Model of Increasing Rubber Plantation Production As The Base Sector in Jambi Province
Model of Increasing Rubber Plantation Production As The Base Sector in Jambi Province
Model of Increasing Rubber Plantation Production As The Base Sector in Jambi Province
ABSRACT
This research entitled "Model of increasing rubber plantation production as the base
sector in Jambi Province". This research started from the problem of low PDRB of
regency / city in Jambi Province which has the potential to produce rubber. This
phenomenon is related to the low productivity of rubber plantations in Jambi Province.
In terms of rubber plantation has the potential to become the base sector in the region's
economy. The production improvement model developed so far is still limited to multiple
linear regression models. The problem of increasing rubber plantation productivity is
much more complex. Therefore, this research will develop model of increasing rubber
plantation production with simultaneous equation model and analyzed by Multiple
Regression Model to obtain Model of productivity improvement of rubber plantation.
This study will use secondary data released by institutions and related agencies, especially
BPS. Data analysis will be done with eviews application program. The results of research
will be useful as information for the next author's research in order to write a dissertation
that the author is carrying out. The results of this study can also be used for policy making
in increasing rubber plantation productivity. The results showed that 1) The development
of rubber plantation production in Jambi Province is quite rapid, that in 2001 the
production amount was 239,330 tons and in 2015 the production of rubber plantation
increased to 350,457 tons. The growth rate is also quite convincing, ie an average of
2.65% per year. 2) The results showed that the regression model used in data analysis is
good enough so as to explain the effect of independent variables of 96%. It can be
explained also that the factors of rubber plantation area and the number of rainy days have
a significant influence on rubber plantation production, while the variables of rubber
farmers and rubber prices do not significantly affect the production of rubber plantations
in Jambi Province. 3) The results also showed that the model of rubber price increase to
two independent variables, the length of asphalt road and the capacity of rubber plant.
However, the regression model obtained is not good enough to explain, where the variable
length of the asphalt road and the capacity of the rubber plant is only able to explain 58%
to the variable of rubber price in Jambi Province.
1
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Model peningkatan produksi perkebunan karet sebagai sektor
basis di Provinsi Jambi”. Penelitian ini berawal dari permasalahan rendahnya PDRB
kabupaten/kota di Provinsi Jambi yang berpotensi menghasilkan karet. Penomena ini
berkaitan dengan rendahnya produktivitas perkebunan karet di Provinsi Jambi. Pada hal
perkebunan karet berpotensi menjadi sektor basis dalam perekonomian wilayah.
Model peningkatan produksi yang dikembangkan selama ini masih terbatas pada
model regresi linear berganda. Masalah peningkatan produktivitas perkebunan karet jauh
lebih komplek. Untuk itu, penelitian ini akan mengembangkan model peningkatan
produksi perkebunan karet dengan model persamaan simultan dan dianalisa dengan
Model Regresi Berganda sehingga diperoleh Model peningkatan produktivitas
perkebunan karet.
Penelitian ini akan menggunakan data sekunder yang dikeluarkan oleh lembaga
dan instansi terkait, khususnya BPS. Analisa data akan dilakukan dengan program
aplikasi eviews. Hasil penelitian akan berguna sebagai informasi untuk penelitian penulis
berikutnya dalam rangka penulisan disertasi yang sedang penulis laksanakan. Hasil
penelitian ini juga dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan dalam peningkatan
produktivitas perkebunan karet.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Perkembangan produksi perkebunan karet di
Provinsi Jambi cukup pesat, bahwa pada tahun 2001 jumlah produksi adalah sebesar
239.330 ton dan pada tahun 2015 produksi perkebunan karet meningkat menjadi 350.457
ton. Tingkat pertumbuhan juga cukup meyakinkan, yaitu rata-rata sebesar 2,65% per
tahun. 2) Hasil penelitian menunjukan bahwa model regresi yang digunakan dalam
analisa data cukup baik sehingga dapat menjelaskan pengaruh variabel independen
sebesar 96%. Dapat dijelaskan pula bahwa faktor luas lahan perkebunan karet dan jumlah
hari hujan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi perkebunan karet
sedangkan variabel jumlah petani karet dan harga karet tidak berpengaruh signifikan
terhadap produksi perkebunan karet di Provinsi Jambi. 3)Hasil penelitian juga
menunjukan bahwa diperoleh model peningkatan harga karet terhadap dua variabel
independen, yaitu panjang jalan aspal dan kapasitas pabrik karet. Namun, model regresi
yang diperoleh kurang baik untuk menjelaskan, dimana variabel panjang jalan aspal dan
kapasitas pabrik karet hanya mampu menjelaskan sebesar 58% terhadap variabel harga
karet di Provinsi Jambi.
Kata Kunci: produksi perkebunan karet dan model peningkatan produksi.
2
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
I. PENDAHULUAN
Provinsi Jambi memiliki potensi ekonomi dalam bidang pertanian, dimana sektor
pertanian menyumbang dalam PDRB tahun 2014 sebesar 29,83%. Dari sektor pertanian itu
sendiri sub sektor perkebunan menempati urutan terbesar yang menyumbang sebesar 16,31%.
Ada 6 (enam) komoditi yang telah ditetapkan sebagai komuditi unggulan di Provinsi Jambi,
yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, kayu manis, kopi, dan pinang. Dari sudut luasan, komoditi
karet menempati urutan teratas, yaitu seluas 664.739 ha (Budidaya, 2015).
Perkebunan karet (Hevea brasiliensis) disamping menempati urutan pertama dari
sudut luas juga menempati urutan pertama dalam jumlah petani. Perkebunan karet di Provinsi
Jambi merupakan perkebunan rakyat yang diusahakan secara turun temurun sejak lebih dari
seratus tahun yang lalu. Disamping itu, tanaman karet memiliki kelebihan yaitu sifat ramah
lingkungan sehingga tanaman ini termasuk dalam kategori tanaman kehutanan dan dapat
digunakan untuk rehabilitasi hutan.
Perkebunan karet memiliki potensi yang menempati wilayah di 7 (tujuh) kabupaten
(dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi), yaitu Kabupaten Sarolangun, Merangin, Bungo,
Tebo, Batanghari, Muaro Jambi, dan Tanjung Jabung Barat. Oleh karena itu, mengingat
luasnya perkebunan karet, jumlah petani yang menggantungkan hidup, dan sifat
keramahannya terhadap lingkungan maka perkebunan karet dianggap lebih potensial
dikembangkan dari pada tanaman perkebunan lainnya.
Disamping itu, dari sudut ekonomi regional perkebunan karet berpotensi sebagai
sektor penggerak utama dalam perekonomian wilayah di Provinsi Jambi. Namun, sebagian
besar kabupaten yang penghasilan utamanya karet memiliki PDRB per kapita yang lebih
rendah dari kabupaten lain yang penghasilan utamanya bukan karet. Diantaranya, yaitu
Kabupaten Tebo dan Kabupaten Merangin adalah dua kabupaten yang penghasilan utamanya
karet memiliki PDRB terendah, yaitu masing-masing Rp. 11,58 juta per kapita dan Rp.13,22
juta per kapita. Sedangkan kabupaten dengan PDRB per kapita tertinggi adalah kabupaten
yang penghasilan utama nya bukan karet, yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan
Tanjung Jabung Barat masing-masing sebesar Rp.56,83 juta per kapita dan Rp.31,50 juta per
kapita (BPS, 2015).
Berkaitan dengan rendahnya PDRB per kapita untuk kabupaten yang penghasilan
utamanya perkebunan karet adalah rendahnya produktivitas lahan dan rendahnya mutu hasil
perkebunan karet, khususnya dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Produktivitas
perkebunan karet di Provinsi Jambi pada tahun 2013 adalah 865 kg per ha per tahun (Dinas
3
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Perkebunan Provinsi Jambi, 2014). Angka ini lebih rendah dari produktivitas karet di Malaysia
yang mencapai angka 1.100 kg/ha/tahun, India sebesar 1.334.kg/ha/tahun, Vietnam sebesar
1.358 kg/ha/tahun, dan Thailand sebesar 1.600 kg/ha/tahun (Island Boerhenhdy, 2013).
Beberapa penelitian berkaitan dengan produktivitas perkebunan karet yang telah
dilakukan sebelumnya pada umumnya masih terbatas pada faktor luas lahan tanaman
menghasilkan, luas tanaman tua, jumlah modal, dan harga karet. Masih banyak faktor-faktor
lain yang berkaitan dengan produktivitas perkebunan karet, diantaranya jumlah petani, jumlah
hari hujan, kondisi jalan, dan kapasitas pabrik karet. Disamping itu, penelitian yang
dilaksanakan sebelumnya masih menggunakan model klasik, model linear atau model regresi
berganda. Pada hal sebenarnya terdapat "multikolielity" diantara variabel-variabel independen.
Dimana beberapa variabel independen tidak mempengaruhi produktivitas secara langsung
melainkan melalui variabel lain.
Penelitian ini akan mengkaji berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas dengan
menggunakan model simultan, dimana beberapa variabel independen mempengaruhi
produktivitas perkebunan karet melalui variabel independen lain. Pada akhirnya penelitian ini
akan menghasilkan model yang lebih lengkap dan terstruktur dalam peningkatan produktivitas
perkebunan karet, yaitu dengan menggunakan model persamaan "Simultan Model" (Pindyck
R.S,1998).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan produksi perkebunan karet,
pengaruh faktor jumlah petani karet, luas lahan tanaman karet, jumlah hari hujan, dan
harga karet terhadap produksi perkebunan karet di Provinsi Jambi. Disamping itu, penelitian
ini juga ditujukan untuk mengetahui pengaruh panjang jalan aspal dan kapasitas pabrik karet
terhadap harga karet di Provinsi Jambi.
4
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
II. METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian adalah Provinsi Jambi, dimana karet adalah hasil utama
disamping hasil perkebunan lainnya. Dari 11 (sebelas) kabupaten/kota di Provinsi Jambi ada
sebanyak 6 (enam) kabupaten yang memiliki potensi perkebunan karet, Kabupaten,
Sarolangun, Merangin, Bungo,Tebo, Batang Hari, dan Muaro Jambi. Namun penelitian ini
akan mengamati Provinsi Jambi secara keseluruhan. Dimana aspek utama yang diamati adalah
produksi karet sebagai variabel dependen dan jumlah petani karet, luas lahan tanaman karet
menghasilkan, jumlah hari hujan, dan harga karet terhadap produksi perkebunan karet, dan
pengaruh panjang jalan aspal dan kapasitas pabrik karet terhadap harga karet di Provinsi
Jambi.
Semua data tersebut adalah data sekunder berupa data deret waktu (times series) (Hadi
Sabari Yunus, 2010) dari tahun 2001 sampai dengan 2014 di Provinsi Jambi yang
dikumpulkan dari BPS, Dinas Perkebunan, dan Disperindag Provinsi Jambi. Penelitian ini
dilaksanakan selama 8 (delapan) Bulan April tahun 2016 sampai dengan Bulan November
tahun 2016.
Dalam analisa data variabel-variabel yang mempengaruhi produksi perkebunan karet
tersebut dibuat menjadi 2 persamaan (simultan), yaitu persamaan faktor yang mempengaruhi
perkebunan karet dan persamaan faktor yang mempengaruhi harga.
Hubungan matematika antara variabel produksi perkebunan karet dengan faktor-faktor yang
mempengaruhnya dapat ditulis sebagai Model Regresi Berganda sebagai berikut (Pindyck,
1998)
Y1i = β0 + β 1X1i+ β 2X2i+ β 3X3i+ β 4X4i+ e
dimana:
Yi = Produksi perkebunan karet pada tahun i (Ton)
β0 = konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = Elastisitas variabel diatas
e = error
X1i = Jumlah petani karet di Provinsi Jambi pada tahun i (orang)
X2i = Luas lahan perkebunan karet menghasilkan di Provinsi Jambi pada tahun i (ha)
X3i = Jumlah hari hujan di Provinsi Jambi pada tahun i (mm3/tahun)
X4i = Harga karet di Provinsi pada tahun i (Rp/Kg)
Sedangkan hubungan antara variabel harga dengan variabel panjang jalan aspal (km)
kapasitas pabrik karet dan produksi karet dapat ditulis sebagai berikut:
5
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Y2i = β0 + β 1Z1i+ β 2Z2i+ β 3Z3i+e
dimana:
Y2i = Harga karet (Rp. /Kg)
β0 = konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = elastisitas variabel-variabel diatas
e = error
Z1i = Panjang jalan aspal (Km)
Z2i = Kapasitas pabrik karet (Ton/Jam)
Z3i = Produksi perkebunan karet (Ton/tahun)
Dalam analisa data penelitian ini menggunakan program pengolahan data dalam bentuk
Program Applikasi Eviews (Nachrowi. 2006). Semua tahap yang disediakan dalam Program
Applikasi Eviews dapat dilakukan dan diikuti sehingga hasil akhir dapat dipercaya untuk
mengambil kesimpulan.
6
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
menyerahkan lahan perkebunan karet mereka yang sudah tua untuk dibangun menjadi
perkebunan kelapa sawit pola kemitraan dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta.
Tabel 1 : Perkembangan produksi dan produkstivitas perkebunan karet di Provinsi Jambi dari
tahun 2001-2015
Pertumbuhan Luas Pertumbuhan Produktivitas
Produksi
No. Tahun (%) lahan (%) (Ton/Ha)
(Kg)
(Ha)
1 2001 239,330 - 326,201 - 0.7337
2 2002 239,625 0.12 329,471 0.99 0.7273
3 2003 241,328 0.71 335,900 1.91 0.7185
4 2004 236,317 (2.12) 325,076 (3.33) 0.7270
5 2005 247,568 4.54 335,094 2.99 0.7388
6 2006 266,263 7.02 337,028 0.57 0.7900
7 2007 264,674 (0.60) 334,499 (0.76) 0.7913
8 2008 271,752 2.60 337,417 0.86 0.8054
9 2009 280,620 3.16 338,296 0.26 0.8295
10 2010 288,981 2.89 342,261 1.16 0.8443
11 2011 298,786 3.28 342,851 0.17 0.8715
12 2012 322,044 7.22 349,184 1.81 0.9223
13 2013 325,991 1.21 354,098 1.39 0.9206
14 2014 342,998 4.96 357,138 0.85 0.9604
15 2015 350,457 2.13 359,128 0.55 0.9759
Rata2 - 2.65 - 0.67 0.8238
Sumber : BPS, 2015. Jambi Dalam Angka tahun 2001-2015.
7
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Perubahan pada harga karet nampaknya diikuti oleh beberapa faktor lainnya, yaitu jumlah
petani karet dan luas lahan perkebunan. Namun, produksi karet akan dibatasi oleh jumlah hari
hujan, dimana jumlah hari hujan berhubungan aktivitas sosial ekonomi petani. Disamping
jumlah getah dari pohon karet akan menurun jika hari hujan dan petani juga tidak bisa keluar
rumah untuk melakukan penyadapan karet.
Tabel 2. Produksi perkebunan karet dan jumlah petani karet di Provinsi Jambi dari tahun
2001-2015
Luas Luas
Petani
No Produksi Perkemban Perkemba lahan lahan
Tahun karet
. (Ton) gan (%) ngan (%) (Ha) per
(orang)
petani
326,20
1 2001 239,330 - 194,391 - 1.68
1
329,47
2 2002 239,625 0.12 190,113 (2.25) 1.73
1
335,90
3 2003 241,328 0.71 188,344 (0.94) 1.78
0
325,07
4 2004 236,317 (2.12) 216,724 13.09 1.50
6
335,09
5 2005 247,568 4.54 226,908 4.49 1.48
4
337,02
6 2006 266,263 7.02 228,576 0.73 1.47
8
334,49
7 2007 264,674 (0.60) 235,888 3.10 1.42
9
337,41
8 2008 271,752 2.60 246,380 4.26 1.37
7
338,29
9 2009 280,620 3.16 251,184 1.91 1.35
6
342,26
10 2010 288,981 2.89 251,403 0.09 1.36
1
342,85
11 2011 298,786 3.28 249,978 (0.57) 1.37
1
349,18
12 2012 322,044 7.22 252,505 1.00 1.38
4
354,09
13 2013 325,991 1.21 254,134 0.64 1.39
8
357,13
14 2014 342,998 4.96 255,663 0.60 1.40
8
359,12
15 2015 350,457 2.13 254,813 (0.33) 1.41
8
Rata2 2.65 1.84 1.47
Sumber : Diolah dari BPS, 2015 dan sumber lain.
8
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Untuk itu, perlu dijelaskan perkembangan dari produksi perrkebunan karet dan
perkembangan variabel lain yang berkaitan dengan variabel produksi perkebunan tersebut.
Dari tabel dibawah ini dapat dijelaskan bahwa jumlah produksi perkebunan karet meningkat
dari sebesar 239.330 ton pada tahun 2001 menjadi sebesar 350.457 Ton pada tahun 2015 atau
meningkat rata-rata sebesar 2,65 % per tahun. Sedangkan jumlah petani juga meningkat dari
sebesar 194.391 Orang pada tahun 2001 menjadi sebesar 254.813 orang pada tahun 2015
atau meningkat rata-rata sebesar 1.84% per tahun.
Tabel 3. Produksi perkebunan karet, jumlah petani karet, luas lahan perkebunan karet,
jumlah hari hujan, dan harga karet di Provinsi Jambi dari tahun 2001-2015
(Sambungan)
Petani Luas
Produksi Hari hujan Harga karet
No. Tahun karet lahan
(Ton) (Hari/Bulan) SIR 20($/Kw)
(orang) (Ha)
Y1 X1 X2 X3 Y2
9
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Kebutuhan jumlah petani per hektar kelihatannya belum memenuhi standar ideal
perkebunan karet. Jumlah petani per hektar dapat dijelaskan pada tabel dibawah dimana rata-
rata jumlah petani per luas lahan antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar
1,47 orang per hektar. Sedangkan menurut standar tenaga kerja perkebunan karet adalah
sebesar 2,0 orang per hektar (Tim Penebar Swadaya, 2011). Hal ini disebabkan karena
perkebunan karet di Provinsi Jambi masih belum intensif atau belum optimal pengusahaannya.
Perkebunan karet rakyat masih bercampur dengan semak belukar sehingga jumlah batang
dalam setiap hektar lebih rendah dari standar perkebunan besar yaitu 500 batang per hektar.
3.3. Perkembangan Harga Karet (SIR 20), Panjang Jalan Aspal, dan Kapasitas Pabrik
Karet
Faktor -faktor yang berkaitan dengan harga karet yaitu adalah produksi karet itu sendiri
(produksi karet sudah dibahas pada halaman sebelumnya), kapasitas pabrik karet, dan panjang
jalan aspal. Panjang jalan aspal sebagai aspek penting dalam pemasaran karet relatif tidak
berubah selama 15 tahun terakhir bahkan cenderung menurun sebesar 13,92% yang berarti
adanya sejumlah jalan aspal yang rusak sehingga berubah status menjadi jalan yang tidak
aspal. Kapasitas pabrik karet (Crumb Rubber) yang mengolah Bokar menjadi SIR20 di
11
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Provinsi Jambi cenderung meningkat dari 243.000 Ton per jam menjadi 472.200 Ton per Jam
atau meningkat sebesar 3,79 % per tahun antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2015.
Peningkatan kapasitas pabrik karet terlihat dari adanya penambahan jumlah pabrik di beberapa
kabupaten, yaitu di Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun, dan Kabupaten Bungo.
12
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
mestinya. Pengujian tersebut adalah uji multikolinealiti, uji autokorelasi, uji
heteroscedatisitas maka diperoleh hasil atau model sebagai berikut:
Dari model persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil R squared sebesar
0,963942 didapat pengertian bahwa fungsi produksi mampu menjelaskan variable
independent, yaitu jumlah petani karet, luas lahan perkebunan karet, jumlah hari hujan, dan
harga karet dapat mempengaruhi variable dependent, yaitu produksi perkebunan karet dengan
tingkat keyakinan 96% dan hanya 4% yang dipengeruhi oleh variable lain. Namun dilain
pihak untuk variabel jumlah petani karet (X1) dan harga karet (Y2) tidak memiliki pengaruh
yang cukup signifikan terhadap variabel dependen (produksi perkebunan karet).
Pengujian untuk persamaan kedua (Harga karet dan faktor yang mempengaruhinya):
Dari tabel diatas didapat persamaan sebagai berikut:
Dari tabel diatas didapat persamaan sebagai berikut:
Y = - 976483,4 – 2,721986X1 -0,495689 X2 + 39,37920 X3
Dari data regresi dapat dijelaskan bahwa hasil R squared 0,583094 memberikan pengertian
bahwa fungsi harga mampu menjelaskan variable independent, dimana produksi perkebunan
karet, kapasitas pabrik karet, dan panjang jalan aspal dapat mempengaruhi harga karet dengan
tingkat keyakinan 58% dan 42% lainnya dipengeruhi oleh factor variable lain. Namun dipihak
lain untuk data produksi perkebunan karet dan kapasitas pabrik karet tidak memiliki pengaruh
yang cukup signifikan terhadap variabel.
13
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
dijelaskan pula bahwa faktor luas lahan perkebunan karet dan jumlah hari hujan
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi perkebunan karet sedangkan
variabel jumlah petani karet dan harga karet tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi
perkebunan karet di Provinsi Jambi.
3. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa diperoleh model peningkatan harga karet terhadap
dua variabel independen, yaitu panjang jalan aspal dan kapasitas pabrik karet. Namun,
model regresi yang diperoleh kurang baik untuk menjelaskan, dimana variabel panjang
jalan aspal dan kapasitas pabrik karet hanya mampu menjelaskan sebesar 58%. terhadap
variabel harga karet di Provinsi Jambi.
4.2. Saran
1. Disarankan untuk dapat melakukan penelitian lanjutan, yaitu dengan menggunakan data-
data masing-masing kabupaten yang adi Provinsi Jambi. Dengan menggunakan data yang
lebih banyak dan lebih luas maka diperkirakan hasi model regresi yang diperoleh akan
lebih baik dan dapatlebih dipercaya untuk menentukan kebijakan pembangunan
perkebunan karet dimasa mendatang.
14
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
DAFTAR PUSTAKA
Armen Mara, 2012. Bentuk pasar karet pedesaan dan tingkat kesejahteraan petani. Proseding
Seminar Karet. Perhepi. Komda Jambi. Jambi.
David J.Sorenson, 2007. Assessing economicase relationships in South Dakota. The Journal
of Regional Anylysis and Policy. MCRSA Presidential Symposium, JRAP 37(2):hal:
165-182.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2013. Statistikperkebunan Provinsi Jambi. Disbun Provinsi
Jambi. Jambi.
Eka Fitri Dianti, 2014. Peranan sektor perkebunan karet dalam perekonomian wilayah
Kabupaten Muaro Jambi. Skripsi Fakultas Pertanian.
Elisa Chairani, 2014. Analisis ekspor karet alam di Provinsi Jambi. Program Studi Agribisnis
Jenjang Pascasarjana (S2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi.
Hadi Sabari Yunus, 2010. Metodologi penelitian wilayah komtemporer. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Heri Setiawan, 2012. Peranan teknologi industri dalam pengembanggan produktivitas
perkebunan karet.
Island Boerhendhy, 2013. Manajemen dan teknologi budidaya karet. Makalah seminar dalam
rangka rapat teknis dirjen perkebunan Jambi. Jambi.
Mubyarto dan Awan Setya Dewanta , 1991. Karet, kajian sosial eknomi.Penerbit Aditya
Media. Yogyakarta.
Nachrowi D. Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan populer dan praktis
ekonometrika untuk analisis ekonomi dan keuangan. Lembaga Penerbit FEUI.
Jakarta.
Napitupulu Dompak, 2011. Kajian tata niaga karet alam: sebagai upaya peningkatan
kesejahteraan petani. Jurnal Sosio Ekonomika Bisnis. Universitas Jambi, Vol 14 No.2
Juli-Desember 2011.
Napitupulu Dompak, 2004. Model perdagangan karet alam Indonesia dan simulasi kebijakan
menghadapi kesepakatan tripartite dan perdagangan bebas. Desertasi Universitas
Brawidjaja. Malang.
Pindyck R,S dan Rubinfeld, D,L, 1998. Econometric models and economec forcasts. Irwin
McGraw-Hill. New York.
Rima Meilani, (2014). Bentuk pasar karet pedesaan dan hubungannya dengan tingkat harga
di Kecamatan Panerokan. Skripsi Mahasiswa Faperta Unja. Jambi.
Simon JB Sirait (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas perkebunan karet di
Kabupaten Sarolangun. Skripsi Mahasiswa Faperta Unja. Jambi.
Sugiarto, Tedy Herlambang, Brastoro, Rahmad Sudjana, Said Kelana, 2010. Ekonomi mikro,
sebuah kajian komprehensif. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Tim Penulis PS, 2011. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
15
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Journal of Agribusiness and Local Wisdom (JALOW) terbit untuk memenuhi permintaan
pembaca yang terdiri dari dosen, mahasiswa, peneliti, umum, dan pemerhati agribusiness
dan kearifan lokal. JALOW terbit dibawah naungan Dekan Fakultas Pertanian UNJA dan
Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) yang sudah berbadan hukum.
Journal of Agribusiness and Local Wisdom (JALOW) terbit dua nomor dalam satu tahun
(Januari dan Juli). Jurnal ini menerima naskah dalam bentuk hasil penelitian, baik hasil
penelitian lapangan maupun hasil studi pustaka yang ditulis dalam bahasa Indonesia maupun
bahasa Inggris. Penulis diminta mengirimkan naskahnya dalam bentuk softcopy ke alamat
email redaksi JALOW: armenmara705@yahoo.com. Penulis akan mendapat satu cetak
lengkap Jurnal Jalow setelah terbit. Naskah diketik dengan program Microsoft word atau
open office.
Call for paper, petunjuk penulisan serta seluruh arsip artikel yang dimuat pada JALOW
dapat diunduh melalui web site ....................... tersebut (Untuk sementara panduan sbb).
Naskah diketik satu spasi pada kertas HVS ukuran A4 dengan pias dua sentimeter. Setiap
halaman diberi nomor dibagian akhir naskah secara berurutan. Gambar, tabel, dan grafik
ditempatkan dalam teks. Nasakah disusun dengan urutan sebagai berikut:
1
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Nama organisme (Indonesia/daerah) yang tidak umum dikenal harus diikuti nama ilmiahnya
pada pengungkapan pertama kali.
Daftar pustaka ditulis memakai sistem nama dan disusun secara alfabetik, beberapa contoh
sebagai berikut:
Jurnal :
Goulet H, Lesage L, Bostanian NJ, Vincent C, & Lasnier J. 2004. Diversity and
seasonal activity of ground beetles (Coleoptera:Carabidae) in two vineyards of
Southern Quebec Canada. J. Annals of the Entomological Society of America.
97(6): 1263 – 1272.
Buku:
Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. Ed. ke-2. Harper Collins Publ. New York.
Stricklin WR. 1985. The growing role of ethology in animal science, hlm. 17 – 65.
dalam A.F. Fraser (ed), Ethology of Farm Animals: a comprehensive study of the
behavioural features of the common farm animals. Elsevier. New York.
Abstrak :
Rusmana I & Hadioetomo RS. 1991. Bacillus thuringiensis Berl. Dari peternakan
ulat sutra dan toksisitasnya, abstrak. A – 26 hlm, hlm. 26. Abstrak Pertemuan
Ilmiah Tahunan. 1991. Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia. Bogor.
Prosiding:
2
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Sumardjo EA. 1990. Pengelolaan kawasan penyangga untuk pelestarian kawasan
konservasi, hlm. 23 – 28. di dalam Pengelolaan Kawasan Penyangga. Prosiding
Seminar Nasional Pengelolaan Kawasan Penyangga. Oktober 1990.
Departemen Kehutanan Propinsi Irian Jaya dan World Wide Fund for Nature.
Irian Jaya.
Skripsi/Tesis:
Subagyo A. 2000. Beberapa aspek perilaku dan kondisi habitat rusa sambar
(Cervus unicolor Kerr, 1792) di Resort Way Kanan, Taman Nasional Way
Kambas, Lampung. Thesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
ARTIKEL ILMIAH
PENELITIAN
HIBAH BERSAING
3
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
TIM PENGUSUL
IR.ARMEN MARA, M.Si (NIDN: 0010105703)
Dr.IR.M.SYARIF, MS (NIDN: 0001015808)
UNIVERSITAS JAMBI
NOVEMBER 2016
RINGKASAN
Penelitian ini berjudul “Model peningkatan produksi perkebunan karet sebagai sektor
basis di Provinsi Jambi”. Penelitian ini berawal dari permasalahan rendahnya PDRB
kabupaten/kota di Provinsi Jambi yang berpotensi menghasilkan karet. Penomena ini
berkaitan dengan rendahnya produktivitas perkebunan karet di Provinsi Jambi. Pada hal
perkebunan karet berpotensi menjadi sektor basis dalam perekonomian wilayah. Penelitian
ini merupakan bagian dari penelitian penulis yang dilaksanakan dalam rangka penulisan
Disertasi dalam bidang ilmu ekonomi.
Penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan model peningkatan produksi
perkebunan karet sebagai sektor basis dalam perekonomian wilayah di Provinsi Jambi.
Masalahnya, perkebunan karet belum menunjukan daya yang kuat dalam menggerakan
perekonomian Daerah Provinsi Jambi. Hal ini terlihat dari rendahnya PDRB kabupaten/kota
yang berpotensi menghasilkan produksi perkebunan karet. Pada pihak lain, diketahui bahwa
produktivitas perkebunan karet di Provinsi Jambi masih rendah, lebih kurang 865
kg/ha/tahun.
Model peningkatan produksi yang dikembangkan selama ini masih terbatas pada
model regresi linear berganda. Masalah peningkatan produktivitas perkebunan karet jauh
lebih komplek. Untuk itu, penelitian ini akan mengembangkan model peningkatan produksi
perkebunan karet dengan model persamaan simultan dan dianalisa dengan Model Regresi
Berganda sehingga diperoleh Model peningkatan produktivitas perkebunan karet.
Penelitian ini akan menggunakan data sekunder yang dikeluarkan oleh lembaga dan
instansi terkait, khususnya BPS. Analisa data akan dilakukan dengan program aplikasi
eviews. Hasil penelitian akan berguna sebagai informasi untuk penelitian penulis berikutnya
dalam rangka penulisan disertasi yang sedang penulis laksanakan. Hasil penelitian ini juga
4
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
dapat digunakan untuk pengambilan kebijakan dalam peningkatan produktivitas perkebunan
karet.
Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) Perkembangan produksi perkebunan karet di
Provinsi Jambi cukup pesat, bahwa pada tahun 2001 jumlah produksi adalah sebesar 239.330
ton dan pada tahun 2015 produksi perkebunan karet meningkat menjadi 350.457 ton. Tingkat
pertumbuhan juga cukup meyakinkan, yaitu rata-rata sebesar 2,65% per tahun.
2) Hasil penelitian menunjukan bahwa model regresi yang digunakan dalam analisa data
cukup baik sehingga dapat menjelaskan pengaruh variabel independen sebesar 96%. Dapat
dijelaskan pula bahwa faktor luas lahan perkebunan karet dan jumlah hari hujan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap produksi perkebunan karet sedangkan variabel jumlah
petani karet dan harga karet tidak berpengaruh signifikan terhadap produksi perkebunan karet
di Provinsi Jambi. 3)Hasil penelitian juga menunjukan bahwa diperoleh model peningkatan
harga karet terhadap dua variabel independen, yaitu panjang jalan aspal dan kapasitas pabrik
karet. Namun, model regresi yang diperoleh kurang baik untuk menjelaskan, dimana variabel
panjang jalan aspal dan kapasitas pabrik karet hanya mampu menjelaskan sebesar 58%
terhadap variabel harga karet di Provinsi Jambi.
5
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
I. PENDAHULUAN
Provinsi Jambi memiliki potensi ekonomi dalam bidang pertanian, dimana sektor
pertanian menyumbang dalam PDRB tahun 2014 sebesar 29,83%. Dari sektor pertanian itu
sendiri sub sektor perkebunan menempati urutan terbesar yang menyumbang sebesar 16,31%.
Ada 6 (enam) komoditi yang telah ditetapkan sebagai komuditi unggulan di Provinsi Jambi,
yaitu karet, kelapa sawit, kelapa, kayu manis, kopi, dan pinang. Dari sudut luasan, komoditi
karet menempati urutan teratas, yaitu seluas 664.739 ha (Budidaya, 2015).
Perkebunan karet (Hevea brasiliensis) disamping menempati urutan pertama dari sudut
luas juga menempati urutan pertama dalam jumlah petani. Perkebunan karet di Provinsi Jambi
merupakan perkebunan rakyat yang diusahakan secara turun temurun sejak lebih dari seratus
tahun yang lalu. Disamping itu, tanaman karet memiliki kelebihan yaitu sifat ramah
lingkungan sehingga tanaman ini termasuk dalam kategori tanaman kehutanan dan dapat
digunakan untuk rehabilitasi hutan.
Perkebunan karet memiliki potensi yang menempati wilayah di 7 (tujuh) kabupaten
(dari 11 kabupaten/kota di Provinsi Jambi), yaitu Kabupaten Sarolangun, Merangin, Bungo,
Tebo, Batanghari, Muaro Jambi, dan Tanjung Jabung Barat. Oleh karena itu, mengingat luasnya
perkebunan karet, jumlah petani yang menggantungkan hidup, dan sifat keramahannya terhadap
lingkungan maka perkebunan karet dianggap lebih potensial dikembangkan dari pada tanaman
perkebunan lainnya.
Disamping itu, dari sudut ekonomi regional perkebunan karet berpotensi sebagai sektor
penggerak utama dalam perekonomian wilayah di Provinsi Jambi. Namun, sebagian besar
kabupaten yang penghasilan utamanya karet memiliki PDRB per kapita yang lebih rendah dari
kabupaten lain yang penghasilan utamanya bukan karet. Diantaranya, yaitu Kabupaten Tebo
dan Kabupaten Merangin adalah dua kabupaten yang penghasilan utamanya karet memiliki
PDRB terendah, yaitu masing-masing Rp. 11,58 juta per kapita dan Rp.13,22 juta per kapita.
Sedangkan kabupaten dengan PDRB per kapita tertinggi adalah kabupaten yang penghasilan
utama nya bukan karet, yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan Tanjung Jabung Barat
masing-masing sebesar Rp.56,83 juta per kapita dan Rp.31,50 juta per kapita (BPS, 2015).
Berkaitan dengan rendahnya PDRB per kapita untuk kabupaten yang penghasilan
utamanya perkebunan karet adalah rendahnya produktivitas lahan dan rendahnya mutu hasil
6
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
perkebunan karet, khususnya dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Produktivitas
perkebunan karet di Provinsi Jambi pada tahun 2013 adalah 865 kg per ha per tahun (Dinas
Perkebunan Provinsi Jambi, 2014). Angka ini lebih rendah dari produktivitas karet di Malaysia
yang mencapai angka 1.100 kg/ha/tahun, India sebesar 1.334.kg/ha/tahun, Vietnam sebesar
1.358 kg/ha/tahun, dan Thailand sebesar 1.600 kg/ha/tahun (Island Boerhenhdy, 2013).
Beberapa penelitian berkaitan dengan produktivitas perkebunan karet yang telah
dilakukan sebelumnya pada umumnya masih terbatas pada faktor luas lahan tanaman
menghasilkan, luas tanaman tua, jumlah modal, dan harga karet. Masih banyak faktor-faktor
lain yang berkaitan dengan produktivitas perkebunan karet, diantaranya jumlah petani, jumlah
hari hujan, kondisi jalan, dan kapasitas pabrik karet. Disamping itu, penelitian yang
dilaksanakan sebelumnya masih menggunakan model klasik, model linear atau model regresi
berganda. Pada hal sebenarnya terdapat "multikolielity" diantara variabel-variabel independen.
Dimana beberapa variabel independen tidak mempengaruhi produktivitas secara langsung
melainkan melalui variabel lain.
Penelitian ini akan mengkaji berbagai faktor yang mempengaruhi produktivitas dengan
menggunakan model simultan, dimana beberapa variabel independen mempengaruhi
produktivitas perkebunan karet melalui variabel independen lain. Pada akhirnya penelitian ini
akan menghasilkan model yang lebih lengkap dan terstruktur dalam peningkatan produktivitas
perkebunan karet, yaitu dengan menggunakan model persamaan "Simultan Model" (Pindyck
R.S,1998).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan produksi perkebunan karet,
pengaruh faktor jumlah petani karet, luas lahan tanaman karet, jumlah hari hujan, dan harga
karet terhadap produksi perkebunan karet di Provinsi Jambi. Disamping itu, penelitian ini juga
ditujukan untuk mengetahui pengaruh panjang jalan aspal dan kapasitas pabrik karet terhadap
harga karet di Provinsi Jambi.
7
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
II. METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian adalah Provinsi Jambi, dimana karet adalah hasil utama
disamping hasil perkebunan lainnya. Dari 11 (sebelas) kabupaten/kota di Provinsi Jambi ada
sebanyak 6 (enam) kabupaten yang memiliki potensi perkebunan karet, Kabupaten, Sarolangun,
Merangin, Bungo,Tebo, Batang Hari, dan Muaro Jambi. Namun penelitian ini akan mengamati
Provinsi Jambi secara keseluruhan. Dimana aspek utama yang diamati adalah produksi karet
sebagai variabel dependen dan jumlah petani karet, luas lahan tanaman karet menghasilkan,
jumlah hari hujan, dan harga karet terhadap produksi perkebunan karet, dan pengaruh panjang
jalan aspal dan kapasitas pabrik karet terhadap harga karet di Provinsi Jambi.
Semua data tersebut adalah data sekunder berupa data deret waktu (times series) (Hadi
Sabari Yunus, 2010) dari tahun 2001 sampai dengan 2014 di Provinsi Jambi yang dikumpulkan
dari BPS, Dinas Perkebunan, dan Disperindag Provinsi Jambi. Penelitian ini dilaksanakan
selama 8 (delapan) Bulan April tahun 2016 sampai dengan Bulan November tahun 2016.
Dalam analisa data variabel-variabel yang mempengaruhi produksi perkebunan karet
tersebut dibuat menjadi 2 persamaan (simultan), yaitu persamaan faktor yang mempengaruhi
perkebunan karet dan persamaan faktor yang mempengaruhi harga.
Hubungan matematika antara variabel produksi perkebunan karet dengan faktor-faktor yang
mempengaruhnya dapat ditulis sebagai Model Regresi Berganda sebagai berikut (Pindyck,
1998)
Y1i = β0 + β 1X1i+ β 2X2i+ β 3X3i+ β 4X4i+ e
dimana:
Yi = Produksi perkebunan karet pada tahun i (Ton)
β0 = konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = Elastisitas variabel diatas
e = error
X1i = Jumlah petani karet di Provinsi Jambi pada tahun i (orang)
X2i = Luas lahan perkebunan karet menghasilkan di Provinsi Jambi pada tahun i (ha)
X3i = Jumlah hari hujan di Provinsi Jambi pada tahun i (mm3/tahun)
X4i = Harga karet di Provinsi pada tahun i (Rp/Kg)
Sedangkan hubungan antara variabel harga dengan variabel panjang jalan aspal (km)
kapasitas pabrik karet dan produksi karet dapat ditulis sebagai berikut:
8
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Y2i = β0 + β 1Z1i+ β 2Z2i+ β 3Z3i+e
dimana:
Y2i = Harga karet (Rp. /Kg)
β0 = konstanta
β1, β2, β3, β4, β5 = elastisitas variabel-variabel diatas
e = error
Z1i = Panjang jalan aspal (Km)
Z2i = Kapasitas pabrik karet (Ton/Jam)
Z3i = Produksi perkebunan karet (Ton/tahun)
Dalam analisa data penelitian ini menggunakan program pengolahan data dalam bentuk
Program Applikasi Eviews (Nachrowi. 2006). Semua tahap yang disediakan dalam Program
Applikasi Eviews dapat dilakukan dan diikuti sehingga hasil akhir dapat dipercaya untuk
mengambil kesimpulan.
9
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
kelapa sawit. Pada tahun 2004 dan tahun 2007 tersebut memang terjadi pembangunan kelapa
sawit oleh pihak swasta dengan pola kemitraan, dimana petani menyerahkan lahan perkebunan
karet mereka yang sudah tua untuk dibangun menjadi perkebunan kelapa sawit pola kemitraan
dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit swasta.
Tabel 1 : Perkembangan produksi dan produkstivitas perkebunan karet di Provinsi Jambi dari
tahun 2001-2015
Produksi Pertumbuhan Luas lahan Pertumbuhan Produktivitas
No. Tahun (%) (%) (Ton/Ha)
(Kg) (Ha)
1 2001 239,330 - 326,201 - 0.7337
2 2002 239,625 0.12 329,471 0.99 0.7273
3 2003 241,328 0.71 335,900 1.91 0.7185
4 2004 236,317 (2.12) 325,076 (3.33) 0.7270
5 2005 247,568 4.54 335,094 2.99 0.7388
6 2006 266,263 7.02 337,028 0.57 0.7900
7 2007 264,674 (0.60) 334,499 (0.76) 0.7913
8 2008 271,752 2.60 337,417 0.86 0.8054
9 2009 280,620 3.16 338,296 0.26 0.8295
10 2010 288,981 2.89 342,261 1.16 0.8443
11 2011 298,786 3.28 342,851 0.17 0.8715
12 2012 322,044 7.22 349,184 1.81 0.9223
13 2013 325,991 1.21 354,098 1.39 0.9206
14 2014 342,998 4.96 357,138 0.85 0.9604
15 2015* 350,457 2.13 359,128 0.55 0.9759
Rata2 - 2.65 - 0.67 0.8238
Sumber : BPS, 2015. Jambi Dalam Angka tahun 2001-2015.
Untuk itu, perlu dijelaskan perkembangan dari produksi perrkebunan karet dan
perkembangan variabel lain yang berkaitan dengan variabel produksi perkebunan tersebut. Dari
tabel dibawah ini dapat dijelaskan bahwa jumlah produksi perkebunan karet meningkat dari
11
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
sebesar 239.330 ton pada tahun 2001 menjadi sebesar 350.457 Ton pada tahun 2015 atau
meningkat rata-rata sebesar 2,65 % per tahun. Sedangkan jumlah petani juga meningkat dari
sebesar 194.391 Orang pada tahun 2001 menjadi sebesar 254.813 orang pada tahun 2015 atau
meningkat rata-rata sebesar 1.84% per tahun.
Tabel 3. Produksi perkebunan karet, jumlah petani karet, luas lahan perkebunan karet, jumlah
hari hujan, dan harga karet di Provinsi Jambi dari tahun 2001-2015 (Sambungan)
Petani Harga karet
Luas lahan Hari hujan
No. Tahun Produksi (Ton) karet SIR
(Ha) (Hari/Bulan)
(orang) 20($/Kw)
Y1 X1 X2 X3 Y2
1 2001 239,330 194,391 326,201 14.80 488,454.00
2 2002 239,625 190,113 329,471 15.01 572,286.00
3 2003 241,328 188,344 335,900 13.50 697,600.00
4 2004 236,317 216,724 325,076 14.20 114,540.00
5 2005 247,568 226,908 335,094 13.10 124,500.00
6 2006 266,263 228,576 337,028 8.60 168,633.00
7 2007 264,674 235,888 334,499 17.50 197,333.00
8 2008 271,752 246,380 337,417 15.80 24,821.00
9 2009 280,620 251,184 338,296 14.80 155.28
10 2010 288,981 251,403 342,261 18.40 294.83
11 2011 298,786 249,978 342,851 15.50 383.08
12 2012 322,044 252,505 349,184 13.80 313.33
13 2013 325,991 254,134 354,098 17.70 258.02
14 2014 342,998 255,663 357,138 15.80 130.85
15 2015* 350,457 254,813 359,128 14.70 230.00
Sumber : Diolah dari BPS, 2015 dan sumber lain.
Kebutuhan jumlah petani per hektar kelihatannya belum memenuhi standar ideal
perkebunan karet. Jumlah petani per hektar dapat dijelaskan pada tabel dibawah dimana rata-
rata jumlah petani per luas lahan antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar
1,47 orang per hektar. Sedangkan menurut standar tenaga kerja perkebunan karet adalah sebesar
2,0 orang per hektar (Tim Penebar Swadaya, 2011). Hal ini disebabkan karena perkebunan karet
di Provinsi Jambi masih belum intensif atau belum optimal pengusahaannya. Perkebunan karet
12
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
rakyat masih bercampur dengan semak belukar sehingga jumlah batang dalam setiap hektar
lebih rendah dari standar perkebunan besar yaitu 500 batang per hektar.
3.3. Perkembangan Harga Karet (SIR 20), Panjang Jalan Aspal, dan Kapasitas Pabrik
Karet
Harga karet atau SIR 20 mempengaruhi perekonomian Provinsi Jambi secara keseluruhan
karena perkebunan karet adalah usaha tempat bergantungnya kehidupan sebahagian besar
petani. Oleh karena itu, perubahan pada harga karet akan berdampak pada perekonomian
Provinsi Jambi secara keseluruhan.
Harga karet di Provinsi Jambi berfluktuasi dari waktu ke waktu, tidak hanya selama 15
tahun terakhir melainkan sejak karet alam ini diusahakan di Indonsia, yaitu sejak awal abad ke
20. Pada umumnya harga karet dipengaruhi oleh permintaan dunia karena karet merupakan
bahan baku industri di negara-negara maju, yaitu negara-negara Benua Eropah, Amerika
Serikat, Jepang, dan China. Untuk itu, jika permintaan industri-industri di negara tersebut
meningkat maka permintaan karet di Indonesia meningkat sehingga sehingga harga tinggi.
Namun, karet alam ini memiliki saingan yaitu karet sintesis jika pembuatan karet sistesis
tersebut meningkat maka permintaan terhadap karet alam menurun dan harga karet alam akan
rendah.
Selanjutnya harga karet di tingkat petani atau di tingkat pabrik tidak selalu identik dengan
harga karet dunia karena adanya sistem tata niaga dan proses transaksi yang rumit sehingga
harga karet alam di Indonesia mengalami bias atau penyimpangan dari harga karet normal dunia.
Untuk itu, harga karet di Indonesia, yaitu di tingkat petani dan di tingkat pabrik ditentukan juga
oleh beberapa faktor lain, yaitu kapasitas pabrik karet, panjang jalan aspal, dan produksi Bokar
oleh petani itu sendiri. Perkembangan harga karet, pannjang jalan aspal, kapasitas pabrik di
Provinsi Jambi dapat dijelaskan dengan tabel dibawah ini.
Secara umum harga karet (SIR20) di Provinsi Jambi cenderung menurun antara tahun
2001 sampai dengan tahun 2015. Pada tahun 2001harga karet sebesar 488.454,00$ menurun
menjadi 230,00$ pada tahun 2015. Disamping itu, terjadi fluktuasi harga yang sangat tinggi
pada beberapa tahun. Pada tahun 2003 harga karet adalah sebesar 697.600,00$ dan pada tahun
2004 turun drastis menjadi 114.540,00$ atau turun sebesar 83% dari tahun 2003. Kemudian
naik kembali secara berangsur-angsur sehingga menjadi 197.333,00$ pada tahun 2007.
13
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Selanjutnya turun kembali menjadi 130,85$ pada tahun 2014 dan mulai naik sedikit mulai tahun 2015
dan tahun 2016. Fluktuasi harga karet ini merupakan penomena penting dalam jangka panjang karena
menyangkut kehidupan sebagian besar penduduk di Provinsi Jambi.
Tabel 4 . Harga karet, panjang jalan aspal, dan kapasitas pabrik karet di Provinsi Jambi.
Harga karet Panjang Kapastas
Perkem- Perkem- Perkem-
No. Tahun (SIR 20) Jalan Aspal Pabrik Karet
bangan bangan bangan
($/Kw) (Km) (Ton/Jam)
1 2001 488,454.00 - 2,512.48 - 243,000 -
Faktor -faktor yang berkaitan dengan harga karet yaitu adalah produksi karet itu sendiri
(produksi karet sudah dibahas pada halaman sebelumnya), kapasitas pabrik karet, dan panjang
jalan aspal. Panjang jalan aspal sebagai aspek penting dalam pemasaran karet relatif tidak
berubah selama 15 tahun terakhir bahkan cenderung menurun sebesar 13,92% yang berarti
adanya sejumlah jalan aspal yang rusak sehingga berubah status menjadi jalan yang tidak aspal.
Kapasitas pabrik karet (Crumb Rubber) yang mengolah Bokar menjadi SIR20 di Provinsi Jambi
cenderung meningkat dari 243.000 Ton per jam menjadi 472.200 Ton per Jam atau meningkat
sebesar 3,79 % per tahun antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2015. Peningkatan kapasitas
14
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
pabrik karet terlihat dari adanya penambahan jumlah pabrik di beberapa kabupaten, yaitu di
Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun, dan Kabupaten Bungo.
Pengujian untuk persamaan pertama (Produksi karet dan faktor yang mempengaruhinya):
15
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
Setelah dilakukan analisa dengan model regresi dengan bentuk persamaan simultan
dengan menggunakan program aplikasi "eviews" dilakukan tahap-tahap sebagaimana mestinya.
Pengujian tersebut adalah uji multikolinealiti, uji autokorelasi, uji heteroscedatisitas maka
diperoleh hasil atau model sebagai berikut:
Dari model persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan bahwa hasil R squared sebesar
0,963942 didapat pengertian bahwa fungsi produksi mampu menjelaskan variable independent,
yaitu jumlah petani karet, luas lahan perkebunan karet, jumlah hari hujan, dan harga karet dapat
mempengaruhi variable dependent, yaitu produksi perkebunan karet dengan tingkat keyakinan
96% dan hanya 4% yang dipengeruhi oleh variable lain. Namun dilain pihak untuk variabel
jumlah petani karet (X1) dan harga karet (Y2) tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan
terhadap variabel dependen (produksi perkebunan karet).
Pengujian untuk persamaan kedua (Harga karet dan faktor yang mempengaruhinya):
Dari tabel diatas didapat persamaan sebagai berikut:
Dari tabel diatas didapat persamaan sebagai berikut:
Y = - 976483,4 – 2,721986X1 -0,495689 X2 + 39,37920 X3
Dari data regresi dapat dijelaskan bahwa hasil R squared 0,583094 memberikan pengertian
bahwa fungsi harga mampu menjelaskan variable independent, dimana produksi perkebunan
karet, kapasitas pabrik karet, dan panjang jalan aspal dapat mempengaruhi harga karet dengan
tingkat keyakinan 58% dan 42% lainnya dipengeruhi oleh factor variable lain. Namun dipihak
lain untuk data produksi perkebunan karet dan kapasitas pabrik karet tidak memiliki pengaruh
yang cukup signifikan terhadap variabel.
4.2. Saran
1. Disarankan untuk dapat melakukan penelitian lanjutan, yaitu dengan menggunakan data-
data masing-masing kabupaten yang adi Provinsi Jambi. Dengan menggunakan data yang
lebih banyak dan lebih luas maka diperkirakan hasi model regresi yang diperoleh akan
lebih baik dan dapatlebih dipercaya untuk menentukan kebijakan pembangunan perkebunan
karet dimasa mendatang.
17
Journsl of Agribusiness and Local Wisdom
eISSN: 2621-1300 (e); 2621-1297 (p), Volume 1. no (1) 2018
DAFTAR PUSTAKA
Armen Mara, 2012. Bentuk pasar karet pedesaan dan tingkat kesejahteraan petani. Proseding
Seminar Karet. Perhepi. Komda Jambi. Jambi.
David J.Sorenson, 2007. Assessing economicase relationships in South Dakota. The Journal of
Regional Anylysis and Policy. MCRSA Presidential Symposium, JRAP 37(2):hal: 165-
182.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2013. Statistikperkebunan Provinsi Jambi. Disbun Provinsi
Jambi. Jambi.
Eka Fitri Dianti, 2014. Peranan sektor perkebunan karet dalam perekonomian wilayah
Kabupaten Muaro Jambi. Skripsi Fakultas Pertanian.
Elisa Chairani, 2014. Analisis ekspor karet alam di Provinsi Jambi. Program Studi Agribisnis
Jenjang Pascasarjana (S2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi.
Hadi Sabari Yunus, 2010. Metodologi penelitian wilayah komtemporer. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Heri Setiawan, 2012. Peranan teknologi industri dalam pengembanggan produktivitas
perkebunan karet.
Island Boerhendhy, 2013. Manajemen dan teknologi budidaya karet. Makalah seminar dalam
rangka rapat teknis dirjen perkebunan Jambi. Jambi.
Mubyarto dan Awan Setya Dewanta , 1991. Karet, kajian sosial eknomi.Penerbit Aditya
Media. Yogyakarta.
Nachrowi D. Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan populer dan praktis
ekonometrika untuk analisis ekonomi dan keuangan. Lembaga Penerbit FEUI. Jakarta.
Napitupulu Dompak, 2011. Kajian tata niaga karet alam: sebagai upaya peningkatan
kesejahteraan petani. Jurnal Sosio Ekonomika Bisnis. Universitas Jambi, Vol 14 No.2
Juli-Desember 2011.
Napitupulu Dompak, 2004. Model perdagangan karet alam Indonesia dan simulasi kebijakan
menghadapi kesepakatan tripartite dan perdagangan bebas. Desertasi Universitas
Brawidjaja. Malang.
Pindyck R,S dan Rubinfeld, D,L, 1998. Econometric models and economec forcasts. Irwin
McGraw-Hill. New York.
Rima Meilani, (2014). Bentuk pasar karet pedesaan dan hubungannya dengan tingkat harga
di Kecamatan Panerokan. Skripsi Mahasiswa Faperta Unja. Jambi.
Simon JB Sirait (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas perkebunan karet di
Kabupaten Sarolangun. Skripsi Mahasiswa Faperta Unja. Jambi.
Sugiarto, Tedy Herlambang, Brastoro, Rahmad Sudjana, Said Kelana, 2010. Ekonomi mikro,
sebuah kajian komprehensif. PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Tim Penulis PS, 2011. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta.
18