LP Dan ASKEP KMB MINGGU
LP Dan ASKEP KMB MINGGU
LP Dan ASKEP KMB MINGGU
Disusun Oleh:
PUTRI RISMAWATI
21317161
Dibuat untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi
Profesi Ners Reguler
DEFINISI
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Smeltzer and Bare,2000).
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi atau
resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011) dalam (Inukai, 2012).
ETIOLOGI
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus dalam (Raharjo, 2018),
yaitu :
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe
I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara pasti
penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus
tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang
kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam
kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran
terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-
reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan
DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini
dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut
juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.
MANIFESTASI KLINIK
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM dalam
(Raharjo, 2018), yaitu:
1. Gejala awal pada penderita DM adalah
a) Poliuria (peningkatan volume urine)
b) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic
hormone) dan menimbulkan rasa haus.
c) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.
d) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa
e) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.
Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
DM tipe 1 DM tipe 2
Defisiensi insulin
Aktivitas terganggu
Ketidakstabilan kadar gula darah
Intoleransi Aktivitas
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dalam jurnal (Raharjo, 2018) adalah :
1) Pemeriksaan darah
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah , menurut Sujono
& Sukarmin (2008) antara lain:
a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM > 140
mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai gejala
klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining atau
evaluasi pengobatan bukan diagnostic
c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam <
200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan
kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi
absorbsi glukosa.
f. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna. Kortison
menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan
penggunaan gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM
kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
g. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan.
h. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.
i. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat
digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian
diabetes.
2) Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
3) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut (Santosa, Budi. 2008)
1. Identitas klien, meliputi :
Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
2. Keluhan utama :
a. Kondisi hiperglikemi :
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh
meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi hipoglikemi :
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir,
pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang
disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia,
mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram
otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada
wanita dan masalah impoten pada pria.
4. Riwayat kesehatan dahulu :
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin,
gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid,
thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.
5. Riwayat kesehatan keluarga :
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
6. Pemeriksaan Fisik :
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
letargi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi,
kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels,
kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar,
kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda : urine encer, pucat,
kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
e. Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton
f. Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori,
refleks tendon menurun, kejang.
g. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
j. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis
pada palpitasi, bising usus lemah/menurun
k. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran
tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulku
PENATALAKSANAAN (RENCANA KEPERAWATAN)
DIAGNOSA KEPERAWATAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
No INTERVENSI KEPERAWTAN
Observasi :
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Terapeutik :
- Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
2. l.05186
Terapi aktivitas
Observasi :
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemapuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu
Terapeutik :
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuiakan lingkungan untuk mengakomodasi
aktivitas yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
Observasi
Terapeutik
Edukasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri) jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
FORMAT PEMERIKSAAN FISIK PASIEN DEWASA
( PSYSICAL ASSASSMENT )
BIODATA PASIEN
1. Nama : Ny H
2. Umur : 40 tahun
3. Jenis Kelamin : perempuan
4. No. Register : 2356111223
5. Alamat : cikokol
6. Status : Menikah
5. Kekuarga terdekat : suami, anak
6. Diaqnosa Medis : Diabetes Miletus tipe 2
7. Tanggal Pengkajian : 09 November 2021
1. ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan badan lemas tidak berdaya, nyeri kepala terus menerus, batuk
berdahak, napas sesak serta mual
Saat Pengkajian
Pasien mengeluh lemas serta pusing Rongten Thoraks Kesan : cor tidak membesar Sinus
dan diagpragma normal Tampak pembercakan di kedua lapang paru Kesan
Bronkopneumonia bilateral. Tidak tampak kardiomegali.
b. Pola Eliminasi
Pada pagi hari pasien tidak tidur, siang hari x di jam 11.00-13.00, malam 1x di jam 22.00
Tidak ada gangguan tidur, hal yang mempemudah tidur mendengarkan ngaji, hal yang
mempermudah bangun terdengar suara bising.
Pasien mencuci rambut 1x sehari, mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keadaan kuku
bersih .
Masalah Keperawatan : memiliki masalah dalam kebersihan diri karena dibantu oleh
keluarga
e. Aktivitas Lain
Kegiatan pasien di rumah yaitu pengajian mingguan dan juga mengurus rumah tangga
Kegiatan di rs mengaji setiap selesai shalat.
b. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat :
Keluarga dan asuransi kesehatan
Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya :
Tidak ada
Masalah Keperawatan :tidak memiliki masalah dalam ekonomi.
3. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
a. Tensi : 145/91mmHg e. BB : 60 kg
b. Nadi : 82x/mnt f. TB: 163 cm
c. RR : 29 x/menit G. Setelah dihitung berdasar rumus Borbowith
d. Suhu : 36C Pasien termasuk : (kurus)
B. KEADAAN UMUM
Pasien composmentis
2.Pemeriksaan Rambut
a. Ispeksi dan Palpasi :
Penyebaran (merata ), Bau tidak ada bua, t i d a k rontok , warna hitam
3. Pemeriksaan Kuku
a. Inspeksi dan palpasi, warna merah muda , bentuk oval, kebersihan bersih
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata
b. Bulu mata : tidak rontok
c. Konjunctiva dan sclera : konjungtiva tidak anemis, sklera baik
d. Warna iris : bening
e. Reaksi pupil terhadap cahaya :baik
f. Pemeriksaan Visus
Dengan Snelen Card : OD tidak terkaji OS tidak terkajdi
4. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Amati meatus : tidak ada perdarahan , tidak ada Kotoran , tidak ada
Pembengkakan , tidak ada pembesaran / polip
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang , Warna dan kondisi wajah
klien : pucat, Struktur wajah klien : simetris,tidak ada Kelumpuhan otot-otot
fasialis
7. Pemeriksaan Leher
Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan Px. Kepala, wajah, leher
tidak ada
a. Inspeksi
Ukuran payudara normal bentuk (simetris ), pembengkakan tidak ada .
Kulit payudara : warna coklat, lesi tidak ada, Areola : perubahan warna tidak
ada Putting : cairan yang keluar tidak ada, ulkus tidak ada pembengkakan tidak
ada
b. Palpasi
Nyri tekan tidak ada, dan kekenyalan pada kulit, benjolan massa tidak ada
c. Keluhan lain yang terkait dengan Px. Payudara dan ketiak : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah pada pemeriksaan payudara
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
1. Suara nafas
2. Suara Ucapan
3. Suara tambahan
4. Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak ada
G. PEMERIKSAAN JANTUNG
Tidak ada keluhan
H. PEMERIKSAAN ABDOMEN
Tidak ada keluhan
I. PEMERIKSAAN GENETALIA
1. Genetalia Pria tidak
terkaji
2. Pada Wanita
Tidak ada keluhan
J. PEMERIKSAAN ANUS
a. Inspeksi
Atresia ani Tidak ada , tumor Tidak ada, haemorroid Tidak ada,
perdarahan Tidak ada Perineum : jahitan Tidak ada benjolan Tidak ada
b. Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus Tidak ada pemeriksaan Rectal Toucher
V. RIWAYAT PSIKOLOGIS
a. Status Nyeri :
Pasien tidak merasakan nyeri
b. Gaya Komunikasi
klien tampak hati-hati dalam berbicara , pola komunikasinya lambat , klien tidak
menolak untuk diajak komunikasi , komunikasi klien jelas, klien tidak
menggunakan bahasa isyarat.
Masalah Keperawatan : tidak ada
c. Pola Interaksi
klien berspon ke semua orang, keluarga adalah orang terdekat dan terpercaya bagi
klien, klien dalam berinteraksi dengan aktif , tipe kepribadian klien terbuka.
d. Pola Pertahanan
Cara mengatasi masalah pasien dengan berdoa
Masalah Keperawatan : tidak ada
Kebutuhan untuk beribadah pasien terpenuhi, tidak ada masalah dalam spiritual klien
B. KIMIA DARAH :
• Ureum : .................................. ( N : 10 – 50 mg / dl )
• Creatinin :2,0 ( N : 0,7 – 1.5 mg / dl )
• SGOT : .................................. ( N : 2 – 17 )
• SGPT :20 ( N : 3 – 19 )
• BUN : .................................. ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
• Bilirubin : .................................. ( N : 1,0 mg / dl )
• Total Protein : ............................. ( N : 6.7 – 8.7 mg
/dl)
MasalahKeperawatan: SPGT tinggi, ceatinin tinggi
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
• Glukosa : 721 (N:<200)
I. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN :
1. nevorapid 20 unit
2. Omeprazole 2x1
3. Amlodipin 10 mg 1x1
4. Ns 500
5. Pct
6. Insulin 16 unit
7. Levofloxacin 1x 700 mg
8. Azitromicin 1 x 500 mg
9. Fluimocly 3x1
2. Ds: nyeri kepala terus menerus, batuk berdahak, D.0008: penurunan curah jantung
napas sesak serta mual Kategori: fisiologi
Do: Subkategori: sirkulasi
Tensi : 145/91 mmHg
RR: 29x/mnt
Terpasang oksigen 4
liter
3. Ds: mengeluh badan lemas tidak berdaya D.0056: intoleansi aktivitas
Do: menggunkan oksigen 4 Kategori: fisiologis
liter Subkategori: aktivitas/istirahat
RR: 29x/mnt
TD : 145/91 mmhg
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
insulin jika perlu
2. D.0008: penurunan Setelah dilakukan tindakan I . 02075 perawatan jantung
curah jantung keperawatan selama 3x24 Observasi
jam diharapkan penurunan - Identifikasi tanda/gejala primer
Kategori: fisiologi
curah jantung membaik penurunan curah jantung
Subkategori: sirkulasi
dengankriteria hasil
Takikardi menurun(1-4) - Identifikasi tanda/gejala
Lelah menurun (1-4) sekunder penurunan curah
Batuk menurun (1-4) jantung
Tekanan darah membaik (1-4) - Monitor tekanan darah
- Monitor saturasi oksigen
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
Terapeutik
- Posisikan pasien semi fowler
atau fowler
- Berikan diet jantung yang
sesuai
- Fasilitas pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas sesuai
toleransi
- Anjurkan beraktivitas secara
bertahap
Kolaborasi
- Kolaborasi pemerian anti
aritmia
4.
D.0056: intoleansi Setelah dilakukan tindakan I.05178 manajemen energi
aktivitas keperawatan selama 3x24
Observasi
Kategori: fisiologis jam diharapkan intoleransi - Identifikasi gangguan fungsi
Subkategori: aktivitas membaik dengan tubuh yang mengalami
aktivitas/istirahat kriteria hasil: kelelahan
- Saturasi oksigen - Monitor kelelahan fisik dan
meningkat emosional
- Kemudahan dalam
melakukan aktivitas Terapeutik
meningkat - Sediakan lingkungan nyaman
- Keluhan lelah dan rendah stimulus
menurun - Berikan aktivitas distraksi yang
- Tekana darah menenangkan
membaik
Edukasi
- Frekuensi nafas
- Anjurkan tirah baring
membaik
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara langsung
- Anjurkan menhubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Anjurkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Terapeutik
- memberikan asupan cairan oral
- berkonsultasi dengan medis
jika tanda gejala hiperglikemia
memburuk
Edukasi
- Menganjurkan memonitor
kadar gula darah secara mandiri
- Menganjurkan kepatuhan
terhdapar diet dan olahraga
Kolaborasi
- Berkolaborasi pemberian
insulin jika perlu
No Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Paraf
2. D.0008: penurunan selasa I . 02075 perawatan jantung Putri
curah jantung 9 Observasi
November
Kategori: fisiologi - Mengidentifikasi tanda/gejala
2021
Subkategori: sirkulasi primer penurunan curah
jantung
- Mengidentifikasi tanda/gejala
sekunder penurunan curah
jantung
- Memonitor tekanan darah
- Memonitor saturasi oksigen
- Memeriksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
Terapeutik
- Memposisikan pasien semi
fowler atau fowler
- Memberikan diet jantung yang
sesuai
- Memfasilitas pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
- Memberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
Edukasi
- Menganjurkan beraktivitas
sesuai toleransi
- Menganjurkan beraktivitas
secara bertahap
- Menganjurkan berhenti
merokok
Kolaborasi
Kolaborasi pemerian anti
aritmi
No Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Paraf
3. D.0056: intoleansi selasa I.05178 manajemen energi Putri
aktivitas 9
Observasi
Kategori: November - Mengidentifikasi gangguan
fisiologis 2021 fungsi tubuh yang mengalami
Subkategori: kelelahan
aktivitas/istirahat - Memonitor kelelahan fisik dan
emosional
Terapeutik
- Menyeediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
- Memberikan aktivitas distraksi
yang menenangkan
Edukasi
- Menganjurkan tirah baring
- Menganjurkan melakukan
aktivitas secara langsung
- Menganjurkan menhubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Menganjurkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan.
EVALUASI KEPERAWATAN
Abstract
Key word : Uncontrolled diabetes might generate the physical and psychological Benson’s complication.
The objective of this study was to analyze the effect of Benson’s relaxation, fasting relaxation and murottal
“Ar-Rahmaan” to the fasting blood glucose (FBG) and blood glucose, stress score. This research was
quasi experimental study with two group pre type 2 diabetes test-post test control group design. The
research has been done in the Health mellitus, murottal Care Center of Maos and “Graha Amanah”
Clinic of Maos. Sample technique used total sampling, with 60 according to the inclusion criteria. The
respondents were divided into control group and intervention group. Every group had 30 respondents.
The intervention group was given Benson’s relaxation and murottal, menwhile the control group was
given the Benson’s relaxation only. This intervention was done twice a day, in the morning and in the
afternoon, for 7 days.The results showed the difference of the FBG level before and after intervention
between groups (p value=0,000; Z score=4,097;Mean+SD intervention group= -
66,300+45,672;Mean+SD control group= -23,766+13,438). Benson’s relaxation and murottal therapy
could decrease FBG significantly.
Hasil yang bermakna ini sesuai stres (Pitt & Philips, 1991; Vitaliano, dkk., 1996), tingkat
dengan penelitian Kuswandi, dkk pendidikan (Irawan, 2010; Maliya & Wibawati, 2011), dan
(2008), yang menunjukkan bahwa jenis aktivitas fisik (Kemenkes, 2010; Trisnawati &
relaksasi Benson Setyorogo, 2013).
Vol.13, 2017 relaksasi benson dan terapi …
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan selisih
penurunan kadar GDP pre dan post antar kelompok secara
berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa signifikan. Kombinasi relaksasi Benson dan terapi murotal
darah pada pasien DM tipe 2. Relaksasi Benson lebih banyak menurunkan kadar GDP pada pasien DM tipe
dalam penelitiannya dilakukan dua kali sehari 2 dibandingkan dengan pemberian relaksasi Benson saja.
selama 7 hari, pada saat perut kosong. Hal ini karena pada kelompok intervensi diberikan
Relaksasi Benson dapat menurunkan kadar kombinasi relaksasi Benson saja dan terapi murottal.
gula darah pasien diabetes dengan menekan Pemberian relaksasi Benson saja sudah dapat menurunkan
pengeluaran hormon-hormon yang dapat GDP, ditambah lagi pemberian terapi murottal, maka
meningkatkan kadar gula darah (Smeltzer, dkk.,
penurunan GDP menjadi lebih banyak.
2008), yaitu epinefrin, kortisol, glucagon,
Hasil bermakna ini sesuai dengan penelitian
adrenocorticotropic hormone (ACTH),
Pratiwi, dkk (2015), yang memberikan terapi
kortikosteroid, dan tiroid (Smeltzer & Bare,
relaksasi Benson dan Murotal surat ArRahmaan,
2002; Smeltzer, dkk., 2008, Greinstein & Wood,
namun pada pasien hipertensi primer. Hasil
2010).
penelitiannya menunjukkan ada perbedaan tekanan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
darah sistol dan tekanan darah diastole antara
kombinasi relaksasi Benson dan terapi murottal
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
pada kelompok intervensi dapat menurunkan
Pratiwi, dkk (2015) menyimpulkan bahwa relaksasi
kadar glukosa darah puasa secara signifikan.
Benson dan Murottal Ar-Rahmaan dapat dijadikan
Responden melakukan kombinasi kedua terapi
intervensi keperawatan untuk menurunkan tekanan
dua kali sehari, pagi dan sore, selama 7 hari.
darah pada pasien hipertensi primer.
Hasil yang bermakna ini sesuai dengan hasil
Surat yang digunakan dalam penelitian ini
penelitian Hidayati (2015), menunjukkan ada
adalah surat Ar-Rahmaan ayat 1-78. ArRahmaan
perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan
yang berarti Yang Maha Pemurah, merupakan surat
sesudah mendengarkan murottal Al-Qur’an.
ke 55 di dalam Al-Qur’an terdiri dari 78 ayat (Gema
Metode penelitiannya adalah Electrochemical
Insani, 2011). Banyak pendapat mengatakan bahwa
dengan alat glucotest.
surat ArRahmaan merupakan surat kasih sayang
Rangsangan suara pada murottal akan
(Srihartono, 2007). Semua ayat dalam surat
meningkatkan pelepasan endorfin (Campbell,
Arrahman merupakan Surat Madaniyah yang
2001). Pelepasan tersebut akan menyebabkan
mempunyai karakter ayat pendek sehingga ayat ini
rileks (Chang, dkk., 2010). Sehingga kadar
nyaman didengarkan dan dapat menimbulkan efek
kortisol, epenefrin-norepinefrin, dopamin dan
relaksasi bagi pendengar yang masih awam
hormon pertumbuhan di dalam serum akan
sekalipun (Srihartono, 2007).
mengalami penurunan (Campbell, 2001). Dalam
Ketika sesorang diperdengarkan murottal, maka
keadaan rileks ini, laju pernafasan menjadi lebih
harmonisasi murottal yang indah akan masuk ke
lambat, pemikiran lebih dalam, pengendalian
dalam telinga dalam bentuk suara (audio),
emosi, serta metabolisme lebih baik (Handayani,
menggetarkan gendang telinga, mengguncangkan
dkk; 2014). Metabolisme yang labih baik
cairan di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel
mengakibatkan kadar glukosa darah dapat
rambut di dalam koklea untuk selanjutnya melalui
menurun (Smeltzer & Bare, 2002).
saraf koklearis menuju otak dan menciptakan
Jika melihat hasil kadar GDP sesudah
imajinasi keindahan di otak kanan dan otak kiri
pemberian relaksasi Benson, hasil penelitian
(Smeltzer & Bare, 2002). Hal ini akan berdampak
baik kelompok kontrol maupun kelompok
pada kenyamanan dan perubahan perasaan.
intervensi menunjukkan hasil tersebut secara
Perubahan perasaan ini dikarenakan murottal dapat
klinis tidak mencapai target. Sasaran
menjangkau wilayah kiri korteks cerebri (Mindlin,
pengendalian GDP pasien DM tipe 2 yaitu
2009).
80130 mg/dl (PERKENI, 2015). Faktor-faktor
Dari korteks limbik, jaras pendengaran
yang dapat menyebabkan kadar GDP pada
dilanjutkan ke hipokampus, dan meneruskan sinyal
pasien DM tipe 2 tidak terkontrol, yang sesuai
musik ke Amigdala yang merupakan area perilaku
dengan hasil penelitian ini diantaranya yaitu
kesadaran yang bekerja pada tingkat
44
DAFTAR PUSTAKA
bawah sadar, sinyal kemudian diteruskan ke BPJS Kesehatan. (2014). Panduan Praktis PROLANIS
hipotalamus (Smeltzer & Bare, 2002). (Program Pengelolaan
Relaksasi tersebut dapat menurunkan Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatanrelaksasi benson
kadar glukosa darah pada pasien diabetes dan terapi …
dengan menekan kelebihan pengeluaran
hormonhormon yang dapat meningkatkan
kadar glukosa darah yaitu epinefrin, kortisol, Penyakit Kronis). Diakses 18 Januari 2016 dari
glucagon, adrenocorticorticotropic hormone http://bpjs-kesehatan.go.id.
(ACTH), kortikosteroid, dan tiroid (Smeltzer
& Bare, 2002; Smeltzer, dkk., 2008). Campbell, D. (2001). Efek Mozart, terjemah oleh
Mekanisme penurunan kadar glukosa darah Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
melalui relaksasi, yaitu dengan cara menekan
pengeluaran epinefrin sehingga menghambat Chang, B. H., et. all. (2010). Relaxation Response
konversi glikogen menjadi glukosa (Smeltzer, and Spirituality: Pathways to Improve
dkk., 2008); menekan pengeluaran kortisol dan Psychological Outcomes in Cardiac
menghambat metabolisme glukosa (Smeltzer Rehabilitation. Journal of Psychosomatic
& Bare, 2002), sehingga asam amino, laktat, research 69.
dan pirufat tetap disimpan di hati dalam bentuk
glikogen sebagai energi cadangan (Bilious & Dahlan, M. S. (2011). Statistik
Donelly, 2014); menekan pengeluaran untuk Kedokteran dan
glukagon sehingga dapat mengkonversi Kesehatan. Jakarta:
glikogen dalam hati menjadi glukosa (Smeltzer Salemba Medika.
& Bare, 2002); menekan ACTH dan
glukokortikoid pada korteks adrenal sehingga Gema Insani. (2011). The Guidance,
dapat menekan pembentukan glukosa baru Ensiklopedia Al-qur’an . Jakarta: Al-Huda.
oleh hati, di samping itu lipolysis dan
katabolisme karbohidrat dapat ditekan, yang Greenstein B. & Wood D. (2010). At a Glance,
dapat menurunkan kadar glukosa darah Sistem Endokrin. Edisi Kedua. Penerjemah:
(Smeltzer & Bare, 2002; Smeltzer, dkk., Yasmine, E. & Rachmawati A. D. Jakarta:
2008). Erlangga.
Kementerian Kesehatan. (2010). Smeltzer, S. C., et. al. (2008). Brunner and
Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Suddarth’s Textbook of Medical Surgical
Risiko Diabetes Melitus. Jakarta. Nursing (11th ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Kuswandi, A., dkk. (2008). Pengaruh
Relaksasi Terhadap Penurunan Srihartono. (2007). Aayaatul
Kadar Gula Darah pada Pasien Bayyinaat:TandaTanda Kebesaran Allah
Diabetes /Alqur’an yang Jelas dan Terang. Jakarta:
Pustaka Nawaitu.
Mellitus Tipe 2 di Sebuah Rumah Sakit di
Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan Trisnawati, S. K. & Setyorogo, S. (2013). Faktor
Indonesia, Volume 12, No.2, Juli 2008; hal Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di
108-114. Puskesmas Kecamatan
Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Maliya, A. & Wibawati, R. (2011). Hubungan
Tingkat Kemampuan Activity of Daily Vitaliano, et al. (1996). Insulin and Glucose:
Living (ADL) dengan Perubahan Kadar Relationships with Hassles, Anger and Hostility
Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe in Nondiabetic Older Adults.
2 di Wilayah Puskesmas Masaran. Jurnal Psychosomatic Medicine, 58.
Kesehatan, ISSN 1979-7621, Volume 4,
Nomor 1, Juni 2011.