Prospek Pengembangan Industri Hilir Pengolahan Karet Di Provinsi Jambi
Prospek Pengembangan Industri Hilir Pengolahan Karet Di Provinsi Jambi
Prospek Pengembangan Industri Hilir Pengolahan Karet Di Provinsi Jambi
139
Prospek Pengembangan Industri Hilir Pengolahan Karet di Provinsi Jambi
karet menjadi kontributor utama terhadap ditingkatkan. Hal ini senada dengan
perolehan devisa negara dari Provinsi Jambi pendapat Saleh (1991) dan Evawani (2011)
yakni dengan total ekspor 238.965 ton dimana peningkatan daya saing bahan olah
dengan total perolehan devisa sebesar US $ karet rakyat (BOKAR) dewasa ini masih
1.111.721.556 (BPS, 2012). Namun sangat terbuka untuk dilakukan.
demikian, peran usaha tani karet dalam
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
cenderung semakin melemah. Kualitas BAHAN DAN METODE
bahan olahan karet (BOKAR) kering yang
dihasilkan oleh petani juga semakin rendah. Penelitian dilakukan di tiga
Alamsyah et al (2010), mengatakan bahwa kabupaten sentra produksi karet alam di
rata-rata pendapatan petani karet rakyat di Provinsi Jambi yakni di Kabupaten Muaro
Provinsi Jambi tahun 2008 sebesar Rp Jambi, Bungo dan Sarolangun. Data primer
6.090.573/KK/tahun lebih rendah dari diperoleh melalui wawancara dengan petani
Standar Millennium Development Goals yang mengusahakan kebun karet serta
(MDGs). Fenomena tersebut ditengarai melalui kegiatan fokus grup diskusi (FGD)
dapat terjadi disebabkan oleh daya tawar yang menyertakan para pemangku
petani karet rakyat yang lemah dalam kepentingan di lingkungan industri
tataniaga karet alam. perkaretan. Guna melengkapi data primer,
sejumlah data sekunder juga dihimpun dari
Sistem pemasaran BOKAR yang instansi pemerintah dan swasta yang
telah terbangun sejak lama dan telah bergerak di bidang pembangunan ekonomi
membudaya ditengarai menjadi salah satu karet. Data yang dihimpun kemudian
penyebab semakin rendahnya mutu bahan dianalisis dengan menggunakan metode
olah karet yang dihasilkan oleh petani karet analisis deskriptif. Strategi pengembangan
rakyat di berbagai daerah di Provinsi Jambi. usaha industri pengolahan lateks pekat
Untuk mengembalikan kejayaan karet alam didekati dengan metode analisis SWOT,
nasional pada umumnya dan daerah pada sementara kelayakan pengembangan usaha
khususnya maka perlu dikaji pola dianalisis dengan menggunakan analisis
penanganan pasca panen dan pemasaran arus dana (cash flow).
yang dapat mengarahkan pada peningkatan
kualitas bahan olah karet yang dihasilkan
oleh petani dan sekaligus peningkatan HASIL DAN PEMBAHASAN
pendapatan petani karet rakyat.
Permasalahan yang hendak dikaji dalam Gambaran Umum Karet Alam Provinsi
penelitian ini adalah: Jambi
a) Bagaimana persepsi petani karet rakyat
terhadap upaya peningkatan nilai Data menunjukkan bahwa luas
tamanan karet di Provinsi Jambi sampai
tambah karet alam melalui pengenalan
dengan tahun 2011 telah mencapai 653 ribu
industri hilir berbahan baku karet alam hektar, meningkat sebesar 16,39%
di tingkat petani? dibandingkan tahun 2002, atau rata-rata
b) Apakah industri hilir berbahan baku meningkat sebesar 1% per tahun.
karet alam layak dikembangkan di Berdasarkan wilayah sebarannya,
komoditas karet dapat ditemui pada seluruh
tingkat petani di Provinsi Jambi ? wilayah kabupaten/kota, kecuali Kota
Kerinci, di Provinsi Jambi meskipun dengan
Oleh karena itu, penelitian ini tingkat kepadatan yang bervariasi. Namun
bertujuan untuk mengidentifikasi persepsi demikian, seiring dengan pola
petani karet rakyat terhadap pengembangan pengembangan usaha tani karet yang
industri berbahan baku karet secara lokal mayoritas diusahakan oleh petani karet
dan mengidentifikasi faktor-faktor rakyat, terdapat sejumlah besar (17,87%)
lingkungan strategis yang dapat usaha perkebunan yang berada dalam
mempengaruhi pengembangan industri hilir kondisi karet tua atau rusak dan 29,24%
karet alam di Provinsi Jambi. Melalui tanaman karet belum menghasilkan sisanya
pengembangan industri penghasil lateks 52,87% merupakan tanaman karet
pekat ditingkat petani, mutu bahan olah menghasilkan (Disbun Provinsi Jambi,
karet dan pendapatan petani karet dapat 2012).
140
Napitupulu, Alamsyah, dan Elwamendri
141
Prospek Pengembangan Industri Hilir Pengolahan Karet di Provinsi Jambi
Sabut kelapa
Pembersihan
serat
Pengeringan
Pemintalan
Serat keriting
Kemudian larutan bahan kimia yang d) Proses pembuatan serat sabut kelapa
telah melalui proses dispersi tersebut berkaret. Pembuatan serat sabut kelapa
siap digunakan untuk proses pengolahan berkaret dilakukan dengan membungkus
lateks karet alam. serat sabut kelapa keriting dengan cairan
kompon lateks. Pembungkusan serat
c) Proses pengolahan lateks menjadi keriting dilakukan dengan cara
kompon. Setelah proses pembuatan pendadaran serat dalam bentuk lapisan
dispersi bahan kimia selesai, lateks yang tipis dalam wadah cetakan untuk
akan dibuat menjadi kompon mulai dapat kemudian disemprot dengan larutan
disiapkan. Lateks terlebih dahulu kompon cair yang telah dihasilkan
disaring untuk memisahkan kotoran sebelumnya. Penyemprotan dilakukan
yang tercampur pada saat penyadapan beberapa tahap, dimana penyemprotan
dan pengumpulan. Selanjutnya larutan tah ap p ertama d itu ju k an u n tu k
bahan kimia hasil dispersi dimasukkan menyatukan setiap serat sehingga
ke dalam lateks, diaduk dengan terbentuk lembaran sebutret tipis. Agar
kecepatan rendah selama lebih kurang keutuhan lembaran serat dapat lebih
1–2 jam. Kemudian dimasukkan larutan baik, maka dilakukan penyemprotan
texapon dengan tetap diaduk selama tahap kedua. Untuk memperoleh
5–10 menit, yang diikuti dengan larutan lembaran sebutret yang lebih tebal,
KOH dengan lateks tetap diaduk selama sejumlah lembaran sebutret tipis
5–10 menit. Setelah itu kompon diperam ditumpuk dengan arah yang berbeda
sesuai kebutuhan (hingga gelembung untuk selanjutnya dikempa dan
udara yang terbentuk dari hasil divulkanisasi dalam oven dengan suhu
pengadukan hilang). 100–110oC selama kurang lebih 60–75
Pengadukan
Kompon lateks
(2-3 menit)
Cetakan
Serat keriting
(lapisan tipis)
Penyemprotan
Pengeringan
tahap I
Penyemprotan
Penumpukan
tahap II
Vulkanisasi
Sabutret Pemotongan (dalam oven 100-110 0C
selama 60-75 menit)
142
Napitupulu, Alamsyah, dan Elwamendri
Tabel 1. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendirian industri hilir berbahan baku
karet berdasarkan persepsi responden
Table 1. Factors affecting downstream rubber industry establishment based on the respondents'
perception
Komponen Bobot kepentingan
Components Importance level
a) Ketersediaan modal 3,833
b) Manfaatnya bagi masyarakat sekitar 3,667
c) Kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja lokal 3,600
d) Ketersediaan bahan baku 3,317
e) Sistem transaksi (mutu, harga, dan pembayaran) bahan baku 3,217
f) Jenis input yang dibutuhkan 2,967
g) Jenis output yang akan dihasilkan 2,950
Sumber: analisis data primer (Source : prime data analysis)
Keterangan: Skor bobot kepentingan (Remaks : importance level score) :
1 = tidak penting (unimportant) 3 = penting (important)
2 = kurang penting (less important) 4 = sangat penting (very important)
143
Prospek Pengembangan Industri Hilir Pengolahan Karet di Provinsi Jambi
Tabel 2. Matriks strategi berdasarkan elemen SWOT dalam pengembangan industri hilir
pengolahan karet di Provinsi Jambi
Table 2. Strategy matrix based on SWOT elements on downstream rubber industry in Jambi
Province
Kekuatan (Strenght) : Kelemahan (Weakness):
Ketersediaan bahan baku Terbatasnya dana dan
Elemen SWOT Kesiapan pelaku usaha/ Indutri penumpukan modal
SWOT’s element rumah tangga Rendahnya tingkat produktivitas
bokar
Rendahnya kualitas bokar
144
Napitupulu, Alamsyah, dan Elwamendri
145
Prospek Pengembangan Industri Hilir Pengolahan Karet di Provinsi Jambi
imbalan IRR sebesar 12,99%. Kemampuan b) Membangun industri hilir karet sebagai
usaha tersebut memberikan keuntungan model pengembangan yang ditunjang
yang memadai dilihat dari nilai rasio benefit dengan pengadaan skim kredit yang
cost (B/C) sebesar 1,40 yang berarti selama mendukung pengembangan industri
kurun waktu 10 tahun, usaha tersebut hilir karet serta membangun
mampu mengembalikan modal yang kelembagaan keuangan mikro atau
dicurahkan sebesar 1,4 kalinya. BUMD yang dapat berperan
menggantikan peran tengkulak atau
pedagang besar.
KESIMPULAN DAN SARAN c) Mencermati faktor lingkungan strategis
berikat untuk membangun agroindustri
Kesimpulan hilir yaitu :
1. Penyediaan bahan baku
1. Sebesar 78,33% responden petani setuju 2. Kesiapan pelaku usaha
jika terdapat investor atau lembaga yang 3. T e r b a t a s n y a d a n a d a n
bersedia mendirikan industri hilir penumpukan modal
pengolahan karet alam di lokasi petani. 4. Rendahnya tingkat produktivitas
2. Sejumlah 62,00% responden petani dan kualitas bokar
menyatakan bahwa bahan baku lateks 5. Dukungan kebijakan Pemerintah
kebun akan dapat dengan mudah dan Pemerintah Daerah
diperoleh jika industri pengolahan karet 6. Komitmen Pemerintah dan
alam di dirikan di lokasi penelitian. perbankan dalam penyediaan
3. Sejumlah 60,00% responden petani dana dengan biaya yang rendah
menyatakan bersedia mengalihkan hasil 7. Terbukanya peluang pasar
produksi mereka dari bahan olahan karet 8. Kuatnya keterikatan antara petani
kering (bokar) menjadi lateks kebun jika dan tengkulak
memang ada pasar yang 9. Kekuatan oligopsoni para
membutuhkannya. pedagang besar (pemasok industri
4. Hasil analisis finansial menunjukkan crumb rubber)
bahwa upaya pendirian dan
pengembangan industri penghasil lateks
pekat di lokasi penelitian secara ekonomi DAFTAR PUSTAKA
layak untuk dilakukan.
Alamsyah, Z., D. Napitupulu dan
Elwamendri. 2011. Konstruksi Model
Saran Kemitraan Pemasaran Bahan Olah
Karet (Bokar) Rakyat Di Provinsi
Hasil analisis lingstra menunjukkan Jambi. Prosiding Seminar Nasional
bahwa agar pengembangan industri Hasil Penelitian Dosen Pertanian
pengolahan karet berbasis lateks kebun Volume III. Jambi, 19 Februari.
dapat dilaksanakan di Provinsi Jambi maka Universitas Jambi, .: 51 – 66.
disarankan untuk:
146
Napitupulu, Alamsyah, dan Elwamendri
Biro Pusat Statistik (BPS). 2010. Statistik Saleh, D. 1991. Optimalisasi Produksi dan
Perkebunan Provinsi Jambi. Biro Pemasaran Karet Alam Indonesia
Pusat Statistik, Jambi. dalam Dinamika Struktur Industri Karet
Dunia. Disertasi. Fakultas
Evawani, N. 2011. Analisis Strategi Pascasarjana IPB. Bogor.
Peningkatan Mutu Bahan Olah Karet
(Bokar) Di Provinsi Jambi. Tesis. Suharyono, 2006. Peranan Petani dalam
Program Pasca Sarjana Universitas Adopsi Teknologi Budidaya Karet di
Jambi, Jambi. Beberapa Sentra Produksi di Jambi.
Sitgma XIV (1): 159-164.
Junaidi, 2009. Pola Kemitraan
Pembangunan Perkebunan untuk
Peningkatan Pendapatan Petani pada
Era Otonomi Daerah di Kabupaten
Bengkalis. web.ipb.ac.id., diakses
tanggal 1 November 2013.
147