Hadist Dha

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “hadist dha’if” pembuatan makalah dengan tepat waktu. Tidak
lupa shalawat dan berangkai salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala keteladanannya. Tidak
lupa penulis sampaikan terima kasih kepada Dosen mata kuliah “ulumul hadist”
yang telah memberikan arahan dan bimbingan dalam pembuatan makalah ini,
orang tua yang selalu mendukung kelancaran tugas kami, serta pada anggota tim
yang selalu kompak dan konsisten dalam penyelesaian tugas ini.
Akhirnya penulis sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi tim
penulis khususnya dan pembaca yang budiman pada umumnya. Tak ada gading
yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat penulis harapkan dari para pembaca
guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu
mendatang.

Tugu Mulyo, 07 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................3
A. Definisi Ekonomi Islam........................................................................3
B. Konsep Dasar Ekonomi Islam..............................................................3

BAB III PENUTUP..........................................................................................8


A. Kesimpulan...........................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadits mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembinaan hukum
Islam, sebab disamping berfungsi sebagai penjelas terhadap ayat-ayat yang
masih samar dan global dalam al Qur’an Hadits berfungsi menetapkan hukum
(Bayan Syar’i) terhadap suatu perkara yang belum ada dalam al qur’an.
Besarnya peranan Hadits ini harus disertai dengan kecermatan dalam
memilah dan memilih Hadits yang benar-benar dari Rasulullah. Sebab suatu
hadits yang diragukan berasal dari Nabi maka akan sulit dipertanggung
jawabkan untuk dijadikan sebagai sumber hukum kedua setelah al qur’an.
Maka jika tersebarnya hadits-hadits semacam itu dapat menimbulkan dampak
negatif yang luar biasa. Di makalah ini akan dibahas mangenai Hadits dhaif
yang tidak mempunyai legitimasi yang kuat dibanding Hadits shahih dan
hasan. Bahkan sebagian ulama ada yang melarang Hadits ini dijadikan sumber
hukum. Untuk lebih jelasnya akan dibahas dalam makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakaah pengerian hadist dha’if dan klarsifikasi hadist dha’if?
2. Apa saja macam-macam hadist dhai’if yang disebabkan gugurnya
rawi dan cacat pada rawi atau matan?
3. Bagaimana silsilah hadist dha’if?

C. TUJUAN MASALAH
1. Pengertian hadist dha’if dan klarifikasi hadist dha’if.
2. Macam-macam hadist dha’if yang disebabkan gugurnya rawi dan
cacat pada rawi atau matan.
3. Silsilah dari hadist dha’if.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HADIST DHA’IF


Hadits Dhaif, menurut bahasa berarti hadits yang lemah artinya hadit
yang tidak kuat. Sedangkan secara istilah para ulama terdapat perbedaan
rumusan dalam mendefinisikan hadits dhaif ini akan tetapi pada dasarnya, isi,
dan maksudnya tidak berbeda. Beberapa definisi, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Hadits yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shahih dan
syarat-syarat hadits hasan.
2. Hadits yang hilang salah satu syaratnya dari syarat-syarat hadits
maqbul(hadits shahih atau yang hasan)
3. Pada definisi yang ketiga ini disebutkan secara tegas, bahwa Hadits dhaif
adalah  hadits yang salah satu syaratnya hilang.
Para ulama’ memberikan batasan bagi hadits dhaif yaitu:
‫الحديث الضعيف هو الحديث الذي لم يجمع صفات الحديث الصحيح و ال صفات‬
Hadits dhaif adalah hadits yang tidak menghimpun sifat-sifat hadits.
Adapun menurut Muhaditsin, mendefinisikan
‫ وقال اكثر العلماء هو ما لم يجمع‬.‫هو كل حديث لم تجتمع فيه صفات القبول‬
‫صفتالصحيح و الحسن‬.
Hadis dhoif adalah semua hadis yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat
bagi hadis yang diterima dan menurut pendapat kebanyakan ulama; hadis
dhoif adalah yang tidak terkumpul padanya sifat hadis shohih dan hasan.
Adapun pengertian lain yaitu:
‫ث ْال َم ْقبُوْ ِل‬
ِ ‫ط ْال َح ِد ْي‬nِ ْ‫َمافَقِ َد شَرْ طا ً ِم ْن ُشرُو‬
Hadits yang kehilangan salah satu syaratnya sebagai hadits maqbul (yang
dapat diterima).
Adapun syarat-syarat hadist maqbul yaitu;
1. Rawinya adil.
2. Rawinya dhabid, meskipun tidak sempurna.
3. Sanadnya bersambung.
4. Padanya tidak dapat suatu kerancunan.
5. Padanya tidak terdapat illat yang merusak.
Pada saat dibutuhkan, hadits yang bersangkutan menguntungkan
(tidak mencelakakan). Demikian, al-Biqa’i dan al-Suyuthi serta yang
lainnya menghitung syarat-syarat diterimanya hadits tersebut. Akan tetapi
sehubungan dengan kriteria yang kedua mereka tidak menambahkan kata-
kata “meskipun tidak sempurna”. Ini adalah suatu masalah, sebab bila
seorang rawi tidak sempurna ke-dhabith-annya, maka haditsnya adalah
hadits hasan, bukan dha’if. Oleh karena itu ungkapan untuk kriteria yang
kedua ini adalah dengan “menambahkan kata-kata “meskipun tidak
sempurna”.
Alasan pemberian predikat dha’if kepada hadits yang tidak memenuhi
salah satu syarat diterimanya sebuah hadits adalah apabila pada suatu hadits
telah terpenuhi syarat-syarat di atas, maka hal itu menunjukan bahwa hadits
tersebut telah diriwayatkan sesuai dengan keadaan semula; dan sebaliknya
bila salah satu syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak ada yang
menunjukan demikian.

B. KLASIFIKASI HADIST DHA’IF


Para ulama muhadistin mengemukakan sebab-sebab tertolaknya hadist
dari dua jurusan, yakni ada dari jurusan sanad dan dari jurusan matan.
Sebab-sebab tertolaknya hadist dari jurusan sanad adalah:
1. Terwujudnya cacat-cacat pada rawihnys,bsik tentsng kesdilsn msupun
tentang kehabitaanya.
2. Ketidak bersambungan sanad, dikarenakan adalah seorang rawi atau lebih,
yang digurkan Atau saling tidak bertemu satu sama lain.
Adapun cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi itu ada sepuluh macam,
yaitu: Dusta, Tertuduh dusta, Fasik, Banyak salah, Lengah dalam menghafal,
Menyalahi riwayat orang kepercayaan, Banyak waham, Tidak diketahui
identitasnya, Penganud bid’ah, dan Tidak baik hafalannya.
1. Klasifikasi Hadist Dha’if Berdasarkan Cacat Pada Keadilannya Dan
Kedhabitad Rawi
a. Hadist maudhu
‫ وبهتان سواء كان ذالك‬n‫ المنسوب الي رسول هللا ص م زورا‬n‫هو المختلع المصنوع‬
Hadis yang dicipta serta dibuat oleh seorang (pendusta), yang ciptaan
itu dinisbatkan kepada Rasulullah SAW secara palsu dan dusta, baik di
sengaja maupun tidak. Ciri-ciri hadis maudhu’ terdapat pada sanad dan
matan hadis.
Ciri-ciri pada sanad hadis yaitu, adanya pengakuan dari si pembuat
sendiri, qarinah yang memperkuat adanya pengakuan dari si pembuat hadis
maudhu’, qarinah yang berpautan dengan tingkah laku.
Adapun ciri pada matan hadis ditinjau dari segi lafadz dan ma’na. Dari
segi lafadz yaitu, bila susunan kalimatnya tidak baik dan tidak fasih.
Sedangkan dari segi ma’na yaitu, ketika hadis bertentangan dengan Alquran,
hadis mutawattir, ijma’, dan logika yang sehat.
Para Muhaddistin mengumpulkan hadis maudhu’ dalam sejumlah
karya, di antaranya Al-Maudhu’at, karya Ibn Al-Jauzi
Al-La’ali Al-Mashnu’ah Al-Marfu’ah ‘an Al-Hadist As-Syani’ah Al-
Maudhu’ah, karya Ibnu ‘iraq Al’Kittani Silsilah Al-Hadist Adh-Dha’ifah,
karya Al-Albani.
b. Hadist matruk
‫هو الحديث الذي في اسناده راو متهم بالكذب‬.
Hadist yang pada sanadnya adalah seorang rawi yang tertuduh dusta.
c. Hadist mungkar
Yaitu hadis yang sanadnya terdapat rawi yang jelek kesalahanya,
banyak kelengahan dan tampak kefasikanya. Lawanya dinamakan
Ma’ruf.
d. Hadist syadzdz
Hadis yang kelihatanya tidak menggandung cacat, tapi saetelah di
teliti mengandung cacat,(sanad,matan atau keduanya).
2. Klarifikasi Hadist Berdasarkan Gugurnya Rawi
a. Hadist mu’allaq
Hadist yang kelihatanya tidk mengandung cacat, tapi setelah diteliti
ternyata mengandung cacat .
b. Hadist mu’dhal
Menurudt mudhal adalah sesuatu yang dibuat lemah atau lebih.
Adapun menurut istilah mudhal adalah hadist yang putus sanadnya dua
orang atau lebih secara berurutan.
c. Hadist mursal
Menurut bahasa adalah isim maf’ul yang mempunyai arti”yang
dilepaskan” sedangkan, menurut istilahnya adalah hadist yang gugur rawi
dari sanadnya setelah tab’in.
3. Klasifikasi Hadist Berdasarkan Kuantitas Rawi
a. Hadist marf’u
Hadist marf’u menurut istilah adalah “sabda , atau perbuatan, atau
taqril(penetapan) atau sifat yang disadarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, baik yang bersifat jelas maupun secara hukum
(disebut=marfumsrfu, hukuman) baik yang menyadarkan itu sahabat atau
bukan, baik sanadnya mustahil (bersambung )atau mutaqil(terputus).
 Dari definisi di atas, jelaslah bahwa hadits marfu’ ada 8 macam,
yaitu : berupa perkataan, perbuatan, taqrir, dan sifat. Masing-masing dari
yang empat macam ini mempunyai bagian lagi, yaitu : marfu’ secara
tashrih (tegas dan jelas), dan marfu’ secara hukum.
b. Hadist maqufu
Maaqufu menurut bahasa berasal dari waqf yang berarti berhenti.
Seakan-akan perawi menghentikan sebuaah hadist para sahabat
C. SILSILAH HADIST DHA’IF
Hadits 1.
Yang artinya: “penduduk Syam adalah cambuk Allah di bumi-Nya. Allah
akan membalas kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-
Nya dengan mereka. Haram bagi kaum munafik untuk menggungguli kaum
mukmin dan mereka tidak akan mati kecuali dengan kesedihan dan
kesengsaraan”.
Hadits tersebut dha’if. Telah diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-
Mu’jam al-Kalir dari dua sanad, yaitu al-Mu’jam bin Muslim dari Muhammad
lain Ayyub. Memang sanadnya terlihat shahih. Barangkali karena itulah
syekhul islam Ibnu Thamiyah dengan berdasarkan riwayat tersebut menjadikan
“keutamaan negeri Syam” sebagai bab tersendiri dalam gurunnya, namun
hakikatnya tidaklah demikian dikarenakan dua sebab:
1. Riwayat ‘An ‘Anah (yakni menggunakan lafadz ‘An fullan ‘An fullan).
2. Sanad terhenti, yaitu telah diriwayatkan dengan sanad yang mauquf oleh
Haitsam bin Khatijah, ia berkata “riwayat ini sanadnya terhenti sampai
kepada Khatijah”
Hadits 2.
Yang artinya: “barang siapa yang melahap madu tiga hari setiap bulan
pada pagi hari, maka ia tidak akan tertimpa mushibah besar”
Hadits dha’if. Telah diriwayatkan oleh imam Bukhari dalam at-Tarikh
(11/55), Ibnu Majad (11/343), ad-Daulabbi (1/185), al-Aqaili dalam kitab adh-
Dhuha (hlm.248) dan yang lainnya, dengan sanad dari Said bin Zakaria, dari
Zubair bin Said al-Hasyimi, dari Abd. Hamid bin Salim, dari Abu Hurairah r.a..
kemudian al-Uqaili berkata, “imam Bukhari telah menyatakan bahwa Abd.
Hamid bin Salim tidak terbukti bertemu dan mendengar lansung dari Abu
Hurairah r.a.
BAB
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hadis dhoif adalah semua hadis yang tidak terkumpul padanya sifat-sifat
bagi hadis yang diterima dan menurut pendapat kebanyakan ulama; hadis dhoif
adalah yang tidak terkumpul padanya sifat hadis shohih dan hasan.
Adapun cacat pada keadilan dan kedhabitan rawi itu ada sepuluh macam,
yaitu: Dusta, Tertuduh dusta, Fasik, Banyak salah, Lengah dalam menghafal,
Menyalahi riwayat orang kepercayaan, Banyak waham, Tidak diketahui
identitasnya, Penganud bid’ah, dan Tidak baik hafalannya.
Klasifikasi hadits dha’if berdasarkan cacat pada keadilannya dan
kedhabitan rawi itu dapat dibagikan atas hadits maudhu’, hadits matruk, hadits
mungkar, dan hadits syadzdz. Kemudian klasifikasi hadits berdasarkan
gugurnya rawi dapat dibagikan atas hadits mu’allaq, hadits mu’dhal, hadits
mursal, hadits munqathi, dan hadits mudhallas. Selanjutnya klasifikasi hadits
berdasarkan kuantitas rawi terdiri atas hadits marfu’, hadits mauquf, dan hadits
maqthu’.

B. SARAN
Adapun makalah kami ini adalah makalah hasil pemikiran sendiri, yang
didasari dari refrensi-refrensi yang kami dapatkan baik dari buku
diperpustakaan maupun pengetahuan dari online. Jika terdapat kesalahan dan
kekurangan dari makalah kami ini, kami berharap kritik/saran dan masukan
dari pembaca, guna untuk mewujudkan perubahan kelebih baik di kemudian
harinya. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Agus Solihin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008

Bani (al), Muhammad Nashiruddin, Silsilah Hadits Dha`if dan Maudhu’, Jakarta:


Gema Insani Press, 2012.

Maliki (al), Muhammad Alawy, al-Manha al-Lathif fi Usul al-Hadith al-


Sharfi, Terj. Adnan Qahar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Muhammad Ahmad, Mudzakir, Ulumul Hadits,  Bandung: CV. Pustaka Setia,


2000.

Anda mungkin juga menyukai