0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
218 tayangan125 halaman

PDF Ana

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 125

SKRIPSI

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING
DI RUANG RAWAT INAP RUMAH
SAKIT ISLAM IBNU SINA
PAYAKUMBUH
TAHUN 2019

YONA FITRI
NIM 1811142010252

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
TAHUN 2019

i
SKRIPSI

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING DI
RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT
ISLAM IBNU SINA PAYAKUMBUH
TAHUN 2019

Bidang manajemen keperawatan

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi S1 Keperawatan
STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi

YONA FITRI
NIM 1811142010252

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKeS YARSI SUMBAR
BUKITTINGGI
TAHUN 2019

ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

skripsi ini adalah hasil karya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya
nyatakan dengan benar.

Nama : YONA FITRI

NPM : 18111420252

Tanda Tangan :

Tanggal : Januari 2020

iii
iv
v
KATA PENGANTAR/ UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan

hidayahNya saya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Faktor faktor yang

berhubungan dengan pelaksanaan discharge planning di ruang rawat Inap RSI Ibnu

Sina Payakumbuh Tahun 2019” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Keperawatan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Stikes Yarsi Sumbar

Bukittinggi.

Dalam penyusunan skripsi ini saya banyak mendapatkan pengarahan,

bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu perkenankanlah saya

menyampaikan banyak terima kasih kepada :

1. Ns. Junaidi S Rustam, S.Kep, MNS selaku Ketua STIkes Yarsi Sumbar beserta

direksi

2. Ns. Sri Hayulita, S.Kep, M.Kep selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

STikes Yarsi Sumbar Bukittinggi

3. Ns. Marlina Andriani, S.Kep. M.Kep selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, masukan serta saran dalam penyusunan skripsiini.

4. Dr. Abdi Setia. Mars selaku penguji I dan Dr. Nenten Destri, selaku penguji II yang

telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Program Studi S1 Keperawatan Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi

yang telah memberikan perkuliahan sehingga dapat membantu kelancaran

penyusunan skripsiini.

vi
6. dr Rina Hudzaifah selaku Direktur RSI Ibnu Sina Payakumbuh yang telah

memberikan kesempatan dan izin lapangan penelitian.

7. Responden yang telah bersedia menjadi subyek penelitian dan meluangkan

waktunya untuk mengikuti penelitian ini

8. Keluarga ku tercinta yang telah memberikan bantuan , dukungan moral dan materi

untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman Program Studi S1 Keperawatan angakatan 2018 jalur C yang selalu kompak

dan memberikan warna baru dalam dunia perkuliahan.

10. Semua pihak terkait yang membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu dan

mendukung dalam penyusunan skripsi ini. Saya menyadari sepenuhnya dalam

penyusunan skripsiini masih jauh dari sempurna, namun saya berusaha semaksimal

mungkin untuk dapat menyusun skripsi ini. Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, Desember 2019

YONA FITRI

vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi , saya yang bertanda
tangan di bawah ini :
Nama : YONA FITRI
NIM : 1811142010252
Program Studi : S1 KEPERAWATAN
Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exlucive
Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
“Faktor faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan discharge planning di
ruang rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019”
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif
ini Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi berhak menyimpan, mengalih media/ formatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan
skripsi saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagi penulis dan sebagai pemilik
hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Bukittinggi
Tanggal : Januari 2020

Yang menyatakan

YONA FITRI

viii
MOTTO

Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika

Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat

menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang

mukmin bertawakal

~(QS. Ali-‘imran : 160)~

Ketika sesuatu yang kita inginkan tidak terjadi, maka bukan berarti itu tidak akan

terjadi selama-lamanya, boleh jadi, itu disimpan di waktu yang lebih spesial.

Karena segala sesuatu yang baik, selalu tiba di waktu terbaiknya. Mungkin agar kita

lebih siap, juga mungkin agar kita lebih pandai bersyukur

~Tere Liye~

ix
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
SKRIPSI, Januari 2020

YONA FITRI
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Discharge Planning Di
Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019.
xvii+ 89halaman + 11 tabel + 12 lampiran

ABSTRAK

Pelaksanaan discharge planning atau perencanaan pulang pasien di Rumah Sakit


sangat menarik untuk diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor
faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan discharge planning di ruang rawat Inap
RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019. Populasi dari penelitian ini adalah perawat
yang bertugas di ruang rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019. dengan
jumlah sampel 50 orang dengan cara total sampling. Rancangan penelitian ini
menggunakan deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Instrumen
penelitian yang digunakan berupa kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan
adalah chi square. Hasil analisa univariat menunjukkan separoh perawat belum
melaksanakan discharge planning(50%). Hasil analisis bivariat didapatkan hasil
komunikasi perawat berhubungan dengan pelaksanaan discharge planning (p=0,000),
waktu perawat berhubungan dengan pelaksanaan discharge palnning (p=0000),
keterlibatan dan partisipasi tenaga kesehatan lainberhubungan dengan pelaksanaan
discharge planning (p=0,000). Kesimpulan penelitian ini adalah semua faktor sangat
berpengaruh terhadap pelaksanaan discharge planning. Hal ini terjadi karena
komunikasi sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan discharge planning karena
komunikasi merupakan penghubung antara perawat dan pasien, waktu pelaksanaan
discharge planning juga sangat berpengaruh terhadap pelasanaan discharge planning
karena tanpa waktu yang cukup maka pelaksanan discharge planning tidak akan dapat
dilakukan secara efektif begitu juga dengan keterlibatan dan partisipasi tenaga
kesehatan lain yaitu Kolaborasi dengan dokter dan disiplin lain merupakan salah satu
bentuk keterlibatan dan partisipasi dalam perencanaan pulang agar pelaksanaan
discharge planning dapat dilakukan secara efektif.

x
Kata Kunci : pelaksanaan discharge planning, perawat.
Kepustakaan : 34 (2004-2019)
HEALTH SCIENCE PROGRAM STUDY OF HEALTH SCIENCE YARSI
SUMBAR BUKITTINGGI
Thesis, January 2020

YONA FITRI

Factors Related to the Implementation of Discharge Planning in the Inpatient Room at


Ibnu Sina Payakumbuh Hospital in 2019.

xvii + 89 page + 11 table + 12attachments

ABSTRACT

The implementation of discharge planning or discharge planning of patients in hospitals


is very interesting to study. The purpose of this study was to determine the factors
associated with the implementation of discharge planning in the inpatient ward of Ibnu
Sina Payakumbuh Hospital in 2019. The population of this study was nurses who served
in the inpatient ward of Ibnu Sina Payakumbuh Hospital in 2019. with a sample of 50
people with total sampling method. This research design uses descriptive correlative
with cross sectional approach. The research instrument used was a questionnaire. The
data analysis technique used is chi square. The results of univariate analysis showed that
half of the nurses had not yet implemented discharge planning (50%). Bivariate analysis
results obtained nurse communication results associated with the implementation of
discharge planning (p = 0,000), nurse time associated with the implementation of
discharge planning (p = 0000), the involvement and participation of other health
workers related to the implementation of discharge planning (p = 0,000). The
conclusion of this study is that all factors greatly influence the implementation of
discharge planning. This happens because communication is very influential on the
implementation of discharge planning because communication is a liaison between
nurses and patients, the timing of discharge planning is also very influential on the
implementation of discharge planning because without sufficient time the
implementation of discharge planning will not be carried out effectively nor will
involvement and the participation of other health workers, namely Collaboration with
doctors and other disciplines is one form of involvement and participation in discharge
planning so that discharge planning can be carried out effectively
.
Keywords: implementation of discharge planning, nurses.
Literature: 34 (2004-2019)

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS......................................ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI............................................iii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................iv
KATA PENGANTAR................................................................................v
DAFTAR ISI...............................................................................................vi
DAFTAR TABEL.......................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang..................................................................................1
B. Rumusan masalah.............................................................................7
C. Tujuan penelitian..............................................................................7
D. Manfaat penelitian............................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep perencanaan pulang.............................................................10
1. Pengertian discharge planning....................................................10
2. Alasan pentingnya perencanaan pulang.....................................12
3. Tujuan perencanaan pulang........................................................13
4. Manfaat perencanaan pulang......................................................14
5. Sasaran perencanaan pulang.......................................................15
6. Waktu pelaksanaan perencanaan pulang....................................16
7. Peran dan tanngung jawap perawat dalam perencanaan pulang 17
8. Elemen pelaksanaan perencanaan pulang..................................18
9. Prosedur perencanaan pulang.....................................................19
10. Alur perencanaan pulang............................................................20

xii
B. Faktor – faktor yang berhubungan dengan perencanaan pulang......23
1. Karakteristik perawat.................................................................24
a. Umur.....................................................................................24
b. Jenis kelamin........................................................................25
c. Status perkawinan.................................................................26
d. Masa kerja............................................................................27
e. Pendidikan............................................................................27
2. Faktor komunikasi......................................................................28
3. Faktor waktu...............................................................................29
4. Faktor keterlibatan dan partisipasi.............................................30
C. Kerangka teori..................................................................................32
D. Perencanaan pulang RSI Ibnu Sina Payakumbuh............................33
1. Kebijakan rencana pemulangan pasien......................................33
2. Format checklistpemulangan pasien..........................................37

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka konsep penelitian.............................................................40
B. Variable penelitian...........................................................................41
C. Hipotesis penelitian..........................................................................41

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Jenis penelitian.................................................................................42
B. Lokasi dan waktu penelitian.............................................................42
C. Populasi dan sampel.........................................................................43
D. Kriteria eskusi dan kriteria esklusi...................................................44
E. Defenisi operasional.........................................................................45
F. Instrumen penelitian.........................................................................48
G. Etika penelitian.................................................................................48
H. Metode pengumpulan data...............................................................49
I. Pengolahan data................................................................................50

xiii
BAB V HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum penelitian............................................................56
B. Analisa univariat.............................................................................56
C. Analisa bivariat...............................................................................60

BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisa univariat ............................................................................65
1. Karakteristik perwat di ruang rawat inap
RSI IbnuSina Payakumbuh…………………………………..65
2. Komunikasi perawat dalam.....................................................65
Pelaksanaan discharge planning

3. waktu perawat dalam pelaksanaan


Pelaksanaan discharge palnning..............................................67
4. Keterlibatan dan partisipasi
Tenaga kesehatan lain dengan pelaksanaan
Discharge palnning..................................................................69
B. Analisa bivariat
1. Hubungan komunikasi perawat dengan pelaksanaan discharge
Planning……………………………………………………..70
2. Hubungan waktu perawat dalam pelaksanaan discharge
Planning…………………………………………………….74
3. Hubungan keterlibatan dan partisipasi tenaga kesehatan lanninya
Dengan pelaksanaan discharge planning……………………77

BAB VII
A. Kesimpulan..................................................................................81
B. Saran............................................................................................82
DAFTAR PUSKATA................................................................................85

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 format checklist pemulangan pasien RSI Ibnu Sina Payakumbuh......37

Tabel 2.2 checklist daftar obat pasien RSI Ibnu Sina Payakumbuh....................39

Tabel 4.1 defenisi operasional.............................................................................45

Tabel 5.1 distribusi frekuensi karakteristik perawat di ruang rawat Inap RSI

Ibnu Sina payakumbuh.......................................................................57

Tabel 5.2 distribusi frekuensi komunikasi perawat di ruang rawat Inap RSI

Ibnu Sina payakumbuh.......................................................................58

Tabel 5.3 distribusi frekuensi waktu perawat di ruang rawat Inap RSI

Ibnu Sina payakumbuh.......................................................................58

Tabel 5.4 distribusi frekuensi keterlibatan dan partisipasi tenaga kesehatan lain di
ruang rawat Inap RSI Ibnu Sina payakumbuh....................................59

Tabel 5.5 distribusi frekuensi pelaksanaan discharge palnning di ruang rawat Inap
RSI Ibnu Sina payakumbuh................................................................60

Tabel 5.6 hubungan komunikasi perawat dengan pelaksanaan discharge palnning di


ruang rawat Inap RSI Ibnu Sina payakumbuh....................................61

Tabel 5.7 hubungan waktu perawat dengan pelaksanaan discharge palnning di ruang
rawat Inap RSI Ibnu Sina payakumbuh..............................................62

Tabel 5.8 hubungan keterlibatan dan partisipasi tenaga kesehatan lain dengan
pelaksanaan discharge palnning di ruang rawat Inap RSI Ibnu Sina
payakumbuh........................................................................................63

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema proses keperawatan dan perencenaan pulang pasien….22

Gambar 2.2 kerangka teori............................................................………….32

Gambar 3.1 kerangkkonsep…………………………………………………40

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 jadwal kegiatan penelitian

Lampiran 2 kurikulum vitae

Lampiran 3 lembar konsultasi proposal

Lampiran 4 izin pengambilan data

Lampiran 5 permohonan menjadi responden

Lampiran 6 persetujuan menjadi responden (informed consent)

Lampiran 7 instrumen penelitian

Lampiran 8 kisi – kisi kuisioner

Lampiran 9 SPO pemulangan pasien RSI Ibnu Sina Payakumbuh

Lampiran 10 master tabel

Lampiran 11 output SPSS

Lampiran 12 surat balasan dari tempat penelitian

xvii
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perencanaan pulang ( discharge planning) menurut National Council of

Social Service/NCSS (2011) adalah suatu rencana pulang pada pasien yang ditulis

di lembar catatan perawat yang merupakan tujuan dari perencanaan perawatan

pasien, yang akhirnya bertujuan untuk memberdayakan klien untuk membuat

keputusan dan berupaya untuk memaksimalkan potensi hidup secara mandiri,

dan untuk memberdayakan pasien dengan melalui dukungan dan sumber-sumber

yang ada dalam keluarga atau masyarakat.

Discharge planning merupakan salah satu elemen penting dalam pelayanan

keperawatan. Discharge planning adalah proses mempersiapkan pasien yang

dirawat di rumah sakit agar mampu mandiri merawat diri pasca rawatan

(Carpenito, 2009 ; Kozier, 2010). Sedangkan menurut Nursalam & Efendi (2016)

discharge planning merupakan proses mulainya pasien mendapatkan pelayanan

kesehatan sampai pasien merasa siap kembali kelingkungannya. Dengan demikian

discharge planning merupakan tindakan yang bertujuan untuk dapat memandirikan

pasien setelah pemulangan.

Discharge planning diperlukan untuk memberikan motivasi dalam mencapai

kesembuhan pasien (Moran et al., 2011). Discharge planning sangat diperlukan

dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dirumah sakit, sehingga perlu

dipersiapkan oleh perawat dan dilakukan sedini mungkin. Discharge planning yang

diberikan secara dini akan memberikan dampak terhadap pemendekan lamanya

perawatan pasien di rumah sakit, dapat memberikan dampak pada penurunan

19
anggaran biaya rumah sakit, dapat menurunkan angka kekambuhan setelah mereka

pulang dari rumah sakit, dan dapat memungkinkan intervensi rencana pulang

dilakukan dengan tepat waktu (Swanburg, 2010).

Hasil penelitian di Inggris yang dilakukan oleh Shepperd et al. (2010),

menyatakan bahwa pasien yang diberikan intervensi discharge planning terjadi

peningkatan pengetahuan dibandingkan dengan pasien yang menerima pemulangan

secara rutin. Oleh karena itu diperlukan pelaksanaan discharge planning yang

benar.

Pelaksanaan discharge planning yang diberikan secara tidak benar dapat

mengakibatkan kerugian bagi pasien. Menurut Kozier (2014) discharge planning

yang berjalan belum optimal dapat mengakibatkan kegagalan dalam program

perencanaan perawatan pasien di rumah yang akan berpengaruh terhadap tingkat

ketergantungan pasien, dan tingkat keparahan pasien saat di rumah. Perawat perlu

mengetahui apa yang akan disampaikan dan cara yang baik dalam melaksanakan

discharge planning. Teknik pendekatan yang digunakan dalam discharge planning

difokuskan pada 6 area penting yang dikenal dengan istilah “METHOD”

(Medications, Environment, Treatment, Health Teaching, Outpatient Referal, Diet).

Tujuan dari komponen ini agar pasien dan keluarga mengetahui tentang obat yang

diberikan, lingkungan yang baik untuk pasien, terapi dan latihan yang perlu untuk

kesehatan pasien, informasi waktu kontrol ulang dan pelayanan di komunitas serta

diet (Timby, 2009).

Sasaran pada pelaksanaan perencanaan pulang (discharge planning) adalah

klien. Menurut Rice (1992, dalam Potter & Perry, 2010) bahwa setiap klien yang

20
dirawat di rumah sakit membutuhkan perencanaan pulang. Menurut American

Health Association/AHA (1983, dalam Potter & Perry, 2010) bahwa perencanaan

pulang dari rumah sakit yang berhasil merupakan suatu proses yang terfokus dan

terkoordinasi dan terdiri dari berbagai disiplin ilmu yang memberikan kepastian

bahwa klien mempunyai suatu rencana untuk memperoleh perawatan yang

berkelanjutan setelah meninggalkan rumah sakit.

Perencanaan pulang (discharge planning) berfokus untuk mempersiapkan

klien dengan keterampilan dan untuk melanjutkan pengobatan agar mencapai

kemajuan yang lebih baik dan menghin dari kambuh dari penyakit yang diderita.

Pembiayaan kesehatan pada rawat inap dan rawat jalan dengan menggunakan

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Jaminan Kesehatan Nasional (JKN),

atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) (Kemenkes RI, 2014).

Keterlibatan klien penting dalam perencanaan pasien pulang, sehingga mereka

menyadari sepenuhnya tentang apa yang mereka telah tentukan (Potter & Perry,

2010). Perencanaan pulang ( discharge planning) pasien harus dilakukan dengan

jangka waktu yang optimal untuk klien. Perencanaan pemulangan pasien dilakukan

setelah dilakukan pengkajian kepada klien (NCSS, 2010). Perencanaan pasien

pulang harus dimulai setelah masuk ke rumah sakit (Baron, et al., 2009).

Data dunia melaporkan bahwa sebanyak (23%) perawat di Australia tidak

melaksanakan discharge planning, di Inggris bagian barat daya juga menunjukkan

bahwa (34%) perawat tidak melaksanakan discharge planning (Graham et al.,

2013 ; Morris et al., 2012). Sedangkan di Indonesia, sebanyak (61%) perawat di

Yogyakarta tidak melaksanakan discharge planning. Selain itu, penelitian yang

21
dilakukan di Bandung menunjukkan bahwa sebanyak (54%) perawat tidak

melaksanakan discharge planning (Zuhra, 2016 ; Okatiranti, 2015). Penelitian yang

dilakukan oleh Betty (2016) di RSAM Bukittinggi menunjukkan sebanyak (38%)

responden mengatakan pelaksanaan discharge planning kurang baik. Dari data

yang didapat dari Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Payakumbuh setelah dilakukan

wawancara dengan perawat dan pasien yang di rawat kembali di Rumah sakit Islam

Ibnu Sina pelaksanaan discharge planning hanya di lakukan sebanyak hanya

kurang lebih 50 % saja. Dari beberapa hasil penelitian diatas membuktikan bahwa

pelaksanaan discharge planning belum terlaksana dengan optimal.

Proses perencanaan pulang (discharge palnning) pasien yaitu

mengembangkan/menyusun perencanaan pulang pasien, membuat kesepakatan,

mewujudkan rencana yang telah disepakati, dan mengantar pasien ke rumah.

Perencanaan pasien dimulai dengan merencanakan perencanaan kehidupan klien

atau keluarga setelah pulang (Tomura, et al. 2011). Kegiatan perencanaan pasien

pulang ini secara rinci didasarkan pada kehidupan sehari-hari klien dan keluarga.

Perawat yang memberi perawatan di rumah biasanya bekerja sama dengan klien,

keluarga dan staf perawatan lain (seperti perawat, ahli terapi, pekerja sosial) untuk

merencanakan pemulangan klien (Potter & Perry, 2010). Berkomunikasi dengan

penyedia layanan yang relevan diperlukan untuk menunjang kegiatan

perencanaan pasien pulang. Pertimbangan lain seperti akomodasi dan dukungan

sosial penting untuk direncanakan dalam pemulangan ini, tentunya dengan suatu

persetujuan dari klien itu sendiri (Swansburg, 2011).

Pelaksanaan perencanaan pulang (discharge planning) dipengaruhi oleh

22
berbagai faktor. Menurut Poglitsch, Emery & Darragh (2011), dari hasil penelitian

kualitatif yang telah dilakukan yaitu tentang faktor-faktor yang menentukan

keberhasilan proses perencanaan pulang terdapat tiga faktor yang berkontribusi.

Faktor-faktor tersebut adalah faktor, keterlibatan dan partisipasi, komunikasi,

waktu.

Teori lain Menurut Gibson (1987) dalam Ilyas (2011) pelaksanaan

discharge planning dipengaruhi oleh faktor karakteristik perawat. Faktor

karakteristik perawat meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama

kerja. Penelitian lain yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

discharge planning yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rofi’i (2011) yang

menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor komunikasi

dengan pelaksanaan discharge planning.

Penelitian tentang standarisasi perencanaan pasien pulang (discharge

planning) yang dilakukan di Klinik Mayo oleh Holland dan Heman (2011)

dilatarbelakangi oleh adanya ketentuan dari Center for Medicare & Medicaid

Services (CMS) bahwa untuk setiap rumah sakit diharuskan memiliki perencanaan

pulang yang berlaku untuk semua pasien. Penelitian ini menggambarkan tentang

dampak perubahan praktek perencanaan pulang pada kualitas koordinasi

pemulangan yang dievaluasi dari perspektif pasien. Hasil yang diperoleh dari

penelitian ini adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan antara karakteristik

partisipan dari sebelum dan sesudah dilakukan perubahan pada standarisasi

perencanaan pulang. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa keberhasilan

standarisasi proses perencanaan pulang adalah kerjasama tim multidisiplin, ini

23
penting untuk ditingkatkan bagi pelaksanaan seluruh organisasi pelayanan

kesehatan.

Rumah sakit Islam Ibnu Sina adalah rumah sakit milik YARSI ditetapkan

sebagai rumah sakit kelas C. Jika dilihat dari profil rumah sakit islam ibnu sina

didapatkan data sebanyak (10%) perawat tingkat pendidikannya S1 keperawatan

dan (90%) D3 keperawatan. Data lain juga menunjukkan lebih dari separuh

perawat berusia ≤ 35 tahun (dewasa awal), sebagian besar perawat adalah

perempuan, tingkat pendidikan perawat sebagian besar adalah D3 keperawatan, dan

kurang lebih separuh perawat mempunyai lama kerja ≤ 5 tahun. Pada studi awal

yang dilakukan peneliti pada tanggal 10 Oktober terhadap 6 (enam) orang perawat

rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh saat ditanya tentang pelaksanaan discharge

planning, 3 (tiga) orang menyatakan bahwa discharge planning pada klien di ruang

tersebut hanya dilakukan untuk kelengkapan administrative resume pulang pasien

serta dilakukan pada hari kepulangan pasien. Sebanyak 3 (tiga) orang menyatakan

tidak mengetahui secara pasti tentang pelaksanaan discharge planning. Dari 6

(enam) orang perawat yang diwawancara semuanya mengatakan belum pernah

mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pelatihan yang berhubungan dengan

discharge planning, sehingga tidak terarah untuk melaksanakan discharge

planning.

Hasil wawancara peneliti tanggal 15 Oktober 2019 dengan 3 orang pasien -

pasien yang sudah pulang dan dirawat kembali tentang pelaksanaan discharge

planning menyatakan bahwa informasi yang telah didapatkannya adalah cara 10

minum obat dan informasi kontrol ulang. Perawatan penyakit dan komplikasinya,

24
aktivitas sehari-hari dan mobilisasi, pelayanan kesehatan di komunitas, tidak

dijelaskan secara rinci. Fenomena inilah yang menjadikan landasan untuk

dilakukan penelitian tentang Faktor - Faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan discharge palnning di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Faktor - Faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan

discharge planning di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut : apakah faktor faktor yang berhubungan dengan

pelaksanaan discharge planning diruang rawat inap Ibnu Sina Payakumbuh tahun

2019.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan discharge

planning diruang rawat inap Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

2. Tujuan khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi faktor komunikasi perawat dalam

pelaksanaan discharge planning di RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun

2019.

b. Diketahui distribusi frekuensi faktor waktu perawat dalam pelaksanaan

discharge planning di RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

c. Diketahui distribusi frekuensi faktor keterlibatan dan partisipasi

25
dengan tenaga kesehatan lain dalam pelaksanaan discharge planning di

RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

d. Mengetahui hubungan faktor komunikasi perawat dengan pelaksanaan

discharge planning di RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

e. Mengetahui hubungan faktor waktu perawat dengan pelaksanaan

discharge planning di RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

f. Mengetahui hubungan faktor keterlibatan dan partisipasi dengan

tenaga kesehatan lain dengan pelaksanaan discharge planning oleh

perawat di RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta wawasan dalam

melakukan penelitian selanjutnya serta sebagai penerapan ilmu yang telah

didapat selama di bangku kuliah.

2. Bagi Responden

Dapat melaksanakan discharge planning secara optimal bagi perawat di rumah

sakit dan bagi pasien bisa menerapkan discharge planning yang di berikan

secara optimal di rumah.

3. Bagi Instansi Pendidikan

Hasil penelitan ini dapat di jadikan sebagai bahan masukan dalam memberikan

mata kuliah yang berkaitan dengan penelitian ini.

4. Bagi Tenaga Kesehatan

26
Sebagai masukan untuk meningkatkan dan memaksimalkan pelaksanaan

discharge planning di rumah sakit sehingga jumlah pasien yang di rawat

kembali dalam waktu dekat menjadi berkurang.

27
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perencanaan Pulang (discharge planning)

1. Pengertian discharge planning

Perencanaan pasien pulang (discharge planning) adalah suatu mekanisme

untuk memberikan asuhan keperawatan secara terus-menerus, memberikan

informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah pasien pulang,

melaksanakan evaluasi dan mengarahkan untuk perawatan diri sendiri

(Swansburg, 2010). Perencanaan pulang adalah suatu proses sistematik untuk

perkiraan, persiapan dan koordinasi yang dilakukan untuk memfasilitasi

pembekalan perawatan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum dan setelah

pemulangan (Carpenito, 2009). Perencanaan pulang pasien adalah suatu

rencana pulang pasien yang ditulis di lembar catatan keperawatan yang

merupakan tujuan dari perencanaan perawatan pasien, yang akhirnya bertujuan

untuk memberdayakan klien untuk membuat keputusan dan berupaya untuk

memaksimalkan potensi untuk hidup secara mandiri, dan untuk

memberdayakan pasien dengan melalui dukungan dan sumber- sumber yang ada

dalam keluarga atau masyarakat (NCSS, 2011).

Pengertian lain tentang perencanaan pulang (discharge palnning) adalah

suatu proses yang digunakan untuk menentukan apakah pasien sudah dapat

dipindahkan dari satu tingkat perawatan yang lebih tinggi ke tingkat perawatan

yang dibawahnya. Pasien sering dipindahkan dari rumah sakit ke rumah atau ke

28
fasilitas perawatan rehabilitasi, atau bahkan ke sebuah panti jompo (Shelby,

2010). Ketika merencanakan pemulangan dapat dilakukan secara bervariasi dari

satu fasilitas pelayanan ke fasilitas pelayanan yang lain (NCSS, 2011).

Perencanaan pulang pasien ini merupakan suatu proses yang digunakan untuk

memutuskan apakah klien perlu menjaga tingkat kesehatan saat ini yang sudah

baik atau perlu meningkatkan lagi status kesehatannya menjadi tingkat yang

lebih tinggi lagi (Swansburg, 2000). Menurut Carpenito (2009), perencanaan

pulang dapat dikategorikan sebagai standar tambahan.

Proses perencanaan pulang (discharge planning) pada pasien yang

dilakukan secara dini adalah penting. Ini sesuai dengan pernyataan dari The

Joint Commission for Accreditation of Healthcare Organization (JCAHO) yaitu

untuk memfasilitasi pemulangan pada pasien dengan at perawatan akut tidak

dilakukan sesegera mungkin, rencana pulang dimulai sedini mungkin untuk

penentuan kebutuhan aktivitas (Swansburg, 2000). Perencanaan pulang pasien

yang kurang tepat bisa berdampak pada kembalinya pasien dari rumah sakit

setelah pasca perawatan dan pada akhirnya pasien akan menanggung

pembiayaan untuk biaya rawat inap di rumah sakit. Pasien yang memerlukan

perawatan di rumah, konseling kesehatan atau penyuluhan kesehatan, dan

pelayanan komunitas tetapi tidak dibantu oleh perawat di rumah sakit pada saat

sebelum pemulangan klien akan berakibat pada kembalinya pasien untuk

dirawat di rumah sakit (Potter & Perry, 2010).

Perencanaan pulang pasien pertama kali dikembangkan di rumah sakit

umum dengan fokus untuk menentukan waktu meninggalkan atau pulang dari

29
rumah sakit dan mengatur perawatan pada tingkat berikutnya (Moran, et al.

2011). Pemulangan pasien dari rumah sakit kembali ke rumah telah disepakati

oleh pasien. Dengan melalui persetujuan pasien ini akan memberikan

kesempatan pada pasien untuk mempersiapkan diri untuk pemulangan.

Persiapan secara fisik, mental dan psikologis diperlukan untuk pemulangan

(Owyoung, 2010).

2. Alasan pentingnya perencanaan pulang (discharge planning)

Perencanaan pulang (discharge planning) pasien ini sangat penting dan

dibutuhkan oleh pasien. Dokumentasi perencanaan pulang pasien akan

membantu semua pihak yang terlibat dalam perawatan klien dan klien

itu sendiri, selain itu memberikan pemahaman yang jelas dan harapan dari

rencana tindakan termasuk harapan untuk pulang pada pasien (NCSS, 2011).

Tanpa adanya suatu rencana pulang untuk pasien akan memungkinkan

timbulnya suatu keragu-raguan pada peran dan harapan dari pemberi

pelayanan. Selain itu akan mempengaruhi motivasi klien untuk terlibat aktif

dalam pelaksanaan perawatan. Alasan penting lainnya dari perencanaan pulang

adalah secara signifikan dapat meningkatkan kesehatan pasien saat

pemulangan, selain itu dapat menurunkan biaya perawatan kesehatan (Shelby,

2010).

Perencanaan pulang (discharge planning) pasien ini penting untuk

melakukan perencanaan bersama- sama antara klien dan pemberi pelayanan.

Pembuatan rencana pulang pasien yang dilakukan diawal akan membuat

ketertarikan tersendiri bagi klien, dan ini akan membantu pemberi pelayanan

30
dalam mencapai tujuan akhir dari pemberian dukungan pelayanan bagi klien

(NCSS, 2011). Pemberdayaan klien untuk memaksimalkan potensi dan

otonomi akan memberikan kemampuan dan keunikan tersendiri

(Swansburg, 2015).

3. Tujuan perencanaan pulang (discharge palnning)

Persiapan untuk perencanaan pulang (discharge planning) pasien

dilakukan sesegera mungkin. Perawat perlu untuk merencanakan pulang bagi

pasien. Menurut WHO (2010) dinyatakan bahwa tujuan perencanaan pulang

pasien adalah:

a. Meningkatkan pemahaman pasien dan keluarga tentang masalah kesehatan

dan kemungkinan adanya komplikasi dari penyakitnya dan hal-hal yang

perlu pembatasan yang akan diberlakukan pada pasien di rumah.

b. Mengembangkan kemampuan pasien dan keluarga untuk merawat dan

memenuhi kebutuhan pasien dan memberikan lingkungan yang aman

untuk pasien di rumah.

c. Memastikan bahwa rujukan yang diperlukan untuk perawatan selanjutnya

pada pasien dibuat dengan tepat.

Swansburg (2015) menyatakan bahwa tujuan dari perencanaan pulang

pasien adalah sebagai berikut yaitu: rencana antisipasi dan dokumentasi

menurunkan jumlah penolakan dari pihak asuransi kesehatan; menurunkan

jumlah kekambuhan dan akhirnya dirawat kembali di rumah sakit ataupun

kunjungan ke ruang kedaruratan yang tidak perlu kecuali pada beberapa

diagnosis tertentu; memastikan penggunaan tenaga perawatan kesehatan yang

31
tepat, penggunaan sumber-sumber dan pelayanan yang optimal, dan

menghindari duplikasi pelayanan; membantu pasien memahami tentang

kebutuhan setelah perawatan dari rumah sakit dan biaya pengobatan; dan

memastikan sumber-sumber yang ada dimasyarakat dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan pasien dan keluarga. Tujuan lain dari perencanaan

pulang pasien menurut Baron, et al. (2016) adalah untuk mencegah pasien dari

rumah sakit menjadi tuna wisma dan menjadi pasien yang dibuang. Menurut

Carpenito (2009), tujuan perencanaan pulang adalah untuk mengidentifikasi

kebutuhan khusus untuk mempertahankan atau pencapaian fungsi yang

maksimal setelah pemulangan.

Perencanaan pulang pasien harus melibatkan pasien dan anggota

keluarga atau orang lain yang akan membantu memberikan perawatan pasien di

rumah. Perawat harus memastikan pada pasien sesegera mungkin perihal

apakah ada anggota keluarga atau orang lain di rumah yang membantu pasien

selama di rumah. Perawat perlu untuk mengajarkan pada pasien dan memberi

perawatan apa yang akan dilakukan di rumah (WHO, 2011).

4. Manfaat perencanaan pulang (discharge planning )

Berbagai manfaat yang diperoleh dari perencanaan pulang, baik untuk

pasien, keluarga, pelayanan kesehatan di masyarakat maupun rumah sakit.

Manfaat yang diperoleh dari perencanaan pulang pasien bagi klien menurut

NCSS (2011) antara lain untuk menetapkan tujuan bersama antara klien dan

pemberi pelayanan sesuai dengan kebutuhan klien, untuk mengelola perawatan

jangka panjang, untuk mendorong pendekatan tim baik dari pemberi pelayanan

32
yang formal maupun informal, dan untuk mendapatkan jaminan kelangsungan

perawatan.

Manfaat lain dari perencanaan pulang bagi pasien adalah merasakan

bahwa dirinya adalah bagian dari proses perawatan sebagai bagian yang aktif

dan bukan objek yang tidak berdaya, menyadari haknya untuk dipenuhi

segala kebutuhannya, merasa nyaman untuk kelanjutan perawatannya dan

memperoleh support sebelum timbulnya masalah, dapat memilih prosedur

perawatannya, dan mengerti apa yang terjadi pada dirinya dan mengetahui

siapa yang dapat dihubunginya (Pemila, 2009).

Manfaat perencanaan pulang bagi perawat antara lain merasakan bahwa

keahliannya diterima dan dapat digunakan, menerima informasi kunci setiap

waktu, memahami perannya dalam sistem, dapat mengembangkan ketrampilan

dalam prosedur baru, memiliki kesempatan untuk bekerja dalam tempat yang

berbeda dan cara yang berbeda, dan bekerja dalam suatu sistem dengan efektif

(Pemila, 2009).

5. Sasaran perencanaan pulang (discharge planning)

Setiap klien yang dirawat di rumah sakit membutuhkan perencanaan

pulang. Klien yang memiliki kebutuhan komplek yang timbul dari interaksi

kebutuhan fisik, medis, sosial emosional akan mendapatkan keuntungan dari

perencanaan pulang pasien (NCSS, 2011). Klien memerlukan perawat yang

terampil dalam pengkajian dan mampu mengelola pelayanan keperawatan yang

komprehensif. Klien juga memerlukan pelayanan keperawatan yang

terkoordinasi yang baik dengan tim kesehatan yang lain dan dukungan-

33
dukungan pelayanan, sehingga mereka dapat selalu dipantau terhadap

kebutuhan perawatan klien. Para orang lanjut usia yang sudah lemah yang

tinggal sendirian di rumah maupun tinggal bersama keluarga dengan dukungan

keluarga secara minimal, serta anak-anak dan orang dewasa penyandang cacat

akan memerlukan perencanaan pulang pasien. The Interagency Council on

Homelessness tahun 1994 (Baron, et al. 2009) dinyatakan bahwa perencanaan

pulang pasien yang tidak memadai merupakan faktor yang memberikan

kontribusi bagi tunawisma pada orang-orang yang mengalami sakit mental

maupun gangguan penggunaan narkoba.

Menurut Rice (1992, dalam Potter & Perry, 2011) bahwa setiap klien

yang dirawat di rumah sakit membutuhkan perencanaan pulang. Tetapi ada

beberapa kondisi yang menyebabkan klien beresiko tidak dapat memenuhi

kebutuhan perawatan setelah klien pulang. Kondisi klien dengan penyakit

terminal, kecacatan permanen, kurangnya sumber dana, operasi besar, operasi

radikal, isolasi sosial, dan emosi atau mental yang tidak stabil dapat beresiko

dalam perencanaan pulang. Jika klien mengalami kondisi seperti ini, maka

perlu dilakukan pengkajian tentang keinginan dan kemampuan klien untuk

perawatan di rumah.

6. Waktu pelaksanaan perencanaan pulang (discharge planning)

Perencanaan pulang pasien harus dilakukan dengan jangka waktu yang

optimal untuk klien. Perencanaan pulang pasien dilakukan setelah dilakukan

pengkajian kepada klien (NCSS, 2011). Perencanaan pulang pasien harus

dimulai setelah masuk ke rumah sakit (Baron, M., et al., 2009). Perawat harus

34
mengembangkan jadwal perencanaan pulang pasien sesuai dengan filosofi

keperawatan dan harapan dari klien. Menurut Carpenito (2009), perencanaan

pulang harus dimulai saat masuk. Setelah pengkajian masuk, perawat harus

menganalisa data untuk mengidentifikasi jika klien atau keluarga

membutuhkan tambahan perencanaan pulang atau rujukan.

7. Peran dan tanggung-jawab perawat dalam perencanaan pulang

(discharge palnning)

Pada model penugasan manajemen kasus adalah perawat manajer kasus

adalah orang yang akan melaksanakan, mengkoordinasikan dan memantau

kemajuan perawatan dan kesiapan klien untuk pemulangan. Klien dan pemberi

pelayanan (orang tua, wali atau keluarga) dan atau orang lain yang penting

juga harus aktif terlibat dan dikonsultasikan dalam perencanaan pemulangan

pasien (NCSS, 2011). Jika model penugasan keperawatan adalah tim

keperawatan, maka ketua tim adalah petugas kesehatan yang terlibat dalam

perencanaan pemulangan pasien. Menurut Carpenito (2012), standar

perencanaan pulang adalah tanggung jawab profesi perawat untuk merawat

klien atau keluarga.

Tanggung jawab pada perencanaan pulang di beberapa rumah sakit

adalah tanggung-jawab staf keperawatan, selain juga tanggung-jawab staf

pekerja sosial (Baron, et al. 2009). Koordinasi awal nampaknya sangat

diperlukan antara staf keperawatan dengan staf pekerja sosial pada

perencanaan pemulangan, ini menjadi komponen yang penting dari

perencanaan tugas secara efektif di komunitas. Perawat membuat perencanaan

35
pulang yang berfokus pada pasien, sedangkan pekerja sosial membuat

perencanaan pulang yang berfokus pada sistem keluarga.

Owyoung (2010) menyatakan bahwa perawat berperan sebagai pembuat

rencana pulang bagi pasien, yaitu mengidentifikasi klien yang membutuhkan

perencanaan pulang, memindahkan pasien dari satu fasilitas ke fasilitas lain

(misalnya pusat perawatan masyarakat, panti jompo) dan terus menerus

mengkaji dan menentukan sumber daya seperti staf dan tenaga medis yang

dibutuhkan untuk menjaga kualitas pelayanan untuk pasien diluar rumah

sakit. Perawat juga bertanggung jawab untuk bekerjasama dengan pasien dan

penyedia layanan kesehatan di masyarakat, membangun pelayanan rujukan

kesehatan, dan memeriksa pasien yang masuk setiap hari, serta memulangkan

dengan menentukan mana yang akan memerlukan perawatan di luar rumah

sakit. Perawat juga bertanggung jawab untuk berkoordinasi dan

mempertahankan hubungan dengan perawatan, fasilitas profesional dan sumber

daya (misalnya penyedia kursi roda) yang mungkin diperlukan untuk

pemulihan pasien.

8. Elemen perencanaan pulang (discharge planning)

Identifikasi faktor-faktor seperti lamanya tinggal, riwayat penyakit

mental, penyalahgunaan zat, dan sejarah dan status tunawisma membantu

perawat dalam mengantisipasi perencanaan pulang. Perencanaan pulang secara

optimal dimulai pada saat pasien masuk. Elemen perencanaan pulang yang

sukses harus mencakup sebagai berikut (Baron, et al. 2009):

36
a. Perencanaan pulang harus dimulai pada saat pasien masuk .
b. Mempergunakan alat pengkajian perencanaan pulang yang khusus
sehingga informasi yang diambil tidak semata-mata dari catatan
pengakuan saja.
c. Merumuskan standard alat pengkajian yang berkisar pada pertanyaan-
pertanyaan prediksi, seperti checklist gejala atau format lain yang bisa
digunakan.
d. Memilih perencanaan pulang yang paling sesuai dengan pasien.

9. Prosedur perencanaan pulang (discharge planning)

Perawat berperan dalam penyusunan perencanaan pulang bagi klien,

maka perawat harus menerapkan langkah-langkah pada prosedur perencanaan

pulang. Menurut Potter dan Perry (2011), langkah-langkah prosedur dalam

perencanaan pulang adalah sebagai berikut:

a. Sejak waktu penerimaan klien, lakukan pengkajian tentang kebutuhan

pelayanan kesehatan untuk klien pulang, dengan menggunakan riwayat

keperawatan, rencana perawatan, dan pengkajian kemampuan fisik dan

fungsi kognitif yang dilakukan secara terus menerus.

b. Mengkaji kebutuhan pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga yang

terkait dengan pelaksanaan terapi di rumah, hal-hal yang harus dihindari,

dan komplikasi yang mungkin terjadi.

c. Mengkaji faktor-faktor lingkungan di rumah bersama klien dan keluarga

tentang hal-hal yang mengganggu perawatan diri.

d. Berkolaborasi dengan dokter dan disiplin ilmu yang lain mengkaji

37
perlunya rujukan untuk mendapat perawatan di rumah atau ditempat

pelayanan yang lainnya.

e. Mengkaji penerimaan terhadap masalah kesehatan dan larangan yang

berhubungan dengan masalah kesehatan tersebut.

f. Konsultasi dengan anggota tim kesehatan lain tentang berbagai

kebutuhan klien setelah pulang.

g. Menetapkan diagnosa keperawatan dan rencana keperawatan. Lakukan

implementasi rencana perawatan. Evaluasi kemajuan secara terus

menerus. Tentukan tujuan pulang yang relevan, yaitu klien akan

memahami masalah kesehatan dan implikasinya, mampu memenuhi

kebutuhan individualnya, lingkungan rumah akan menjadi aman, dan

tersedia sumber perawatan kesehatan di rumah.

10.Alur perencanaan pulang (discharge planning)

Pelaksanaan perencanaan pulang dapat dilaksanakan secara efektif dan

efisien, apabila ada alur yang jelas untuk menuntun proses pelaksanaan

tersebut. Alur proses keperawatan dan perencanaan pulang pasien menurut

NCSS (20011) adalah sebagai berikut:

a. pengkajian masuk,

b. masuk,

c. pengkajian kebutuhan,

d. rngkasan interpretasi

e. menyusun rencana perawatan dan pemulangan dengan konsultasi dengan

klien dan pengasuh/keluarga,

38
f. rencana implementasi perawatan

g. monitor kriteria hasil, review rencana perawatan berdasarkan perubahan

dan lakukan monitor secara terus-menerus,

h. persiapkan pemulangan dan rencana pemulangan secara detail, termasuk

rencana tindak lanjut,

i. pemulangan,

j. tindak lanjut.

39
Gambar 2.1 Skema Proses Keperawatan dan Perencanaan Pulang Pasien

Pengkajian masuk

Masuk

Pengkajian kebutuhan, jika perlu oleh multidisiplin

Ringkasan interpretasi

Menyusun rencana perawatan dan pemulangan dengan konsultasi dengam klien


dan pemberi layanan

Rencana implementasi perawatan

Monitor kriteria hasil, review rencana perawatan berdasarkan


perrubahan kebutuhan dan terus menerus

Persiapka pemulangan-rencana pemulangansecara detail, termasuk rencana


tindak lanjut

pemulangan

Tindak lanjut

Sumber: National Council of Social Service (2017)

40
B. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Perencanaan Pulang

(discharge planning)

Perencanaan pulang merupakan bagian integral dari proses keperawatan.

Menurut Nursing Policy: N-55, (2010), perencanaan pulang adalah salah satu dari

tujuan proses keperawatan, oleh karena itu penerapan perencanaan pulang

termasuk bagian penerapan proses keperawatan. Pelaksanaan proses keperawatan

adalah tanggung jawab perawat. Keberhasilan pelaksanaan proses keperawatan

juga sangat ditentukan oleh perawat, sehingga jika dianalog bahwa keberhasilan

proses perencanaan pulang juga ditentukan oleh perawat. Keberhasilan

perencanaan pulang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perawat. Perawat

seperti pada sumber daya lainnya dalam melaksanakan suatu pekerjaan banyak

dipengaruhi oleh motivasi yang berkaitan erat dengan ciri pribadi seseorang (Ilyas,

2012) Pelaksanaan perencanaan pulang (discharge planning) dipengaruhi oleh

berbagai faktor. Menurut Poglitsch, Emery & Darragh (2011), dari hasil penelitian

kualitatif yang telah dilakukan yaitu tentang faktor-faktor yang menentukan

keberhasilan proses perencanaan pulang terdapat tiga faktor yang

berkontribusi. Faktor-faktor tersebut adalah faktor, keterlibatan dan partisipasi,

komunikasi, waktu.

Teori lain Menurut Gibson (1987) dalam Ilyas (2011) pelaksanaan

discharge planning dipengaruhi oleh faktor karakteristik perawat. Faktor

karakteristik perawat meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan lama

kerja. Penelitian lain yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

discharge planning yaitu penelitian yang dilakukan oleh Rofi’i (2011) yang

41
menjelaskan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor komunikasi

dengan pelaksanaan discharge planning.

. Dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi discharge

planning adalah karakteristik perawat, (usia, jenis kelamin, masa kerja,dan

pendidikan ,status perkawinan), komunikasi, waktu partisipasi dan keterlibatan

tenaga kesehatan lainnya (gizi, apoteker dll).

1. Karakteristik perawat

Karakteristik biografis individu dalam organisasi antara lain: umur, jenis

kelamin, status perkawinan dan masa kerja (Gibson, 1996; Riani, 2011;

Robbins, 2006; Tomey, 2003). Pendidikan juga termasuk karakteristik individu

yang mempengaruhi perilaku individu (Ilyas, 2002; Siagian, 2012).

a. Umur

Sopiah (2013) menyatakan bahwa umur menentukan perilaku seorang

individu. Umur juga menentukan kemampuan seorang untuk bekerja, termasuk

bagaimana dia merespon stimulus yang dilancarkan individu/pihak lain.

Robbins (2013) meyakini bahwa kinerja merosot dengan meningkatnya umur,

tetapi pada umur tertentu pula seseorang meningkat produktivitasnya. Menurut

Gibson (2014) bahwa umur dapat mempengaruhi kinerja dimana

pengembangan karir terjadi pada usia 30 tahun, selain itu ketrampilan

seseorang terutama dalam hal kecepatan, kecekatan, kekuatan dan koordinasi

dihubungkan dengan bertambahnya waktu. Umur menurut tingkat

perkembangan manusia dikategorikan menjadi dewasa muda (20-39 tahun),

42
dewasa madya (40-59 tahun), dan dewasa akhir (60 tahun keatas). Semakin

bertambah usia berarti semakin arif dan bijaksana untuk melakukan suatu

pekerjaan (Papalia, Olds & Feldman, 2009). Pada kelompok dewasa muda

ini, termasuk pada pernyataan Simanjutak (2011) bahwa kelompok usia 30 – 40

tahun merupakan usia dengan tingkat produktivitas tertinggi.

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin dibedakan menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan.

Tomey (2010) menyatakan bahwa sikap wanita lebih bervariasi daripada laki-

laki. Wanita lebih menekankan kondisi pekerjaan, jam dan kemudahan

pekerjaan, supervisi dan aspek sosial dari pekerjaan, dimana laki-laki lebih

menekankan pada upah, kesempatan untuk lebih maju, kebijakan dan

manajemen perubahan dan ketertarikan pada tugas. Robbins (2009)

menyatakan bahwa penelitian-penelitian psikologis menunjukkan bahwa wanita

lebih bersedia untuk mematuhi wewenang dan pria lebih agresif, dan laki-laki

memiliki harapan atas keberhasilan lebih besar daripada wanita, namun

perbedaan-perbedaan tersebut tidak besar.

Karyawan wanita menurut kodratnya, lebih sering tidak masuk kerja

dibanding laki-laki. Misalnya karena hamil, melahirkan, dan lain-lain.

Walaupun demikian wanita memiliki kelebihan dibanding karyawan laki-laki.

Karyawan wanita cenderung lebih rajin, disiplin, teliti dan sabar (Sopiah, 2008).

Robbins (2009) menyatakan bahwa wanita mempunyai peran dan tanggung

jawab dalam keluarga dan perawatan anak serta sebagai pencari nafkah

sekunder.

43
Farida (2010) menemukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara jenis kelamin dengan pelaksanaan proses keperawatan. Pendapat ini

sejalan dengan Norman (2010) yaitu tidak ada hubungan yang bermakna antara

jenis kelamin dengan pelaksanaan pelayanan keperawatan. Pelaksanaan

pelayanan keperawatan atau pelaksanaan proses keperawatan dikaitkan dengan

karakteristik perawat ini karena menurut Nursing Policy: N-55, (2010),

perencanaan pulang adalah salah satu dari tujuan proses keperawatan, oleh

karena itu penerapan perencanaan pulang termasuk bagian penerapan proses

keperawatan. Pelaksanaan perencanaan merupakan bentuk dari produktifitas

perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Menurut Supriyatna (2009),

tidak ada perbedaan yang bermakna antara jenis kelamin dengan produktifitas

kerja perawat.

c. Status perkawinan

Karyawan yang sudah menikah dengan karyawan yang belum/tidak

menikah akan berbeda memaknai suatu pekerjaan. Begitu juga dengan tingkat

kepuasan kerja. Karyawan yang sudah menikah menilai pekerjaan sangat

penting karena dia sudah memiliki sejumlah tanggung jawab sebagai kepala

keluarga (Sopiah, 2008). Robbins (2010) menyatakan bahwa suatu pernikahan

akan memaksakan peningkatan tanggung jawab yang dapat membuat suatu

pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga dan penting. Pelaksanaan

pelayanan keperawatan mencakup pelaksanaan perencanaan pulang.

Beberapa penelitian menyatakan status perkawinan tidak berhubungan

dengan pelaksanaan proses keperawatan. Norman (2013) menyatakan bahwa

44
tidak ada hubungan yang bermakna antara status pernikahan dengan

pelaksanaan pelayanan keperawatan. Farida (2010) menyebutkan bahwa tidak

ada hubungan yang bermakna antara status perkawinan dengan pelaksanaan

proses keperawatan.

d. Masa kerja

Robbins (2013) menyebutkan bahwa bukti paling baru menunjukkan suatu

hubungan positif antara senioritas dan produktivitas pekerjaan, dengan demikian

masa kerja diekspresikan sebagai pengalaman kerja, tampaknya menjadi dasar

perkiraan yang baik terhadap produktivitas karyawan. Menurut Sopiah (2010),

bahwa belum ada bukti bahwa semakin lama seseorang bekerja maka tingkat

produktivitasnya akan meningkat. Banyak penelitian menyimpulkan bahwa

semakin lama seseorang karyawan bekerja, semakin rendah keinginan karyawan

untuk meninggalkan pekerjaannya. Siagian (2010) menyatakan bahwa masa

kerja menunjukkan berapa lama seseorang bekerja pada masing-masing

pekerjaan. Lama kerja terkait dengan jenjang karir dalam panduan Depkes

(2016) ada beberapa, yaitu; 0 tahun atau <2 tahun, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun, 6

tahun dan 9 tahun. Penggolongan lama kerja berdasarkan konsep tersebut

adalah 1-9 tahun dan lebih dari 9 tahun.

e. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu karakteristik demografi yang dapat

mempengaruhi sesorang, baik terhadap lingkungan maupun obyek tertentu,

selain itu pendidikan merupakan faktor tidak langsung yang berpengaruh pada

45
kinerja (Ilyas, 2013). Semakin tinggi pendidikan akan semakin kritis, logis dan

sistematis dalam berpikir sehingga meningkatkan kualitas kerjanya. Sejalan

dengan pendapat Siagian (2011) yang mengemukakan bahwa semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka besar keinginan untuk memanfaatkan pengetahuan

dan ketrampilan yang dimilikinya. Tomey (2009) menyatakan bahwa wanita

yang berpendidikan tinggi lebih termotivasi untuk pencapaian,

pengakuan dan tanggung jawab secara signifikan lebih tinggi daripada wanita

yang tidak diperguruan tinggi.

Pelaksanaan perencanaan pulang merupakan bentuk dari kinerja perawat

dalam pemberian asuhan keperawatan. Menurut Hermawati (2011) dan

Panjaitan (2011), tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan

dengan kinerja. Farida (2010) menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara pendidikan dengan pelaksanaan proses keperawatan. Hariyati,

Afifah dan Handiyani (2009), menyatakan bahwa tidak ada hubungan jenis

pendidikan dengan persepsi terhadap pelaksanaan discharge planning.

2. Faktor komunikasi

Komunikasi mempengaruhi pelaksanaan perencanaan pulang. Komunikasi

terdiri dari sejauh mana tenaga kesehatan dan pasien berbagi informasi

(Poglitsch, Emery & Darragh, 2011). Rencana perawatan harus disampaikan

kepada klien dengan cara dan tingkat kecepatan komunikasi yang sesuai dengan

mereka. Perlu untuk mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut dalam

berkomunikasi yaitu: latar belakang pribadi (profesi, agama dan suku); bahasa

dan cara-cara yang disukai dalam berkomunikasi; kondisi intelektual, mental

46
dan emosional saat berkomunikasi; dan adanya penurunan fisik (misalnya

gangguan pendengaran dan visual) (NCSS, 2010). Komunikasi antara pemberi

pelayanan/keluarga dan petugas yang terlibat dalam perencanaan pulang adalah

penting untuk keberhasilan perencanaan pulang. Konferensi antar multidisiplin

dalam pemulangan dilakukan secara rutin, dimana anggota tim berkesempatan

untuk berbagi informasi secara langsung tentang keadaan klien dan kebutuhan

tertentu klien (Iyer, Levin & Shea, 2011).

Pasien dan keluarga atau orang yang merawat pasien adalah pusat proses

pemulangan dan harus terlibat didalam perencanaan pulang, sehingga

komunikasi ini penting untuk memastikan pasien dan keluarga atau orang

merawat yang memahami semua yang didiskusikan dan diinstruksikan. Bila

ada kendala bahasa, gunakan orang yang bisa membantu untuk mengatasi

kendala dalam komunikasi. Kapanpun melakukan komunikasi verbal harus

didukung oleh perawat dan pemberian informasi tertulis yang sesuai, khususnya

untuk pasien yang tidak bisa berkomunikasi secara efektif akibat dari kendala

bahasa atau ketidakmampuan (Frampton, 2011). Menurut Nosbuch, Weiss dan

Bobay (2011), tantangan yang dihadapi oleh perawat dalam perencanaan pulang

pada pasien dengan perawatan akut adalah intra komunikasi dan komunikasi

lintas disiplin dalam perencanaan pulang.

3. Faktor waktu

Waktu menggambarkan kendala waktu pada proses perencanaan pulang

(Poglitsch, Emery & Darragh, 2011). Waktu yang cukup adalah penting bagi

perencanaan pulang karena memberikan kesempatan untuk pengkajian klien,

47
pengembangan dan pelaksanaan perencanaan pulang. Pasien pulang secara dini

juga dapat mempengaruhi waktu yang tersedia untuk perencanaan pulang

(Moran, et al. 2013). Danvers (2011) menyatakan bahwa waktu yang cukup

sangat penting untuk perencanaan pulang karena memberikan kesempatan untuk

melakukan pengkajian klien, pengembangan dan pelaksanaan perencanaan

pulang. Lamanya waktu yang tersedia untuk perencanaan pulang bervariasi

pada tiap-tiap institusi yang berbeda. Hasil wawancara dengan berbagai institusi

menunjukkan bahwa waktu yang tersedia untuk perencanaan pulang

mempengaruhi kecukupan upaya perencanaan pulang.

Pelaksanaan perencanaan pulang adalah bagian dari penerapan standar

asuhan keperawatan di rumah sakit. Suhartini, Anggorowati dan Katili (2013)

menyatakan bahwa belum lengkapnya fasilitas penunjang seperti buku pedoman

SAK di ruang rawat, kurangnya waktu, dan rumit serta sulitnya pengisian format

menimbulkan penerapan SAK pada tahap pengkajian, diagnosis keperawatan,

intervensi, implementasi dan evaluasi kurang dalam penulisan. Menurut

Nosbuch, Weiss dan Bobay (2011), salah satu tantangan yang dihadapi oleh

perawat dalam perencanaan pulang pada pasien dengan perawatan akut adalah

waktu dalam perencanaan pulang.

4. Faktor keterlibatan dan partisipasi

Keterlibatan dan partisipasi mempengaruhi pelaksanaan perencanaan

pulang. Keterlibatan dan partisipasi terdiri dari tingkat keterlibatan pasien dan

tenaga kesehatan dan cara mereka berpartisipasi dalam perencanaan pulang

(Poglitsch, Emery & Darragh, 2011). Keterlibatan tim multi profesional secara

48
dini sangat penting dalam perencanaan pulang yang efektif (Frampton, 2011).

Menurut Holland dan Heman (2011), keberhasilan standarisasi proses

perencanaan pulang adalah kerjasama tim multidisiplin termasuk tim gizi dan

apoteker, hal ini penting untuk ditingkatkan bagi pelaksanaan seluruh organisasi

pelayanan kesehatan. Peran dan tanggung jawab perawat dalam perencanaan

pulang adalah melaksanakan, mengkoordinasikan dan memantau kemajuan

perawatan dan kesiapan klien untuk pemulangan. Klien dan pemberi pelayanan

(orang tua, wali atau keluarga) dan atau orang lain yang penting juga harus

aktif terlibat dan dikonsultasikan dalam perencanaan pemulangan pasien, tim

gizi juga mempunyai peran penting mengenai diit pasien begitu juga dengan

apoteker berperan mengenai obat pulang pasien. (NCSS, 2011). Menurut Bull,

Hansen dan Gross (2010), keterlibatan keluarga dalam pelaksanaan perencanaan

pulang secara signifikan dapat meningkatkan kepuasan, meningkatkan persepsi

tentang perawatan berkelanjutan, meningkatkan persiapan untuk merawat

pasien, dan meningkatkan peran untuk memberikan pelayanan pada pasien.

49
C. Kerangka Teori

Berdasarkan teori di atas maka penulis dapat menyusun kerangka teori sebagai

berikut :

50
Perencanaan Pulang
Tujuan
Sasaran
Waktu Manfaat Pelaksanaan Perenca
pelaksanaan Pasien (pemenuhan kebutuhan, pengetahuan, keamanan
Peran & Pelaksanaan
Perawat (kepuasan, kesesuaian peran, kete
tanggung jawab discharge planning
Elemen
Prosedur
Alur

Faktor Pelaksanaan Perancanaan Pulang


Karakteristik perawat
Usia
Jenis kelamin
Pendidikan
Status
Masa kerja
Komunikasi
Waktu
Keterlibatan dan partisipasi keluarga dan tenaga kesehatan lainnya

Gambar 2.2 Sumber: Dikembangkan dari Gibson (1996), Robbins (2009),


Ilyas (2011), Siagian(2006), Poglitsch, Emery & Darragh (2011), MNS
(2011), Nursalam (2011), Heldman (2009),CMS (2008), NCSS (2011)

D. Discharge planning (perencanaan pulang ) pasien RSI Ibnu Sina Payakumbuh.

1. Kebijakan Rencana Pemulangan Pasien RSI Ibnu Sina Payakumbuh

Saat pasien akan dipulangkan dari rumah sakit :

51
a. Saat pasien tidak lagi memerlukan perawatan rumah sakit, pasien sebaiknya

dipulangkan dan memperoleh discharge planning yang sesuai.

b. Yang berwenang memutuskan bahwa pasien boleh pulang atau tidak adalah

DPJP/ konsultan penanggung jawab pasien ( atau oleh orang lain yang

mendapat delegasi kewenangan dari konsultan ).

c. Pastikan bahwa pasien dan keluarganya berperan aktif dalam perencanaan

dan pelaksanaan pemulangan pasien.

d. Lakukan penilaian pasien secara menyeluruh ( holistik )

e. Nilailah kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual pasien.

f. Pertimbakan juga aspek sosial, budaya, etnis, dan financial pasien

g. Tentukan tempat perawatan selanjutnya ( setelah pasien dipulangkan dari

rumah sakit ) yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien.

Penentuan tempat ini dilakukan oleh DPJP dan tim perawatan bersama

dengan penanggung jawab pasien. Berikut adalah beberapa contoh tempat

perawatan :

1) Perawatan dirumah dengan penggunaan peralatan tambahan untuk

menunjang perawatan pasien

2) Pemulangan pasien ke rumah tanpa perlu perawatan khusus

3) Perawatan dirumah dengan didampingi oleh perawat / pendaping pasien

4) Rumah sakit / fasilitas perawatan jangka panjang

5) Fasilitas keperawatan yang terlatih

6) Rumah perawatan umum, seperti panti jompo, dan sebagainya.

52
h. Jika tempat perawatan selanjutnya tidak memadai ( tidak dapat memenuhi

kebutuhan pasien ), maka pasien tidak dapat dipulangkan.

i. Tim discharge planners ( DPJP, PPJP, Karu, Tim PKRS ) harus berusaha

untuk mencari tempat perawatan yang dapat menunjang kebutuhan pasien.

j. Pastikan terjadinya komunikasi efektif antara pelaksanaan perawatan primer,

sekunder, dan sosial untuk menjamin bahwa setiap pasien menerima

perawatan dan penanganan yang sesuai dan adekuat.

k. Petugas rumah sakit sebaiknya melakukan komunikasi dengan dokter dan

keluarga pasien / tim layanan primer mengenai rencana pemulangan pasien.

l. Identifikasi pasien - pasien yang memerlukan perawatan khusus / ekstra

seperti kebutuhan perawatan kebersihan diri, sosial dan sebagainya. Usaha

untuk memenuhi kebutuhan pasien dan berikan dukungan tambahan.

m. Diskusikan kembali dengan pasien dan buatlah kesepakatan mengenai

rencana keperawatan.

n. Finalisasi rencana keperawatan dan aturlah proses pemulangan pasien

o. Pastikan bahwa pasien dan keluarga / pendampingtelah memperoleh

informasi yang adekuat.

p. Hak pasien sebelum dipulangkan:

1) Memperoleh informasi yang lengkap mengenai diagnosis, asesmen

medis, rencana perawatan, detail kontak yang dapat dihubungi, dan

informasi relevan lainnya mengenai rencana perawatan dan tatalaksana

selanjutnya.

2) Terlibat sepenuhnya dalam discharge planning dirinya, bersama dengan

53
kerabat, pendamping, atau teman pasien.

3) Rancangan rencana pemulangan dimulai sesegera mungkin baik sabelum

/ saat pasien masuk rumah sakit.

4) Memperoleh informasi lengkap mengenai layanan yang relevan dengan

perawatannya dan tersedia di masyarakat.

5) Memperoleh informasi lengkap mengenai fasilitas perawatan jangka

panjang, termasuk dampak finansialnya.

6) Diberikan nomor kontak yang dapat dihubungi saat pasien membutuhkan

bantuan / saran mengenai pemulangannya

7) Diberikan surat pemulangan yang resmi, dan berisi detail layanan yang

dapat diakses

8) Memperoleh informasi lengkap mengenai kriteria dilakukannya

perawatan yang berkesinambungan

9) Tim discharge planner (DPJP, PPJP, Karu, Tim PKRS)tersedia sebagai

orang yang dapat dihubungi oleh pasien dalam membantu memberikan

saran

10) Memperoleh akses untuk memberikan complain mengenai pengaturan

discharge planning pasien dan memperoleh penjelasannya

q. Pada pasien yang ingin pulang dengan sendirinya atau pulang paksa (di mana

bertentangan dengan saran dan kondisi medisnya), dapat dikategorikan

sebagai berikut:

1) Pasien memahami risiko yang dapat timbul akibat pulang paksa

2) Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan

54
dengan pulang paksa. ciikarenakan kondisi medisnya

3) Pasien tidak kompeten untuk memahami risiko yang berhubungan

dengan pulang paksa, dikarenakan gangguan jiwa

r. Dokumentasikan rencana pemulangan pasien di rekam medis dan berikan

salinannya kepada pasien dan dokter keluarganya.

s. Ringkasan / resume discharge planning pasien berisi:

1) Resume perawatan pasien selama di rurnah sakit

2) Resume rencana penanganan / tatalaksana pasien selanjutnya

3) Regimen pengobatan pasien

4) Detail mengenai pemeriksaan lebih lanjut yang diperlukan dan terapi

selanjutnya

5) Janji temu dengan professional kesehatan lainnya

6) Detail mengenai pengaturan layanan di komunitas / publik dan waktu

pertemuannya

7) Nomor kontak yang dapat dihubungi jika terjadi kondisi emergensi /

pembatalan pertemuan / muncul masalah-masalah medis pada pasien.

t. Rencanakan clan atur pertemuan selanjutnya dengan pasien.

2. Format Checklist Pemulangan Pasien RSI Ibnu SinaPayakumbuh.

55
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Payakumbuh menggunakan format checklist

untuk memulangan pasien, setiap pasien pulang harus di berikan format

checklist untuk edukasi baik oleh perawat, petugas gizi dan apoteker dan surat

untuk control selanjutnya yang sudah di tanda tangani berdasarkan tabel 2.2

Tabel 2.2 format checklis pemulangan pasien ( discharge planning) RSI Ibnu

Sina payakumbuh tahun 2019.

Nama & Tanda Tangan


PERSIAPAN RENCANA PEMULANGAN
Petugas PJ
PASIEN
Pasien
1. Informasi Kesehatan

Pemberian informasi tentang hasil


pengkajian medis, diagnosis, tatalaksana,
prognosis, rencana pemulangan pasien.
Rencana pemulangan pasien didiskusikan
dengan keluarga/ Pj Pasien perawatan
pasien di rumah.
Pemberitahuan tanggal rencana pemulangan
pasien, tanggal : ...................................
Tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan ...............
Tindakan/pengobatan yang dapat dilakukan
sebelum ke rumah sakit ...........................
Pemberian nomor telepon yang bisa
dihubungi saat pasien membutuhkan
bantuan :
Nomor telpon operator RSI Ibnu Sina
Payakumbuh (0752) 92222
2. Edukasi kesehatan untuk Pasien di
Rumah
Pemberian edukasi kesehatan sesuai dengan
diagnosis
Informasi tentang clinical pathway
Pemberian leaflet edukasi kesehatan

56
3. Pemberian Informasi pada pasien/Pj
Pasien Perawatan Pasien dirumah
tentang
Jenis aktivitas yang boleh dilakukan di
rumah .............
Alat bantu yang digunakan .......................
Pelatihan untuk aktivitas dengan
menggunakan alat bantu*
Informasi lain yang diperlukan tentang
aktivitas*

4. Pemberian Eduksi tentang Nutrisi


Diet dan batasan makanan ......................
Pola makan ................................
Pelatihan tentang persiapan, pengaturan
pola makan cara pemberian obat.
Edukasi lain yang diperlukan tentang
nutrisi ...............
5. Pemberian Edukasi tentang Perawat
dirumah
Edukasi dan latih tentang higiene (mandi
BAK BAB Dll)*
Edukasi dan latih tentang cara mengenakan
pakaian*
Edukasi tentang perawatan luka*
Edukasi tentang perawatan NGT, Kateter*
Edukasi tentang cara pencegahan dan kotrol
adanya infeksi.
Edukasi lain yang diperlukan tentang
perawatan dirumah ...................................

6. Pemberian Eduksi tentang Pemberian


Obat – Obatan
Edukasi tentang nama dan kegunaan obat
Edukasi tentang efek samping obat
Edukasi tentang dosis dan waktu pemberian
obat
Edukasi tentang cara pemberian obat
Edukasi lain yang diperlukan tentang

57
pemberianobat..........................................

7. Persiapan Pulang
Tempat perawatan selanjutnya setelah
dibawa pulang
Hasil - hasil pemeriksaan yang akan dibawa
pulang
Obat untuk dirumah
Alat bantu/peralatan kesehatan untuk
dirumah*
Rencana kontrol, tanggal ...... ke
poliklinik .....
Format resume medis yang sudah terisi

Alat transportasi yang digunakan untuk


pulang : ambulan / mobil pribadi
Kelengkapan administrasi

Tabel 2.3 checklist daftar obat pasien pulang RSI Ibnu Sina Payakubuh tahun 2019.
NAMA WAKTU
INDIKASI DOSIS
OBAT PEMBERIAN

58
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi

dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep

tidak dapat langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau

diukur melalui variabel. Jadi variabel adalah simbol atau lambang yang

menunjukkan nilai bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang

bervariasi (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini gambaran kerangka konsepnya adalah :

Variabel independen Variabel dependen

1. Karakteristik perawat.
a. Usia
b. Jenis kelamin. Pelaksanaan discharge
c. Pendidikan planning
d. Masa kerja
e. Status perkawinan
2. Komunikasi
3. Waktu
4. Keterlibatan dan
partisipasi

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan


discharge planning di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh.

59
B. Variabel Penelitian

1. Variabel independent

Variabel independent dalam penelitian ini adalah faktor karakteristik

perawat (usia, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja, status perkawinan),

komunikasi, waktu, sikap dan motivasi perawat dalam pelaksanaan

discharge planning.

2. Variabel dependent

Variabel dependent dalam penelitian ini adalah pelaksanaan discharge

planning.

C. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan antara faktor karakteristik perawat dalam pelaksanaan

discharge planning di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh

Tahun 2019.

Ha : Ada hubungan antara faktor komunikasi perawat dalam pelaksanaan

discharge planning di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh

Tahun 2019.

Ha : Ada hubungan antara faktor waktu perawat dalam pelaksanaan

discharge planning di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh

Tahun 2019.

Ha : Ada hubungan antara faktor keterlibatan dan partisipasi unit

kesehatan lainnya dalam pelaksanaan discharge planning di Ruang

Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019.

60
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif korelatif dengan

pendekatan Cross sectional. Menurut Notoadmodjo (2012) penelitian

deskriptif korelatif adalah penelitian yang biasanya bertujuan untuk

mengumpulkan objek yang bertujuan untuk menghubungankan antara dua

fenomena yang terjadi didalam suati populasi tertentu. Dalam penelitian ini,

peneliti telah memiliki definisi yang jelas tentang subjek penelitian dan akan

menggunakan pertanyaan dalam menggali infomasi yang dibutuhkan.

Desain cross sectional adalah pengukuran variabel penelitian

dilakukan pada satu waktu tertentu saja tanpa ada fallow up (pengulangan)

dari kegiatan pengukuran tersebut. Penelitian desain cross sectional adalah

jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran/ observasi hanya satu

kali pada satu saat (Sudjana, 2008).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina

Payakumbuh tahun 2019.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini di lakukan pada tanggal 23 November 2019 sampai

dengan 20 Desember Tahun 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

61
Populasi dalam penelitian adalah subyek yang memenuhi kriteria

yang telah ditetapkan. Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.

Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah

penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi

populasi (Sugiyono, 2014).

Sedangkan menurut Sugiyono (2014) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas: obyek/supbyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah

semua perawat ruang rawat inap RSI Ibnu Sina payaumbuh tahun 2019

yang berjumlah 50 orang. Dimana 33 orang berpendidikan D3 dan 17

orang berpendidikan S1/NERS.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti,

yang sudah tentu mampu secara representative dapat mewakili

populasinya. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi

yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili

populasinya. Jika populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

seluruh yang ada di populasi, hal seperti ini dikarenakan adanya

keterbatasan dana atau biaya, tenaga dan waktu, maka oleh sebab itu

peneliti dapat memakai sampel yang diambil dari populasi. Sampel yang

akan diambil dari populasi tersebut harus betul-betul representatif atau

dapat mewakili (Sabar, 2017). Sampel yang diambil semua total populasi

62
yaitu semua perawat yang bertugas di ruang rawat Inap RSI Ibnu Sina

Payakumbuh tahun 2019 yang berjumlah 50 orang.

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria inklusi

Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dan

suatu populasi target yang terjangkau yang akan diteliti (Nursalam,

2013). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah :

a. perawat yang bersedia menjadi repsponden .

b. perawat yang kooperatif.

2. Kriteria eksklusi

Kriteria ekslusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek

memenuhi kriteria inklusi namun tidak dapat diikutsertakan dalam

penelitian (Nursalam, 2013). Kriteria eksklusi pada penelitian ini

adalah :

Kriteria eksklusi yaitu :

a. perawat yang tidak dinas karena sedang cuti saat penelitian dan
pengambilan data.

b. Perawat yang tidak dinas karena sakit saat penelitian dan


pengambilan data.

E. Defenisi Operasional

63
Tabel 4.1 Defenisi operasional

64
N Variabel Defenisi Cara Alat ukur Skala Hasil ukur
o operasion ukur ukur
al
Variabel
depende
n
(terikat)
1 Bukti observasi Menggun Ordinal - melaksana
Pelaksan dokumenta akan kan
aan si check discharge
discharg pemberian list palnning((s
e asuhan rencana kor ≥mean)
planning keperawata pemulan - tidak
n an gan melaksana
edukasi pasien kan
saat RSI Ibnu discharge
pemulanga Sina planning
n pasien Payakum ( skor <
buh mean)

Variabel
indepen
den
2 (bebas) Ciri-ciri Menyebar Kuisione Ordinal Umur:
Karakter perawat kuisioner r 120-39
istik yang tahun
perawat termasuk 2. 40-
umur, jenis 59
kelamin, tahun
pendidikan
, status Jenis
perkawina kelamin
n, dan 1. pria
masa kerja 2. wanita

Pendidikan
:
1. D3 Kep.
2. S1/Ns.

Status

65
perawinan:
1. tidak
menika
h
2. menika
h

Masa
Kerja
- Baru
(kurang
dari
5tahun)
- Lama(>
5tahun)

Sumber :
ketentuan
RSI Ibnu
Sina
payakumb
uh (SK
RSI Ibnu
Sina No
121/KEp/R
SI-
PYK/VII/2
017).

66
3 Komunik Perawat Menyebar kuisione Ordinal - Kurang
yang kuisioner Baik( S
asi menjalin r kor<me
hubungan an)
dan - Baik
memberika (skor≥mea
n informasi n)
kepada
klien,
keluarga
dan tenaga
kesehatan
lain

dalam
proses
perencanaa
n pulang

4 Waktu Perawat Menyebar kuisione Ordinal - Kurang


yang kuisioner baik (<30
terkendala r menit)
waktu (skor<mea
dalam n
proses - Baik ≥ 30
perencanaa menit(skor
n pulang ≥mean)

Perawat Menyebar kuisione Ordinal


Keterliba memberi
5 kuisioner - Keterlibata
tan dan kesempatan r n tim
partisipa untuk ikut kesehatan
si andil dan dan
mengikutse keluarga
rtakan Kurang
pasien, baik
keluarga (skor<mea
dan tenaga n
kesehatan - Keterlibata
lain dalam n tim
proses kesehatan
perencanaa dan
n pulang keluarga
Baik
(skor≥mea
n)

67
F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada variabel

dependen adalah menggunakan lembar chek list rencana pemulangan pasien

RSI Ibnu Sina payakumbuh dengan cara observasi, sedangkan pada variabel

independen dengan menggunakan kuesioner A untuk faktor karakteristik

perawat dan kuisioner B untuk faktor komunikasi, waktu dan partisipasi dan

keterlibatan tenaga kesehatan lainnya dengan jumlah soal sebanyak 21 soal

yang ditujukan perawat yang bertugas di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina

Payakumbuh dengan mengacu kepada kerangka konsep penelitian.

Kuiseoner A dan B merupakan kuisioner yang sudah di pakai oleh Rofi’I

ahmad dan sudah di uji validitasnya dengan nilai r hitung 0,388 – 0,591

dengan r tabel 0,361.

G. Etika Penelitian

Pada penelitian ilmu keperawatan, karena hampir 90% subjek yang

dipergunakan adalah manusia, maka peneliti harus memahami prinsip-prinsip

etika penelitian (Nursalam, 2008). Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik

meliputi, bebas eksploitasi, bebas dari penderitaan, kerahasiaan yang

terjamin, bebas menolak menjadi responden serta adanya surat persetujuan

(informed consent) untuk menjadi responden penelitian. Kuisioner diberikan

kepada subjek yang diteliti dengan menanyakan pada masalah etik meliputi :

1. Lembar persetujuan penelitian / informed consent

Diberikan kepada responden dengan tujuan agar subjek

68
mengetahui maksud penelitian serta dampak yang diteliti, responden

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika subjek menolak untuk

diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak

responden.

2. Tanpa nama / anominity

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (kuisioner)

yang diisi oleh subjek tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

3. Kerahasiaan / confientiality

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh

peneliti.

H. Metode Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

primer. Sesuai pernyataan Sugiyono (2015) bahwa dilihat dari sumber

datanya, maka pengumpulan data dapat dikelompokkan menjadi dua bagian:

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2015) sumber data primer adalah sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer

merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber asli

dan tidak melalui perantara. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini

adalah hasil pengisian kuisioner pada perawat yang bertugas di ruang rawat

inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti

69
secara tidak langsung dan melalui media perantara yang telah disusun dalam

arsip . Menurut Sugiyono (2015) sumber sekunder merupakan sumber yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, semisal lewat orang

lain atau lewat dokumen.

I. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan data

Teknik pengolahan data dilakukan melalui suatu proses dengan

tahapan, adapun tahapan tersebut (Arikunto, 2013):

a. Editing data (memeriksa) yaitu dilakukan semua data terkumpul melalui

pengecekan daftar isian. Tahapan ini bertujuan untuk memeriksa

kelengkapan isian data.

b. Coding data (memberi kode) yaitu mengubah data yang sebelumnya

dalam bentuk kalimat menjadi data angka atau bilangan dengan tujuan

untuk mempermudah proses pengolahan data selanjutnya.Pada penelitian

ini dilakukan pemberian koding pada beberapa variabel yang diteliti baik

itu variabel independen maupun variabel dependen.

Pada variabel dependen :

Pelaksanaan discharge planning (skor ≥ mean) 1

Discharge planning yang tidak dilaksanakan (skor 0


≤mean)

Pada variabel independen

1. karakteristik perawat yang diteliti :

a) Usia

Dewasa Muda (20-39 tahun) 1

70
Dewasa Tua (40-60 tahun) 0

b) Jenis kelamin

Laki- laki 1
perempuan 0
c) Pendidikan

S1 /NS keperawatan 1
D3 keperawatan 0

d) Status perkawinan

Belum menikah 1
Sudah menikah 0

e) Masa kerja

Baru (1-5 tahun) 1


Lama (> 5 tahun) 0

2. Komunikasi

Baik 1
Kurang baik 0

3. Waktu

baik 1
Kurang baik 0

4. Keterlibatan dan partisipasi

Baik 1
Kurang baik 0

c. Transferring (mentransfer data) yaitu tahap untuk memindahkan data

71
ke dalam tabel pengolahan data.

d. Tabulating data yaitu melakukan klasifikasi data, mengelompokkan data

variabel masing-masing berdasarkan kuesioner untuk dimasukan

kedalam tabel.

2. Analisa data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap satu

variabel secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan dengan

variabel lainnya. Analisis univariat biasa juga disebut analisis deskriptif

atau statistik deskriptif yang berujuan menggambarkan kondisi

fenomena yang dikaji. Analisis univariat merupakan metode analisis

yang paling mendasar terhadap suatu data. Hampir dipastikan semua

laporan, baik laporan penelitian, praktek, laporan bulanan, dan informasi

yang menggambarkan suatu fenomena, menggunakan analisis univariat.

Model analisis univariat dapat berupa menampilkan angka hasil

pengukuran, ukuran tendensi sentral, ukuran dispersi/deviasi/variability,

penyajian data ataupun kemiringan data.

Tujuan dari analisi ini adalah untuk menjelaskan karakterisktik

masing – masing variable yang di teliti (hastono 2009). Analisis

univariat ini dilakukan untuk mengetahui gambaran dari distribusi

frekusndi dengan ukuran porsentase dan proporsi pada variable

krakteristik perawat komunikasi, waktu, dan partisipasi dan keterlibatan.

Angka hasil pengukuran dapat ditampilkan dalam bentuk angka,

atau sudah diolah menjadi prosentase, ratio, prevalensi. Ukuran tendensi

72
sentral meliputi perhitungan mean, median, kuartil, desil persentil,

modus. Ukuran disperse meliputi hitungan rentang, deviasi rata-rata,

variansi, standar deviasi, koefisien of variansi. Penyajian data dapat

dalam bentuk narasi, tabel, grafik, diagram, maupun gambar.

Kemiringan suatu data erat kaitannya dengan model kurva yang dibentuk

data (Notoatmodjo, 2012).

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat merupakan analisa hasil dari varibel bebas yang

diduga mempunyai hubungan dengan variabel terikat. Analisa yang

digunakan adalah tabulasi silang. Untuk menguji hipotesa dilakukan

analisa statistik dengan menggunakan uji data chi-square pada tingkat

kemaknaannya 95% (p≤0,05) sehingga dapat diketahui ada tidaknya

hubungan yang bermakna secara statistik dengan menggunakan program

komputer SPSS for window versi 16.0. Melalui perhitungan uji chi-

square test selanjutnya ditarik pada kesimpulan bila nilai p lebih

kecil dari alpha (p<0,05) maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang

menunjukan ada hubungan bermakna antara variabel terikat dengan

variabel bebas dan jika p lebih besar alpha (p≥0,05) maka Ho diterima

dan Ha ditolak yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara

variabel terikat dengan variabel bebas (Notoatmodjo, 2012).

73
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSI Ibnu Sina Payakumbuh tanggal 23

November sampai dengan 20 Desember tahun 2019 di ruang rawat inap RSI

Ibnu Sina payakumbuh dengan jumlah sampel 50 orang dengan judul “Faktor

– faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan discharge planning di ruang

rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019”. Data yang diperoleh

yaitu data karakteristik perawat yg meliputi (umur, jenis kelamin, status

perkawinan, penididikan dan masa kerja), komunikasi perawat, waktu

74
pelaksanaan discharge plannng, keterlibatan dan partisipasi tenaga kesehatan

lain. Data tersebut didapatkan dengan cara menyebar kuisioner kepada 50

orang perawat yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan,

sedangkan data pelaksanaan discharge planning di dapat dari hasil observasi

dari format checklist pemulangan pasien ( discharge planning) pada status

pasien. Dimana data karakteristik perawat yang di dapat adalah mayoritas

perawat berusia 20-39 tahun, berjenis kelamin wanita, berpendidikan DIII

keperawatan, sudah menikah, dengan lama kerja antara 1-5 tahun

B. Analisa Univariat

Data di bawah ini akan menggambarkan pelaksanaan discharge planning

di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh bulan Desember 2019 dengan

variabel faktor komunikasi, waktu pelaksanaan discharge planning, dan

keterlibatan dan partisipasi tenaga kesehatan lainnya.

1. distribusi frekuensi faktor komunikasi perawat dalam pelaksanaan

discharge planning di RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi faktor komunikasi perawat di ruang rawat inap RSI Ibnu
Sina payakumbuh Tahun 2019.
no Komunikasi frekuensi persentase

a. Kurang baik 24 48 %
b. Baik 26 52 %

Total 50 100%
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 50 orang perawat lebih dari separoh

perawat mempunyai komunikasi baik (52%) yaitu 26 orang.

2. distribusi frekuensi faktor waktu perawat dalam pelaksanaan discharge

planning di RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

Tabel 5.2

75
Distribusi Frekuensi waktu perawat di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina
payakumbuh Tahun 2019.
no waktu frekuensi persentase

a. Kurang baik 22 44%


b. Baik 28 56 %

Total 50 100%

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 50 orang perawat lebih daseparoh

perawat mempunyai waktu yang baik (56%) yaitu 28 orang.

3. distribusi frekuensi faktor keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga

kesehatan lain dalam pelaksanaan discharge planning di RSI Ibnu Sina

Payakumbuh tahun 2019.

Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga
kesehatan lain di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina payakumbuh
Tahun 2019.
no Keterliatan dan partisipasi frekuensi persentase
tenaga kesehatan lain

a. Kurang baik 23 46%


b. Baik 27 54 %

Total 50 100%
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 50 orang perawat lebih dari separoh

perawat yang mempunyai keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga kesehatan

lain yang baik (54%) yaitu 27 orang.

4. Distribusi frekuensi Pelaksanaan discharge planning di Ruang Rawat

Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

76
Table 5.4
Distribusi frekuensi pelaksanaan discharge planning di Ruang
Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019.

No Pelaksanaan discharge frekuensi persentase


planning
a. Tidak dilaksanakan 25 50%
b. dilaksanakan 25 50 %

Total 50 100%

Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 50 orang perawat

separoh perawat tidak melaksanakan discharge planning

(50%) yaitu 25 orang.

C. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor-

faktor discharge planning yaitu komunikasi perawat, waktu perawat dan

keterlibatan dan partisipasi tenaga kesehatan lain. Variabel terikat penelitian

adalah pelaksanaan perencanaan pulang (discharge planning). Jika nilai

p<0,05 maka diartikan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

variabel tersebut dengan pelaksanaan discharge planning.

1. Hubungan komunikasi perawat dengan pelaksanaan discharge

planning di RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

Tabel 5.5
Hubungan komunikasi perawat dengan pelaksanaan discharge planning di
ruang rawat inap RSI Ibnu Sina payakumbuh Tahun 2019.

No Pelaksanaan discharge
komunikasi planning P Value
Tidak Total
dilaksanakan dilaksanakan
f % f % f %

77
1 Baik 23 88,5% 3 11,5% 26 100%

2 Kurang baik 2 8,3% 22 91,7% 24 100% 0,000

Total 25 50% 25 50% 50

Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 26 orang perawat yang

mempunyai komunikasi baik sebagian besar perawat melaksanakan

discharge planning (88,5%) yaitu sebanyak 23 orang. Sedangkan dari 24

orang perawat yang mempunyai komunikasi kurang baik sebagian besar

perawat tidak melaksanakan discharge planning (91,7%) yaitu sebanyak 22

orang.

Hasil analisis statistik dengan chi-square diperoleh nilai p sebesar

0,000 dengan demikian Ho di tolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada

hubungan yang signifikan antara komunikasi perawat dengan pelaksanaan

discharge plannin di ruang rawat Inap RSI Ibnu Sina payakumbuh tahun

2019.

2. Hubungan waktu perawat dengan pelaksanaan discharge planning di

RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

Tabel 5.6
Hubungan waktu perawat dengan pelaksanaan discharge planning di ruang
rawat inap RSI Ibnu Sina payakumbuh Tahun 2019.

No Pelaksanaan discharge
waktu planning P Value
Tidak Total
dilaksanakan dilaksanakan
f % f % f %
1 Baik 22 78,6% 6 21,4% 28 100%
0,000
Kurang
2 3 13,6% 19 86,4% 22 100%
baik

78
Total 25 50% 25 50% 50

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa dari 28 orang perawat yang mempunyai

waktu baik sebagian besar perawat melaksanakan discharge planning

(78,6%) yaitu sebanyak 22 orang. Sedangkan dari 22 orang perawat yang

mempunyai waktu kurang baik sebagian besar perawat tidak melaksanakan

discharge planning (86,4%) yaitu sebanyak 19 orang.

Hasil analisis statistik dengan chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,000

dengan demikian Ho di tolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada

hubungan yang signifikan antara waktu pelaksanaan discharge planning

dengan pelaksanaan discharge planning di ruang rawat Inap RSI Ibnu Sina

payakumbuh tahun 2019.

3. Hubungan keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga kesehatan lain

dengan pelaksanaan discharge planning di RSI Ibnu Sina Payakumbuh

tahun 2019.

Tabel 5.7
Hubungan keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga kesehatan lain dengan
pelaksanaan discharge planning di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina
payakumbuh Tahun 2019.
No Pelaksanaan discharge
Keterlibat planning P Value
an dan Tidak Total
partisipasi dilaksanakan dilaksanakan
tenaga f % f % F %
kesehatan
lain
1 Baik 24 88,9% 3 11,1% 27 100%
0,000
Kurang
2 1 4,3% 22 95,7% 23 100%
baik

79
Total 25 50% 25 50% 50

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa dari 27 orang perawat yang mempunyai

keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga kesehatan lain yang baik sebagian

besar perawat melaksanakan discharge planning (88,9%) yaitu sebanyak 24

orang. Sedangkan dari 23 orang perawat yang mempunyai keterlibatan dan

partisipasi dengan tenaga kesehatan lain kurang baik sebagian besar perawat

tidak melaksanakan discharge planning (95,7%) yaitu sebanyak 22 orang.

Hasil analisis statistik dengan chi-square diperoleh nilai p sebesar 0,000

dengan demikian Ho di tolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada

hubungan yang signifikan antara keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga

kesehatan lainnya dengan pelaksanaan discharge planning di ruang rawat

Inap RSI Ibnu Sina payakumbuh tahun 2019.

Kesimpulan hasil analisis uji bivariat adalah Adanya hubungan antara

faktor komunikasi, waktu dan keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga

kesehatan lain dengan pelaksanaan discharge planning.

BAB VI

PEMBAHASAN

Karakteristik Perawat Di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh

Tahun 2019.

Karakteristik perawat dalam penelitian ini dapat dijelaskan bahwa

mayoritas perawat berusia 20-39 tahun, berjenis kelamin wanita,

berpendidikan DIII keperawatan, sudah menikah, dengan lama kerja antara

80
1-5 tahun.

A. Analisa Univariat

1. Komunikasi Perawat Di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina

Payakumbuh Tahun 2019.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 orang perawat di ruang

rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019, hasil analisa

univariat menunjukkan lebih dari separoh Perawat yang memiliki

komunikasi baik yaitu (52%).

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian rhadiatul, aulia sari

junaidi (2017) rsud jambak kabupaten pasaman barat yaitu lebih separoh

perawat yang mempunyai komunikasi baik yaitu sebanyak (58%).

Komunikasi yang baik sangat penting agar discharge planning bisa

dilaksanakan dengan baik.

Komunikasi adalah sarana untuk menjalin hubungan dengan pasien,

keluarga, tim kesehatan lain dan petugas kesehatan di masyarakat. Apabila

perawat dapat melakukan komunikasi dengan baik untuk menjalin

hubungan dengan pasien, keluarga dan petugas kesehatan yang lain, maka

keberhasilan pelaksanaan perencanaan (discharge planning) pulang akan

tercapai. Penerapan komunikasi pada perawat adalah perawat harus

menjelaskan tujuan, manfaat dan proses perencanaan perawatan kepada

klien dan pengasuh. Rencana perawatan harus disampaikan kepada klien

dengan cara dan tingkat kecepatan komunikasi yang sesuai dengan

mereka. Mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut dalam berkomunikasi

adalah penting yaitu: latar belakang pribadi (profesi, agama dan suku);

81
bahasa dan cara-cara yang disukai dalam berkomunikasi; kondisi

intelektual, mental dan emosional saat berkomunikasi; dan adanya

penurunan fisik (misalnya gangguan pendengaran dan visual) (NCSS,

2016). Iyer, Levin dan Shea (2016) menyatakan bahwa komunikasi antara

pemberi pelayanan dan petugas perencanaan pulang adalah penting untuk

keberhasilan perencanaan pulang. Konferensi antar multidisiplin dalam

pemulangan dilakukan secara rutin, dimana anggota tim berkesempatan

untuk berbagi informasi secara langsung tentang keadaan klien dan

kebutuhan tertentu klien. Swansburg (2010) menyatakan bahwa

perencanaan pulang termasuk juga memberikan informasi tentang

kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah pasien pulang, jadi peran

komunikasi dalam pemberian informasi adalah penting untuk dilakukan.

82
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa komunikasi merupakan sarana yang penting agar

discharge planning dapat di laksanakan dengan baik, perawat saat

berkomunikasi dengan pasien ataupun keluarga harus memperhatikan

berbagai hal yaitu latar belakang pendidikan, status mental, ganngguan

pendengaran dll, karena hal tersebut akan sangat berpengaruh untuk

berkomunikasi dengan baik dalam pelaksanaan discharge planning. hal

ini sesuai dengan kuisioner yang disebar ke 50 orang perawat untuk

melihat jumlah perawat yang mempunyai komunikasi baik. Dari analisa

univariat di dapat data lebih dari separoh perawat mempunyai

komunikasi baik tentang komunikasi dapat dilihat dari hasil penelitian

yaitu (52%).

2. Waktu Perawat Di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina

Payakumbuh Tahun 2019.

83
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 orang perawat di ruang

rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019, hasil analisa

univariat Perawat yang memiliki waktu yang baik lebih banyak (56%)

dibandingkan dengan perawat yang memiliki waktu yang kurang baik.

Hasil penelitian ini sesuai sama dengan penelitian Munih

Solvianun di Rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA)

Banda Aceh menunjukkan bahwa perawat yang mempuyai waktu baik

dalam pelaksanaan discharge planning yaitu sebanyak (51,6%).

Pelaksanaan perencanaan pulang (discharge planning) adalah

bagian dari penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit.

Suhartini, Anggorowati dan Katili (2013) menyatakan bahwa belum

lengkapnya fasilitas penunjang seperti buku pedoman SAK di ruang

rawat, kurangnya waktu, dan rumit serta sulitnya pengisian format

menimbulkan penerapan SAK pada tahap pengkajian, diagnosis

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi kurang dalam

penulisan.

84
Pengaturan waktu oleh perawat dalam pelaksanaan

perencanaan pulang adalah hal yang utama untuk dilakukan. Potter

dan Perry (2015) menyatakan bahwa klien yang masuk ke rumah

sakit untuk waktu kurang dari 23 jam harus menerima pendidikan

atau diberi instruksi tentang masalah prioritas sebelum mereka

pulang ke rumah masing-masing. Ini adalah suatu tantangan bagi

perawat untuk memberikan pendidikan kepada klien yang efektif

dalam rentang waktu yang terbatas. Danvers (2011) menyatakan

bahwa waktu yang cukup sangat penting untuk perencanaan pulang

karena memberikan kesempatan untuk melakukan pengkajian klien,

pengembangan dan pelaksanaan perencanaan pulang. Lamanya waktu

yang tersedia untuk perencanaan pulang bervariasi pada tiap-tiap

institusi yang berbeda. Hasil wawancara dengan berbagai institusi

pelayanan keperawatan menunjukkan bahwa waktu yang tersedia

untuk perencanaan pulang mempengaruhi kecukupan upaya

perencanaan pulang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa waktu yang cukup sangat diperlukan agar pelaksanaan

discharge planning dapat dilaksanakan dengan baik. Dalam pelaksanaan

discharge planning perawat harus memperhatikan berbagai hal yaitu

meluangkan waktu untuk menuliskan pengkajian sampai dengan evaluasi

perencanaan pulang pasien, tidak menunda waktu untuk mempersiapka

kegiatan perencanaan pulang pasien, memfokuskan waktu untuk membuat

kesepakatan dengan tim kesehatan lain dalam perencanaan pulang pasien

85
dll, hal tersebut sesuai dengan kuisioner yang disebar ke 50 orang perawat

di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina payakumbuh dan dari data hasil

penelitian univariat yang didapat lebih dari separoh perawat mempunyai

waktu yang baik yaitu (56%).

3. Keterlibatan Dan Partisipasi Dengan Tenaga Kesehatan Lain Di

Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 orang perawat di ruang

rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019, hasil analisa

univariat Perawat yang mempunyai keterlibatan dan partisipasi

dengan tenaga kesehatan lain yang baik lebih banyak yaitu (54%)

dibandingkan dengan perawat yang mempunyai keterlibatan dan

partisipasi dengan tenaga kesehatan lain kurang.

Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan

oleh Marini Stefani Baker Rsud Prof.Dr.W.Z Johannes Kupang

menunjukkan bahwa gambaran faktor keterlibatan dan partisipasi 62

perawat di ruang rawat inap berada pada kategori baik oleh 38 orang

dengan persentase 61,3%.

Peran dan tanggung-jawab perawat dalam perencanaan pulang

(discharge planning) adalah melaksanakan, mengkoordinasikan dan

memantau kemajuan perawatan dan kesiapan klien untuk pemulangan.

Klien dan pemberi pelayanan (orang tua, wali atau keluarga) dan atau

orang lain yang penting juga harus aktif terlibat dan dikonsultasikan dalam

perencanaan pemulangan pasien (NCSS, 2016). Kolaborasi dengan dokter

dan disiplin lain merupakan salah satu bentuk keterlibatan dan partisipasi

86
dalam perencanaan pulang. Holland dan Heman (2011) menyatakan

bahwa, keberhasilan standarisasi proses perencanaan pulang adalah

kerjasama tim multidisiplin, hal ini penting untuk ditingkatkan bagi

pelaksanaan seluruh organisasi pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa keterlibatan dan partisipasi tenaga kesehatan lain sangat

berpengaruh pada pelaksanaan pulang pasien karena tanpa kolaborasi

dengan dokter, apoteker dan tim gizi perawat tidak akan dapat

melaksanakan perencanaan pulang dengan baik, dalam perencanaan pulang

ini apoteker berperan dalam menjelaskan obat pasien, petugas gizi berperan

dalam diit pasien sebelum pulang. Dari data yang di dapat melalui kuisioner

lebih dari separoh perawat tentang keterlibatan dan partisipasi tenaga

kesehatan lain yang baik (54%) yaitu 27 orang

B. Analisa Bivariat

1. Hubungan Komunikasi Perawat Dengan Pelaksanaan Discharge

Planning Di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh

Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 orang perawat di ruang

rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019 , bahwa dari 26 orang

perawat yang mempunyai komunikasi baik, sebagian besar perawat (88,5%)

melaksanakan discharge palnning yaitu sebanyak 23 orang. Sedangkan dari

24 orang perawat yang mempunyai komunikasi kurang baik , sebagian besar

(91,7%) tidak melaksanakan discharge planning yaitu sebanyak 22 orang.

Hasil analisis statistik dengan chi-square diperoleh nilai p sebesar

87
0,000, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa

ada hubungan yang signifikan antara komunikasi dengan pelaksanaan

discharge planning di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun

2019.

Penelitian yang dilakukan oleh Widiarti, Risyidi & Widodo (-, p.5)

tentang hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan keberhasilan

pelaksanaan discharge planning pada pasien pasca pembedahan di RSUD

Ungaran bahwa hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square

didapatkan nilai x2(5,255) > x2 (3,84) dan p value sebesar 0,022 (α =

0,05), maka dapat disimpulkan ada hubungan komunikasi terapeutik

perawat dengan keberhasilan pelaksanaan discharge planning perawat

pada pasien pasca pembedahan di RSUD Ungaran.

Komunikasi adalah sarana untuk menjalin hubungan dengan pasien,

keluarga, tim kesehatan lain dan petugas kesehatan di masyarakat.

Apabila perawat dapat melakukan komunikasi dengan baik untuk menjalin

hubungan dengan pasien, keluarga dan petugas kesehatan yang lain, maka

keberhasilan pelaksanaan perencanaan (discharge planning) pulang akan

tercapai. Penerapan komunikasi pada perawat adalah perawat harus

menjelaskan tujuan, manfaat dan proses perencanaan perawatan kepada

klien dan pengasuh. Rencana perawatan harus disampaikan kepada klien

dengan cara dan tingkat kecepatan komunikasi yang sesuai dengan

mereka. Mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut dalam

berkomunikasi adalah penting yaitu: latar belakang pribadi (profesi, agama

dan suku); bahasa dan cara-cara yang disukai dalam berkomunikasi;

88
kondisi intelektual, mental dan emosional saat berkomunikasi; dan adanya

penurunan fisik (misalnya gangguan pendengaran dan visual) (NCSS,

2016).

Tujuan komunikasi kesehatan ialah mengubah perilaku kesehatan

untuk peningkatan derajat kesehatan (Notoatmodjo, 2010, p.143,152).

Dalam proses peningkatan status kesehatan upaya komunikasi kesehatan

dapat memberikan kontribusi yang sangat penting dilakukan secara

menyeluruh dengan melibatkan instansi terkait. Komunikasi kesehatan

merupakan langkah dalam berkomunikasi untuk menyebarluaskan

informasi kesehatan yang dapat mempengaruhi individu dan komunitas

agar dapat membuat keputusan yang tepat untuk pengelolaan kesehatan

(Liliweri, 2013, p.46). Iyer, Levin dan Shea (2016) menyatakan bahwa

komunikasi antara pemberi pelayanan dan petugas perencanaan pulang

adalah penting untuk keberhasilan perencanaan pulang. Konferensi antar

multidisiplin dalam pemulangan dilakukan secara rutin, dimana anggota

tim berkesempatan untuk berbagi informasi secara langsung tentang

keadaan klien dan kebutuhan tertentu klien. Swansburg (2010)

menyatakan bahwa perencanaan pulang termasuk juga memberikan

informasi tentang kebutuhan kesehatan berkelanjutan setelah pasien

pulang, jadi peran komunikasi dalam pemberian informasi adalah penting

untuk dilakukan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa komunikasi mempengaruhi pelaksanaan discharge

planning. Hal ini disebabkan karena komunikasi merupakan sarana penting

89
untk menjalin hubungan yang baik antara perawat, pasien maupun

keluarga, dengan komunikasi yang baik dan benar pelaksaan discharge

planning akan dapat di laksanakan secara optimal sehingga asuhan

keperawatan di rumah sakit juga dapat dilaksanakan dengan baik.

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa dari 50 orang

perawat dari 26 orang perawat yang mempunyai komunikasi baik, sebagian

besar perawat (88,5%) melaksanakan discharge planning yaitu sebanyak 23

orang. Sedangkan dari 22 orang perawat yang mempunyai komunikasi

kurang baik sebagian besar perawat (91,7%) tidak melaksanakan

discharge planning. Namun perawat yang mempunyai komunikasi baik

masih ada yang tidak melaksanakan dicharge planning (11,5%) sebanyak

3 orang yaitu perawat berpendidikan S1/NERS yang mempunyai

komunikasi baik tidak melaksakan discharge planning karena berperan

sebagai kepala ruangan dan lebih mengayomi tugas sebagai kepala ruangan

dari pada melaksankan asuhan keperawatan.

2. Hubungan waktu Perawat Dengan Pelaksanaan Discharge Planning Di

Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 orang perawat di ruang

rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019 , bahwa dari 28 orang

perawat yang mempunyai waktu baik, sebagian besar perawat (78,6%)

melaksanakan discharge palnning yaitu sebanyak 22 orang. Sedangkan

dari 22 orang perawat yang mempunyai waktu kurang baik, sebagian besar

(86,4%) tidak melaksanakan discharge planning yaitu sebanyak 19 orang.

90
Hasil analisis statistik dengan chi-square diperoleh nilai p sebesar

0,000, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa

ada hubungan yang signifikan antara waktu perawat dengan pelaksanaan

discharge planning di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun

2019.

Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Yusuf

(2013,p.79) mengenai hubungan manajemen waktu perawat pelaksana

dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap kelas

III rumah sakit umum daerahdr. Zainoel abiding tahun 2013, yang

menyatakan terdapat hubungan antara manajemen waktu perawat pelaksana

dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap kelas

III rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin dengan nilai p-value <

dari nilai (0,05), yaitu 0,030. Pendapat Poglitsch, Emery, dan Darragh

(2011) yaitu waktu mempengaruhi pelaksanaan perencanaan pulang. Pasien

pulang secara dini juga dapat mempengaruhi waktu yang tersedia untuk

perencanaan pulang (Moran, et al. 2015). Nosbuch, Weiss dan Bobay

(2011) menyatakan bahwa salah satu tantangan yang dihadapi oleh perawat

dalam perencanaan pulang pada pasien dengan perawatan akut adalah

waktu dalam perencanaan pulang (discharge planning).

Pelaksanaan perencanaan pulang (discharge planning) adalah

bagian dari penerapan standar asuhan keperawatan di rumah sakit.

Suhartini, Anggorowati dan Katili (2013) menyatakan bahwa belum

lengkapnya fasilitas penunjang seperti buku pedoman SAK di ruang rawat,

kurangnya waktu, dan rumit serta sulitnya pengisian format menimbulkan

91
penerapan SAK pada tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi,

implementasi dan evaluasi kurang dalam penulisan.

Pengaturan waktu oleh perawat dalam pelaksanaan

perencanaan pulang adalah hal yang utama untuk dilakukan. Potter

dan Perry (2015) menyatakan bahwa klien yang masuk ke rumah

sakit untuk waktu kurang dari 23 jam harus menerima pendidikan

atau diberi instruksi tentang masalah prioritas sebelum mereka

pulang ke rumah masing-masing. Ini adalah suatu tantangan bagi

perawat untuk memberikan pendidikan kepada klien yang efektif

dalam rentang waktu yang terbatas. Danvers (2011) menyatakan

bahwa waktu yang cukup sangat penting untuk perencanaan pulang

karena memberikan kesempatan untuk melakukan pengkajian klien,

pengembangan dan pelaksanaan perencanaan pulang. Lamanya waktu

yang tersedia untuk perencanaan pulang bervariasi pada tiap-tiap

institusi yang berbeda. Hasil wawancara dengan berbagai institusi

pelayanan keperawatan menunjukkan bahwa waktu yang tersedia

untuk perencanaan pulang mempengaruhi kecukupan upaya

perencanaan pulang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa waktu mempengaruhi pelaksanaan discharge planning

Karena dengan waktu yang cukup akan memberikan kesempatan untuk

melakukan pengkajian klien, pengembangan dan pelaksanaan perencanaan

pulang.

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa dari 50 orang

92
perawat , dari 28 orang perawat yang mempunyai waktu baik, sebagian

besar perawat (78,6%) melaksanakan discharge planning yaitu sebanyak

22 orang. Sedangkan dari 22 orang perawat yang mempunyai waktu

kurang baik sebagian besar perawat (86,4%) tidak melaksanakan

discharge planning. Yaitu (86,4%) Namun perawat yang mempunyai

waktu baik masih ada yang tidak melaksanakan dicharge planning

(21,4%) sebanyak 6 orang yaitu perawat berpendidikan D3 keperawatan

yang mempunyai waktu baik tidak melaksakan discharge planning karena

ada beberapa perawat berperan sebagai Katim, peran katim disini adalah

bersama kepala ruangan membagi tugas untuk anggota tim, menyiapkan

keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan, melakukan ronde

keperawatn bersama kepala ruangan, melakukan pelaporan dan

pendokumentasian, namun dengan demikian bukan berarti katim tidak

mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan discharge palnning.

3. Hubungan Keterlibatan Dan Partisipasi Dengan Tenaga Kesehatan

Dengan Pelaksanaan Discharge Planning Lain Di Ruang Rawat Inap

RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 orang perawat di ruang rawat

inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019 , bahwa dari 27 orang perawat

yang mempunyai keterlibatan dan partisipasi tenaga kesehatan yang baik,

sebagian besar perawat (88,9%) melaksanakan discharge palnning yaitu

sebanyak 24 orang. Sedangkan dari 23 orang perawat yang mempunyai

keterlibatan dan partisipasi tenaga kesehatan lain kurang baik, sebagian

besar (95,7%) tidak melaksanakan discharge planning yaitu sebanyak 22

93
orang.

Hasil analisis statistik dengan chi-square diperoleh nilai p sebesar

0,000, dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa ada

hubungan yang signifikan antara keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga

kesehatan lain dengan pelaksanaan discharge planning di ruang rawat inap

RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Rofi’i (2011, p. 84 )

mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan

perencanaan pulang pada perawat di rumah sakit Islam Sultan Agung

Semarang bahwa ada hubungan antara faktor keterlibatan dan partisipasi

discharge planning dengan pelaksanaan discharge planning. Hasil analisis

bivariat ditemukan bahwa ada hubungan antara keterlibatan danpartisipasi

dengan pelaksanaan perencanaan pulang (p value 0,021). Peluang perawat

yang memiliki persepsi baik tentang keterlibatan dan partisipasi, memiliki

peluang 2,4 kali untuk melaksanakan perencanaan pulang.

pendapat Poglitsch, Emery, dan Darragh (2011) yaitu keterlibatan tenaga

kesehatan lain mempengaruhi pelaksanaan perencanaan pulang. Frampton

(2011) menyatakan bahwa keterlibatan tim multi profesional secara dini

sangat penting dalam perencanaan pulang yang efektif. Potter dan Perry

(2012) menyatakan bahwa salah satu langkah-langkah prosedur dalam

perencanaan pulang adalah perawat melakukan kolaborasi dengan dokter

dan disiplin ilmu lain yang mengkaji perlunya rujukan untuk mendapat

perawatan di rumah atau ditempat pelayanan yang lainnya.

Peran dan tanggung-jawab perawat dalam perencanaan pulang

94
(discharge planning) adalah melaksanakan, mengkoordinasikan dan memantau

kemajuan perawatan dan kesiapan klien untuk pemulangan. Klien dan pemberi

pelayanan (orang tua, wali atau keluarga) dan atau orang lain yang penting juga

harus aktif terlibat dan dikonsultasikan dalam perencanaan pemulangan pasien

(NCSS, 2016). Kolaborasi dengan dokter dan disiplin lain merupakan salah satu

bentuk keterlibatan dan partisipasi dari personil dalam perencanaan pulang.

Holland dan Heman (2011) menyatakan bahwa, keberhasilan standarisasi proses

perencanaan pulang adalah kerjasama tim multidisiplin, hal ini penting untuk

ditingkatkan bagi pelaksanaan seluruh organisasi pelayanan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil

kesimpulan bahwa keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga kesehatan lain

sangat berpengaruh pada pelaksanaan pulang pasien karena tanpa kolaborasi

dengan dokter, apoteker dan tim gizi perawat tidak akan dapat melaksanakan

perencanaan pulang dengan baik, Perawat dan tim kesehatan lain juga seperti

dokter, gizi, farmasi dan kerja sosial mendiskusikan status klien untuk

pertimbangan pemulangan. Perawat primer dan ketua tim, bertanggung jawab

untuk melihat apakah klien dan keluarga telah mendapat instruksi (program)

pulang yang diperlukan. Semua instruksi berupa lisan, tulisan dan cetakan yang

diberikan kepada klien harus didokumentasikan.

Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa dari 50 orang

perawat , dari 27 orang perawat yang mempunyai keterlibatan dan partisipasi

dengan tenaga kesehatan lain yang baik, sebagian besar perawat (88,9%)

melaksanakan discharge planning yaitu sebanyak 24 orang. Sedangkan dari 23

orang perawat yang mempunyai keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga

95
kesehatan lain yang kurang baik sebagian besar perawat (95,7%) tidak

melaksanakan discharge planning yaitu 23 orang. Namun perawat yang

mempunyai keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga kesehatan lain yang baik

masih ada yang tidak melaksanakan dicharge planning (11,1%) sebanyak 3

orang yaitu dari hasil kuisioner yang disebar, perawat yang belum menikah yang

mempunyai keterlibatan dan partisipasi yang baik dengan tenaga kesehatan lain

ada beberapa yang tidak melaksanakan discharge planning. Hal ini mungkin

terjadi karena sesuai dengan pendapat para ahli Karyawan yang sudah menikah

dengan karyawan yang belum/tidak menikah akan berbeda memaknai suatu

pekerjaan. Begitu juga dengan tingkat kepuasan kerja. Karyawan yang sudah

menikah menilai pekerjaan sangat penting karena dia sudah memiliki sejumlah

tanggung jawab sebagai kepala keluarga (Sopiah, 2012). Robbins (2010)

menyatakan bahwa suatu pernikahan akan memaksakan peningkatan tanggung

jawab yang dapat membuat suatu pekerjaan yang tetap menjadi lebih berharga

dan penting. Namun demikian bukan berarti perawat yang belum menikah tidak

bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukannya.

96
BAB VII
PENUTUP
Pada Bab ini menjelaskan simpulan yang menjawab permasalahan

penelitian yang telah dirumuskan. Saran praktis yang berhubungan dengan

masalah penelitian juga diuraikan untuk meningkatkan hasil penelitian ini.

A. Kesimpulan

1. Karakteristik perawat di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh

berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan bahwa mayoritas

perawat berusia 20-39 tahun, berjenis kelamin wanita, berpendidikan

DIII keperawatan, sudah menikah, dengan lama kerja antara 1-5 tahun

2. Komunikasi perawat di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh

yaitu sebagian besar perawat mempunyai komunikasi baik dalam

pelaksanaan discharge planning.

3. Waktu perawat di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh yaitu

sebagian besar perawat mempunyai waktu baik dalam pelaksanaan

discharge planning.

4. Keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga kesehatan lain di ruang

rawat inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh yaitu sebagian besar perawat

mempunyai keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga kesehatan lain

yang baik dalam pelaksanaan discharge planning.

5. Terapat hubungan komunikasi perawat dengan pelaksanaan discharge

planning di ruang rawat inap RSI Ibnu Sina payakumbuh

6. Terdapat hubungan waktu perawat dengan pelaksanaan discharge

97
planning di RSI Ibnu Sina Payakumbuh

7. Terdapat hubungan keterlibatan dan partisipasi dengan tenaga

kesehatan lain dengan pelaksanaan discharge planning di RSI Ibnu

Sina Payakumbuh.

B. Saran

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk mengevaluasi pelaksanaan

perencanaan pulang (discharge planning) di rumah sakit, dimana

dengan berbagai faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan

perencanaan dapat diidentifikasi faktor-faktor mana yang perlu

dipertimbangkan untuk keberhasilan pelaksanaan perencanaan

pulang oleh perawat. Berikut adalah saran yang perlu

dipertimbangkan oleh rumah sakit, bidang keperawatan, perawat,

maupun peneliti yang terkait dengan perencanaan pulang (discharge

planning).

1. Bagi rumah sakit

Dikembangkannya SOP untuk mengatur komunikasi yang baik

dalam pelaksanaan perencanaan pulang (discharge planning)

Ditetapkannya alur yang jelas pada pelaksanaan perencanaan pulang

untuk memfasilitasi arah komunikasi yang digunakan dalam pelaksanaan

perencanaan pulang .mengatur waktu yang cukup serta mengatur

keterlibatan dan partisipasi orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan

perencanaan pulang (discharge planning) agar pelaksanaan discharge

planning dapat terlaksana secara optimal karena pelaksanaan discharge

planning sangat berguna bagi kesembuhan pasien.

98
2. Bagi bidang keperawatan.

a. Mengadakan workshop tentang perjanjian dan kesepakatan

perencanaan pulang untuk tenaga kesehatan di rumah sakit.

b. Mengembangkan program in house training pada perawat

tentang perencanaan pulang pasien.

c. Mengembangkan program monitoring dan evaluasi dalam

pelaksanaan perencanaan pulang pasien.

3. Bagi perawat

a. Meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan perencanaan pulang

b. Memotivasi untuk melakukan hubungan profesional dengan

teman sejawat, dokter, pasien dan keluarga, dan petugas

kesehatan di masyarakat dalam pelaksanaan perencanaan

pulang.

c. Memotivasi untuk melakukan komunikasi yang baik dengan

teman sejawat, dokter, pasien dan keluarga, dan petugas

kesehatan di masyarakat dalam pelaksanaan perencanaan

pulang.

d. Memotivasi untuk membuat kesepakatan dengan teman sejawat,

dokter, pasien dan keluarga, dan petugas kesehatan di

masyarakat dalam pelaksanaan perencanaan pulang.

4. Bagi peneliti selanjutnya

a. Perlu penelitian lanjutan yang bertujuan untuk mengetahui

99
efektifitas perjanjian dan konsensus yang dilakukan

perawat pada pelaksanaan perencanaan pulang.

b. Perlu penelitian lanjutan yang bertujuan untuk mengetahui

persepsi pasien dan keluarga tentang perencanaan

pulang.

c. Perlu penelitian lanjutan yang bertujuan untuk mengetahui

efektifitas penerapan perencanaan pulang pada pasien

yang diukur dari sudut pandang pasien.

100
DAFTAR PUSTAKA

Archie, R.R. & Boren, S.A.. (2013). Opportunities for informatics to improve

discharge planning: A systematic review of the literature. AMIA Annu

Symp Proc.; 2009: 16–20. Published online. PMCID: PMC2815402.

http://www.amia.org/meetings/archives.asp

Arikunto, S. (2013). Prosedur penelitian: Suatu pendekatan praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Birmingham, J. (2010). Discharge planning guide tool for compliance. Third

edition.United Sates of America: HCPro. Inc.

Boyd, M, Byrne, E., Donovan, A., Gallagher, J., Phelan, J., Keating, A., et al.

(2009). Guideline for nurse/midwife facilitated discharge planning. Office

of the nursing services director (ONSD).

Bungin, B. (2013). Metodologi penelitian kuantitatif: Komunikasi, ekonomi, dan

kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya. Edisi pertama. Cetakan

kelima. Jakarta: Prenada Media Group.

Haryono, R., Efendi, C., & Aulawi, K. (2008). Gambaran Pelaksananaan

Discharge Planning Pada Pasien Diabetes Melitus. Jurnal Ilmu

Keperawatan, 98-103.

Hubungan persepsi perawat tentang pelaksanaan discharge planning

http://digilib.unisayogya.ac.id/245/1/ANA%20MARIA

%20SHOFIANA_201010201142_NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

JKI Manajemen Informasi tentang Perencanaan Pemulangan Pasien Abstract

http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/105http://jki.ui.ac.id/index.php

101
/jki/article/view/105.

JKM Optimalisasi Pelaksanaan Discharge Planning http://journal.um-

surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/921.

JN DISCHARGE PLANNING INCREASE THERAPY OBEDIENT OF

PATIENTS. https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/5003

KARS. (2012). Instrument Akreditasi Rumah Sakit: Standar Akreditasi Versi

2012. Jakarta: Komisi Akreditasi Rumah Sakit. Jurnal Ilmu Keperawatan

Kozier, B. (2010). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses &

praktik. Ed.7 Volume 1. Jakarta: EGC.

Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan: pedoman

skripsi, tesis dan instrumen penelitian keperawatan. Edisi pertama. Jakarta :

salemba Medika.

Liliweri, A. M. (2013). Dasar - Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Latrar belakang http://scholar.unand.ac.id/26661/2/BAB%20I.pdf

Pelaksanaan Discharge Planning oleh Profesional Pemberi Asuhan (PPA) di

Ruang Rawat Inap file:///C:/Users/User/Downloads/48638-141545-1-PB.pdf

Keilmuan Dasar Keperawatan, FIK Muhamad Rofi’i*, Rr. Tutik SriHariyati**,

Hening Pujasari https://docplayer.info/46644718-Faktor-personil-dalam-

pelaksanaan-discharge-planning-pada-perawat-rumah-sakit-di-

semarang.html

Marquis, B. L., & Huston, C. J. (2006). Leadership roles and management

funtions in nursing:theory and application. Philadelphia: Lippincott

Williams & Wilkins.

102
MNS. (2011). Management and network services: Skilled discharge planning

form. http://ebookbrowse.com/skilled-discharge-planning-form-pdf-

d72670733,

Nasir, A., Muhith, A., & Ideputri, M.E. (2011). Buku ajar metodologi penelitian

kesehatan: Konsep pembuatan karya tulis dan thesis untuk mahasiswa

kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika

Notoatmadjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2012) Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2009). Pengembangan sumber daya manusia. Jakarta:

Rhineka Cipta.

Notoadmodjo, S. (2010). Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rhineka

Cipta.

PSIK Jurnal ilmu keperawatan Pengaruh Pemberian Discharge Planning

Terhadap Peningkatan Pengetahuan Pasien dan Keluarga.

https://jurnal.ugm.ac.id/jik/article/view/10132.

Poglitsch, L.A., Emery, M., & Darragh, A. (2011). A qualitative study of the

determinants of successful discharge for older adult inpatients. Journal of

American Physical Therapy Association. (ISSN 1538-6724).

Saryono. (2011). Metodologi penelitian kesehatan: Penuntun praktis bagi

pemula. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press

Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Ed. 1. Yogyakarta:

ANDI

Rofii, M. (2011). Analisi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan

Perencanaan Pulang pada Perawat di Rumah Sakit Sultan Agung

103
Semarang. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan.

Rosdhal, C. B., & Kowalski, M. T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Dasar.

Jakarta: EGC.

Shofiana, A. M. (2014). Hubungan Persepsi Perawat Tentang Manfaat

Discharge Planning dengan Pelaksanaan Discharge Planning Di Ruang

Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. -, 1-18.

Sulistyawati, W. (2016). Hubungan Implementasi Asesmen Kompetensi

Dengan Pelaksanaan Discharge Planning. . Jurnal Care Vol. 4, 124- 129.

Tam, M. Y., & Tumala, V. M. (2001). An Aplication Of The AHP In Vendor

Selection Of The Telecommunication System. The International Journal Of

Management Science, 171-182.

Ulfah, A. (2014). Gambaran pelaksanaan discharge planning pada pasien

stroke di ruang rawat inap geulima 1 rumah sakit umum daerah dr.

zainoel abidin Banda Aceh.

Yusuf, M. (2013). Hubungan Manajemen Waktu Perawat Pelaksana Dengan

Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruangrawat Inap

Kelas III Rumah Sakit Umum Daerah dr Zainoel Abidin Banda Aceh.

Jurnal Ilmu Keperawatan, 76-84

104
Gantt chart Penelitian

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian

Bulan
September 2019 – januari
No kegiata
n
9 10 11 12 01
1 Pengajuan judul
2 Acc judul

3 Pembuatan proposal
Revisi proposal
4

Ujian proposal
penelitian

Ujian hasil

Bukittinggi, januari 2020

Yona Fitri

Lampiran 2 kurikulum vitae

105
CURRCULUM VITAE

Nama Lengkap : Yona Fitri

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/Tanggal Lahir : Payakumbuh/ 21 mei

1988

Warga Negara : Indonesia

Status : Menikah

Agama : Islam

Orang Tua : Ayah : H. Riswandi

Ibu : eda wati

Alamat : jalan camar no 17 kelurahan talawi


koto nan gadang kecamatan
payakumbuh utara.

Riwayat Pendidikan :

1. Taman Kanak-kanak manunngal I (1994 – 1995)

2. SDN 22 talawi (1995 – 2001)

3. MTSn Koto Nan Gadang talawi (2001 – 2004)

4. MAN 1 Payakumbuh (2004 – 2007)

5. D3 Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi (2008 – 2011)

6. S1 Keperawatan STIKes Yarsi Sumbar Bukittinggi (2018- sekarang)

106
Lampiran 3 lembar konsultasi proposal .

STIKES YARSI SUMATERA BARAT


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Jln. Tan Malaka Belakang balok Bukittinggi-Sumatera Barat Telp.0752-21169 Fax.0752-
33458

LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : YONA FITRI


NIM : 1811142010252
Judul : Faktor – faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan
discharge planning di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina
Payakumbuh tahun 2019
Pembimbing I : Ns. Sri hayulita,SKep,.M.Kep

No Hari/Tanggal Materi Bimbingan Tandatangan Pembimbing

1 23/12/2019 Konsultasi Bab 5 dan 6

Konsultasi perbaikan Bab 5


2 30/12/2019
dan 6

3 2/1/2020 Perbaikan Bab 5 dan 6

4 3/1/2020 Perbaikan bab 5 dan 6

5 4/1/2020 Perbaikan bab 5 dan 6

6 6/1/2020 Acc untuk ujia

Lampiran 4 izin melakukan penelitian .

107
Nomor: 1849/STIKs – Yarsi/S1.Kep/XI – 2019
Lamp: -
Hal : Mohon izin penelitian
Kepada Yth :
Ibu Direktur RSI Ibnu Sina payakumbuh
Di
Tempat

Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan ini kami sampaikan kepada ibu bahwa sesuai dengan kalender akademik
program study S1 keperawatan Transfer STIKes Yarsi Bukittinngi Tahun Ajaran
2019 – 2020 , dimana mahasiswa semester III diharuskan melakukan penelitian
untuk Skripsi sebagai syarat untuk memperolrh gelar sarjana.

Maka dari itu kami mohon kepada ibuk untuk dapat kiranya memberikan izin
kepada Mmahasiswa STIKes Yarsi Sumbar Prodi S1 Keperawatan sbb:

no Nama mahasiswa/Nim Judul proposal


1 Yona fitri Faktor – faktor yang berhubungan dengan
1811142010252 pelaksanaan discharge planning di ruang Rawat
Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh tahun 2019.
Dosen pembimbing
Ns, Sri Hayulita,
S.Kep.,M.Kep

Demikianlah kami sampaikan , atas bantuan Ibu serta kerjasamanya terlebih dahulu kami
ucapkan Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Diketahui Ka. Prodi S1 Keperawatan
Ketua SIKes Yarsi

Ns, junaidy suparman Rustam,S.Kep,.MNS Ns, Sri Hayulita, S.Kep.,M.Kep

Lampiran 5 permohonan jadi responden .

108
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada YTH,
Bapak/Ibuk
Di
Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh
Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini, mahasiswa Prodi S1 keperawatan
STIKes YARSI Bukittinggi
Nama : Yona fitri
NIM : 1811142010252

Bermaksud akan melakukan penelitian dengan judul faktor – faktor yang


berubungan dengan pelaksanaan discharge planning di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina
Payakumbuh Tahun 2019 .
Penelitian ini tidak berakibat buruk bagi para respoden yang bersangkutan dan
informasi yang diberikan responden akan dirahasiakan serta digunakan untuk
kepentingan penelitian. Saya bertanggung jawab atas informasi yang diberikan tidak akan
merugikan responden.

Demikian saya sampaikan, atas perhatian, bantuan dan kerja sama yang telah
diberikan saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

( yona fitri )

Lampiran 6 informed consent

109
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
( INFORMED CONSENT )

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis kelamin: :
Alamat :
Nomor Hp :

Menyatakan bahwa saya bersedia untuk turut berpartisipasi menjadi responden


penelitian yang dilakukan oleh program studi S1 Keperawatan STIKes YARSI
Bukittinggi yang berjudul faktor – faktor yang berubungan dengan pelaksanaan discharge
planning di Ruang Rawat Inap RSI Ibnu Sina Payakumbuh Tahun 2019 .

Tanda tangan saya menunjukkan saya sudah diberi informasi dan memutuskan
untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Payakumbuh , september 2019


Responden

( )

110
lampiran 7 instrumen penelitian .

STIKES YARSI SUMATERA BARAT


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Jln. Tan Malaka Belakang balok Bukittinggi-Sumatera Barat Telp.0752-
21169 Fax.0752-33458

Faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan discharge planning di RSI Ibnu Sina
Pyakumbuh Tahun 2019

KUESIONER

UNTUK PERAWAT

Petunjuk Pengisian:

1. Berilah tanda check (√) pada jawaban yang


tersedia sesuai jawaban yang Saudara pilih.

2. Tulislah jawaban secara singkat dan jelas pada


tempat yang telah tersedia.

3. Mohon untuk TIDAK mengosongkan jawaban pada setiap


pertanyaan.
A. KARAKTERISTIK PERAWAT

1. Umur : ……………………………..tahun

2. Jenis kelamin : pria wanita

3. Pendidikan keperawatan : D3 S1/NERS

4. Status perkawinan : menikah tidak

menikah

5. Masa kerja : 1 – 5 tahun

Kurang dari 5 tahun

111
B. FAKTOR PERENCANAAN PULANG
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda check (√) pada jawaban
yang tersedia sesuai jawaban yang
Saudara pilih.
2. Mohon untuk TIDAK mengosongkan jawaban pada setiap
pertanyaan.

Pilihlah jawaban:
: Pernyataan tersebut sesuai
Ya
dengan kondisi yang dialami
/ dirasakan perawat saat ini

Tidak : Pernyataan tersebut tidak


sesuai dengan kondisi
yang dialami / dirasakan
perawat saat ini
NO. PERNYATAAN YA TIDAK

Menurut saya ...

1 Berkomunikasi pada saat pelaksanaa


perencanaan pulang menyesuaikan latar belakang
pendidikan
pasien.
2 Melakukan komunikasi pada pelaksanaan
perencanaan pulang tidak memperhatikan status
mental pasien.
3 Melakukan komunikasi pada pelaksanaan
perencanaan pulang memperhatikan hambatan fisik
pasien seperti gangguan pendengaran atau
penglihatan.
4 Melakukan komunikasi pada pelaksanaan
perencanaan pulang dengan memberikan
informasi yang tidak jelas pada pasien
5 Melakukan komunikasi pada pelaksanaan
perencanaan pulang dengan menggunakan bahasa
yang tidak dipahami oleh pasien.
6 Melakukan komunikasi pada pelaksanaan
perencanaan pulang dengan tehnik yang disukai
oleh pasien
7 Melakukan komunikasi pada pelaksanaan
perencanaan pulang tidak menjelaskan cara

112
perawatan pasien dirumah untuk pasien khusus
(cara perawatan stroke, perawatn luka post op)
8 Pasien terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
perencanaan pulang
9 Keluarga tidak terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
perencanaan pulang pasien
10 Dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan pulang
pasien, dokter tidak dilibatkan oleh perawat.
11 Dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan pulang
pasien, petugas gizi tidak dilibatkan oleh perawat.

12 Dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan pulang


pasien, petugas Puskesmas tidak dilibatkan oleh
perawat mengenai control selanjutnya.
13 Dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan pulang
pasien, petugas apotik tidak dilibatkan oleh perawat
mengenai obat pulang.
14 Dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan pulang
pasien, petugas ruhis tidak dilibatkan oleh perawat.

15 Dalam pelaksanaan kegiatan perencanaan pulang pasien,


petugas pos/ brangkarmen tidak dilibatkan oleh perawat.

16 Tidak mempunyai waktu untuk menuliskan


pengkajian sampai dengan evaluasi perencanaan
pulang pasien.
17 Tidak mempunyai waktu yang cukup dalam
mengimplementasikan perencanaan pulang pasien.

18 Menunda waktu untuk mempersiapkan


kegiatan perencanaan pulang pasien.

19 Memfokuskan waktu untuk melakukan kegiatan


pelaksanaan perencanaan pulang pasien

20 Tidak memfokuskan waktu memberikan surat


perjanjian tertulis kepada pasien tentang rencana
pulang yang telah disepakati.

113
21 Tidak memfokuskan waktu untuk membuat
kesepakatan dengan tim kesehatan lain dalam
perencanaan pulang.

114
Lampiran 8 kisi – kisi kuisioner .

Format checklis pemulangan pasien ( discharge planning) RSI Ibnu Sina

payakumbuh tahun 2019.

Nama & Tanda Tangan


PERSIAPAN RENCANA PEMULANGAN
Petugas PJ
PASIEN
Pasien
1. Informasi Kesehatan

Pemberian informasi tentang hasil


pengkajian medis, diagnosis, tatalaksana,
prognosis, rencana pemulangan pasien.
Rencana pemulangan pasien didiskusikan
dengan keluarga/ Pj Pasien perawatan
pasien di rumah.
Pemberitahuan tanggal rencana pemulangan
pasien, tanggal : ...................................
Tanda dan gejala yang perlu
dilaporkan ...............
Tindakan/pengobatan yang dapat dilakukan
sebelum ke rumah sakit ...........................
Pemberian nomor telepon yang bisa
dihubungi saat pasien membutuhkan
bantuan :
Nomor telpon operator RSI Ibnu Sina
Payakumbuh (0752) 92222
2. Edukasi kesehatan untuk Pasien di
Rumah
Pemberian edukasi kesehatan sesuai dengan
diagnosis
Informasi tentang clinical pathway
Pemberian leaflet edukasi kesehatan

3. Pemberian Informasi pada pasien/Pj


Pasien Perawatan Pasien dirumah
tentang
Jenis aktivitas yang boleh dilakukan di
rumah .............
Alat bantu yang digunakan .......................
Pelatihan untuk aktivitas dengan
menggunakan alat bantu*
Informasi lain yang diperlukan tentang

115
aktivitas*

4. Pemberian Eduksi tentang Nutrisi


Diet dan batasan makanan ......................
Pola makan ................................
Pelatihan tentang persiapan, pengaturan
pola makan cara pemberian obat.
Edukasi lain yang diperlukan tentang
nutrisi ...............
5. Pemberian Edukasi tentang Perawat
dirumah
Edukasi dan latih tentang higiene (mandi
BAK BAB Dll)*
Edukasi dan latih tentang cara mengenakan
pakaian*
Edukasi tentang perawatan luka*
Edukasi tentang perawatan NGT, Kateter*
Edukasi tentang cara pencegahan dan kotrol
adanya infeksi.
Edukasi lain yang diperlukan tentang
perawatan dirumah ...................................

6. Pemberian Eduksi tentang Pemberian


Obat – Obatan
Edukasi tentang nama dan kegunaan obat
Edukasi tentang efek samping obat
Edukasi tentang dosis dan waktu pemberian
obat
Edukasi tentang cara pemberian obat
Edukasi lain yang diperlukan tentang
pemberianobat..........................................

7. Persiapan Pulang
Tempat perawatan selanjutnya setelah
dibawa pulang
Hasil - hasil pemeriksaan yang akan dibawa
pulang
Obat untuk dirumah
Alat bantu/peralatan kesehatan untuk
dirumah*
Rencana kontrol, tanggal ...... ke
poliklinik .....
Format resume medis yang sudah terisi

116
Alat transportasi yang digunakan untuk
pulang : ambulan / mobil pribadi
Kelengkapan administrasi

Lampiran 9 kisi-kisi kuisioner

117
STIKES YARSI SUMATERA BARAT
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
Jln. Tan Malaka Belakang balok Bukittinggi-Sumatera Barat Telp.0752-
21169 Fax.0752-33458

Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan discharge planning di RSI Ibnu Sina Pyakumbuh
Tahun 2019

Kisi – kisi kuisioner

No Variabel No.Pernyataan

Variabel Independen

1 Umur 1

2 Jenis kelamin 2

3 Pendidikan 3

4 Status perkawinan 4

5 Masa kerja 5

6 Faktor komunikasi 1,2,3,4,5,6,7.

7 Faktor keterlibatan 8,9,10,11,12,13,14.


dan partisipasi

8 Faktor waktu 15,16,17,18,19,20,21.

Variabel Dependen
1 Pelaksanaan Lembar checklist discharge planning RSI Ibnu
discharge Sina Payakumbuh dengan observasi
planning

Lampiran 10 SPO pemulangan pasien di RSI Ibnu Sina Payakumbuh.

118
PERSIAPAN PEMULANGAN PASIEN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSI IBNU SINA 121/SPO/KEP/R 1/ 3
PAYAKUMBUH SI- 0
PYK/VII/2017
Direktur RSI IBNU SINA Payakumbuh
SPO
(STANDAR Tanggal terbit
PROSEDUR
OPERASINAL) ( )
2 juli 2017
PENGERTIAN Persiapan pemulangan pasien adalah mempersiapkan pasien
dan pembekalan perawatan kesehatan pasien dirumah sat
pasien akan dipulangkan setelah menjalani perawaa di RSI
IBNU SINA Payakumbuh
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah agar pasien dan
keluarga dapat melanjutkan perawatan kesehata dirumah
secara mandiri
KEBIJAKAN Kepususan Direktur No 19/SK-DIR/IS-PYK/ IV2017 tentang
penerapan dan pemberlakuanprosedur tetapkeperawatan
rumah sakit islam IBNU SINA YARSI SUMBAR
Payakumbuh
1. Persiapan

PROSEDUR a. Formulir Ringkasan Medis

b. Formulir Ringkasan Keperawatan

c. Kartu kontrol

d. Hasil-hasil pemeriksaan yang diperlukan

e. Obat untuk dibawa pulang

2. Pelaksanaan

a. Isi formulir resume medis pasien / ringkasan pulang


pasien (oleh DPJP)

b. Isi formulir ringkasan keperawatan pasien (oleh DPJP)

c. Buatkan resep obat pulang pasien (oleh DPJP/ dr.


Ruangan

d. Kirim resep obat pasien pulang ke instalasi farmasi

e. Minta informasi ke instalasi farmasi tentang harga obat


pulang pasien

f. Informasikan ke pasien/ keluarga tentang harga obat


pulang

g. Minta persetujuan pasien/ keluarga untuk harga dan

119
pengambilan obat tersebut di instalasi farmasi RSI IBNU
SINA Payakumbuh (sesuai dengan format persetujuan
harga obat)

h. Ambil obat pulang dari instalasi farmasi dan siapkan


obat untuk dibawa pulang

Persiapan pemulangan pasien

RSI IBNU SINA

PAYAKUMBUH
No. dokumen No. REVISI Halaman
121/SPO/KEP/RSI- 1/3
PYK/VII/2017 0
i. Lakukan edukasi tentang pemberian obat pulang pada
pasien dan PJ perawata pasien di rumah (oleh tim PKRS)

j. Retur dan alkes yang tidak dilanjutkan untuk pulang ke


instalasi farmasi oleh perugas adm rawat inap (obat/
alkes yang diretur adalah yang sebelumnya diresepkan
dan diambil di instalasi farmasi RSI IBNU SINA
Payakumbuh

k. Siapkan berkas-berkas yang akan dibawa pasien pulang


(hasil laboratorium, foto rontgen, ringkasan pulang,
ringkasan keperawatan, hasil pemeriksaan penunjang lain
jika diperlikan.

l. Hubungi bagian kasir untuk menanyakan kesiapan


administrasi yang akan dibayar oleh pasien (oleh petugas
adm rawat inap)

m. Berikan surat pengantar (surat keterangan izin pulang)


pada keluarga/Pj pasien untuk menyelesaikan
administrasi kekasir (oleh petugas adm rawat inap)

n. Minta surat izin pulang yang sudah diberi cap lunas dari
kasir kepada keluarga / PJ pasien.

o. Berikan penjelasan pada pasien ?Pj perawatan pasien


dirumah tentang pesanan pulang (sesuai dengan yang ada
pada formulir ringkasan keperawatan pasien)

p. Lakukan serah terima dengan pasien/ Pj perawatan


pasien tentang pesanan pulang, obat-obatan, hasil-hasil
pemeriksaan, kartu kontrol dan berkas-berkas yang akan
dibawa pulang serta tanda tangan pada formulir
pemulangan /ringkasan keperawatan pasien

q. Hubungi petugas ambulan untuk mengantar pasien


pulang (bila pasien menggunakan ambulan)

r. Hubungi petugas kemanan untuk mengantar orang sakit


untuk mengantarkan kereta barang kekamar pasien dan

120
membawa barang-barang pasien ke mobil/ambulan.

s. Antar pasien pulang sampai pintu keluar RSI IBNU


SINA Payakumbuh / dekat mobil/ambulan yang akan
membawa pulang

Persiapan pemulangan pasien


RSI IBNU SINA No. dokumen No. revisi Halaman
PAYAKUMBUH 121/SPO/KEP/RSI- 1/3
PYK/VII/2017 0
t. Ucapkan terma kasih setelah selesai mengantar pasien
sampai naik ke mobil dan sampaikan “semoga sehat
selau dan jangaan lupa untuk kontrol ulang”

3. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

Pasien dipulangkan apabila :


a) Tempat perawatan selanjutnya sudah cukup memadai

b) Pj prawatan pasien dirumah sudah memahami tentang


pearawatan dirumah

c) Sudah ada informasi dari DPJP bahwa pasien boleh


pulang dan sudah menyelesaikan administrasi perawatan

4. Daftarkan pasien ke bgian registrasi rawat


jalan untuk control ulang ke DPJP

UNIT TERKAIT 1. Instalasi rawat inap

2. Hight care unit ( HCU )

121
122
123
124
125

Anda mungkin juga menyukai