Tugas Filsafat Hukum

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

NAMA : dr.

LIDYA KUSUMAWATI
NIM : 200 300 46
PRODI : MASTER HUKUM KESEHATAN
TUGAS : MATA KULIAH FILSAFAT HUKUM
DOSEN : DR. EKO WIJAYANTO, S.H.,M.Hum

1. BAGAIMANA PENDAPAT MAHASISWA ATAS RKUHP YANG


MEMUAT ANCAMAN BAGI ORANG-ORANG YANG MENGHINA
PRESIDEN DAN/ATAU WAKIL PRESIDEN MELALUI MEDIA DIANCAM
PIDANA MAKSIMAL 4,5 TAHUN ?

Jawab :

Terkait dengan draff RKUP ( Rancangan Kitab Undang-undang Hukum


Pidana dengan pasal-pasal penghinaan kepada Presiden yang ancamanya
sampai dengan 4,5 tahun Penjara, saya berbendapat bahwa RKUHP
tersebut sangat baik untuk menjadi perhatian dan kehati-hatian masyarakat
dalam menyampaikan kritik terhadap Presiden dan/atau wakil presiden,
masyarakat bebas mengeluarkan kritik atau opini, menggunakan cara
penyampaian dan bahasa dengan norma-norma yang berlaku sehingga tidak
menimbulkan masalah baru bagi masyarakat sendiri atau menimbulkan
kegaduhan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sepanjang yang
digunakan kata-kata yang wajar, dapat diterima dalam batas-batas
kesopanan, maka apa yang disampaikan itu bukan penyerangan terhadap
harkat dan martabat, harus adanya batas tegas antara kritik dan penghinaan
terhadap Presidenn, agar tidak menjadi salah tafsir. Masyarakat bebas
menyampaikan pandangannya terkait dengan kinerja Presiden sebagai
control dalam menjalankan pemerintahannya. Perlu dibedakan antara ujaran
kebencian, kritik, pembelaan diri, kepentingan umum. Pemahaman filosofis,
yuridis dan sosiologis terhadap apa itu penghinaan, hate speech dan kritik
sangat diperlukan. Agar supaya apparat penegak hukum dalam menjalankan
tugasnya tidak menafsirkan hukumnya secara subjektif.

1
2. BAGAIMANA PENDAPAT MAHASISWA ATAS RKUHP TERHADAP
TUKANG GIGI YANG TIDAK MEMILIKI IZIN TERANCAM PIDANA
PENJARA 5 TAHUN BILAMANA TIDAK MEMILIKI IZIN ?

Jawab :

Pada 15 Januari 2013, MK membatalkan kriminalisasi tukang gigi sepanjang


telah mengantongi izin pemerintah. Namun dalam draff RKUHP 2021
dimunculkan Kembali oleh pemerintah sekarang ini. Saat itu, MK menilai
profesi tukang gigi dapat dimasukkan atau dikategorikan dalam satu jenis
pelayanan kesehatan tradisional Indonesia yang harus dilindungi oleh negara
dalam suatu peraturan tersendiri. Berdasarkan penilaian hukum di atas, MK
berpendapat Pasal 73 ayat (2) UU 29/2004 tentang Kedokteran bertentangan
dengan UUD 1945 secara bersyarat.

Pasal yang dimaksud yaitu Pasal 276 ayat 2 RUU KUHP.

Setiap Orang yang menjalankan pekerjaan menyerupai dokter atau dokter


gigi sebagai mata pencaharian baik khusus maupun sambilan dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau pidana denda paling banyak
kategori V.

Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh peraturan perundang-


undangan antara dokter gigi dan tukang gigi saling bersinergi dan
mendukung satu sama lain dalam upaya meningkatkan kesehatan khususnya
kesehatan gigi masyarakat, namun saya setuju dengan pengesahan RUU
tersebut agar tidak terjadi kesalan penanganan terhadap masyarakat yang
datang ke tukang gigi. Karena terdapat beberapa kasus masyarakat datang
ke Dokter gigi karena salah penanganan dari tukang gigi, sehingga
merugikan masyarakat. Dengan perkembangan zaman saat ini harus adanya

2
penerapan tegas batasan antar profesi, yang dapat dipertanggug jawabkan
menurut terapan keilmuan yang berdasar pada kompetensi yang teruji.

3. BAGAIMANA PENDAPAT MAHASISWA TERHADAP GELANDANGAN


YANG AKAN TERKENA ANCAMAN PIDANA DAN DENDA ?

Jawab :

Gelandangan adalah orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan
norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak
mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan tetap di wilayah tertentu dan hidup
mengembara di tempat umum, sedangkan pergelandangan adalah suatu
tindakan pengembaraan yang dilakukan, sehingga bilamana draff RUU
/RKUHP diundangkan menjadi undang-undang :

Pasal 431 RKUHP

“ Setiap orang yang bergelandangan di jalan atau ditempat umum yang


mengganggu ketertiban umum dipidana dengan pidana denda paling banyak
kategori I ( MAKSIMAL Rp.1 juta ) “

Perlu diketahui bahwa banyak Perda yang telah membuat aturan tentang
gelandangan diantaranya Perda 9/2013 Kota Malang, Perda 5/2012 Kota
Tangerang, Perda Daerah Istimewa Yogyakarta 1/2014, Pasal 6 Perda Kota
Bengkulu 7/2017 orang yang memberikan uang kepada gelandangan atau
pengemis dipidana denda Rp100 ribu. Sedangkan di Surabaya dan Jakarta
terdapat jerat pidana kurungan penjara bagi pengemis. Pasal 40 huruf a
Perda DKI Jakarta 8/2007 mengancam gelandangan dengan pidana
kurungan maksimal 90 hari atau denda maksimal Rp30 juta. Semuanya tidak

3
ada yang efektif karena kenyataannya masih banyak gelandangan yang lalu
lalang tak terkecuali di kota - kota yang telah memunculkan Perda tentang
gelandangan. Permasalahan lain adalah bagaimana bila gelandangan yang
di tangkap dan di denda Rp.1 juta ( satu juta rupiah ) tersebut tidak mampu
membayar dan pasti tidak mampu membayar apakah akan di Penjara,
seandainya dipenjara, apakah setelah keluar dari penjara akan ada jaminan
bahwa mereka tidak akan menggelandang kembali. Pemerintah harus punya
solusi terhadap masalah perekenomian warganya terkhusus gelandangan
misalnya tidak perlu didenda atau dipenjara tapi direhablitas pengembangan
diri terhadap keterampilan dalam waktu tertentu yang dapat dihasilkan
menjadi modal utama untuk bekerja dengan layak.

Anda mungkin juga menyukai