Makalah Devusi Dan Inovasi Pendidikan Islam
Makalah Devusi Dan Inovasi Pendidikan Islam
Makalah Devusi Dan Inovasi Pendidikan Islam
MAKALAH
DISUSUN OLEH
A. MAHRISAL SABIL
NIM. 200112014
MEGAWATI
NIM.200112010
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini agar
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini. Demikian semoga makalah ini dapat
bermanfaat, terima kasih.
Sinjai, 09 April2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB IPENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................4
C. Tujuan...................................................................................................................4
BAB IIPEMBAHASAN....................................................................................................5
A. Hakikat Dan Karakteristik Difusi Dan Inovasi Pendidikan Islam...................5
B. Proses dan Peran Difusi Inovasi Pendidikan Islam.........................................16
C. Rekayasa Peranan Devusi dan Inovasi dalam Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam...............................................................................................................31
BAB IIIPENUTUP..........................................................................................................47
A. Kesimpulan.........................................................................................................47
B. Saran...................................................................................................................48
DATRA PUSTAKA........................................................................................................49
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. RumusanMasalah
1. Bagaimanahakikat dan karakteristikdifusi dan inovasi Pendidikan islam?
2. Bagaimana proses dan perandifusiinovasi Pendidikan islam?
3. Bagaimanarekayasaperanandalammatapelajaran PAI?
C. Tujuan
1. Untukmengetahuihakikat dan karakteristikdifusi dan inovasi Pendidikan
islam
2. Untukmengetahui proses dan perandifusiinovasi Pendidikan islam
3. Untukmengetahuirekayasaperanandalammatapelajaran PAI
BAB II
PEMBAHASAN
2
M. Rogers Everett, Diffusions of Innovations, 11.
3
Purwanto, Difusi Inovasi. (Jakarta: STIA-LAN Press, 2000), hlm. 15
4
Hasan Basri, PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MELALUI ADOPSI DAN IMPLEMENTASI
TEKNOLOGI INSTRUKSIONAL, Jurnal Mudarrisuna, Volume 4, Nomor 2 (Juli – Desember 2014)
Kesemuanyatergantungapa yang dirasakan oleh
individuataukelompokterhadap ide, praktekataubendatersebut.
Kata inovasiberasaldaribahasaInggrisyaitu innovation yang
bermaknasegalahal yang baruataupembaharuan. Kata
inovasidalamKamusBesar Bahasa Indonesia
dimaknaisebagaipemasukanataupengenalanhal-hal yang baru, penemuanbaru
yang berbedadari yang sudahadaatausudahdikenalsebelumnya (gagasan,
metodeataualat).
Menurut Van de Van sebagaimanadikutipYamin dan Maisah
(2012:61) inovasimerupakansuatu ide baru yang
dapatdiaplikasikandenganharapandapatmenghasilkanataudapatmemperbaikise
buahproduk, proses maupunjasa.
Rogers (2003:12) menjelaskaninovasiadalahsuatu ide,
praktekatauobjek yang dipandangbaru oleh individuatau unit yang
mengadopsi. SelanjutnyaRusdiana (2014:27)
menjelaskaninovasiadalahgagasan, tindakanataubarang yang dianggapbaru
oleh seseorang dan kebaruannyaitubersifatrelatif.
Sa’ud (2015:3) menjelaskaninovasiadalahsuatu ide, barang,
kejadian, metode yang dirasakanataudiamatisebagaisuatuhal yang
barubagiseseorangatausekelompok orang (masyarakat), baikituberupahasil
invention maupundiskoveri.
Dalamhaliniinovasidiadakanuntukmencapaitujuantertentuatauuntukmemecahk
ansuatumasalahtertentu.
Hasbullah (2008:190) memaparkandalamkontekskebaruan, kata
inovasidisandingkandengan kata pembaruanmeskipun pada
esensinyaantarainovasidenganpembaruanmempunyaipengertian yang
yangsedikitberbeda. Biasanya pada inovasi, perubahan-
perubahanterjadihanyamenyangkutaspek-aspektertentu, dalamartismepit dan
terbatas.
Sementaradalampembaruanbiasanyaperubahanterjadiadalahmenyangkutberba
gaiaspek, bahkantidakmenutupkemungkinanterjadiperubahansecara total
ataukeseluruhan. Jadiruanglingkuppembaruan pada dasarnyalebihluas.
Berdasarkanpemaparan di
atasmakadapatlahdipahamibahwainovasiadalahsuatu ide, benda, peristiwa,
metode yang dirasakanataudiamatisebagaisuatu yang
barubagiseseorangatausekelompok orang (masyarakat)
sebagaihasilinvensimaupundiskoveri yang
digunakanuntukmencapaitujuantertentuatauuntukmemecahkanmasalah.5
Semuaproduktidakmempunyaikemungkinan yang samauntuk di
diterima oleh konsumen,
beberapaprodukbisamenjadipopulerhanyadalamwaktusatumalamsedangkan
yang lainnyamemerlukanwaktu yang sangatpanjanguntuk di
terimaataubahkantidakpernahditerimasecaraluas oleh konsumen.
KarakteristikProdukmenentukankecepatanterjadinya proses
adopsiinovasiditingkatpetanisebagaipenggunateknologipertanian.
Dalamkecepatan proses adopsiinovasiditentukan oleh beberapafaktorseperti:
salurankomunikasi, ciricirisistemsosial, kegiatanpromosi dan
perankomunikator.
5
Rusydi Ananda, Amiruddin, INOVASI PENDIDIKAN: Melejitkan Potensi Teknologi dan Inovasi
Pendidikan, (cet. I CV. Widya Puspita), 2017, h. 1.
kerumitan yang lebih rendahakan lebih cepat diadopsi daripada
inovasi-inovasi lainnya.”
Difusimerupakansuatujeniskhususkomunikasi yang
berkaitandenganpenyebaranpesan-pesansebagai ide baru.
Komunikasididefinisikansebagai proses dimana para
pelakunyamenciptakaninformasi dan
salingbertukarinformasiuntukmencapaipengertianbersama. Di
dalampesanituterdapatketermasaan (newness) yang
memberikancirikhususkepadadifusi yang menyangkutketakpastian
(uncertainty).
Asumsiutama yang dapatdisimpulkandariteoriiniadalah:
1. Difusi inovasi adalah proses sosial yang mengomunikasikan informasi
tentang ide baru yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi
dengan demikian perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah
proses konstruksi sosial
2. Inovasi yang dipandang oleh penerima sebagai inovasi yang
mempunyai manfaat relatif, kesesuaian, kemampuan untuk dicoba,
kemampuan dapat dilihat yang jauh lebih besar, dan tingkat kerumitan
yang lebih rendah akan lebih cepat diadopsi daripada inovasi-inovasi
lainnya
3. Ada sedikitnya 5 tahapan dalam difusi inovasi yakni, tahap
pengetahuan, persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi
4. Ada 5 tipe masyarakat dalam mengadopsi inovasi
yakni inovator, early adopter,early majority, late majority,
dan laggard.6
8
Rusydi Ananda, Amiruddin, INOVASI PENDIDIKAN: Melejitkan Potensi Teknologi dan Inovasi
Pendidikan, (cet. I CV. Widya Puspita), 2017, h.14.
pendidikan, metodologi pengajaran, media, sumber belajar, pelatihan guru,
implementasi kurikulum.
10
M. Rogers Everett, Diffusion of Innovation, 10.
Semakinmudahsuatuhasilinovasidapatdiamati oleh
seseorangmakaakansemakincepat proses pengadopsiannya.10 Hal
berikutnya yang adadalamlingkupinovasiadalahmengenaireinvensi.
Rogers (1983) mengemukakanreinvensimerupakan proses
dimanasuatuinovasidiubah oleh pemakaidalam proses pengadopsian
dan pelaksanaannya.11
SaluranKomunikasiKomunikasididefinisikansebagai the
process by the which participants create and share information with one
another in order to reach a mutual understanding.12
Komunikasididefinisikansebagaisuatu proses dimana para
pelakunyamenciptakan dan bertukarinformasisatusama lain
untukmencapaikepahaman. Lebihlanjut Rogers (1983)
menyatakanbahwa inti proses difusimeliputielemensebagaiberikut: 1)
adanyainovasi, 2) adanyaseseorangatau unit adopsi yang punya
pengetahuanataupengalamandalampenggunaaninformasi, 3) adanya
orang lain yang belummengetahuiinovasitersebut, 4)
adanyasalurankomunikasi.
Salurankomunikasiadalahjalurlewatsuatupesansehingga bias
tersampaikansuatupesandariseseorangkepada orang lain.13
Prinsippokokkomunikasiantarmanusiaadalahbahwapemindahan ide- ide
pada umumnyaterjadiantaradua orang yang sepadan (homophilius).
Homofiliadalahkondisidimana orang yang
berinteraksitersebutsamadalamciri-ciritertentusepertikepercayaannya,
pendidikannya, status sosialnya, dan sebagainya. Begitu pun sebaliknya
salah
satumasalahpentingdalampengomunikasianinovasiadalahkarenapartisip
annyabersifat heterofili.14 c. Jangka Waktu Menurut Rogers (1983)
dimensiwaktumasukkedalambahasandifusiberkenaandengan; 1) proses
keputusaninovasidimanaseseorangmenjalani proses
11
Titin Nurhidayati, INOVASI PEMBELAJARAN PAI BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES,Jurnal
Pendidikan Agama Islam Volume 03, Nomor 01, Mei 2015, hal. 28.
mulaidarikenalinovasisampaidenganpengadopsiannyaataupenolakannya
, 2) keinovatifanseseorangatau unit adopsi yang
relatiflebihawal/akhirdariinovasi yang
diadopsidibandingkandengananggotasistemsosialatau unit
adopsilainnya, 3) kecepatanadopsisuatuinovasidalamsuatusistemsosial
yang biasanyadiukurdenganjumlahanggotasistem yang
mengadopsiinovasidalamjangkawaktu tertentu.15 1) Proses Keputusan
Inovasi Rogers (1983) mengkonseptualisasikan proses
keputusaninovasikedalam 5 langkahpokok, yaitu: a) Pengenalan,
terjadiketikaseseorangdihadapkandenganadanyainovasi dan
memahamibagaimanainovasiituberfungsi; b) Persuasi,
terjadiketikaseseorangmenyikapiinovasi, sukaatautidaksuka; c)
Keputusan, terjadiketikaseseorangterlibatdalamkegiatan yang mengarah
pada pemilihanuntukmenerimaataumenolakinovasi; d) Pelaksanaan,
berlangsungketikaseseorangmenerapkanpenggunaaninovasidalamkehid
upannyasehari-hari. Reinvensibiasanyaterjadi pada tahapanini; e)
Konfirmasi,
berlangsungketikaseseorangmencaripenguatanterhadapkeputusaninovas
i yang telahdibuat,
tetapimungkinsajaiamerubahkeputusanbilaiaberhadapandenganpesan-
pesan yang bertentangandengan inovasi.16 2) Keinovatifan dan
KategoriPengguna Rogers (1983) menjelaskan lima
kategoripenggunatipe ideal, sebagaiberikut: a)
InovatorSeoranginovatormemilikiciri:
merekasangatbergairahuntukmencoba ide-ide baru,
merekakeluardarilingkarjaringanpergaulansetempat dan
pergaulanmerekasangatlahkosmopolit. b)
PemukaCiridaripemukaadalahmerekalebihlokalit,
memilikitingkatkepemimpinanpendapatterbesardalamkebanyakansistem
sosial, merekaberperansebagai model bagi para anggotasistemlainnya.
c) MayoritasAwalMayoritasawalmerekaadalahkelompok yang
berhatihatidalammengadopsisesuatu yang baru, merekamengadopsi ide-
ide barusebelum rata-rata anggotasuatusistemsosial.
Mayoritasawalseringberinteraksidenganteman-temannya,
tetapijarangmenempatiposisipimpinan.
Mayoritasawalmungkinmempertimbangkanwaktucukup lama
sebelumsepenuhnyamengadopsisuatu ide baru.
Periodekeputusaninovasimerekarelatiflebih lama daripadasiinovator dan
pemuka. d)
MayoritasAkhirKelompokmayoritasakhirmerekaadalahkelompokskepti
s, merekamengadopsi ide-ide barusejenaksetelah rata-rata
anggotasuatusistemsosial.
Pengadopsianitumungkinkarenapertimbanganekonomi dan
jawabanatastekanansosial yang semakinmeningkat.
Inovasimerekadekatidengankeraguan dan kehati-hatian dan
mayoritasakhirtidakakanmengadopsisampaikebanyakan orang lain
dalamsistemsosialnyamengadopsinya. e) KolotKolotadalah orang yang
terakhirdalamsuatusistemsosial yang mengadopsisuatuinovasi,
merekahampirtidakmemilikikemandirianpendapat. Merekaadalah yang
paling lokalitbahkannyaristerisolasidalamjaringansosial.
Acuansikolotadalah masa lalu. Keputusan-
keputusanseringdibuatsebelumnya/terdahulu, merekaberinteraksidengan
orang-orang yang masihmenjunjungtingginilai-nilai tradisional.17 3)
KecepatanAdopsiKecepatanadopsimerupakandimensiketigadarijangkaw
aktu. Kecepatanadopsimenurut Rogers (1983) adalah relative speed
with which an innovation is adopted by member of a social system.18
Kecepatanrelatifpengadopsiansuatuinovasi oleh anggotasistemsosial.
Menurut Rogers kecepatanadopsisuatuinovasiberbentuk “S”
dengantingkatkelandaian yang berbeda-beda. d.
SistemSosialSistemsosialdidefinisikan oleh Rogers (1983) sebagai a set
interrelated units that are engaged in joint problem solving to
accomplish a common goal.19
Definisitersebutmemberikanpemahamanbahwasistemsosialadalahsepera
ngkat unit-unit yang bertaut dan
terikatdalamkerjasamapemecahanmasalahuntukmencapaitujuanbersama
. Adapuntopik yang dibahasdalamsistemsosialiniadalah: 1) Tokoh
Masyarakat dan AgenPembaruMenurut Rogers (1983) orang yang
paling
inovatifdalamsuatusistemsosialdipandangsebagaipenyimpangdarisistem
sosial dan oleh rata-rata
anggotamasyarakatagakdiragukanstatusnyasertadipandangrendahkredibi
litasnya. Sebaliknyaadaanggotamasyarakat yang berperansebagaitokoh.
Merekamemberiinformasi dan nasihatkepadabanyak orang di
dalamsistemitumengenaiinovasi. Ketokohanatau opinion leadership
menurut Rogers (1983) adalahtingkatsejauh mana
seseorangdapatrelatifseringmempengaruhisikapperilakunyata orang lain
secara informal kearah yang dikehendaki. Ciri-
ciritokohmasyarakatadalah: a) merekalebihkosmopolit, b)
lebihbanyakberkomunikasidengan dunia luar, c) status
sosialnyalebihtinggi, d) lebihinovatif, dan e) posisimereka yang unik
dan berpengaruhdalamstrukturkomunikasimasyarakat. Posisimereka
yang lebihtinggimemudahkanmerekauntukmenjadiagenpembaru yang
berfungsiuntukmempromosikansuatuinovasikedalamanggotakomunitas
sosialnya.20 2) Tipe-tipe Keputusan Inovasi Rogers (1983)
mengklasifikasikantigatipekeputusan inovasi,21 yaitu: a)
Tipekeputusaninovasiopsional,
adalahpemilihanuntukmenerimaataumenolakinovasi yang
dilakukanseseorang, bebasdarikeputusananggotasistemsosiallainnya,
walaupunkeputusantersebutmungkindipengaruhi oleh norma-
normasistemnya dan jejaringantarpribadinya. b)
Tipekeputusaninovasikolektif,
adalahkeputusanuntukmenerimaataumenolakinovasi yang
dilakukansecarakonsensusdiantaraanggotasistemsosial. c)
Tipekeputusaninovasiotoritas,
keputusanuntukmenerimaataumenolakinovasi yang dibuat oleh
relatifsedikit orang dalamsistemsosial.
Sementaraitu,
salurankomunikasitersebutdapatdikategorikanmenjadiduayaitu:
1. saluran media massa (mass media channel); dan
2. saluranantarpribadi (interpersonal channel). Media
massadapatberupa radio, televisi, suratkabar, dan lain-lain.
Kelebihan media massaadalahdapatmenjangkauaudiens yang
banyakdengancepatdarisatusumber.
Sedangkansaluranantarpribadimelibatkanupayapertukaraninformasit
atapmukaantaraduaataulebihindividu.
3. Time (waktu) Waktu merupakan salah satuunsurpentingdalam proses
difusi. Dimensiwaktu, dalam proses difusi, berpengaruhdalamhal:
a. Innovation decision process, yakni proses
keputusaninovasiatautahapan proses
sejakseseorangmenerimainformasipertamasampaiiamenerimaataumeno
lakinovasi;
b. Relative time which an inovation is adopted by individual or group,
yaituwaktu yang diperlukan oleh
individumaupunkelompokuntukmengadopsisebuahinovasi.
Dalamhaliniberkaitandengankeinovativanindividuatau unit adopsilain,
yaitukategorirelatiftipe adopter (adopter awalatauakhir); dan
c. Innovation’s rate of adoption, atautingkat/lajuadopsiinovasiataupun
rata-rata adopsidalamsuatusistem,
yaituseberapabanyakjumlahanggotasuatusistemmengadopsisuatuinovas
idalamperiodewaktutertentu.
4. Social System (sistemsosial), yaituserangkaian bagian yang saling
berhubungan dan bertujuan untuk mencapai tujuan umum. Sangat penting
untuk diingat bahwa proses difusi terjadi dalam suatu sistem sosial. Sistem
sosial adalah satu set unit yang salingberhubungan yang
tergabungdalamsuatuupayapemecahanmasalahbersamauntukmencapaisuat
utujuan. Anggotadarisuatusistemsosialdapatberupaindividu, kelompok
informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses
difusidalamkaitannyadengansistemsosialinidipengaruhi oleh struktursosial,
normasosial, peranpemimpin dan agenperubahan, tipekeputusaninovasi
dan konsekuensiinovasi.12
Pembaharuanatauinovasidalam dunia
kependidikanseringdiartikansebagaisuatuupayalembagapendidikandalammenj
embatani masa sekarang dan masa yang
akandatangdengancaramemperkenalkan program
kurikulumataumetodologipengajaran yang
barusebagaijawabanatasperkembangan internal dan eksternaldalam dunia
pendidikan yang cenderungmengejaefisiensi dan efektivitas (Wijaya dkk,
1991:2). Pada lembagapendidikan, faktor yang
menjadipenentukeberhasilantujuanpendidikanadalah guru. Hal iniditegaskan
oleh Samana (1994:16) bahwa guru
merupaknfaktoruatamadalamusahameningkatkanmutupendidikansekolah
yang pada gilirannyaakansangatmempengaruhikemajuanmasyarakat yang
menjadisuprasistemsekola yang bersangkutan. Masyarakat yang
semakinrasional dan teknologissemakinmembutuhkanjasasekolah dan atau
guru yang bermutu. Pendidikan merupakankunciuntuksemuakemajuan dan
perkembangan yang berkualitas,
sebabdenganpendidikanmanusiadapatmewujudkansemuapotensidirinyabaikse
bagaipribadimaupunsebagaiwargamasyarakat.
Dalamrangkamewujudkanpotensidirimenjadi multi
kompetensiharusmelewati proses pendidikan yang diimplementasikandalam
proses pembelajaran.
Manfaatkeberhasilanpembelajaranakanterasamanakalaapa yang
diperolehdaripembelajarandapatdiaplikasikan dan
12
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132296140/pendidikan/HAND-
OUT+MATA+KULIAH+INOVASI+DAN+DIFUSI+PENDIDIKAN.pdf
diimplementasikandalamrealitaskehidupan. Dalam proses pembelajaran guru
telahmenerapkanprinsip-prinsipdasarpeadogik modern dan yang
mengutamakanpentingnyaperencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang tepat.
Indikatornya,
1. kelengkapanpersiapanmengajar guru, bahan ajar, serta media
pembelajaran;
2. kesesuaianpembelajarandenganskenarionya dan
bervariasinyametodepembelajaran yang digunakan; dan
3. ketepatandalampemberiantugas, pemanfaatansumberbelajar, dan
penggunaanperangkatevaluasi yang
tepatuntukmendapatkanumpanbalikdarisiswa
Peran guru dalaminovasi dan pengembangan media
pembelajaransangatdiperlukanmengingat guru dapatdikatakansebagaipemain
yang sangatberperandalam proses belajarmengajar di kelas,
hendaknyadapatmengolahkemampuannyauntukmembuat media pembelajaran
yang efektif dan efisien. Hal ini, menurut Wijaya dkk (1991:2),
disebabkanperkembanganjaman yang
terusterjaditanpahentidengankurunwaktutertentu. Lembaga
pendidikanhendaknyatidakhanyapuasdenganmetode dan teknik lama, yang
menekankan pada metodehafalan,
sehinggatidakataukurangadamaknanyajikaditerapkan pada masa sekarang.
Perkembanganjaman yang
begitupesatdewasainimembuatsiswasemakinakrabdenganberbagaihal yang
baru, seiringdenganperkembangan dunia informasi dan Komunikasi. Karena
itu, sangatwajarjikakondisiiniharusdiperhatikan oleh guru agar
terusmengadakanpembaharuan (inovasi). Untukdapatmerencanakan proses
pembelajaransecarainovatif yang mampumemberikanpengalaman yang
bergunabagisiswakitaperlumemperhatikankomponenpenting proses
pembelajaran. Dari komponen proses pembelajaranitu guru
dapatmerencanakankegiatan dan strategipembelajaran yang
relevandengantujuanbelajar.
Strategipengembanganpembelajaraninimenjadipentingkarenaadanyabeberapa
persoalandalam proses belajar yang mungkinadadalamsebuah system
pembelajaran. Strategipengembanganpembelajaranmeliputi :
a. Persiapan, mencakupAnalisisKurikulum,
analisiskebutuhanmaupundesainpembelajaran.
b. Metode yang digunakansecaraumumadalah, klasikal , kelompok,
individual.
c. Evaluasi. Evaluasidiperluakanuntukmengetahuiapakahstrategi yang
digunakancocokatautidak. Persoalannyasekarangialah, bagaiamanafungsi
3 komponen (Guru, Siswa, dan Kurikulum/materi)
dapatsalingmemberikandukungansecarasinergisterhadap proses
pembelajaransehinggamampumelahirkanpengalamanbehargabagikehidup
ansiswadimasa yang akan dating
manakalasiswaitumengarungikehidupannyatadalammasyarakat. Dari segi
guru, misalnya , perlumemilikivisi dan misi yang jelasterhadap masa
depansiswa. Iniberartibahwa guru perlumemilikiwawasan yang
berorinetasi pada masa depan. Dengandemikian guru
harusselalumemberikaninformasi yang mutakhirdalambidang yang
diajarkannya. Juga
perlumemilikikemampuanuntukmemprediksimengenaiapa yang
akanmuncul dan apa yang akantenggelamdariaplikasibidangstudi yang
akandiajarkannyadalamhalini pada matapelajaran Pendidikan Agama
Islam.
faktor-faktorutama yang perludiperhatikandalaminovasipendidikan
adalah guru, siswa, kurikulum dan fasilitas, dan program/tujuan
1. Guru
sebagaiujungtombakdalampelaksanaanpendidikanmerupakan
pihakyang sangatberpengaruhdalam proses belajarmengajar.
Kepiawaiandankewibawaan guru sangatmenentukankelangsungan
prosesbelajarmengajardi kelasmaupunefeknya di luarkelas.
Guruharuspandaimembawasiswanyakepadatujuan yang hendakdicapai.
Ada beberapahal yang dapatmembentukkewibawaan guru
antara lainadalahpenguasaanmateri yang diajarkan, metodemengajar
yang sesuaidengansituasi dan kondisisiswa, hubunganantarindividu,
baikdengansiswamaupunantarsesama guru dan unsur lain
yangterlibatdalamproses pendidikansepertiadminstrator,
misalnyakepalasekolah dantata
usahasertamasyarakatsekitarnya,pengalaman dan keterampilanguru
itusendiri. Dengandemikian, makadalampembaharuanpendidikan,
keterlibatangurumulai dariperencanaaninovasipendidikansampaidenganp
elaksanaandan evaluasinyamemainkanperan yang
sangatbesarbagikeberhasilansuatuinovasi Pendidikan
Tanpamelibatkanmereka,
makasangatmungkinmerekaakanmenolakinovasi yang
diperkenalkankepadamereka. Hal inisepertidiuraikansebelumnya,
karenamerekamenganggapinovasi
yangtidakmelibatkanmerekaadalahbukanmiliknya yang
harusdilaksanakan,tetapisebaliknyamerekamenganggapakanmengganggu
ketenangan dankelancarantugasmereka. Oleh karenaitu,
dalamsuatuinovasipendidikan, gurulah yang utama dan
pertamaterlibatkarena guru
mempunyaiperan yang luassebagaipendidik, sebagai orang tua,
sebagaiteman, sebagaidokter, sebagi motivator dan lain sebagainya.
2. Siswa
Sebagaiobyekutamadalampendidikanterutamadalam proses
belajarmengajar, siswamemegangperan yang sangatdominan. Dalam
prosesbelajarmengajar,
siswadapatmenentukankeberhasilanbelajarmelaluipenggunaanintelegensi
a, dayamotorik, pengalaman, kemauan dankomitmen yang
timbuldalamdirimerekatanpaadapaksaan. Hal ini biasterjadiapabilasiswa
juga dilibatkandalam proses
inovasipendidikan,walaupunhanyadenganmengenalkankepadamerekatuju
andari
padaperubahanitumulaidariperencanaansampaidenganpelaksanaan,sehing
gaapa yang merekalakukanmerupakantanggungjawabbersama yang
harusdilaksanakandengankonsekwen. Peransiswadalaminovasi
pendidikantidakkalahpentingnyadenganperanunsur-unsurlainnya,
karenasiswabisasebagaipenerimapelajaran, pemberimateripelajaranpada
sesamatemannya, petunjuk, dan bahkansebagai guru. Oleh karenaitu,
dalammemperkenalkaninovasipendidikansampaidenganpenerapannya,
siswaperludiajakataudilibatkansehinggamerekatidaksajamenerima dan
melaksanakaninovasitersebut, tetapi jugamengurangiresistensiseperti
yang diuraikansebelumnya.
3. Kurikulum
Kurikulumpendidikan, lebihsempitlagikurikulumsekolahmeliputi
program pengajaran dan perangkatnyamerupakanpedomandalam
pelaksanaanpendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karenaitu
kurikulumsekolahdianggapsebagaibagian yang
tidakdapatdipisahkandalam proses belajarmengajar di sekolah,
sehinggadalampelaksanaaninovasipendidikan,
kurikulummemegangperanan yang samadenganunsur-unsur lain
dalampendidikan. Tanpaadanyakurikulum dan tanpamengikuti program-
program yang ada di dalamya, makainovasi
Pendidikantidakakanberjalansesuaidengantujuaninovasiitusendiri.
Olehkarenaitu, dalampembahruanpendidikan,
perubahanituhendaknyasesuaidenganperubahankurikulumatauperubahan
kurikulumdiikutidenganpembaharuanpendidikan dan
tidakmustahilperubahandarikedua-duanyaakanberjalansearah.
4. Fasilitas
Fasilitas, termasuksarana dan prasaranapendidikan, tidakbisa
diabaikandalamdalam proses pendidikankhususnyadalam proses
belajarmengajar. Dalampembahruanpendidikan,
tentusajafasilitasmerupakanhal yang
ikutmempengaruhikelangsunganinovasi yang
akanditerapkan.Tanpaadanyafasilitas,
makapelaksanaaninovasipendidikanakanbiasdipastikantidakakanberjalan
denganbaik. Fasilitas, terutamafasilitasbelajarmengajarmerupakanhal
yang esensialdalammengadakanperubahan dan pembahruanpendidikan.
Oleh karenaitu, jikadalammenerapkansuatuinovasipendidikan,
fasilitasperludiperhatikan. Misalnyaketersediaangedungsekolah, bangku,
meja dansebagainya.
5. LingkupSosial Masyarakat
Dalammenerapakaninovasipendidikan, adahal yang
tidaksecaralangsungterlibatdalamperubahantersebuttapibisamembawada
mpak,baikpositifmaupunnegatif,
dalampelaklsanaanpembahruanpendidikan.Masyarakat
secaratidaklangsungatautidaklangsung, sengajamaupuntidak,
terlibatdalampendidikan. Sebab, apa yang
ingindilakukandalampendidikansebenarnyamengubahmasyarakatmenjadi
lebihbaikterutamamasyarakat di mana pesertadidikituberasal.
Tanpamelibatkanmasyarakatsekitarnya,
inovasipendidikantentuakanterganggu,
bahkanbisamerusakapabilamerekatidakdiberitahuataudilibatkan.
KeterlibatanmasyarakatdalaminovasiPendidikansebaliknyaakanmembant
uinovator dan pelaksanainovasidalammelaksanakaninovasipendidikan.13
Berikutiniakandikemukakanbeberapafaktor yang
cukupberperanmemengaruhiinovasipendidikan (Hasbullah, 2001: 1-4),
yaitusebagaiberikut.
a. Visiterhadap Pendidikan
1) Pendidikan merupakanpersoalanasasibagimanusiasebagaimakhluk
yang dapatdididik dan harusdididik yang
akantumbuhmenjadimanusiadewasadengan proses pendidikan
13
http://blog.umy.ac.id/aisyahsuryani/inovasi-pendidikan-2/faktor-faktor-yang-perlu-
diperhatikan-dalam-inovasi/
yang dialaminya. Sejakkelahirannya,
manusiatelahmemilikipotensidasar yang universal, berupa:
kemampuanuntukmembedakanantara yang baik dan yang buruk
(moral identity);
2) kemampuan dan
kebebasanuntukmemperkembangkandirisendirisesuaidenganpemb
awaan dan cita-citanya (individual identity);
3) kemampuanuntukberhubungan dan kerjasamadengan orang lain
(sosial identity);
4) adanyaciri-cirikhas yang mampumembedakandirinyadengan
orang lain (individual differences).
Setiapanakakanmengalami proses pendidikansecaraalamiah, yang
didapatkandalamsituasipergaulandengankeduaorangtuanyaserta di
lingkunganbudaya yang mengelilinginya. Pendidikan sepertiinilah
yang akanmenjadikananaksebagaimanusiadalamarti yang
sesungguhnya. Cintakasihorangtua dan
ketergantungansertakepercayaananakkepadamereka pada usia-
usiadinimerupakandasarkukuh yang
memungkinkantimbulnyapergaulanmendidik.
Denganupayapendidikan, potensidasar universal anakakantumbuh dan
membentukdirianak yang unik, sesuaidenganpembawaan,
lingkunganbudaya, dan zamannya.
b. FaktorPertambahanPenduduk
Adanyapertambahanpenduduk yang tinggimenimbulkanakibat yang
luasterhadapberbagaisegikehidupan, terutamapendidikan. Banyak
masalahpendidikan yang
berkaitaneratdenganmeledaknyajumlahanakusiasekolah. Masalah-
masalah yang berkaitanlangsungdenganpendidikantersebutadalah:
1. Kekurangankesempatanbelajar. Masalahinimerupakanmasalah
yang mendapatprioritaspertama dan utama yang
perlusegeradigarap.
2. Masalahkualitaspendidikan. Kurangnya dana, jumlah guru,
fasilitaspendidikan,
sudahtentuakanmemengaruhimerosotnyamutupendidikan.
3. Masalahrelevansi. Masalahrelevansi pada
prinsipnyacukupmendasar,
sebabdalamkondisisepertisekaranginisangatdibutuhkan output
pendidikan yang sesuaidengantuntutanmasyarakat,
terutamadalamhubungannyadengankesiapankerja. Hal
tersebutlebih-lebihdengandigulirkannyakonsep “link and match”,
yang salah
satutujuannyaadalahmengatasipersoalanrelevansitersebut.
4. Masalahefisiensiefektivitaspendidikandiusahakan agar
memperolehhasil yang baikdenganbiaya dan waktu yang sedikit.
Iniberartiharusdicarisistemmendidik dan mengajar yang efisien
dan efektif, sesuaidenganprinsip-prinsipdasarpendidikan.
c. FaktorPerkembanganIlmuPengetahuan
Kemajuan zaman
ditandaidengankemajuanperkembanganilmupengetahuan dan
teknologi.
Perkembanganilmupengetahuansecaraakumulatifbertambahpesat.
Perkembangantersebutsudahtentuharusdimasukkandalamkurikulumse
kolah, meskipunhaliniKonsepInovasi Pendidikan KonsepInovasi
Pendidikan 79 80 menyebabkanadanyakurikulum yang
sangatsaratdenganmasalahmasalahbaru.
d. TuntutanAdanya Proses Pendidikan yang Relevan
Sebagaimanatelahdijelaskansebelumnya, bahwa salah
satutuntutandiadakannyainovasi di
dalampendidikanadalahadanyarelevansiantara dunia
pendidikandengankebutuhanmasyarakatatau dunia kerja.
Berkenaandenganhaltersebut, pendidikandapatdiperolehbaik di
sekolahmaupun di luarsekolah. Cukupbanyakpendidikan yang
berhasiljustrutidakdapatdiperoleh di sekolah, terutama yang
bersifatpengembanganprofesi dan keterampilan,
sepertipengembangankarier, profesitertentu, dan sebagainya.
Dalammempersiapkan proses pendidikan yang
relevansesuaidenganperkembangan zaman,
sistempembelajaranharusdisesuaikan agar tidakketinggalan dan
mampumencetak output yang
mempunyaikualitastinggisertamampubersaingdengan dunia
internasional. Salah satucontohinovasidalampendidikan,
yaitudalamhalkurikulum. Kurikulum di Indonesia yang
seringbergantigantikarenamenyesuaikandengankondisi dan tuntutan
zaman, sertaanakdidikmampumenerapkanilmu yang diberikan oleh
pendidikuntukmenghadapikemajuan zaman.
Untukmemahamiperlunyaperubahanpendidikanataukebutuhanadanyai
novasipendidikan, adatigahal yang
sangatbesarpengaruhnyaterhadapkegiatan di sekolah, yaitu: (a)
kegiatanbelajarmengajar, (b) faktor internal dan eksternal, dan (c)
sistempendidikan (pengelolaan dan pengawasan).14
Ada dua model yang biasadigunakandalamdalammenjelaskan
proses keputusanAdopsiInovasi .
Pertama, model klasik (classical model) yang dikemukakan oleh
ahlisosiologipedesaan yang membagi proses tersebutdalam lima tahap,
yaitutahapkesadaran (seseorangbelajartentang ide baru,
tetapimasihkuranginformasitentang ide tersebut), tahapperhatian
(seseorangmenaruhperhatianterhadapinovasi dan
mencariinformasitambahan), tahappertimbangan
(seseorangmelakukanaplikasisecara mental ide barutersebut pada
keadaansekarang dan membuatpengharapanuntuk masa yang akandatang
dan kemudianmemutuskanuntukmenentukankegunaannyadalamsituasi
yang bersangkutan), tahappercobaan (penggunaaninovasisecaraterbatas)
14
Rusdiana, KONSEP INOVASI PENDIDIKAN, (cet. I CV. Pustaka Setia), 2014, h. 68.
dan tahapadopsi (seseorangmenggunakan ide
barusecaraterusmeneruscaramenyeluruh)
Keduaadalah model adopsidari Rogers dan Schoemaker, yang
mengemukakan 5 tahapdalam proses keputusaninovasi.
Tahappertamaadalahpengetahuan, yang merupakangabungandari model
klasik. Tahapkeduaadalahpersuasi yang merupakantahappertimbangandari
model klasik. Tahapketigaadalahkeputusan yang
merupakantahappercobaandari model klasik. Tahapkeempatimplementasi
dan Tahapkelimaadalahkonfirmasisebagaitindaklanjutdaritahapadopsi
model klasik.15
Pelaksanaaninovasipembelajarandalamkonteks Pendidikan
Agama Islam sudahsaatnyamerubahparadigmapengajaran yang
selamainilazimdigunakandalam proses belajarmengajar Pendidikan Agama
Islam kearahparadigmapembelajaran yang menarik (Qowaid, 2007:6).
Denganmengembangkanmetodepembelajaran, guru
akanlebihkreatif dan inovatifdalammengembangkanilmunya dan
menyampaikannyakepadapesertadidiktentangpembelajaran.
Suatukegiatanpembelajaran yang dilakukandenganmetode yang
kurangtepatakanmenimbulkankonflikdalamdiripesertadidikmaupun
guru, karenaterjadiketidak- sesuaian di antarakeduanya.
Untukmengatasihaltersebut, makawajibbagiseorang guru
mempelajariberbagaimacampendekatan, metode, strategi, model
pembelajarandalammenyampaikanilmunyakepadapesertadidik. Agar
tidakterjadisuasana yang vakum. Penggunaanpendekatan, metode,
strategi, model yang tepatselainakanmengefisiensiwaktu, juga
akanmengefisienkanenergi guru. Dengandemikian guru
akanmudahmenyampaikansuatumateri yang mudahdimengerti oleh
pesertadidik.
2. InovasiPembelajaranberbasisketeladanan
Keteladananmerupakan salah satumateri yang
adadalampembelajaran Pendidikan Agama Islam,
tentuketeladananiniadalahmengarahkepadaperilakuatauakhlak.
3. Inovasipembelajarandenganmengembangkanbudayaatau culture
Budayamerupakanbagaimanamanusiamenafsirkanpengalaman
dan menuntuntindakanmanusialain. Budaya juga
dapatdiartikansebagaipengetahuanbersamauntukmenciptakanbentuk-
bentukperilaku, pola-polakomunikasibahasa, nilai-nilai dan jenisalat yang
khasbagikebudayaanlainnya (Khadziq, 2009:28-29).
4. Pengembanganpembelajarandenganinovasi media pembelajaran berbasis
multimedia pembelajaran
Salah satuinovasi yang
dapatdigunakandalampembelajaranadalahmemanfaatkansuatu multimedia
berbasisaplikasi. Pemanfaatansarana multimedia
dalampembelajarandapatmembangkitkankeinginanatauminatbaru,
meningkatkansemangat dan rangsanganbelajarpesertadidikdiusiaanak-anak
(Hamalik, 1986:24). Multimedia
berbasisaplikasikomputerinidapatdilakukandenganpembuatananimasipemb
elajaran, animasicarasholat,
animasicaraberamalbisadidesainmelaluiaplikasi dan dapatdigunakan guru
ketikamengajardenganbantuanteknologi computer, laptop atau handphone.
Denganmenggunakankonsepataupengembanganberbasis multimedia ini,
guru memperkenalkankepadapesertadidiktentangmateripembelajaran,
sehinggapesertadidikdapattertarikdalammengikutipembelajaran dan
prestasipesertadidiksemakinmeningkat.
Salah satupengembanganpembelajaran Pendidikan Agama Islam
dengan multimedia adalahdenganmendesainanimasi yang
berkaitandenganmateripembelajarandenganaplikasi adobe flash pada
computer, laptop atau notebook. Adobe flash merupakansebuah program
yang didesainkhusus oleh Adobe dan program aplikasistandar authoring
tool profesional yang digunakanuntukmembuatanimasi dan bitmap (file
gambar yang tersimpandalamkomputer).
Media adobe
flash memudahkanpemahamanpesertadidiktentangsuatupermasalahanataus
uatukondisidimanapesertadidikmerasakanbagiandidalamnya. Media adobe
flash belumterlaluakrabdengankondisipesertadidik,
sehinggapesertadidikakanmerasatertarikdengan media tersebut.
Ketertarikanpesertadidikdalammemperhatikan guru menggunakan adobe
flash merupakansuatunilaitersendirisehinggapembelajaran yang
disampaikanakanmudahdiserap oleh pesertadidik. Melihatasumsitersebut,
diharapkan media pembelajaranakhlakterpujiberbasis adobe
flash dalampembelajaran Pendidikan Agama Islam yang
akanpenelitilakukannantidapatmeningkatkanperkembangannilai-nilai
agama dan moral pesertadidik di Sekolah Dasar.
Inovasipembelajarandengan adobe
flash inidapatdikembangkandenganmembuatanimasi-
animasitentangpembelajaran Pendidikan Agama Islam,
misalnyapembelajaranakhlakterpuji, akhlaktercela, kisah Nabi dan Rasul.
Materipembelajarandidesaindengan model
animasiataukartunkemudiandijadikansebagai media
pembelajaranbagipesertadidik.16
16
Hilda,INOVASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PESERTA DIDIK DI
SEKOLAH DASAR, No. 5, Vol. 4. 2019
Sejak awal dasar filosofis yang digunakan bahwa pendidikan
Islam tidak mengenal dikotomi keilmuan sehingga ilmu yang dipelajari
adalah semuanya dalam nuansa keislaman.Prinsip pengetahuan dan
aktivitas dalam menekuni ilmu adalah karena Islam memberikan landasan
bagi pengembangan ilmu tersebut.Bukan didasarkan dan mengadopsi ilmu
yang berasal dari Eropa atau Amerika Utara.Tauhid menjadi dasar utama
sekaligus sebagai sentral dari seluruh prinsip yang dijalankan.Agama
setara dengan ilmu pengetahuan, tetapi kemudian agama jugalah yang
memandu jalannya ilmu pengetahuan.Prinsip ini juga ditopang oleh
tauhid.Sehingga ilmu yang dipelajari di pesantren semata-mata adalah
ilmu yang tidak parsial.Sebaliknya terintegrasi dengan semangat
keberagamaan. Kebenaran yang digunakan sebagai landasan keilmuan
berlandaskan pada al-Quran dan Hadist.Kemudian prinsip khusus yang
digunakan adalah aspek keilmuan tidak memihak kepada pemahaman
madzhab tertentu.Tetapi semua madzhab dan aliran yang berkembang
diajarkan untuk dijadikan sebagai wawasan keilmuan.Tidak dimasukkan
ke dalam kurikulum, ajaran yang dianggap mayoritas ulama sebagai
menyimpang atau tidak dijadikan sebagai materi pelajaran dalam dunia
Islam.Ini semata-mata untuk menyiapkan santri agar dapat menjadi
anggota masyarakat yang berdiri di atas semua golongan. Pada saat yang
sama tidak memihak kepada golongan tertentu. Dengan kondisi umat
Islam yang mudah terpecah-belah, maka diharapkan lulusan pesantren
akan memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat. Menjadi pionir
dimana ia berada, selanjutnya akan menjadi jawaban atas masalah dalam
situasi dan kondisi apapun masyarakatnya. Pembelajaran diarahkan dalam
bentuk pengelolaan lingkungan pembelajaran dengan usaha untuk
memberikan suasana belajar dengan tujuan siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan. Dua hal yang selalu ditekankan untuk
dicapai dalam memaknai proses pembelajaran yang berlangsung adalah
perubahan perilaku dan hasil dari interaksi antar sesama dalam lingkungan
pondok. Selanjutnya tujuan pendidikan yang ditetapkan dijabarkan ke
dalam isi pendidikan berupa materi pelajaran.Dengan membagi-bagi
materi ke dalam pelajaran secara khusus akan memudahkan merumuskan
tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran. Pengetahuan, sikap dan
keterampilan dipetakan masing-masing dalam setiap pelajaran.Secara
simultan dimasukkan ke dalam urutan belajar. Begitu juga disusun
pedoman yang akan digunakan guru selama proses berlangsung. Ini
dirancang dengan mudah karena menggunakan materi pelajaran yang
sudah tersusun sebelumnya dariPesantren Darussalam Gontor.Sehingga
modifikasi sesuai dengan keadaan lingkungan Kabupaten Sorong
kemudian dilakukan seperlunya.Organisasi bahan dan alat pembelajaran
disesuaikan juga dengan kelengkapan pembelajaran yang ada. Dalam
proses pendidikan di Pesantren Nurul Yaqin diawali dengan sistem
pendidikan salafi. Dengan tidak menerapkan pendidikan formal dan
kurikulum baku. Seiring dengan tuntutan dunia pendidikan dan kebutuhan
akan formalitas pendidikan, maka dibentuklah lembaga pendidikan dengan
berafiliasi ke Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu dan Madrasah
Aliyah. Kurikulum yang tersedia sesuai dengan ketetapan pemerintah tetap
dijalankan sesuai dengan standar kompetensi yang sudah digariskan.
Dalam proses pendidikan pesantren ditambahkan dengan pendalaman
materi berupa kajian kitab klasik. Sementara itu, untuk memenuhi
kebutuhan akan alat kajian, maka intensifikasi bahasa Arab diajarkan sejak
awal. Penggunaan waktu pembelajaran bahasa Arab dilakukan dalam jam
pelajaran dengan jumlah mencapai lima jam sehari. Ini diluar dari
kurikulum madrasah yang dilangsungkan pada pagi hari.Pengayaan bahasa
Arab juga dilangsungkan di dalam asrama santri.Pembina bahasa secara
khusus memberikan tutorial baik sebelum pendidikan formal di madrasah
maupun setelah pendidikan formal berlangsung.Termasuk juga
dilaksanakan pengajian kitab di masjid.Pendidikan yang ada dalam bentuk
formal dipandang belum mampu memberikan bekal seutuhnya kepada
santri dan santriwati. Sehingga dengan penambahan aktivitas seperti ini
setelah usai jam pelajaran formal, akan menyingkirkan kekurangan yang
ada. Dengan keseluruhan proses ini, akan membentuk konseptual santri
dan santriwati dalam beragama secara sempurna. Pesantren hanya menjadi
latihan, tetapi sesungguhnya hasil pendidikan baru dapat dilihat jika sudah
meninggalkan wilayah pesantren. Untuk melengkapi keterampilan santri
dalam membaca kitab-kitab klasik, maka proses pendidikan formal
ditambahkan dengan literatur yang berasal dari khazanah kitab kuning.
Sepenuhnnya praktik yang dijalankan menggunakan sistem pendidikan
Gontor dengan modifikasi sesuai dengan kemampuan siswa. Input siswa
yang berasal dari regional Papua Barat seperti Bintuni dan Raja Ampat
sehingga kemampuan awal siswa sangat heterogen. Ini menjadi tantangan
tersendiri dan dapat diatasi melalui matrikulasi pada bulan-bulan
awal.Program yang dilaksanakan juga berupa pengayaan materi di sore
hari terutama untuk mata pelajaran pondok.Kelas takhashus juga dibentuk
dengan bantuan santri senior untuk memberikan pendalaman kemampuan
bagi santri yang belum memadai. Bentuk evaluasi yang digunakan tidak
semata-mata hanya berdasarkan keterampilan kognitif.Lebih dari itu,
pengamalan ibadah dalam kehidupan sehari-hari menjadi tumpuan yang
lebih utama.Dalam satu mata pelajaran, ada beberapa bentuk evaluasi yang
disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran itu sendiri.Pelbagai
metode evaluasi diterapkan untuk memberikan kemampuan yang memadai
bagi santri dengan tidak menjadikan evaluasi sebagai tujuan, melainkan
sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan santri itu
sendiri.Fleksibilitas evaluasi sematamata ditekankan untuk menghasilkan
lulusan yang memahami secara sempurna pengetahuan yang didalaminya.
Setelah usai menempuh pendidikan kemudian berhenti atau bahkan lupa
sama sekali terhadap apa yang sudah dipelajarinya. Kesinambungan
pengetahuan dan keterampilan itu diharapkan karena sebagai keterampilan
keagamaan, tidaksaja ketika di bangku sekolah tetapi lebih dari itu sampai
akhir hayat. Dalam proses pembelajaran, maka majelis guru dan pimpinan
pondok senantiasa terbuka untuk menerima kontribusi pemikiran dalam
rangka pengembangan dan pengayaan kurikulum. Untuk itu, secara
berkala mengundang pakar pendidikan dan juga berkomunikasi dengan
pimpinan pondok pesantren lainnya yang sudah lebih dahulu berkembang.
Ini dimaksudkan bahwa proses inovasi tidak bisa berhenti, sebaliknya
senantiasa dilakukan olahsistem sesuai dengan dinamika sosial
masyarakat. Walaupun tahapan-tahapan pengembangan kurikulum
dilakukan secara berkala tetapi kesempatan untuk menerima gagasan
senantiasa terbuka dari waktu ke waktu. Proses komunikasi dengan
pemangku kepentingan dilakukan secara berjenjang, melalui saluran
komunikasi yang beragam, dan berlangsung sepanjang waktu. Walaupun
tidak mudah, namun adopsi dan benchmarking diusahakan untuk
memecahkan masalah yang ada.Penyempurnaan juga dilakukan dalam
sarana pendidikan dan terlebih khusus berkenaan dengan media
pembelajaran.Untuk itu, untuk menunjang berkembangnya inovasi maka
selalu dibuka kemungkinan untuk mendiskusikan pengalaman baru atau
temuan penelitian yang mutakhir.Ini dilakukan dalam rangka membangun
kekompakan dan kesepahaman agar supaya nilai yang berkembang sejalan
dengan keterbukaan untuk selalu menerima gagasan-gagasan
baru.Sekalipun itu dari luar pondok. Ada realitas yang berlangsung secara
cepat, sehingga akan mempengaruhi jalannya masa depan. Ide masa kini
senantiasa digunakan untuk kepentingan masa depan. Untuk itu,
ketertutupan menjadi suatu hal yang tidak dijadikan sebagai pijakan dalam
pendidikan di Pesantren Nurul Yaqin.Hubungan antara pesantren dengan
masyarakat terwujud dalam bentuk mutual.Pesantren menjadi sumber
pendidikan. Sebaliknya masyarakat dijadikan oleh pesantren sebagai mitra
dalam mendorong pemahaman dan sekaligus memfasilitasi santri dalam
bentuk pengalamanpengalaman yang bertujuan untuk menjadi proses
pembelajaran. Rangkaian tindakan dan partisipasi itu akan memungkinkan
seorang santri untuk merekontruksi sebagai pengalaman belajar yang
didapat dari masyarakat. Tuntutan ini mengemuka dalam upaya untuk
memberikan kesempatan otentik dan bermakna. Sekaligus pada tahapan
tertentu menjadikan santri akan bertanggungjawab dalam pilihan atas
tindakan-tindakan yang dilakukan. Kesalahan, kegagalan, dan juga
kealpaan justru adalah hasil yang dapat dijadikan sebagai media belajar.
Bukan dimaknai dalam arti yang negatif, tetapi justru kesempatan untuk
belajar secara langsung dari apa yang didapati. Pemahaman kontekstual di
sini digunakan untuk memberikan gambaran yang utuh. Selama ini,
kadang proses pendidikan hanya menyandarkanpada kecenderungan
pemahaman yang parsial. Untuk itu, fenomena sosial dimana pesantren
berada dalam masyarakat muslim minoritas menjadi kesempatan dan
peluang untuk memahami rekaman historisitas. Hikmah dari syariat
menjadi sebuah perbandingan dengan tidak memahami kecenderungan
secara harfiah.Maka, pesantren membangun kurikulum dalam rangka
menjawab persoalan-persoalan yang mengitari umat Islam.Orientasi yang
dilakukan dalam konteks kekinian dan penerimaan terhadap kondisi
realitas masyarakat yang majemuk dan plural.Berdampingan dengan
pemeluk umat beragama selain Islam dapat menjadi sebuah tantangan
tersendiri dalam merumuskan kurikulum yang dijadikan sebagai materi
belajar dalam keseharian.17
18
Dedy , Ahimsa, 2002, Cara Belajar Cepat. Bandung: Nuansa.
19
Departemen Agama, 2000, Al Qur’an dan Tajemahannya, Jakarta: Depag RI.
Pembelajaran PAI harus juga mmenggunakan cara belajar yang
terbaik, yaitu siswa mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahaman
dengan mempraktekkan sebelum pemberian nama atau pengetahuan,
mendemonstrasikan di dalam dan di luar kelas dengan menggunakan
berbagai media/sarana dan sumber belajar.
Pembelajaran PAI denganpemebelajaran teks dan konteks
dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi dan evaluasi yang
dikonstruksi melalui silabus dan rencara pembelajaran serta melihat
relefansi kompetensi dasar, materi dan indikator dengan skenario
pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan dikemas dengan bumbu
motivasi intrinsic dan ektrinsik.
Pembelajaran PAI hendaknyamengacu pula pada
sembilanwilayakteksataukontekssebagaiberikut:
1. Isi, mencakupapa yang diajarkan hendaknya memperhatikan yang ada
di keluarga dan masyarakat, memperhatikan Kurikulum Nasional,
mempersiapkan ketrampilan lulusan atau dengan kata lain dengan
pernyataan lokal menuju global, terpadu, interdisipliner, kesesuaian
dengan nilai budaya, dan terfokus pada masa depan.
2. Sumberbelajar, memperhatikanapa yang tersedia, baik dokumen inti
nasional, praktis, murah, tersedia, dan kongkrit.
3. Sasaran, setiapsasaranpembelajaran harus difahami karakteristik,
kebutuhannya, modalitas/gaya belajar, keluarga masyarakat,
budaya/etnis, nilai-nilai dan motivasi.
4. Guru yang berkualitas, guru diharapkanmemiliki kualitas pribadi,
professional, penuh perhatian, fasilitator, penolong, dan penuh harapan.
5. Metode, dalampraktikpembelajaran yang direkomendasikan adalah
metode holistic, praktis, mengalami, koopratif dan sosial.
6. Hasil belajar, meliputicaramenilai hasil belajar melalui informasi,
perangkat kompetensi siswa, komulatif, regular, dan dukungan contoh
pekerjaan siswa.
7. Waktu, bagaimanasiswauntukmegikuti ketrampilan prasarat, kesiapan,
dan kembali dari drop out.
8. Lokasi, lingkunganbelajar yang ditempati merupakan lokal, dikenali
siwa, dapat dipergunakan, tersedia, dan relevan.
9. Kegunaan, mengajardenganmemperhatikan apakah dapat diaplikasikan,
dalam kehidupan local, relevan dapat diamati ditempat kerja setempat,
dan ada kaitannya dengan masa depan siswa. 20
Pembelajaran PAI hendaknyadiaplikasikan dengan
mempertimbangkan metode dan strategi terdahulu yang baik dan relevan
serta metode dan strategi terkini yang terbaik dan sangat relevan, sehingga
Pembelajaran PAI berhasil guna, berdaya guna, berlangsung efektif, dan
menyenangkan, kemudian dapat terintegrasi dengan disiplin ilmu lainnya,
karena jikan pembelajaran PAI tunta dapat memotivasi untuk menekuni
disiplin ilmu yang lain, maka akan dapat mencetak manuasia yang memili
IESQ (Intelektual Qoution, Emosional Quotion dan Spiritual Qoution) yang
tinggi. 21
Denganpembelajaran PAI yang aktif, fokus, menyenangkan, tidak
bertele-tele dan dinamis, akan terpartri pendidikan agama Islam pada
kognisi, afeksi dan psikomotor pembelajar,
sehinggaterbentuklahsegalaucapan, tindakan dan sikap yang islami.
20
Astuti, Rahmani, 2002, Panduan Kreatif & Efektif Merancang Program Pendidikan dan
Pelatihan. Bandung: Kaifa.
21
Arsyad, Azhar, Dr, Pfof, MA. 2002, Media Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindoPersada:
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Difusi diartikan sebagai proses suatu inovasi dikomunikasikan,
diadopsi, dan dimanfaatkan oleh warga masyarakat tertentu. Difusi
merupakan suatu proses mengkomunikasikan inovasi melalui suatu
saluran dalam suatu rentang waktu di antara anggota suatu sistem sosial,
termasuk sistem pendidikan. Melaui proses difusi tersebut, memungkinkan
suatu inovasi diketahui oleh orang banyak dan dikomunikasikan sehingga
menyebar luas dan akhirnya digunakan oleh masyarakat.
Inovasiberasaldari kata latin, innovation yang berartipembaruan
dan perubahan.
Inovasiadalahsuatuperubahanbarumenujukearahperbaikanatauberbedadari
yang adasebelumnya, dilakukandengansengaja dan berencana.
Inovasiadalahsuatuobjekataugagasan yang dianggapbaru oleh individuatau
unit yang mengadopsi. Dengan kata lain, inovasiberartisebagaisuatu ide,
temuan, cara, atauobjek yang dianggapbaru oleh individu, organisasi,
atausistemsosial.
B. Saran