KTI F23.2 LENGKAP BG Suharis
KTI F23.2 LENGKAP BG Suharis
KTI F23.2 LENGKAP BG Suharis
Oleh:
SUHARIS
NIM. 162.0027B
i
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
SUHARIS
NIM. 162.0027B
i
SURAT PERNYATAAN
karya tulis ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang
Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiat saya akan
bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Stikes
Suharis
NIM 1620027B
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Nama : SUHARIS
NIM : 1620027B
menyetujui bahwa karya tulis ini diajukan dalam sidang guna memenuhi sebagian
Pembimbing
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Dan dinyatakan Lulus dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar AHLI MADYA KEPERAWATAN pada prodi D-III
Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.
Mengetahui,
STIKES Hang Tuah Surabaya
Ka Prodi D-III Keperawatan
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
karya tulis ilmiah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan
bukan hanya karena kemampuan penulis tetapi banyak ditentukan oleh bantuan
dari berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu penulis demi
terselesainya penulisan ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
1. Ibu dr. Herlin Firliana, M.Kes selaku kepala Rumah Sakit Jiwa Menur
Surabaya yang telah memberikan ijin dan lahan praktik untuk penyusunan
karya tulis dan selama kami berada di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya.
2. Ibu Wiwiek Liestyaningrum, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
kami untuk praktik di Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya dan menyelesaikan
3. Ibu Dya Sustrami, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Kepala program studi D-III
v
4. Ibu Hidayatus Sya’diyah, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing I, yang
dengan tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta
5. Ibu Tri Darmi Herawati, S.Kep., Ns., M.Kep selaku pembimbing II, yang
dengan tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta
6. Bapak dan Ibu Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Surabaya,
yang telah memberikan bekal bagi penulis melalui materi-materi kuliah yang
penuh nilai dan makna dalam penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini,
juga kepada seluruh tenaga administrasi yang tulus ikhlas melayani keperluan
memberikan bantuan baik materi dan moril, motivasi serta do’a restu kepada
penulis.
tsehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan, saya hanya dapat
9. Pasien dan keluarga pasien yang telah bersedia meluangkan waktu dengan
ikhlas untuk memberikan informasi terkait data yang kami perlukan dalam
vi
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, penulis hanya
bisa berdo’a semoga Allah SWT membalas amal baik semua pihak yang telah
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik
karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca
Penulis.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ v
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL............................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................... xii
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................6
1.5 Metode Penulisan.....................................................................................7
1.6 Sistematika Penulisan..............................................................................8
viii
2.4.4 F23.2: Gangguan Psikotik Lir-Skizofrenia (schizoprenia-like) akut...... 27
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian................................................................................................62
4.2 Diagnosa Keperawatan............................................................................ 63
4.3 Perencanaan............................................................................................. 63
4.4 Pelaksanaan..............................................................................................64
4.5 Evaluasi....................................................................................................66
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan.................................................................................................. 67
5.2 Saran ....................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 71
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
DAFTAR SINGKATAN
xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
terbebas dari stress yang serius (Direja, 2011). Kesehatan jiwa tidak luput dari
utama pada proses pikir serta disharmoni antara proses pikir, emosi dan kemauan,
salah satunya pada kasus jiwa dengan isolasi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan
dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
Fenomena lapangan yang muncul dan dapat dilihat dengan nyata pada penderita
isolasi sosial dan menarik diri adalah kurangnya hubungan sosial dengan orang
lain, merasa harga diri rendah, ketidaksesuaian sosial, tidak tertarik dengan
aktivitas rekreasi, kerancuan identitas gender, menarik diri dari orang lain yang
berhubungan dengan stigma, dan mengalami penurunan kualitas hidup yang dapat
Menurut data WHO (World Health Organization) pada tahun 2016 sekitar
35 juta orang mengalami stres, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta orang
terkena skizofrenia, serta 47,5 juta orang terkena dimensia. Data Riskesdas (2018)
1
2
gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar
18,55 juta orang atau 7% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 265
juta jiwa. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai
1,7% per 1.000 penduduk. Sedangkan dijawa timur didapatkan data angka
gangguan jiwa 6% dari jumlah nasional atau sebesar 1.113.000 jiwa, di Surabaya
sebesar 5% dari jumlah di Jawa timur atau sebesar 55.650 jiwa. Berdasarkan data
keperawatan di ruang Puri Anggrek dalam 3 bulan terakhir terdapat 219 pasien
jiwa. Dari jumlah tersebut 209 di diagnosa F20: Skizofrenia dan 10 lainnya
dengan diagnosa kejiwaan lainnya. Dari 209 pasien dengan diagnosa F20 :
sosial: menarik diri antara lain adanya tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang belum dapat dilalui dengan baik, adanya gangguan komunikasi di dalam
keluarga, selain itu juga adanya norma-norma yang salah yang dianut dalam
keluarga serta faktor biologis berupa gen yang diturunkan dari keluarga yang
presipitasi yaitu adanya stressor sosial budaya serta stressor psikologis yang dapat
Isolasi sosial pada seseorang dapat terjadi karena adanya pola asuh keluarga tidak
pengaruh stress internal dan eksternal. Dampak yang akan muncul dari akibat
3
isolasi sosial yang pertama adalah kebutuhan fisiologis, pasien dengan interaksi
motivasi untuk makan sendiri tidak ada. Yang kedua adalah kebutuhan rasa aman,
pasien dengan gangguan interaksi menarik diri cenderung merasa cemas, gelisah,
takut dan bingung sehingga akan menimbulkan rasa tidak aman bagi pasien. Yang
ketiga kebutuhan mencintai dan dicintai, pasien dengan gangguan interaksi sosial
menarik diri cenderung memisahkan diri dari orang lain. Yang ke empat
kebutuhan harga diri pasien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan
mengalami perasaan yang tidak berarti dan tidak berguna. Yang kelima kebutuhan
aktualisasi diri, pasien dengan gangguan interaksi sosial menarik diri akan merasa
tidak percaya diri, merasa dirinya tidak pantas menerima pengakuan dan
penghargaan dari orang lain dan pasien akan merasa rendah diri untuk meminta
pengakuan dari orang lain (Rusdi dan Dermawan, 2014). Namun apabila isolasi
sosial tidak ditangani, maka akibat yang ditimbulkan dapat berupa risiko
perubahan sensori persepsi: halusinasi, resiko mencederai diri dan orang lain, dan
defisit perawatan diri sebagai bentuk gejala negatif yang tidak tertangani dan
pasien gangguan jiwa mengeluarkan isi hati, sehingga pasien merasa lega,
memberikan saran yang masuk akal tentang timbulnya gejala-gejala serta baik
kegiatan yang lebih bermanfaat lagi, mengajak pasien untuk komunikasi dua arah
dengan cara mengenal diri pasien lebih baik agar pasien mampu mengatasi
rumah pasien agar menerima kondisi pasien dan mampu membantu proses
penyembuhan pasien.
utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis F23.2:
sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis F23.2: Gangguan Psikotik
Adapun tujuan khusus dari penulisan karya ilmiah akhir ini adalah sebagai
berikut:
utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis
utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis
keperawatan jiwa masalah utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H
Surabaya.
jiwa masalah utama isolasi social: menarik diri pada An. H dengan
utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis
utama isolasi sosial: menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis
1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan umum maupun tujuan khusus maka kaya tulis ilmiah
dari karya tulis ilmiah secara teoritis maupun praktis seperti dibawah ini:
1. Secara teoritis.
2. Secara Praktis
keperawatan.
1. Metode
Studi kasus yaitu metode yang memusatkan perhatian pada satu obyek
a. Wawancara
b. Observasi
c. Pemeriksaan
3. Sumber Data
a. Data Primer
b. Data Sekunder
c. kepustakaan
2. Bagian ini terdiri dari lima bab, yang masing – masing bab terdiri sub bab
berikut ini :
kasus.
Bab 2: Landasan teori, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis
dari pelaksanaan.
9
Bab 4: Pembahasan kasus yang ditemukan yang berisi data, teori, dan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit,
konsep tumbuh kembang anak, konsep diagnosa medis, diagnosa medis yang
terkait dengan gangguan psikotik, dan asuhan keperawatan jiwa dengan masalah
utama isolasi sosial : menarik diri pada An. H dengan diagnosa medis F23.2:
Isolasi sosial adalah kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap
timbul karena orang lain dan sebagai suatu keadaan negatif atau mengancan
(NANDA, 2018).
kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Penarikan
diri atau withdrawl merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian
10
11
maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang dapat bersifat
1. Faktor Predisposisi
sosial:
a. Faktor perkembangan
masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga
yang lebih tepat tentang hungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga,
diri.
b. Faktor biologic
skizofrenia.
12
c. Faktor sosiokultural
produktif, seperti lansia, orang cacat dan penyakit kronik. Isolasi dapat
terjadi karena mengadopsi norma, prilaku dan sistem nilai yang berbeda
dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alasan
perasaan adalah:
kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik kedudukan atau harga diri, karena
Isolasi Sosial
masih dapat diterima oleh norma sosial dan budaya yang umum berlaku. Respon
ini meliputi:
yang menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkungannya, respon yang
sering ditemukan :
pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan
mendukung.
15
Menurut Dermawan dan Rusdi (2014) tanda gejala isolasi sosial dibagi
4. Pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
7. Kurang spontan
tingkah laku masa lalu primitive antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah
laku yan tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko
gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Terapi farmakologi
adalah suatu terapi psikiatri yang menggunakan energy shock listrik dalam usaha
pengobatannya. Biasanya ECT ditujukan untuk terapi pasien gangguan jiwa yang
3. Terapi Kelompok
sekelompok pasien bersama – sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa. Terapi
4. Terapi lingkungan
tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik maupun kondisi
psikologi seseorang.
2.2.1 Pegertian
definisi yang sama yaitu sama-sama mengalami perubahan, namun secara khusus
sebagai akibat pematangan fisik yan ditandai dengan semakin kompleknya sistem
jaringan otot, sistem syaraf serta fungsi sistem organ tubuh lainnya dan dapat
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang lebih komplek dalam kemampuan
gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan kemandirian
1. Tahap tumbuh kembang usia 0-6 tahun, terdiri atas masa pranatal mulai
lahir), serta masa pascanatal mulai dari masa neonatus (0-28 hari), masa
bayi (29 hari-1 tahun), masa anak (1-2 tahun), dan masa prasekolah (3-6
tahun).
2. Tahap tumbuh kembang usia 6 tahun ke atas, terdiri atas masa sekolah (6-
12 tahun) dan masa remaja, remaja awal (10-13 tahun), remaja tengah (14-
Fase remaja awal merupakan fase yang lanjutan dari masa sekolah pada
usia 10-13 tahun. Pada fase ini ketertarikan pada lawan jenis mulai nampak.
Sehingga remaja mencari suatu pola untuk mrmuaskan dorongan genitalnya. Masa
remaja awal merupakan suatu periode ketika konflik dengan orang tua
meingkatkan melampaui tingkat masa anak-anak. Dalam fase ini menrut Wahab,
Amik, dalam Ilmu Kesehatan Anak, (2012) remaja akan mengalami bebrapa
1. Perkembangan Biologis
Pada keadaan prapubertas kadar steroid seks dalam sirkulasi tertekan oleh
2. Seksualitas
dan fantasi, orientasi seksual, sikap terhadap seks dan hubungan dengan emosi,
dan kesadaran terhadap aturan dan adat istiadat yang ditentukan dalam kehidupan
sosial.
kontraversial; tidak ada kaitan yang konsisten antara hormon dan kebangkitan
seksual, usia hubungan seks pertama, atau frekuensi hubungan seks yang telah
dtemukan.
sebagai sustu kesatuan yang nyata, bisa dihubungkan dengan keputusan mendesak
seperti apakah melakukan atau tidak hubungan kelamin tidak terproteksi atau
memperoleh kecakapan setelahnya, dan yang lain lagi sama sekali tidak
4. Konsep Diri
transformasi somatis pubertas. Kesadaran diri pada usia ini cenderung untuk
memusatkan pada karakteristik luar yang berbeda dengan instropeksi pada remaja
akhir. Adalah normal pada masa remaja awal, memperhatikan dengan teliti
Gangguan citra tubuh yang serius, seperti aneroksia nervosa, juga cenderung
muncul, pad usia ini. Masa pubertas dapat meningkatkan harga diri pada anak
Ungkapan simbolis dari pergeseran ini adalah penyangkalan kode berpakaian dan
dan tidak semua orang tua menolak pernyataan tentang perpisahan demikian
untuk membahagiakan orang tuanya meskipun mereka tidak setuju pada hal
tersebut.
sebaya. Dalam persahabatan satu lawan satu, anak laki-laki dan anak perempuan
dapat berbeda dalam beberapa cara yang penting. Persahabatan anatara wanita
dapat berpusat pada saling mempercayai, di lain pihak hubungan antara laki-laki
dalam tanggung jawab kesinukan kelas. Perubahan dalam struktur sekolah ini
berlangsung dari satu hari sampai dengan satu bulan dan gejala dapat menyerupai
stresor psikososial berat atau sekelompok stresor. Karena sifat gangguan yang
praktik klinis (Sadock & Benjamin, Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2012).
22
2.3.1 Epidemiologi
Gangguan ini lebih sering terjadi pada usia muda ( kurang dari 30 tahun)
dari pada pasien tua. Data yang dapat diandalkan berdasarkan determinan jenis
insiden lebih tinggi pada perempuan dan negara berkembang. Pada epidemiologi
tersebut sangat berbeda pola pada skizofrenia (Sadock & Benjamin, Buku Ajar
2.3.2 Etiologi
akut mempunyai riwayat keluarga skizofrenia atau gangguan mood tetapi tidak
koping yang tidak adekuat dan mungkin adanya tujuan skunder pada pasien
harapan yang tidak diperoleh, atau pelarian dari situasi psikososial yang menekan
gejala psikosis, biasanya dengan awitan mendadak, tetapi tidak terlalu mencakup
23
seluruh pola gejala yang terjadi pada skizofrenia. Beberapa gejala psikotik akut
(Sadock & Benjamin, Buku Ajar Psikiatri Klinis, 2012) anatar lain:
a. Waham
b. Halusinasi
c. Bicara kacau
dari satu bulan, dan akhirnya kembali ketingkat fungsi sebelum sakit.
tersebut dapat menandakan kerentanan mental pasien. Sekitar separuh pasien yang
Lamanya gejala akut dan residual sering hanya beberapa hari. Kadang-kadang,
gejala depresif terjadi setelah resolusi gejala psikoti. dan bunuh diri menjadi
masalah yang harus diperhatikan selama fase psikotik dan fase depresif
pascapsikotik.
2.3.5 Pengobatan
24
1. Rawat Inap
gejala yang ketat dan penilaian tingkat bahaya pasie terhadap diri sendiri dan
orang lain. Selain itu, rawat inap yang tenang dan terstruktur dapat membantu
2. Farmakoterapi
pengobatan gangguan psikotik akut adalah obat-obat anti psikotik dan ansiolitik.
Bila obat antipsikotik yang dipilih, obat antipsikotik potensi tinggi atau atipikal
psikosis jangka pendek. Obat-obat tersebut dapat efektif untuk waktu singkat dan
disertai efek simpang yang lebih sedikit daripada obat antipsikotik. Pada kasus
bangkitan kejang akibat keadaan putus zat. Klinisi harus menghindari penggunaan
jangka panjang setiap obat pada pengobatan ganggaun tersebut. Jika diperlukan
3. Psikoterapi
25
strategi koping adalah topik utama psiko terapi. Masalah terkait meliputi membatu
pasien menangani rasa harga dirinya yang hilang dan mendapatkan kembali rasa
Ada enam diagnosis medis yang muncul menurut Maslim, Rusdi, 2013
a. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang yang menujukan
2. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang menemui kriteria episode
demensia.
a. Onset harus akut (dari suatu kedaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik
b. Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham, yang berubah dalam jenis
yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya
a.. Onset dari gejala psikotik harus akut (kurang dari 2 minggu)
b. Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak
(F23)tidak terpenuhi
2. Kalau waham menetap lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosis harus
menetap lebih dari 3 bulan lamanya maka diagnosa harus dirubah menjadi
pada standar praktik profesional dan standar kinerja profesional. Standar praktik
28
profesional tersebut juga mengacu pada proses keperawatan jiwa yang terdiri dari
2.5.1 Pengkajian
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak
mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain. Untuk mengkaji
pasien isolasi sosial, dapat menggunakan wawancara dan observasi kepada pasien
dan keluarga. Menurut Dermawan dan Rusdi (2014) untuk dapat mengkaji pasien
observasi kepada pasien dan keluarga. Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat
lain
atau tetangga)?
2. Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat
itu?
3. Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
orang sekitarnya?
3. Tidak komunikatif
2. Isolasi sosial
Tabel 2.1 Rencana tindakan keperawatan pasien isolasi sosial ( Damaiyati, Makhripah, 2014 ).
30
31
33
33
c. Pasien – perawat –
perawat lain –
pasien lain
d. Pasien – keluarga/
kelompok/
masyarakat
4. Beri penguatan positif
terhadap keberhasilan
yang telah dicapai
5. Bantu pasien untuk
mengevaluasi
keuntungan menjalin
hubungan social
6. Diskusikan jadwal
harian yang dapat
dilakukan bersama klien
dalam mengatasi waktu,
yaitu berinteraksi
dengan orang lain
7. Motivasi pasien untuk
mengikuti kegiatan
ruangan
8. Beri penguat positif atas
kegiatan klien dalam
kegiatan ruangan
35
35
Klien dapat Klien dapat 1) Dorong klien untuk Memberi kesempatan klien
mengungkapkan mengungkapkan mengungkapkan untuk mengungkapkan
perasaan perasaannya setelah perasaannya bila perassan selama berinteraksi
berinteraksi dengan orang berinteraksi dengan dengan orang lain
lain untuk: orang lain
1) Diri sendiri 2) Diskusikan dengan
2) Orang lain klien tentang perasaan
keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
3) Beri penguatan positif
atas kemampuasn klien
mengungkapkan
perasaan keuntungan
berhubungan dengan
prang lain
SP keluarga Keluarga dapat: 1) Bina hubungan saling Support sistem dari keluarga
1) Pasien dapat 1) Menjelaskan percaya dengan untuk merawat klien dengan
memberdaya perasaannya keluarga: gangguan isolasi menarik diri
kan sistem 2) Menjelaskan cara a. Salam, perkenalkan sangat diperlukan untuk
pendukung merawat Pasien diri memantau perkembangan
atau keluarga menarik diri b. Jelaskan tujuan pasien
3) Mendemonstrasikan c. Buat kontrak
cara perawatan d. Eksplorasi perasaan
pasien menarik diri Pasien
4) Berpartisipasi dalam 2) Diskusikan dengan
perawatan pasien anggota keluarga
menarik diri tentang:
a. Perilaku menarik
36
36
diri
b. Penyebab perilaku
menarik diri
c. Akibat yang akan
terjadi jika perilaku
menarik diri tidak
ditanggapi
d. Cara keluarga untuk
menghadapi klien
menarik diri
3) Dorong anggota
keluarga untuk
memberikan dukungan
kepada pasien dalam
berkomunikasi dengan
orang lain
4) Anjurkan anggota
keluarga untuk secara
rutin bergantian
menjenguk pasien
minimal satu kali
seminggu
5) Beri penguatan posditif
atas hal – hal yang telah
dicapai oleh keluarga
6) Menyusun rencana
pasien pulang.
37
37
38
2.5.5 Evaluasi
penugasan atau kegiatan yang terkait dengan tindakan keperawatan yang telah
dilakukan sebagai bentuk tindak lanjut yang akan dilaksanakan oleh pasien.
Penugasan atau kegiatan ini dimasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian pasien
dan diklasifikasikan apakah tugas tersebut dilakukan secara mandiri (M), dengan
sebagian (B), dan dengan bantuan total (T). Kemampuan melakukan tugas
TINJAUAN KASUS
maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 27 Juni
2019 sampai dengan 29 Juni 2019 dengan data pengkajian pada tanggal 27 Juni
2019 jam 09.00 WIB. Anamnesa diperoleh dari Pasien dan file No.Register
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Islam, bahasa yang sering digunakan adalah bahasa Jawa, Pasien bertempat
Ayah pasien mengatakan masuk tanggal 27 Juni 2019 pukul 05.34 WIB
membanting barang-barang yang ada dirumah. Saat dikaji pasien banyak diam dan
sedikit bicara.
39
40
di RS Jiwa menur selama 2 minggu pada 27 Mei 2019 dan pulang. Karena
merasa sudah sembuh pasien tidak minum obat yang diinstruksikan oleh
kekerasan
yaitu paman korban, dan pengobatan kurang berhasil karena tidak patuh
hafalannya kurang pasien masuk di pondok yang biasa saja, semenjak itu
1. Tanda vital
2. Ukuran
3. Keluhan fisik
pemeriksaan fisik.
3.1.5 Psikososial
1. Genogram
133
Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: meninggal
: Pasien
: garis keturunan
2. Konsep Diri
a. Gambaran diri
b. Identitas diri
c. Peran
d. Ideal diri
e. Harga diri
3. Hubungan Sosial
Ayah pasien mengatakan bahwa orang yang berarti adalah adiknya yang
4. Spiritual
b. Kegiatan ibadah:
Ayah Pasien mengatakan selama masuk RSJ Menur pasien belum bisa
1. Penampilan
Tidak rapi
Klien memakai pakaian pasien RS Jiwa Menur kondisi tidak rapi, rambut
2. Pembicaraan
Apatis
Pada saat pengkajian pasien tampak apatis dan menjawab tidak sesuai
3. Aktivitas Motorik
Gelisah
Pada saat penkajian pasien terlihat gelisah, pasien tidak bisa tenang
4. Alam perasaan
5. Afek
Labil
Dalam berinteraksi pasien selalu menuduh dan tidak ada kontak mata.
7. Persepsi halusinasi
Pada saat pengkajian pasien hanya diam, tidak ada tanda – tanda
dan bicara sendiri, serta belum mampu megungkapkan apa yang menjadi
masalahnya.
8. Proses pikir
9. Isi pikir
11. Memori
Penjelasannya:
a. Makanan
b. Keamanan
dirinya sendiri.
c. Perawatan Kesehatan
memenuhinya.
d. Pakaian
rapi.
47
e. Transportasi
f. Tempat tinggal
g. Keuangan
a. Perawatan diri
Mandi √
Kebersihan √
Makan √
Ganti pakaian √
Penjelasanya:
1) Mandi
Pada saat pengkajian pasien dibantu oleh orang lain ketika mandi.
2) Kebersihan
3) Makan
48
Pada saat pengkajian pasien belum mampu makan sendiri dan dibantu
mandi.
6) Ganti pakaian
memakai pakaian.
a. Nutrisi
b. Tidur
diberikan obat.
3. Kemampuan Pasien
sendiri.
Pasien memiliki sistem pendukung keluarga, yaitu ayah pasien yang sering
atau hobi ?
Adaptif : -
berat.
pendiam.
1. Penyakit jiwa
2. Faktor presipitasi
3. Koping
51
SGOT 63 ( H ) u/L L : 37 P : 31
SGPT 74 ( H ) u/L L : 37 P : 31
(schizophrenia-like) Akut
Terapi medik :
THD 2 x 1 mg 1-0-1
Suharis
1620027BB
DO:
1. Pasien tampak sering
diam dan menyendiri
Suharis
NIM 162.0027B
3.4 Rencana Tindakan Keperawatan Isolasi Sosial
PERENCANAAN
DIAGNOSA
NO Tgl RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA
TUJUAN TINDAKAN KEPERAWATAN
EVALUASI
1 27/06/ Isolasi Sosial : TUM :
2019 Menarik Diri Klien mampu
berinteraksi
dengan orang lain
SP 1 :
TUK Setelah 1.1 BHSP Hubungan saling
Pasien dapat dilaksanakan a. Mengucapkan salam setiap kali percaya akan
membina tindakan berinteraksi dengan pasien. menimbulkan
hubungan saling keperawatan b. Berkenalan dengan kepercayaan klien
percaya diharapkan pasien pasien: perkenalan nama, nama pada perawat
dapat : panggilan yang disukai, serta sehingga memudah
1. Memperlihatkan tanyakan nama pasien dan nama kan dalam
ekspresi senyum panggilan yang disukainya. pelaksanaan
54
dan menjawab c. Menanyakan perasaan dan tindakan
salam dari keluhan pasien saat ini. selanjutnya
perawat. d. Buat kontrak asuhan: apa yang
2. Mau berkenalan akan dilakukan bersama pasien,
dengan perawat berapa lama dikerjakan dan
3. Kontak mata tempatnya dimana.
baik e. Jelaskan bahwa perawat akan
4. Bersedia merahasiakan semua informasi
mengungkapkan yang disampaikan pasien untuk
perasaan dan kepentingan terapi
masalahnya f. Setiap saat tunjukkan sikap
empati atau caring terhadap
pasien.
g. Penuhi kebutuhan dasar
pasien bila memungkinkan
h. Untuk membina hubungan
saling percaya dengan pasien
isolasi sosial, lakukan interaksi
yang sering, karena tidak mudah
bagi pasien untuk percaya dengan
orang lain.
1. Membantu Pasien dapat 2.1. Tanyakan pada pasien Dengan mengetahu
pasien mengungkapkan tentang : tanda-tanda dan
mengenal minimal satu dari a. Kebiasaan berinteraksi dengan gejala, kita dapat
penyebab tanda penyebab orang lain menentukan
isolasi sosial isolasi sosial, b. Apa yang menyebabkan pasien langkah intervensi
misalnya : takut / tidak ingin berinteraksi dengan selanjutnya
minder saat orang lain
55
berinteraksi dengan
orang lain
2. Membantu Klien dapat 3.1.Tanyakan pada klien tentang Memotivasi pasien
pasien menyebutkan Manfaat hubungan sosiial untuk bisa
mengenal keuntungan 3.2. Diskusikan bersama klien berinteraksi dengan
keuntungan berhubungan tentang manfaat berhubungan orang lain
berinteraksi sosial,misalnya : sosial
dengan orang a. Banyak teman
lain b. Tidak kesepian 3.3. Beri pujian terhadap
c. Saling kemampuan klien
menolong mengungkapkan perasaannya
SP 2,3
4. Membantu Pasien dapat 5.1. Beri kesempatan psien Mengetahui sejauh
pasien melaksanakan mempraktikkan cara mana pengetahuan
berinteraksi hubungan soosial berinteraksi dengan orang klien tentang
dengan orang secara bertahaap lain yang dilakukan di berhubungan
56
lain secara dengan : hadapan perawat dengan orang lain
bertahap a. Perawat 5.2. Mulailah bantu pasien
b. Perawat lain berinteraksi dengan satu
c. Kelompok orang (pasien lain, perawat
lain atau keluarga).
5.3. Bila pasien sudah
menunjukkan kemajuan,
tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang
san seterusnya.
5.4. Beri pujian untuk setiap
kemajuan interaksi yang telah
dilakukan oleh pasien.
57
3.5 Pelaksanaan Dan Catatan Perkembangan
Ruangan : Anggrek
58
a. Mencoba kembali berkenalan 5. Pasien hanya diam saja ditempat tidur
dengan pasien
b. Menyuapi pasien makan siang
A:
BHSP dan SP 1 belum berhasil
P:
Ulangi intervensi pada BHSP dan semua poin
pada SP 1
61
62
BAB 4
PEMBAHASAN
keperawatan pada pasien dengan masalah utama isolasi sosial : menarik diri dan
Akut di Ruang Puri Anggrek Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur yang
4.1 Pengkajian
tetapi tidak ada respon dari pasien, kemudian penulis menjelaskan kepada ayah
pasien, pasien tidak koperatif, kontak mata buruk, sehingga sebagian data di
Pada dasar pengkajian antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus tidak ada
menarik diri yaitu : pasien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang
yang terdekat, pasien banyak diam dan tidak mau bicara, respon verbal kurang
dan sangat singkat, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri,
dan apatis (acuh terhadap lingkungan). Pada tinjauan kasus didapatkan tanda
yaitu: Pada saat wawancara pasien hanya diam, menyendiri terus dikamar,
kebersihan diri dan lingkungan kurang, apatis (tidak peduli dengan orang dan
ligkungan sekitar). Analisa data pada tinjauan pustaka hanya menguraikan teori
62
63
saja, sedangkan pada kasus disesuaikan dengan data subyektif dan data obyektif
sebagai berikut:
2. Isolasi sosial
perbedaan, pada tinjauan kasus dilapangan penyebab dari isolasi sosial adalah
4.3 Perencanaan
Dalam tujuan pada tinjauan kasus dicantumkan kriteria waktu karena pada
keperawatan yang ditampilkan antara tinjauan pustaka dan tinjauan kasus terdapat
kesamaan, maka rasional tetap mengacu pada sasaran dan kriteria yang telah
ditetapkan.
4.4 Pelaksanaan
hanya membahas teori asuhan keperawatan tanpa ada kasus nyata. Sedangkan
pada kasus nyata pelaksanaan telah disusun dan direalisasikan pada pasien dan
pertama/perawat)
kesulitan, pasien tidak kooperatif, kontak mata buruk, saat diberikan pertanyaan
pasien hanya diam dan menjawab diluar konteks yang ditanyakan. Pasien tidak
mampu mencapai SP 1 selama tiga hari pemberian intervensi. Harapan besar bisa
4.5 Evaluasi
Pada prinsipnya evaluasi yang ada pada tinjauan pustaka maupun tinjauan
kasus tidak mengalami perbedaan yang berarti disesuaikan dengan tujuan dan
laku dan respon pasien. Sedangkan pada tinjauan kasus evaluasi dilakukan setiap
hari selama pasien dirawat di rumah sakit. Evaluasi tersebut menggunakan SOAP
dilakukan.
67
BAB 5
PENUTUP
keperawatan jiwa secara langsung pada klien dengan masalah utama isolasi sosial:
(schizophrenia-like) Akut di Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur, maka
5.1 Kesimpulan
Dari hasil uraian yang telah menguraikan tentang asuhan keperawatan jiwa
pada pasien dengan gangguan isolasi sosial: menarik diri maka penulis dapat
1. Isolasi sosial: Menarik diri adalah gangguan kejiwaan pada pasien dimana
67
68
orang.
orang, dua orang, tiga orang, dan seterusnya hingga berkenalan dengan
kelompok.
secara aktif untuk membantu pasien dalam berkomunikasi mulai dari cara
disekitarnya.
5.2 Saran
baik dan keterlibatan klien dan perawat sehingga timbul rasa saling
keperawatan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Benjamin & Sadock.2012. Buku Ajar Psikiatri Klinis, Edisi 2. Jakarta: EGC
Dermawan dan Rusdi. 2014. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Maslim, Rusdi. 2013 . Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ-III Dan DSM-5. Jakarta : PT Nuh Jaya
Tanto, Chris,dkk. Ed. 2014. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi IV Jilid II. Jakarta:
Media Aesculaplus
Fathullah dan Sari, et al. 2013. F,23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara. Fk
UNLAM-Banjarmasin. Diakses pada tanggal 01 Juli 2019 pukul 07.50
WIB
Kirana Sukma Ayu.et al. 2018. Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien
Isolasi Sosial Setelah Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit
Jiwa. Diakses pada tanggal 01 Juli 2019 pukul 07.18 WIB
72
SP 1/Pertemuan Ke-1
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
penampilan pasien dan lingkungan tempat tidur tampak kurang rapi, dan
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan (Sp)
lain
bertahap
73
4. Tindakan Keperawatan
komunikasi terapeutik.
lain
f. Melatih pasien dalam berkenalan dengan lebih dari satu orang secara
bertahap
KEPERAWATAN
1. FASE ORIENTASI
a Salam Terapeutik
Hang Tuah Surabaya yang akan praktik disini selama 3 hari, saya senang
b Evaluasi / Validasi
c Kontrak
2. FASE KERJA
orang lain ?”
“Nah kalau kerugian kita tidak mempunyai teman apa Mas ?” ya apa
lagi?”
terlebih dahulu”.
“Begini Mas, untuk berkenalan dengan orang lain dengan orang lain kita
sebutkan dahulu nama kita dan nama panggilan yang kita sukai”.
“Ayo Mas coba dipraktekkan! Misalnya saya belum kenal dengan Mas,
“Ya bagus sekali Mas!! coba sekali lagi Mas..!!! bagus sekali Mas!!
“Ngomong – ngomong olahraga apa yang Mas sukai ? Sama dengan saya,
3. FASE TERMINASI
“Mas tadi belum bisa berkenalan dan mengenalkan diri, besok kita akan
SP 1/Pertemuan Ke-2
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
lingkungan tempat tidur nampak kurang rapi, dan ditemani oleh ayah
pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
perawat.
KEPERAWATAN
1. FASE ORIENTASI
a Salam Terapeutik
Hang Tuah Surabaya yang akan praktik disini selama 3 hari, saya senang
b Evaluasi / Validasi
c Kontrak
menit”
menyampaikan sesuatu”.
2. FASE KERJA
“Perkenalkan nama saya suharis saya senang dipanggil Haris, ayo gantian
“Ayo, kok diem saja. Masa lupa namanya sendiri, bagaimana kalau saya
bantu menyebutkan nama depan mas. Baiklah akan saya bantu nanti Mas
siapa ?”
78
“Baiklah mas, saya akan memanggil mas Haris. Sekarang ayo coba
“Kok diam, ayo coba diingat – ingat nama saya siapa ? “Su...........” Benar
sekali nama saya Suharis, nama panggilan kita sama Haris. Diingat – ingat
ya”.
3. FASE TERMINASI
“Baiklah kalau begitu, karena mas Haris masih belum lancar dalam
berkenalan kita akan mengulang lagi cara berkenalan dengan saya besok”.
Topik : ”Besok kita akan belajar berkenalan lagi seperti tadi ya mas
Haris”.
Waktu : “Besok saya akan menemui mas Haris jam 09.00 WIB”.
SP 1/Pertemuan Ke-3
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
lingkungan tempat tidur nampak kurang rapi, dan ditemani oleh ayah
pasien.
2. Diagnosa Keperawatan
perawat.
KEPERAWATAN
1. FASE ORIENTASI
a Salam Terapeutik
b Evaluasi/Validasi
c Kontrak
kemarin?”
2. FASE KERJA
“Ayo kita ulangi lagi cara berkenalan seperti kemarin, dimulai dari saya
ya. Perkenalkan nama saya suharis saya senang dipanggil Haris, ayo
“Ayo, kok diem saja. Bagaimana kalau saya bantu menyebutkan nama
depan mas. Baiklah akan saya bantu nanti Mas bisa lanjutkan nama
lengkapnya. “Muhammad......”???
siapa ?”
“Baiklah mas, saya akan memanggil mas Haris. Sekarang ayo coba
“Kok diam, ayo coba diingat – ingat nama saya siapa ? “Su...........” Benar
sekali nama saya Suharis, nama panggilan kita sama Haris. Diingat – ingat
ya
3. FASE TERMINASI
“Baiklah mas Haris, hari ini saya sudah selesai praktek, jadi saya harapkan
apa yang sudah saya ajarkan untuk bisa berkenalan nanti dapat
teman”.