0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
36 tayangan16 halaman

DEVISI 3 - DDD

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 16

SPESIFIKASI TEKNIS

DIVISI 3

PEKERJAAN TANAH

SEKSI 3.2

TIMBUNAN

3.2.1 UMUM

1) Uraian

a) Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan


dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk pembuatan
timbunan, untuk penimbunan kembali galian pipa atau struktur dan untuk
timbunan umum yang diperlukan untuk membentuk dimensi timbunan
sesuai dengan garis, kelandaian, dan elevasi penampang melintang yang
disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

b) Timbunan yang dicakup oleh ketentuan dalam Seksi ini harus


dibagi menjadi tiga jenis, yaitu Timbunan Biasa, Timbunan Pilihan, dan
Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Rawa.

c) Timbunan pilihan harus digunakan untuk meningkatkan kapasitas daya


dukung tanah dasar pada lapisan penopang (capping layer) dan jika
diperlukan di daerah galian. Timbunan pilihan dapat juga digunakan
untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika
diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan, dan
untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan adalah
faktor yang kritis.

d) Timbunan Pilihan Berbutir harus digunakan sebagai lapisan penopang


(capping layer) pada tanah lunak yang mempunyai CBR lapangan
kurang 2% yang tidak dapat ditingkatkan dengan pemadatan atau
stabilisasi, dan diatas tanah rawa, daerah berair dan lokasi-lokasi serupa
dimana bahan Timbunan Pilihan dan Biasa tidak dapat dipadatkan
dengan memuaskan.

e) Tanah Rawa adalah permukaan tanah yang secara permanen berada


di bawah permukan air, menurut pendapat Direksi Pekerjaan, tidak
dapat dialirkan atau dikeringkan dengan metoda yang dapat
dipertimbangkan dalam Spesifikasi ini.

f) Baik Timbunan Pilihan maupun Timbunan Pilihan Berbutir harus


digunakan untuk penimbunan kembali pada abutmen dan dinding
penahan tanah serta daerah kritis lainnya yang memiliki jangkauan
terbatas untuk pemadatan dengan alat sebagaimana ditunjukkan dalam
gambar atau bilamana diperintahkan atau disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

g) Pekerjaan yang tidak termasuk bahan timbunan yaitu bahan yang


dipasang sebagai landasan untuk pipa atau saluran beton, maupun bahan
drainase porous yang dipakai untuk drainase bawah permukaan atau
untuk mencegah hanyutnya partikel halus tanah akibat proses
penyaringan. Bahan timbunan jenis ini telah diuraikan dalam Seksi 2.4
dari Spesifikasi ini.
SPESIFIKASI TEKNIS
h) Pengukuran tambahan terhadap yang telah diuraikan dalam Spesifikasi
ini mungkin diperlukan,ditujukan terhadap dampak khusus lapangan
termasuk konsolidasi dan stabilitas lereng.

2) Pekerjaan Seksi Lain yang Berkaitan dengan Seksi Ini

Pekerjaan Seksi lain yang berkaitan dengan Seksi ini tetapi tidak terbatas berikut ini:

a) Transportasi dan Penanganan : Seksi 1.5


b) Manajemen dan Keselamatan Lalu Lintas : Seksi 1.8
c) Kajian TeknisLapangan : Seksi 1.9
d) Bahan dan Penyimpanan : Seksi 1.11
e) Pengamanan Lingkungan Hidup : Seksi 1.17
f) Keselamatan dan Kesehatan Kerja : Seksi 1.19
g) Drainase Porous Seksi 2.4
h) Galian : Seksi 3.1
i) Penyiapan Badan Jalan : Seksi 3.3
j) Beton : Seksi 7.1
k) Pasangan Batu : Seksi 7.9
l) Pemeliharaan Jalan Samping Dan Jembatan : Seksi 10.2

3) Toleransi Dimensi

a) Elevasi dan kelandaian akhir setelah pemadatan harus tidak lebih tinggi dari
2 cm atau lebih rendah 3 cm dari yang ditentukan atau disetujui.

b) Seluruh permukaan akhir timbunan yang terekspos harus cukup rata


dan harus memiliki kelandaian yang cukup untuk menjamin aliran air
permukaan yang bebas.

c) Permukaan akhir lereng timbunan tidak boleh bervariasi lebih dari 10


cm dari garis profil yang ditentukan.

d) Timbunan selain dari Lapisan Penopang diatas tanah lunak tidak


boleh dihampar dalam lapisan dengan tebal padat lebih dari 20 cm atau
dalam lapisan dengan tebal padat kurang dari 10 cm.

4) Standar Rujukan

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

SNI-03-6371-2000 : Tata Cara Pengklasifikasian Tanah dengan Cara


Unifikasi
Tanah.
SNI 03-6795-2002 : Metode Pengujian untuk Menentukan Tanah Ekspansif
SNI 03-6797-2002 : Tata Cara Klasifikasi Tanah dan Campuran Tanah
Agregat untuk Konstruksi Jalan
SNI 1742: 2008 : Cara Uji Kepadatan Ringan untuk Tanah.
SNI 1743: 2008 : Cara Uji Kepadatan Berat untuk Tanah.
SNI 1966: 2008 : Cara Uji Penentuan Batas Plastis dan Indeks Plastisitas
Tanah.
SNI 1967: 2008 : Cara Uji Penentuan Batas Cair untuk Tanah.
SNI 3423: 2008 : Cara Uji Analisis Ukuran Butir Tanah.
SNI 2828: 2011 : Cara Uji Densitas Tanah Di Tempat (Lapangan) Dengan
Alat
Konus.
SNI 1744 2012 : Metode Jalan Rumbia s/d Ramania RT. Kel. Raja, Kec. ArselUji
CBR Laboratorium.
SPESIFIKASI TEKNIS

5) Pengajuan Kesiapan Kerja

a) Untuk setiap timbunan yang akan dibayar menurut ketentuan Seksi


dari Spesifikasi ini, Penyedia Jasa harus menyerahkan pengajuan
kesiapan di bawah ini kepada Direksi Pekerjaan sebelum setiap
persetujuan untuk memulai pekerjaan disetujui oleh Direksi Pekerjaan:

i) Gambar detil penampang melintang yang menunjukkan


permukaan yang telah dipersiapkan untuk penghamparan
timbunan;

ii) Hasil pengujian kepadatan yang membuktikan bahwa pemadatan


pada permukaan yang telah disiapkan untuk timbunan yang akan
dihampar cukup memadai, bilamana diperlukan menurut
Pasal
3.2.3.(1).(b) di bawah ini.

b) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini kepada


Direksi Pekerjaan paling lambat 14 hari sebelum tanggal yang diusulkan
untuk penggunaan pertama kalinya sebagai bahan timbunan:

i) Dua contoh masing-masing 50 kg untuk setiap jenis bahan,


satu contoh harus disimpan oleh Direksi Pekerjaan untuk
rujukan selama Periode Kontrak;

ii) Pernyataan tentang asal dan komposisi setiap bahan yang


diusulkan untuk bahan timbunan, bersama-sama dengan hasil
pengujian laboratorium yang menunjukkan bahwa sifat-sifat
bahan tersebut memenuhi ketentuan yang disyaratkan Pasal 3.2.2.

c) Penyedia Jasa harus menyerahkan hal-hal berikut ini dalam bentuk


tertulis kepada Direksi Pekerjaan segera setelah selesainya setiap ruas
pekerjaan, dan sebelum mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan,
tidak diperkenankan menghampar bahan lain di atas pekerjaan timbunan
sebelumnya :

i) Hasil pengujian kepadatan seperti yang disyaratkan dalam Pasal


3.2.4.

ii) Hasil pengukuran permukaan dan data survei yang menunjukkan


bahwa toleransi permukaan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.
(3) dipenuhi.

6) Jadwal Kerja

a) Timbunan badan jalan pada jalan lama harus dikerjakan


dengan menggunakan pelaksanaan setengah lebar jalan sehingga setiap
saat jalan tetap terbuka untuk lalu lintas.

b) Untuk mencegah gangguan terhadap pelaksanaan abutment dan


tembok sayap jembatan, Penyedia Jasa harus menunda sebagian
pekerjaan timbunan pada oprit setiap jembatan di lokasi-lokasi yang
ditentukan oleh Direksi Pekerjaan, sampai waktu yang cukup untuk
mendahulukan pelaksanaan abutment dan tembok sayap, selanjutnya
dapat diperkenankan untuk menyelesaikan oprit dengan lancar tanpa
adanya resiko gangguan atau kerusakan pada pekerjaan jembatan.
SPESIFIKASI TEKNIS

7) Kondisi Tempat Kerja

a) Penyedia Jasa harus menjamin bahwa pekerjaan harus dijaga tetap


kering segera sebelum dan selama pekerjaan penghamparan dan
pemadatan, dan selama pelaksanaan timbunan harus memiliki lereng
melintang yang cukup untuk membantu drainase badan jalan dari setiap
curahan air hujan dan juga harus menjamin bahwa pekerjaan akhir
mempunyai drainase yang baik. Bilamana memungkinkan, air yang
berasal dari tempat kerja harus dibuang ke dalam sistem drainase
permanen. Cara menjebak lanau yang memadai harus disediakan pada
sistem pembuangan sementara ke dalam sistim drainase permanen.

b) Penyedia Jasa harus selalu menyediakan pasokan air yang cukup


untuk pengendalian kadar air timbunan selama operasi penghamparan dan
pemadatan.

8) Perbaikan Terhadap Timbunan yang Tidak Memenuhi Ketentuan atau Tidak Stabil

a) Timbunan akhir yang tidak memenuhi penampang melintang


yang disyaratkan atau disetujui atau toleransi permukaan yang disyaratkan
dalam Pasal 3.2.1.(3) harus diperbaiki dengan menggemburkan
permukaannya dan membuang atau menambah bahan sebagaimana yang
diperlukan dan dilanjutkan dengan pembentukan kembali dan pemadatan
kembali.

b) Timbunan yang terlalu kering untuk pemadatan, dalam hal batas-


batas kadar airnya yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.(3).b) atau seperti
yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki dengan menggaru
bahan tersebut, dilanjutkan dengan penyemprotan air secukupnya dan
dicampur seluruhnya dengan menggunakan "motor grader" atau peralatan
lain yang disetujui.

c) Timbunan yang terlalu basah untuk pemadatan, seperti dinyatakan


dalam batas-batas kadar air yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.2.(3).(b)
atau seperti yang diperintahkan Direksi Pekerjaan, harus diperbaiki
dengan menggaru bahan tersebut dengan penggunaan motor grader atau
alat lainnya secara berulang-ulang dengan selang waktu istirahat selama
penanganan, dalam cuaca cerah. Alternatif lain, bilamana pengeringan
yang memadai tidak dapat dicapai dengan menggaru dan membiarkan
bahan gembur tersebut, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar
bahan tersebut dikeluarkan dari pekerjaan dan diganti dengan bahan
kering yang lebih cocok.

d) Timbunan yang telah dipadatkan dan memenuhi ketentuan


yang disyaratkan dalam Spesifikasi ini, menjadi jenuh akibat hujan atau
banjir atau karena hal lain, biasanya tidak memerlukan pekerjaan
perbaikan asalkan sifat-sifat bahan dan kerataan permukaan masih
memenuhi ketentuan dalam Spesifikasi ini.

e) Perbaikan timbunan yang tidak memenuhi kepadatan atau ketentuan


sifat- sifat bahan dari Spesifikasi ini haruslah seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan dan dapat meliputi pemadatan tambahan,
penggemburan yang diikuti dengan penyesuaian kadar air dan pemadatan
kembali, atau pembuangan dan penggantian bahan.
SPESIFIKASI TEKNIS
f) Perbaikan timbunan yang rusak akibat gerusan banjir atau menjadi
lembek setelah pekerjaan tersebut selesai dikerjakan dan diterima oleh
Direksi Pekerjaan haruslah seperti yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(8).
(c) dari Spesifikasi ini.

9) Pengembalian Bentuk Pekerjaan Setelah Pengujian

Semua lubang pada pekerjaan akhir yang timbul akibat pengujian kepadatan
lainnya harus secepatnya ditutup kembali oleh Penyedia Jasa dan dipadatkan
atau
sampai
mencapai kepadatan dan toleransi permukaan yang disyaratkan oleh Spesifikasi
10) Cuaca yang Diijinkan untuk Bekerja

Timbunan tidak boleh ditempatkan, dihampar atau dipadatkan sewaktu hujan, dan
pemadatan tidak boleh dilaksanakan setelah hujan atau bilamana kadar air bahan
berada di luar rentang yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.3.(3).(b). Semua
permukaan timbunan yang belum terpadatkan harus digaru dan dipadatkan dengan
cukup untuk memperkecil penyerapan air atau harus ditutup dengan lembaran
plastik pada akhir kerja setiap hari dan juga ketika akan turun hujan lebat.

11) Pengendalian Lalu Lintas

Pengendalian Lalu Lintas harus sesuai dengan ketentuan Seksi 1.8, Manajemen
dan Keselamatan Lalu Lintas.

3.2.2 BAHAN

1) Sumber Bahan

Bahan timbunan harus dipilih dari sumber bahan yang disetujui sesuai dengan
Seksi
1.11 "Bahan dan Penyimpanan" dari Spesifikasi ini.
2) Timbunan Biasa

a) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan biasa harus terdiri


dari bahan galian tanah atau bahan galian batu yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan sebagai bahan yang memenuhi syarat untuk digunakan dalam
pekerjaan permanen seperti yang diuraikan dalam Pasal 3.1.1.(1) dari
Spesifikasi ini.

b) Bahan yang dipilih sebaiknya tidak termasuk tanah yang


berplastisitas tinggi, yang diklasifikasikan sebagai A-7-6 menurut SNI-03-
6797-2002 (AASHTO M145) atau sebagai CH menurut "Unified atau
Casagrande Soil Classification System". Bila penggunaan tanah yang
berplastisitas tinggi tidak dapat dihindarkan, bahan tersebut harus
digunakan hanya pada bagian dasar dari timbunan atau pada penimbunan
kembali yang tidak memerlukan daya dukung atau kekuatan geser yang
tinggi. Tanah plastis seperti itu sama sekali tidak boleh digunakan pada 30
cm lapisan langsung di bawah bagian dasar perkerasan atau bahu jalan
atau tanah dasar bahu jalan. Sebagai tambahan, timbunan untuk lapisan
ini bila diuji dengan SNI 03-1744-1989, harus memiliki nilai CBR tidak
kurang dari karakteristik daya dukung tanah dasar yang diambil untuk
rancangan dan ditunjukkan dalam gambar atau tidak kurang dari 6%
jika tidak disebutkan lain (CBR setelah
SPESIFIKASI TEKNIS
perendaman 4 hari bila dipadatkan 100 % kepadatan kering
maksimum
(MDD) seperti yang ditentukan oleh SNI 03-1742-1989).

c) Tanah sangat expansive yang memiliki nilai aktif lebih besar dari 1,25,
atau derajat pengembangan yang diklasifikasikan oleh AASHTO T258
sebagai "very high" atau "extra high" tidak boleh digunakan sebagai
bahan timbunan. Nilai aktif adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas
/ PI - (SNI 03-1966-1989) dan persentase kadar lempung (SNI 03-3422-
1994).

d) Bahan untuk timbunan biasa tidak boleh dari bahan galian tanah
yang mempunyai sifatsifatsebagaiberikut:
Tanah yang mengadung organik seperti jenis tanah OL, OH dan Pt dalam
sistemUSCS serta tanah yang mengandung daun – daunan,
rumput- rumputan, akar, dan sampah.

(i) Tanah dengan kadar air alamiah sangat tinggi yang tidak praktis
dikeringkan untuk memenuhi toleransi kadar air pada pemadatan
(melampaui Kadar Air Optimum + 1%).

(ii) Tanah yang mempunyai sifat kembang susut tinggi dan sangat
tinggi dalam klasifikasi Van Der Merwe (Lampiran 3.2.A)
dengan ciri ciri adanya retak memanjang sejajar tepi perkerasan
jalan.

3) Timbunan Pilihan

a) Timbunan hanya boleh diklasifikasikan sebagai Timbunan Pilihan


atau Timbunan Pilihan Berbutir bila digunakan pada lokasi atau untuk
maksud dimana bahan-bahan ini telah ditentukan atau disetujui secara
tertulis oleh Direksi Pekerjaan. Seluruh timbunan lain yang digunakan
harus dipandang sebagai timbunan biasa (atau drainase porous bila
ditentukan atau disetujui sebagai hal tersebut sesuai dengan Seksi 2.4 dari
Spesifikasi ini).

b) Timbunan yang diklasifikasikan sebagai timbunan pilihan harus terdiri


dari bahan tanah atau batu yang memenuhi semua ketentuan di atas
untuk timbunan biasa dan sebagai tambahan harus memiliki sifat-sifat
tertentu yang tergantung dari maksud penggunaannya, seperti
diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Dalam segala hal,
seluruh timbunan pilihan harus, bila diuji sesuai dengan SNI 03-1744-
1989, memiliki CBR paling sedikit 10.% setelah 4 hari perendaman
bila dipadatkan sampai
100.% kepadatan kering maksimum sesuai dengan SNI 1742:2008.

c) Bahan timbunan pilihan yang digunakan pada lereng atau


pekerjaan stabilisasi timbunan atau pada situasi lainnya yang memerlukan
kuat geser yang cukup, bilamana dilaksanakan dengan pemadatan
kering normal, maka timbunan pilihan dapat berupa timbunan batu atau
kerikil lempungan bergradasi baik atau lempung pasiran atau lempung
berplastisitas rendah. Jenis bahan yang dipilih, dan disetujui oleh Direksi
Pekerjaan akan tergantung pada kecuraman dari lereng yang akan
dibangun atau ditimbun, atau pada tekanan yang akan dipikul.

4) Timbunan Pilihan Berbutir di atas Tanah Lunak atau Tanah Rawa


SPESIFIKASI TEKNIS
Bahan timbunan pilihan di atas tanah rawadan untuk keadaan di
mana penghamparan dalam kondisi jenuh atau banjir tidak dapat dihindarkan
haruslah
SPESIFIKASI TEKNIS
batu, pasir atau kerikil atau bahan berbutir bersih lainnya dengan Index
Plastisitas maksimum 6 % (enam persen).

3.2.3 PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN TIMBUNAN

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Sebelum penghamparan timbunan pada setiap tempat, semua bahan


yang tidak diperlukan harus dibuang sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.1.1.(11), 3.1.2.(1),dan 3.1.2.
(5)dari Spesifikasi ini.

b) Kecuali untuk daerah tanah lunak atau tanah yang tidak dapat dipadatkan
atau tanah rawa, dasar pondasi timbunan harus dipadatkan
seluruhnya (termasuk penggemburan dan pengeringan atau pembasahan
bila diperlukan) sampai 15 cm bagian permukaan atas dasar pondasi
memenuhi kepadatan yang disyaratkan untuk Timbunan yang
ditempatkan diatasnya.

c) Bilamana timbunan akan dibangun diatas permukaan tanah


dengan kelandaian lereng lebih dari 10%, ditempatkan diatas permukaan
lama atau pembangunan timbunan baru, maka lereng lama akan dipotong
sampai tanah yang keras dan bertangga dengan lebar yang cukup
sehingga memungkinkan peralatan pemadat dapat beroperasi.
Tangga-tangga tersebut tidak boleh mempunyai kelandaian lebih dari
4% dan harus dibuatkan sedemikian dengan jarak vertikal tidak lebih
dari 30 cm untuk kelandaian yang kurang dari 15% dan tidak lebih
dari 60 cm untuk kelandaian yang sama atau lebih besar dari 15%.

d) Dasar saluran yang ditimbun harus diratakan dan dilebarkan sedemikian


hingga memungkinkan pengoperasian peralatan pemadat yang efektif.

2) Penghamparan Timbunan

a) Timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan


dan disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan
memenuhi toleransi tebal lapisan yang disyaratkan dalam Pasal 3.2.1.(3).
Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan
tersebut sedapat mungkin dibagi rata sehingga samatebalnya.

b) Tanah timbunan umumnya diangkut langsung dari lokasi sumber bahan


ke permukaan yang telah disiapkan pada saat cuaca cerah dan disebarkan.
Penumpukan tanah timbunan untuk persediaan biasanya tidak
diperkenankan, terutama selama musim hujan.

c) Timbunan di atas atau pada selimut pasir atau bahan drainase porous,
harus diperhatikan sedemikian rupa agar kedua bahan tersebut tidak
tercampur. Dalam pembentukan drainase sumuran vertikal diperlukan
suatu pemisah yang menyolok di antara kedua bahan tersebut dengan
memakai acuan sementara dari pelat baja tipis yang sedikit demi sedikit
ditarik saat pengisian timbunan dan drainase porous dilaksanakan.

d) Penimbunan kembali di atas pipa dan di belakang struktur


harus dilaksanakan dengan sistematis dan secepat mungkin segera setelah
pemasangan pipa atau struktur. Akan tetapi, sebelum penimbunan
kembali,
SPESIFIKASI TEKNIS
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 3 jam setelah pemberian
adukan pada sambungan pipa atau pengecoran struktur beton gravity,
pemasangan pasangan batu gravity atau pasangan batu dengan mortar
gravity. Sebelum penimbunan kembali di sekitar struktur penahan
tanah dari beton, pasangan batu atau pasangan batu dengan mortar, juga
diperlukan waktu perawatan tidak kurang dari 14 hari.

e) Bilamana timbunan badan jalan akan diperlebar, lereng timbunan


lama harus disiapkan dengan membuang seluruh tetumbuhan yang
terdapat pada permukaan lereng dan harus dibuat bertangga (atau dibuat
bergerigi) sehingga timbunan baru akan terkunci pada timbunan lama
sedemikian sampai diterima oleh Direksi Pekerjaan. Selanjutnya
timbunan yang diperlebar harus dihampar horizontal lapis demi lapis
sampai dengan elevasi tanah dasar, yang kemudian harus ditutup secepat
mungkin dengan lapis pondasi bawah dan atas sampai elevasi
permukaan jalan lama sehingga bagian yang diperlebar dapat
dimanfaatkan oleh lalu lintas secepat mungkin, dengan demikian
pembangunan dapat dilanjutkan ke sisi jalan lainnya bilamana diperlukan.

f) Lapisan penopang diatas tanah lunak termasuk tanah rawa harus


dihampar sesegera mungkin dan tidak lebih dari tiga hari setelah
persetujuan setiap penggalian atau pembersihan dan pengupasan oleh
Direksi Pekerjaan. Lapisan penopang dapat dihampar satu lapis atau
beberapa lapis dengan tebal antara 0,5 sampai 1,0 meter sesuai dengan
kondisi lapangan dan sebagimana diperintahkan atau disetujui oleh
Direksi Pekerjaan. Ketentuan Pasal 3.2.4.(2) tidak digunakan.

3) Pemadatan Timbunan

a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis


harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui
Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan dalam
Pasal 3.2.4.

b) Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar


air bahan berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum sampai
1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan
sebagai kadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh
bilamana tanah dipadatkan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

c) Seluruh timbunan batu harus ditutup dengan satu lapisan atau lebih
setebal
20 cm dari bahan bergradasi menerus dan tidak mengandung batu yang
lebih besar dari 5 cm serta mampu mengisi rongga-rongga batu pada
bagian atas timbunan batu tersebut. Lapis penutup ini harus dilaksanakan
sampai mencapai kepadatan timbunan tanah yang disyaratkan dalam Pasal
3.2.4.(2) di bawah.

d) Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti


yang disyaratkan, diuji kepadatannya dan harus diterima oleh Direksi
Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.

e) Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju
ke arah sumbu jalan sedemikian rupa sehingga setiap ruas akan menerima
jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalu lintas
alat-alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan
lajur
SPESIFIKASI TEKNIS

yang dilewati harus terus menerus divariasi agar dapat menyebarkan


pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut.

f) Dalam membuat timbunan sampai pada atau diatas gorong-gorong dan


bilamana disyaratkan dalam Kontrak sampai pada jembatan, Penyedia
Jasa harus membuat timbunan tersebut sama tinggi pada kedua sisinya.
Jika kondisi-kondisi memerlukan penempatan timbunan kembali atau
timbunan pada satu sisi jauh lebih tinggi dari sisi lainnya, penambahan
bahan pada sisi yang lebih tinggi tidak boleh dilakukan sampai
persetujuan diberikan oleh Direksi Pekerjaan dan tidak melakukan
penimbunan sampai struktur tersebut telah berada di tempat dalam waktu
14 hari, dan pengujian-pengujian yang dilakukan di laboratorium di
bawah pengawasan Direksi Pekerjaan menetapkan bahwa struktur
tersebut telah mencapai kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan
apapun yang ditimbulkan oleh metoda yang digunakan dan bahan yang
dihampar tanpa adanya kerusakan atau regangan yang di luar faktor
keamanan.

g) Untuk menghindari gangguan terhadap pelaksanaan abutmen jembatan,


tembok sayap dan gorong-gorong persegi, Penyedia Jasa harus,
untuktempat-tempattertentu yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan,
menunda pekerjaan timbunan yang membentuk oprit dari setiap struktur
semacam ini sampai saat ketika pelaksanaan selanjutnya boleh
didahulukan untuk penyelesaian oprit tanpa resiko mengganggu atau
merusak pekerjaan jembatan. Biaya untuk penundaan pekerjaan harus
termasuk dalam harga satuan Kontrak untuk “Galian Biasa”, “Timbunan
Biasa”, dan “Timbunan Pilihan”.

h) Bahan untuk timbunan pada tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh alat
pemadat normal harus dihampar dalam lapisan mendatar dengan tebal
gembur tidak lebih dari 10 cm dan seluruhnya dipadatkan dengan
menggunakan pemadat mekanis.

i) Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan


pemadat mesin gilas, harus dihampar dalam lapisan horizontal dengan
tebal gembur tidak lebih dari 10 cm dan dipadatkan dengan penumbuk
loncat mekanis atau timbris (tamper) manual dengan berat statis
minimum 10 kg. Pemadatan di bawah maupun di tepi pipa harus
mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga-rongga
dan untuk menjamin bahwa pipa terdukung sepenuhnya.

4) Penyiapan Tanah Dasar pada Timbunan

Ketentuan dari Seksi 3.3, Penyiapan Badan Jalan harus berlaku.

3.2.4 JAMINAN MUTU

1) Pengendalian Mutu Bahan

a) Jumlah data pendukung hasil pengujian yang diperlukan untuk


persetujuan awal mutu bahan akan ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan,
tetapi bagaimanapun juga harus mencakup seluruh pengujian yang
disyaratkan dalam Pasal 3.2.2 dengan paling sedikit tiga contoh yang
mewakili sumber
SPESIFIKASI TEKNIS
bahan yang diusulkan, yang dipilih mewakili rentang mutu bahan
yang mungkin terdapat pada sumber bahan.

b) Setelah persetujuan mutu bahan timbunan yang diusulkan,


menurut pendapat Direksi Pekerjaan, pengujian mutu bahan dapat
diulangi lagi agar perubahan bahan atau sumber bahannya dapat diamati.

c) Suatu program pengendalian pengujian mutu bahan rutin


harus dilaksanakan untuk mengendalikan perubahan mutu bahan yang
dibawa ke lapangan. Jumlah pengujian harus seperti yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan
timbunan yang diperoleh dari setiap sumber bahan paling sedikit harus
dilakukan suatu pengujian Nilai Aktif, seperti yang disyaratkan dalam
Pasal 3.2.2.(2).(c). Direksi Pekerjaan setiap saat dapat memerintahkan
dilakukannya uji ke- ekspansifan tanah sesuai SNI 03-6795-2002.

2) Ketentuan Kepadatan untuk Timbunan Tanah

a) Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm di bawah elevasi tanah


dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari kepadatan kering maksimum
yang ditentukan sesuai SNI 03-1742-1989. Untuk tanah yang
mengandung lebih dari 10 % bahan yang tertahan pada ayakan 19 mm,
kepadatan kering maksimum yang diperoleh harus dikoreksi terhadap
bahan yang berukuran lebih (oversize) tersebut sebagaimana yang
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

b) Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah


dasar harus dipadatkan sampai dengan 100 % dari kepadatan kering
maksimum yang ditentukan sesuai dengan SNI 03-1742-1989.

c) Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan


yang dipadatkan sesuai dengan SNI 2828 : 2011 dan bila hasil setiap
pengujian menunjukkan kepadatan kurang dari yang disyaratkan maka
Penyedia Jasa harus memperbaiki pekerjaan sesuai dengan Pasal 3.2.1.(8)
dari Seksi ini. Pengujian harus dilakukan sampai kedalaman penuh pada
lokasi yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi harus tidak boleh
berselang lebih dari 200 m. Untuk penimbunan kembali di sekitar struktur
atau pada galian parit untuk gorong-gorong, paling sedikit harus
dilaksanakan satu pengujian untuk satu lapis penimbunan kembali yang
telah selesai dikerjakan. Untuk timbunan, paling sedikit satu rangkaian
pengujian bahan yang lengkap harus dilakukan untuk setiap 1000 meter
kubik bahan timbunan yang dihampar.

3) Kriteria Pemadatan untuk Timbunan Batu

Penghamparan dan pemadatan timbunan batu harus dilaksanakan dengan


menggunakan penggilas berkisi (grid) atau pemadat bervibrasi atau peralatan
berat lainnya yang serupa. Pemadatan harus dilaksanakan dalam arah memanjang
sepanjang timbunan, dimulai pada tepi luar dan bergerak ke arah sumbu jalan,
dan harus dilanjutkan sampai tidak ada gerakan yang tampak di bawah peralatan
berat. Setiap lapis harus terdiri dari batu bergradasi menerus dan seluruh
rongga pada permukaan harus terisi dengan pecahan-pecahan batu sebelum
lapis berikutnya dihampar. Batu tidak boleh digunakan pada 15 cm lapisan teratas
timbunan dan batu berdimensi lebih besar dari 10 cm tidak diperkenankan untuk
disertakan dalam lapisan teratas ini.
SPESIFIKASI TEKNIS

4) Kriteria Pemadatan untuk Lapisan Penopang

Timbunan Pilihan Berbutir lapisan penopang diatas tanah lunak (CBR lapangan
kurang dari 2%) dapat dihampar dalam satu atau beberapa lapis yang harus
dipadatkan dengan persetujuan khusus tergantung kondisi lapangan. Tingkat
pemadatan harus cukup agar dapat memungkinkan pemadatan sepenuhnya pada
timbunan pilihan lapis selanjutnya dan lapisan perkerasan.

5) Percobaan Pemadatan

Penyedia Jasa harus bertanggungjawab dalam memilih metode dan peralatan


untuk mencapai tingkat kepadatan yang disyaratkan. Bilamana Penyedia Jasa
tidak sanggup mencapai kepadatan yang disyaratkan, prosedur pemadatan
berikut ini harus diikuti.

Percobaan lapangan harus dilaksanakan dengan variasi jumlah lintasan peralatan


pemadat dan kadar air sampai kepadatan yang disyaratkan tercapai sehingga dapat
diterima oleh Direksi Pekerjaan. Hasil percobaan lapangan ini selanjutnya harus
digunakan dalam menetapkan jumlah lintasan, jenis peralatan pemadat dan kadar
air untuk seluruh pemadatan berikutnya.

3.2.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Timbunan

a) Timbunan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan


terpadatkan yang diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Volume
yang diukur harus berdasarkan gambar penampang melintang profil tanah
asli yang disetujui atau profil galian sebelum setiap timbunan ditempatkan
dan gambar dengan garis, kelandaian dan elevasi pekerjaan timbunan
akhir yang disyaratkan dan diterima. Metode perhitungan volume bahan
haruslah metode luas bidang ujung, dengan menggunakan penampang
melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 25 m, dan
berselang tidak lebih dari 50 meter untuk daearah yang datar.

b) Timbunan yang ditempatkan di luar garis dan penampang melintang


yang disetujui, termasuk setiap timbunan tambahan yang diperlukan
sebagai akibat penggalian bertangga pada atau penguncian ke dalam
lereng lama, atau sebagai akibat dari penurunan pondasi, tidak akan
dimasukkan ke dalam volume yang diukur untuk pembayaran kecuali bila
:

i) Timbunan yang diperlukan untuk mengganti bahan


tidak memenuhi ketentuan atau bahan yang lunak sesuai
dengan Pasal
3.1.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini, atau untuk mengganti batu atau
bahan keras lainnya yang digali menurut Pasal 3.1.2.(1).(c)
dari
Spesifikasi ini.

ii) Timbunan tambahan yang diperlukan untuk


memperbaiki pekerjaan yang tidak stabil atau gagal bilamana
Penyedia Jasa tidak dianggap bertanggung-jawab menurut Pasal
3.2.1.(8).(f) dari Spesifikasi ini.
SPESIFIKASI TEKNIS
iii) Bila timbunan akan ditempatkan di atas tanah rawa yang dapat
diperkirakan terjadinya konsolidasi tanah asli,maka
pembayaran
SPESIFIKASI TEKNIS
akan dilakukan tergantung apakah timbunan biasa atau
pilihan yang digunakan:

A. Jika bahan Timbunan Biasa digunakan, pengukuran


akan dilakukan:

 Dengan pemasangan pelat dan batang


pengukur penurunan (settlement) yang harus
ditempatkan dan diamati bersama oleh Direksi
Pekerjaan dengan Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan
dapat ditentukan berdasarkan elevasi tanah asli
setelah penurunan (settlement). Pengukuran dengan
cara ini akan dibayar menurut Mata Pembayaran
3.2.1 dan hanya diijinkan jika catatan penurunan
(settlement) yang didokumentasikan dipelihara
dengan baik.

B. Jika bahan Timbunan Pilihan digunakan,


pengukuran akan dilakukan dengan salah satu cara
yang ditentukan menurut pendapat Direksi Pekerjaan
berikut ini:

 Dengan pemasangan pelat dan batang


pengukur penurunan (settlement) yang harus
ditempatkan dan diamati bersama oleh Direksi
Pekerjaan dengan Penyedia Jasa. Kuantitas timbunan
dapat ditentukan berdasarkan elevasi tanah asli
setelah penurunan (settlement). Pengukuran dengan
cara ini akan dibayar menurut Mata Pembayaran
3.2.2dan hanya diijinkan jika catatan penurunan
(settlement) yang didokumentasikan dipelihara
dengan baik..

 Dengan volume gembur yang diukur pada


kendaraan pengangkut sebelum pembongkaran
muatan di lokasi penimbunan. Kuantitas timbunan
kemudian dapat ditentukan berdasarkan penjumlahan
kuantitas bahan yang dipasok, yang diukur dan
dicatat oleh Direksi Pekerjaan, setelah bahan di atas
bak truk diratakan sesuai dengan bidang datar
horisontal yang sejajar dengan tepi-tepi bak truk.
Pengukuran dengan cara ini akan dibayar menurut
Mata Pembayaran 3.2.3 dan hanya akan
diperkenankan bilamana kuantitas tersebut telah
disahkan oleh Direksi Pekerjaan.

c) Timbunan yang dihampar untuk mengganti tanah yang dibuang


oleh Penyedia Jasa untuk dapat memasang pipa, drainase beton, gorong-
gorong, drainase bawah tanah atau struktur, tidak akan diukur untuk
pembayaran dalam Seksi ini, dan biaya untuk pekerjaan ini dipandang
telah termasuk dalam harga satuan penawaran untuk bahan yang
bersangkutan, sebagaimana disyaratkan menurut Seksi lain dari
Spesifikasi ini. Akan tetapi, timbunan tambahan yang diperlukan untuk
mengisi bagian belakang struktur penahan akan diukur dan dibayar
menurut Seksi ini.
SPESIFIKASI TEKNIS
d) Timbunan yang digunakan dimana saja di luar batas Kontrak
pekerjaan, atau untuk mengubur bahan sisa atau yang tidak terpakai,
atau untuk
SPESIFIKASI TEKNIS

menutup sumber bahan, tidak boleh dimasukkan dalam


pengukuran timbunan.

e) Drainase porous akan diukur menurut Seksi 2.4 dari Spesifikasi ini
dan tidak akan termasuk dalam pengukuran dari Seksi ini.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas timbunan yang diukur seperti diuraikan di atas, dalam jarak


angkut berapapun yang diperlukan, harus dibayar untuk per satuan
pengukuran dari masing-masing harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas
dan Harga untuk Mata Pembayaran terdaftar di bawah, dimana harga tersebut
harus sudah merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan, pemasokan,
penghamparan, pemadatan, penyelesaian akhir dan pengujian bahan, seluruh
biaya lain yang perlu atau biaya untuk penyelesaian yang sebagaimana
mestinya dari pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

3.2.(3a) Timbunan Pilihan (diukur diatas bak truk) (Bahan Meter Kubik
Pasir)

3.2.(3b) Timbunan Pilihan (diukur diatas bak truk) Meter Kubik


(Tanah Biasa)

Anda mungkin juga menyukai