Evaluasi Pengelolaan Obat
Evaluasi Pengelolaan Obat
Evaluasi Pengelolaan Obat
Jurnal Farmasi Indonesia, November 2018, hal 135- 147 Vol. 15 No. 2
ISSN: 1693-8615 EISSN : 2302-4291 Online : http://ejurnal.setiabudi.ac.id/ojs/index.php/farmasi-indonesia/
Abstrak
IFRS bertugas dalam pengelolaan obat yaitu tahap seleksi, perencanaan dan
pengadaan, distribusi dan penggunaan. Observasi pendahuluan menunjukkan permasalahan
adanya beberapa item obat yang tidak terpakai yang mengakibatkan terjadinya obat kadaluarsa
atau rusak di IFRSUD Provinsi NTB. Tujuan penelitian untuk mengevaluasi pengelolaan obat
pada IFRSUD Provinsi NTB.
Rancangan penelitian deskriptif secara retrospektif dan concurrent. Data kuantitatif dan
kualitatif, disertai wawancara pihak terkait. Indikator pada tiap tahap pengelolaan obat diukur
menggunakan indikator Depkes RI, Pudjaningsih, Permenkes dan WHO dibandingkan penelitian
lain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada beberapa tahap pengelolaan obat ada yang
belum sesuai standar yaitu: Tahap seleksi, kesesuaian dengan formularium nasional (96,7%),
perencanaan pengadaan, persentase alokasi dana yang tersedia (10,98%), persentase modal
dana yang tersedia dari dana yang dibutuhkan (54,66%), frekuensi kurang lengkapnya SP/Faktur
(30 kali), frekuensi tertundanya pembayaran oleh rumah sakit (160 kali), persentase kesesuaian
antara perencanaan dengan kenyataan pakai obat (120,64%), distribusi, ketepatan data jumlah
obat pada kartu stok (73%), Turn Over Ratio (TOR) sebanyak (4,01 kali), persentase obat yang
rusak/kadaluarsa (2,8%), persentase stok mati (4%), penggunaan, jumlah item obat perlembar
resep (3,44 lembar), persentase antibiotik (11,78%), persentase obat injeksi (22,73%).. Hasil
yang sesuai standar yaitu tahap seleksi: kesesuaian dengan formularium rumah sakit;
pengadaan: frekuensi pengadaan tiap item obat pertahun dan secara EOQ; distribusi: tingkat
ketersediaan obat; penggunaan: persentase peresepan generik, persentase obat yang
diserahkan, persentase obat dilabeli lengkap dan rata-rata waktu yang digunakan melayani
resep.
Kata kunci : Pengelolaan obat, Indikator, Instalasi Farmasi RSUD Provinsi NTB
Abstract
IFRS is responsible for drug management, namely selection, planning and procurement,
distribution and use. Preliminary observations indicate of drug management problems in IFRSUD
Province NTB. The aim of the study was to evaluate of drug management in IFRSUD Province
NTB.
Descriptive research were taken retrospectively and concurrently. Data in the form of
quantitative and qualitative, accompanied by interviews of related parties. All stages of drug
management measured using the MOH RI indicator, Pudjaningsih, Permenkes and WHO then
compared with the results of other studies.
The results showed that the stage that did not meet the standards were: Selection,
conformity with the national formulary (96,7%), planning procurement, percentage of available
fund allocation (10,98%), namely the frequency of incomplete SP / Invoice (30 kali), percentage
of available capital funds with the total needed (54,66%), frequency of delay in payment by the
hospital against the agreed time (160 kali), the percentage of suitability between drug planning
and the reality of each drug (120,64%), distribution, the accuracy of the amount of drug data on
the automatic stock card of (73%),Turn Over Ratio (TOR) as much (4,01 times), percentage and
Nur Oktaviani, Gunawan Pamudji, Y.Kristanto J. Farmasi Indonesia~136
value of drugs that were damaged / expired (2,8%), percentage of dead stock (4%), Usage,
number of drug items per recipe (3,44 sheets), percentage of antibiotic (11,78%), and percentage
of prescription injection drugs (22,73%).. The results are in accordance with the standards, the
stage of selection suitability with hospital formulary; procurement: frequency of procurement of
each drug item per year; distribution: namely drug availability level; use, percentage of
prescription with a generic name, percentage of drugs that can submitted, percentage of drug that
label, and the average time spent serving recipes.
Keywords: Drug Management, Indicators, Pharmacy Department of NTB Hospital.
tersedia dengan keseluruhan dana yang diperlukan ketelitian KFT dalam seleksi
dibutuhkan, frekuensi kurang obat yang disesuaikan dengan
lengkapnya surat pesanan /faktur, formularium nasional. Persentase
frekuensi pengadaan tiap item obat kesesuaian obat yang tersedia dengan
pertahun, frekuensi tertundanya Formularium Rumah Sakit adalah
pembayaran oleh rumah sakit terhadap 86,1% sudah sesuai standar, menurut
waktu yang disepakati, persentase Permenkes untuk persyaratan
kesesuaian antara perencanaan obat akreditasi RS adalah 80% (Permenkes,
dengan masing –masing obat. 2014), hal ini karena Formularium
Distribusi Rumah Sakit belum diperbaharui yang
Tahap distribusi di evaluasi masih banyak terdapat obat-obat untuk
dengan indikator ketepatan data jumlah pasien umum.
obat pada kartu stok, Turn Over Ratio Perencanaan dan pengadaan
(TOR), persentase dan nilai obat yang Persentase alokasi dana pengadaan
kadaluarsa dan atau rusak, persentase obat yang tersedia
stok mati, tingkat ketersediaan obat. Persentase alokasi dana
Penggunaan pengadaan obat yang tersedia tahun
Tahap penggunaan di evaluasi 2017 adalah 10,98% belum efisien jika
dengan indikator jumlah item obat dibandingkan dengan nilai standar
perlembar resep, persentase peresepan berkisar 30-40% Depkes (2008).
nama generik, persentase peresepan Persentase modal dana yang tersedia
obat antibiotik, persentase peresepan dengan keseluruhan dana yang
obat injeksi, persentase obat yang dapat dibutuhkan
diserahkan, persentase obat yang Persentase modal dana
dilabeli dengan lengkap, rata-rata waktu yang tersedia dengan keseluruhan dana
yang digunakan untuk melayani resep. yang dibutuhkan adalah 54,66% belum
Managemen pendukung sesuai standar adalah 100% yang
Gambaran managemen ditetapkan oleh Depkes (2008) dan
pendukung diperoleh dari pengamatan dibandingkan dengan Penelitian Costa
selama penelitian dan data-data (2012) di RSUD Ungaran Kabupaten
pendukung yang terkait. Semarang sebesar 100%.
Frekuensi kurang lengkapnya Surat
HASIL DAN PEMBAHASAN Pesanan /Faktur
Seleksi Frekuensi kurang lengkapnya
Persentase kesesuaian obat yang Surat Pesanan /Faktur adalah 30 kali, hal
tersedia dengan Fornas adalah 96,7%. ini karena surat pesanan yang salah
Menurut Kementrian Kesehatan bahwa tidak langsung diperbaiki dan faktur yang
persentase kesesuaian obat dengan salah ada yang terlewatkan untuk
Fornas adalah 100% sebagai pedoman dikembalikan pada petugas PBF untuk
penyediaan obat untuk BPJS di fasilitas diperbaiki, hal ini melebihi dari standar
kesehatan RS (Kemenkes, 2016) Pudjaningsih (1996) yaitu 1-9 kali.
belum sesuai standar, dalam hal ini
139~Vol. 15 No. 2 Evaluasi Pengelolaan Obat Di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB
masing-masing obat.
Distribusi 1. Ketepatan data jumlah Untuk mengetahui ketelitian 100%(Pudjaningsih,
obat pada kartu stok. petugas gudang 1996)
atau rusak.
4. Persentase stok mati. Untuk mengetahui item obat 0%(Depkes, 2008)
selama 3 bulan tidak terpakai
5. Tingkat ketersediaan Untuk mengetahui kisaran 12-18 bulan(Depkes,
obat. kecukupan obat 2008)
masing-masing obat
141~Vol. 15 No. 2 Evaluasi Pengelolaan Obat Di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB