LK 2 - Lembar Kerja Belajar Mandiri Modul 2

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LK 2: Pendagogi

Nama : Eka Susilawati


Judul Modul PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN ABAD
21
Judul Kegiatan Belajar (KB) 1. Karakteristik pembelajaran abad 21
2. Profil dan kompetensi guru abad 21
3. Tugas pokok dan fungsi guru abad 21
4. Strategi pengembangan keprofesian
berkelanjutan
No Butir Refleksi Respon/Jawaban
1 Daftar peta konsep (istilah KB 1 KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN ABAD 21
dan definisi) di modul ini
a. Karakteristik pembelajaran abad 21
1) Fenomena perubahan pembelajaran abad 21
 Komponen pembelajaran abad 21 yang meningkat
interaksinya satu sama lain, yaitu:
(1) aktifitas instruktur/guru/ mentor/fasilitator,
(2) desain pembelajaran online,
(3) data sebagai sumber belajar (big data), dan
(4) strategi pembelajaran online, dan
(5) unjuk kerja peserta didik.
 Fenomena lain abad 21 adalah adanya pergeseran
kebutuhan Sumber Daya Manusia (SDM) yang
menggeser SDM berketerampilan tingkat rendah
(pekerjaan tangan) dengan pekerjaan SDM berdaya
kreatifitas tinggi.
 Bishop (2006) mengemukakan orientasi-orientasi
pembelajaran abad 21 dalam bentuk berbagai
keterampilan abad 21 yang penting dikuasai peserta
didik untuk menjadi warga negara dan insan yang kreatif
produktif di abad 21.
 Beberapa keterampilan penting abad 21 yang
divisualisasikan pada gambar 3 sangat relevan menjadi
orientasi pembelajaran di Indonesia sebagai berikut;.
1. Berpikir kritis dan penyelesaian masalah (critical
thinking and problem solving).
2. Kreatifitas dan inovasi (creativity and innovation)
3. Pemahaman lintas budaya (cross-cultural
understanding).
4. Komunikasi, literasi informasi dan media (media
literacy, information, and communication skill).
5. Komputer dan literasi Teknologi Informasi dan
Komunikasi (computing and ICT literacy)
6. Karir dan kehidupan (life and career skill)

b. Karakteristik Peserta Didik Abad 21

 Seperti apakah karakteristik generasi z? Mari kita


cermati bersama-sama!
1. Generasi z menyukai kebebasan dalam belajar (self
directed learning) mulai dari mendiagnosa
kebutuhan belajar, menentukan tujuan belajar,
2. Generasi z suka mempelajari hal-hal baru yang
praktis sehingga mudah beralih fokus belajarnya
meskipun memiliki kecukupan waktu untuk
mempelajarinya.
3. Merasa nyaman dengan lingkungan yang terhubung
dengan jaringan internet karena memenuhi hasrat
berselancar, berkreasi, berkolaborasi, dan
membantu berbagi informasi sebagai bentuk
partisipasi.
4. Generasi z lebih suka berkomunikasi dengan
gambar images, ikon, dan simbolsimbol daripada
teks. Generasi z tidak betah berlama-lama untuk
mendengarkan ceramah guru, sehingga lebih
tertarik bereksplorasi daripada mendengarkan
penjelasan guru.
5. Memiliki rentang perhatian pendek (short
attention span) atau dengan kata lain sulit untuk
berkonsentrasi dalam jangka waktu lama.
6. Berinteraksi secara kompleks dengan media seperti
smartphone, televisi, laptop, desktop, dan iPod.
Silahkan Saudara amati adakah fenomena seorang
peserta didik mengetik dengan laptop sambil
melacak informasi lewat smartphone sekaligus
menonton televisi?
7. Generasi z lebih suka membangun eksistensi di
media sosial daripada di lingkungan nyata dan
cenderung memilih menggunakan aplikasi seperti
Snapchat, Secret dan Whisper daripada whatsapp.
c. Peran Guru dalam Pembelajaran Abad 21
 Di satu sisi generasi z tetap memerlukan bantuan dalam
hal;
(a) cara memvalidasi informasi,
(b) cara mensintesa informasi,
(c) cara mengambil manfaat dari informasi,
(d) cara mengkomunikasikan informasi kepada orang
lain dengan baik,
(e) menggabungkan informasi secara kolaboratif, dan
(f) cara menggunakan informasi untuk menyelesaikan
masalah yang produktif.
 Lakukan beberapa hal sederhana yang dapat
membangun iklim positif bagi generasi z, yaitu;
1. Kurangi kebiasaan berdiri di depan kelas dan di
tengah kelas sebagai satusatunya sumber dan pusat
perhatian. Ingatlah teknologi digital adalah infrastruktur
belajar yang digemari bagi generasi z.
2. Guru lebih berperan dan bertindak sebagai mentor
pendamping, pembimbing, dan pelatih dengan
kebijaksanaan, pengetahuan, dan pengalaman.
3. Memotivasi peserta didik untuk mencapai tujuan
yang telah dipilih melalui inspirasi-inspirasi baru.
4. Peran guru adalah memberikan saran atas proses
dan hasil belajar peserta didik sehingga perlu
memfokuskan diri kepada monitoring proses belajar
peserta didik. Misalnya guru menyediakan wadah untuk
mengunggah karya peserta didik kemudian guru
memberikan komentar konstruktif secara berkala.
d. Model-model Pembelajaran Abad 21
 Model-model pembelajaran dimaksud antara lain;
1. Discovery learning; belajar melalui penelusuran,
penelitian, penemuan, dan pembuktian.
2. Pembelajaran berbasis proyek; proyek memiliki target
tertentu dalam bentuk produk dan peserta didik
merencanakan cara untuk mencapai target dengan dipandu
oleh pertanyaan menantang.
3. Pembelajaran berbasis masalah dan penyelidikan; belajar
berdasarkan masalah dengan solusi “open ended”, melalui
penelusuran dan penyelidikan sehingga dapat ditemukan
banyak solusi masalah.
4. Belajar berdasarkan pengalaman sendiri (Self Directed
Learning/SDL); SDL merupakan proses di mana insiatif
belajar dengan/atau tanpa bantuan pihak lain dilakukan
oleh peserta didik sendiri mulai dari mendiagnosis
kebutuhan belajar sendiri, merumuskan tujuan,
mengidentifikasi sumber, memilih dan menjalankan strategi
belajar, dan mengevaluasi belajarnya sendiri.
5. Pembelajaran kontekstual (melakukan); guru mengaitkan
materi yang dipelajari dengan situasi dunia nyata peserta
didik sehingga memungkinkan peserta didik menangkap
makna dari yang pelajari, mengkaitkan pengetahuan baru
dengan pegetahuan dan pengalaman yang sudah dimiliki.
6. Bermain peran dan simulasi; peserta didik bisa diajak
untuk bermain peran dan menirukan adegan,
gerak/model/pola/prosedur tertentu.
7. Pembelajaran kooperatif; merupakan bentuk
pembelajaran berdasarkan faham kontruktivistik. Peserta
didik berkelompok kecil dengan tugas yang sama saling
bekerjasama dan membantu untuk mencapai tujuan
bersama.
8. Pembelajaran kolaboratif; merupakan belajar dalam tim
dengan tugas yang berbeda untuk mencapai tujuan
bersama. Pembelajaran kolaboratif lebih cocok untuk
peserta didik yang sudah menjelang dewasa.
9. Diskusi kelompok kecil; diskusi kelompok kecil
diorientasikan untuk berbagai pengetahuan dan
pengalaman serta untuk melatih komunikasi lompok kecil
tujuannya agar peserta didik memiliki ketrampilan
memecahkan masalah terkaitmateri pokok dan persoalan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

e. TPACK sebagai Kerangka Integrasi Teknologi


 Istilah PCK pertama kali diperkenalkan oleh Shulman
pada tahun 1986. Namun, PCK tidak sekedar irisan atau
gabungan pengetahuan tentang pedagogi dan
penguasaan materi namun diperkuat oleh pengalaman-
pengalaman guru (tacit knowledge). Penelitian
menunjukkan persepsi calon guru terhadap TPACK
sangat dipengaruhi oleh pengalaman mengikuti
perkuliahan terkait pengetahuan tentang teknologi dan
pengetahuan tentang pedagogi dan teknologi (Koh,
et.al, 2013).
 Konsep TPACK melibatkan 7 domain pengetahuan
dikarenakan ada irisan atau sintesa baru, yaitu;
a). Pengetahuan materi (content knowledge/CK) yaitu
penguasaan bidang studi atau materi pembelajaran.
b). Pengetahuan pedagogis (pedagogical
knowledge/PK) yaitu pengetahuan tentang proses dan
strategi pembelajaran.
c). Pengetahuan teknologi (technological knowledge/TK)
yaitu pengetahuan bagaiamana menggunakan teknologi
digital.
d). Pengetahuan pedagogi dan materi (pedagogical
content knowledge/PCK) yaitu gabungan pengetahuan
tentang bidang studi atau materi pembelajaran dengan
proses dan strategi pembelajaran.
e). Pengetahuan teknologi dan materi (technological
content knowledge/TCK) yaitu pengetahuan tentang
teknologi digital dan pengetahuan bidang studi atau
materi pembelajaran.
f). Pengetahuan tentang teknologi dan pedagogi
(technological paedagogical knowledge/TPK) yaitu
pengetahuan tentang teknologi digital dan pengetahuan
mengenai proses dan strategi pembelajaran.
g). Pengetahuan tentang teknologi, pedagogi, dan
materi (technological, pedagogical, content
knowledge/TPCK) yaitu pengetahuan tentang teknologi
digital, pengetahuan tentang proses dan strategi
pembelajaran, pengetahuan tentang bidang studi atau
materi pembelajaran.
 Ke delapan domain untuk penerapan TPACK secara
praktis adalah:
(1) Menggunakan TIK untuk menilai peserta didik.
Contoh Saudara menggunakan Microsoft excel untuk
mengolah nilai, menggunakan kuis online untuk menilai
partisipasi peserta didik, menggunakan grup chatting
untuk memahami cara berkomunikasi melalui medsos
dan sebagainya.
(2) Menggunakan TIK untuk memahami materi
pembelajaran.
(3) Mengintegrasikan TIK untuk memahami peserta
didik.
(4) Mengintegrasikan TIK dalam rancangan kurikulum
termasuk kebijakan.
(5) Mengintegrasikan TIK untuk menyajikan data.
Contohnya menggunakan TIK untuk menyajikan data
akademik, data induk peserta didik, data mutasi peserta
didik, membuat grafik dan sebagainya
(6) Mengintegrasikan TIK dalam strategi pembelajaran.
Contohnya mengembangkan pembelajaran berbasis
web, (7) Menerapkan TIK untuk pengelolaan
pembelajaran. Contohnya menggunakan TIk untuk
presensi online, memasukkan dan mengolah nilai
peserta didik, menggunakan sistem informasi akademik
dan sebagainya.
(8) Mengintegrasikan TIK dalam konteks mengajar.

2. PROFIL DAN KOMPETENSI GURU ABAD 21


a. Profil Guru Efektif Abad 21
 Sebelum membahas profil guru efekti abad 21 mari
sejenak mengenal 4 tipe guru dimana Saudara
merupakan pemilik salah satu tipe dari 4 tipe yang
dipaparkan.
1) Tipe pertama disebut Guru Medioker (Mediocre
Teacher) Guru tipe medioker sering menjengkelkan
bagi sebagian besar peserta didik. Ciri guru
medioker adalah monoton, mata lebih banyak
melihat buku dan membacanya, selalu duduk atau
berdiri di depan ruang kelas, pendapatnya seolah
merupakan kebenaran mutlak, dan peserta didik
lebih banyak mendengar suara guru.
2) Guru yang baik (good teacher) Guru dalam katagori
ini selangkah lebih baik. Guru tipe baik memiliki
kemampuan ceramah dan menjelaskan
berdasarkan hasil analisis bukan sekedar membaca
ulang dan menghafal meskipun dilihat dari gaya
mengajarnya masih cenderung berpusat guru.
3) Guru superior (demonstrates) Apabila Saudara
dapat membuat suasana kelas menjadi lebih
interaktif dan kreatif, semua peserta didik memiliki
kesempatan yang sama untuk menyampaikan
pendapat.
4) Great teacher (inspires). Guru dengan tipe great
sangat dibutuhkan oleh bangsa dan dirindukan
selalu oleh peserta didik. Guru tipe ini seolah
memiliki x-factor dimana setiap proses
pembelajarannya selalu dilandasi oleh panggilan
jiwa, ibadah, dan merasa berdosa apabila tidak
mampu menginspirasi peserta didiknya.
 Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban
tugas dan menjalankan profesi maka terdapat lima
faktor yang harus senantiasa dipelihara, yaitu:
1. Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal
2. Sikap memelihara citra profesi
3. Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar
kesempatan-kesempatan profesionalisme.
4. Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita
profesi
5. Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi.
 Guru abad 21 memiliki karakteristik spesifik dibanding
dengan guru pada era sebelumnya. Karakteristik yang
dimaksud diantaranya:
1. Memiliki semangat dan etos kerja yang tinggi disertai
kualitas keimanan dan ketakwaan yang mantap.
2. Mampu memanfaatkan iptek sesuai tuntutan
lingkungan sosial dan budaya di sekitarnya.
3. Berperilaku profesional tinggi dalam mengemban
tugas dan menjalankan profesi.
4. Memiliki wawasan ke depan yang luas dan tidak picik
dalam memandang berbagai permasalahan.
5. Memiliki keteladanan moral serta rasa estetika yang
tinggi.
6. Mengembangkan prinsip kerja bersaing dan
bersanding.
 Untuk dapat berperilaku profesional dalam mengemban
tugas dan menjalankan profesi maka terdapat lima
faktor yang harus senantiasa dipelihara, yaitu:
1. Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal.
2. Sikap memelihara citra profesi.
3. Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar
kesempatan-kesempatan profesionalisme.
4. Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita
profesi
5. Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi.
 . Tilaar (1998) memberikan ciri-ciri agar seorang guru
terkelompok ke dalam guru yang profesional, yaitu;
1. Memiliki kepribadian yang matang dan berkembang.
2. Memiliki keterampilan untuk membangkitkan minat
peserta didik.
3. Memiliki penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang kuat.
4. Sikap profesionalnya berkembang secara
berkesinambungan.
5. Menguasai subjek (kandungan kurikulum).
6. Mahir dan berketrampilan dalam pedagogi
(pengajaran & pembelajaran).
7. Memahami perkembangan murid-murid dan
menyayangi mereka.
8. Memahami psikologi pembelajaran (cognitive
psychology).
9. Memiliki kemahiran konseling.
b. Kompetensi Guru Abad 21
 Kompetensi dapat diartikan kewenangan dan kecakapan
atau kemampuan seseorang dalam melaksanakan tugas
atau pekerjaan sesuai dengan jabatan yang
disandangnya. Dalam hal ini tugas atau pekerjaan yang
dimaksud adalah profesi guru.
 Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Artinya
diselengarakannya Pendidikan Profesi Guru (PPG)
dimaksudkan agar guru memiliki kompetensi
sebagaimana yang dimaksud dalam Undangundang
tersebut. Guru yang memiliki kompetensi memadai
sangat menentukan keberhasilan tercapainya tujuan
pendidikan.
 Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru
yang berkenaan dengan pemahaman terhadap peserta
didik dan pengelolaan pembelajaran mulai dari
merencanakan, melaksanakan sampai dengan
mengevaluasi. Secara umum kompetensi inti pedagogi
meliputi;
(a) menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik,
moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual,
(b) menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik,
(c) mengembangkan kurikulum yang terkait dengan
mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu,
(d) menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik,
(e) memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk kepentingan pembelajaran,
(f) memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimiliki,
(g) berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik,
(h) menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan
hasil belajar,
(i) Kompetensi Guru Pedagogik Kepribadian Sosial
Profesional Kualifikasi akademik Guru yaitu; S-1/D4 yang
diperoleh dari program studi terakreditasi dengan
memiliki penguasaan empat kompetensi yaitu;
pedagogi, kepribadian, sosial dan profesional.
(j) melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan
kualitas pembelajaran. Berikut diuraikan indikator
masing-masing kompetensi inti pedagogi.
 Kompetensi inti kepribadian seperti
(a) bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,
sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia,
(b) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,
berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan
masyarakat,
(c) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif, dan berwibawa,
(d) menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi,
rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan
(e) menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
 Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidian,
orang tua peserta Di sekolah guru menjadi pengajar,
pembimbing serta teladan bagi para peserta didik, di
masyarakat guru merupakan figur teladan bagi
masyarakat di sekitarnya yang memberikan kontribusi
positif dalam norma-norma sosial di masyarakat didik,
dan masyarakat sekitar.
 . Kompetensi sosial penting dimiliki bagi seorang
pendidik yang profesinya senantiasa berinteraksi
dengan human (manusia) lain.
 Kompetensi profesional merupakan kemampuan
penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang mencakup penguasaan substansi isi
materi pembelajaran, dan substansi keilmuan yang
menaungi materi dalam kurikulum, serta menambah
wawasan keilmuan.
c. Kompetensi Guru Abad 21 yang Memesona
 Pembelajaran abad 21 menjadi keharusan untuk
mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi,
serta pengelolaan pembelajaran yang berpusat pada
peserta didik. Pola pembelajaran berpusat pada guru
(teacher centred) menjadi pembelajaran yang berpusat
pada peserta didik (student centred) karena sumber
belajar digital dan lingkungan yang bisa dieksplorasi
melimpah.
 guru yang mampu mendesain, mengimplementasikan
dan menciptkan lingkungan belajar serta meningkatkan
kemampuan peserta didik. Guru memiliki kemampuan
standar seperti;
(1) memfasilitasi dan menginspirasi peserta didik belajar
secara kreatif,
(2) mendesain dan mengembangkan media digital untuk
pengalaman belajar dan mengevaluasi,
(3) memanfaatkan media digital dalam bekerja dan
belajar,
(4) memiliki jiwa nasionalisme dan rasa tanggungjawab
tinggi di era digital, dan
(5) mampu menumbuhkan profesionalisme dan
kepemimpinan.
 mengelola kelas sebagai pengendalian situasi di kelas
secara rinci guru yang memesona tampil dalam sebagai
berikut;
1. Guru harus bisa menjadi teman belajar (co learner)
yang menyenangkan, pandai membuat analogi
materi yang sulit dengan padanan sehingga mudah
dipahami.
2. Pandai membuat metafora atau perumpamaan
sebagai strategi sehingga peserta didik mudah
menangkap esensi dari suatu materi. Misalnya guru
bisa menggunakan cerita untuk menumbuhkan
kesadaran penggunaan teknologi yang bijaksana.
3. 3. Canggih. Guru memesona harus terlihat canggih
sehingga generasi z merasa ada sesuatu yang perlu
dipelajari dari gurunya dan terkagum-kagum.
Contoh; guru bisa mendemontrasikan penggunaan
teknologi dan merupakan pengalaman
menakjubkan bagi peserta didik.
4. Humoris namun tegas dan disiplin. Guru yang
humoris membawa suasana lebih akrab dan dekat,
menyebabkan suasana riang namun tetap tegas dan
disiplin kapan waktunya belajar dan kapan bersikap
humor.
5. Guru pandai berempati dan menyayangi peserta
didik. Tidak semua peserta didik berasal dari
keluarga yang beruntung secara ekonomi atau
banyak yang mengalami kondisi keluarga yang
kurang harmonis.
6. Memiliki rasa kesepenuhhatian dan menyadari apa
yang dilakukan adalah panggilan jiwa.

3. TUGAS POKOK DAN FUNGSI GURU ABAD 21

a.Profesi Guru dalam Pandangan Yuridis

 Terbitnya Undang -Undang Guru dan Dosen Nomor 14


Tahun 2005 adalah momentum bersejarah bagi guru
yang didahului pencanangan guru sebagai suatu profesi
pada tanggal 2 Desember 2004. Profesi guru merupakan
salah satu dari profesi tenaga kependidikan yang diatur
dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003.

 Guru merupakan tenaga kependidikan yang terlibat


langsung dengan proses pendidikan karena tugas
utamanya sebagai pendidik atau mengemban tugas dan
berprofesi sebagai pendidik.

 Berdasarkan Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor


14 tahun 2005 pasal 1 ayat (1) guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia
dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.

b. Tugas Pokok Guru Berdasarkan Undang-Undang

 Tugas guru sebenarnya merupakan pengabdian baik


yang terkait dengan dinas maupun di luar. Secara luas
ada tiga jenis tugas guru, yakni:

(1). Tugas terkait bidang profesi,

(2). Tugas terkait kemanusiaan, dan

(3). Tugas terkait dalam bidang kemasyarakatan.


Pembahasan Modul 2 Kegiatan Belajar 3
memfokuskan tugas pokok guru berdasarkan
peraturan perundang-undangan ataupun tugas
dalam bidang profesi.

 Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) Nomor 14


tahun 2015 pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah
pendidik professional dengan tugas utama guru
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

 Tujuan kurikulum 2013 mencakup empat kompetensi,


yaitu

(1) kompetensi sikap spiritual,

(2) sikap sosial,

(3) pengetahuan, dan

(4) keterampilan

 Permendikbud nomor 15 Tahun 2018 sebenarnya


mengatur tentang Pemenuhan Beban Kerja Guru dalam
12 minggu adalah 40 jam terdiri dari 37.5 jam efektif
dan 2.5 jam istirahat. Selanjutnya dalam pasal 3 ayat (1)
merinci kegiatan-kegiatan pokok yang perlu dilakukan
guru dalam melaksanakan beban kerja selama 37, 5
(tiga puluh tujuh koma lima) sebagai jam kerja efektif
yaitu; (a) merencanakan pembelajaran atau
pembimbingan

(b) melaksanakan pembelajaran atau pembimbingan;

(c) menilai hasil pembelajaran atau pembimbingan;


(d) membimbing dan melatih peserta didik; dan

(e) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada


pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja
guru.

1. Merencanakan Pembelajaran atau Pembimbingan

 Merencanakan pembelajaran atau pembimbingan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1)
Permendikbud Nomor 15 tahun 2018 meliputi kegiatan
pengkajian kurikulum dan pengkajian program tahunan
dan semester.

 kegiatan-kegiatan pokok guru dengan maksud dapat


memahami tugas-tugas pokok.

a).Pengkajian Kurikulum

 Brady (1990) menyatakan sesungguhnya tidak terdapat


model kurikulum tunggal yang dikembangkan di level
sekolah.

 8 subtansi pokok kurikulum yang potensial untuk


dikembangkan, yaitu;

(a). Mengkaji ruang lingkup, kedalaman dan atau


keluasan materi. Saudara cermati apakah materi sudah
cukup memadai untuk mencapai kompetensi?

(b). Mengkaji relevansi materi dengan kompetensi


sekarang maupun masa yang akan datang. Pertama,
Saudara cermati 2 apakah antara tujuan, isi/pengalaman
belajar, organisasi, dan evaluasi kurikulum memenuhi
relevansi internal dan terorganisir dengan baik?

(c). Kesesuaian materi dengan kompetensi yang hendak


capai. Tugas guru adalah memilih dan menentukan
materi yang dipakai untuk mendukung pencapaian
kompetensi meliputi dimensi sikap, kepribadian,
pengetahuan dan keterampilan.

(d). Mengkaji integrasi materi agar tidak tumpang tindih.


Guru bertugas mengecek apakah terjadi perulangan
materi untuk suatu 79ocia tertentu sehingga bersifat
mubazir. Silahkan bandingkan materi untuk setiap
kompetensi dengan kompetensi yang lain.

(e). Mengkaji urutan materi apakah mengarah


pencapaian kompetensi? Saudara perlu melakukan
analisis indikator pembelajaran dan menemukan urutan
kompetensi manakah yang perlu dicapai terlebih
dahulu.
(f). Mengkaji kesinambungan materi satu dengan
lainnya dan memastikan materi bersifat berjenjang.

(g). Mengkaji sejauhmana materi atau kompetensi


sudah diartikulasikan secara menyeluruh. Saudara
bertugas memeriksa secara keseluruhan materi atau
kompetensi telah benar-benar mencerminkan
kemampuan-kemampuan yang mengarah upaya
mencapai Standar Kompetensi Lulusan

(h). Mengkaji materi atau kompetensi sejauhmana


sesuai kebutuhan masa depan (anticipated need).

b).Pengkajian Program Tahunan (Prota) dan Program


Semester (Prosem)

 Penyusunan Prota dilakukan 81 dengan memetakan


alokasi waktu setiap kompetensi yang akan dicapai
selama satu tahun, sementara Prosem dengan
memetakan alokasi waktu setiap kompetensi yang akan
dicapai dalam satu semester. Tujuannya agar waktu
dapat dipergunakan secara efektif dan efisien.

 Prota idealnya disusun sebelum tahun ajaran dimulai.


Prota bersifat umum bagi setiap mata pelajaran untuk
setiap kelas yang dikembangkan oleh guru mata
pelajaran (Mulyana, 2004).

 Prosem memuat garis-garis besar mengenai hal-hal yang


hendak dilaksanakan dan dicapai dalam satu semester.
Prosem merupakan penjabaran lebih lanjut dari Prota.

 Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan


kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan
indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.

 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor


22 Tah un 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah menyebutkan RPP adalah rencana
kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu
pertemuan atau lebih.

 Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan


Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 Tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan
Menengah pasal 3 ayat (2) menyatakan RPP disusun
mengacu pada silabus dengan prinsip-prinsip:

a. memperhatikan perbedaan individual peserta didik;

b. partisipasi peserta didik;


c. berpusat pada peserta didik;

d. berbasis konteks;

e. berorientasi kekinian;

f. mengembangkan kemandirian belajar;

g. memberikan umpan balik dan tindak lanjut


pembelajaran;

h. memiliki keterkaitan dan keterpaduan


antarkompetensi dan/atau antarmuatan; dan

i. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi

 jumlah jam pelajaran yang tersedia dalam silabus dan


KD yang harus dicapai;

1) Peserta didik diposisikan sebagai subyek aktif dalam


membangun pengetahuannya. Kontruktivistik sosial
didasarkan pandangan pengetahuan bukan sekedar
hasil refleksi dan representasi, namun hasil
mengkontruksi secara aktif objek dan peristiwa
secara sadar (Ageeva, 2016)

2) Pembelajaran memanfaatkan beragam sumber


belajar sehingga guru abad 21 harus pandai
memanfaatkan aneka sumber baik digital maupun
non digital.

3) Pendekatan tekstual menuju proses sebagai


penguatan penggunaan pendekatan ilmiah.

4) Pembelajaran berbasis konten menuju


pembelajaran berbasis kompetensi. Pembelajaran
bukan hanya sekedar menghafal fakta-fakta yang
menyebabkan beban kognitif (load cognitive),
namun ditunjukkan oleh pencapaian kompetensi
yang memenuhi standar proses;

5) Perubahan pembelajaran parsial menuju


pembelajaran terpadu. Artinya pembelajaran harus
menunjukkan kebulatan pengetahuan yang utuh,
anatar perencanaan, proses dan evaluasi memiliki
keterkaitan;

6) Tujuan pembelajaran yang dirumuskan berdasarkan


KD, dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan;

7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian


kompetensi;

8) Materi pembelajaran, memuat fakta, konsep,


prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator ketercapaian kompetensi;

9) Metode pembelajaran, digunakan oleh pendidik


untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik mencapai KD yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan
KD yang akan dicapai.

10) Media pembelajaran, berupa alat bantu proses


pembelajaran untuk menyampaikan materi
pelajaran.

11) Sumber belajar, dapat berupa buku, media cetak


dan elektronik, alam sekitar, atau sumber belajar
lain yang relevan/sumber belajar dapat
dikatagorikan pesan, bahan, alat, teknik, dan
lingkungan (POBATEL);

12) Langkah-langkah pembelajaran dilakukan melalui


tahapan pendahuluan, inti, dan penutup yang
secara lengkap akan dipaparkan pada bagian tugas
melaksanakan pembelajaran.

2. Melaksanakan Pembelajaran atau Pembimbingan

 Permendikbud No. 15 tahun 2018 dalam Pasal 4 ayat (2)


menyebutkan:” melaksanakan pembelajaran atau
pembimbingan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (1) huruf b merupakan pelaksanaan dari Rencana
PelaksanaanPembelajaran (RPP)/Rencana Pelaksanaan
Layanan (RPL)/Rencana Pelaksanaan Bimbingan (RPB)”

3. Melaksanakan Penilaian

 Tugas guru adalah mengumpulkan dan mengolah


informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar
peserta didik dengan beragam cara agar lengkap dan
memberikan gambaran jelas untuk mengambil
keputusan. Ada 3 pendekatan untuk melaksanakan
tugas penilaian yaitu;

1) Mengukur pencapaian hasil belajar setelah


pembelajaran berlangsung (assessment of learning).
Contohnya ujian akhir nasional, ujian akhir sekolah, dan
bentuk penilaian sumatif lain

2) Penilaian proses pembelajaran belajar saat


pembelajaran masih berlangsung (assessment for
learning) untuk mendapatkan informasi bagi perbaikan
program pembelajaran, memantau kemajuan belajar,
menentukan kemajuan belajar, dan berfokus umpan
balik untuk mengembangkan keterampilan belajar

3) Penilaian saat pembelajaran berlangsung melibatkan


peserta didik seperti menentukan kriteria, aspek yang di
nilai, instrumen penilaian (assessment as learning),
termasuk mengenalkan peserta didik cara menilai
efektifitas belajarnya menggunakan penilaian diri.

 Hasil penilaian yang baik bisa diterima pihak dan bisa


dipertanggungjawabkan baik instrument penilaian,
proses penilaian, analisis hasil penilaian, dan objektifitas
penilaian.

 Penyusunan KKM mempertimbangkan 3 aspek

(a) karakteristik peserta didik,

(b) karakteristik mata pelajaran (kompleksitas), dan

(c) kondisi satuan pendidikan (daya dukung).

 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria


ketuntasan belajar yang ditentukan oleh satuan
pendidikan dengan mengacu pada standar kompetensi
lulusan, mempertimbangkan karakteristik peserta didik,
karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan
pendidikan.

 Tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok sesuai


dengan beban kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (1) huruf e meliputi:

a. Wakil kepala satuan pendidikan atau wakil kepala


sekolah

b. Ketua program keahlian satuan pendidikan

c. Kepala perpustakaan satuan pendidikan

d. Kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi/


teaching factory satuan pendidikan

e. Pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang


menyelenggarakan pendidikan inklusif atau pendidikan
terpadu;

f. Menjadi wali kelas

g. Pembina Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS


h. Pembina ekstrakurikuler

i. Koordinator Pengembangan Keprofesian


Berkelanjutan (PKB)/Penilaian Kinerja Guru (PKG) atau
koordinator Bursa Kerja Khusus (BKK) pada SMK

j. Guru piket

k. Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Pihak Pertama (LSP-


P1)

l. Penilai kinerja Guru

m. Pengurus organisasi/asosiasi profesi Guru; dan/atau

n. Tutor pada pendidikan jarak jauh pendidikan dasar


dan pendidikan menengah. Selengkapnya mengenai
tugas.

c. Fungsi Guru Berdasarkan Undang-Undang

 si guru yang dimaksudkan disini sebenarnya termasuk


dalam tugas guru namun ada beberapa fungsi yang
termaktub dalam dalam poin d dan e Pasal 20 Undang-
Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
serta poin a, b dan c 112 Pasal 40 Ayat (2) Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, meliputi;

1. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan


bangsa.

2. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,


hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama
dan etika;

3. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,


menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis;

4. Memelihara komitmen secara profesional untuk


meningkatkan mutu pendidikan;

4. STRATEGI PENGEMBANGAN KEPROFESIAN


BERKELANJUTAN

a. Pengembangan Profesi Berkelanjutan

 Salah satu kemampuan dan tantangan guru abad 21


yang penting adalah kemampuan beradaptasi
(adaptability), memahami disiplin ilmu dari berbagai
konteks, dan peka terhadap perkembangan kebutuhan
peserta didik dan masyarakat.
 Tacit knowledge menurut Reigeluth (2009) bahkan
sangat berharga dalam pengembangan teori-teori
pembelajaran.

 Menurut Hammond (1997) solusi birokratis terhadap


masalah-masalah praktek profesionalisme akan selalu
gagal karena praktek secara inheren tidak tentu dan
tidak bisa diprediksi .

 seorang profesional konsep belajarnya adalah;

(1) belajar dari pengalaman dan terjadi secara siklikal


yang oleh Rogoff (1995) disebut microgenetic
development moment by moment (experiential learning
cycle),

(2) belajar dari tindakan reflektif; disebut sebagai


pusatnya praktek keprofesionalan karena melalui
aktifitas reflektif transformasi pengalaman menjadi
aktifitas belajar,

(3) belajar dimediasi oleh konteks;

b. Guru sebagai Profesional yang Reflektif

 Ciri utama seorang profesional adalah mau belajar dan


melakukan refleksi diri. Apakah itu berefleksi? Boleh jadi
Saudara menganggap aktivitas berefleksi adalah
abstrak. Refleksi adalah proses berpikir mendalam
tentang suatu aktifitas dan berupaka menemukan
strategi penyelesaian masalahnya (Zulfikar &
AcehIndonesia, 2019).

 Guru adalah pemikir yang reflektif (reflective thinker)


khususnya berkaitan tugas pokok guru yang sudah
dijalankan. Kegiatan refleksi umumnya melibatkan 3
elemen yaitu; melihat pengalaman sebelumnya,
memahami atau merasakan situasi yang direfleksikan,
dan mengevaluasi pengalaman tersebut. Guru yang
bertindak reflektif bercirikan aktif, tekun, penuh
pertimbangan, menggunakan pengetahuan (learn),
optimis, dan mampu menyimpulkan.

 evaluasi kinerja guru meliputi 4 domain yaitu ;

(1) Perencanaan dan persiapan,

(2) Lingkungan kelas,

(3) Pembelajaran, dan

(4) Tanggungjawab pengembangan profesionalisme diri.


Carbaugh et. al (2013) juga mengemukakan 4 domain
yang memuat 60 elemen penilaian pada guru dan
sekaligus bisa dimanfaatkan untuk menilai
profesionalisme guru. Keempat domain adalah;

(1) strategi pembelajaran di kelas dan pengelolaan


perilaku yang memiliki elemen terbanyak,

(2) perencanaan dan persiapan,

(3) refleksi pembelajaran, dan

(4) Temu kolegial dan profesionalisme.

 Istilah belajar mandiri sangat melekat dengan motivasi


sehingga sangat ditentukan oleh seberapa kuat motivasi
Saudara selaku guru.

 Belajar mandiri memiliki 3 dimensi yaitu dimensi sosial,


dimensi pedagogis, dan dimensi psikologis.

1. Belajar mandiri dilihat dari dimensi sosial bukan


belajar dengan mengisolasi diri (isolation learner).

2. Belajar mandiri sendiri dilihat dari dimensi pedagogis


mengedepankan aktifitas fisik dan keterlibatan dalam
komunitas.

3. Dimensi psikologis berkenaan dengan proses mental


terkait pengambilan keputusan dan inisiatif dalam ruang
otonominya dalam menentukan aktifitas belajar.

 Belajar mandiri berada di bawah payung kontruktivistik


yang memiliki komponen-komponen sebagai berikut;

1. Niat; belajar mandiri selalu didahului adanya niat


untuk menguasai kompetensi tertentu.

2. Alokasi sumber daya; ada pengorbanan baik waktu,


biaya maupun tenaga dalam rangka mewujudkan
niatnya ke dalam tindakan.

3. Tindakan; merupakan wujud fisik berupa kegiatan


atau perbuatan melaksanakan belajar mandiri.

4. Kompetensi; merupakan tujuan yang hendak dicapai


atau dikuasai berperan sebagai kontrol atas tindakan
belajar mandiri.

 Kemandirian belajar dicirikan oleh kondisi-kondisi


sebagai berikut;

a. Anda menetapkan sendiri kompetensi-kompetensi


yang diarahkan untuk menuju pencapaian tujuan-tujuan
akhir.

b. Adanya proses pembelajaran yang ditetapkan sendiri


oleh peserta didik.

c. Adanya input belajar yang ditetapkan dan dicari


sendiri tanpa menggantungkan diri pada orang lain.

d. Adanya kegiatan evaluasi diri (self evaluation) yang


Anda lakukan.

e. Adanya kegiatan refleksi terhadap proses belajar


mandiri.

f. Adanya tinjauan terhadap pengalaman-pengalaman


masa lalu

g. Adanya upaya untuk menumbuhkan motivasi diri.

h. Adanya kegiatan belajar aktif dalam rangka mencapai


tujuan.

b. Keterampilan Belajar Mandiri

 Keterampilan dalam belajar mandiri memuat tiga


konsep utama yaitu;

(a) belajar bebas (independent learning),

(b) ketidakbergantungan, dan

(c) kontrol psikologis.

 Selain dua atribut pada tataran implementasi diperlukan


berbagai ketrampilan sebagai bekal belajar mandiri
secara efektif meliputi;

1. Keterampilan umum; meliputi kemampuan dalam


merumuskan tujuan belajar dan ketrampilan kognitif
seperti strategi kognitif dan metakognitif.

2. Keterampilan menetapkan tujuan; belajar mandiri


menghadapkan Anda pada berbagai pilihan,
kemungkinan menyebabkan kesulitan dalam melihat
dan mengidentifikasi hal-hal penting bagi dirinya.

3. Keterampilan dalam memproses informasi meliputi


kemampuan;

c. Strategi Pengembangan Profesi Guru Abad 21

 Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi nomor 16 tahun 2009
Pasal 1 butir 5 (silahkan buka http://bit.ly/32mRWh5)
Pengembangan keprofesian berkelanjutan adalah
pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan, bertahap dan berkelanjutan
untuk meningkatkan profesionalitasnya.

 Menurut Permennegpan Nomor 16 Tahun 2009


pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) terdiri
dari 3 komponen, yaitu pengembangan diri, publikasi
ilmiah, dan karya inovatif.

 Pengembangan diri merupakan upaya-upaya guru


dalam rangka meningkatkan profesionalismenya.
Saudara diakui profesional apabila;

(1) memiliki penguasaan 4 kompetensi secara utuh,

(2) mampu melaksanakan tugastugas pokok dan tugas


tambahan yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah (3) mampu melaksanakan
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).
Pengembangan diri dilakukan melalui 2 cara;

(1) diklat fungsional dan

(2) kegiatan kolektif. Diklat fungsional berupa kegiatan


pendidikan atau latihan yang bertujuan untuk mencapai
standar kompetensi profesi dalam kurun waktu tertentu
bisa dilaksanakan dengan daring penuh, kombinasi
maupun tatap muka.

 Kegiatan kolektif yang diikuti tentu harus dilaporkan


agar dapat diberikan penilaian diusahakan memenuhi
kriteria berikut;

(1). Data, nama, tulisan, tanggal, penulisan konsisten


atau mengandung unsur plagiat

(2). Wajar dari sisi pelaksanaan, frekwensi pelaksanaan


dan waktu pelaksanaan

(3). Materi kegiatan kolektif berkaitan erat dengan tugas


pokok guru

(4). Isi laporan memenuhi pedoman dan atau ketentuan


(5). Laporan belum ada pengesahan kepala sekolah atau
yang berwenang

(6). Kegiatan kolektif yang dilaporkan sudah


kadaluwarsa Diklat fungsional dan kolektif khususnya
untuk memenuhi kebutuhan guru dalam melaksanakan
layanan pembelajaran bagi kemaslahatan peserta didik.
 Kebutuhan dimaksud meliputi kompetensi;

1. Memahami konteks dimana guru melaksanakan


kegiatan belajar mengajar

2. Penguasaan materi dan kurikulum;

3. Penguasaan metode pembelajaran

4. Mengevaluasi peserta didik

5. Penguasaan Teknologi Informatika dan Komputer


(TIK)

6. Mensikapi inovasi dalam sistem pendidikan di


Indonesia

7. Menghadapi tuntutan teori terkini dan kompetensi


lain yang mendukung dan relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.

 PTK itu merupakan hasil refleksi terhadap program


pembelajaran yang telah dilakukan;

1. Memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas


(masalah yang dirasakan)

2. Melakukan tindakan yang diyakini lebih baik

3. Memecahkan masalah nyata di kelas, memperbaiki


mutu pembelajaran, mencari jawaban ilmiah mengapa
dipecahkan dengan tindakan yang dipilih. PTK memiliki
ciri kolaboratif partisipatif, anda sebagai guru bisa
berkolaborasi dengan peneliti atau rekan sejawat.

 PTK lebih baik fokus kepada pemecahan masalah


spesifik dan kontekstual. Melaksanakan PTK
memerlukan pertanyaan-pertanyaan reflektif seperti;

1. Apa yang terjadi dengan pembelajaran saya?

2. Mengapa masalah tersebut terjadi?

3. Bagaimana cara memperbaikinya?

4. Bagaimana cara melaksanakan atau masalah tersebtu


dipecahkan?

5. Bagaimana untuk melihat hasilnya?

6. Apakah cara tersebut efektif ?


 PTK bertujuan memperbaiki kinerja dan layanan
pembelajaran, pengembangan kemampuan diagnosis,
dan pemecahan masalah bagi guru dan alternatif inovasi
pembelajaran.

 Publikasi ilmiah dikatagorikan menjadi 3 kelompok


kegiatan yaitu;

(1) presentasi pada forum ilmiah,

(2) Publikasi hasil penelitian atau gagasan inovatif pada


bidang pendidikan formal, dan

(3) Publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan,


pedoman guru dan buku bidang pendidikan.

 difikasi sebagai bentuk kontribusi guru terhadap


peningkatan kualitas pendidikan. Karya inovatif
dikatagorikan menjadi 2 yaitu;

1) Menemukan Teknologi Tepat Guna (Karya


Sains/Teknologi) misalnya multimedia pembelajaran
interaktif, model pembelajaran inovatif, alat atau mesin
yang bermanfaat, menemukan bahan baru untuk
keperluan bidang pendidikan atau kemasyarakatan,
hasil eksperimen/percobaan sains/teknologi, instrumen
evaluasi ranah sikap dan sebagainya.

2) Menemukan/Menciptakan Karya Seni misalnya seni


sastra (novel, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, naskah
drama/teater/film), seni kria (benda suvenir, kria kulit,
kria logam, kria keramik, kria tekstil, kria kayu, kria
tekstil), seni rupa (lukisan, patung, ukiran, baliho,
busana), seni pertunjukkan (tari, drama, film,
karawitan), seni fotografi, seni musik (mengarang lagu,
pertunjukkan musik), desain grafis (desain sampul,
desain antar muka web site) dan sebagainya.

2 Daftar materi yang sulit 1. PTK dalam pembelajaran


dipahami di modul ini 2. Penyusunan kurikulum

3 Daftar materi yang sering Kriteria guru mengenai TPACK dimana guru
mengalami miskonsepsi harus menguasi teknologi

Anda mungkin juga menyukai