Tesis: Pengaruh DAN Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan
Tesis: Pengaruh DAN Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan
Tesis: Pengaruh DAN Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Di Rsud Dr. Pirngadi Kota Medan
TESIS
Oleh
Romauli E. G. Siallagan
167046009 / KEPERAWATAN ADMINISTRASI
1
Universitas Sumatera Utara
THE INFLUENCE OF WORK FAMILY CONFLICT AND EMOTIONAL
THESIS
By
TESIS
Oleh
Romauli E. G. Siallagan
167046009 / KEPERAWATAN ADMINISTRASI
ABSTRAK
Setiap rumah sakit memerlukan kinerja yang baik dari perawat baik perawat
maupun perawat laki-laki. Kinerja perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh work family conflict dan
emotional intelligence terhadap kinerja perawat pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan, populasi dalam penelitian penelitian ini adalah seluruh perawat
ruangan rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yaitu sebanyak 191 perawat
yang terdiri dari 14 ruangan dengan sampel sebanyak 115 perawat. Penelitian ini
menggunakan metodologi deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional
design yang bertujuan untuk mengetahui seberapa erat hubungan antar variabel.
Teknik pengelolaan data dilakukan dengan cara analisis univariat, bivariat dan
multivariate dengan menggunakan uji regresi logistik ganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dengan variabel
work family conflict bernilai negative menunjukkan bahwa variabel tersebut
mempunyai pengaruh yang tidak searah (negative) terhadap kinerja perawat
pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan koefisien regresi OR sebesar
0,004, perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dengan variabel dengan
variabel emotional intelligence terhadap kinerja perawat pelaksana di RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan dengan koefisien regresi OR sebesar 3,797, dan kontribusi
pengaruh work family conflict, emotional intelligence terhadap kinerja perawat
perawat pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan sebesar 84,7%. Dan faktor
yang yang paling dominan mempengaruhi kinerja perawat pelaksana di RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan ialah emotional intelligence. Saran bagi pelayanan
kesehatan diharapkan memperhatikan kebijakan yang tepat untuk diterapkan di
rumah sakit yang berhubungan dengan kesejahteraan perawat, menyelenggarakan
kegiatan pelatihan ESQ yang bertujuan untuk lebih meningkatkan emotional
intelligence dan memberikan reward terhadap kinerja yang dicapai.
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memperoleh bantuan moriil dan materil dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada
4. Prof. Dr. Arlina Nurbaity Lubis, SE. MBA selaku pembimbing I yang telah
5. Ibu Sri Eka Wahyuni S.Kep, Ns, M.Kep selaku pembimbing II yang juga telah
6. Bapak Setiawan, S.Kp., MNS., Ph.Dselaku penguji I yang juga telah bersedia
7. Bapak Roymond H. Simamora S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji II yang juga
8. Kepada orang tua penulis dan keluarga tercinta yang telah mendukung dan
sempurna. Namun harapan penulis semoga Tesis ini bermanfaat kepada seluruh
pembaca. Semoga kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan keberkahan untuk
Medan, 2020
Penulis,
ii
Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... v
DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
iii
iv
Halaman
Gambar 2.1 : Landasan Teori Transactional Model Lazarus & Folkman..... 53
Gambar 2.2 : Kerangka Konsep Penelitian......................................... 55
vi
Halaman
Tabel 3.1 : Hasil Uji Validitas Variabel Work Family Conflict, Emotional
Intelligence dan Kinerja Perawat ..................................................... 65
Tabel 3.2 : Hasil Uji Reabilitas Variabel Work Family Conflict, Emotional
Intelligence dan Kinerja Perawat ..................................................... 68
Tabel 3.3 : Defenisi Operasional............................................................ 68
Tabel 4.1 : Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan........................................ ............................................. 82
Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Work Family Conflict Pada Perawat Pelaksana di
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ..................................................... 84
Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Kategori Work Family Conflict Pada Perawat
Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ................................ 86
Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Emotional Intelligence Pada Perawat Pelaksana di
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ..................................................... 87
Tabel 4.5 : Distribusi Frekuensi Kategori Emotional Intelligence Pada Perawat
Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ................................ 90
Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Kinerja Pada Perawat Pelaksana di
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ..................................................... 90
Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Kategori Kinerja Pada Perawat
Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ................................ 93
Tabel 4.8 : Distribusi Frekuensi Kategori Pengkajian Kinerja Pada Perawat
Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ................................ 94
Tabel 4.9 : Distribusi Frekuensi Kategori Observasi Diagnosa Kinerja Pada
Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan .................. 95
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Kategori Observasi Perencanaan Kinerja Pada
Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan .................. 95
Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kategori Observasi Implementasi Kinerja Pada
Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan .................. 96
Tabel 4.12 : Distribusi Frekuensi Kategori Observasi Evaluasi Kinerja Pada
Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan .................. 97
Tabel 4.13 : Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Work Family Conflict dengan
Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ..... 98
Tabel 4.14 : Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Emotional Intelligence dengan
Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ..... 99
Tabel 4.15 : Pengaruh Work Family Conflict dan Emotional Intelligence terhadap
Kinerja Pada Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan 100
vii
viii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
partisipasi tenaga kerja wanita terjadi pada kurun waktu 1980 dan 2008, yakni
yang didapatkan dari Bureau of Labor Statistic (2016), bahwa jumlah tenaga kerja
wanita cenderung bekerja di bidang pekerja sosial dan bidang kesehatan. Salah
satu bidang sosial dan kesehatan yang banyak diminati oleh wanita adalah sebagai
perawat. Berdasarkan data dari Kemenkes (2015) menyatakan bahwa total tenaga
bidan dan perawat di Indonesia sebesar 335.646 orang, dan klasifikasi bidan
sebesar 335.646 orang, dengan klasifikasi bidan sebanyak 33% dan klasifikasi
rumah sakit mayoritas tenaga kerja wanita (Wulandari & Agung, 2013). Pofesi
2011).
1
Universitas Sumatera Utara
2
menyampaikan jasa perawat mandiri dan bermitra dalam bidang kesehatan lainnya
hubungan yang sangant tinggi bersama pasien dengan keluarga pasien (Hariyanti,
perawat yang memiliki kompetensi serta ketenangan saat menjumpai pasien yang
terdapat kesulitan yang berkaitan dengan sudut pandang psikis dalam diri masing-
masing individu dimana pada saat bekerja wanita tersebut menganggap bersalah
karena telah melalaikan keluarga, merasa tertekan karena sedikitnya waktu yang
dimiliki dan besarnya tanggungjawab dalam pekerjaan serta suasana kerja yang
antara dua peran, yaitu tugas di pekerjaan dan tugas di rumah (work family
wanita (Susanti, Sri & Ekayati, 2013). Berbagai peran yang dilakoni seringkali
memerlukan waktu dan perilaku yang rumit serta akan berdampak pada sulitnya
137 responden wanita yang bekerja, menunjukkan bahwa WFC lebih rentan
terjadi pada responden wanita daripada laki-laki. WFC dapat terjadi karena
adanya hubungan positif antara dua peran, yaitu peran keluarga dan peran
Hal ini didukung oleh peneliti pada sejumlah 138 perawat wanita telah
menikah dan memiliki anak bahwa ada sebanyak 50,4% perawat wanita
menghadapi WFC kronik dan ada sebanyak 41,4% perawat wanita menghadapi
WFC (Khoiroh, 2015). Dan penelitian yang dilakukan di Italia pada 500 orang
perawat terdapat bahwa adanya keterkaitan antara peran ganda dan reaksi
Salah satu alasan profesi perawat lebih dominan terpapar resiko WFC
disebabkan karena mempunyai beban dan tanggung jawab yang besar atas
dalam membentuk beban kerja yang besar dan mendesak, yaitu keberagaman
personalia dimana terikat pada pekerjaan dan keahlian, kebiasan bersaing dalam
rumah sakit, jadwal kerja yang disiplin, kerja insidental dan tuntutan dari sejawat
WFC yang dialami perawat wanita paling besar pada aspek konflik
terhadap waktu, yakni berkaitan dengan jumlah jam kerja, waktu bersama dengan
keluarga, waktu bersama-sama dengan anak-anak dan shift malam (Wang, Tsai &
Li-Jane, 2014). WFC yang dialami perawat berdampak secara langsung terhadap
kondisi psikologis. Dampak psikologis yang muncul dapat berupa stres, bahkan
sampai depresi. Apabila perawat yang mengalami WFC tidak dapat mengatasi
maka akan menimbulkan stress kerja. Apabila WFC semakin tinggi maka stress
kerja akan bertambah tinggi pula, sedangkan apabila WFC semakin rendah maka
tim kerja dapat mengendurkan kaitan WFC dan kinerja (Wang, Tsai & Li-Jane,
diantaranya gampang marah, keletihan, tidak masuk pada saat bekerja serta tidak
dapat tercapai dan kinerja yang dilakukan tidak maksimal (Wibowo, 2013).
yang menghadapi beraneka jenis tahap konflik akan berusaha memenuhi peran.
jawab kerja terlalu besar dan tidak dapat melaksanakan kedua peran antara
dan penurunan kinerja seperti suatu pekerjaan yang harus sesuai selesai tepat
merupakan masalah mendasar, dimana harus bekerja dari pagi hari sampai dengan
larut malam sehingga mengabaikan keluarga. Hubungan yang kurang baik dalam
dibutuhkan keselarasan antar keluarga dan pekerjaan secara bersama agar tidak
Salah satu sisi yang berdampak pada kinerja adalah emotional intelligence
(EI) (Uha, 2013). EI merupakan suatu kepiawaian dalam hal menstimulasi diri,
yang baik agar tidak menimbulkan konflik. Perawat yang mempunyai EI yang
spiritual dan psikologis (Anand, Rahul, Perrelli, Roberto, Zhang & Boyong,
2016). Pencapaian kinerja individu dan perusahaan dapat ditentukan dengan EI,
menempuh dan mencari solusi yang sangat digunakan pada lingkungan kerja.
Perawat yang memiliki EI disarankan dapat memonitor emosi secara baik pada
lingkungan kerja terhadap tim sejawat dan atasan hingga terwujud hubungan dan
kerjasama antar tim, antar bagian maupun dengan pasien untuk membantu
pasien (Rantika, Renny & Sunjoyo, 2010). EI harus dimiliki perawat dikarenakan
perawat berinteraksi bersama pasien yang memiliki latar belakang budaya dan
mengidentifikasi emosi diri dan orang lain seperti pada pasien dan keluarga pasien
maksimal, maka pasien tidak puas dengan kinerja perawat (Karetepe, 2012).
perawat akan semakin besar tingkat kualitas kinerja perawat. Dan menurut
diperoleh secara individu dan organisasi yang merupakan interaksi dalam bentuk
yang telah disusun. Implementasi kinerja tersebut dilakukan oleh sumber daya
menjalankan kinerja.
Kinerja perawat saat ini dapat dilihat dari beberapa aspek seperti memberikan
tentang indikasi stres kerja yang dialami oleh perawat didapatkan antara lain
59,6% perawat mengalami stres tipe sedang, kategori tinggi sebesar 9,9 % dan
kategori sangat tinggi sebesar 4,6 %. Dari hasil yang diperoleh disimpulkan
bahwa indikasi stres kerja yang dialami perawat ialah kategori sedang.
berkonsentrasi, merasa jenuh dalam bekerja dan mudah letih (Simanjorang, 2008).
Penelitian di Rumah Sakit Islam Cilacap (2012) yang mengatakan bahwa adanya
kaitan antar kinerja perawat di bangsal rawat inap pada klasifikasi umur tua (>25
tahun) dimana termasuk dalam tingkat kelelahan yang tinggi yaitu sebesar 63,8 %
dan tingkat kinerja perawat sebesar 67,5 % tergolong pada tingkat kinerja yang
Dan penelitian tahun 2017 di RSU Dr. Pirngadi Medan terdapat citra
kinerja perawat. Didapatkan pada faktor mutu pekerjaan terletak pada kategori
tidak baik (51,2%), memiiki inisiatif pada kategori rendah (52,1 %), banyak
pekerjaan yang tidak sesuai (61,5 %) serta harga pelayanan yang kurang
Rumusan Masalah
Perawat yang bekerja di ruangan rawat inap mendapat metode kerja shift,
merupakan metode kerja yaitu waktu kerja antara lain shift pagi, siang dan
malam. Sesuai tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI), dimana perawat harus
dengan sikap pribadi dari perawat yang memerlukan keikhlasan dalam bekerja.
Akan tetapi seiring dengan metode kerja yang dimiliki perawat di ruang
rawat inap menjelaskan dengan bekerja pada shift malam merupakan masalah
dikarenakan melalaikan keluarga di rumah pada malam hari, serta kewajiban dan
tanggungjawab yang semakin berat dihadapi bersama situasi pasien yang sedang
(Andriani, 2015). Hal ini yang dapat mengakibatkan peningkatan terjadinya WFC
wanita di RSUD Dr. Pirngadi Medan, kendala yang dialami oleh perawat adalah
jadwal kerja shift. Sekali waktu shift pagi, shift siang dan malam hari. Metode
kerja ini membuat perawat tidak nyaman, terutama yang bagi perawat yang telah
berumah tangga dan mempunyai anak. Beberapa dari perawat juga menemukan
kesulitan memenuhi peran menjadi ibu rumah tangga dan perawat. Kecuali
terdapat juga konflik antara konflik di pekerjaan dan konflik di keluarga yang
Kasus yang acapkali terjadi ketika pekerjaan di dalam rumah belum dapat
diselesaikan, akan tetapi perawat wajib pergi bekerja. Dalam situasi terkadang
membuat perawat kurang semangat dalam bekerja. Dan ini juga membuat perawat
bimbang yaitu ketika jawdal kerja dan urusn keluarga saling memerlukan pada
waktu yang sama, misal ketika anak sedang dalam keadaan sakit namun ibu yang
bekerja sebagai perawat harus tetap pergi bekerja, hal itu membuat perawat
bimbang antara berangkat kerja atau tidak. Lazimnya yang menjadi prioritas
adalah anak, perawat memilih untuk ambil cuti kerja atau ijin. Perawat mengaku
kurang semangat dalam melakukan pekerjaan. Hal ini terjadi ketika beban kerja
dan lingkungan pekerjaan kurang nyaman, merasa bosan. Dari hasil wawancara
juga terungkap bahwa perawat mengalami stres dan perawat merasa kurang
Hal ini terjadi ketika akhir pekan atau hari libur, perawat ingin menikmati
liburan dengan keluarga namun terhalang karena perawat masuk kerja diakhir
pekan. Dan begitu sebaliknya apabila perawat sedang libur kerja tapi suami masuk
kerja. Perawat mengalami kesulitan untuk liburan dengan keluarga. Hal lain yang
membuat perawat sedih adalah ketika harus meninggalkan anak untuk bekerja.
dapat menggunakan waktu secara maksimal selama lima jam pada hal sistem yang
ditentukan rumah sakit bahwa dalam shift perawat wajib dalam tujuh jam
shift. Perawat mengutarakan lebih cenderung tiba lewat waktu disebabkan terlebih
fokus dengan pasien dan kadangkala menyisihkan pasien dengan teman kerja
disebabkan kondisi rewel dan kurang sehat. Perawat juga mengutarakan selalu
permisi untuk pulang lebih awal agar dapat mengawasi anak yang masih balita
tanggungjawab di luar jam kerja dan sementara tiba di rumah, wajib terus
mengalami harap-harap cemas apalagi ketika kondisi anak yang kurang sehat.
mendapatkan persetujuan dari suami apabila memiliki shift malam atau kondisi
disebabkan karena jumlah perawat yang sedikit pada saat dinas malam yaitu
pasien yang baru tiba. Selain itu, perawat juga mengutarakan terpaksa
mengabaikan permasalahan dari keluarga pasien jika sedang dalam keadaan sibuk.
kurang fokus dalam bekerja. EI yang kurang baik dari perawat terindikasi dengan
terjadi karena banyak masyarakat semakin kritis tentang baik buruknya pelayanan
maupun elektronik.
tidak tanggap pada keadaan, sulit berkoordinasi, bersikap kasar kepada pasien,
kurang menganggap wejangan dari orang lain, sangat bergantung kepada orang
lain dan tidak bisa menahan emosi. Dapat berdampak pada prestasi dan
kerumitan saat memilah waktu untuk melakukan tanggung jawab sebagi ibu. WFC
yang terbentuk pada perawat mampu meningkatkan stres kerja dan menyebabkan
masalah work family conflict dan emotional intelligence perawat pelaksana ruang
rawat inap di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Peneliti menganggap work family
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
terhadap kinerja perawat pelaksana ruang rawat inap di RSUD. Dr. Pirngadi
Kota Medan.
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
terhadap kinerja perawat lebih menyeluruh dengan objek yang lebih luas. Bahkan
tidak menutup kemungkinan untuk meneliti model apa yang terbaik untuk
mengatasi konflik yang berpengaruh pada kinerja perawat bahkan mutu pelayanan
keperawatan.
Manfaat praktis
regulasi tegas seperti pembuatan kebijakan mengatasi tentang work family conflict
Manfaat akademis
TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori
jurnal-jurnal terbaru dan textbook yang berkaitan dengan topik atau variabel
penelitian. Landasan teori dalam penelitian ini membahas tiga topik utama yaitu
work family conflict, emotional intelligence dan kinerja perawat. Landasan teori
Pengertian
Kata “peran” dikutip dari sebutan teater dan menggambarkan bidang yang
tidak dapat dibedakan dari kelompok masyarakat. Peran juga dapat artikan sebagai
aspek dinamis (status) yang dimiliki dalam menjalankan hak dan kewajiban
(Johnson, 2000). Peran ganda merupakan tanggung jawab saat, dimana pertama
merupakan kodrat yang melekat pada diri dan menjadi tanggungjawab dan peran
(Greenhaus, 2000). Peran yang dimaksud adalah peran seorang wanita yang
dijalani bersamaan yaitu peran sebagai istri, ibu dan wanita berprofesi (Saeroso,
2008).
18
Universitas Sumatera Utara
19
yang tidak searah pada individu atau orang lain yang akhirnya mengakibatkan
dapat berdampingan dalam beberapa hal (Rantika, Renny & Sunjoyo, 2010).
tanggungjawab suatu peran saat pekerjaan dan keluarga saling berkaitan. Work-
family conflict dapat dinyatakan merupakan studi dalam dua arah mengenai
kategori konflik yang dapat diidentifikasi sebagai konflik pada pekerjaan terhadap
keluarga dan keluarga terhadap pekerjaan (Anand, Rahul, Perrelli, Roberto, Zhang
Peran yang dimiliki seorang wanita karier sekaligus ibu rumah tangga
memang tidak mudah terutama membagi waktu dan tenaga serta peran, terkadang
terhadap pasien, bahkan jika pada saat shift malam membuat perawat lebih
berkurang, ini disebabkan perhatian dan peran tertuang pada pekerjaan hingga saat
pulang kerumah merasa keletihan dan istirahat untuk dapat kembali bekerja
tuntutan yang terjadi pada suatu pekerjaan terhadap keluarga dan keluarga
Menurut Boyar, Scott, Carl, Maertz, Donald Moesley dan Jon, (2008),
variabel Work family conflict (WFC) memiliki dwi dimensi yaitu family
interference with conflict (FIW) dan work interference with family (WIF), maka
konflik terikat dalam dwi arah menggambarkan yang berlainan menjadi sumber
dan efek yang berlainan. Pada dimensi pertama ialah work interference with
penurunan kinerja, depresi dan pada kebahagian keluarga. Pada dimensi kedua
ialah family interference with work (FIW), yaitu pada konflik timbul dari kegiatan
Heerschap, 2012).
tidak dapat dilaksanakan secara bersamaan. Hal ini antara lain energy,
waktu yang dibutuhkan melaksanakan dan pemenuhan ekspektasi dari peran lain
mengakibatkan tidak dapatnya waktu untuk yang lain. Seperti ketika ditetapkan
harus hadir dalam rapat wali murid dalam waktu 3 jam, sementara menyelesaikan
ketegangan peran mengganggu tanggung jawab pada peran lain. Salah satu
pemicu dari ketegangan pada peran ialah stress kerja yang mampu mengakibatkan
mengakibatkan pelaksanaan pada peran lain yang dimiliki. Seperti ibu yang
bekerja seharian akan merasa keletihan dan mengalami kesulitan untuk mengajak
anak bermain dan membereskan rumah. Hal ini dapat menyebabkan kondisi
kesehatan yang memburuk, sakit kepala, tidak tenang, mudah emosi dan stres.
3. Behavior-Based Conflict
Yaitu yang diakibatkan oleh suatu yang ditampilkan yang tidak sama
dengan ekspektasi karakter pada peran yang lain. Ketidakcocokan perilaku saat
bekerja dan saat berada di rumah terjadi karena alasan perbedaan tata tertib yang
berlaku dan kadang mengalami kesulitan untuk menukar peran yang satu dengan
peran lainnya. Seperti wanita yang mempunyai posisi sebagai manajer esksekutif
diharuskan dapat lebih agresif dan netral pada pekerjaan, tetapi dari keluarga
Susunan konflik peran ada tiga, antara lain: Pertama, person role conflict
(konflik peran itu sendiri). Terbentuk ketika melanggar prinsip, nilai dasar dan
kepentingan. Kedua, intra role conflict (konflik intra peran) yang terbentuk ketika
mengambil keputusan bersumber pada keperluan peran. Ketiga, inter role conflict
secara serentak dan mengambil keputusan yang bersumber pada kepentingan yang
pada individu saat melakukan pekerjaan. Pada saat tidak memiliki kemampuan
orang terdekat (suami) merupakan semangat kerja. Hal ini disebabkan yang
Wanita yang mendedikasikan diri mempunyai karir dan memiliki anak berperan
pada pengasuhan anak, apabila hal ini tidak dilakukan akan memberikan persoalan
pribadi.dab persoalan dalam dunia kerja dapat berefek pada keluarga dan
pekerjaan.
Wanita karier yang sudah menikah dan memiliki anak, wajib mampu
membentuk komunikai yang baik pada suami. Supaya tanggungjawab dan tugas
yang dimilki dalam keluarga dapat berjalan baik. Seorang ibu yang bekrja wajib
4. Motivasi
finansial. Hal ini dapat dikatakan sebagai alasan untuk memenuhi kebutuhan
yang dapat mermpengaruhi terjadinya work family conflict adalah internal (dari
dalam diri individu), faktor eksternal (peran pekerjaan atau masalah pekerjaan),
awal stres dan berdampak buruk pada sikap dan ketentraman. Efek yang dapat
muncul dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga), antara lain: pertama, pada efek
kebahagian perkawinan. Dan ketiga, efek tentang kedua peran (pekerjaan terhadap
Defenisi Emosi
Istilah dalam emosi bersumber pada bahasa latin: emovere, yang artinya
bersikulasi. Emosi yaitu komponen dari affect ialah semua klasifikasi anggapan
yang dialami manusia. Emosi merupakan afeksi yang diartikan menjadi opini
yang sering terjadi atau mendetail yang mengacu pada objek (Hanggraeni, 2011).
Jenis Emosi
Pertama, Cinta. Merupakan bentuk emosi yang paling utama dalam kehidupan.
Biasanya dapat membuat kebahagian, aman dan nyaman. Dapat juga mengikat
pandangan satu dengan yang lainnya. Tekad untuk memberi bersumber dari rasa
cinta.
menyenangkan dan kemurahan hati. Kedua, Benci. Benci merupakn lawan dari
Ketiga, Takut. Emosi ini terjadi ketika berada pada situasi tidak nyaman
dan terancam. Timbul ketika merasa kecil hati secara jasmani dan kejiwaan.
impian atau harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Seperti diperlakukan secara
tidak adil. Emosi ini tidak dapat dikendalikan dan dapat destruktif dan merusak.
cemburu atas kepunyaan orang lain, menyenangi kepunyaan orang lain dan
tidak disukai memandang keberhasilan pada orang lain dan berkeinginan menjadi
selalu unggul.
cemburu tersebut. Kedelapan, Gembira. Pada emosi ini muncul ketika mengalami
bahagia dan menyenangkan hati. Merasa bahagia apabila mendapati yang baik
perencanaan apa yang terjadi. Seperti perasaan kaget, takjup dan heran, serta
perasaan tidak menentu dan tidak tahu apa yanga kan dilakukan. Kesepuluh,
Sedih. Emosi ini muncul saat mengalami hal yang menyebalkan, membuat sakit
Sumber Emosi
modifikasi mood dan emosi. Kedua ialah waktu. Suasana hati terburuk seseorang
akhir, biasanya akan berada di suasana hati yang minim di pagi hari, sejalan
waktu berlalu, suasana hati akan memuncak dan akhirnya akan minim kembali di
malam hari.
Ketiga ialah cuaca. Cuaca mempunyai efek yang sedkit pada suasana hati.
Keempat adalah stress atau tekanan. Pada stres berefek pada suasana ohati dan
emos. Fase ketegangan dan stres yang bertambah di pekerjaan bisa meminimkan,
yang kemudiaan berdampak pada emosi negatif yang berefek pada suasana hati.
Kelima adalah aktivitas sosial. Aktivitas sosial yang berupa fisik, suasana
rileks lebih disarankan dalam pertambahan suasana hati yang positif dari pada saat
suasana resmi. Dalam berhubungan dengan orang lain, terbentuk kebahagian atau
Keenam adalah tidur. Pada kualitas tidur berdampak pada keletihan dan
suasana hati yang berlebihan di tempat kerja mempunyai efek pada kesehatan
seperti datangnya penyakit, luka dan depresi. ketujuh adalah olahraga. Olahraga
dapat berdampak membuat mood yang bertambah baik. Kedelapan adalah usia.
suasana hati yang bisa bersiteguh panjang dan tempramen dapat cepat teratasi.
emosi dari diri sendiri dan lingkungan, menguasai makna emosi dan mengontrol
emosi secara teratur (Robbin, Stephen & Judge, 2015). Emotional Intelligence
merupakan pemahaman penuh emosi pada level terendah dari tahap kepribadian.
daya upaya harmonis dan bijak (Syed, 2010). Keberhasilan tidak dapat dicapai
antara lain:
dampak; b) Accurate self awareness (Penilaian diri secara teliti), ialaj memahami
kemampuan dan batasan diri; c) Self Confidence (Percaya diri), ialah kepercayaan
sebelum sampai ke tujuan dan dapat lekas membaik dari desakan emosi.
Komponen pengendalian diri, antara lain: a) Self control (Kendali diri), ialah
Innovation (Inovasi), ialah menerima masukan serta ide, strategi, dan informasi
terbaru.
yang mmebaik, dan dapat meraih gagasan dan berbuat efisien. Komponen dalam
motivasi diri, antara lain : a) Achievement drive (Pencapaian prestasi), ialah upaya
untuk dapat lebih baik dan dapat memenuhi standar keberhasilan; b) Commitmen
4. Empati (Empathy)
mengenali dari perspektif orang lain dan berefek pada kepercayaan, serta dapat
lain: periang, penakut, pemurung dan pemberani. Temperamen bisa diganti hingga
tingkat tertentu dengan pengetahuan, terutama pada masa kekanakan. Akal bisa
ialah tempat pertama mengenal emosi dan lingkungan dimana bisa merasakan
keperawatan dan sesuai dengan visi dan misi rumah sakit (Sulisyowati, 2012).
Dan kinerja dapat dilakukan dengan tiga ukuran antara lain: nursing sensitive
kerja.
evaluasi terhadap hasil dari pekerjaan (Huber, 2010) Dan penilaian kinerja dapat
dilakukan secara efektif dan efisien dalam menghasilkan kualitas dan mutu
prestasi kerja. Dan penilaian kinerja harus dilakukan secara akurat dan obyektif
(Mudayana, 2010).
lain:
3. Perawat serta supervisi diberikan salinan dari tugas dan fungsi perawat
5. Laporan evaluasi dibuatkan dan disusun dengan baik dan teratur sesuai
instrument evaluasi.
merupakan dilakukan pada saat melakukan pekerjaan sesuai dengan tujuan, tugas
keperawatan.
tinggi memiliki kinerja yang lebih baik. Dan menurut Mangkunegara (2004),
prosedur dan sistematis dalam konseptual dan teoritis sesuai jenis dan
pendidikan.
terhadap kerja.
dan mempengaruhi fisik dan psikis dimana semakin bertambah usia maka
identik memilki idealisme tinggi dan tenaga yang masih prima (Basu Swasta
bahwa salah satu factor bermakna yang dapat mempengaruhi kinerja adalah
umur. Sedangkan hal yang berbeda pada penelitian Rusmiati (2006) dimana
d. Persepsi
suatu benda atau hal yang sama tetapi dapat mempersepsikan berbeda
pekerjaan memberikan tingkat kepuasan dalam diri (Gibson, 2008). Dan pada
Sikap yaitu suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek pada
2005). Dan menurut Gibson (2008), sikap adalah kesiapsiagaan mental, yang
Perilaku dalam bekerja sangat dipengaruhi oleh sikap saat bekerja. Sedangkan
merupakan segala sesuatu yang diterima sebagai balas jasa atas hasil kerja.
Menurut Zahara, Sitorus & Sabri (2011) mengatakan bahwa hasil yang
hal ini berlawanan dengan penelitian Masjhur (2002), dimana dikatakan tidak
ada hubungan antara kepuasaan terhadap imbalan dengan kinerja. Hal ini
sesuai dengan penelitian pada Muhammad (2013), bahwa tidak ada terdapat
g. Kepemimpinan
orang lain. Menurut Siagian (2000), pada sebuah organisasi peran pemimpin
remunerasi dimana besarnya remunerasi atau bonus yang diperoleh sesuai dengan
dari proses evaluasi kinerja dan dibandingkan pada target total kinerja di rumah
sakit. Penentuan indeks kerja individu pada penilaian kinerja yang ditetapkan oleh
diperoleh faktor – faktor kinerja yang telah ditetapkan dan sudah ditargetkan.
Pada pengukuran kinerja pegawai, dalam menetapkan target kinerja pada setiap
individu harus dilakukan dengan tepat, dapat ukur, nilai yang spesifik dan realistis
utama yang dinilai yaitu kinerja hasil dan kinerja perilaku kerja. Pertama pada
kinerja hasil dibagi lagi menjadi dua komponen penilaian kinerja yaitu kinerja
diukur dengan cara melihat total pasien yang di rawat inap dalam kurun waktu
satu bulan oleh setiap perawat. Dan pasien diperoleh dari buku catatan
administrasi ruangan tentang jumlah pasien setiap hari dan dicatatan buku
perawatan pasien setiap hari, kemudian dihitung jumlah pasien yang dirawat pada
Safety Goals (IPSG). Target yang dapat dicapai oleh perawat pelaksana untuk
setiap komponen harus sesuai dengan jumlah standar setiap komponen. Target
tersebut harus dicapai karena apabila tidak dilakukan akan mengurangi poin yang
diperoleh pada hasil kinerja. Dalam pencatatan hasil kerja berdasarkan dapat
total dan rata–ratanya. Kedua, untuk penilaian kinerja perilaku kerja perawat
penilaian perilaku dan hasil kerja perawat. Penilaian hasil kinerja perawat dilihat
berdasarkan kuantitas kinerja dan kualitas kinerja yang tercantum pada catatan
perawat dan dimasukan pada format penilaian kinerja individu perawat, dimana
nilai hasil ini akan berbeda pada setiap komponen penilaian. Sedangkan penilaian
kinerja perilaku kerja, hasil diperoleh dicatat pada form penilaian dan hasilnya
biologi, psikologi dan sosial yang ditujuan kepada pasien, keluarga pasien dan
kesehatan(Huber, 2013).
dalam melakukan asuhan keperawatan. Kinerja dari aspek kualiatas kerja perawat
melindungi perawat untuk melakukan tugas keperawatan dari hal–hal yang tidak
perawat saat melakukan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh PPNI tahun
a. Pengakajian Keperawatan
Pada tahap ini perawat harus mengumpulkan data dari kesehatan pasien
fisik dan penunjang, dan sumber data adalah dari pasien sendiri atau keluarga,
catatan dari rekam medis dan catatan lain berhubungan dengan pasien serta data
pasien dari yang sudah lewat sampai sekarang, status dalam bio-psiko-sosial
pasien, respon terhadap pemberian terapi, resiko mengenai kesehatan pasien dan
b. Diagnosa
tanda atau gejala (S) dan penyebab atau masalah (PE), memvalidasi diagnose
c. Perencanaan
dimulai dari menetapkan yang menjadi masalah prioritas, merumuskan dari tujuan
dengan pasien untuk membuat perencanaan dalam tindakan yang akan dilakukan,
selalu didokumentasikan.
d. Implementasi
keselamatan pasien.
Kriteria proses implementasi yaitu bekerja sama bersama pasien dan tim
setiap tindakan keperawatan sesuai dengan respon pasien serta setiap tindakan
e. Evaluasi
tidak sesuai dengan tujuan serta memperbaiki data awal sampai tahap
perencanaan. Pada proses evaluasi hal yang perlu dicatat yaitu waktu melakukan
tindakan, catatan perkembangan pasien apakah sesuai tujuan atau tidak dan tanda
hasil serta intervensi secara komprehensif, tepat waktu secara kontinyu, memakai
data dan tanggapan untuk mengetahui hasil pelaksanaan sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapaidalam , memvalidasi dan melakukan analisa data baru dengan
rekan tim perawat, kolaborasi dengan pasien, keluarga serta petugas kesehatan
Suatu sistem yang diterapkan di rumah sakit untuk menjaga agar dalam
pemberian pelayanan atau asuhan kepada pasien lebih aman dan benar maka
harus menerapkan keselamatan pasien pada setiap tindakan yang dilakukan sesuai
kebijakan dan prosedur yang benar. Kesalahan terjadi hampir pada tahapan
pada saat pasien masih dalam keadaan terbius, pada saat pindah kamar atau
pengidentifikasian pasien.
kesalahan minimal terdapat dua identitas pasien harus diketahui diantaranya nama
pasien, tanggal lahir (umur), gelang identitas, nomor rekam medisdan lainnya
(Depkes, 2011).
Elemen yang dapat dilakukan dalam menilai dari identifikasi pasien yaitu
pemeriksaan dari darah dan spesimen lain dalam pemeriksaan klinis, sebelum
pengidentifikasi pasien secara konsisten pada situasi dan lokasi (Hasan, 2015).
dan mengurangi kesalahan yang terjadi. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan,
menetapkan ketepatan informasi yang akan dilaporkan, oleh siapa dan kepada
siapa hasil tes dan prosedur diagnostic dilaporkan dalam jangka waktu saat
pelaporan. Salah satu dari teknik yang digunakan yaitu teknik baca kembali
perintah atau hasil pemeriksaan yang sudah ditulis, dengan cara ini dapat
penerima pesan berupa hasil kolaborasi maupun hasil pemeriksaan secara lisan
atau telepon harus menulis secara lengkap, penerima pesan memastikan pesan
lisan atau melalui telepon diarahkan oleh kebijakan dan prosedur secara konsisten.
menyimpan obat tersebut seperti pada kamar oprasi dan IGD, cara penyimpanan
yang baik dan benar serta pemberian label high alert pada setiap obat sehingga
akan mampu untuk mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat baik karena
dan prosedur mengenai identifikasi obat, memberikan obat label high alert,
yang tidak boleh disimpan diunit pelayanan, kecuali di unit sesuai dengan
jelas serta di simpan pada area yang dibatasi ketat, peraturan yang buat wajib
memuat tentang jenis obat, pemberian label, lokasi dan cara penyimpanan yang
agar dapat memastikan setiap tindakan yang dilakukan tepat lokasi, prosedur dan
tepat pasien. Kesalahan yang sering terjadi rumah sakit akibat kurang adanya
komunikasi yang baik antara rekan kerja di ruang operasi, tidak melibatkan pasien
tim medis pada saat telaah ulang catatan medis, kurangnya budaya komunikasi
yang efektif dan tidak mampu membaca resep serta penggunaan singkatan yang
infeksi adalah dengan cara mencuci tangan yang sesuai dengan pedoman. Setiap
mengenai prosedur mencuci tangan yang baik dan benar yang sesuai dengan
petunjuk dari WHO yang wajib diimplementasikan oleh seluruh tenaga kesehatan
yaitu pedoman yang telah diterbitkan oleh WHO mampu diadopsi dan diterapkan
pada rumah sakit, rumah sakit dapat menerapkan kebijakan cuci tangan yang
efektif, pengembangan peraturan dan protap yang tepat untuk dapat mengurangi
cukup banyak terutama pada pasien rawat inap. Pengurangan resiko ini, pada
dimiliki oleh rumah sakit agar mampu mengurangi resiko kejadian jatuh pada
pasien. Evaluasi dilakukan pada fasilitas dan juga pada keadaan pasien sendiri
mengenai riwayat jatuh, ada pengaruh obat atau alkohol, perubahan keseimbangan
dan gaya jalan pasien akibat penggunaan alat bantu jalan serta prosedur yang
Elemen yang dapat digunakan dalam menilai resiko jatuh pada pasien
yaitu setiap pasien di rumah sakit dilakukan assesmen pasien resiko jatuh dan
bila hasil assesmen mengarah pada pasien beresiko jatuh kemudian implementasi
pada kejadian jatuh dan kejadian tidak diharapkan serta penerapan kebijakan yang
Pengertian Work family conflict adalah susunan dari konflik peran dalam
tuntutan peran terhadap pekerjaan dan terhadap keluarga yang saling berbenturan.
Mengevaluasi work family conflict sebagai suatu stress (tekanan) yang sudah
merugikan atau dapat menghalangi pada masa yang akan datang dan
mengevaluasi konflik peran secara positif. Work family conflict diperlukan guna
mendorong diri agar menjadi yang lebih baik (Panatik, Rajab, Rahman &
Rosman, 2012). Penelitian tentang work family conflict dan coping stress
diperlukan pengelolaan dalam strategi coping (Somech, Anit, Anat Drach Zahavy,
2013).
Bagi tenaga perawat wanita, berbagai peran yang dijalani seringkali dapat
memicu terjadinya work family conflict yang menimbulkan stres. Stres yang
dialami oleh setiap orang akan menimbulkan respon yang berbeda-beda. Setelah
interaksi dengan lingkungan sudah terjalin dan dapat menilai suatu situasi menjadi
ancaman atau bahaya, maka secara otomatis respon internal akan muncul berupa
respon fisik dan respon psikologis/emosional. Tubuh akan bereaksi terhadap stres
secara otomatis dan berbeda-beda berdasarkan tipe dari stres, durasi, dan
diungkapkan dalam bentuk kegembiraan atau distres yang dipengaruhi juga oleh
mood. Biasanya respon emosional atau psikologis akan diikuti oleh tindakan yang
pasti. Pada emosi negatif yang tidak terkendali, gangguan fungsi intelektual
mungkin terjadi. Ketika situasi dianggap sebagai sebuah tantangan, emosi lebih
berbahaya, maka sebaliknya emosi negatiflah yang akan muncul (Boyd, 2000).
pekerjaan dan kurangnya kontrol pekerjaan adalah dua stres kerja yang penting.
Konflik antara kerja dan rumah juga sebagai salah satu sumber stressor (Cary &
Marilyn, 1982).
yakni sebagai usaha untuk mengatur tekanan stres tanpa memperdulikan dampak
target. Stres dapat terjadi ketika adanya ketidakseimbangan antara tuntuan dan
keluarga dan pekerjaan merupakan bagian dari salah satu sumber dari stres.
stres). Interpretasi peristiwa stres lebih penting daripada peristiwa itu sendiri
(Stuart, 2012).
Stres terdiri dari tiga bentuk yaitu: 1) Stimulus; 2) Respon Fisiologi dan
(dalam keadaan saling mempengaruhi) antara sesama dan lingkungan. Stres dari
psikologis dapat terjadi apabila kebutuhan tidak selaras dan menggunakan dari
sumber yang tersedia atau keterampilan (eksternal dan internal) yang dapat
yaitu: berkaitan terhadap kesejahteraan, beban yang dapat mengancam nyawa dan
koping (sumber kapasitas) yang dapat tersedia dalam memenuhi beban tersebut.
dalam diri/ berdasarkan pada sumber daya yang ada dan penanggulangan stres.
Bentuk evaluasi dalam proses dari penilaian primer dan sekunder, yaitu:
1) Penilaian tidak relevan (Irrelevant), dapat terjadi ketika kejadian yang dinilai
dapat terjadi ketika menilai kejadian memiliki nilai yang positif dan
memiliki dampak yang negatif bagi kesejahteraan di masa yang akan datang
loss/harm, dampak negatif dari yang sudah terjadi. Threat merupakan bahaya atau
kehilangan yang dirasakaan pada kejadian yang belum terjadi tetapi sudah
mengatasi koping tergantung dari persepsi, kognitif , latar belakang budaya atau
norma dan tempramen. Mekanisme koping dapat terbentuk dalam proses belajar
beradaptasi dan tidak menimbulan gangguan. Dan bila itu terjadi dapat
(Keliath & Akemat 2010). Sedangkan bila respon gagal terjadi, maka dapat
Stresful
Secondary
Environment Appraisal
Harm low
Work family
Conflict Threat
Challenge
Problem
Focused
Solving Ambiquity
Coping Disirability
Emotional Controlability
Focudes
Coping
Emotional
Intelligence
Kerangka Konsep
tidak memiliki sistem deduktif yang menegaskan dan menjelaskan hubungan antar
terkait, tetapi lebih tidak terstruktur daripada kerangka teori dan tidak
dapat berfungsi sebagai penjelas untuk menghasilkan hipotesis (Polit & Beck,
2012).
istilah model untuk menunjukkan mekanisme yang mewakili fenomena (Polit &
Beck, 2010).
keperawatan dengan model transaksional Lazarus dan Folkman tentang stres dan
koping terkait work family conflict dan emotional intelligence terhadap kinerja
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah prediksi tentatif tentang adanya hubungan antara dua atau
lebih variabel dalam populasi yang diteliti. Dalam hipotesis penelitian juga
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian
sectional design untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara work family
data setelah fenomena yang diteliti diambil selama satu periode pengumpulan data
Lokasi Penelitian
peneliti memilih lokasi di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan menjadi lokasi
terjadi, untuk mengkaji lebih jauh kinerja pada perawat yang bekerja di rumah
sakit umum daerah tersebut pada ruang rawat inap yang merupakan rumah sakit
type kelas B di kota Medan. Lokasi ruangan digunakan yaitu ruangan rawat inap
57
Universitas Sumatera Utara
58
Waktu Penelitian
Populasi
elemen yang menjadi fokus dari suatu penelitian. Sasaran populasi yaitu seluruh
himpunan individu atau elemen yang memenuhi kriteria sampling (Polit & Beck,
2012). Populasi dalam penelitian ialah perawat pelaksana yang berjenis kelamin
wanita dan dinas di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada Maret
Sampel
Sampel merupakan suatu bagian daripada populasi serta data paling dasar
dari unit yang dikumpulkan. Teknik dalam pengambilan sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah dengan teknik total sampling pada perawat wanita
pelaksana yang berdinas di ruang rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.
Pada penelitian ini sampel yang digunakan dengan jumlah sebesar 115 responden.
semua dari anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2011). Sampel
penelitian ini merupakan populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi
sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Ekslusi
lain:
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap
Tahap Persiapan
lolos kaji etik. Peneliti juga mengajukan permohonan ijin penelitian kepada
Direktur RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan melalui bagian Sekretariat dan Bagian
kepada pengumpul data atau tim observer tentang penelitian dan tujuan penelitian
instrument yang akan digunakan. Tim observer dibentuk oleh peneliti dengan
dilakukan dari tanggal 24 Juni 2019-26 Juni 2019, dan kegiata persamaan persepsi
Tahap Pelaksanaan
untuk pengisian kuesioner membutuhkan kurang lebih waktu 20-30 menit dan
Saat peneliti meneukan ada pernyataan yang belum terisi, maka peneliti
kuesioner yang telah diisi responden didalam satu berkas; khusus bagi perawat
menyampaikan informasi penelitian dan setelah terisi dicek kembali oleh peneliti
akan dilakukan kegiatan observasi tindakan pada 27 Juni 2019-04 Juli 2019,
persiapan, kegiatan observasi dilakukan oleh tim observer yang telah ditugaskan
Uji Validitas
independen dengan variabel dependen. Alat ukur yang tidak diandalkan tidak
dapat menjadi valid. Instrumen tidak dapat secara sah mengukur suatu penelitian
jika tidak akurat. Sebuah instrumen dapat diandalkan, namun belum tentu valid.
dan mendapat hasil memuaskan. Prosedur yang dilakukan adalah content validity
index (CVI) yang berguna mengevaluasi kaitan dari item yang diukur oleh
Content validity index (CVI) yaitu evaluasi dengan tenaga ahli dari tiap
keterikatan item. Nilai content validity index (CVI) yang dipertimbangkan yaitu ≥
0,80 dan 0,90 merupakan nilai yang dianjurkan sebagai standar yang baik (Polit &
Beck, 2012).
Pada uji validitas dilakukan oleh tiga orang yang expert dalam bidang
S.Kp., MNS., PhD, Achmad Fathi, S.Kep., MNS., MNS, dan Roslina, S.KM.,
Ns., M.Kep. Para Expert dapat menganalisa dan menilai pada kuesioner penelitian
pelaksana.
(Ambiguity), pada item dinyatakan dalam 4 poin skala yaitu 1= item tidak relevan,
2=item perlu banyak revisi, 3=item relevan tetapi perlu sedikit revisi, 4=item
sudah relevan. Item dengan nilai 1 dan nilai 2 dihapus sedangkan pada item
Setelah proses revisi, semua item variabel dapat digunakan. Hasil CVI
instrumen dari ketiga Expert untuk variabel work family conflict adalah 0,95,
variabel emotional intelligence adalah 0,94 dan variabel kinerja perawat pelaksana
adalah 0,95. Maka instrumen work family conflict dengan 18 item pernyataan,
Study.
dengan menggunakan cara SPSS dimana variabel work family conflict, emotional
intelligence dan kinerja perawat terdapat ada hasil korelasi, yaitu semua item
mempunyai korelasi > 0,361 maka dapat dikatakan bahwa item alat ukur tersebut
valid dan dapat digunakan dalam melakukan pengumpulan data penelitian, dapat
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas Variabel Work Family Conflict, Emotional
Intelligence dan Kinerja Perawat
Kinerja Perawat
Item1 .754 Valid
Item2 .503 Valid
Item3 .636 Valid
Item4 .624 Valid
Item5 .504 Valid
Item6 .673 Valid
Item7 .708 Valid
Item8 .706 Valid
Item9 .874 Valid
Item10 .745 Valid
Item11 .746 Valid
Item12 813 Valid
Item13 .708 Valid
Item14 .870 Valid
Item15 .920 Valid
Item16 .783 Valid
Item17 .874 Valid
Item18 .501 Valid
Item19 .861 Valid
Item20 .860 Valid
Uji Reliabilitas
& Beck, 2012). Eisingerich dan Rubera (2010) menyatakan dalam penelitiannya
bahwa uji keandalan untuk uji reliabilitas dapat menggunakan Cronbach’s alpha
Hasil CVI pada instrumen yang sudah valid akan diuji coba (uji reliabel)
untuk mengetahui apakah sebuah instrumen tersebut handal atau tidak. Pengujian
instrumen dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Uji coba kuesioner
diberikan kepada 30 perawat pelaksana yang dinas di ruang rawat inap. Peneliti
semua kuesioner kembali kepada peneliti dengan lengkap dan terisi sesuai dengan
yang diharapkan oleh peneliti dengan lama waktu dalam pengisian kuesioner
selama 2 hari.
emotional intelligence dan kinerja perawat terlihat nilai Cronbach’s Alpha> 0,7
maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel, dapat dilihat pada tabel 3.2:
Tabel 3.2. Hasil Uji Reliabilitas Variabel Work Family Conflict, Emotional
Intelligence dan Kinerja Perawat
Penelitian ini memiliki tiga variabel yang diteliti, yaitu work family
conflict, emotional intelligence dan kinerja kerja perawat. Variabel yang terdapat
dalam penelitian terdiri dari: (1) variabel bebas (independent) yaitu work family
conflict, emotional intelligence dan (2) variabel terikat (dependent) yaitu kinerja
perawat. Adapun defenisi operasional dari variabel tersebut akan dijelaskan pada
table 3.3.
pekerjaan
terhadap keluarga
(Strain based
work interference
with family)
(dapat dilihat
pada pernyataan
nomor 7,8, dan 9)
3. Kesenjangan
perilaku yang
terjadi pada
pekerjaan
terhadap keluarga
(Behavior based
work interference
with family)
(dapat dilihat
pada pernyataan
nomor 13,14, dan
15)
1. Kesenjangan
Konflik waktu yang
Keluarga digunakan pada
Pekerjaan keluarga terhadap
(Family to pekerjaan (Time
work conflict) based family
interference with
work) (dapat
dilihat pada
pernyataan
nomor 4,5, dan 6)
2. Ketegangan yang
terjadi pada
pekerjaan
terhadap keluarga
(Strain based
work interference
with family)
(dapat dilihat
pada pernyataan
nomor 10,11, dan
12)
3. Kesenjangan
perilaku yang
terjadi pada
pekerjaan
terhadap keluarga
(Behavior based
work
intereference
with family)
(dapat dilihat
pada pernyataan
nomor 16,17, dan
18)
Emotion
al
Intelligen Kemampuan Pengenalan 1. Pengambilan 91 – 150 = Interval
responden untuk Diri (Self keputusan sendiri EI tinggi
ce
mengendalikan Awareness) 2. Realitas
emosioal dalam kemampuan diri 30 – 90 = EI
menghadapi 3. Kepercayaan diri rendah
tantangan dalam yang kuat
melakukan asuhan (Dapat dilihat pada
keperawatan pernyataan nomor
1,2,3,4,5,6 dan 7)
1. Mengendalikan
Pengendalian
Diri (Self
emosi
Regulation) 2. Peka terhadap
kata hati
3. Mampu menunda
kenikamatan
sebelum tercapai
sasaran
4. Pulih dari
tekanan emosi
(Dapat dilihat pada
pernyataan nomor
8,9,10,11,12,13,14,
dan 15)
1. Menggerakkan
Motivasi diri hasrat yang
(Self paling dalam
Motivation) menuju sasaran
2. Berinisiatif untuk
bertindak
3. Mampu
menghadapi
kegagalan dan
rasa frustasi
(Dapat dilihat pada
pernyataan nomor
16,17,19,20,21,22,
dan 23).
1. Memahami
Empati perasaan orang
(Emphaty) lain
2. Menanggapi
perspektif orang
lain
3. Fokus pada
tujuan
4. Mampu pulih dari
tekanan emosi
5. Sama-sama
percaya
6. Mampu
bersosialisasi
dengan beraneka
ragam budaya
(Dapat dilihat pada
pernyataan nomor
24,25, dan 26)
1. Mengontrol emosi
saat berinteraksi
Kemampuan
Sosial (Social
2. Bijaksana dalam
Skill) menanggapi situasi
dan media sosial
3. Dapat membaca
situasi
4. Mampu
beradaptasi dengan
media sosial
5. Mampu
bersosialisasi
6. Memanfaatkan
keterampilan
dalam
menyelesaikan
masalah
7. Dapat memimpin
musyawarah
8. Mampu
bekerjasama
secara tim
(Dapat dilihat pada
pernyataan nomor
27,28,29 dan 30)
sehat
(Dapat dilihat pada
pernyataan nomor
13,14,15, dan 16)
Evaluasi
Keperawatan 1. Menyusun
perencanaan
evaluasi hasil dan
intervensi secara
komprehensif
2. Tepat waktu dan
terus menerus
3. Menggunakan
data dasar dan
respons pasien
dalam mengukur
perkembangan ke
arah pencapaian
tujuan
4. Melakukan
validasi
5. Menganalisis
data baru dengan
teman sejawat
6. Bekerjasama
dengan pasien
dan keluarga
untuk
memodifikasi
rencana asuhan
keperawatan
7. Melakukan
pendokumentasia
n hasil evaluasi
8. Memodifikasi
perencanaan
(Dapat dilihat dari
pernyataan nomor
17,18,19, dan 20)
Metode Pengukuran
dengan pernyataan yang positif berdasarkan item work family conflict dan
penelitian Stephens and Sommer (1996) dan Dawn S. Carlson (2000) dimana
telah divalidasi dengan baik ( lebih besar dari 0,361) untuk mengukur work family
positif yang merupakan skala dari 6 dimensi, yang terdiri time based work
interference with family, time based family interference with work, strain based
work interference with family, strain based family interference with work,
behavior based work interference with family dan behavior based family
interference with work. Peneliti menerapkan skala Likert yang terdiri atas 5
setuju) nilai 3, TS (tidak setuju) nilai 2, dan STS (sangat tidak setuju) nilai 1.
(2016) juga skala yang telah divalidasi dengan baik ( lebih besar dari 0,361) untuk
terdiri 30 pernyataan positif yang merupakan skala dari 6 dimensi, yang terdiri
self awareness, self regulation, self motivation, emphaty, dan social skill.
Peneliti menerapkan skala Likert yang terdiri atas 5 pilihan jawaban pada
nilai 3, TS (tidak setuju) nilai 2, dan STS (sangat tidak setuju) nilai 1.
skala yang telah divalidasi dengan baik ( lebih besar dari 0,419) untuk mengukur
pernyataan positif yang merupakan skala dari 5 dimensi, yang terdiri dari
terdiri atas 4 pilihan jawaban pada pernyataan positif yaitu : dilakukan / Ya nilai 1
Analisa Univariat
Analisa ini berguna untuk menguji frekuensi atau rata-rata nilai yang terdapat
pada variabel (Polit & Beck, 2012). Hal ini dibuat untuk memperoleh gambaran
family conflict dan emotional intelligence dan variabel dependen yaitu kinerja
Analisa Bivariat
menghubungan dua atau lebih dari satu variabel penelitian. Analisa bivariat
menggunakan uji chi square yang bertujuan untuk mengetahui kaitan antara kedua
variabel dengan skala ukur interval (Polit & Beck, 2010). Analisis bivariat
dilakukan untuk melihat seberapa erat hubungan variabel independen work family
dan seberapa erat hubungan variabel independen work family conflict dan
Analisa Multivariat
dan work engagement terhadap kinerja perawat di bagian rawat inap di RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan dan faktor yang dominan mempengaruhi terjadap kinerja
1
f (Z) =
1 + e –(α + β1X1 + β2X2 + .............. + βkXk
Keterangan :
f(Z) = Peluang terjadinya efek
α = Konstanta
e = Bilangan natural
β = Koefisien regresi
x = Variabel bebas
Pengolahan Data
Menurut Polit dan Beck (2012) data yang dikumpulkan melalui lembar
kuesioner dalam penelitian akan diolah melalui empat tahapan data. Hal pertama
yang dilakukan adalah Coding, Coding adalah proses mengubah data menjadi
simbol dan biasanya berbentuk angka. Kode pada proses coding diperlukan untuk
setiap variable pada setiap sampel dan data dipindahkan dalam bentuk file melalui
entry keyboard yang dinamakan entri data. Tahap kedua selanjutnya adalah
entridata, entri data adalah proses yang membutuhkan verifikasi dan pembersihan
data melibatkan pemeriksaan untuk nilai yang tidak dijawab dengan benar dan di
nomor pada hasil data dengan kode asli dan lainnya yang merupakan penggan
daan data. Tahap terakhir dalam pengumpulan data adalah cleaning data, cleaning
kembali pada data yang dientridan mengecek apakah ada kesalahan atau tidak
Pertimbangan Etik
prinsip dasar etik penelitian yang terdiri dari respect for human dignity, justice
dan beneficience (Polit & Beck, 2012). Pertimbangan etik terkait pada penelitian
Yaitu prinsip etik yang paling mendasar, dimana harus menghindari segala
responden (Polit & Beck, 2012). Peneliti terlebih dahulu meminta persetujuan
pada responden di masa yang akaan datang (Polit& Beck, 2012). Peneliti juga
memberikan penjelasan kepada responden atau perawat bahwa informasi dan data
yang diberikan hanya untuk kepentingan penelitian dan hasil yang didapatkan
berpartisipasi pada penelitian atau tidak serta dapat menarik diri dari proses
atau tuntutan hukum, bebas dari paksaan serta ancaman (Polit & Beck, 2012).
keputusan serta mendapatkan informasi terkait penelitian yang akan menjadi dasar
penting dalam informed concent (Polit & Beck, 2012). Di awal penelitian peneliti
6. Hak untuk mendapatkan tindakan yang adil (the right to fair treatment)
maksud atau posisi tertentu. Responden diberlakukan sama dengan tidak adanya
sehingga perawat yang dipilih adalah perawat yang memang memenuhi kriteria
atau informasi dirinya untuk dijaga kerahasiaannya (Polit & Beck, 2012). Peneliti
menghargai privasi responden atau perawat untuk menjaga privasi tersebut pada
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Agustus 1928 masa Pemerintah Kolonial Belanda dengan motto Aegroti Salus Lex
Suprema yang artinya kepentingan penderita yang harus diutamakan. RSUD Dr.
Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit tipe B di Kota Medan terletak Prof.
H. M. Yamin, SH, No. 47 Medan. RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan diserahkan
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan salah satu rumah sakit rujukan dari
kesehatan masyarakat, RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan juga menjadi tempat
Kesehata, sehingga RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan menjadi Rumah Sakit
Pendidikan. Jumlah perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada tahun 2019
sebanyak 196 tenaga pelaksana status kepegawaian PNS maupun Non PNS.
81
Universitas Sumatera Utara
82
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan, 2019 (n=115)
No Karakteristik frekuensi %
Usia
1 <21 tahun 3 2,6
2 21-30 tahun 39 33,9
3 31-40 tahun 45 39,1
4 41-50 tahun 27 23,5
5 >50 tahun 1 0,9
Total 115 100,0
Pendidikan
1 D3 Keperawatan 73 63,5
2 Ners 42 36,5
Total 115 100.0
Masa Kerja
1 1-5 tahun 54 46,9
2 6-10 tahun 22 19,1
3 >10 tahun 39 33,9
Total 115 100,0
Usia
RSUD Dr. Pirngadi Medan usia perawat pelaksana lebih banyak dengan usia 31-
40 tahun sebesar 39,1% dan minimum dpada usia >50 tahun sebesar 0,9%. Bahwa
mayoritas perawat RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan masih tergolong usia produktif
dan prima. Dengan jumlah usia produktif yang ada dapat menjadi modal dasar bagi
Pendidikan
(Nursalam,2012).
Lama Bekerja
Berdasarkan Tabel 4.1, masa kerja pada perawat RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan dapat dikelompokkan 3 (tiga) kategori. Dikatakan masa kerja rendah bila
1–5 tahun dan tertinggi bila > 10 tahun. Jumlah perawat pelaksana dominan pada
kategori 1–5 tahun yaitu sebesar 54 orang (46,9%) dan minimum selama 6–10
tahun sebesar 22 orang (19,1%). Dikatakan oleh Nursalam (2012), bahwa semakin
tinggi masa kerja yang dimiliki perawat maka semakin banyak pengalaman
tahun yang dimiliki lebih dari setengah jumlah seluruh responden menjadi modal
emotional intelligence dan kinerja perawat dan dapat dilihat di bawah ini:
Jawaban
No Work Family Conflict STS TS KS S SS
f % f % f % f % f %
Kesenjangan waktu yang
digunakan pada konflik
pekerjaan terhadap keluarga
(Time based work interference
with family)
1 Pekerjaan saya menyebabkan 5 4,3 22 19,1 33 28,7 29 25,2 2622,6
timbulnya ketegangan dalam
hubungan saya dengan keluarga.
2 Waktu yang harus saya luangkan 6 5,2 19 16,5 40 34,8 21 18,3 2925,2
untuk pekerjaan menjadikan saya
tidak dapat berpartisipasi dalam
kegiatan dan tanggungjawab
keluarga
3 Saya harus kehilangan kegiatan 3 2,6 23 20,0 32 27,8 31 27,0 26 22,6
dengan keluarga karena banyak
menghabiskan waktu pada
pekerjaan.
Kesenjangan waktu yang
digunakan pada keluarga
terhadap pekerjaan (Time based
family interference with work)
4 Waktu untuk keluarga sering 8 7,0 25 21,7 31 27,0 20 17,4 34 29,6
mengganggu pekerjaan saya
5 Waktu untuk keluarga 11 9,6 15 13,0 28 24,3 38 33,0 23 20,0
menyebabkan saya kurang
memiliki waktu yang maksimal di
tempat kerja yang seharusnya dapat
meningkatkan karir saya.
6 Waktu untuk keluarga sering 4 3,5 27 23,5 31 27,0 22 19,1 31 27,0
mengganggu pekerjaan saya
Ketegangan yang terjadi pada
pekerjaan terhadap keluarga
(Strain based work interference
with family)
7 Ketika pulang kerja, saya sering 3 2,6 24 20,9 38 33,0 27 23,5 23 20,0
terlalu lelah untuk dapat
berpartisipasi dalam keluarga
8 Tenaga saya sering terkuras ketika 11 9,6 20 17,4 27 23,5 32 27,8 25 21,7
pulang kerja yang mengakibatkan
Jawaban
No Work Family Conflict STS TS KS S SS
f % f % f % f % f %
saya tidak berpartisipasi lagi dalam
kegiatan keluarga
9 Dikarenakan tekanan di tempat 7 6,1 18 15,7 33 28,7 29 25,2 28 24,3
kerja, setelah sampai di rumah saya
sering terlalu stress untuk
melakukan apa yang dapat saya
senangi.
Ketegangan yang terjadi pada
keluarga terhadap pekerjaan
(Strain based family interference
with work)
10 Dikarenakan stress dirumah, saya 5 4,3 26 22,6 31 27,0 23 20,0 30 26,1
sering disibukkan dengan urusan
keluarga di tempat pekerjaan
11 Dikarenakan sering stress akibat 10 8,7 25 21,7 24 20,9 26 22,6 30 26,1
tanggungjawab keluarga
mengakibatkan saya susah untuk
berkonsentrasi dalam pekerjaan
12 Dikarenakan sering mangalami 7 6,1 24 20,9 20 17,4 34 29,6 30 26,1
konflik dari kehidupan keluarga
sering melemahkan kemampuan
saya dalam melakukan pekerjaan
Kesenjangan perilaku yang
terjadi pada pekerjaan terhadap
keluarga (Behavior based work
interference with family)
13 Strategi pemecahan masalah yang 8 7,0 26 22,6 22 19,1 26 22,6 33 28,7
diterapkan di pekerjaan tidak
efektif untuk pemecahan masalah
di rumah
14 Sikap yang efektif dan penting bagi 7 6,1 24 20,9 24 20,9 26 22,6 31 27,0
saya di pekerjaan akan
meningkatkan kegagalam dalam
penyelesaian di rumah
15 Sikap yang saya selalu praktikkan 10 8,7 23 20,0 23 20,0 29 25,2 30 26,1
efektif dalam membantu masalah
di pekerjaan, tetapi tidak efektif
untuk menjadikan saya sebagai
orangtua atau pasangan yang lebih
baik.
Kesenjangan perilaku yang
terjadi keluarga terhadap
pekerjaan (Behavior based family
interference with work)
16 Perilaku yang efektif saya 4 3,5 20 17,4 26 22,6 35 30,4 30 26,1
praktikkan di rumah nampaknya
tidak efektif di pekerjaan saya.
17 Sikap yang efektif dan penting bagi 9 7,8 26 22,6 28 24,3 26 22,6 26 22,6
saya di rumah akan menyebabkan
Jawaban
No Work Family Conflict STS TS KS S SS
f % f % f % f % f %
kegagalan dalam menyelesaikan
masalah di pekerjaan
18 Strategi pemecahan masalah yang 9 7,8 19 16,5 26 22,6 37 32,2 24 20,9
bermanfaat di rumah tidak berguna
di tempat kerja
istri dan ibu yang bekerja harus tetap menjaga dan memperhatikan kebutuhan
keluarganya. Sebaliknya, perawat yang sangat tidak setuju bahawa tenaga sering
terkuras ketika pulang kerja yang mengakibatkan tidak dapat berpartisipasi lagi
dalam kegiatan keluarga adalah sebesar 11 orang (9,6%). Hal ini menunjukkan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kategori Work Family Conflict Pada Perawat Pelaksana
di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, 2019 (n=115)
pelaksana RSUD Dr. Pirngadi Medan dominan dengan kategori tinggi yaitu
sejumlah 80 orang (69,6%). Work family conflict rendah adalah disebabkan dimana
perawat mampu mengatur dan menyesuaikan peran sebagai istri, ibu dan profesi
Emotional Intelligence
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Emotional Intelligence Pada Perawat Pelaksana
di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, 2019 (n=115)
Jawaban
No Emotional Intelligence STS TS KS S SS
f % f % f % f % f %
Pengenalan Diri (Self awareness)
1 Saya menyadari berbagai perasaan 24 20,9 32 27,8 32 27,8 11 9,6 16 13,9
positif maupun negatif dalam diri
saya.
2 Saya dapat mengenali kelebihan 5 4,3 53 46,1 35 30,4 12 10,4 10 8,7
dan kelemahan yang dimiliki oleh
rekan kerja saya.
3 Saya mempunyai keyakinan bahwa 9 7,8 32 27,8 48 41,7 11 9,6 15 13,0
teman kerja saya dapat mengerti
sikap dan tindakan saya.
4 Saya sering berpikir terlebih 24 20,9 35 30,4 32 27,8 8 7,0 16 13,9
dahulu sebelum bertindak dan
melihat akibat-akibat dari
perbuatan saya
5 Saya selalu mengerti dan 20 17,4 41 35,7 25 21,7 21 18,3 8 7,0
memahami perasaan saya sendiri
6 Saya memiliki keyakinan yang 11 9,6 40 34,8 40 34,8 12 10,4 12 10,4
besar terhadap diri sendiri
7 Saya dapat membayangkan akibat 25 21,7 27 23,5 37 32,2 14 12,2 12 10,4
dari perbuatan yang saya lakukan.
Pengendalian Diri (Self
regulation)
8 Saya sering merasa cemas ketika 20 17,4 46 40,0 24 20,9 1714,8 8 7,0
Jawaban
No Emotional Intelligence STS TS KS S SS
f % f % f % f % f %
menjalani tugas.
9 Saya dapat mengendalikan 9 7,8 39 33,9 38 33,0 17 14,8 12 10,4
dorongan atau keinginan untuk
marah walaupun ada pengaruh dari
lingkungan
10 Saya selalu sadar akan perasaan 29 25,2 28 24,3 32 27,8 11 9,6 15 13,0
saya mengenai suatu permasalahan
11 Teman-teman menganggap saya 8 7,0 57 49,6 24 20,9 10 8,7 16 13,9
dapat mengendalikan diri ketika
menghadapi permasalahan di
kantor.
12 Bahkan dalam keadaan marahpun, 7 6,1 40 34,8 35 30,4 14 12,2 19 16,5
saya tetap menyadari apa yang
saya rasakan
13 Mudah bagi saya untuk 21 18,3 32 27,8 36 31,3 13 11,3 13 11,3
menyesuaikan diri dengan situasi
yang baru
14 Semangat kerja saya bertambah 9 7,8 57 49,6 24 20,9 10 8,7 15 13,0
dengan adanya penghargaan dari
atasan.
15 Saya merasa senang ketika 9 7,8 56 48,7 20 17,4 1513,0 15 13,0
diberikan tanggung jawab dari
atasan untuk memimpin rekan
kerja.
Motivasi Diri (Self Motivation)
16 Saya dapat mengendalikan 29 25,2 36 31,3 24 20,9 11 9,6 16 13,9
kecemasan saya, ketika
menghadapi tujuan
17 Saya selalu dapat menguasai 16 13,9 49 42,6 26 22,6 17 14,8 7 6,1
situasi yang berat
18 Saya yakin, saya dapat mengatasi 15 13,0 39 33,9 36 31,3 10 8,7 15 13,0
situasi yang berat
19 Apabila suasana hati saya sedang 27 23,5 32 27,8 30 26,1 10 8,7 16 13,9
jelek, saya merasa risau dan larut
ke dalamnya serta sulit bagi saya
melepaskan diri dari suasana
tersebut dengan lebih cepat
20 Saya selalu merasa optimis tentang 24 20,9 42 36,5 22 19,1 19 16,5 8 7,0
hal yang saya kerjakan
21 Semangat kerja saya tergolong 19 16,5 28 24,3 40 34,8 1210,4 16 13,9
tinggi dibandingkan dengan rekan-
rekan saya.
22 Biasanya saya tambah semangat 20 17,4 39 33,9 30 26,1 14 12,2 12 10,4
ketika diberikan tugas yang
dianggap sulit oleh teman-teman
saya.
23 Saya adalah orang yang 28 24,3 43 37,4 19 16,5 17 14,8 8 87.0
memprioritaskan kepentingan
perusahaan daripada kepentingan
Jawaban
No Emotional Intelligence STS TS KS S SS
f % f % f % f % f %
pribadi.
Empati (Emphaty)
24 Saya dapat merasakan bagaimana 18 15,7 24 20,9 49 42,6 12 10,4 10 10,4
sulitnya rekan-rekan saya yang
bekerja untuk menyelesaikan tugas
dari atasan.
25 Rekan kerja saya seringkali berbagi 28 24,3 31 27,0 25 21,7 15 13,0 15 13,0
cerita kepada saya mengenai
persoalan yang mereka hadapi.
26 Seringkali saya merasa kesulitan 16 13,9 55 47,8 18 15,7 11 9,6 15 13,0
untuk memahami perasaan orang
lain.
Kemampuan Sosial (Social skill)
27 Sulit bagi saya untuk 16 13,9 52 45,2 20 17,4 15 13,0 12 10,4
mempertahankan kerjasama yang
erat dengan rekan kerja yang baru.
28 Mudah bagi saya untuk berteman 26 22,6 35 30,4 30 26,1 9 7,8 15 13,0
atau bergaul
29 Saya merasa kasihan pada mereka 19 13,9 50 43,5 22 19,1 12 10,4 15 13,0
yang mengalami musibah dan
berusaha menolongnya
30 Saya sulit merasa senang melihat 19 16,5 45 39,1 24 20,9 12 10,4 15 13,0
teman yang berhasil menyelesaikan
tugas yang diberikan atasan karena
saya yang semestinya seperti itu.
Dapat dilihat bahwa perawat menjawab sangat setuju tetap menyadari apa
(25,2%). Bahwa perawat RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan tidak dapat
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Kategori Emotional Intelligence Pada Perawat
Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, 2019 (n=115)
di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dominan berada pada kategori rendah yaitu
peran sebagai ibu/istri dan pekerja. Menurut Gibson (1987 dalam Ilyas 2002)
Untuk melihat kinerja perawat pelaksana RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan
Tabel 4.6
Distribusi Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan, 2019 (n=115)
Jawaban
No Kinerja Perawat Ya Tidak
f % F %
Pengkajian
1 Bersama tim mengumpulkan, mengelompokkan 71 61,7 44 38,3
data bio-psiko-sosial-spiritual tentang data pasien.
Jawaban
No Kinerja Perawat Ya Tidak
f % F %
2 Bersama tim mencatat data yang dikaji sesuai 70 60,9 45 39,1
dengan pedoman tentang pengkajian data pasien.
3 Saya dapat mengonfirmasi hasil pengkajian 68 59,1 47 40,9
keperawatan yang saya lakukan ke ketua tim
keperawatan dimana sebagai penanggung jawab
asuhan keperawatan.
4 Saya dan tim melakukan anamnesa, mengkaji 81 70,4 34 29,6
biodata dari pasien, pengamatan keluhan utama
pasien, pemeriksaan fisik dan wawancara.
Diagnosis
5 Bersama tim melakukan analisis, interpretasi data, 72 62,6 43 37,4
mengidentifikasi masalah pasien yang lagi saya
tangani.
6 Saya dan tim menganalisis dan interpretasi data, 61 53,0 54 47,0
serta identifikasi masalah keperawatan pada
pasien berdasarkan pengelompokan/klasifikasi
data-data hasil pengkajian.
7 Bersama dengan tim merumuskan masalah yang 50 43,5 65 56,5
telah ada dan mengacu pada pengelompokan
diagnosis keperawatan.
8 Bersama dengan tim membuat diagnosis 52 45,2 63 54,8
keperawatan berdasarkan prioritas gejala yang
dominan.
Rencana Tindakan
9 Bersama dengan tim dalam merencanakan 57 49,6 58 50,4
tindakan keperawatan dengan tujuan khusus
berdasarkan aspek perilaku, afektif kepada pasien,
dan kognitif
10 Bersama dengan tim dapat membuat penyelesaian 63 54,8 52 45,2
masalah keperawatan berdasarkan diagnosis yang
telah ditetapkan kepada pasien.
11 Bersama dengan tim dapat melibatkan keluarga 60 52,2 55 47,8
pasien dalam rencana tindakan keperawatan
kepada pasien.
12 Bekerjasama dengan tim kesehatan lain dalam 57 49,6 58 50,4
membuat rencana tindakan untuk pasien
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
13 Saya dapat membantu dan melatih pasien tentang 59 51,3 56 48,7
cara perawatan kebersihan diri bagi pasien yang
mengalami defisit perawatan diri.
14 Saya memberikan pendidikan kesehatan tentang 63 54,8 52 45,2
cara-cara merawat pasien kepada keluarga pasien.
15 Saya memberikan pendidikan kesehatan terkait 59 51,3 56 48,7
obat-obatan kepada pasien dan keluarga
16 Berperan serta melaksanakan terapi aktivitas 52 45,2 63 45,2
Jawaban
No Kinerja Perawat Ya Tidak
f % F %
kelompok kepada pasien.
Evaluasi Tindakan Keperawatan
17 Saya dapat mengevaluasi kemampuan seluruh 62 53,9 53 46,1
pasien setelah diberikan tindakan asuhan
keperawatan.
18 Saya dapat mengevaluasi kemampuan keluarga 52 45,2 63 54,8
pasien dalam merawat pasien.
19 Saya dapat membuat rencana lanjutan jika hasil 62 53,9 53 46,1
tindakan asuhan keperawatan tidak memuaskan.
20 Saya dapat memberikan reinforcement 61 53,0 54 47,0
(penguatan) pada pasien dan keluarga sehingga
termotivasi untuk melakukan perubahan yang
positif.
pasien. Selain itu tidak semua diagnosis keperawatan yang dibuat berdasarkan
prioritas gejala yang dominan yaitu sebesar 63 orang ( 54,8%). Tidak semua tim
kognitif, perilaku dan afektif kepada pasien, yaitu sebesar 58 orang (50,4%). Hal
ini menunjukkan hanya sebahagian tim juru rawat yang mengadakan tindakan
Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Kategori Kinerja Perawat Pelaksana
di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, 2019 (n=115)
No Kategori Kinerja F %
1 Baik 36 31,3
2 Tidak Baik 79 68,7
Total 115 100,0
pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dominan tidak baik sebesar 79 orang
(68,7%) . Kinerja perawat yang kurang baik disebabkan perawat tidak dapat
dan organisasi.
RSUD DR. Pirngadi Kota Medan dilakukan selama 7 hari dalam memberikan
dilakukan kepada perawat, adanya melakukan keperawatan 1-3 kali, yang artinya
pasiennya.
Dr. Pirngadi Kota Medan belum terdapat 100% memenuhi standar praktik
komprehensif terhadap semua pasien. Hal ini dibuktikan dengan melihat buku
catatan asuhan keperawatan pasien yang tertera pada setiap ruangan. Hal ini berarti
bahwa peneliti melihat buku catatan asuhan keperawatan pasien setelah peneliti
Pengkajian Keperawatan
Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Kategori Observasi Pengkajian Keperawatan
Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan, 2019 (n=115)
No Kategori Kinerja F %
1 Baik 52 45,2
2 Tidak Baik 63 54,8
Total 115 100,0
peneliti terhadap seluruh pasien dan kategori tidak baik sebanyak 54,8% perawat
Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Kategori Observasi Diagnosa Keperawatan
Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan, 2019 (n=115)
No Kategori Kinerja f %
1 Baik 47 40,9
2 Tidak Baik 68 59,1
Total 115 100,0
lanjut dalam merumuskan masalah keperawatan pasien dan hanya dilakukan pada
2-4 pasien. Perawat rawat inap RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan melaksanakan
Perencanaan Keperawatan
Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Kategori Observasi Perencanaan Keperawatan
Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan, 2019 (n=115)
No Kategori Kinerja f %
1 Baik 55 47,8
2 Tidak Baik 60 52,2
Total 115 100,0
prioritas masalah, namun 52,2% perawat pelaksana lainnya pada kategori tidak
dan belum kerjasama dengan tim kesehatan. Keadaan terjadi karena dalam
Implementasi Keperawatan
Tabel 4.11
Distribusi Frekuensi Kategori Observasi Implementasi Keperawatan
Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan, 2019 (n=115)
No Kategori Kinerja f %
1 Baik 52 45,2
2 Tidak Baik 63 54,8
Total 115 100,0
pelaksana, didapatkan bahwa 45,2% kategori baik seperti telah menerapkan proses
terapeutik pada saat dengan pasien dan keluarga, tahap koordinasi anggota
serta kurang mengamati semua pasien tentang kemajuan atau reaksi pasien dengan
Evaluasi Keperawatan
Tabel 4.12
Distribusi Frekuensi Kategori Observasi Implementasi Keperawatan
Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi
Kota Medan, 2019 (n=115)
No Kategori Kinerja f %
1 Baik 53 46,1
2 Tidak Baik 62 53,9
Total 115 100,0
baik sebesar 46,1% telah melakukan evaluasi keperawatan kesemua pasien sesuai
dengan menggunakan poin yang terdapat pada lembar observasi peneliti, kategori
tidak baik hanya 53,9% perawat pelaksana tidak dapat evaluasi secara efektivitas
tindakan sesuai perubahan kebutuhan serta evaluasi yang tidak dengan cepat dan
Analisis Bivariat
Pirngadi Kota Medan dengan analisis uji chi square merupakan perhitungan
Tabel 4.13
Tabel Silang (Crosstab) Hubungan Work Family Conflict dengan Kinerja
Perawat pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, 2019
Berdasarkan tabel diatas dilihat bahwa dari 80 orang kasus work family
conflict tinggi terdapat kinerja baik sebesar 25,5%, dan kinerja buruk sebesar 76
orang (55,0%). Kemudian dari 35 orang dengan work family conflict rendah
terdapat kinerja baik sebesar 11,0% dan kinerja buruk sebesar 3 orang (24,0%).
artinya terdapat hubungan work family conflict dengan kinerja perawat pelaksana
pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 4.14.
Tabel 4.14
Kinerja Perawat P
No Emotional Baik Tidak Total ᵡ2 Value
Intelligence Baik
f % F % F %
1 Tinggi 28 11,6 9 25,4 37 100 49,943 0,000
2 Rendah 8 24,4 70 53,6 78 100
tinggi terdapat kinerja baik sebesar 11,6% dan kinerja buruk sebesar 9 orang
kinerja perawat baik sebanyak 8 orang (24,4%) dan kinerja buruk sebesar 70
orang (53,6%). Berdasarkan uji chi square didapat nilai p=0,000<α=0,05 berarti
Berdasarkan hasil dari uji bivariat diketahui variabel yaitu work family
multivariat.
yaitu : work family conflict dan emotional intelligence terhadap variabel terikat
Untuk dapat melihat work family conflict dan emotional intelligence yang
memengaruhi kinerja perawat di RSUD Dr. Pirngadi Medan dilihat pada Tabel
4.15 :
Tabel 4.15
Pengaruh Work Family Conflict dan Emotional Intelligence terhadap
Kinerja Perawat Pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan, 2019
Variabel Independen Nilai B Nilai P Exp (B) 95% C.I.for Exp (B)
Lower Upper
1. Work family conflict -5.502 0.000 0.004 0.000 0.038
2. Emotional intelligence 3.540 0.002 34.480 3.797 313.103
Constant - 2.944 0.46 18.984
diperoleh variabel bebas yaitu work family conflict dan emotional intelligence
menyatakan variabel bebas yaitu work family conflict dan emotional intelligence
berpengaruh pada kinerja RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dengan uji regresi
logistik ganda menggunakan metode enter nilai signifikansi variabel < 0,05.
Analisis uji regresi logistik ganda menunjukkan variabel bebas work family
conflict p value 0,000 (p<0,05) dan emotional intelligence dengan pvalue 0,000
dalam mempengaruhi kinerja perawat RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan adalah
variabel emotional intelligence yaitu pada nilai koefisien regresi OR 34,480 (95%
yang searah (positif) terhadap kinerja perawat pelaksana RSUD Dr. Pirngadi Kota
Medan. Jadi secara teoritis bahwa kinerja perawat meningkat apabila emotional
Pada tabel 4.15 terlihat variabel work family conflict bernilai negatif
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada nilai koefisien regresi OR 0,004 (95% CI =
0,000-0,038).
Hasil analisis regresi logistik ganda, work family conflict diperoleh nilai
kemungkinan 0,004 kali kinerja perawat akan tidak baik dibandingkan dengan
work family conflict rendah dan variabel emotional intelligence diperoleh nilai
OR sebesar 34,480 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 3.797 hingga
pelaksana semakin tinggi kemungkinan 3,797 kali kinerja perawat akan baik
persamaan regresi logistik ganda yaitu work family conflict dan emotional
1
f (Z) =
1 + e –(2,944 – 5,502 (X1) + 1,730 (X2)
Keterangan :
α = Konstanta
X2 = Emotional intelligence
PEMBAHASAN
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan lebih banyak dalam kategori tinggi sebesar
69,6%. Ini menunjukkan work family conflict di RSUD Dr. Pirngadi Medan
tergolong kurang baik. Faktor dari tekanan pekerjaan/ work demand mengacu
RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Terdapat tiga waktu daam shift yaitu shift pagi,
siang selama dan malam. Dalam penerapan system membuat perawat selalu di
tempat kerja dan mengalami kesulitan menbagi waktu dengan keluarga dan
pekerjaan.
pekerjaan dan keluarga tidak dapat disejajarkan. Bagi perawat yang berkeluarga
dan bekerja merupakan tekanan tinggi. Hal ini karena harus dihadapkan dengan
tanggungjawab yang ganda dan bekerja kerja yang lebih. Inilah salah satu
103
Universitas Sumatera Utara
104
tidak dapat memenuhi tuntutan dalam kedua peran yang dijalani. Inilah yang
komitmen organisasi yang dimiliki akan berdampak pada turunnya niat bekerja
Profesi perawat tidak mudah dilakukan oleh wanita yang sudah menikah
dan memiliki anak. Dalam profesi perawat dituntut untuk dapat menjalankan
beban kerja, jam dan shift secara positif sangat diasosiasikan dengan konflik.
wanita karir tersebut, keluarga maupun organisasi tempat bekerja. Salah satu
Seperti yang saat berusaha memenuhi tuntutan peran pekerjaan dan usaha
keluarga. Hal ini dapat terjadi pada wanita yang sudah berumahtangga, work
family conflict berhubungan erat dengan kecemasan dan depresi yang diderita.
Work family conflict pada perawat pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota
hubungan keluarga, hal ini terjadi karena keluarga membutuhkan tanggung jawab
perawat sering meninggalkan tugas sebagai perawat karena membagi waktu untuk
dalam masalah diterapkan pemecahan masalah di rumah hal ini disebabkan karena
memang perawat sudah memiliki jam kerja berdasarkan shif kerja, sikap yang
keluar saat jam kerja untuk menjemput anaknya di sekolah, dan beberapa
terlambat bekerja karena harus mengantar anaknya ke sekolah. Keadaan ini tentu
Yang mempengaruhi konflik antara lain tuntutan tugas dan tekanan kerja.
challenge, dan loss/harm. Pada loss/harm, kerugian sudah terjadi. Threat yaitu
kehilangan yang belum terjadi tetapi sudah diantisipasi yang ditandai oleh emosi
difokuskan pada potensi manfaat atau pertumbuhan dalam situasi yang ditandai
dengan emosi seperti gairah, kesenangan dan bersemangat (Panatik & Rajab,
2012).
Bagi perawat yang terpapar work family conflict akan menimbulkan situasi
stress, terdorong untuk koping. Dalam konsep appraisal dari Lazarus, melihat
coping sebagai upaya mengelola tuntutan stress tanpa hasil akhir. Coping stress
Hasil penelitian yang telah dilakukan Netemeyer pada tahun 2004 yang
menyatakan juga bahwa variabel work family conflict secara individu mempunyai
Work family conflict dapat disebakan beberapa beban kerja yang ada di
keluarga. Dan terjadi bila tuntutan pekerjaan dan keluarga mutlak tidak dapat
disejajarkan..
prestasi juga bertambah, tetapi bila stress sudah maksimal maka tantangan dalam
pekerjaan jangan bertambah karena tidak lagi akan emningkatkan prestasi kerja,
mengalami stress pada pekerjaan dan akhirnya dapat menimbulkan masalah pada
perawat karena membagi waktu untuk mengurus rumah tangga, disisi lain perawat
pekerjaan.
pemecahan masalah di rumah, hal ini disebabkan karena memang perawat sudah
memiliki jam kerja berdasarkan shift kerja, sikap yang penting dan efektif di
pekerjaannya di rumah sakit. Beberapa perawat juga keluar saat jam kerja untuk
mengantar anaknya ke sekolah. Keadaan ini akan berdampak turunnya niat untuk
conflict yang terjadi pada perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dominan
terjadi karena keluarga membutuhkan tanggung jawab sebagai ibu rumah tangga
Emotional Intelligence
RSUD Dr. Pirngadi Medan dominan pada emotional intelligence tinggi sebesar
perawat dituntut kompetensi menjalin hubungan yang baik antar dan pasien,
dengan pasien yang latar belakang dan sifatnya berbeda (Goleman, 2009).
Perawat harus memiliki sikap telaten serta penuh perhatian, juga harus
dengan penuh semangat, dapat selalu mengikuti segala yang ada kaitan dengan
tinggi dapat pula ditandai emosi yang tinggi, cepat bertindak berdasarkan emosi,
perawat yang sebagian besar < 41-50 tahun, dan disimpulkan usia responden
Keperawatan.
satu sarana belajar dimana semakin bertambah tingkat pendidikan maka akan
banyak pengalaman dan wawasan yang didapat berdampak dalam cara berpikir,
ruang rawat inap RSU Dr. H. Koesnadi Bondowoso dan Sarifudin (2015) tentang
dan merupakan perilaku spontan dan ihklas diluar tanggung jawab. Yang
memiliki reaksi yang positif terhadap pekerjaan lebih senang melakukan perilaku
menolong. Yang berada dalam mood yang baik lebih mampu untuk bersosialisasi
interaktif.
rekan dan juga merespon lebih baik. Bagi yang emotional intelligence yang tinggi
melaksanakan perilaku menolong karena mood dimiliki dapat hasil dari emotional
memainkan peran penting bagi perawat untuk menyesuaikan diri pada perubahan
bekerja.
menempatkan emosi dan mengatur suasana hati dengan baik. (Anne dan
McQueen, 2003).
terjebak konflik dan stres. Stres yang tidak diatasi oleh perawat mempengaruhi
2011).
intelligence tinggi menghadapi stres atau konflik yang menekan, maka mampu
mengenali perubahan emosi dan penyebab. Dan mampu mengenali emosi secara
kerja.
sukarela dan spontan diluar tanggung jawab. Pekerja yang memiliki emosi yang
memiliki reaksi yang positif terhadap pekerjaanya lebih senang untuk melakukan
perilaku menolong. Orang yang berada dalam mood yang baik lebih dapat
bahwa perawat pelaksana RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dengan baik dalam
berkategori baik persentase 31,3 %. Pada penelitian ini walaupun kinerja perawat
lebih banyak dengan kategori baik namun perlu mendapat perhatian dan
Baik atau buruknya kinerja dapat disebabkan oleh makna dari peran
perawat. Karena akan bekerja baik apabila paham dengan peran dan
dkk, 2001) bahwa dimensi dari kinerja adalah job specific task proficiency dimana
dimensi perilaku yang berhubungan dengan tugas utama ssesuai dengan peran.
tepat waktu. Perilak dapat dipengaruhi oleh adanya sikap terhadap diri, pekerjaan
pekerjaan dapat diamati dari keterlibatan dalam pekerjaan dan tanggung jawab
Ini sejalan dengan temuan Mashuri (2013) dimana yang memiliki kinerja
serta kehadiran selama jam kerja. Indikator keberhasilan rumah sakit yang efektif
dan efisien adalah tersedianya SDM yang cukup dengan kualitas yang tinggi,
pelayanan setiap unit, bagian, dan instalasi rumah sakit (Ilyas, 2004).
diharapkan dapat cepat dan tepat dalam menangani pasien. Situasi pekerjaan yang
sering kali dengan pasien keadaan kritis dan resiko terpapar penyakit bisa menjadi
sesuatu di dalam diri dengan sesuatu pada perawat, artinya perawat mengalami
situasi yang kontradiksi dengan dipahami oleh perawat. Faktor lain yang madalah
pembagian shift kerja, ambiguitas, peran dan hubungan kerja antara atasan,
Penelitian di salah satu rumah sakit menyatakan bahwa 73% pasien rawat
kurang sabar, tidak sopan sehingga pelayanan terhadap klien menjadi kurang
mengeluhkan fasilitas rumah sakit. Menunjukkan stress kerja yang dialami oleh
akan berdampak terhadap bentuk pelayanan yang diberikan (Zahara, sitorus &
Sabri, 2011).
keterampilan yang baik. Perawat menjadi yang dibutuhkan saat jumlah pasien
manajer keperawatan. Ini tentunya kembali kepada manajer perawat dapat lebih
terdapat kinerja kategori tidak baik di RSUD Dr. Pirngadi Medan yaitu sebesar
55,0% dan work family conflict rendah terdapat kinerja kategori baik di RSUD
Dr. Pirngadi Medan yaitu sebesar 11,1%. Kemudian berdasarkan uji regresi
logistik ganda didapatkan hasil ada pengaruh signifikan antara work family
conflict terhadap kinerja RSUD Dr. Pirngadi Medan nilai p=0,000< α=0,05.
bahwa mempunyai pengaruh yang tidak searah (negatif) terhadap kinerja perawat
pelaksana RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada nilai koefisien regresi OR 0,004
conflict nilai OR sebesar 0,004 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 0,000
sampai 0,038, sehingga dapat disimpulkan bahwa work family conflict perawat
pelaksana semakin tinggi kemungkinan 0,004 kali kinerja perawat akan tidak baik
Hasil uji statistik dapat dijelaskan perawat yang memiliki work family
sebaliknya perawat yang memiliki work family conflict rendah akan semakin
Menurut Ghayur, & Waseef Jamal (2012), bahwa peran yang dimiliki
seorang wanita karier sekaligus ibu rumah tangga memang tidak mudah terutama
membagi waktu dan tenaga serta peran, terkadang perawat dapat seharian bekerja
di rumah sakit untuk memberikan perawatan terhadap pasien, bahkan jika pada
saat shift malam membuat perawat lebih waspada di rumah sakit sehingga
dan peran tertuang pada pekerjaan hingga saat pulang kerumah merasa keletihan
Pada penelitian ini work family conflict tinggi yang dirasakan oleh perawat
di RSUD Dr. Pirngadi Medan terjadi karena perawat harus berperan ganda
dimana tugas seorang ibu yang harus memenuhi tanggunggungjawab sebagai ibu
rumah tangga, sehingga perawat akan membagi waktu, energi dan kesempatan
tuntutan peran dari pekerjaan dan keluarga secara tidak dapat disejajarkan dalam
beberapa hal. Hal ini terjadi saat perawat berusaha memenuhi peran dalam
perawat pelaksana di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Hal ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Greenhaus dan Beutell (1985), yang menyatakan
bahwa tekanan yang terjadi pada salah satu peran akan mempengaruhi kinerja
oleh Frone et al (1994) yang menyatakan bahwa work family conflict menjelaskan
pengaruh work family conflict dan lingkungan kerja terhadap kinerja perawat
Rumah Sakit Ghrasia Yogyakarta diperoleh bahwa terdapat pengaruh antara work
artinya, apabila perawat mengalami work family conflict maka kinerjanya akan
semakin menurun.
tekanan dari pekerjaan seperti kesibukan dalam bekerja dan batas waktu
seorang perawat untuk keluarga, baik suami/ istri maupun anak, karena
tersebut membuat seorang perawat harus berada di tempat kerja dan kesulitan
intelligence rendah terdapat kinerja perawat kategori baik di RSUD Dr. Pirngadi
Medan yaitu sebesar 24,4% dan emotional intelligence rendah terdapat kinerja
perawat kategori tidak baik di RSUD Dr. Pirngadi Medan sebesar 53,6%.
Kemudian berdasarkan uji regresi logistik ganda didapatkan hasil bahwa ada
sebesar 34,480 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 3.797 sampai 313,103,
semakin tinggi kemungkinan 3,797 kali kinerja perawat akan baik dibandingkan
Hasil uji statistik tersebut dapat dijelaskan bahwa perawat yang memiliki
rendah, akan semakin menurun kualitas kinerja perawat pelaksana di RSUD Dr.
Pirngadi Medan.
memotivasi dan menjaga semangat disiplin diri dalam usaha mencapai tujuan-
kemampuan untuk merasakan emosi, membina dan membangun emosi yang baik,
dalam meningkatkan kinerja. Hal ini senada dengan pendapat Patton (dalam
yang penuh tanggung jawab, produktif dan optimis dalam menghadapi dan
kerja.
emosi hingga berefek baik pada pengerjaan tugas, tanggap terhadap kata hati,
intelligence tinggi namun memikiki kinerja yang kurang baik. Menurut Gibson
dan Ivancevich (1994 dalam Hamid 2014), ada banyak faktor lain yang
inernal dan eksternal; serta persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja.
pendidikan dan masa kerja dengan kinerja perawat di ruang rawat inap. Ini
menunjukan bahwa selain emotional intelligence ada juga faktor lain seperti
profesi yang menuntut tingkat interaksi sosial tinggi. Prinsip melakukan aktivitas
atau pemberian asuhan keperawatan harus dapat bekerja sama dengan pasien,
sebelumnya yang dilakukan oleh Law (2008) yang melakukan penelitian tentang
The Effect of Emotional Intelligence on Job Performance and Life Satisfaction for
oleh Bakr dan Safaan (2012), Yenti K (2014), Mshellia (2016) dimana masing-
mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap kinerja perawat. Yang
artinya, semakin tinggi emotional intelligence yang dimiliki oleh perawat maka
semakin rendah emotional intelligence yang dimiliki oleh perawat maka akan
dimiliki oleh perawat sangat penting dan mempunyai pengaruh positif segnifikan
Dr. Pirngadi Kota Medan. Kinerja perawat pelaksana dalam hal ini sangat
ditentukan oleh keadaan perawat yaitu peran ganda. Hal ini terjadi karena perawat
Situasi seperti ini menimbulkan perawat tidak dapat dengan baik untuk
mengatur bekerja sebagai perawat atau menyelesaikan tugas ibu rumah tangga.
Selain itu tidak kala pentingnya adalah emotional intelligence yang dimiliki oleh
Hal ini dapat dibuktikan dengan kekuatan pengaruh work family conflict
dengan p=0,000; dan koefisien beta (β) pada variabel emotional intelligence
sebesar 3,540 dan p=0,002; artiny bahwa work family conflict dan emotional
Pirngadi Kota Medan. Kontribusi pengaruh work family conflict dan emotional
dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab masing- masing dalam rangka upaya
dan sesuai dengan moral maupun etika. Kinerja mengacu kepada kadar
adalah faktor work family conflict dan emotional intelligence. Work family
conflict perlu diperhatikan pada perawat khususnya yang sudah menikah, dimana
ada peran tanggung jawab ganda yaitu peran sebagai seorang ibu rumah tangga
dan wanita karir. Kedua peran ini sama-sama saling membutuhkan waktu dan
perhatian penuh dalam pemenuhannya. Semakin tinggi work family conflict yang
dimiliki, maka kinerja perawat akan semakin menurun, sebab wanita yang bekerja
mulai merasa resah dan terbebankan dengan dua peran yang dimilikinya tersebut.
dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Perawat Wanita (Studi Kasus Pada
Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi) yang menunjukkan bahwa variable
work family conflict dan emotional intelligence dan komitmen organisasi secara
Keterbatasan Penelitian
1. Subyek penelitian ini hanya pada satu rumah sakit, tentu saja tidak dapat
Implikasi
1) Memberikan gambaran kinerja perawat pada saat ini sehingga ada upaya
untuk meningkatkannya.
Kesimpulan
1. Perawat di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan mayoritas memilki work family
conflict dalam kategori tinggi. Hal ini membuktikan bahwa work family
tuntutan dari peran pekerjaan kurang dapat dipenuhi pada saat yang sama
dalam kategori rendah. Hal ini membuktikan bahwa tuntutan atau beban kerja
yang dimiliki perawat dapat menimbulkan rasa tertekan pada perawat sebab
perawat selalu berhubungan dengan pasien yang latar belakang budaya dan
3. Perawat di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan mayoritas kinerja dalam kategori
tidak baik. Hal ini membuktikan bahwa work family conflict yang dimiliki
130
Universitas Sumatera Utara
131
4. Terdapat pengaruh yang tidak searah (negative) antara work family conflict
dan kinerja perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dengan nilai OR
keluarga.
dengan kinerja perawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dengan nilai OR
berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSU Dr.
Pirngadi Kota Medan dengan nilai OR sebesar -5,502 dan koefisien pada
emotional intelligence.
Saran
Peneliti mengajukan beberapa saran yang terkait dengan hasil penelitian yang
kerja dan beban kerja yang lebih fleksibel, serta mebuat acara-acara yang
kesejahteraan perawat.
keperawatan.
ketegasan dan tidak pilih kasih terhadap perawat yang tidak taat kepada
peraturan. Dan dalam hal terhadap perawat yang tidak disiplin, harus
6. Kritk atau saran yang diberikan oleh perawat harus ditanggapi supaya
Perawat Pelaksana
dan keluarga. Perawat yang memiliki work family conflict juga harus
menyadari bahwa pekerjaan dan keluarga adalah dua hal yang penting dalam
kehidupan, sehingga dari adanya pemahaman tersebut tidak ada salah satu
diminimalisirkan.
pengetahuan agar lebih mampu mengenali emosi diri sendiri dan orang lain,
meningkatkan kinerja.
masalah-masalah yang sedang terjadi untuk mencari solusi yang tepat, baik
diantara rekan perawat lainnya antara lain dapat ditempuh dengan jalan
bukan lagi super man tetapi super team. Sehingga yang dibutuhkan adalah tim
yang kompak dan solid serta bisa bekerjasama dengan baik dalam
Pendidikan Keperawatan
2. Work family conflict dan emotional intelligence bukan hanya isu dalam
keperawatan, tetapi juga merupakan hal yang sangat penting. Oleh sebab itu
keperawatan.
2) Bagi peneliti selanjutnya yang berniat meneliti work family conflict perawat
dan lain-lain.
dan kinerja dari perspektif pasien atau atasan rumah sakit sehingga hasil
objektif.
penelitian yang bersifat kualitatif di rumah sakit khusus seperti Rumah Sakit
Abdullah, Hamzah & Mulyono (2013). Faktor yang berhubungan dengan kinerja
perawat di Rumah Sakit Tingkat III 16.06.01 Ambon. Jurnal AKK, 2 (I), 18-
26.
Afriyenita, Erman Har, dan Erwinsyah Satria. 2013. “Peningkatan Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Pembelajaran IPA dengan Strategi Aktif
Tipe True or False di SD Kartika 1-10 Padang.” dalam E-Jurnal Bung Hatta
2(2). Diakses pada 7 Desember 2015 (http://ejurnal.bunghatta.ac.id).
Anand, R., Perrelli, R., & Zhang, B. (2016). South Africa‟s Exports Performance:
Any Role for Structural Factors. IMF Working Paper WP/16/24.
International Monetary Fund. ISSN: 9781475594003/1018-5941.
Anne, C.H., & Mc.Queen. (2003). Integrative literature reviews and meta-
analyses: Emotional intelligence in nursing work. Journal of Advanced
Nursing, 47(1), 101–108.
Amstad, F. T., Meire, L. L., Fasel, U., Elfering, A., & Semer, N. K. (2011). A
Meta-Analysis of Work-Family Conflict and Various Outcomes With A
Special Emphasis on Cross-Domain Versus Matching-Domain Relations.
Journal of Occupational Health Psychology, 16, 151-169.
http://dx.doi.org/10.1037/a0022170.
136
Universitas Sumatera Utara
137
Appollo., & Cahyadi, A. (2012). Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah yang
Bekerja Ditinjau dari Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri. J
Widya War, 2: 255-71. Diunduh dari website:
http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=116765
pada tanggal 02 Agustus 2018.
Awases, M. H., Bezuidenhout, M. C., & Roos, J. H. (2013), „Factors affecting the
performance of professional nurses in Namibia‟, Curationis 36(1), Art. 108,
8 pages. http://dx.doi.org/10.4102/curationis.v36i1.108.
Barker, Linsey, M., Nussbaum, Maury, A. (2011). Fatiqyue, performance and the
work environment : a survey of registered nurses. Journal of Advanced
Nursing J ADV NURS, 67(6), 1370-82.
Basu Swasta DH., dan T. Hani Handoko. 1997. Manajemen Pemasaran Modern,
Liberty, Yogyakarta.
Boyar, S, L., Carl, P., Maertz, Jr., Donald, C. Moesley, Jr., & Jon, C. Carr. (2008).
The Impact of Work Family Demand on Work Family Conflict. Journal of
Managerial Psychology, 23, 3: 215-235.
https://doi.org/10.1108/02683940810861356.
Caricati, L., Sala, R. L., Marletta, G., Pelosi, G., Ampollini, M., Fabbri, A., &
Mancini, T. (2014). Work climate, work values and professional
commitment as predictors of job satisfaction in nurses. Journal of Nursing
Management, 22(8), 984-994. https://doi.org/10.1111/jonm.12079.
Cary L. Cooper, Marilyn J. Davidson. (1982). The High Cost of Stress on Women
Managers, Organizational Dynamics.
Cascio., & Wayne, F. (2013). Managing Human Resources. New York: The
McGrawHill Companies.
Ellis, J. R., & Hartley, C. L. (2012). Nursing in today‟s world: Trend, issue and
management. United Stae: Lippincolt Williams & Wilkins.
Frone, M. R., Russell, M., & Cooper, M. L. (1992). Antecedents and outcomes of
work family conflict: Testing a model of the work-family interface. Journal
of Applied Psychology, 77, 65–78.
Gaffey, A. (2013). The Balansing Act, anticipation of Work Family Conflict, Role
Salience, Self Efficacy. USA: Departmen of Psychology University
Carbondale.
Ghayyur, M., & Waseef, J. (2012). Work family conflict: A case of Employees
turnover intention. Journal of social science and humanity.
http://dx.doi.org/10.7763/IJSSH.2012.
Ghislieri. (2017). Work Family Conflict and Enrichment In Nurse; Between Job
Demands, Perceived Organisational Support and Work Family Baklash. J
Nurs Manag, 25(1);65-75. http://dx.doi.org/10.1111/johm.12442.
Gregson, T., Wendell, J., and Aono, J. (1994). Role ambiguity, role conflict, and
perceived environmental uncertainty: Are the scales measuring separate
constructs for accountants. Behavioral Research in Accounting. 6: 144159
Greenhaus, J. H., & Beutell, N. J. (1985). Sources of Conflict Between Work and
Family Orles. Academy of Management Review, 10(1), 76-88.
Greenhaus, J. H., & Beutell N. (2000). Work Family Conflict. Drexel University.
Halimah, Siti. (2013). Analisis Pengaruh Konflik Peran Ganda (Work Family
Conflict) dan Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan Wanita Bagian
Produksi PT. Samwon Busana Indonesia. Jurnal. Fakultas Ekonomi
Universitas Semarang.
Harahap & Syafri, S. (2015). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Edisi 1-10.
Jakarta: Rajawali Pers.
Hisrich., Robert, D., Michael, P., Peters., Dean, A. & Sheperd. (2012).
Kewirausahaan Entrepreneurship. Jakarta: Salemba Empat.
Ilyas, Yaslis. (2002). Kinerja: Teori, Penilaian dan Penelitian, Pusat Kajian
Ekonomi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia,
Depok.
Keliat & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
EGC.
Kurniawati, D., & Solikhah. (2012). “Hubungan kelelahan kerja dengan kinerja
perawat di bangsal rawat inap rumah sakit islam fatimah kabupaten
cilacap”, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 6, No. 2, 162232. Yogyakarta:
Universitas Ahmad Dahlan (UAD). ISSN: 2620-2999.
http://dx.doi.org/10.12928/kesmas.v6i2.1019.
Kopmans, L., Bernaard, C. M., Hildebrandt, V. H., Vet, H.C.W., & De, B. A. J.
(2014). Construct Validity of the Individual Work Performance
Questionnaire. Journal of Occupational and Environmental Medicine,
56(3), 331337. http://dx.doi.org/10.1097/JOM.0000000000000113.
Lee, J., Jihye, L., Hyungsun, L., Ji-Seon, S., Jun-Rae, L., DonChan, K., &
Seonghoo, K. (2012). Cartoon Distraction Allevietas Anxiety in Children
During Induction of Anesthesia. Anesthesia & Analgesia, 115 (5).
Luthans, F., Norman, S.M., Avolio, B.J., & Avey, J.B. (2008). The mediating role
of psychological capital in the supportive organizational climate- employee
performance relationship. Journal of Organizational Behavior, 29, 219-238.
http://dx.doi.org/10.1002/job.507.
Mathius, A. (N. D.). (2013). Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat
Di Ruang Inap RS. Bhayangkara Makasar.
Mudayana, AA. (2010). Pengaruh Motivasi dan Beban Kerja Terhadap Kinerja
Karyawan di Rumah Sakit Nur Hidayah Bantul, KESMAS, vol 4, no. 2, pp,
76-143.
Panatik, S. A. B., Rajab, A., Shah, I. M., Rahman, H. A., & Rosman. (2012).
Work Family Conflict, Stress and Psychological Strain in Higher Education.
http://dx.doi.org/10.7763/JOEBM.2015.V3.200.
Polit & Beck. P. (2010). Esential of Nursing Research: appraisal evidence for
nursing practice (seventh edition ed. Philadephia: Lippincot Williams &
Wilkins.
Polit & Beck. (2012). Resource Manual for Nursing Research. Generating and
Assessing Evidence for Nursing Practice. Ninth Edition. USA : Lippincott.
Potter & Perry. (2002). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Vol. 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Vol. 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Rahmawati Anisa. 2014. pengaruh work family conflict dan lingkungan kerja
terhadap kinerja perawat Rumah Sakit Ghrasia Yogyakarta. Universitas
Negeri Yogyakarta.
Rahmawati, A., & Indartono, S. (2015). Pengaruh Work Family Conflict dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Perawat Rumah Sakit Ghrasia. Skripsi.
Universitas Negeri Yogyakarta. Diunduh dari website:
file:///C:/Users/YOU/Downloads/Documents/AnnisaRahmawati_11408141
024_2.pdf pada tanggal 28 Juni 2018.
Rantika., Renny., & Sunjoyo. (2010). Pengaruh Konflik Kerja Keluarga Terhadap
Komitmen Orgaisasional yang Dimediasi oleh Kepuasan Kerja pada Profesi
Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Surakarya.
Published on Proceeding of Seminar Akbar Forum Manajemen Indonesia.
Management; Future Challenge. Diunduh dari website: https://e-
journal.unair.ac.id/JMTT/article/viewFile/2418/1773 pada tanggal 10
Januari 2019.
Shimazu, A. & Wilmar, B.S. (2007). Does distraction facilitate problem focused
coping with job Stress? A 1 year longitudinal study. Journal of Psychology,
30, 423–434. DOI 10.1007/s10865-007-9109-4.
Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan, J. (2017). Penguatan kinerja
perawat melalui pelatihan ronde keperawatan di rumah sakit royal prima
medan. Jurnal pengabdian kepada masyarakat, 23(2), 300-304.
Susanti., Sri., & Ekayati, IGAA Novi. (2013). Peran Pekerjaan, Peran Keluarga
dan Konflik Pekerjan pada Perawat Wanita. Persona, Jurnal Psikologi
Indonesia. Vol. 2, hal 183-190.Diunduh dari website:
file:///C:/Users/YOU/Downloads/Documents/118-622-1-PB_2.pdf pada 18
April 2018.
Stuart, W. G. (2012). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5 revisi. Jakarta: EGC.
Susanti, S., & Ekayati, IGAA N. (2013). Peran Pekerjaan, Peran Keluarga dan
Konflik Pekerjaan pada Perawat Wanita. Persona, Jurnal Psikologi
Indonesia, 2(2), 183-190. https://doi.org/10.30996/persona.v2i2.118.
Wang., Mei-Lingand Tsai., & Li-Jane. (2014). Work-Family Conflict and Job
Performance in Nurses: The Moderating Effects of Social Support. Nurses
Research: Vol. 22 (3). https://doi.org/10.1097/jnr.0000000000000040.
Wulandari, D., & Dwiyanti, R. (2013). Hubungan Antara Konflik Peran Ganda
Dengan Stres Kerja Pada Perawat Wanita Yang Sudah Menikah Di RSUD
Banyumas. Universitas Muhammadiyah Purwokerto: Fakultas Psikologi.
Vol. 12 no.4. ISSN: 1693-1076. Diunduh dari website:
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/PSYCHOIDEA/article/view/1545.
Pada tanggal 10 Februari 2019.
Zahara Y., Sitorus R., dan Sabri L. 2011. Faktor-Faktor Motivasi Kerja: Supervisi,
Penghasilan, Dan Hubungan Interpersonal Memengaruhi Kinerja Perawat
Pelaksana. Diakses 12 Mei 2019. http://jki.ui.ac.id/index.php
/jki/article/view/312/471.
Zhang, J., Cheang, LCV., Wang, MW., & Lee, S M-Y. (2011). Quercetin exerts a
neuroprotective effect through inhibition of the iNOS/NO system and
proinflammation gene expresion in PC12 cells and in zebrafish.
International Journal of Molecular Medicine, 27(2), 195-203.
https://doi.org/10.3892/ijmm.2010.571.
Zuriah, N. (2006). Metode Penelitian Sosial & Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
I. IDENTITAS
(2006-2011)
sekarang)