0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
71 tayangan15 halaman

LP GEA-converted DWEX

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 15

A.

KONSEP DASAR MEDIS


1. PENGERTIAN
Gastroenteritis Akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh
berbagai bakteri, virus, dan pathogen parasitic. Gastroenteritis Akut (GEA) diartikan
sebagai buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan / setengah cair
(setengah padat) dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari
biasanya berlangsung kurang dari 7 hari, terjadi secara mendadak.
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada daerah usus yang menyebabkan
bertambahnya keenceran dan frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali perhari
yang dapat menyebabkan dehidrasi.

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI


Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung,
usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ
yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

a. Mulut
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut
dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat
di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin
dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau.
b. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan
ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung,
dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan
rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium.

c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan
melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
1) bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka
2) bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
3) bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
d. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang
keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu
1) Kardia.
2) Fundus.
3) Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk
cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik
untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
e. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di
antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan
pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah
kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
2) Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian
kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum).
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot
usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat
dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni
sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus
kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
3) Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum
memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap
vitamin B12 dan garam-garam empedu.
f. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan
rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
1) Kolon asendens (kanan)
2) Kolon transversum
3) Kolon desendens (kiri)
4) Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna
beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti
vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit
serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus
besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan
air, dan terjadilah diare.
g. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah anatomi
adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon
menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
h. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada
organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah
dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga
abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
i. Rektum dan anus
Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada
kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
3. ETIOLOGI
Menurut Ngastiyah (2005), faktor penyebab gastroeneteritis akut pada bayi/anak
yaitu:
a. Faktor infeksi : Bakteri(Shigella,Shalmonella,Vibrio,kholera),Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
b. Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (penyakit Otitis Media Akut sering
terjadi pada anak-anak).
c. Faktor malabsorbsi : Karbohidrat, lemak, protein.
d. Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran
dimasak kutang matang.
e. Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas
4. PATOFISIOLOGI

Intoleransi Makanan Mal


Faktor
basi abso
Infeksi Tekanan osmotik
↑ enzim asam Masuk ke rpsi dalam
Masuk ke lumen usus meningkat
laktat saluran
↑ stimulus Bakteri saluran Makanan
pencerna
skresi getah mengeluarkpencernaantidak Pergeseran air &
an
lambung an toksin dapat elektrolit ke rongga usus
Sekresi cairan diabsorps
Hyperperis
Kadar asam dan elektrolit i
taltik
lambung ↑ dalam rongga
usus ↑ Kemam Isi rongga usus ↑
puan
Iritasi mukosa
absorps
lambung
i↓

Cairan & elektrolit


masuk lumen usus

Isi rongga Gastroenteritis


usus ↑

Mual,muntah,nafsu Output ↑ dan


absorpsi ↓Feses bersifat asam
makan ↓ Mengiritasi rektal

Perubahan nutrisi
kurang dari
Dehidrasi
kebutuhan tubuh
Kerusakan
Nyeri Akut
integritas kulit
Kekurangan Merangsang pusat
volume cairan pengaturan suhu Hipertemi
tubuh dihipotalamus

(Corwin,2000)
5. KLASIFIKASI
a. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan berlangsung singkat dalam
beberapa jam sampai 7 atau 14 hari.
b. Diare Kronis.
Diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari tiga minggu (pada orang
dewasa) sedangkan pada bayi dan anak-anak ditetapkan batas waktu 2 minggu

6. MANIFESTASI KLINIK
a. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang.
b. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
c. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
d. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
e. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun),
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan
berat badan.
f. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
g. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
h. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam (Kusmaul).

7. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram).
d. Hipoglikemia.
e. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
f. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan.
B. KONSEP DASAR KEPERAWATAN

1. Pengkajian
 Biodata/Identitas
Biodata anak mencakup nama, umur, jenis kelamin. Biodata orang tua perlu
dipertanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi nama, umur, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, alamat.
 Riwayat Keperawatan
 Awal kejadian: Awalnya suhu tubuh anak meningkat, anoreksia kemudian
timbul diare.
 Keluhan utama : Feses semakin cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan
elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun. Turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekwensi BAB lebih dari 4
kali dengan konsistensi encer.
 Riwayat Perkembangan
Ditanyakan kemampuan perkembangan meliputi :
- Personal sosial (kepribadian/tingkah laku sosial): berhubungan dengan
kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya.
- Gerakan motorik halus: berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang
cermat, misalnya menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain.
- Gerakan motorik kasar: berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
Bahasa: kemampuan memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
 Riwayat sosial
- Untuk mengetahui perilaku anak dan keadaan emosionalnya perlu dikaji
siapakah yang mengasuh anak?
- Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga dan teman sebayanya?
 Pola kebiasaan dan fungsi kesehatan
Ditanyakan keadaan sebelum dan selama sakit bagaimana?
Pola kebiasaan dan fungsi ini meliputi :
 Pola persepsi dan tatalaksanaan hidup sehat
- Gaya hidup yang berkaitan dengan kesehatan, pengetahuan tentang
kesehatan, pencegahan dan kepatuhan pada setiap perawatan dan tindakan
medis?
- Bagaimana pandangan terhadap penyakit yang diderita, pelayanan
kesehatan yang diberikan, tindakan apabila ada anggota keluarga yang
sakit, penggunaan obat-obatan pertolongan pertama.
 Pola nutrisi
- Untuk mengetahui asupan kebutuhan gizi anak. Ditanyakan bagaimana
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak?
- Makanan apa saja yang disukai dan yang tidak? Bagaimana selera makan
anak? Berapa kali minum, jenis dan jumlahnya per hari?
 Pola Eliminasi
- BAK : ditanyakan frekuensinya, jumlahnya, secara makroskopis
ditanyakan bagaimana warna, bau, dan apakah terdapat darah? Serta
ditanyakan apakah disertai nyeri saat anak kencing.
- BAB : ditanyakan kapan waktu BAB, teratur atau tidak? Bagaimana
konsistensinya lunak, keras, cair atau berlendir?
 Pola aktivitas dan latihan
- Apakah anak senang bermain sendiri atau dengan teman sebayanya ?
Berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam? Aktivitas apa yang
disukai?
 Pola tidur/istirahat
- Berapa jam sehari tidur? Berangkat tidur jam berapa? Bangun tidur jam
berapa? Kebiasaan sebelum tidur, bagaimana dengan tidur siang?
-
2. Pemeriksaan Fisik Keperawatan
a. Keadaan umum: Anak tampak lemah.
b. Sistem pernafasan
Pernafasan lebih cepat dan dalam (kusmaul) karena asidosis metabolik. Keadaan
ini terjadi pada pasien yang mengalami diare berat dan mengalami gangguan
biokimiawi akibat menurunnya ion HCO3- dan H+.
c. Sistem kardiovaskuler
Nadi cepat > 160 x/mnt dan lemah, TD menurun < 90 mmHg, muka pucat,
akral dingin dan kadang sianosis (waspada syok).
d. Sistem neurologi
Penurunan kesadaran bila sudah terjadi dehidrasi berat, kejang karena
terjadi penumpukan natrium dalam serum.
e. Sistem perkemihan
Produksi urine menurun, warna urine kuning keruh, konsistensi pekat (jika
terjadi syok hipovolemik).
f. Sistem pencernaan
Mual muntah, diare >3x sehari encer mungkin bercampur lendir /darah,
bising usus meningkat, distensi abdomen, nyeri perut, perut teraba keras
(kram abdomen).
g. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, selaput mukosa dan bibir kering, kulit didaerah
perianal merah, lecet.
h. Sistem
musculoskeletal
Kelemahan pada
ekstremitas.

2. Diagnosa Keperawatan
1. Diare berhubungan dengan malabsorbsi
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolic
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
penurunan intake cairan
3. Intervensi keperawatan

Nursing Care Plan


Nursing
Diagnosis
No. Nursing Outcomes Interventions
Kperawatan Rasional
Classification (NOC) Classification
(NIC)
1. Defisit volume  Fluid balance 1. Pertahankan intake 1. Memberikan
cairan  Hydration dan output cairan informasi tentang
berhubungan  Ntritional keseimbangan cairan
dengan status :food and fluid serta merupakan
kehilangan intake pedoman dalam
cairan secara Kriteria hasil : penggantian cairan.
aktif  Mempertahankan 2. Monitor tanda- 2. Bradikardi, demam
urine output sesuai tanda vital dapat menunjukkan
dengan umur respon terhadap
 Tanda – tanda vital kehilangan cairan.
dalam batas normal 3. Kolaborasi 3. Mempertahankan
 Tidak ada tanda – pemberian cairan penggantian cairan.
tanda dehidrasi IV
 Turgor kulit bai 4. Motivasi keluarga 4. Agar tidak terjadi
untuk membantu malnutrisi pada anak.
pasien makan.

2. Hipertermi  thermoregulasi Fever treatmen


1. monitoring
suhu
sesering
mungkin
2. monitor iwl
3. monitor
warna da
suhu kulit
4. monitor
intake dan
output
5. beri anti
pirentik
1
3 Resiko Tissue integrity : skin 1. Anjurkan pasien 1. Untuk membantu
Kerusakan and mocus membranes menggunakan Meningkatkan
integritas kulit Kriteria hasi : pakaian loggar kehilangan panas jika
berhubungan  Pertahankan anak demam.
dengan integritas kulit 2. Jaga kebersihan 2. Agar tidak terjadi
perubahan status infeksi.
 Tidak ada lesi kulit dan kelembapan
metabolic
 Perfusi jaringan baik kulit
Tidak ada hypertermi 3. Monitor mobilisasi 3. Untuk mencegah
dan aktivitas kelemahan pada anak.
pasien
Monitor status 4. Agar tidak terjadi
nutrisi pasien kekurangan nutrisi
yang berlebih.
4.Implementasi Keperawatan

Hari/Tgl/ No Implementasi Respon Ttd


Jam Dx
1. Memberikan cairan oral S:
dan parenteral sesuai - Ibu mengatakan anaknya
dengan rehidrasi masih BAB 3-4x sehari,
2. Memantau intake dan BAB cair, tidak ada
output ampas, feses berwarna
3. Menimbang BB anak kuning.
setiap hari - Ibu mengatakan An. B
4. Mengkaji warna kulit, tidak nafsu makan.
turgor kulit, tingkat Muntah tiap kali makan.
kesadaran, dan mukosa Makan hanya 2-3 sendok
1 bibir saja. Mual (+)
5. Berkolaborasi dengan O:
dalam pemberian terapi - pasien tampak lemah
farmakologi - mata tampak cekung
- mukosa bibir dan kulit
kering
- Turgor kulit <2 detik
- Tanda-tanda vital:
S: 36,7ºC
N: 92x/menit
RR : 23x/menit
1. Menimbang BB anak S:
2 setiap hari - Ibu pasien mengatakan
2. Mengkaji kebersihan anaknya tidak nafsu
mulut anak makan, makanan yang
3. Memberikan makan dimakan selalu
sedikit tapi sering tiap 2- dimuntahkan, muntah
3 jam 3x/hari.
4. Meningkatkan asupan O:
cairan dan nutrisi - An. B tampak lemas
5. Mengkaji intake dan - BB 15 kg
output klien - BAB 3-4x/hari
6. Memberikan pendidikan - Mukosa bibir kering
kesehatan tentang cara - Kulit tampak kering
mencuci tangan yang
benar dengan sabun
3 1. Melakukan perawatan S:
degan lotion
- Ibu mengatakan anak bab
2. Monitor ttv
3x sehari

- O:

- klien tampak cemas tidak


nyaman
- tampak kemerahan
disekitar anus
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin, Mochamad. 2017. Patofisiologi Nyeri (Pain). Volume 13. Universitas Muhammadiyah Malang.

Hidayat, A. Aziz. 2012.Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsepdan Proses Keperawatan Buku 2.Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, Wahit Iqbal.2015.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2.Jakarta : Salemba
Medika

NANDA NIC-NOC. 2015. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan


NANDA. Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction Publishing.

NIC. Bulechek,et.al. 2016. Nursing Interventions Classification. Edisi Enam.


Elsevier.

NOC. Bulechek,et.al. 2016. Nursing Interventions Classification. Edisi.


Enam. Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai