50% menganggap dokumen ini bermanfaat (2 suara)
546 tayangan47 halaman

LP Dan ASKEP KMB MINGGU

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 47

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


SISTEM ENDOKRIN
DIABETES MILETUS

Disusun Oleh:

PUTRI RISMAWATI
21317161
Dibuat untuk memenuhi tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi
Profesi Ners Reguler

PROGRAM STUDI PROFESI NERS TAHUN AJARAN 2021/2022


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI TANGERANG
JL. Aria Santika No.40A Margasari, Tangerang-Banten
Telp. (021)55726558/5572597
LAPORAN PENDAHULUAN DIABETES MILETUS

DEFINISI
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi (Smeltzer and Bare,2000).
Diabetes melitus merupakan peyakit kronis yang berkaitan denan defisiensi atau
resistansi insulin relatif atau absolut dan ditandai dengan ganguan metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak. (Paramita, 2011) dalam (Inukai, 2012).

ETIOLOGI
Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus dalam (Raharjo, 2018),
yaitu :
1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran sel-sel beta
pancreas yang disebabkan oleh :
a) Faktor genetik :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi
suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe
I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe
antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan
gen yang bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b) Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal
tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing.
c) Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)
Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara pasti
penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik diperkirakan
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin. Diabetes Melitus
tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai pola familiar yang
kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin maupun dalam
kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran
terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-
reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan
DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini
dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif
insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara
komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa
normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan
sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi
memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus tipe II disebut
juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau Non Insulin
Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan suatu kelompok
heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan, terutama dijumpai pada
orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa kanak-kanak.

MANIFESTASI KLINIK
Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM dalam
(Raharjo, 2018), yaitu:
1. Gejala awal pada penderita DM adalah
a) Poliuria (peningkatan volume urine)
b) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar
dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehisrasi intrasel
mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel
mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat
pekat). Dehidrasi intrasel merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic
hormone) dan menimbulkan rasa haus.
c) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa.
d) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam air
kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk
mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar biasa
e) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien
diabetes lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian
besar sel untuk menggunakan glukosa sebagai energi.

2. Gejala lain yang muncul


a) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan
pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mukus,
gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada penderita diabetes
kronik.
b) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah ginjal,
lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur.
c) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu jamur
terutama candida.
d) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami gangguan
akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari unsur protein.
Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian perifer.
e) Kelemahan tubuh
f) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel melalui
proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.
g) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan bahan
dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan protein
banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga bahan yang
diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak mengalami gangguan.
h) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas
menurun karena kerusakan hormon testosteron.
i) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan pada
lensa oleh hiperglikemia.
PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY
Patofisiologi Menurut (Corwin, EJ. 2009) dalam (Raharjo, 2018):
1. Diabetes tipe I
Pada diabetes tipe satu terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan
insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.
Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh hati.
Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia posprandial
(sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut
muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke
dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang
berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari
kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih
(poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak
yang menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan
glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis
(pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun
pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih
lanjut akan turut menimbulkan hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan.
Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala
seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila
tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian.
Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula
darah yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
2. Diabetes tipe II.

Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan
insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan resptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan
penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya


glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresiinsulin
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin
yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah
yang adekuat untuk mencegah pemecahan lemak dan produksi badan keton yang
menyertainya. Karena itu ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.

Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat


menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik
hiperosmoler nonketoik (HHNK). Diabetes tipe II paling sering terjadi pada
penderita diabetes yang berusia lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi
glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka
awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien,
gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas,
poliuria, polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau
pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).
PATWHAY

Reaksi autoimun obesitas, usia, genetik

DM tipe 1 DM tipe 2

Sel beta pancreas hancur sel beta pancreas rusak

Defisiensi insulin

Penurunan pemakaian gula

Hiperglikemia viskolitas darah

BB menurun Polipagia aliran darah melambat

Polidisposisi iskemik jaringan


Resiko defisit nutrisi
Poliurea nektosis luka

Aktivitas terganggu
Ketidakstabilan kadar gula darah

Intoleransi Aktivitas

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan dalam jurnal (Raharjo, 2018) adalah :
1) Pemeriksaan darah
Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah , menurut Sujono
& Sukarmin (2008) antara lain:
a. Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM > 140
mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl disertai gejala
klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.
b. Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining atau
evaluasi pengobatan bukan diagnostic
c. Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan diagnostik.
d. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½ jam <
200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.
e. Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan
kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang mempengaruhi
absorbsi glukosa.
f. Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak bermakna. Kortison
menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal dan menurunkan
penggunaan gula darah perifer pada orang yang berpredisposisi menjadi DM
kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2 jam dianggap sebagai hasil positif.
g. Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan.
h. C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.
i. Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat
digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian
diabetes.
2) Pemeriksaan fungsi tiroid
Peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan
kebutuhan akan insulin.
3) Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna
pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ), merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
4) Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai
dengan jenis kuman.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Menurut (Santosa, Budi. 2008)
1. Identitas klien, meliputi :
Nama pasien, tanggal lahir,umur, agama, jenis kelamin, status perkawinan,
pendidikan, pekerjaan, No rekam medis.
2. Keluhan utama :
a. Kondisi hiperglikemi :
Penglihatan kabur, lemas, rasa haus dan banyak kencing, dehidrasi, suhu tubuh
meningkat, sakit kepala.
b. Kondisi hipoglikemi :
Tremor, perspirasi, takikardi, palpitasi, gelisah, rasa lapar, sakit kepala, susah
konsentrasi, vertigo, konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir,
pelo, perubahan emosional, penurunan kesadaran.
3. Riwayat kesehatan sekarang :
Biasanya klien masuk ke RS dengan keluhan utama gatal-gatal pada kulit yang
disertai bisul/lalu tidak sembuh-sembuh, kesemutan/rasa berat, mata kabur,
kelemahan tubuh. Disamping itu klien juga mengeluh poliurea, polidipsi, anorexia,
mual dan muntah, BB menurun, diare kadang-kadang disertai nyeri perut, kram
otot, gangguan tidur/istirahat, haus, pusing/sakit kepala, kesulitan orgasme pada
wanita dan masalah impoten pada pria.
4. Riwayat kesehatan dahulu :
DM dapat terjadi saat kehamilan, penyakit pankreas, gangguan penerimaan insulin,
gangguan hormonal, konsumsi obat-obatan seperti glukokortikoid, furosemid,
thiazid, beta bloker, kontrasepsi yang mengandung estrogen.
5. Riwayat kesehatan keluarga :
Adanya riwayat anggota keluarga yang menderita DM
6. Pemeriksaan Fisik :
a. Aktivitas dan Istirahat
Gejala: lemah, letih, sulit bergerak atau berjalan, kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat dan tidur.
Tanda: takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau dengan aktivitas,
letargi, disorientasi, koma
b. Sirkulasi
Gejala : adanya riwayat penyakit hipertensi, infark miokard akut, klaudikasi,
kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama.
Tanda : takikardia, perubahan TD postural, nadi menurun, disritmia, krekels,
kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas ego
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : ansietas, peka rangsang.
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri terbakar,
kesulitan berkemih, ISK, nyeri tekan abdomen, diare. Tanda : urine encer, pucat,
kuning, poliuri, bising usus lemah, hiperaktif pada diare.
e. Makanan dan cairan
Gejala: hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan
masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
Tanda: kulit kering bersisik, turgor jelek, kekakuan, distensi abdomen, muntah,
pembesaran tiroid, napas bau aseton
f. Neurosensori
Gejala: pusing, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parastesia, gangguan
penglihatan.
Tanda: disorientasi, mengantuk, letargi, stupor/koma, gangguan memori,
refleks tendon menurun, kejang.
g. Kardiovaskuler
Takikardia / nadi menurun atau tidak ada, perubahan TD postural, hipertensi
dysritmia, krekel, DVJ (GJK)
h. Pernapasan
Gejala: merasa kekurangan oksigen, batuk dengan atau tanpa sputum.
Tanda: pernapsan cepat dan dalam, frekuensi meningkat.
i. Seksualitas
Gejala: rabas vagina, impoten pada pria, kesulitan orgasme pada wanita
j. Gastro intestinal
Muntah, penurunan BB, kekakuan/distensi abdomen, anseitas, wajah meringis
pada palpitasi, bising usus lemah/menurun
k. Muskulo skeletal
Tonus otot menurun, penurunan kekuatan otot, ulkus pada kaki, reflek tendon
menurun kesemuatan/rasa berat pada tungkai.
l. Integumen
Kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung, turgor jelek, pembesaran
tiroid, demam, diaforesis (keringat banyak), kulit rusak, lesi/ulserasi/ulku
PENATALAKSANAAN (RENCANA KEPERAWATAN)
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. D.0027: Ketidakstabilan kadar gula darah


Kategori: Fisiologi
Subkategori : nutrisi dan cairan
2. D.0056: Intoleransi Aktivitas
Kategori : Fisiologi
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
3. D.0032: Resiko defisit nutrisi
Kategori: Fisiologi
Subkategori : nutrisi dan cairan

INTERVENSI KEPERAWATAN
No INTERVENSI KEPERAWTAN

1. I.03115: Manajemen hiperglikemia

Observasi :
- Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
- Monitor tanda dan gejala hiperglikemia

Terapeutik :
- Berikan asupan cairan oral

Edukasi :
- Ajurkan kepatuhan terhadap diet

Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
2. l.05186
Terapi aktivitas

Observasi :
- Identifikasi defisit tingkat aktivitas
- Identifikasi kemapuan berpartisipasi dalam aktivitas tertentu

Terapeutik :
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuiakan lingkungan untuk mengakomodasi
aktivitas yang di pilih
- Libatkan keluarga dalam aktivitas
Edukasi:
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih

3. I.03119 Manajemen Nutrisi

Observasi

- Monitor asupan makanan

- Monitor berat badan,

Terapeutik

Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai.

Edukasi

Anjurkan posisi duduk jika mampu.

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri) jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA

Inukai, K. (2012). BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nihon rinsho. Japanese journal of


clinical medicine, 70 Suppl 3, 323–326.

Raharjo, M. (2018). Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes Melitus Di Ruang Kirana


Rumah Sakit Asuhan Keperawatan Ny . N Dengan Diabetes. (Doctoral dissertation,
poltekkes kemenkes yogyakarta).

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan


Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
FORMAT PEMERIKSAAN FISIK PASIEN DEWASA
( PSYSICAL ASSASSMENT )

BIODATA PASIEN
1. Nama : Ny H
2. Umur : 40 tahun
3. Jenis Kelamin : perempuan
4. No. Register : 2356111223
5. Alamat : cikokol
6. Status : Menikah
5. Kekuarga terdekat : suami, anak
6. Diaqnosa Medis : Diabetes Miletus tipe 2
7. Tanggal Pengkajian : 09 November 2021

1. ANAMNESE
A. Keluhan Utama ( Alasan MRS ) :
Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengatakan badan lemas tidak berdaya, nyeri kepala terus menerus, batuk
berdahak, napas sesak serta mual
Saat Pengkajian
Pasien mengeluh lemas serta pusing Rongten Thoraks Kesan : cor tidak membesar Sinus
dan diagpragma normal Tampak pembercakan di kedua lapang paru Kesan
Bronkopneumonia bilateral. Tidak tampak kardiomegali.

B. Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengatakan badan terasa lemas, berdaya, nyeri kepala terus menerus, batuk
berdahak, napas sesak serta mual

Riwayat Penyakit Yang Lalu:

Pasien mengatakan memiliki riwayat penyakit DM 3 tahun lalu, pasien jarang


kontrol ke puskemas dan terkadang lupa minum obat minum obat hanya jika
kambuh
C. Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien mengatakan bahwa orang tua klien memiliki riwayat hipertensi tetapi tidak
memiliki riwayat DM.

2. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN


a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi :
pasien makan pada waktu pagi sebanyak 1x di jam 07.00, 1x di jam 14.00, 1x di jam 20.00
dengan jenis makanan berupa nasi putih, lauk bervariasi, sayur bervariasi, minum air putih.
Tidak ada pantangan makanan, tidak ada kesulitan makan.
Masalah Keperawatan : pasien tidak memiliki masalah

b. Pola Eliminasi

Pasien melakukan BAK/BAB


BAB pagi 1x
BAK pagi 2x, siang 2x,malam 2x
Warna urin : kuning jernih
Warna fases : kuning kecoklatan
Bau : khas
Konsistensi BAK : jernih, BAB : lunak dan tanpa ampas
Tidak ada masalah eliminasi

Masalah Keperawatan :tidak ada masalah pada eliminasi

c. Pola istirahat tidur

Pada pagi hari pasien tidak tidur, siang hari x di jam 11.00-13.00, malam 1x di jam 22.00
Tidak ada gangguan tidur, hal yang mempemudah tidur mendengarkan ngaji, hal yang
mempermudah bangun terdengar suara bising.

Masalah Keperawatan : tidak memiliki masalah

d. Pola kebersihan diri / Personal Hygiene :

Pasien mencuci rambut 1x sehari, mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keadaan kuku
bersih .

Masalah Keperawatan : memiliki masalah dalam kebersihan diri karena dibantu oleh
keluarga
e. Aktivitas Lain
Kegiatan pasien di rumah yaitu pengajian mingguan dan juga mengurus rumah tangga
Kegiatan di rs mengaji setiap selesai shalat.

f. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


a. Latar belakang social, budaya dan spiritual klien
Kegiatan kemasyarakatan :
Pengajian
Konflik social yang dialami klien :
tidak ada
Ketaatan klien dalam menjalankan agamanya :
Menjalankan sholat 5 waktu
Teman dekat yang senantiasa siap membantu :
Keluarga
Masalah Keperawatan : tidak memiliki masalah dalam latar belakang social,budaya dan
spiritual klien

b. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat :
Keluarga dan asuransi kesehatan
Apakah ada masalah keuangan dan bagaimana mengatasinya :
Tidak ada
Masalah Keperawatan :tidak memiliki masalah dalam ekonomi.

3. PEMERIKSAAN FISIK
A. PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL
a. Tensi : 145/91mmHg e. BB : 60 kg
b. Nadi : 82x/mnt f. TB: 163 cm
c. RR : 29 x/menit G. Setelah dihitung berdasar rumus Borbowith
d. Suhu : 36C Pasien termasuk : (kurus)

B. KEADAAN UMUM
Pasien composmentis

C. PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU


1. Integument
Inspeksi : tidak ada lesi , tidak ada jaringan parut,
Warna Kulit : sawo matang
Bila ada luka bakar lokasi : tidak ada luka bakar
Palpasi : Tekstur halus, Turgor / Kelenturan baik, Struktur tegang ,tidak ada
nyeri tekan.
Identifikasi luka / lesi pada kulit
1. Tipe Primer
Tidak terkaji
2. Tipe Sekunder
Tidak terkaji

2.Pemeriksaan Rambut
a. Ispeksi dan Palpasi :
Penyebaran (merata ), Bau tidak ada bua, t i d a k rontok , warna hitam

3. Pemeriksaan Kuku
a. Inspeksi dan palpasi, warna merah muda , bentuk oval, kebersihan bersih
Masalah Keperawatan :tidak ada masalah

D. PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER


1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : bentuk kepala bulat , kesimetrisan, tidak ada Luka, tidak ada
darah, Palpasi : t i d a k a d a nyeri tekan dibagian kepala dan leher

2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan mata
b. Bulu mata : tidak rontok
c. Konjunctiva dan sclera : konjungtiva tidak anemis, sklera baik
d. Warna iris : bening
e. Reaksi pupil terhadap cahaya :baik
f. Pemeriksaan Visus
Dengan Snelen Card : OD tidak terkaji OS tidak terkajdi

Tanpa Snelen Card : Ketajaman Penglihatan ( Baik)

g. Pemeriksaan lapang pandang


Baik

h. Pemeriksaan t ekanan bola mata


Dengan tonometri tidak terkaji dengan palpasi taraba tidak terkaji
3 Pemeriksaan Telinga
Inspeksi dan palpasi
Amati bagian telinga luar: bentuk normal
Ukuran normal Warna sawo, tidak ada lesi, nyeri tekan, tidak ada
peradangan,tidak ada penumpukan serumen. Dengan otoskop periksa membran

tympany amati, warna Tidak terkaji transparansi tidak tekajitidak ada


perdarahan , tidak ada perforasi .

Uji kemampuan kepekaan telinga :


- Tes bisik tidak terkaji, Dengan arloji nomal, Uji weber seimbang, Uji rinne
tidak terkaji, Uji swabach tidak terkaji

4. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi
Amati meatus : tidak ada perdarahan , tidak ada Kotoran , tidak ada
Pembengkakan , tidak ada pembesaran / polip

5.Pemeriksaan Mulut dan Faring


a. Inspeksi dan Palpasi
Amati bibir : pucat, warna bibir pucat tidak ada lesi , tidak ada Bibir pecah ,
Amati gigi ,gusi, dan lidah : tidak ada Caries , tidak ada Kotoran , tidak pakai
Gigi palsu , tidak ada Gingivitis, Warna lidah : merah muda tidak ada
Perdarahan dan tidak ada abses . Amati orofaring atau rongga mulut : tidak
ada Bau mulut : ada. uvula simetris , Benda asing : ( tidak ) pembesaran
tonsil tidak ada

6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : Perhatikan ekspresi wajah klien : tegang , Warna dan kondisi wajah
klien : pucat, Struktur wajah klien : simetris,tidak ada Kelumpuhan otot-otot
fasialis
7. Pemeriksaan Leher

Dengan inspeksi dan palpasi amati dan rasakan :


a. Bentuk leher (simetris), peradangan tidak ada, jaringan parut tidak ada,
perubahan warna tidak ada,
b. Kelenjar tiroid, pembesaran tidak ada

c. Vena jugularis, pembesaran tidak ada


Palpasi : pembesaran kelenjar limfe tidak ada, kelenjar tiroid tidak ada,
posisitrakea (simetris)

Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan Px. Kepala, wajah, leher
tidak ada

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

E. PEMERIKSAAN PAYUDARA DAN KETIAK

a. Inspeksi
Ukuran payudara normal bentuk (simetris ), pembengkakan tidak ada .

Kulit payudara : warna coklat, lesi tidak ada, Areola : perubahan warna tidak

ada Putting : cairan yang keluar tidak ada, ulkus tidak ada pembengkakan tidak

ada

b. Palpasi
Nyri tekan tidak ada, dan kekenyalan pada kulit, benjolan massa tidak ada

c. Keluhan lain yang terkait dengan Px. Payudara dan ketiak : tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah pada pemeriksaan payudara

F. PEMERIKSAAN TORAK DAN PARU


a. Inspeksi
Bentuk torak (Normal), susunan ruas tulang belakang normal, bentukdada
simetris , keadaan kulit baik
Retrasksi otot bantu pernafasan : pernafasan cuping hidung tidak ada.
Pola nafas :(Eupnea)Amati : cianosis tidak ada, batuk (produktif).

b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
1. Suara nafas
2. Suara Ucapan
3. Suara tambahan

4. Keluhan lain yang dirasakan terkait Px. Torak dan Paru : tidak ada

G. PEMERIKSAAN JANTUNG
Tidak ada keluhan

H. PEMERIKSAAN ABDOMEN
Tidak ada keluhan

I. PEMERIKSAAN GENETALIA
1. Genetalia Pria tidak
terkaji
2. Pada Wanita
Tidak ada keluhan

J. PEMERIKSAAN ANUS
a. Inspeksi
Atresia ani Tidak ada , tumor Tidak ada, haemorroid Tidak ada,

perdarahan Tidak ada Perineum : jahitan Tidak ada benjolan Tidak ada

b. Palpasi
Nyeri tekan pada daerah anus Tidak ada pemeriksaan Rectal Toucher

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah pemeriksaan anus

K. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL ( EKSTREMITAS )


Tidak terkaji
L. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS ( Glasgow Coma Scale )
ComposMentis sadar sepenuhnya

b. Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak


Penigkatan suhu tubuh tidak ada, nyeri kepala tidak ada, kaku kuduk,
pasien merasa mual –muntah kejang, penurunan tingkat kesadaran tidak
ada

c. Memeriksa nervus cranialis


Tidak terkaji
d. Memeriksa fungsi motoric tidak terkaji

V. RIWAYAT PSIKOLOGIS
a. Status Nyeri :
Pasien tidak merasakan nyeri
b. Gaya Komunikasi
klien tampak hati-hati dalam berbicara , pola komunikasinya lambat , klien tidak
menolak untuk diajak komunikasi , komunikasi klien jelas, klien tidak
menggunakan bahasa isyarat.
Masalah Keperawatan : tidak ada

c. Pola Interaksi
klien berspon ke semua orang, keluarga adalah orang terdekat dan terpercaya bagi
klien, klien dalam berinteraksi dengan aktif , tipe kepribadian klien terbuka.

Masalah Keperawatan : tidak ada

d. Pola Pertahanan
Cara mengatasi masalah pasien dengan berdoa
Masalah Keperawatan : tidak ada

e. Dampak di Rawat di Rumah Sakit


tidak terkaji
L. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL DAN SPIRITUAL
1. Kondisi emosi / perasaan klien
suasana hati yang menonjol pada klien yaitu pasien merasa sedih karena harus masuk
rumah sakit

Masalah Keperawatan : tidak ada

2. Kebutuhan Spiritual Klien :

Kebutuhan untuk beribadah pasien terpenuhi, tidak ada masalah dalam spiritual klien

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah

3. Tingkat Kecemasan Klien :


Tidak terkaji

4. Konsep diri klien:

a. Identitas diri : klien mengenali siapa dirinya


b. Ideal diri : pasien lebih menurut kepada keluarganya
c. Gambaran diri : pasien mengatakan lemas, merasa pusing dan mual,
d. Harga diri : pasien menghargai dirinya karena mempunyai harapan terhadap
hidupnya
e. Peran : pasien mengakui perannya sebagai pedagang

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah


J. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
A. DARAH LENGKAP :
• Leukosit : ...............7,9............... ( N : 3.500 – 10.000 / µL )
• Eritrosit : ...............4,6............... ( N : 1.2 juta – 1.5 juta µL )
• Trombosit : ..............252................ ( N : 150.000 – 350.000 / µL )
• Haemoglobin : .............12,7................. ( N : 11.0 – 16.3 gr/dl )
• Haematokrit : ..............36................ ( N : 35.0 – 50 gr / dl )
MCV : 79 (N: 80.0 – 90.0 Fl)
MCH : 29 (N: 26.5 – 33.5 pg)
MCHG : 36 (N: 31.5 – 35.0 %)

Masalah Keperawatan : terdapat masalah eritrosit yang meningkat

B. KIMIA DARAH :
• Ureum : .................................. ( N : 10 – 50 mg / dl )
• Creatinin :2,0 ( N : 0,7 – 1.5 mg / dl )
• SGOT : .................................. ( N : 2 – 17 )
• SGPT :20 ( N : 3 – 19 )
• BUN : .................................. ( N : 20 – 40 / 10 – 20 mg / dl )
• Bilirubin : .................................. ( N : 1,0 mg / dl )
• Total Protein : ............................. ( N : 6.7 – 8.7 mg
/dl)
MasalahKeperawatan: SPGT tinggi, ceatinin tinggi

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG :
• Glukosa : 721 (N:<200)
I. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN :
1. nevorapid 20 unit
2. Omeprazole 2x1
3. Amlodipin 10 mg 1x1
4. Ns 500
5. Pct
6. Insulin 16 unit
7. Levofloxacin 1x 700 mg
8. Azitromicin 1 x 500 mg
9. Fluimocly 3x1

Prioritas Diagnosis Keperawatan

• Ketidakstabilan kadar glukosa darah


• Penurunan curah jantung
• Intoleransi aktivitas
ANALISA DATA

No Analisa Data Diagnosa


1. Ds : mengeluh badan lemas tidak Pasien mengatakan D.0027: Ketidakstabilan kadargula
bahwa orang tua klien memiliki riwayat hipertensi darah
tetapi tidak memiliki riwayat DM Kategori: Fisiologi Subkategori:
Do: Tensi : 145/91 mmHg
nutrisi dan cairan
Nadi : 82x/mnt
RR: 29x/mnt
Suhu : 36,5C
GDS: 721 mg/dL

2. Ds: nyeri kepala terus menerus, batuk berdahak, D.0008: penurunan curah jantung
napas sesak serta mual Kategori: fisiologi
Do: Subkategori: sirkulasi
Tensi : 145/91 mmHg
RR: 29x/mnt
Terpasang oksigen 4
liter
3. Ds: mengeluh badan lemas tidak berdaya D.0056: intoleansi aktivitas
Do: menggunkan oksigen 4 Kategori: fisiologis
liter Subkategori: aktivitas/istirahat
RR: 29x/mnt
TD : 145/91 mmhg

GDS: 721 mg/dL


INTERVENSI KEPERAWATAN

Inisial Klien : Ny. H


Diagnosa Medis : Diabetes Miletus
Tanggal : 08 November 2021
No Diagnosa SLKI SIKI
1. D.0027: Setelah dilakukan tindakan I. 03115 Manajemen Hiperglikemi
Ketidakstabilan kadar keperawatan selama 3x24 Observasi
gula darah jam diharapkan Kestabilan - Identifikasi kemungkinan
kadar glukosa darah penyebab hiperglikemia
Kategori: Fisiologi
meningkat dengan kriteria - Monitor kadar glukosa darah
Subkategori: nutrisi
hasil
dan cairan
L. 05022: Kestabilan kadar Terapeutik
glukosa darah - Berikan asupan cairan oral
Koordinasi meningkat (1-4) - Konsultasikan dengan medis
Mengantuk menurun (1-4) jika tanda gejala
Pusing menurun (1-4) hiperglikemia memburuk
Kadar glukosa dalam darah
cukup membaik (1-4) Edukasi
Lelah menurun (1-4) - Anjurkan memonitor kadar
gula darah secara mandiri
- Anjurkan kepatuhan
terhdapar diet dan olahraga

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
insulin jika perlu
2. D.0008: penurunan Setelah dilakukan tindakan I . 02075 perawatan jantung
curah jantung keperawatan selama 3x24 Observasi
jam diharapkan penurunan - Identifikasi tanda/gejala primer
Kategori: fisiologi
curah jantung membaik penurunan curah jantung
Subkategori: sirkulasi
dengankriteria hasil
Takikardi menurun(1-4) - Identifikasi tanda/gejala
Lelah menurun (1-4) sekunder penurunan curah
Batuk menurun (1-4) jantung
Tekanan darah membaik (1-4) - Monitor tekanan darah
- Monitor saturasi oksigen
- Periksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
Terapeutik
- Posisikan pasien semi fowler
atau fowler
- Berikan diet jantung yang
sesuai
- Fasilitas pasien dan keluarga
untuk modifikasi gaya hidup
sehat
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen > 94%

Edukasi
- Anjurkan beraktivitas sesuai
toleransi
- Anjurkan beraktivitas secara
bertahap

- Anjurkan berhenti merokok

Kolaborasi
- Kolaborasi pemerian anti
aritmia
4.
D.0056: intoleansi Setelah dilakukan tindakan I.05178 manajemen energi
aktivitas keperawatan selama 3x24
Observasi
Kategori: fisiologis jam diharapkan intoleransi - Identifikasi gangguan fungsi
Subkategori: aktivitas membaik dengan tubuh yang mengalami
aktivitas/istirahat kriteria hasil: kelelahan
- Saturasi oksigen - Monitor kelelahan fisik dan
meningkat emosional
- Kemudahan dalam
melakukan aktivitas Terapeutik
meningkat - Sediakan lingkungan nyaman
- Keluhan lelah dan rendah stimulus
menurun - Berikan aktivitas distraksi yang
- Tekana darah menenangkan
membaik
Edukasi
- Frekuensi nafas
- Anjurkan tirah baring
membaik
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara langsung
- Anjurkan menhubungi perawat
jika tanda dan gejala kelelahan
tidak berkurang
- Anjurkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Inisial Klien : Ny. H


Diagnosa Medis : Diabetes Miletus
Impelentasi : Hari Pertama
No Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Paraf
1. D.0027: selasa I. 03115 Manajemen Hiperglikemi Putri
Ketidakstabilan kadar 9 Observasi
gula darah November - Mengidentifikasi
Kategori: Fisiologi 2021 Kemungkinan penyebab
Subkategori: nutrisi hiperglikemia
dan cairan - Memonitor kadar glukosa darah

Terapeutik
- memberikan asupan cairan oral
- berkonsultasi dengan medis
jika tanda gejala hiperglikemia
memburuk

Edukasi
- Menganjurkan memonitor
kadar gula darah secara mandiri
- Menganjurkan kepatuhan
terhdapar diet dan olahraga

Kolaborasi
- Berkolaborasi pemberian
insulin jika perlu
No Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Paraf
2. D.0008: penurunan selasa I . 02075 perawatan jantung Putri
curah jantung 9 Observasi
November
Kategori: fisiologi - Mengidentifikasi tanda/gejala
2021
Subkategori: sirkulasi primer penurunan curah
jantung
- Mengidentifikasi tanda/gejala
sekunder penurunan curah
jantung
- Memonitor tekanan darah
- Memonitor saturasi oksigen
- Memeriksa tekanan darah dan
frekuensi nadi sebelum
pemberian obat
Terapeutik
- Memposisikan pasien semi
fowler atau fowler
- Memberikan diet jantung yang
sesuai
- Memfasilitas pasien dan
keluarga untuk modifikasi
gaya hidup sehat
- Memberikan oksigen untuk
mempertahankan saturasi
oksigen > 94%
Edukasi
- Menganjurkan beraktivitas
sesuai toleransi
- Menganjurkan beraktivitas
secara bertahap
- Menganjurkan berhenti
merokok
Kolaborasi
Kolaborasi pemerian anti
aritmi
No Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Paraf
3. D.0056: intoleansi selasa I.05178 manajemen energi Putri
aktivitas 9
Observasi
Kategori: November - Mengidentifikasi gangguan
fisiologis 2021 fungsi tubuh yang mengalami
Subkategori: kelelahan
aktivitas/istirahat - Memonitor kelelahan fisik dan
emosional

Terapeutik
- Menyeediakan lingkungan
nyaman dan rendah stimulus
- Memberikan aktivitas distraksi
yang menenangkan

Edukasi
- Menganjurkan tirah baring
- Menganjurkan melakukan
aktivitas secara langsung
- Menganjurkan menhubungi
perawat jika tanda dan gejala
kelelahan tidak berkurang
- Menganjurkan strategi koping
untuk mengurangi kelelahan.
EVALUASI KEPERAWATAN

Inisial Klien : ny. H


Diagnosa Medis : Diabetes Miletus
Impelentasi : Hari Pertama
No Diagnosa Evaluasi Paraf
1. D.0027: Ketidakstabilan S: Klien mengatakan masi pusing Putri
kadar gula darah dan lemas
Kategori: Fisiologi O: klien masi terlihat lemas
Subkategori: nutrisi dan TD: 145/91 mmHg
cairan N: 82 x/mnt
RR: 29x/mnt
S: 36,5
GDS: 721 mg/dL

A: Masalah ketidakstabilan Kadar glukosa


darah belum terartasi
P: Lanjutkan Intervensi
Memberikan insulin 16 unit, terapi benson
dan terapi murotal
2. D.0008: penurunan curah S: sakit kepala Putri
jantung O: batuk, terlihat lemas
TD: 145/91 mmHg
Kategori: fisiologi
RR: 29x/mnt
Subkategori: sirkulasi
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Berikan amlodipine 10mg dan
memberikan oksigen 4liter
3. D.0056: intoleansi S: lemas tidak berdaya Putri
aktivitas O: pasien masih menggunakan oksigen
Kategori: fisiologis RR: 29x/mnt
Subkategori: TD : 145/91 mmhg
aktivitas/istirahat GDS: 721 mg/dL
A: masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan Memonitor
kelelahan fisik dan emosiona
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Inisial Klien : Ny. H


Diagnosa Medis : Diabetes Miletus
Impelentasi : Hari Kedua
No Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Paraf
1. D.0027: Ketidakstabilan Rabu - Memonitor TTV Putri
kadar gula darah 10 - Memonitor kadar gula
Kategori: Fisiologi November darah
Subkategori: nutrisi dan 2021 - Menganjurkan
cairan kepatuhanterhdapar diet
dan olahraga
- Memberikan insulin 16
unit

2. D.0008: penurunan curah Rabu Putri


- Memonitor tekanan
jantung 10
darah
Kategori: fisiologi November
- Memonitor saturasi
Subkategori: sirkulasi 2021
oksigen
- Memberikan oksigen
untuk mempertahankan
saturasi oksigen > 94%

3. D.0056: intoleransi aktivitas Rabu - Memonitor aktivitas Putri


Kategori: fisiologi 10 pasien secara bertahap
Subkategori: aktivitas dan November - Menyeediakan
istirahat 2021 lingkungan nyaman dan
rendah stimulus
EVALUASI KEPERAWATAN

Inisial Klien : Ny. H


Diagnosa Medis : Diabetes Miletus
Impelentasi : Hari Kedua
No Diagnosa Evaluasi Paraf
1. D.0027: Ketidakstabilan S: Klien mengatakan sedikit pusing Putri
kadar gula darah dan sedikit lemas
Kategori: Fisiologi O: TD: 135/80 mmHg
Subkategori: nutrisi dan N: 82x/mnt
cairan RR: 25x/mnt
S: 36,5
GDS: 607 mg/dL

A: Masalah ketidakstabilan Kadar glukosa


darah belum terartasi
P: Lanjutkan Intervensi
Pemberian insulin 16 unit, terapi benson
dan terapi murotal
2. D.0008: penurunan curah S: sakit kepala sedikit berkurang Putri
jantung O: batuk
Kategori: fisiologi TD: 135/80 mmHg
Subkategori: sirkulasi RR: 25x/mnt
A: masalah penurunan curah jantung
belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Pemberian analgesic amlodipine 10mg
3. D.0056: intoleransi S: pasien mengatakan masih sedikit Putri
aktivitas lemas
Kategori: fisiologi O: pasien menggunakan oksigen 3
Subkategori: aktivitas dan liter
istirahat RR: 25x/mnt
TD : 135/80 mmhg
GDS: 607 mg/dL
A: masalah intoleransi aktivitas
belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Memonitor aktivitaspasien secara
bertahap
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Inisial Klien : Ny. H


Diagnosa Medis : Diabetes Miletus
Impelentasi : Hari Ketiga
No Diagnosa Hari/Tgl Implementasi Paraf
1. D.0027: Ketidakstabilan Kamis - Memonitor kadar gula Putri
kadar gula darah 11 darah
Kategori: Fisiologi November - Memberikan insulin
Subkategori: nutrisi dan 2021 dan rebusankayu manis
cairan
2, D.0008: penurunan curah Kamis - Memonitor tekanan darah Putri
jantung 11 - Memonitor saturasi
Kategori: fisiologi November oksigen
Subkategori: sirkulasi 2021

2. D.0056: intoleransi Kamis - Memonitor aktivitas Putri


aktivitas 11 pasien secara bertahap
Kategori: fisiologi November
Subkategori: aktivitas dan 2021
istirahat
EVALUASI KEPERAWATAN

Inisial Klien : Ny. H


Diagnosa Medis : Diabetes Miletus
Impelentasi : Hari Ketiga
No Diagnosa Evaluasi Paraf
1. D.0027: Ketidakstabilan S: Klien mengatakan sedikit lemas Putri
kadar gula darah O: TD: 130/80 mmHg
Kategori: Fisiologi N: 82x/mnt
Subkategori: nutrisi dan RR: 20x/mnt
cairan S: 36,5
GDS: 550 mg/dL

A: Masalah ketidakstabilan Kadar glukosa


darah belum terartas
P: Lanjutkan Intervensi

Pemberian insulin 16 unit dan, terapi benson


dan terapi murotal

2. D.0008: penurunan curah S: sakit kepala sedikit berkurang


jantung O: batuk
Kategori: fisiologi TD: 130/80 mmHg
Subkategori: sirkulasi RR: 20x/mnt
A: masalah penurunan curah jantung
belum teratasi
P: Lanjutkan Intervensi
Pemberian analgesic amlodipine 10mg
2. D.0056: intoleransi aktivitas S: pasien mengatakan masih sedikit Indah
Kategori: fisiologi lemas
Subkategori: aktivitas dan O: pasien menggunakan oksigen 3 liter
istirahat RR: 20x/mnt
TD : 130/80 mmhg
GDS: 550 mg/dL
A: intoleransi aktivitas belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
Memonitor aktivitaspasien secara
bertahap
40

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Available online at:


Volume 13, No 2, Juni 2017 http://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/index.php/JIKK/index

RELAKSASI BENSON DAN TERAPI MUROTTAL SURAT AR-RAHMAAN


MENURUNKAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI KECAMATAN MAOS

Esti Oktaviani Purwasih1, Iman Permana2, Yanuar Primanda3


1
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2,3Dosen
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Abstract
Key word : Uncontrolled diabetes might generate the physical and psychological Benson’s complication.
The objective of this study was to analyze the effect of Benson’s relaxation, fasting relaxation and murottal
“Ar-Rahmaan” to the fasting blood glucose (FBG) and blood glucose, stress score. This research was
quasi experimental study with two group pre type 2 diabetes test-post test control group design. The
research has been done in the Health mellitus, murottal Care Center of Maos and “Graha Amanah”
Clinic of Maos. Sample technique used total sampling, with 60 according to the inclusion criteria. The
respondents were divided into control group and intervention group. Every group had 30 respondents.
The intervention group was given Benson’s relaxation and murottal, menwhile the control group was
given the Benson’s relaxation only. This intervention was done twice a day, in the morning and in the
afternoon, for 7 days.The results showed the difference of the FBG level before and after intervention
between groups (p value=0,000; Z score=4,097;Mean+SD intervention group= -
66,300+45,672;Mean+SD control group= -23,766+13,438). Benson’s relaxation and murottal therapy
could decrease FBG significantly.

PENDAHULUAN meliputi aktivitas konsultasi medis/edukasi,


Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit home visit, reminder, aktivitas klub dan
metabolik yang ditandai oleh kenaikan kadar pemantauan status kesehatan (BPJS Kesehatan,
glukosa darah atau hiperglikemia, akibat 2014).
kegagalan sekresi insulin dan atau penggunaan Hasil studi pendahuluan pada bulan
insulin dalam metabolisme tidak adekuat (IDF, Desember 2015, didapatkan data jumlah pasien
2015). Jumlah pasien diabetes pada tahun 2015 DM tipe 2 yang mengikuti program Prolanis di
di dunia sebesar 415 juta jiwa dan di Asia Kecamatan Maos (di Klinik Graha Amanah
Tenggara sebesar 78,3 juta jiwa (IDF, 2015). Maos dan Puskesmas Maos) sebanyak 101
Jumlah pasien DM di Indonesia tahun 2013 orang. Hasil pemeriksaan gula darah puasa
sebesar 12,1 juta pasien. Sedangkan di Jawa (GDP) didapatkan sebanyak 43 orang (42.6%)
Tengah jumlah pasien DM sebesar 385.431 jiwa < 130 mg/dL, dan 58 orang (57.4%) > 130
(Riskesdas, 2014). mg/dL. Jumlah pasien DM tersebut meningkat
Salah satu kebijakan pemerintah untuk pada bulan Maret 2017 yaitu pasien berjenis
menangani penyakit DM tipe 2 yaitu dengan kelamin laki-laki sebanyak 35 orang (33,7%)
dan perempuan sebanyak 69 orang (66,3%).
dibentuknya Prolanis. Prolanis adalah suatu
Dari data tersebut, penulis tertarik untuk
pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif
meneliti “relaksasi Benson dan terapi murottal
dilaksanakan secara terintegrasi yang ditujukan surat Ar-Rahman menurunkan kadar glukosa
pada penderita penyakit kronis untuk mencapai darah puasa pada penderita diabetes melitus tipe
kualitas hidup yang optimal (BPJS Kesehatan, 2 di Kecamatan Maos”.
2014). Sasarannya yaitu seluruh peserta BPJS
(Badan Penyelenggara Jaminan Sosial)
kesehatan penyandang penyakit kronis (DM tipe
2 dan hipertensi). Aktivitas dalam Prolanis
41
42

responden diukur GDP. Selanjutnya, kelompok intervensi


diberikan relaksasi Benson menggunakan
METODE VCD, kemudian diperdengarkan CD murottal surat Ar-
Rancangan penelitian yang digunakan Rohman ayat 1-78 beserta terjemahannya. Sedangkan
dalam penelitian ini adalah quasi experimental kelompok kontrol hanya diberikan relaksasi
design dengan rancangan two group pre test- post Benson menggunakan VCD. Perlakuan dilakukan 2 kali
test control group design. Menurut Nursalam sehari, pada pagi dan sore selama 7 hari berturut-turut.
(2013) penelitian quasi experiment adalah Kemudian diukur GDP pada hari ke delapan di pagi hari.
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Analisis data menggunakan uji Wilcoxon dan
diobservasi sebelum dilakukan intervensi, Mann-Whitney (Dahlan, 2010), karena data
kemudian diobservasi lagi setelah intervensi. tidak terdistribusi dengan normal.
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien
prolanis yang terdiagnosa DM Tipe 2 bulan
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Maret 2017 di Puskesmas Maos dan Klinik
Graha Amanah yang memiliki kadar GDP >130 Perbedaan Kadar Glukosa Darah Puasa
mg/dl, berjumlah 60 orang. Sampel penelitian Pre Test dan Post Test pada
ini menggunakan pasien yang berada di Masingmasing Kelompok
Kecamatan Maos dan memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi yang diambil secara total Tabel 1 Uji komparatif kadar glukosa darah
sampling. Kriteria inklusi pada pada penelitian puasa sebelum dan sesudah
ini meliputi pasien tidak mempunyai gangguan perlakuan (Maret 2017, n=30)
pendengaran berdasarkan keterangan catatan
medis. pasien mendapatkan pengobatan Sebelum Sesudah Z p
antihiperglikemia oral, pasien menderita DM Variabel Kelompok n
Mean+ SD Mean + SD Skor value
type 2 minimal 1 tahun, pasien memiliki kadar
Bensonn+ 30 243,567 + 177,267 + -4,782 0,000
GDP > 130 mg/dl, dan pasien beragama Islam,
Kadar Murottal 89,827 64,205
serta pasien tidak memiliki penyakit jantung, GDP Ben-son 30 179,200 + 155,433 + -4,784 0,000
gagal ginjal kronis. 49,527 51,349
Sedangkan kriteria eksklusi pada penelitian
ini yaitu responden mengalami hospitalisasi,
dan responden mengalami gangguan mental.
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 60 2. Perbedaan Selisih Kadar Glukosa
responden dan terbagi menjadi dua kelompok Darah Puasa Pre Test dan Post Test
yaitu, 30 responden untuk kelompok Antar Kelompok
eksperimen dan 30 responden untuk kelompok
kontrol. Tidak ada responden yang drop out. Tabel 2 Uji komparatif selisih kadar glukosa
Instrumen dalam penelitian ini adalah CD darah puasa antar
murottal surat Ar-Rohman, VCD relaksasi kelompok (Maret 2017, N=60)
Benson, alat cek gula darah, dan lembar
observasi. Z p
Penelitian ini dilakukan setelah penelitian Variabel Kelompok n Mean + SD
dinyatakan lolos etik dari Komisi Etik Fakultas Skor value
30 -66,300 + Benson+Murottal
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Selisih 45,672 -4,097 0,000
Muhammadiyah Yogyakarta, dengan nomor : GDP 30 -23,766 +
052/EP-FKIK-UMY/II/2017. Penelitian ini juga Benson
telah mendapatkan ijin penelitian dari Badan 13,438
Kesbangpol Cilacap dengan nomor surat:
072/0330/III/28/2017; Bapeda Cilacap dengan
nomor surat: 072/0187/37/2017; Dinkes Cilacap Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan nomor surat: 972/0531/16.1. relaksasi Benson pada kelompok kontrol dapat
Penelitian ini menggunakan asisten menurunkan kadar glukosa darah puasa secara
penelitian, tugas asisten yaitu mengukur signifikan. Hasil penurunan ini karena
glukosa darah puasa, melakukan observasi responden melakukan teknik relaksasi ini dengan benar
intervensi yang dilakukan responden, dan dan sesuai petunjuk. Selain itu, responden juga tetap
mengisi lembar observasi. Sebelum perlakuan, rutin mengkonsumsi obat antihiperglikemia sesuai
anjuran dokter.
43

Hasil yang bermakna ini sesuai stres (Pitt & Philips, 1991; Vitaliano, dkk., 1996), tingkat
dengan penelitian Kuswandi, dkk pendidikan (Irawan, 2010; Maliya & Wibawati, 2011), dan
(2008), yang menunjukkan bahwa jenis aktivitas fisik (Kemenkes, 2010; Trisnawati &
relaksasi Benson Setyorogo, 2013).
Vol.13, 2017 relaksasi benson dan terapi …
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan selisih
penurunan kadar GDP pre dan post antar kelompok secara
berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa signifikan. Kombinasi relaksasi Benson dan terapi murotal
darah pada pasien DM tipe 2. Relaksasi Benson lebih banyak menurunkan kadar GDP pada pasien DM tipe
dalam penelitiannya dilakukan dua kali sehari 2 dibandingkan dengan pemberian relaksasi Benson saja.
selama 7 hari, pada saat perut kosong. Hal ini karena pada kelompok intervensi diberikan
Relaksasi Benson dapat menurunkan kadar kombinasi relaksasi Benson saja dan terapi murottal.
gula darah pasien diabetes dengan menekan Pemberian relaksasi Benson saja sudah dapat menurunkan
pengeluaran hormon-hormon yang dapat GDP, ditambah lagi pemberian terapi murottal, maka
meningkatkan kadar gula darah (Smeltzer, dkk.,
penurunan GDP menjadi lebih banyak.
2008), yaitu epinefrin, kortisol, glucagon,
Hasil bermakna ini sesuai dengan penelitian
adrenocorticotropic hormone (ACTH),
Pratiwi, dkk (2015), yang memberikan terapi
kortikosteroid, dan tiroid (Smeltzer & Bare,
relaksasi Benson dan Murotal surat ArRahmaan,
2002; Smeltzer, dkk., 2008, Greinstein & Wood,
namun pada pasien hipertensi primer. Hasil
2010).
penelitiannya menunjukkan ada perbedaan tekanan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
darah sistol dan tekanan darah diastole antara
kombinasi relaksasi Benson dan terapi murottal
kelompok intervensi dengan kelompok kontrol.
pada kelompok intervensi dapat menurunkan
Pratiwi, dkk (2015) menyimpulkan bahwa relaksasi
kadar glukosa darah puasa secara signifikan.
Benson dan Murottal Ar-Rahmaan dapat dijadikan
Responden melakukan kombinasi kedua terapi
intervensi keperawatan untuk menurunkan tekanan
dua kali sehari, pagi dan sore, selama 7 hari.
darah pada pasien hipertensi primer.
Hasil yang bermakna ini sesuai dengan hasil
Surat yang digunakan dalam penelitian ini
penelitian Hidayati (2015), menunjukkan ada
adalah surat Ar-Rahmaan ayat 1-78. ArRahmaan
perbedaan kadar glukosa darah sebelum dan
yang berarti Yang Maha Pemurah, merupakan surat
sesudah mendengarkan murottal Al-Qur’an.
ke 55 di dalam Al-Qur’an terdiri dari 78 ayat (Gema
Metode penelitiannya adalah Electrochemical
Insani, 2011). Banyak pendapat mengatakan bahwa
dengan alat glucotest.
surat ArRahmaan merupakan surat kasih sayang
Rangsangan suara pada murottal akan
(Srihartono, 2007). Semua ayat dalam surat
meningkatkan pelepasan endorfin (Campbell,
Arrahman merupakan Surat Madaniyah yang
2001). Pelepasan tersebut akan menyebabkan
mempunyai karakter ayat pendek sehingga ayat ini
rileks (Chang, dkk., 2010). Sehingga kadar
nyaman didengarkan dan dapat menimbulkan efek
kortisol, epenefrin-norepinefrin, dopamin dan
relaksasi bagi pendengar yang masih awam
hormon pertumbuhan di dalam serum akan
sekalipun (Srihartono, 2007).
mengalami penurunan (Campbell, 2001). Dalam
Ketika sesorang diperdengarkan murottal, maka
keadaan rileks ini, laju pernafasan menjadi lebih
harmonisasi murottal yang indah akan masuk ke
lambat, pemikiran lebih dalam, pengendalian
dalam telinga dalam bentuk suara (audio),
emosi, serta metabolisme lebih baik (Handayani,
menggetarkan gendang telinga, mengguncangkan
dkk; 2014). Metabolisme yang labih baik
cairan di telinga dalam serta menggetarkan sel-sel
mengakibatkan kadar glukosa darah dapat
rambut di dalam koklea untuk selanjutnya melalui
menurun (Smeltzer & Bare, 2002).
saraf koklearis menuju otak dan menciptakan
Jika melihat hasil kadar GDP sesudah
imajinasi keindahan di otak kanan dan otak kiri
pemberian relaksasi Benson, hasil penelitian
(Smeltzer & Bare, 2002). Hal ini akan berdampak
baik kelompok kontrol maupun kelompok
pada kenyamanan dan perubahan perasaan.
intervensi menunjukkan hasil tersebut secara
Perubahan perasaan ini dikarenakan murottal dapat
klinis tidak mencapai target. Sasaran
menjangkau wilayah kiri korteks cerebri (Mindlin,
pengendalian GDP pasien DM tipe 2 yaitu
2009).
80130 mg/dl (PERKENI, 2015). Faktor-faktor
Dari korteks limbik, jaras pendengaran
yang dapat menyebabkan kadar GDP pada
dilanjutkan ke hipokampus, dan meneruskan sinyal
pasien DM tipe 2 tidak terkontrol, yang sesuai
musik ke Amigdala yang merupakan area perilaku
dengan hasil penelitian ini diantaranya yaitu
kesadaran yang bekerja pada tingkat
44

Vol.13, 2017Esti, et al kadar GDP.

DAFTAR PUSTAKA
bawah sadar, sinyal kemudian diteruskan ke BPJS Kesehatan. (2014). Panduan Praktis PROLANIS
hipotalamus (Smeltzer & Bare, 2002). (Program Pengelolaan
Relaksasi tersebut dapat menurunkan Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatanrelaksasi benson
kadar glukosa darah pada pasien diabetes dan terapi …
dengan menekan kelebihan pengeluaran
hormonhormon yang dapat meningkatkan
kadar glukosa darah yaitu epinefrin, kortisol, Penyakit Kronis). Diakses 18 Januari 2016 dari
glucagon, adrenocorticorticotropic hormone http://bpjs-kesehatan.go.id.
(ACTH), kortikosteroid, dan tiroid (Smeltzer
& Bare, 2002; Smeltzer, dkk., 2008). Campbell, D. (2001). Efek Mozart, terjemah oleh
Mekanisme penurunan kadar glukosa darah Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
melalui relaksasi, yaitu dengan cara menekan
pengeluaran epinefrin sehingga menghambat Chang, B. H., et. all. (2010). Relaxation Response
konversi glikogen menjadi glukosa (Smeltzer, and Spirituality: Pathways to Improve
dkk., 2008); menekan pengeluaran kortisol dan Psychological Outcomes in Cardiac
menghambat metabolisme glukosa (Smeltzer Rehabilitation. Journal of Psychosomatic
& Bare, 2002), sehingga asam amino, laktat, research 69.
dan pirufat tetap disimpan di hati dalam bentuk
glikogen sebagai energi cadangan (Bilious & Dahlan, M. S. (2011). Statistik
Donelly, 2014); menekan pengeluaran untuk Kedokteran dan
glukagon sehingga dapat mengkonversi Kesehatan. Jakarta:
glikogen dalam hati menjadi glukosa (Smeltzer Salemba Medika.
& Bare, 2002); menekan ACTH dan
glukokortikoid pada korteks adrenal sehingga Gema Insani. (2011). The Guidance,
dapat menekan pembentukan glukosa baru Ensiklopedia Al-qur’an . Jakarta: Al-Huda.
oleh hati, di samping itu lipolysis dan
katabolisme karbohidrat dapat ditekan, yang Greenstein B. & Wood D. (2010). At a Glance,
dapat menurunkan kadar glukosa darah Sistem Endokrin. Edisi Kedua. Penerjemah:
(Smeltzer & Bare, 2002; Smeltzer, dkk., Yasmine, E. & Rachmawati A. D. Jakarta:
2008). Erlangga.

SIMPULAN Handayani, R., dkk. (2014). Pengaruh Terapi


Ada perbedaan kadar glukosa darah puasa Murottal Al-Qur’an Untuk Penurunan Nyeri
sebelum dan sesudah perlakuan pada kedua Persalinan dan Kecemasan pada Ibu Bersalin
kelompok (p value kelompok intervensi = Kala I Fase Aktif. Jurnal Ilmiah Kebidanan,
0,000; p v alue kelompok kontrol= 0,000). Ada Vol. 5 No.2 Edisi Desember 2014, hlm. 1-15.
perbedaan selisih kadar glukosa darah puasa
antar kelompok (p value = 0,000). Pemberian Hidayati, N. F. (2015). Perbedaan Kadar Gula
kombinasi relaksasi Benson dan terapi Darah Sebelum dan Sesudah
murottal menurunkan kadar GDP secara Mendengarkan Murottal Al-Qur’an. Other
signifikan pada kelompok intervensi. Saran thesis, Universitas Muhammadiyah
dari hasil penelitian ini antara lain perawat Surabaya. Surabaya.
dapat menerapkan intervensi relaksasi Benson
maupun terapi murotal surat Ar-Rahmaan IDF. (2015). Diabetes Atlas, Seventh Edition. Online
untuk menurunkan kadar GDP pada pasien version of IDF Diabetes Atlas:
DM tipe 2. Penelitian selanjutnya sebaiknya www.idf.org/diabetesatlas.
melakukan penelitian lebih dari 7 hari, agar
responden dapat meresapi murotal yang
Irawan, D. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko
didengar. Pasien sebaiknya melakukan
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah
relaksasi Benson dan terapi murotal surat Ar-
Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder
Rahmaan 2 kali sehari untuk menurunkan
45

Riskesdas 2007). Thesis Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8, Volume 2.


Universitas Indonesia. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kementerian Kesehatan. (2010). Smeltzer, S. C., et. al. (2008). Brunner and
Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Suddarth’s Textbook of Medical Surgical
Risiko Diabetes Melitus. Jakarta. Nursing (11th ed.). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Kuswandi, A., dkk. (2008). Pengaruh
Relaksasi Terhadap Penurunan Srihartono. (2007). Aayaatul
Kadar Gula Darah pada Pasien Bayyinaat:TandaTanda Kebesaran Allah
Diabetes /Alqur’an yang Jelas dan Terang. Jakarta:
Pustaka Nawaitu.
Mellitus Tipe 2 di Sebuah Rumah Sakit di
Tasikmalaya. Jurnal Keperawatan Trisnawati, S. K. & Setyorogo, S. (2013). Faktor
Indonesia, Volume 12, No.2, Juli 2008; hal Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di
108-114. Puskesmas Kecamatan
Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Maliya, A. & Wibawati, R. (2011). Hubungan
Tingkat Kemampuan Activity of Daily Vitaliano, et al. (1996). Insulin and Glucose:
Living (ADL) dengan Perubahan Kadar Relationships with Hassles, Anger and Hostility
Gula Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe in Nondiabetic Older Adults.
2 di Wilayah Puskesmas Masaran. Jurnal Psychosomatic Medicine, 58.
Kesehatan, ISSN 1979-7621, Volume 4,
Nomor 1, Juni 2011.

Mindlin. (2009). Pengaruh Al-Qur’an terhadap


Fisiologi dan Psikologi Manusia, AlQur’an
dan terjemahannya. Jakarta: Salemba.

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 3.
Jakarta: Salemba Medika.

PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan


Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia 2015.
Jakarta: PB PERKENI.

Pitts, M., & Phillips, K. (1991). The Psychology


of Health. An Introduction. Routledge,
Chapman & Hall. Inc.

Pratiwi, L., dkk. (2015). Pengaruh Teknik


Relaksasi Benson dan Murottal Al-Qur’an
terhadap Tekanan Darah pada Penderita
Hipertensi Primer. JOM Vol 2 No.2,
Oktober 2015.

Riskesdas. (2014). Situasi dan Analisis


Diabetes. http://www.depkes.go.id/.

Smeltzer, S. C. & Bare, B. G. (2002).


Buku Ajar Keperawatan Medikal
46

Vol.13, 2017 relaksasi benson dan terapi … 74


47

Anda mungkin juga menyukai