Laporan - KSB Siti Ubudiah
Laporan - KSB Siti Ubudiah
Laporan - KSB Siti Ubudiah
Di susun oleh :
SITI UBUDIAH
NIM. 4322318060030
Bismillahirrahmanirrahim
PENDAHULUAN
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
Provinsi Banten.
1. Bagi Peneliti
Banten.
2. Bagi Pembaca
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
2. Sistim pengetahuan
1. Sistim Pengetahuan
a. Pada zaman dahulu
· Barat luryain : Permulaan dari musim kemarau dengan hujan dan angin
sedikit.
· Kulur anak ni aria dan sul kanak : musim hujan mengganas dengan
dengan lebatnya dan Angin teduh dengan dampak hujan, dan terdampar
sekor cacing kecil.
· Kulur silai ni aria : Angin kencang dari sebelah barat, dan sukun menjadi
matang
· Mnaur barat ma timur raendat sir : angin bertiup kadang dari sebelah timur
dan kadang dari sebelah barat.
· Ler lurlyain dan ler metyefu : permulaam musim panas dan angin
timur masih kencang dan badan musim panas merupakan massa yang
cerah dan teduh dan biasa dibuka suatu ladang baru.
Meskipun telah dikenal sistim bulan dan tahun serta adanya PUSKESMAS
dan obat – obatan, masyarakat tetap mempergunakan sistim perhitungan
musim sebagai perhitungan dalam berkebun dan menangkap ikan serta
masyarakatpun selalu menggunakan ramuan – raumuan tradisional untuk
menyembukan penyakit yang diderita seseorang.
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Latar Penelitian
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik, dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
di kp. Seni yudha asri secara mendalam dan komprehensif. Selain itu,
Data yang di butuhkan dalam penelitian ini adalah tuturan dari masyarakat
kampung seni yudha asri yang di rekam dari hasil observasi, selain data
E. Subjek Penelitian
1. Studi dokumentasi
yang akan diteliti mulai dari sejarah dan kesenian yang berada di
daerah tersebut.
2. Metode wawancara
HASIL PENELITIAN
Kampung seni yudha asri, itulah sebutan yang lebih populer saat ini. Di
tempat ini kita bisa menjumpai berbagai macam seni dan budaya, adat istiadat,
Kerajinan tangan, Makanan Khas, Taman, Rumah Tradisional, Saung/Vila,
Gedung Kesenian/Gedung Serba Guna, dan tentunya kesenian tradisional.
Pengunjung pada umumnya sengaja datang ke Kampung Seni Yudha Asri ini
untuk berbagai tujuan, ada yang sengaja bermain/rekreasi, Belajar Seni
Tradisional, Penelitian, Study Tour, Kumpul Bareng atau ada yang bersifat
Kedinasan, misalnya Rapat Dinas, Peresmian, Pengkukuhan, Peliputan dan lain-
lain. Kampung Seni Yudha Asri sejak di resmikan keberadaanya beberapa waktu
lalu, telah banyak hal positif yang telah dilakukan, khususnya menanamkan
kecintaan masyarakat akan Seni Tradisi. Dan sampai saat ini sudah hampir 350
orang belajar seni tradisi, ada yang belajar Rampak Bedug, Bedug Kerok, Kohkol,
Bendrong dan beluk, sesuai dengan kesenangan masing-masing. Hampir dari
kesemuanya terdiri dari Pelajar, ada pelajar SD, SMP, SMA bahkan Perguruan
Tinggi, Organisasi/Sanggar, serta masyarakat umum. Ini merupakan suatu
kebanggaan bagi kita semua, Seni Tradisi dan Budaya Indonesia harus tetap hidup
seiring dengan berkembangnya jaman, dari generasi ke generasi. Jika suatu
bangsa tidak mengenal budaya bangsanya, maka bangsa itu tidak akan pernah ada
sampai kapanpun, karena kebudayaan merupakan identitas, jati diri.
Jupri Noor atau M. Jufri Nur lahir 11 September 1947 di sebuah desa kecil
yang bernama Desa Jambu di Kecamatan Pamarayan, Kab. Serang. Sejak kecil
beliau sangat suka sekali dengan seni tradisional khusunya Seni Beluk, Terbang
Gede, Dzikir Saman dan Rampak Bedug. Bukan hanya beliau, bapak serta
kakeknya pun suka dengan seni tradisional ini. Pelestarian budaya bak sebuah
tahta yang turun-temurun, dari Buyut(abad 17), kakek(abad 18), ayah(abad 19)
dan anak(sekarang), empat generasi telah terlewati sampai dengan saat ini M.
Hafid Nur(Ketua Kampung Seni Yudha Asri). Berkat keseriusan dan kesabaran
mereka dalam menggali dan melestarikan seni, sampai detik ini kita masih bisa
menikmatinya.
Perjalanan dimulai dari tahun 1970-an ketika Jupri Noor hijrah ke Kampung
Yudha (Kampung Seni Yudha Asri), Desa Mander, Kecamatan
Pamarayan(sekarang Kecamatan Bandung). Pada saat itu beliau mulai
mengajarkan agama Islam, Membaca Alquran, Sholat, Puasa dan perintah-
perintah Allah lainya. Kampung Yudha, Desa Mander pada masa lalu masih
terbentang hutan belantara, warganya masih dalam hitungan jari dan dalam
mengamalkan agama Islam masih tergolong rendah. Setelah beliau(Jupri Noor)
datang, semuanya berubah total, semua diajarkan bagaimana memahami agama
Islam dengan baik dan benar. Sambil belajar agama, beliau memperkenalkan seni
dan budaya yang merupakan peninggalan kakek dan ayahnya.
Tidak lama berselang, Jupri Noor menikah dengan salah satu warga Kampung
Yudha, kemudian beliau mulai membangun Kampung Yudha secara bertahap.
Diawali dengan pembangunan Jalan AMD - Koramil, Jalan Mander - ki dalang,
kemudian untuk memperindah kampung, dibangunlah Taman Yudha serta saung-
saung didalamnya. Selama proses pembangunan Kampung, Seni Beluk, Dzikir
Saman, Terbang Gede dan Rampak Bedug tidak ketinggalan, beliau dengan gigih
mengajarkan masyarakatnya untuk memahami dan menjiwai seni ini. Setelah
dinilai berhsail dalam menggarap seni, barulah mulai diperkenalkan kepada
masyarakat umum misalnya dalam acara pernikahan, khitanan serta mengikuti
ajang perlombaan tingkat kabupaten maupun provinsi. Terakhir seni yang
diciptakan oleh beliau adalah Bedug Kerok.
Setelah beliau wafat, tahta seni dilanjutkan kepada anaknya saat ini M. Hafid Nur.
Pada masa kepemimpinan beliau, perkembangan seni begitu pesat. Semua
dihidupkan kembali, dari mulai Tradisi, Budaya dan Seni Tradisional digarap
dengan baik. Dan puncaknya ketika Kampung Yudha diresmikan menjadi
Kampung Seni Yudha Asri pada bulan Januari 2010. Sampai saat ini hampir
setiap hari, kegiatan seni berjalan, dari mulai pembinaan anak-anak sekolah SD,
SMP dan SMA, Pembinaan Sanggar serta Masyarakat umum, Lomba Seni
Tradisioal tingkat Kabupaten dan Provinsi bahkan Nasional, Pembukaan suatu
acara, Pelepasan Siswa, Peliputan Media, Adat Pernikahan dan lain sebagainya.
LAMPIRAN