;
 sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan;
 kecepatan tumbuh bervariasi;
 tahan terhadap hama dan penyakit tanaman;
 jarak tanam setengah rapat sampai rapat 90 % dari luas area, harus dihijaukan;
 tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
 berupa tanaman lokal dan tanaman budidaya;
 dominasi tanaman tahunan;
 sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung.Contoh tanaman: Bungur, Jening, Khaya, Pingku, Lamtorogung,
Puspa, Kenanga, Tanjung, Trembesi, Beringin, Kepuh, Johar, Kaliandra, Salam, Matoa, Sawo Kecik, Asam, Angsana, Palem Raja.

VIII-12
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


 Mengutamakan vegetasi khas setempat

h. Khusus  Untuk sempadan sungai dengan lebar lebih dari 5 meter dapat difungsikan sebagai wisata alam sepanjang sisi sungai.
 Untuk sempadan sungai dengan lebar lebih darimeter dapat dilengkapi jalan inspeksi.
3 ZONA RUANG TERBUKA HIJAU – RTH 4 (Taman Kelurahan/Gampong)
a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX pada Lampiran. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan
Lahan bersyarat adalah :
T B
1. Tempat pembuangan sementara diijinkan terbatas dengan
batasan
2. Kegiatan perdagangan dan jasa berupa warung diijinkan
secara terbatas dengan batasan:
 Kegiatan peruntukan lainnya berupa pengambilan air
tanah diizinkan secara terbatas
 Tidak mengganggu fungsi RTH;
 Tidak mengganggu, merusak, maupun menurunkan
kualitas ekosistem atau lingkungan sekitarnya;

VIII-13
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


 Menyediakan ruang bagi aktivitas pendukung secara
terbatas agar tidak menggangu fungsi RTH
 Berada pada lokasi yang telah disediakan untuk kegiatan
tersebut
b. Intensitas Pemanfaatan 1. KDB maksimum sebesar 20%.
Ruang 2. KLB = 1
3. KDH minimal sebesar 80% dari luas lahan RTH
c. Tata Bangunan Plaza, warung, tidak berada ditengah Ruang Terbuka Hijau
d. Sarana-prasarana minimum 1. Jalur pejalan kaki
 Jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk.
 Jalur pejalan kaki dengan lebar minimal 1,5 meter.
 Dapat berupa perkerasan namun yang dapat menyerap air.
 Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, dan jalur hijau.
2. Utilitas
 Untuk taman kota, diarahkan membuat kolam retensi, kolam air, kolam air mancur, atau tandon bawah tanah dengan kapasitas
minimal 12.000 liter yang dapat digunakan sebagai pengendali air larian serta pasokan air untuk pemadam kebakaran.
 Hidran umum harus mempunyai jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan, mudah dilihat, dan mudah diakses.
 Dilengkapi dengan MCK lengkap dengan septictank dan peresepan
3. Prasarana
 Jalan lokal dan jalan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan dengan lebar perkerasan minimal 3,5 meter, dari bahan
yang dapat menyerap air.
 Tempat sampah berupa bin plastik atau tong sampah volume 50-60 liter, yang sudah dipisahkan antara sampah organik dan
anorganik, tipe tidak tertanam (dapat diangkat), dan harus memiliki tutup.
 Letak tempat sampah mudah di ambil, tidak mengganggu pengguna jalan, dan sedekat mungkin dengan sumber sampah terbesar.
 Drainase lingkungan tepi jalan dibuat berada di bawah jalur pejalan kaki.
 Untuk taman kecamatan dan taman kota wajib menyediakan parkir kendaraan, yang mudah dilihat dan dicapai dari jalan terdekat.

VIII-14
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


4. Fasilitas
 Untuk taman RW, fasilitas yang disediakan berupa lapangan untuk berbagai kegiatan, baik olahraga maupun aktifitas lainnya,
beberapa unit bangku taman, dan beberapa jenis mainan anak yang tahan dan aman untuk dipakai pula oleh anak remaja.
 Untuk taman desa/kelurahan aktif, fasilitas yang perlu disediakan adalah lapangan terbuka, track lari, WC umum, kursi taman.
Untuk taman kelurahan pasif, fasilitas yang perlu disediakan adalah WC umum, kursi taman.
 Untuk taman kecamatan aktif, dapat menyediakan lapangan terbuka, lapangan basket, lapangan volly, trek lari lebar 5 m panjang
325 m, WC umum, kursi taman. Untuk taman kecamatan pasif, dapat menyediakan lapangan WC umum, kursi taman.
 Untuk taman kota, fasilitas yang perlu disediakan adalah lapangan terbuka, lapangan basket (14x26 m), lapangan volly (15x24 m),
WC umum, panggung terbuka, area bermain anak, kursi taman.
 Penyediaan fasilitas sesuai dengan ketentuan diatas disesuaikan dengan luasan RTH dan kebutuhan penduduk
e. Pelaksanaan 1. Penyediaan RTH harus disesuaikan dengan peruntukan yang telah ditentukan dalam rencana kota (RTR Kawasan Perkotaan/RDTR
Kawasan Perkotaan/Rencana Induk RTH) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat;
2. Penyediaan dan pemanfaatan RTH publik yang dilaksanakan oleh pemerintah disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku;
3. Penyediaan dan pemanfaatan RTH privat dan publik yang dilaksanakan oleh masyarakat termasuk pengembang disesuaikan dengan
ketentuan perijinan pembangunan;
4. Pembangunan RTH sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan insentif berupa kemudahan perizinan pembangunan;
5. Pembangunan RTH yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah memiliki ijin yang diperoleh sebelum disahkannya
Peraturan Zonasi ini dan belum dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun akan dikenakan disinsentif
berupa peningkatan retribusi atau dapat mengajukan perubahan ijin kembali dengan insentif pada pembiayaannya;
6. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan
dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya izin
setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan;
f. Perubahan Peraturan Zonasi Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi zona RTH dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat diputuskan oleh
bupati atau kepala dinas teknis terkait.
g. Tambahan 1. Untuk persimpangan jalan, daerah bebas pandang tidak diperkenankan ditanami tanaman yang menghalangi pengemudi.

VIII-15
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


2. Pemanfaatan RTH untuk penggunaan lain seperti pemasangan reklame (billboard) atau reklame 3 dimensi, harus memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
 mengikuti peraturan dan ketentuan yang berlaku pada masing-masing daerah;
 tidak menyebabkan gangguan tehadap pertumbuhan tanaman misalnya menghalangi penyinaran matahari atau pemangkasan
tanaman yang dapat merusak keutuhan bentuk tajuknya;
 tidak mengganggu kualitas visual dari dan ke RTH;
 memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan pengguna RTH;
 tidak mengganggu fungsi utama RTH yaitu fungsi sosial, ekologis dan estetis.
3. Jenis vegetasi yang harus ditanam adalah pohon pelindung dari jenis pohon kecil hingga sedang, semak, perdu, penutup tanah. Jenis
vegetasi yang dipilih berupa pohon tahunan, perdu, dan semak ditanam secara berkelompok atau menyebar berfungsi sebagai pohon
pencipta iklim mikro atau sebagai pembatas antar kegiatan.
4. Kriteria pemilihan vegetasi untuk taman lingkungan dan taman kota adalah sebagai berikut:
 tidak beracun, tidak berduri, dahan tidak mudah patah, perakaran tidak mengganggu pondasi;
 tajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
 ketinggian tanaman bervariasi, warna hijau dengan variasi warna lain seimbang;
 perawakan dan bentuk tajuk cukup indah;
 kecepatan tumbuh sedang;
 berupa habitat tanaman lokal dan tanaman budidaya;
 jenis tanaman tahunan atau musiman;
 jarak tanam setengah rapat sehingga menghasilkan keteduhan yang optimal;
 tahan terhadap hama penyakit tanaman;
 mampu menjerap dan menyerap cemaran udara;
 sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung
5. Ruang PKL
 Aktivitas PKL dibatasi jumlah, luasan untuk berdagang, dan waktu operasionalnya
h. Khusus

VIII-16
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


4 ZONA RUANG TERBUKA HIJAU – RTH 7 (Pemakaman)
a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX pada Lampiran. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan
Lahan bersyarat adalah :
T B
 Tidak mengganggu fungsi RTH pemakaman;
 Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya;
 Menyediakan lahan parkir sesuai dengan kapasitas
pengunjung; dan
Menyediakan ruang bagi aktivitas pendukung wisata,
termasuk PKL, secara terbatas agar tidak menggangu
fungsi RTH pemakaman, maupun aktivitas pengunjung.
b. Intensitas Pemanfaatan  KDB maksimum sebesar 0%
Ruang  KLB maksimum sebesar 0
 KDH minimal 100%
c. Tata Bangunan Pos pemantauan
d. Sarana-prasarana minimum 1. Jalur pejalan kaki
 Jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk.
 Jalur pejalan kaki dengan lebar minimal 1,5 meter.
 Dapat berupa perkerasan namun yang dapat menyerap air.
 Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, dan jalur hijau.
2. Ruang terbuka hijau
 Ruang terbuka hijau berupa pemakaman.
3. Ruang terbuka non hijau
 Ruang terbuka non hijau berupa areal parkir dan trotoar.
4. Utilitas
 Jalan lokal dan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan dengan lebar perkerasan minimal 3,5 meter, dari bahan yang

VIII-17
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


dapat menyerap air.
5. Prasarana
 Tempat sampah berupa bin plastik atau tong sampah volume 50-60 liter, yang sudah dipisahkan antara sampah organik dan
anorganik, tipe tidak tertanam (dapat diangkat), dan harus memiliki tutup.
 Letak tempat sampah mudah di ambil, tidak mengganggu pengguna jalan, dan sedekat mungkin dengan sumber sampah terbesar.
 Drainase lingkungan tepi jalan dibuat berada di bawah jalur pejalan kaki.
6. Fasilitas
 Penyediaan fasilitas sesuai dengan ketentuan diatas disesuaikan dengan luasan RTH pemakaman dan kebutuhan penduduk.
e. Pelaksanaan  Penyediaan RTH pemakaman harus disesuaikan dengan peruntukan yang telah ditentukan dalam rencana kota (RTR Kawasan
Perkotaan/RDTR Kawasan Perkotaan/Rencana Induk RTH) yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat;
 Penyediaan dan pemanfaatannya yang dilaksanakan oleh pemerintah disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku;
 Penyediaan dan pemanfaatannya yang dilaksanakan oleh masyarakat termasuk pengembang disesuaikan dengan ketentuan perijinan
pembangunan;
 Pembangunan RTH pemakaman sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan insentif berupa kemudahan perizinan
pembangunan;
 Pembangunan RTH yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah memiliki ijin yang diperoleh sebelum disahkannya
Peraturan Zonasi ini dan belum dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun akan dikenakan disinsentif
berupa peningkatan retribusi atau dapat mengajukan perubahan ijin kembali dengan insentif pada pembiayaannya;
 Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan
dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya izin
setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan;
f. Perubahan Peraturan Zonasi Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi zona RTH dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat diputuskan oleh
bupati atau kepala dinas teknis terkait.

VIII-18
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


g. Tambahan 1. Penyediaan ruang terbuka hijau pada areal pemakaman disamping memiliki fungsi utama sebagai tempat penguburan jenasah juga
memiliki fungsi ekologis yaitu sebagai daerah resapan air, tempat pertumbuhan berbagai jenis vegetasi, pencipta iklim mikro serta
tempat hidup burung serta fungsi sosial masyarakat disekitar seperti beristirahat dan sebagai sumber pendapatan.
2. Untuk penyediaan RTH pemakaman, maka ketentuan bentuk pemakaman adalah sebagai berikut:
 ukuran makam 1 m x 2 m;
 jarak antar makam satu dengan lainnya minimal 0,5 m;
 tiap makam tidak diperkenankan dilakukan penembokan/ perkerasan;
 pemakaman dibagi dalam beberapa blok, luas dan jumlah masing-masing blok disesuaikan dengan kondisi pemakaman setempat;
 batas antar blok pemakaman berupa pedestrian lebar 150-200 cm dengan deretan pohon pelindung disalah satu sisinya;
 batas terluar pemakaman berupa pagar tanaman atau kombinasi antara pagar buatan dengan pagar tanaman, atau dengan pohon
pelindung;
 ruang hijau pemakaman termasuk pemakaman tanpa perkerasan minimal 70% dari total area pemakaman dengan tingkat liputan
vegetasi 80% dari luas ruang hijaunya.
3. Pemilihan vegetasi di pemakaman disamping sebagai peneduh juga untuk meningkatkan peran ekologis pemakaman termasuk habitat
burung serta keindahan.
4. Kriteria pemilihan vegetasi untuk RTH ini adalah sebagai berikut:
 sistem perakaran masuk kedalam tanah, tidak merusak konstruksi dan bangunan;
 batang tegak kuat, tidak mudah patah dan tidak berbanir;
 ajuk cukup rindang dan kompak, tetapi tidak terlalu gelap;
 tahan terhadap hama penyakit;
 berumur panjang;
 dapat berupa pohon besar, sedang atau kecil disesuaikan dengan ketersediaan ruang;
 sedapat mungkin merupakan tanaman yang mengundang burung
Contoh Vegetasi
No Nama Lokal Nama Latin Potensi
1 Bougainvillea Bougainvillea sp Berbunga

VIII-19
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


2 Bunga cempaka Michelia campacha Berbunga
3 Dadap Erythrina Varigata Pengundang Burung

h. Khusus Standar Teknis :


 Peraturan Pemerintah RI No.9 Tahun 1987 tentang Penyediaan dan Penggunaan Tanah untuk Keperluan Tempat Pemakaman;
 Peraturan Pemerintah RI No.63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota;
 Peraturan Menteri Dalam Negeri No 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.
 Peraturan Menteri PU No 5 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.
 SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan Di Perkotaan.
16 ZONA RB (Rawan Bencana)
a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan bersyarat
Lahan adalah:
T B
Tidak ada kegiatan terbatas yang diperbolehkan di zona RB-1 Semua kegiatan yang memerlukan sarana bangunan dengan berbagai
fungsi diperbolehkan dengan ketentuan ketat terkait faktor kebencanaan
gempa bumi.

b. Intensitas Pemanfaatan  KDB 60%


Ruang  KLB maksimal 0,6
 KDH minimal 40%
 ketinggian bangunan maksimal 2 lantai atau lebih dari 2 lantai dengan perhitungan khusus konstruksi
c. Tata Bangunan  GSB = setengah lebar jalan
 Masa bangunan dengan ketinggian maksimal 2 lantai
 Masa bangunan Konstruksi tahan gempa
 Masa bangunan dengan konstruksi tahan gempa

VIII-20
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


 Jarak bangunan 1 lantai minimal 3 m
 Jarak bangunan lebih dari 1 lantai minimal 6 m
d. Sarana-prasarana minimum 1) jalur evakuasi
2) sarana dan prasarana evakuasi
3) Sarana lingkungan
 Air bersih
 MCK
4) Prasarana lingkungan
 Jalur pejalan kaki
a. Jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk.
b. Jalur pejalan kaki dengan lebar minimal 1,5 meter.
c. Jalan harus memenuhi unsur lingkungan dengan perkerasan yang dapat menyerap air.
 peresapan air/sumur peresapan
 Drainase
 TPS/TPA
e. Pelaksanaan
f. Perubahan Peraturan Zonasi
g. Tambahan  Ketentuan lebih detail mengacu pada peraturan-perundangan terkait mitigasi kebencanaan
 SNI 1726-2002 Tentang Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung
h. Khusus

Sumber : Hasil Analisa Konsultan RDTR, 2019

VIII-21
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

8.2.4.2 Kawasan Budidaya


Tabel 8. 3 Teks Zonasi Kawasan Budidaya
No Ketentuan Uraian Ketentuan
5 SUB ZONA ZONA PERUMAHAN – R3 (Rumah kepadatan sedang)
a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX pada Lampiran. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan
Lahan bersyarat adalah :
T B
Kegiatan diluar permukiman, diijinkan secara terbatas dengan 1. Asrama, Rumah kost, Panti jompo, Panti asuhan, Guest House dan
batasan : Rumah dinas diijinkan dengan syarat:
1. tidak mengganggu lingkungan sekitarnya;  menyesuaikan dengan desain arsitektur dari rumah-rumah lain
2. tidak menimbulkan kebisingangan yang ada di sekitarnya; dan
3. tidak membuang limbah ke area perumahan  memperoleh persetujuan dari gampong
2. Penginapan hotel melati, salon, Pasar tradisional, jasa bengkel, jasa
katering, jasa travel dan pengiriman barang, restoran, bisnis lapangan
olahraga dan perkantoran swasta diijinkan dengan syarat :
 memperoleh persetujuan dari gampong,
 memperoleh persetujuan dari masyarakat setempat;
 jumlahnya dibatasi hanya 3 untuk setiap blok.
3. Polsek, Koramil dengan syarat khusus sesuai dengan ketentuan
pertanahan dan keamanan nasional.
4. Pemanfaatan ruang untuk kegiatan komersial dan kegiatan
pendidikan komersial seperti warung tidak boleh di atas 25% KDB
kavling dan distribusi sesuai dengan standar sarana perumahan kota.
5. Kegiatan kesehatan diperbolehkan dengan batasan luasan seperti
kegiatan komersial, penyediaan parkir, serta untuk praktek dokter
serta bidan memiliki surat izin praktek.
6. Kegiatan pendidikan usia dini diperbolehkan dengan luas maksimal

VIII-22
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


1500 m2 untuk setiap PAUD dengan jumlah dan luas minimum
mengikuti standar minimum kebutuhan sarana kota untuk
perumahan
7. Kegiatan yang membangkitkan kebutuhan parkir seperti
minimart/toko, warung makan, perkantoran, bimbel dan lainnya
harus menyediakan parkir sesuai dengan ketentuan standar
penyediaan parkir yang ada di bagian lain dari laporan ini. Kegiatan
prasarana telekomunikasi seperti BTS, STO dan Menara Jaringan
Internet harus dibangun dengan mengikuti ketentuan yang ada di
bagian lain dari laporan ini.
b. Intensitas Pemanfaatan a. KDB maksimum sebesar 60%
Ruang b. KLB maksimum sebesar 1,2 dari luas lahan/persil
c. KDH minimal 30% dari keseluruhan luas lahan perumahan, setiap 100 m2 RTH diharuskan minimum ada 1 pohon tinggi dan rindang
d. Kepadatan Bangunan atau Unit Maksimum
Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak bersusun maksimum 200 rumah/ha dan dilengkapi PSU yang
memadai, adapun kepadatan perumahan bersusun maksimum 1000 rumah/ha dilengkapi PSU yang memadai pula.
c. Tata Bangunan 1) GSB
 Untuk kelas jalan kolektor, GSB minimal 15 meter
 Untuk kelas jalan lokal primer, GSB minimal 10 meter.
 Untuk kelas jalan lokal sekunder, GSB minimal 4 meter.
2) Ketinggian Maksimum
 Ketinggian bangunan maksimum adalah 10 meter (setara dengan 2 lantai).
 Bangunan yang memiliki luas mezanin lebih dari 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagai 1 lantai penuh.
3) Jarak Bebas antar Bangunan Minimum
 Untuk ketinggian bangunan kurang dari 8 meter, jarak samping bangunan minimal 1,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 1,5 meter.

VIII-23
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


 Untuk ketinggian bangunan antara 8-10 meter, jarak samping bangunan minimal 2 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2 meter.
 Untuk ketinggian bangunan lebih dari 10-12 meter, jarak samping bangunan minimal 2,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2,5 meter.
4) Tampilan Bangunan
 Tampilan bangunan pada zona perumahan ini adalah bebas, sepanjang tidak ada ketentuan khusus yang lebih detail (misal RTBL),
namun namun tetap mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur lokal/daerah, dan lingkungan yang
ada di sekitarnya
d. Sarana-prasarana minimum 1) Jalur pejalan kaki
 Jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk.
 Jalur pejalan kaki dengan lebar min 1,2 meter.
 Jika terdapat jalur sepeda maka lebar jalur untuk pejalan kaki dan sepeda minimal 2 m;
 Kemiringan jalur pedestrian (trotoar) memiliki rasio 1:2;
 Permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan anti slip;
 Perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus, dan tidak terputus, terutama ketika menemui titik-titik konflik antara jalur pejalan
kaki dengan moda transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dan lain sebagainya
 Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, jalur hijau, dan fasilitas penyeberangan.
2) Ruang terbuka hijau privat
 Ruang terbuka hijau berupa taman sesuai standar minimal pelayanan RTH:
 Ruang terbuka hijau bagi perumahan bisa menerapkan konsep "green roof".
3) Utilitas perkotaan
 Hidran halaman minimal memiliki suplai air sebesar 38 liter/detik pada tekanan 3,5 bar dan mampu mengalirkan air minimal selama
15 menit.
 Hidran umum harus memiliki jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan, mudah dilihat, dan mudah diakses.
 Jalan lokal dan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan dengan lebar perkerasan minimal 3,5 meter.
4) Prasarana lingkungan

VIII-24
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


 Memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati truk pemadam kebakaran dan perlindungan sipil, lebar jalan minimum 3,5 meter.
 Untuk perumahan tidak bersusun harus menyediakan tempat sampah sesuai dengan volume timbulan sampahnya (minimal 40 liter).
 Untuk perumahan tidak bersusun harus menyediakan bak septik yang berada di bagian depan kavling dan berjarak sekurang-
kurangnya 10 meter dari sumber air tanah. Diarahkan untuk menggunakan sistem pengolah limbah komunal.
 Menyediakan drainase lingkungan tepi jalan, dibuat berada dibawah jalur pejalan kaki.
 Setiap bangunan harus menyediakan sumur resapan untuk mengalirkan limpasan air hujan sebelum disalurkan ke saluran drainase
kota, dengan kapasitas sesuai kebutuhan/standar.
 Penyediaan lahan parkir bagi penduduk yang memiliki mobil
6) Fasilitas pendukung
1. Sarana pendidikan berupa:
a. Taman bacaan, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 2500 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,09 m2/jiwa.
b. PAUD dan Taman Kanak-kanak, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 1250 jiwa, dengan kebutuhan luas
lahan 0,28 m2/jiwa.
c. Sekolah Dasar, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 1600 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 1,25 m2/jiwa.
d. SLTP, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 4800 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 1,88 m2/jiwa.
e. SMU, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 4800 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 2,6 m2/jiwa.
2. Sarana kesehatan berupa:
a. Posyandu, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 1250 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,048 m2/jiwa.
b. Balai Pengobatan, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 2500 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,12
m2/jiwa.
c. Puskesmas Pembantu dan Balai Pengobatan Lingkungan, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 30.000 jiwa,
dengan kebutuhan luas lahan 0,006 m2/jiwa.
d. Puskesmas dan Balai Pengobatan, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 120.000 jiwa, dengan kebutuhan luas
lahan 0,008 m2/jiwa.
e. Apotek atau rumah obat, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 30.000 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan
0,025 m2/jiwa.

VIII-25
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


3. Sarana ibadah berupa:
a. Musholla/langgar, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 250 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,36 m2/jiwa.
b. Masjid warga, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 2500 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,24 m2/jiwa.
c. Masjid kecamatan, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 120.000 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,03
m2/jiwa.
4. Sarana perdagangan dan jasa berupa:
a. Toko/warung, disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 250 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,4 m2/jiwa.
b. Pertokoan, disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 6000 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,5 m2/jiwa.
c. Pusat pertokoan dan pasar lingkungan, disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 30.000 jiwa, dengan kebutuhan luas
lahan 0,33 m2/jiwa.
d. Pusat perbelanjaan dan niaga (toko, pasar, bank, kantor), disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 120.000 jiwa,
dengan kebutuhan luas lahan 0,3 m2/jiwa.
5. Sarana kebudayaan dan rekreasi berupa:
a. Balai warga/balai pertemuan, disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 2500 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,12
m2/jiwa.
b. Balai serbaguna/balai karang taruna, disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 120.000 jiwa, dengan kebutuhan luas
lahan 0,017 m2/jiwa.
c. Gedung serbaguna, disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 120.000 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,025
m2/jiwa.
6. Sarana olahraga berupa:
a. Untuk skala desa/kelurahan yang didukung dengan penduduk sebanyak 30.000 jiwa diarahkan menyediakan lapangan olahraga untuk
melayani kebutuhan kegiatan penduduk di area terbuka seperti pertandingan olah raga, upacara serta kegiatan lainnya. Standar
kebutuhan lahan 0,3 m2/jiwa.
b. Untuk skala kecamatan yang didukung dengan penduduk sebanyak 120.000 jiwa diarahkan menyediakan 1 lapangan hijau terbuka
yang berfungsi sebagai tempat pertandingan olahraga (tenis lapangan, bola basket dan lain-lain), upacara serta kegiatan lainnya yang
membutuhkan tempat yang luas dan terbuka. Standar kebutuhan lahan 0,2 m2/jiwa.
c. Untuk skala kota, minimal menyediakan lapangan terbuka, lapangan basket (14x26 m), lapangan volly (15x24 m)

VIII-26
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan

e. Pelaksanaan a. Pembangunan rumah sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan insentif berupa kemudahan perizinan pembangunan.
b. Pembangunan rumah yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah memiliki ijin yang diperoleh sebelum disahkannya
Peraturan Zonasi ini dan belum dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun akan dikenakan disinsentif
berupa peningkatan retribusi atau dapat mengajukan perubahan ijin kembali dengan insentif pada pembiayaannya.
c. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan
dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya izin
setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan.
d. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah harus segera
disesuaikan dalam waktu paling lama 12 bulan setelah berlakunya Peraturan Daerah ini.
f. Perubahan Peraturan Zonasi  Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona rumah kepadatan sedang-rendah) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map)
wilayah perencanaan dapat diputuskan oleh bupati atau kepala dinas teknis terkait.
 Setiap perubahan fungsi bangunan gedung harus diikuti oleh pemenuhan persyaratan bangunan gedung terhadap fungsi yang baru dan
diproses kembali untuk mendapatkan perizinan yang baru
g. Tambahan a. Kelompok rumah yang memiliki fungsi campuran dengan komersial sebagai kegiatan utamanya, masuk ke dalam zona perdagangan
dan jasa.
b. Kelompok rumah yang memiliki fungsi campuran dengan jasa kantor sebagai kegiatan utamanya dan tidak cukup menempati sebagian
rumah saja, masuk ke dalam zona perdagangan dan jasa..
c. Kelompok rumah yang memiliki fungsi campuran dengan industri (home industry) yang semakin berkembang dan melebihi ambang
batas KDB, serta tidak cukup menempati sebagian rumah saja, masuk ke dalam zona industri.
d. Kelompok rumah yang memiliki fungsi campuran dengan sarana pelayanan umum sebagai kegiatan utamanya dan tidak cukup
menempati sebagian rumah saja, masuk ke dalam zona sarana pelayanan umum.

VIII-27
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


h. Khusus Untuk kawasan yang juga termasuk zona rawan gempa bumi, maka konstruksi bangunan rumah harus mengikuti standar pembangunan rumah
tahan gempa.
Standar Teknis :
 Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
 Undang-undang RI No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman;
 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
 Peraturan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
 SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan;
 SNI 03-2846-1992 tentang Tata cara perencanaan kepadatan bangunan lingkungan, bangunan rumah susun hunian;
6 SUB ZONA PERDAGANGAN DAN JASA – K2 (Skala Kecamatan)
a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan bersyarat
Lahan adalah:
T B
 Rumah tunggal, rumah kopel, rumah deret, townhouse, 1) menyesuaikan dengan desain arsitektur dari bangunan lain yang
rumah susun rendah – sedang, asrama, rumah kost, guest ada di sekitarnya;
house diijinkan secara terbatas dengan batasan: 2) memiliki tempat parkir
1) KDB maksimum 70%; 3) memperoleh persetujuan dari gampong.
2) KLB maksimum 2,4;
3) KDH minimal 10% dari luas persil, dengan 15% RTNH
 Bisnis lapangan olahraga, teater diijinkan secara terbatas
dengan batasan:
1) Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya;
2) KDB maksimum sebesar 60%;

VIII-28
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


3) KLB maksimum 0,6-2,4;
4) KDH minimal 25% dari luas persil, dengan 15% RTNH

b. Intensitas Pemanfaatan a. KDB maksimum sebesar 80%


Ruang b. KLB maksimum sebesar 2 dari luas lahan/persil;
c. KDH
 KDH minimal 20% dari keseluruhan luas lahan, setiap 100 m2 RTH diharuskan minimum ada 1 pohon tinggi dan rindang.
 Perdagangan dan jasa untuk KDB diatas 70%, memiliki minimal 2 (dua) pohon kecil/ sedang yang ditanam pada lahan atau pada pot
berdiameter diatas 60 cm;
 Persyaratan penanaman pohon pada perdagangan dan jasa dengan KDB dibawah 70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH
pekarangan rumah, dan ditanam pada area diluar KDB yang telah ditentukan.
 Pengembangan roof garden pada bangunan perdagangan dan jasa yang memiliki ketinggian 2 lantai atau lebih.
c. Tata Bangunan 1) GSB
 Untuk kelas jalan arteri, GSB minimal 17 meter
 Untuk kelas jalan kolektor, GSB minimal 15 meter
 Untuk kelas jalan lokal primer, GSB minimal 10 meter.
 Untuk kelas jalan lingkungan, GSB minimal 4 meter.
2) Ketinggian Maksimum
 Ketinggian bangunan maksimum adalah 15 meter (setara dengan 3 lantai).
3) Jarak Bebas antar Bangunan Minimum
 Untuk ketinggian bangunan kurang dari 8 meter, jarak samping bangunan minimal 1,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 1,5 meter.
 Untuk ketinggian bangunan antara 8-10 meter, jarak samping bangunan minimal 2 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2 meter.
 Untuk ketinggian bangunan antara 10-12 meter, jarak samping bangunan minimal 2,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan

VIII-29
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


minimal 2,5 meter.
 Untuk ketinggian bangunan antara 12-14 meter, jarak samping bangunan minimal 3 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 3 meter.
 Untuk ketinggian bangunan antara 14-15 meter, jarak samping bangunan minimal 4 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 4 meter.
 Untuk ketinggian bangunan lebih dari 15 meter, jarak samping bangunan minimal 8 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 10 meter
4) Tampilan Bangunan
 Tampilan bangunan pada zona perdagangan tunggal ini adalah bebas, sepanjang tidak ada ketentuan khusus yang lebih detail (misal
RTBL), namun tetap mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur lokal/daerah, dan lingkungan yang
ada di sekitarnya
d. Sarana-prasarana minimum 1) Jalur pejalan kaki
a. Jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk.
b. Jalur pejalan kaki dengan lebar minimal 1,5 meter.
c. jika terdapat jalur sepeda maka lebar jalur untuk pejalan kaki dan sepeda minimal 2 m;
d. Kemiringan jalur pedestrian (trotoar) memiliki rasio 1:2;
e. Permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan anti slip;
f. Perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus, dan tidak terputus, terutama ketika menemui titik-titik konflik antara jalur
pejalan kaki dengan moda transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dan lain sebagainya
g. Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, jalur hijau, dan fasilitas penyeberangan.
2) Ruang terbuka hijau
Ruang terbuka hijau privat bagi bangunan berlantai 2 atau lebih wajib menerapkan konsep "green roof".
3) Ruang terbuka non hijau
Ruang terbuka non hijau lain berupa plasa, dan tempat parkir.
4) Utilitas perkotaan
 Bangunan dengan ketinggian 4 lantai atau lebih harus menyediakan sistem pemadam kebakaran aktif untuk jangka waktu

VIII-30
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


pemadaman mandiri minimal selama 15 menit.
 Hidran halaman minimal memiliki suplai air sebesar 38 liter/ detik pada tekanan 3,5 bar dan mampu mengalirkan air minimal
selama 15 menit.
 Hidran umum harus memiliki jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan, mudah dilihat, dan mudah diakses.
 Jalan lokal dan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan dengan lebar perkerasan minimal 3,5 meter.
5) Prasarana lingkungan
 Memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati truk pemadam kebakaran dan perlindungan sipil, lebar jalan minimum 3,5 meter.
 Menyediakan tempat sampah yang sudah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik, tipe tidak tertanam (dapat diangkat),
harus memiliki tutup, dengan kapasitas:
 Untuk pasar dapat menggunakan bin plastik/tong volume 40-60 lt dengan tutup, atau bin/tong sampah, volume 50-60 lt yang
dipasang secara permanen, atau bin/plastik, volume 120-240 lt ada tutupnya dan memakai roda
 Untuk pertokoan dapat menggunakan bak sampah atau bin plastik/tong, volume 50-60 liter.
 Untuk perkantoran/hotel dapat menggunakan bin plastik, volume 120-240 Lt dengan roda, atau container volume 1 m3 beroda.
 Letak tempat sampah mudah di ambil, tidak mengganggu pengguna jalan, dan sedekat mungkin dengan sumber sampah terbesar.
 Menyediakan bak septik yang berada di bagian depan kavling dan berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dari sumber air tanah.
 Menyediakan drainase lingkungan tepi jalan, dibuat berada dibawah jalur pejalan kaki.
 Setiap bangunan harus menyediakan sumur resapan untuk mengalirkan limpasan air hujan sebelum disalurkan ke saluran
drainase kota, dengan kapasitas sesuai kebutuhan/standar.
Penyediaan lahan parkir
 Pertokoan, SRP/100 m2 luas lahan efektif, dengan kebutuhan ruang parkir 3,5-7,5;
 Pasar swalayan, SRP/100 m2 luas lahan efektif, dengan kebutuhan ruang parkir 3,5-7,5;
 Pasar, SRP/100 m2 luas lahan efektif, dengan kebutuhan ruang parkir 3,5-7,5;
 Hotel/penginapan/losmen, SRP/kamar, dengan kebutuhan ruang parkir 0,2-1,3;
6) Fasilitas pendukung
a. Sarana kesehatan berupa:
 Apotek atau rumah obat, harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 30.000 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan

VIII-31
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


0,025 m2/jiwa.
b. Sarana ibadah pada aktivitas skala menengah dan besar seperti pusat perbelanjaan, restoran maupun warung kopi:
e. Pelaksanaan 1) Pembangunan bangunan perdagangan dan jasa sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan insentif berupa kemudahan
perizinan pembangunan.
2) Pembangunan bangunan perdagangan dan jasa yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah memiliki ijin yang
diperoleh sebelum disahkannya Peraturan Zonasi ini dan belum dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun
akan dikenakan disinsentif berupa peningkatan retribusi atau dapat mengajukan perubahan ijin kembali dengan insentif pada
pembiayaannya.
3) Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan
dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya izin
setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan.
c. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah harus segera
disesuaikan dalam waktu paling lama 12 bulan setelah berlakunya Peraturan Daerah ini.
f. Perubahan Peraturan Zonasi 1) Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona perdagangan dan jasa tunggal) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map)
wilayah perencanaan dapat diputuskan oleh bupati atau kepala dinas teknis terkait.
2) Setiap perubahan fungsi bangunan gedung harus diikuti oleh pemenuhan persyaratan bangunan gedung terhadap fungsi yang baru dan
diproses kembali untuk mendapatkan perizinan yang baru.
g. Tambahan 1) Kelompok perdagangan dan jasa yang memiliki fungsi campuran dengan hunian sebagai kegiatan utamanya, masuk ke dalam zona
perdaganan dan jasa
2) Kelompok perkantoran swasta masuk ke dalam zona perdagangan dan jasa.
3) Kelompok perdagangan dan jasa yang memiliki fungsi campuran dengan akomodasi pariwisata sebagai kegiatan utamanya, masuk ke
dalam zona peruntukan lainnya.
4) Kelompok perdagangan dan jasa yang memiliki fungsi campuran dengan industri (misal bakery & furniture) yang semakin berkembang
dan melebihi ambang batas KDB, serta tidak cukup menempati sebagian bangunan saja, masuk ke dalam zona industry (SIKM).
5) Kelompok perdagangan dan jasa yang memiliki fungsi campuran dengan sarana pelayanan umum sebagai kegiatan utamanya dan tidak
cukup menempati sebagian bangunan saja, masuk ke dalam zona sarana pelayanan umum.

VIII-32
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


6) Ketentuan pemasangan reklame:
 Lokasi pembangunan billboard/baliho, papan reklame mengikuti ketentuan tata ruang atau disesuaikan dengan titik-titik lokasi
yang ditentukan oleh Bupati dan tidak boleh merusak karakter lingkungan, keserasian lingkungan dan kelestarian lingkungan.
 Instansi/biro/lembaga yang bertanggungjawab dalam penyediaan
 billboard/baliho, papan reklame, harus berkoordinasi dengan instansi terkait.
 Bangunan billboard/baliho, papan reklame harus dapat mendukung citra dan suasana perkotaan yang asri, indah, tertib, nyaman
dan aman.
 Penempatan reklame tidak mengganggu sirkulasi dan pandangan.
 Warna reklame pada jalur–jalur cepat tidak terlalu menyolok sehingga dapat mengganggu pandangan pemakai jalan.
 Reklame terbuat dari material yang tidak merefleksikan sinar sehingga dapat menyilaukan pemakai jalan.
 Ketinggian reklame dalam batas–batas yang aman. Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
 Konstruksi reklame dapat menahan beban angin dan faktor–faktor lain, sehingga tidak mudah roboh.
 Desain reklame tidak membahayakan bagi pejalan kaki dan pemakai kendaraan.
7) Ruang PKL
 Kawsan perdagangan dan jasa harus menyediakan ruang PKL sesuai dengan jumlah PKL eksisting yang sudah ada di RTH
tersebut.
 Tidak diperkenankan adanya penambahan jumlah PKL.
 Aktivitas PKL dibatasi jumlah, luasan untuk berdagang, dan waktu operasionalnya.
8) Lokasi untuk Pendirian Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten dan Rencana Detail Tata Ruang Wilayah Kabupaten, termasuk peraturan zonasinya.
9) Pendirian Pasar Tradisional atau Pusat Perbelanjaan atau Toko Modern selain Minimarket harus memenuhi persyaratan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan harus melakukan analisa kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan Pasar Tradisional dan
UMKM yang berada di wilayah bersangkutan.
10) Pendirian Minimarket baik yang berdiri sendiri maupun yang terintegrasi dengan Pusat Perbelanjaan atau bangunan lain wajib
memperhatikan:
 Kepadatan penduduk;

VIII-33
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


 Perkembangan pemukiman baru;
 Aksesibilitas wilayah (arus lalu lintas);
 Dukungan/ketersediaan infrastruktur; dan
 Keberadaan Pasar Tradisional dan warung/toko di wilayah sekitar yang lebih kecil daripada Minimarket tersebut.
h. Khusus Ketentuan khusus pada sub zona perdagangan tunggal pada wilayah perencanaan ini adalah:
1) Untuk kawasan yang juga termasuk zona rawan bencana banjir, maka :
 Konstruksi bangunan harus mengikuti standar pembangunan rumah di lokasi lahan aluvial,
 Membuat talud sebagai penahan banjir atau memiliki pondasi bangunan yang tinggi,
2) Untuk kawasan yang juga termasuk zona rawan gempa bumi, maka konstruksi bangunan harus mengikuti standar bangunan tahan
gempa.

Standar Teknis
1) Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285).
3) Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat perbelanjaan dan Toko Modern.
4) Peraturan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
6) Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/M-DAG/PER/12/2008 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

7 SUB ZONA PERKANTORAN – KT


a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX pada Lampiran. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan
Lahan bersyarat adalah :
T B

VIII-34
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


 Kegiatan perdagangan dan jasa berupa warung, jasa  Memperoleh persetujuan dari gampong
perawatan/perbaikan/renovasi barang/kendaraan, jasa  Menyediakan ruang parker sesuai kapasitas
bengkel, jasa penyediaan makanan/minuman/catering,  Menyesuaikan/modifikasi tampilan bangunan dengan desain
jasa travel, biro perjalanan, jasa pemasaran property, arsitektur tradisional aceh, dan bangunan lain yang ada
diijinkan secara terbatas dengan batasan: disekitarnya
 Pembatasan waktu pengoperasian sesuai waktu kerja
perkantoran agar tidak mengganggu lingkungan
sekitarnya, pembatasan jangka waktu pemanfaatan
lahan sesuai peraturan terkait/masa berlaku ijin usaha
dan dapat dipertimbangkan untuk
diperpanjang/dihentikan
 Jarak bebas antar bangunan minimal 2 m untuk akses
petugas pemadam kebakaran ke bagian samping dan
belakang persil
 Ketinggian bangunan mempertahankan skyline
lingkungan sekitar
 Jumlah maksimal pemanfaatan/perbandingan dari
masing-masing kegiatan lahan tersebut dengan jumlah
kantor yang ada di blok tersebut sesuai Pedoman
Standar Pelayanan Minimal, dan berdasarkan variasi
jenis/materi dagangan/jasa yang belum ada pada blok.
 Tidak mengganggu lingkungan sekitarnya
 Jarak bebas antar bangunan minimal 2 m untuk akses
petugas pemadam kebakaran ke bagian samping dan
belakang persil

VIII-35
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


b. Intensitas Pemanfaatan  KDB maksimum adalah 60%
Ruang  KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,6
 KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,2
 KLB maksimum untuk bangunan 3 lantai adalah 1,8
 KDH minimal adalah 30%
c. Tata Bangunan 1. GSB
– Untuk kelas jalan lokal primer, GSB minimal 10 meter.
– Untuk kelas jalan lokal sekunder, GSB minimal 4 meter.
2. Ketinggian Maksimum
– Ketinggian bangunan maksimum adalah 20 meter (setara dengan 4 lantai).
– Bangunan yang memiliki luas mezanin lebih dari 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagai 1 lantai penuh.
3. Jarak Bebas antar Bangunan Minimum
 Untuk ketinggian bangunan kurang dari 8 meter, jarak samping bangunan minimal 1,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 1,5 meter.
 Untuk ketinggian bangunan antara 8-10 meter, jarak samping bangunan minimal 2 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2 meter.
 Untuk ketinggian bangunan lebih dari 10-12 meter, jarak samping bangunan minimal 2,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2,5 meter.
 Untuk ketinggian bangunan lebih dari 12-14 meter, jarak samping bangunan minimal 3 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 3 meter.
4. Tampilan Bangunan
 Tampilan bangunan pada zona perkantoran ini adalah bebas, sepanjang tidak ada ketentuan khusus yang lebih detail (misal RTBL),
namun tetap mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur lokal/daerah, dan lingkungan yang ada di
sekitarnya
d. Sarana-prasarana minimum 1) Jalur pejalan kaki
 Jalur pejalan kaki dengan lebar minimal 1,5 meter.

VIII-36
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


 Jika terdapat jalur sepeda maka lebar jalur untuk pejalan kaki dan sepeda minimal 2 m;
 Kemiringan jalur pedestrian (trotoar) memiliki rasio 1:2;
 Permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan anti slip;
 Perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus, dan tidak terputus, terutama ketika menemui titik-titik konflik antara jalur pejalan
kaki dengan moda transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dan lain sebagainya;
 Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, jalur hijau, dan fasilitas penyeberangan.
2) Fasilitas parkir
 Ruang terbuka hijau lainnya dapat berupa plasa dan tempat parkir.
4) Utilitas perkotaan
 Harus disediakan hidran lingkungan.
 Hidran halaman minimal memiliki suplai air sebesar 38 liter/detik pada tekanan 3,5 bar dan mampu mengalirkan air minimal selama
15 menit.
 Hidran umum harus memiliki jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan, mudah dilihat, dan mudah diakses.
 Jalan lokal dan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan dengan lebar perkerasan minimal 3,5 meter.
5) Prasarana lingkungan
 Memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati truk pemadam kebakaran dan perlindungan sipil, lebar jalan minimum 3,5 meter.
 Menyediakan tempat sampah berupa bin plastik atau tong sampah volume 120-240 liter dengan roda atau container volume 1 m3
beroda, yang sudah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik, dan harus memiliki tutup.
 Letak tempat sampah mudah di ambil, tidak mengganggu pengguna jalan, dan sedekat mungkin dengan sumber sampah terbesar.
 Menyediakan bak septik yang berada di bagian depan kavling dan berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dari sumber air tanah.
 Menyediakan drainase lingkungan tepi jalan, dibuat berada dibawah jalur pejalan kaki.
 Setiap bangunan harus menyediakan sumur resapan untuk mengalirkan limpasan air hujan sebelum disalurkan ke saluran drainase
kota, dengan kapasitas sesuai kebutuhan/standar.
 Penyediaan lahan parkir, SRP/100 m2 luas lantai, dengan kebutuhan ruang parkir 1,5-3,5.
6) Fasilitas pendukung
a. Sarana ibadah berupa mushalla

VIII-37
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


b. Sarana perdagangan dan jasa berupa kios/warung

e. Pelaksanaan 1. Pembangunan perkantoran sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan insentif berupa kemudahan perizinan pembangunan.
2. Pembangunan perkantoran yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah memiliki ijin yang diperoleh sebelum
disahkannya Peraturan Zonasi ini dan belum dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun akan dikenakan
disinsentif berupa peningkatan retribusi atau dapat mengajukan perubahan ijin kembali dengan insentif pada pembiayaannya.
3. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan
dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya izin
setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan.
4. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah harus segera
disesuaikan dalam waktu paling lama 12 bulan setelah berlakunya Peraturan Daerah ini.
f. Perubahan Peraturan Zonasi  Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat
diputuskan oleh bupati atau kepala dinas teknis terkait.
g. Tambahan a. Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona perkantoran) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan
dapat diputuskan oleh bupati.
b. Setiap perubahan fungsi bangunan gedung harus diikuti oleh pemenuhan persyaratan bangunan gedung terhadap fungsi yang baru dan
diproses kembali untuk mendapatkan perizinan yang baru
h. Khusus Standar Teknis :
1) Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2) Peraturan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
3) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan;
4) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285).
8 SUB ZONA INDUSTRI – SIKM (sentra industry kecil dan menengah)

VIII-38
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan bersyarat
Lahan adalah:
T B
1) Kegiatan peruntukan diluar SIKM diijinkan secara terbatas  menyesuaikan dengan desain arsitektur dari bangunan lain yang
dengan batasan: ada di sekitarnya;
 Pembatasan waktu pengoperasian agar tidak  memiliki tempat parkir
mengganggu lingkungan sekitarnya, pembatasan jangka  memperoleh persetujuan dari gampong.
waktu pemanfaatan lahan sesuai peraturan
terkait/masa berlaku ijin usaha dan dapat
dipertimbangkan untuk diperpanjang/dihentikan
 Jumlah maksimal pemanfaatan/perbandingan dari
masing-masing kegiatan lahan tersebut dengan jumlah
kantor yang ada di blok tersebut sesuai Pedoman
Standar Pelayanan Minimal, dan berdasarkan variasi
jenis/materi dagangan/jasa yang belum ada pada blok.

b. Intensitas Pemanfaatan 1. KDB maksimum adalah 60%


Ruang 2. KLB
 KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,6
 KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,2
3. KDH minimal adalah 30%
c. Tata Bangunan 1. GSB
 Untuk kelas jalan lokal primer, GSB minimal 10 meter.
 Untuk kelas jalan lokal sekunder, GSB minimal 4 meter.
2. Ketinggian Maksimum
 Ketinggian bangunan maksimum adalah 10 meter (setara dengan 2 lantai).

VIII-39
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


 Bangunan yang memiliki luas mezanin lebih dari 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagai 1 lantai penuh.
3. Jarak Bebas antar Bangunan Minimum
 Untuk ketinggian bangunan kurang dari 8 meter, jarak samping bangunan minimal 1,5 meter, sedangkan jarak belakang
bangunan minimal 1,5 meter.
 Untuk ketinggian bangunan antara 8-10 meter, jarak samping bangunan minimal 2 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2 meter.
4. Tampilan Bangunan
 Tampilan bangunan pada zona perkantoran ini adalah bebas, sepanjang tidak ada ketentuan khusus yang lebih detail (misal
RTBL), namun tetap mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur lokal/daerah, dan lingkungan
yang ada di sekitarnya.
d. Sarana-prasarana minimum 1) Jalur pejalan kaki
 Jalur pejalan kaki dengan lebar minimal 1,5 meter.
 Kemiringan jalur pedestrian (trotoar) memiliki rasio 1:2
 Permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan anti slip.
 Perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus, dan tidak terputus, terutama ketika menemui titik-titik konflik antara jalur pejalan
kaki dengan moda transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dan lain sebagainya
 Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, jalur hijau, dan fasilitas penyeberangan.
2) Ruang terbuka hijau
a. Ruang terbuka hijau lainnya dapat berupa plasa dan tempat parkir.
3) Utilitas perkotaan
a. Harus menyediakan hidran.
b. Hidran halaman minimal memiliki suplai air sebesar 38 liter/detik pada tekanan 3,5 bar dan mampu mengalirkan air minimal selama
15 menit.
c. Hidran umum harus memiliki jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan, mudah dilihat, dan mudah diakses.
4) Prasarana lingkungan
a. Jaringan jalan lingkungan dalam zona industri: jalan 1 jalur 2 arah, lebar perkerasan minimum 8 meter.

VIII-40
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


b. Saluran buangan air hujan (drainase) bermuara pada saluran pembuangan sesuai dengan ketentuan teknis pemerintah daerah.
c. Saluran buangan air kotor (sewerage) merupakan saluran tertutup
d. Instalasi penyedia air bersih termasuk saluran distribusi ke setiap kapling industri, kapasitasnya memenuhi standar permintaan.
Sumber air dapat berasal dari PDAM atau sistem yang diusahakan sendiri oleh perusahaan kawasan industri.
e. Instalasi penyedia dan jaringan distribusi tenaga listrik sesuai dengan ketentuan PLN. Sumber listri dapat disediakan oleh PLN atau
pengelola kawasan industri sendiri (swasta).
f. Penerangan jalan pada setiap jalur jalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g. Jaringan telekomunikasi yang dipersiapkan untuk melayani kapling-kapling industri dengan sistim kabel atas ataupun kabel bawah
tanah.
h. Menyediakan tempat sampah berupa bin plastik atau tong sampah volume 120-240 liter dengan roda atau container volume 1 m3
beroda, yang sudah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik, dan harus memiliki tutup.
i. Letak tempat sampah mudah di ambil, tidak mengganggu pengguna jalan, dan sedekat mungkin dengan sumber sampah terbesar.
j. Menyediakan bak septik yang berada di bagian depan kavling dan berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dari sumber air tanah.
k. Penyediaan tempat parkir kendaraan karyawan non bus dipersiapkan dalam kapling pabrik.
5) Fasilitas pendukung
a. Fasilitas pendukung dapat berupa kantin, poliklinik, sarana ibadah, rumah, halte angkutan umurn, areal penampungan limbah padat,
pelayanan telekomunikasi dan keamanan
e. Pelaksanaan 1) Pembangunan industri sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan insentif berupa kemudahan perizinan pembangunan.
2) Pembangunan industri yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah memiliki ijin yang diperoleh sebelum disahkannya
Peraturan Zonasi ini dan belum dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun akan dikenakan disinsentif
berupa peningkatan retribusi atau dapat mengajukan perubahan ijin kembali dengan insentif pada pembiayaannya.
3) Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan
dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya izin
setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan.
4) Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah harus segera
disesuaikan dalam waktu paling lama 36 bulan setelah berlakunya Peraturan Daerah ini.

VIII-41
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


5) Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat
diputuskan oleh bupati atau kepala dinas teknis terkait.

f. Perubahan Peraturan Zonasi 1. Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona SIKM) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat
diputuskan oleh bupati.
2. Setiap perubahan fungsi bangunan gedung harus diikuti oleh pemenuhan persyaratan bangunan gedung terhadap fungsi yang baru dan
diproses kembali untuk mendapatkan perizinan yang baru
g. Tambahan 1. Kriteria pertimbangan pengembangan lokasi industri:
 Jarak ke pusat kota minimal 15 km
 Jarak terhadap permukiman minimal 5 km
 Kesuburan tanah relatif tidak subur (non irigasi teknis)
 Peruntukan lahan non permukiman, non pertanian, non konservasi
 Orientasi lokasi yang mempunyai aksesibilitas tinggi dan dekat dengan potensi sumberdaya manusia.
2. IPAL
 Jenis industri yang akan berlokasi di zona industri berpotensi menghasilkan limbah cair, wajib dilengkapi dengan IPAL yang mengolah
4 parameter kunci yaitu BOD, COD, pH dan TSS
 Jika limbah cair yang dihasilkan jauh diatas standar influent 4 parameter IPAL, maka limbah cair yang dihasilkan wajib dikelola
terlebih dulu (pre treatment) oleh masing-masing pabrik

h. Khusus Standar Teknis :


 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3274);
 Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);
 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);

VIII-42
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


 Peraturan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
 Peraturan Menteri Perindustrian RI No 35/M-IND/PER/3/2010 tentang Pedoman Teknis Kawasan Industri
9 SUB ZONA SARANA PELAYANAN UMUM – SPU-2 ( Skala Kecamatan)
a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan bersyarat
Lahan adalah:
T B
Kegiatan diluar zona pelayanan umum, diijinkan secara terbatas  menyesuaikan dengan desain arsitektur dari bangunan lain yang
dengan batasan : ada di sekitarnya;
1. tidak mengganggu lingkungan sekitarnya;  memiliki tempat parkir
2. tidak menimbulkan kebisingangan  memiliki tempat sampah sementara
3. tidak membuang limbah ke area SPU  memperoleh persetujuan dari gampong.

b. Intensitas Pemanfaatan  KDB maksimum adalah 60%


Ruang  KLB
a. KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,6
b. KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,2
 KDH minimal adalah 30%
c. Tata Bangunan 1) GSB
– Untuk kelas jalan lokal primer, GSB minimal 10 meter.
– Untuk kelas jalan lokal sekunder, GSB minimal 4 meter.
2) Ketinggian Maksimum
– Ketinggian bangunan maksimum adalah 16 meter (setara dengan 3 lantai).
– Bangunan yang memiliki luas mezanin lebih dari 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagai 1 lantai penuh.
3) Jarak Bebas antar Bangunan Minimum

VIII-43
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


– Untuk ketinggian bangunan kurang dari 8 meter, jarak samping bangunan minimal 1,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 1,5 meter.
– Untuk ketinggian bangunan antara 8-10 meter, jarak samping bangunan minimal 2 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2 meter.
– Untuk ketinggian bangunan lebih dari 10-12 meter, jarak samping bangunan minimal 2,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2,5 meter.
– Untuk ketinggian bangunan lebih dari 12-14 meter, jarak samping bangunan minimal 3 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 3 meter.
– Untuk ketinggian bangunan lebih dari 14-28 meter, jarak samping bangunan minimal 4 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 4 meter.
4) Tampilan Bangunan
– Tampilan bangunan pada sub zona sarana pendidikan ini adalah bebas, sepanjang tidak ada ketentuan khusus yang lebih detail (misal
RTBL), namun tetap mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur lokal/daerah, dan lingkungan yang
ada di sekitarnya
d. Sarana-prasarana minimum 1) Jalur pejalan kaki
– Jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk;
– Jalur pejalan kaki dengan lebar minimal 1,5 meter;
– Jika terdapat jalur sepeda maka lebar jalur untuk pejalan kaki dan sepeda minimal 2 m;
– Kemiringan jalur pedestrian (trotoar) memiliki rasio 1:2;
– Permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan anti slip;
– Perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus, dan tidak terputus, terutama ketika menemui titik-titik konflik antara jalur pejalan
kaki dengan moda transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dan lain sebagainya;
– Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, jalur hijau, dan fasilitas penyeberangan.
2) Ruang terbuka hijau
 Ruang terbuka hijau berupa taman sesuai standar minimal pelayanan RTH:
– Taman/tempat main untuk jumlah penduduk pendukung minimal 250 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 1 m2/jiwa.
– Taman/tempat main untuk jumlah penduduk pendukung minimal 2500 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,5 m2/jiwa.

VIII-44
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


– Taman/tempat main untuk jumlah penduduk pendukung minimal 30.000 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,3 m2/jiwa.
– Taman/tempat main untuk jumlah penduduk pendukung minimal 120.000 jiwa, dengan kebutuhan luas lahan 0,2 m2/jiwa.
3) Ruang terbuka non hijau
– Ruang terbuka non hijau berupa lapangan olahraga harus disediakan untuk jumlah penduduk pendukung minimal 30.000 jiwa, dengan
kebutuhan luas lahan 0,3 m2/jiwa.
– Ruang terbuka non hijau lainnya dapat berupa plasa dan tempat parkir.
4) Utilitas perkotaan
– Harus disediakan hidran lingkungan.
– Hidran halaman minimal memiliki suplai air sebesar 38 liter/detik pada tekanan 3,5 bar dan mampu mengalirkan air minimal selama
15 menit.
– Hidran umum harus memiliki jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan, mudah dilihat, dan mudah diakses.
– Jalan lokal dan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan dengan lebar perkerasan minimal 3,5 meter.
5) Prasarana lingkungan
– Memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati truk pemadam kebakaran dan perlindungan sipil, lebar jalan minimum 3,5 meter.
– Menyediakan tempat sampah berupa bin plastik atau tong sampah volume 120-240 liter dengan roda atau container volume 1 m3
beroda, yang sudah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik, dan harus memiliki tutup.
– Letak tempat sampah mudah di ambil, tidak mengganggu pengguna jalan, dan sedekat mungkin dengan sumber sampah terbesar.
– Menyediakan bak septik yang berada di bagian depan kavling dan berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dari sumber air tanah.
Diarahkan berbentuk komunal.
– Menyediakan drainase lingkungan tepi jalan, dibuat berada dibawah jalur pejalan kaki.
– Setiap bangunan harus menyediakan sumur resapan untuk mengalirkan limpasan air hujan sebelum disalurkan ke saluran drainase
kota, dengan kapasitas sesuai kebutuhan/ standar.
– Penyediaan lahan parkir, SRP/siswa, dengan kebutuhan ruang parkir 0,7-1,0.
6) Fasilitas pendukung
 Sarana ibadah berupa mushalla pada selain zona sarana peribadatan
 Sarana perdagangan dan jasa berupa kios/warung.
 Sarana kesehatan berupa klinik pada selain zona sarana kesehatan

VIII-45
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


e. Pelaksanaan  Pembangunan sarana pelayanan umum sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan insentif berupa kemudahan perizinan
pembangunan.
 Pembangunan sarana pelayanan umum yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah memiliki ijin yang diperoleh
sebelum disahkannya Peraturan Zonasi ini dan belum dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun akan
dikenakan disinsentif berupa peningkatan retribusi atau dapat mengajukan perubahan ijin kembali dengan insentif pada
pembiayaannya.
 Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan
dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya izin
setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan.
 Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah harus segera
disesuaikan dalam waktu paling lama 36 bulan setelah berlakunya Peraturan Daerah ini.
f. Perubahan Peraturan Zonasi 1) Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona sarana pelayanan umum) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah
perencanaan dapat diputuskan oleh bupati.
2) Setiap perubahan fungsi bangunan gedung harus diikuti oleh pemenuhan persyaratan bangunan gedung terhadap fungsi yang baru dan
diproses kembali untuk mendapatkan perizinan yang baru.
g. Tambahan Untuk pembangunan baru harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Luas lahan minimal masing-masing zona pelayanan sesuai dengan peraturan standar teknis minimal.
b. Memiliki akses yang mudah yang dapat dilalui dengan berjalan kaki bagi sebagian besar siswa-siswi yang akan bersekolah.
c. Akses yang mudah bagi persediaan air bersih.
d. Lokasi harus:
 Datar dan tidak pada lokasi rawan ban ir.
 Berada cukup jauh dari sumber kebisingan (jalan raya, rel kereta, dsb).
 Berada cukup jauh dari sumber bau (tempat pembuangan sampah, limbah, dsb)
 Memiliki keadaan tanah yang baik untuk daya dukung bangunan, tidak lunak maupun berbatu-batu yang memerlukan perlakuan
khusus sehingga tidak memerlukan biaya lebih bagi pembuatan pondasi.

VIII-46
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


h. Khusus Standar Teknis :
1) Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
3) Peraturan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan;
5) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah
(SD/MI), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS), Dan Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA);
6) SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan;
Manual Pembangunan Gedung Sekolah, Departemen Pendidikan Nasional Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
7) SNI-03-1730-2002 tentang Tata caraperencanaan bangunan gedung sekolah menengah umum.
10 ZONA PERUNTUKAN LAINNYA- PL-1 (Pertanian)
a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan bersyarat
Lahan adalah:
T B
 Peruntukan Lainnya: pertanian lahan kering,  Perumahan: rumah tunggal, dengan ketentuans esuai pasal 23
hortikultura, tambak, peternakan unggas, peternakan Perda No.10 Tahun 2011 tentang LP2B, yakni apabila, lahan
non unggas, pertanian pangan berkelanjutan yang dimiliki petani hanya satu-
satunya dan akan digunakan untuk rumah tinggal maka hanya
boleh dialih fungsikan paling banyak 300m2.
 Ketentuan bangunan rumah tunggal adalah:
a. KDB maksimum 50%
b. KLB maksimum 1
c. KDH minimum 40% dengan RTNH 10%
 Perdagangan dan jasa: pasar tradisional, peralatan dan pasokan

VIII-47
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


pertanian, penggilingan padi, SPBU, SPBE , hewan peliharaan,
tanaman(nursery), Jasa riset dan pengembangan IPTEK,
 Perkantoran: kantor pemerintah
 Sarana Pelayanan Umum: SD-SMA/SMK, perguruan
tinggi/akademi/pesantren, rumah sakit tipe A-D, RS gawat
darurat, puskesmas/pustu, lapangan olah raga, gedung olah raga,
stadion, terminal tipe A-C, tempat ibadah
 Peruntukan lainnya: wisata alam, wisata budaya
 Ruang Terbuka Hijau: hutan kota, jalur hijau & pulau jalan, taman
kota,
 Peruntukan khusus: menara telekomunikasi, gardu listrik
 Ketentuan terkait dengan kegiatan bersyarat pada sub-zona PL-
1A adalah:
a. Diutamakan untuk kegiatan kepentingan umum/pemerintah
b. Penggantian lahan jika lahan PL-1A yang digunakan
termasuk lahan yang ditetapkan sebagai LP2B
c. Pengendalian konversi lahan PL-1A di sekitar kegiatan yang
dilakukan/dibangun
d. KLB boleh tinggi (bangunan bertingkat) guna meminimalisir
konversi lahan PL-1A
b. Intensitas Pemanfaatan a. KDB maksimum sebesar 0%
Ruang b. KLB maksimum sebesar 0
c. KDH minimal 100%
c. Tata Bangunan
d. Sarana-prasarana minimum a. Jenis lahan pertanian pangan berkelanjutan beririgasi harus tersedia jaringan irigasi tersier dan/atau rencana pembangunan jaringan
tersier;

VIII-48
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


b. Jenis lahan pertanian pangan berkelanjutan tidak beririgasi harus tersedia rencana pembangunan irigasi air permukaan dan/atau air
bawah tanah; dan
c. Tersedia akses jalan dan jembatan yang dapat digunakan sebagai sarana transportasi sarana prasarana dan hasil pertanian.
e. Pelaksanaan a. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya
b. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah harus segera
dialihfungsikan kembali sesuai fungsi sawah irigasi
f. Perubahan Peraturan Zonasi Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat diputuskan oleh
bupati
g. Tambahan
h. Khusus Ketentuan lebih detail mengacu pada peraturan-perundangan terkait sawah irigasi atau lahan pertanian pangan berkelanjutan(LP2B), yakni UU
41 tahun 2009 dan Perda No. 10 Tahun 2011

11 ZONA PERUNTUKAN LAINNYA- PL-7 (Pertahanan dan Keamanan)


a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan bersyarat
Lahan adalah:
T B
Peruntukkan lainnya terbatas sesuai dengan norma, standard dan Mendapatkan izin dari pihak yang berwenan dalam kawasan pertahanan
nilai-nilai yang berlaku di kawasan pertahanan dan keamanan dan keamanan

b. Intensitas Pemanfaatan a. KDB maksimum adalah 60%


Ruang b. KLB
– KLB maksimum untuk bangunan 1 lantai adalah 0,6
– KLB maksimum untuk bangunan 2 lantai adalah 1,2
c. KDH minimal adalah 30%
c. Tata Bangunan 1) GSB
– Untuk kelas jalan kolektor primer, GSB minimal 15 meter.

VIII-49
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


– Untuk kelas jalan lokal primer, GSB minimal 10 meter.
– Untuk kelas jalan lokal sekunder, GSB minimal 4 meter.
2) Ketinggian Maksimum
– Ketinggian bangunan maksimum adalah 12 meter.
– Bangunan yang memiliki luas mezanin lebih dari 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagai 1 lantai penuh.
3) Jarak Bebas antar Bangunan Minimum
– Untuk ketinggian bangunan kurang dari 8 meter, jarak samping bangunan minimal 1,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 1,5 meter.
– Untuk ketinggian bangunan antara 8-10 meter, jarak samping bangunan minimal 2 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2 meter.
– Untuk ketinggian bangunan lebih dari 10-12 meter, jarak samping bangunan minimal 2,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2,5 meter.
4) Tampilan Bangunan
– Tampilan bangunan pada sub zona sarana pertahanan dan keamanan ini adalah bebas, sepanjang tidak ada ketentuan khusus yang
lebih detail (misal RTBL), namun tetap mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur lokal/daerah, dan
lingkungan yang ada di sekitarnya
d. Sarana-prasarana minimum Disesuaikan dengan standar kebutuhan pertahanan dan keamanan

e. Pelaksanaan – Pembangunan sarana pertahanan dan keamanan yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah memiliki ijin yang
diperoleh sebelum disahkannya Peraturan Zonasi ini dan belum dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun
akan dikenakan disinsentif berupa peningkatan retribusi atau dapat mengajukan perubahan ijin kembali dengan insentif pada
pembiayaannya.
– Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan
dikenakan disinsentif berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya izin
setelah 5 tahun dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan.
f. Perubahan Peraturan Zonasi – Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona sarana pendidikan) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah

VIII-50
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


perencanaan dapat diputuskan oleh bupati.
– Setiap perubahan fungsi bangunan gedung harus diikuti oleh pemenuhan persyaratan bangunan gedung terhadap fungsi yang baru dan
diproses kembali untuk mendapatkan perizinan yang baru.
g. Tambahan Untuk bangunan sarana pertahanan dan keamanan baru harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
– Luas lahan minimal 6.000 m2 dengan ruang yang cukup untuk bangunan pendidikan dan perkantoran, dan pengembangan di masa
depan yang mungkin diperlukan.
– Akses yang mudah bagi persediaan air bersih.
– Lokasi harus:
 Datar dan tidak pada lokasi rawan banjir.
 Berada cukup jauh dari sumber bau (tempat pembuangan sampah, limbah, dsb)
 Memiliki kondisi tanah yang baik untuk daya dukung bangunan
 Memperhatikan Kebijakan Sistem Pertahanan dan Keamanan Nasional
 Memperhatikan Kebijakan Pemerintah yang Menunjang Pusat Hankam Nasional
 Memperhatikan ketersediaan lahan Sesuai dengan kebutuhan bidang hankam beserta prasarana dan sarana penunjangnya
 Aksesibilitas yang menghubungkan zona Hankam adalah jalan kolektor;
h. Khusus Standar Teknis :
1) Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
3) Peraturan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan;
5) SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan;
12 ZONA PERUNTUKAN LAINNYA - PL- 8 (IPAL)
a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan bersyarat
Lahan adalah:

VIII-51
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


T B
Mengikuti aturan pada zona yang dibatasi

b. Intensitas Pemanfaatan  KDB maksimum adalah 60%


Ruang  KLB maksimum untuk bangunan adalah 0,6
 KDH minimal adalah 30%
c. Tata Bangunan 1) GSB
– Untuk kelas jalan lokal primer, GSB minimal 10 meter.
– Untuk kelas jalan lokal sekunder, GSB minimal 4 meter.
2) Ketinggian Maksimum
– Ketinggian bangunan maksimum adalah 8 meter
3) Jarak Bebas antar Bangunan Minimum
– Untuk ketinggian bangunan kurang dari 8 meter, jarak samping bangunan minimal 1,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 1,5 meter.
– Untuk ketinggian bangunan antara 8-10 meter, jarak samping bangunan minimal 2 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2 meter.
4) Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan pada sub zona IPAL ini adalah bebas, sepanjang tidak ada ketentuan khusus yang lebih detail (misal RTBL), namun tetap
mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur lokal/daerah, dan lingkungan yang ada di sekitarnya
d. Sarana-prasarana minimum 1)Ttempat parkir.
3) Utilitas lingkungan
– Hidran umum harus memiliki jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan, mudah dilihat, dan mudah diakses.
– Memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati truk pemadam kebakaran dan perlindungan sipil, lebar jalan minimum 3,5 meter.
– Menyediakan drainase lingkungan.
e. Pelaksanaan 1. Pembangunan sarana IPAL sesuai dengan peraturan zonasi.
2. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas

VIII-52
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


3. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah harus segera
disesuaikan dalam waktu paling lama 36 bulan setelah berlakunya Peraturan Daerah ini.
4. Memperhatikan kebijakan sistem (jalur dan saluran)
5. memperhatikan sistem pembuangan air limbah pemukiman dan industri yang berlaku di suatu wilayah
6. memperhatikan standar-standar teknis sarana dan prasarana yang harus dipenuhi dalam pembangunan IPAL
7. tidak berbatasan langsung dengan zona perumahan dan industri
8. melindungi sumber-sumber air baku bagi air minum dari pencemaran air limbah
f. Perubahan Peraturan Zonasi 1. Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona IPAL) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat
diputuskan oleh bupati.
2. Setiap perubahan fungsi bangunan gedung harus diikuti oleh pemenuhan persyaratan bangunan gedung terhadap fungsi yang baru dan
diproses kembali untuk mendapatkan perizinan yang baru.
3. Terdapat kesalahan peta dan/atau informasi;
4. Rencana yang disusun menyebabkan kerugian bagi masyarakat atau kelompok masyarakat;
5. Rencana yang disusun menghambat pertumbuhan perekonomian kota; 6) Permohonan/usulan penggunaan lahan baru menjanjikan
manfaat yang besar bagi lingkungan.
6. Pertimbangkan Ketidaksesuaian antara pertimbangan yang mendasari arahan rencana dengan pertimbangan pelaku pasar;
7. PertimbangkanBerdasarkan pemikiran bahwa tidak semua perubahan pemanfaatan lahanakan berdampak negatif bagi masyarakat
kota;
8. Kecenderungan menggampangkan persoalan dengan cara mensahkan/melegalkan perubahan pemanfaatan lahan yang menyimpang
dari rencana kota pada evaluasi rencana berikutnya.
g. Tambahan
h. Khusus 1) Standart Tangki Septik Bersama:
– Muka air tanah harus cukup rendah.
– Jarak minimum antara bidang resapan bersama dengan sumur pantek adalah 10 m (tergantung dari sifat tanah dan kondisi
daerahnya).
– Tangki septik harus dibuat dari bahan rapat air.
– Ukuran tangki septik bersama sistem terpisah, untuk jumlah orang ± 50 orang:

VIII-53
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


2) Pembuangan Air Hujan
Standar saluran pembuangan air hujan dapat merupakan saluran terbuka atau saluran tertutup.
– Saluran terbuka berbentuk ½ lingkaran dengan ukuran minimum Ф 20 cm.
– Bentuk bulat telur ukuran minimum 20 – 30 cm.
– Bahan saluran : tanah liat, beton dan pasangan batu bata dan bahan lain.
– Kemiringan saluran minimum : 2%.
– Kedalaman saluran minimum : 40 cm.
– Apabila saluran dibuat tertutup, maka pada tiap perubahan arah harus di lengkapi dengan lubang pemeriksa dan pada saluran yang
lurus, lubang pemeriksa harus ditempatkan pada jarak minimum setiap 50 m.
– Bahan saluran : pipa PVC, beton, tanah liat dan bahan lain,
– Kemiringan saluran minimum : 2 %,
– Kedalaman saluran minimum : 30 cm.

Standar teknis :
1) Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
3) Peraturan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan
Lingkungan;
5) SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan;
6) PP No. 82 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

13 ZONA PERUNTUKAN LAINNYA - PL- 9 (Tempat Pemrosesan Akhir) TPA


a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan bersyarat
Lahan adalah:

VIII-54
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


T B
Mengikuti aturan pada zona yang dibatasi
b. Intensitas Pemanfaatan  KDB maksimum adalah 60%
Ruang  KLB maksimum untuk bangunan adalah 0,6
 KDH minimal adalah 30%
c. Tata Bangunan 1) GSB
– Untuk kelas jalan lokal primer, GSB minimal 10 meter.
– Untuk kelas jalan lokal sekunder, GSB minimal 4 meter.
2) Ketinggian Maksimum
– Ketinggian bangunan maksimum adalah 8 meter
– Jarak Bebas antar Bangunan Minimum
– Untuk ketinggian bangunan kurang dari 8 meter, jarak samping bangunan minimal 1,5 meter, sedangkan jarak belakang
bangunan minimal 1,5 meter.
– Untuk ketinggian bangunan antara 8-10 meter, jarak samping bangunan minimal 2 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2 meter.
4) Tampilan Bangunan
Tampilan bangunan pada sub zona TPS 3R ini adalah bebas, sepanjang tidak ada ketentuan khusus yang lebih detail (misal RTBL), namun tetap
mempertimbangkan lingkungan yang ada di sekitarnya
d. Sarana-prasarana minimum 1) Ruang terbuka hijau
2) Ruang terbuka non hijau
Ruang terbuka non hijau dapat berupa tempat parkir.
3) Utilitas lingkungan
– Hidran umum harus memiliki jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan, mudah dilihat, dan mudah diakses.
– Memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati truk pemadam kebakaran dan perlindungan sipil, lebar jalan minimum 3,5 meter.
– Menyediakan drainase lingkungan.
– Penyediaan lahan parkir, SRP/100 m2 luas lantai, dengan kebutuhan ruang parkir 3,5-7,5.

VIII-55
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


e. Pelaksanaan a. Pembangunan sarana TPA sesuai dengan peraturan zonasi.
b. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan
akan dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas
c. Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah harus segera
disesuaikan dalam waktu paling lama 36 bulan setelah berlakunya Peraturan Daerah ini.
d. Memperhatikan kebijakan sistem persampahan (jalur dan saluran)
e. Memperhatikan ketersediaan lahan sesuai dengan kebutuhan TPSS (Tempat Pengumpulan Sampah Sementara), LDUS (Lokasi Daur
Ulang Sampah) serta ruang yang diperlukan didalam operasi pengumpulan sementara sampah
f. Aksesibilitas TPSS/LDUS minimal adalah jalan lokal
f. Perubahan Peraturan Zonasi Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona TPA) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat diputuskan
oleh bupati.
g. Tambahan 1) Penentuan lokasi TPS 3R harus mempertimbangkan:
– Rencana tata ruang
– Kondisi topografi
– Kelestarian lingkungan
– Jenis tanah lempung dengan konduktivitas hidrolik < 10-6 cm / det Merupakan tanah tidak produkti
h. Khusus Standar Teknis :
1. Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285);
3. Peraturan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan;
5. SNI 03-1733-2004 tentang Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan;
6. UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
7. 7) SNI 03-3241-1997 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA
14 ZONA PERUNTUKAN LAINNYA - PL- 13 (Pariwisata)

VIII-56
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


a. Kegiatan dan Penggunaan  Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada
Lahan Matriks ITBX pada Lampiran
 Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan
terbatas dan bersyarat adalah :
T B
Kegiatan dibatasi dengan tidak mengganggu kegiatan utama 1) memiliki tempat parkir
berupa pariwisata 2) memperoleh persetujuan dari gampong.

b. Intensitas Pemanfaatan  GSB : 1 meter


Ruang  KDB : 20 %
 KLB : 0,4
 KDH : 30 %

c. Tata Bangunan
d. Sarana-prasarana minimum Penyediaan penerang jalan dilengkapi dengan infrasturktur pendukung lainnya

e. Pelaksanaan
f. Perubahan Peraturan Zonasi Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah perencanaan dapat diputuskan oleh
bupati atau kepala dinas teknis terkait.
g. Tambahan Jenis kegiatan peruntukan lainnya diijinkan dengan memperhatikan :
1) Kegiatan berbasis alam (memanfaatkan potensi pantai)
2) Tidak mengganggu fungsi utama zona pertambakan, pariwisata, dan sempadan pantai
3) Kesesuaian dengan pemanfaatan ruang
h. Khusus Pembatasan bangunan / perkerasan dengan hanya memberikan izin pada bangunan / aktivitas yang mendukung fungsi pariwisata sesuai
ketentuan intensitas pemanfaatan ruang
15 ZONA PERUNTUKAN CAMPURAN - C-3 (Perkantoran Dan Perdagangan/Jasa)

VIII-57
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


a. Kegiatan dan Penggunaan Kegiatan dan Penggunaan Lahan mengacu kepada Matriks ITBX. Keterangan lebih lanjut terkait penggunaan lahan terbatas dan bersyarat
Lahan adalah:
T B
Mengikuti aturan pada zona yang akan dibangun, misalkan Mengikuti aturan pada zona yang akan dibangun, misalkan membangun
membangun perkantoran mengikuti kaidah pada peraturan perkantoran mengikuti kaidah pada peraturan zonasi zona perkantoran
zonasi zona perkantoran
b. Intensitas Pemanfaatan a. KDB maksimum sebesar 80%
Ruang b. KLB maksimum sebesar 3,2 dari luas lahan/persil;
c. KDH
 KDH minimal 20% dari keseluruhan luas lahan, setiap 100 m2 RTH diharuskan minimum ada 1 pohon tinggi dan rindang.
 Perdagangan dan jasa untuk KDB diatas 70%, memiliki minimal 2 (dua) pohon kecil/ sedang yang ditanam pada lahan atau pada
pot berdiameter diatas 60 cm;
 Persyaratan penanaman pohon pada perdagangan dan jasa dengan KDB dibawah 70%, berlaku seperti persyaratan pada RTH
pekarangan rumah, dan ditanam pada area diluar KDB yang telah ditentukan.
 Pengembangan roof garden pada bangunan perdagangan dan jasa yang memiliki ketinggian 2 lantai atau lebih.
c. Tata Bangunan 1) GSB
 Untuk kelas jalan arteri, GSB minimal 17 meter
 Untuk kelas jalan kolektor, GSB minimal 15 meter
 Untuk kelas jalan lokal primer, GSB minimal 10 meter.
 Untuk kelas jalan lokal sekunder, GSB minimal 4 meter.
2) Ketinggian Maksimum
 Ketinggian bangunan maksimum adalah 20 meter (setara dengan 4 lantai).
 Bangunan yang memiliki luas mezanin lebih dari 50% dari luas lantai dasar dianggap sebagai 1 lantai penuh.
3) Jarak Bebas antar Bangunan Minimum
 Untuk ketinggian bangunan kurang dari 8 meter, jarak samping bangunan minimal 1,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 1,5 meter.

VIII-58
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


 Untuk ketinggian bangunan antara 8-10 meter, jarak samping bangunan minimal 2 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2 meter.
 Untuk ketinggian bangunan antara 10-12 meter, jarak samping bangunan minimal 2,5 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 2,5 meter.
 Untuk ketinggian bangunan antara 12-14 meter, jarak samping bangunan minimal 3 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 3 meter.
 Untuk ketinggian bangunan antara 14-15 meter, jarak samping bangunan minimal 4 meter, sedangkan jarak belakang bangunan
minimal 4 meter.
4) Tampilan Bangunan
 Tampilan bangunan pada zona campuran ini adalah bebas, sepanjang tidak ada ketentuan khusus yang lebih detail (misal RTBL),
namun tetap mempertimbangkan kaidah-kaidah estetika bentuk, karakteristik arsitektur lokal/daerah, dan lingkungan yang ada di
sekitarnya
d. Sarana-prasarana minimum 1) Jalur pejalan kaki
– Jalur pejalan kaki dengan tipe sidewalk.
– Jalur pejalan kaki dengan lebar minimal 1,5 meter.
– Jika terdapat jalur sepeda maka lebar jalur untuk pejalan kaki dan sepeda minimal 2 m;
– Kemiringan jalur pedestrian (trotoar) memiliki rasio 1:2;
– Permukaan perkerasan jalur pejalan kaki secara umum terbuat dari bahan anti slip;
– Perkerasan jalur pejalan kaki ini harus menerus, dan tidak terputus, terutama ketika menemui titik-titik konflik antara jalur pejalan
kaki dengan moda transportasi lain seperti jalur masuk kapling, halte, dan lain sebagainya
– Dilengkapi fasilitas pejalan kaki seperti lampu jalan, jalur hijau, dan fasilitas penyeberangan.
4) Utilitas perkotaan
– Hidran halaman minimal memiliki suplai air sebesar 38 liter/ detik pada tekanan 3,5 bar dan mampu mengalirkan air minimal selama
15 menit.
– Hidran umum harus memiliki jarak maksimal 3 meter dari garis tepi jalan, mudah dilihat, dan mudah diakses.
– Jalan lokal dan lingkungan harus memenuhi unsur luas bangunan dengan lebar perkerasan minimal 3,5 meter.

VIII-59
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


5) Prasarana lingkungan
– Memiliki kemudahan akses yang dapat dilewati truk pemadam kebakaran dan perlindungan sipil, lebar jalan minimum 3,5 meter.
– Menyediakan tempat sampah yang sudah dipisahkan antara sampah organik dan anorganik, tipe tidak tertanam (dapat diangkat),
harus memiliki tutup, dengan kapasitas:
a. Untuk pasar dapat menggunakan bin plastik/tong volume 40-60 lt dengan tutup, atau bin/tong sampah, volume 50-60 lt yang
dipasang secara permanen, atau bin/plastik, volume 120-240 lt ada tutupnya dan memakai roda
b. Untuk pertokoan dapat menggunakan bak sampah atau bin plastik/tong, volume 50-60 liter.
c. Untuk perkantoran/hotel dapat menggunakan bin plastik, volume 120-240 Lt dengan roda, atau container volume 1 m3
beroda.
– Letak tempat sampah mudah di ambil, tidak mengganggu pengguna jalan, dan sedekat mungkin dengan sumber sampah terbesar.
– Menyediakan bak septik yang berada di bagian depan kavling dan berjarak sekurang-kurangnya 10 meter dari sumber air tanah.
– Menyediakan drainase lingkungan tepi jalan, dibuat berada dibawah jalur pejalan kaki.
– Setiap bangunan harus menyediakan sumur resapan untuk mengalirkan limpasan air hujan sebelum disalurkan ke saluran drainase
kota, dengan kapasitas sesuai kebutuhan/standar.
– Penyediaan lahan parkir
a. Pertokoan, SRP/100 m2 luas lahan efektif, dengan kebutuhan ruang parkir 3,5-7,5;
b. Pasar swalayan, SRP/100 m2 luas lahan efektif, dengan kebutuhan ruang parkir 3,5-7,5;
c. Pasar, SRP/100 m2 luas lahan efektif, dengan kebutuhan ruang parkir 3,5-7,5;
d. Hotel/penginapan/losmen, SRP/kamar, dengan kebutuhan ruang parkir 0,2-1,3;
e. Pelaksanaan 1) Pembangunan bangunan di zona campuran sesuai dengan peraturan zonasi ini akan diberikan insentif berupa kemudahan perizinan
pembangunan.
2) Pembangunan bangunan perdagangan dan jasa yang tidak sesuai dengan peraturan zonasi ini namun sudah memiliki ijin yang diperoleh
sebelum disahkannya Peraturan Zonasi ini dan belum dilaksanakan, maka pembangunannya dapat terus dilakukan, namun akan dikenakan
disinsentif berupa peningkatan retribusi atau dapat mengajukan perubahan ijin kembali dengan insentif pada pembiayaannya.
3) Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan maka diperbolehkan selama memiliki izin yang sah dan akan
dibatasi perkembangannya untuk kegiatan yang diizinkan terbatas sedangkan untuk kegiatan yang tidak diizinkan akan dikenakan disinsentif
berupa peningkatan pajak dan tidak diterbitkannya lagi perizinan operasi (bila ada), serta dicabutnya izin setelah 5 tahun dengan memberikan

VIII-60
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


ganti rugi kepada pihak yang bersangkutan.
4) Penggunaan lahan saat ini yang tidak sesuai sebelum peraturan ini ditetapkan dan tidak memiliki izin yang sah harus segera disesuaikan
dalam waktu paling lama 12 bulan setelah berlakunya Peraturan Daerah ini.
f. Perubahan Peraturan Zonasi 1) Perubahan kecil (kurang dari 10% fungsi subzona perdagangan dan jasa tunggal) dan tidak mengubah pola ruang (zoning map) wilayah
perencanaan dapat diputuskan oleh bupati atau kepala dinas teknis terkait.
2) Setiap perubahan fungsi bangunan gedung harus diikuti oleh pemenuhan persyaratan bangunan gedung terhadap fungsi yang baru dan
diproses kembali untuk mendapatkan perizinan yang baru.
g. Tambahan 1) Ketentuan pemasangan reklame:
– Lokasi pembangunan billboard/baliho, papan reklame mengikuti ketentuan tata ruang atau disesuaikan dengan titik-titik lokasi yang
ditentukan oleh Bupati dan tidak boleh merusak karakter lingkungan, keserasian lingkungan dan kelestarian lingkungan.
– Instansi/biro/lembaga yang bertanggungjawab dalam penyediaan
– billboard/baliho, papan reklame, harus berkoordinasi dengan instansi terkait.
– Bangunan billboard/baliho, papan reklame harus dapat mendukung citra dan suasana perkotaan yang asri, indah, tertib, nyaman dan
aman.
– Penempatan reklame tidak mengganggu sirkulasi dan pandangan.
– Warna reklame pada jalur–jalur cepat tidak terlalu menyolok sehingga dapat mengganggu pandangan pemakai jalan.
– Reklame terbuat dari material yang tidak merefleksikan sinar sehingga dapat menyilaukan pemakai jalan.
– Ketinggian reklame dalam batas–batas yang aman. Tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.
– Konstruksi reklame dapat menahan beban angin dan faktor–faktor lain, sehingga tidak mudah roboh.
– Desain reklame tidak membahayakan bagi pejalan kaki dan pemakai kendaraan.
2) Ruang PKL
– Kawsan perdagangan dan jasa harus menyediakan ruang PKL sesuai dengan jumlah PKL eksisting yang sudah ada di RTH tersebut.
– Tidak diperkenankan adanya penambahan jumlah PKL.
– Aktivitas PKL dibatasi jumlah, luasan untuk berdagang, dan waktu operasionalnya.

VIII-61
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

No Ketentuan Uraian Ketentuan


h. Khusus Ketentuan khusus pada zona campuran pada wilayah perencanaan ini adalah:
Untuk kawasan yang juga termasuk zona rawan gempa bumi, maka konstruksi bangunan harus mengikuti standar bangunan tahan gempa.

Standar Teknis :
1. Undang-Undang No 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 48,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5285).
3. Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat perbelanjaan dan Toko Modern.
4. Peraturan Menteri Negara Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.26/PRT/M/2008, tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan.
6. 6) Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/M-DAG/PER/12/2008 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar
Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern.

Sumber : Hasil Analisa Konsultan RDTR, 2019

VIII-62
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

8.3 Pengendalian dan Pengawasan Pembangunan


Arahan pengendalian pemanfaatan ruang digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
pengendalian di wilayah perencanaan. Ketentuan pengendalian dan pemanfaatan ruang
berfungsi sebagai alat pengendali pengembangan kawasan, menjaga kesesuaian pemanfaatan
ruang dengan rencana tata ruang, menjamin agar pembangunan baru tidak mengganggu
pemanfaatan ruang yang telah sesuai dengan rencana tata ruang, meminimalkan pengunaan
lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, dan mencegah dampak pembangunan yang
merugikan. Arahan pengendalian pemanfaatan ruang terdiri atas Ketentuan Umum Peraturan
Zonasi, Ketentuan Perizinan, Ketentuan pemberian insentif dan disinsentif, dan Arahan sanksi.
8.3.1 Ketentuan Perizinan
Sesuai dengan ketentuan Pasal 35 UU No 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang disebutkan
bahwa pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang.
Dalam hal ini salah satu untuk mewujudkan tertib tata ruang ini adalah dalam bentuk perijinan,
yaitu memberikan ijin terkait dengan pemanfaatan ruang yang berlandaskan pada rencana tata
ruang. Terkait dengan perijinan yang merupakan aplikasi dari pengendalian pemanfatan ruang
termuat dalam undang-undang tersebut, bahwa perizinan adalah terkait dengan izin
pemanfaatan ruang yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki
sebelum pelaksanaan pemanfaatan ruang. Izin dimaksud adalah izin lokasi/fungsi ruang,
kualitas ruang.
Selain ketentuan di atas, perijinan yang diatur dalam UU No 26 tahun 2007 pada pasal 37,
diarahkan sebagai berikut:
 Ketentuan perijinan diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masing-
masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
 Ijin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui
prosedur yang benar, batal demi hukum.
 Ijin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian
terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah
dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya.
 Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan Ijin, dapat dimintakan
penggantian yang layak kepada instansi pemberi Ijin.

VIII-63
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

 Ijin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan rencana tata
ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah dengan
memberikan ganti kerugian yang layak.
 Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan Ijin pemanfaatan ruang
dilarang menerbitkan Ijin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan Ijin dan tata cara penggantian
yang layak diatur dengan peraturan pemerintah.

Berdasarkan ketentuan perijinan sebagaimana diuraikan di atas, pada intinya bahwa kegiatan
yang berpeluang menimbulkan gangguan pada dasarnya dilarang kecuali dengan ijin. Setiap
kegiatan dan pembangunan harus memohon ijin dari pemerintah atau pemerintah daerah
setempat yang akan memeriksa kesesuaiannya dengan rencana dan standar administrasi.
Perijinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang yang berlandaskan pada rencana tata
ruang pada dasarnya mempunyai beberapa jenis perijinan, antara lain dapat disebutkan sebagai
berikut:
A. Rekomendasi Advice Planning (AP) atau Keterangan Rencana (KP) yang dikeluarkan
oleh Dinas Pengawasan Bangunan dan Pengendalian Lingkungan (BAPPEDA)
Kabupaten/Kota. Rekomendasi AP ini diutamakan untuk menentukan peruntukan,
fungsi dan bentuk bangunan, Rencana Ruang Milik Jalan (Rumija), Sempadan Bangunan
sempadan lainnya serta ketentuan teknis bangunan lainnya yang termuat dalam
Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan Bangunan.
B. Izin Kegiatan (Sektoral) merupakan persetujuan pengembangan
aktivitas/sarana/prasarana yang menyatakan bahwa aktivitas budidaya yang akan
mendominasi kawasan memang sesuai atau masih dibutuhkan atau merupakan bidang
yang terbuka di wilayah tempat kawasan itu terletak. Ijin ini diterbitkan oleh
pembina/pengelola sektor terkait. Jenis ijin kegiatan (sektoral) ini terdiri atas:
 Izin Prinsip :persetujuan pendahuluan yang dipakai sebagai kelengkapan persyaratan
teknis permohonan ijin lokasi. Bagi perusahaan PMDN/PMA, surat persetujuan
penanaman modal (SPPM) untuk PMDN dari Kepala BKPM atau surat pemberian
persetujuan Presiden untuk PMA, digunakan sebagai Ijin Prinsip.
 Izin Tetap : merupakan persetujuan akhir setelah ijin lokasi diperoleh. Ijin lokasi
menjadi persyaratan sebelum memberikan persetujuan final tentang pengembangan
kegiatan tersebut.

C. Izin Pertanahan terdiri dari :

VIII-64
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

 Ijin lokasi: persetujuan lokasi bagi pengembangan aktivitas, sarana dan prasarana
yang menyatakan kawasan yang dimohon sesuai untuk dimanfaatkan bagi aktivitas
dominanyang telah memperoleh ijin prinsip. Ijin lokasi akan dipakai sebagai dasar
dalam dalam melaksanakan perolehan tanah melalui pengadaan tertentu dan dasar
bagi pengurusan hak atas tanah.
 Hak Atas Tanah : walaupun sebenarnya bukan merupakan perijinan, namun dapat
dianggap sebagai persetujuan kepada pihak pelaksanaan pembangunan di atas lahan
yang diperoleh. Macam hak sesuai dengan sifat pihak pelaksana dan sifat kegiatan.
Pada tingkat kawasan hak yang diberikan umumnya bersifat kolektif (misal hak HGB
induk). Sedangkan hak kepemilikan individual dapat dikembangkan dari hak kolektif.
D. Izin Perencanaan dan Bangunan terdiri atas :
 Izin peruntukan penggunaan tanah : ijin perencanaan dan atau rekomendasi
perencanaan bagi penggunaan tanah yang didasarkan pada RTRW maupun RDTR.
 Izin Mendirikan Bangunan (IMB) : setiap aktivitas budidaya rinci yang bersifat binaan
(bangunan) perlu memperoleh IMB jika akan dibangun. Perhatian utama diarahkan
pada kelayakan struktur bangunan melalui penelaahan rancangan rekayasa
bangunan. Rencana tapak disetiap blok peruntuan (terutama bangunan berskala
besar) atau rancangan arsitektur disetiap persil. Persyaratan teknis lainnya seperti
lingkungan sekitar misalnya garis sempadan (jalan dan bangunan) KDB, KLB, KDH.
 Izin Tempat Usaha (ITU) yang diterbitkan Dinas Perijinan Kabupaten/Kota. Ijin ini
diperlukan untuk bangunan yang telah memiliki IMB yang digunakan untuk usaha
baik sebagian maupun seluruhnya.
E. Izin Lingkungan merupakan persetujuan yang menyatakan aktivitas dalam kawasan
yang dimohon layak dari segi lingkungan. Jenis ijin lingkungan ini ada dua hal, yaitu :
 Izin HO : ijin HO/undang-undang gangguan terutama untuk kegiatan usaha yang
tidak mempunyai dampak penting terhadap lingkungan hidup (bukan obyek
AMDAL). Ijin ini umumnya diterbitkan Bupati melalui Sekretariat Daerah.
 Persetujuan RKL dan RPL : persetujuan RKL dan RPL untuk kawasan yang sifat
kegiatannya rinci yang berada di dalamnya secara sendiri-sendiri maupun bersama-
sama berdampak penting terhadap lingkungan hidup. Persetujuan RKL dan RPL
untuk kawasan terpadu diterbitkan oleh Menteri Lingkungan Hidup. Sedangkan RKL
dan RPL yang tergantung pada karakteristik kawasan diterbitkan oleh Bupati melalui
Komisi AMDAL terkait.
F. Izin Operasional seperti surat ijin operasional pada perdagangan pada Surat Ijin Usaha
Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perdagangan (TDP), surat ijin operasional kesehatan,
surat ijin operasional pendidikan. Ijin operasional ini biasanya diterbitkan oleh oleh
VIII-65
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

Bupati melalui Instansi atau SKPD yang mempunyai kewenangan bidang tersebut
seperti SIUP, TDP di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, bidang kesehatan
pada Dinas Kesehatan, bidang pendidikan pada Dinas Pendidikan, dan lain-lain. Ijin ini
diperlukan untuk melaksanakan usaha yang sifatnya sangat operasional atau
mempunyai keterkaitan diluar kewenangan dengan Pemerintah Daerah.

8.3.2 Perangkat Insentif dan Disinsentif


Insentif dan disinsentif diberikan oleh pemerintah daerah sesuai kewenangannya dengan tetap
menghormati hak masyarakat sesuai ketentuan yang berlaku terhadap pelaksanaan kegiatan/
pemanfaatan ruang yang mendukung dan tidak mendukung terwujudnya tata ruang wilayah
sebagaimana arahan yang tercantum pada dokumen tata ruang.
A. Insentif
Ketentuan pemberian insentif merupakan ketentuan yang mengatur tentang pemberian
imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan tata ruang. Insentif yang
diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta dalam pelaksanaan kegiatan yang
sesuai dengan dan didorong perwujudannya dalam rencana tata ruang.
Insentif yang diberikan kepada masyarakat untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang
mendukung pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk :
 Pemberian kompensasi/imbalan;
 Pemberian Penghargaan;
 Pembangunan dan penyediaan infrastruktur; dan
 Kerjasama pendanaan;
 Subsidi silang;
 Kemudahan prosedur perizinan;
Insentif yang diberikan kepada masyarakat untuk kegiatan pemanfaatan ruang yang
mendukung pengembangan kawasan budidaya, yaitu dalam bentuk :
 Pemberian kompensasi/Imbalan;
 Sewa ruang;
 Penyediaan infrastruktur
 Pemberian penghargaan
 Kemudahan prosedur perizinan
 Keringanan pajak
 keringanan retribusi;
Insentif ini dapat diberikan oleh pemerintah kepada Pemerintah Kabupaten, antar
pemerintahan yang saling berhubungan berupa subsidi silang dari daerah yang

VIII-66
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

penyelenggaraan penataan ruangnya memberikan dampak kepada daerah yang


dirugikan, atau antara pemerintah dan swasta dalam hal pemerintah memberikan
prefensi kepada swasta sebagai imbalan dalam mendukung perwujudan rencana tata
ruang, atau dari pemerintah kepada masyarakat atas partisipasinya menjaga kualitas
ruang. Insentif dan disinsentif diberikan dengan tetap menghormati hak masyarakat.
B. Disinsentif
Ketentuan pemberian disinsentif merupakan ketentuan yang mengatur tentang
pengenaan bentuk-bentuk kompensasi dalam pemanfaatan ruang. Disinsentif diberikan
dalam rangka mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak
sejalan dengan rencana tata ruang.
Disinsentif yang diberikan kepada masyarakat, pengusaha dan swasta dalam
pelaksanaan kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana tata ruang meliputi:
 pengenaan pajak dan/atau retribusi yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat
pemanfaatan ruang;
 penyediaan infrastruktur secara terbatas;
 pembatalan insentif;
 rekomendasi penangguhan perpanjangan izin; dan/atau
 pencabutan izin;
Disinsentif yang dikenakan kepada masyarakat terdiri atas :
a. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang
menghambat pengembangan kawasan lindung, yaitu dalam bentuk :
 Pengenaan pajak yang tinggi;
 Pembatasan penyediaan infrastruktur; dan
 Pengenaan kompensasi.
b. Disinsentif yang dikenakan terhadap kegiatan pemanfaatan ruang yang
menghambat pengembangan kawasan budidaya, yaitu dalam bentuk :
 Pengenaan pajak yang tinggi dan/atau retribusi yang tinggi;
 Pencabutan izin;
 Pembatasan penyediaan infrastruktur; dan
 Pengenaan kompensasi.
 pembatalan insentif;
 rekomendasi penangguhan perpanjangan izin; dan/atau
 pencabutan izin;

VIII-67
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

Secara ringkas mekanisme insentif dan disinsentif dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 8.4 Mekasnisme Insentif dan Disinsentif
Bidang Insentif Disinsentif
Administratif  Kemudahan pemberian izin.  Perpanjangan prosedur.
 Penghargaan.  Perketat/tambah syarat.
Ekonomi  Keringanan pajak.  Pajak tinggi
 Kompensasi.  Retribusi tinggi
 Imbalan.  Denda/charge
 Pola pengelolaan.
Fisik  Subsidi prasarana.  Pembatasan prasarana
 Bonus/insentif.
 TDR.
 Ketentuan teknis.
Sumber : Hasil Analisa Konsultan RDTR, 2019
Ada beberapa pertimbangan dalam pemberian insentif dan disinsentif, yaitu sebagai berikut:

 pergeseran tatanan ruang yang terjadi tidak menyebabkan dampak yang merugikan
bagi pembangunan kota/kawasan;
 pada hakekatnya tidak boleh mengurangi hak masyarakat sebagai warganegara,
dimana masyarakat mempunyai hak dan martabat yang sama untuk memperoleh dan
mempertahankan hidupnya; dan
 tetap memperhatikan partisipasi masyarakat di dalam proses pemanfaatan ruang
untuk pembangunan oleh masyarakat.
Kedua perangkat di bawah ini dapat diterapkan dalam dua kondisi, yaitu :
 Kondisi normal
Dalam kondisi ini, perangkap insentif dan disisentif dimaksudkan untuk perangkat
pengelolaan pembangunan dalam kerangka pengendalian pemanfaatan ruang supaya
tetap terjamin dan terimplementasikan sesuai dengan arahan perencanaan yang
telah direncanakan dan disepakati bersama oleh seluruh stakeholder pembangunan
tanpa adanya faktor-faktor perubahan baik yang berasal dari keadaan setempat
(internal) maupun faktor-faktor yang berasal dari keadaan luar (eksternal).
 Kondisi khusus.
Dalam keadaan khusus yang dapat terjadi pada suatu wilayah/kawasan yang cepat
berkembang karena memiliki keuntungan lokasi baik secara internal kawasan
tersebut maupun dalam konteks regional (eksternal) yang strategis sehingga

VIII-68
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

perubahan-perubahan fisik, dan sosial ekonomi setempat cepat sekali berubah sesuai
dengan dinamika yang terjadi. Keadaan khusus juga berarti dimaksudkan untuk
pengembangan wilayah/kawasan dari suatu kota yang lambat dalam
perkembangannya karena miskin daya tarik yang berupa sumber daya setempat
maupun keuntungan lokasi. Dalam keadaan ini, perangkap insentif dan disinsentif
dimaksudkan supaya pengelolaan pembangunan tanggap terhadap perubahan-
perubahan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor setempat (internal) maupun faktor
luar (eksternal).
Ketentuan mengenai tata cara dan mekanisme pemberian insentif dan disinsentif diatur dalam
Peraturan Bupati.

8.3.3 Ketentuan Sanksi


Pengenaan sanksi merupakan salah satu upaya pengendalian pemanfaatan ruang, dimaksudkan
sebagai perangkat tindakan penertiban atas pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang dan peraturan zonasi. Bentuk sanksi terhadap pelanggaran pemanfaatan
ruang ditetapkan sebagai Peraturan Daerah didasarkan pada bentuk pelanggaran yang
dilakukan. Sanksi dikenakan apabila:
a. Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana struktur ruang dan pola ruang;
b. pelanggaran ketentuan umum peraturan zonasi;
c. pemanfaatan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan berdasarkan
dokumen tata ruang
d. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang yang diterbitkan
berdasarkan rtrw kabupaten;
e. pelanggaran ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan ruang
yang diterbitkan berdasarkan RTRW Kabupaten;
f. pemanfaatan ruang yang menghalangi akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum; dan/atau
g. pemanfaatan ruang dengan izin yang diperoleh dengan prosedur yang tidak benar.
Pelanggaran terhadap pemanfaatan ruang pada poin a, b, d, e, f, dan g dikenakan sanksi sebagai
berikut:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pencabutan izin;
f. pembatalan izin;

VIII-69
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

g. pembongkaran bangunan;
h. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
i. denda administratif.
Pelanggaran terhadap poin c dikenakan sanksi administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
b. penghentian sementara kegiatan;
c. penghentian sementara pelayanan umum;
d. penutupan lokasi;
e. pembongkaran bangunan;
f. pemulihan fungsi ruang; dan/atau
g. denda administratif.
Beberapa tipologi ketentuan pemberian sanksi pemanfaatan ruang dapat dilihat pada tabel
berikut
Tabel 8.5 Ketentuan Sanksi Pemanfaatan Ruang
Sesuai Rencana Tidak Sesuai Rencana
Telah Ada Sebelum ditetapkan
1. Berizin 1. Dapat diteruskan sampai
waktu yang ditentukan
2. Larangan melakukan
perubahan fungsi
kawasan.
2. Tidak Berizin 1. Pelengkapan Izin 1. Penghentian Sementara/
2. Pengenaan Denda tetap
2. Pemulihan Fungsi
Setelah RTRWditetapkan, ada persetujuan perubahan pemanfaatan ruang
1. Berizin 1. Penghentian Sementara/
tetap
2. Pemulihan Fungsi
2. Tidak Berizin 1. Pelengkapan Izin 1. Penghentian Sementara/
2. Pengenaan Denda tetap
2. Pemulihan Fungsi
3. Pengenaan Dampak
Lingkungan
Setelah RTRW ditetapkan, tidak ada persetujuan perubahan pemanfaatan ruang
1. Berizin Tidak boleh terjadi, jika

VIII-70
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

terjadi pencabutan izin


2. Tidak Berizin 1. Pelengkapan Izin 1. Pengenaan Denda
2. Pengenaan Denda 2. Pemulihan Fungsi
Sumber : Hasil Analisa Konsultan RDTR, 2019
Didalam undang-undang No 26 tahun 2007ditegaskan bahwa kewajiban dan larangan serta
ketentuan sanksi, berupa:
a. Mengatur kewajiban masyarakat sebagai berikut :
 menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;
 memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang
berwenang;
 mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin; dan
 memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan dinyatakan sebagia milik umum.
b. Melarang pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin pemanfaatan
ruang untuk menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang.
Pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan tersebut di atas memiliki konsekuensi berupa
ancaman sanksi berupa sanksi administratif, sanksi perdata, dan sanksi pidana penjara dan
denda. Pengenaan sanksi diawali terlebih dahulu dengan peringatan/teguran kepada aktor
pembangunan yang dalam pelaksanaan pembangunannya tidak sesuai dengan rencana tata
ruang yang dikeluarkan.
Sanksi administrasi, dapat berupa tindakan pembatalan ijin dan pencabutan hak. Sanksi ini
dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang berakibat pada terhambatnya pelaksanaan
program pemanfaatan ruang. Sanksi administratif merupakan sanksi yang dikenakan terlebih
dahulu dibandingkan sanksi-sanksi lainnya. Dalam pemantauan pemanfaatan ruang
(pelanggaran persil) kemungkinan yang melakukan pelanggaran adalah pemilik persil atau
lembaga pemberi ijin (dalam hal ini diwakili oleh pejabat yang bertanggung jawab). Sanksi yang
dikenakan adalah:
a. Untuk aparat pemerintah :
 Teguran.
 Pemecatan.
 Denda.
 Mutasi.
b. Untuk masyarakat :
 Teguran.
 Pencabutan ijin.

VIII-71
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

 Penghentian Pembangunan.
 Pembongkaran.
Sanksi tersebut diberi batas waktu pelaksanaan terutama untuk putusan yang membutuhkan
waktu seperti pembongkaran atau pelaksanaan administrasi. Apabila sampai batas waktu yang
telah ditentukan sudah terlampaui, sanksi administrasi belum dilaksanakan, maka pemerintah
berhak mengajukan kasus ke lembaga peradilan. Sanksi Perdata, dapat berupa tindakan
pengenaan denda atau pengenaan ganti rugi. Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan
ruang yang berakibat terganggunya kepentingan seseorang, kelompok orang atau badan
hukum. Sanksi perdata dapat berupa ganti rugi, pemulihan keadaan atau perintah dan
pelarangan melakukan suatu perbuatan. Sedangkan Sanksi Pidana, dapat berupa tindakan
penahanan atau kurungan. Sanksi ini dikenakan atas pelanggaran penataan ruang yang
berakibat terganggunya kepentingan umum. Sanksi pidana dapat berupa kurungan, denda dan
perampasan barang.

8.3.4 Kegiatan Pendukung Pengendalian Pemanfaatan Ruang


8.3.4.1 Penetapan RDTR kedalam Qanun Daerah
Langkah pertama dalam mekanisme penataan ruang ini adalah menetapkan Dokumen RDTR
Kawasan Perkotaan Samalanga tersebut dalam bentuk Qanun Bupati Bireuen. Hal ini sesuai
tindak lanjut pemanfaatan Dokumen Rencana Detail Tata Ruang dalam proses pembangunan
berjalan. Penetapan peraturan bupati dikoordinasikan oleh dinas-dinas terkait yang
berkontribusi terhadap ruang, serta dengan melibatkan DPRD Kabupaten Bireuen.
Dengan adanya landasan hukum yang berbentuk Qanun Bupati, maka pelakasanaan RDTR
Kawasan Perkotaan Samalanga mempunyai status hukum, dalam arti mempunyai kekuatan
untuk pemaksaan (Law Enforcement). Di samping itu, dengan adanya status hukum, apabila
terjadi pelanggaran di lapangan terhadap arahan yang tertuang dalam RDTR Kawasan
Perkotaan Samalanga, maka penertiban dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dalam
rangka penegakan hukum seperti ; pembongkaran paksa, gugatan perdata atau tindakan
koreksi seperti denda, pungutan tambahan, atau bahkan sangsi pidana bagi pelaku pelanggaran.
8.3.4.2 Pemasyarakatan dan Sosialisasi RDTR
Sosialisasi Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan Samalanga yang dilakukan oleh
pemerintah daerah perlu dilakukan, sehingga dapat menjadi Qanun Bupati Kabupaten Bireuen
dengan mengumumkan dan menyebarluaskan melalui: mas media, pameran, pelatihan dan
penyuluhan-penyuluhan kepada warga masyarakat dan pejabat di lingkungan pemerintah
daerah kabupaten, baik yang tergabung dalam organisasi-organisasi kemasyarakatan,
kepemudaan, profesi, desa adat, lembaga swadaya masyarakat dan berbagai organisasi swasta
lainnya, maupun yang berada di dinas-dinas atau instansi-instansi terkait di Kabupaten Bireuen.
VIII-72
LAPORAN AKHIR
[RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN SAMALANGA]

Hal ini dilakukan dengan maksud agar dalam menyusun setiap rencana kegiatan di suatu lokasi
berpedoman pada RDTR Kawasan Perkotaan Samalanga yang telah ditetapkan.
8.3.4.3 Tindak Lanjut RDTR Kawasan Perkotaan Samalanga
Sebagai tindak lanjut penjabaran RDTR Kawasan Perkotaan Samalanga 2019-2039 ke dalam
rencana yang lebih rinci, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
 pembuatan dan pengembangan Indikasi Program dan Penahapan Pelaksanaan
Pembangunan;
 mengalokasikan dana dari APBD Kabupaten maupun sumber pendanaan lainnya;
 meningkatkan kemampuan SDM di bidang pengelolaan tata ruang; dan
 menyiapkan aturan pelaksanaan sebagai penjabaran operasional dari RDTR Kawasan.

8.3.4.4 Evaluasi dan Peninjauan Kembali RDTR


Evaluasi dan review rencana tata ruang merupakan kegiatan berkala yang perlu dilakukan
untuk mencapai efektivitas suatu produk tata ruang. Evaluasi merupakan langkah awal yang
perlu dilakukan. Sebagai rekomendasi dari evaluasi ini adalah:
 Rencana yang ada dalam RDTR Kawasan Perkotaan Samalanga tetap dapat dipakai,
karena sesuai dengan penerapannya di lapangan;
 Rencana yang ada dalam RDTR Kawasan Perkotaan Samalanga mengalami sedikit
penyimpangan di lapangan, sehingga memerlukan sedikit penyempurnaan pada bagian
yang mengalami ketidaksesuaian, melalui suplemen dan tidak perlu melakukan revsisi
total;
 Rencana yang ada dalam RDTR Kawasan Perkotaan Samalanga mengalami perubahan
struktur yang signifikan di lapangan dan banyak terjadi penyimpangan, yang
selanjutnya direkomendasikan untuk direvisi atau dibuat baru.
Berdasarkan tiga rekomendasi inilah maka untuk langkah selanjutnya, RDTR Kawasan
Perkotaan Samalanga 2019-2039 perlu disesuaikan dengan dinamika pembangunan dan
keadaan perkembangan sosial ekonomi yang terjadi secara dinamis di tahun perencanannya.
RDTR Kawasan Perkotaan Samalanga ini perlu dievaluasi paling lama setiap 5 (lima) tahun
sekali atau bila keadaan menghendaki dan menuntut peninjauan kembali dapat dilakukan
sebelum waktunya agar tetap sesuai dengan gerak dinamika pembangunan daerah.

VIII-73
LAPORAN AKHIR

Anda mungkin juga menyukai