LP Isk
LP Isk
LP Isk
Disusun Oleh :
Mutia Insani
(1914201075)
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallah wa Ta’ala atas berkat dan
Anak dalam rangka memenuhi tugas Pre Klinik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah
Padang degan judul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Infeksi
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga Laporan Pendahuluan ini
1. Ibu Ns. Ledia Restipa, S. Kep, M. Kep selaku Preceptor Akademik dan dosen
Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
2. Tujuan Penelitian...................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi..................................................................................................................5
2. Anatomi dan Fisiologi...........................................................................................7
3. Etiologi..................................................................................................................9
4. Manifestasi Klinik...............................................................................................13
5. Klasifikasi............................................................................................................15
6. Patofisiologi.........................................................................................................16
7. Patway.................................................................................................................18
8. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................19
9. Penatalaksanaan...................................................................................................20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian Keperawatan.....................................................................................21
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................24
3. Intervensi Keperawatan.......................................................................................30
4. Implementasi Keperawatan.................................................................................35
5. Evaluasi Keperawatan.........................................................................................40
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................70
B. Saran....................................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah infeksi
saluran pernafasan dan dapat menyebabkan sepsis (WHO, 2013). Prevalensi infeksi
berjumlah 90 –100 kasus per 100.000 penduduk pertahun atau sekitar 180.000 kasus
baru pertahun (Depkes RI, 2018). Infeksi Saluran Kemih dapat menyerang segala usia
dari bayi hingga lansia baik perempuan maupun laki–laki (Purnomo, 2019). Penyebab
ke dalam saluran kemih dalam jumlah yang bermakna (≥ 105per mL urin) (Marlina
Bakteri gram negatif sebagian besar menjadi penyebab infeksi saluran kemih
D dan Lydia, A. 2018). Bakteri dalam urin disebut dengan bakteriuria dapat dideteksi
secara akurat dengan kultur urin, namun pengerjaannya membutuhkan waktu yang
cukup lama sehingga dibutuhkan parameter lain berupa nitrit urin (Lisa dan Suryanto,
2016). Bakteri gram negatif mereduksi nitrat menjadi nitrit dengan bantuan enzim
reduktase setelah bakteri mengkontaminasi urin minimal selama 4 jam (Aulia, D dan
Lydia, A. 2018).
disebut dengan bakteri uropatogen dan selanjutnya akan menembus jaringan pada
leukosit yang merupakan barier pertahanan tubuh ke sumber infeksi (Radji, M, 2017).
Peningkatan jumlah leukosit yang melebihi nilai normal dapat ditemukan di dalam
urin dan disebut dengan leukosituria. Leukosituria digunakan sebagai salah satu
penanda adanya infeksi atau peradangan pada saluran kemih yang meliputi ginjal,
dianggap bermakna apabila ditemukan> 5 leukosit per lapang pandang besar (LPB)
(Haris,S dkk,2016).
Parameter pemeriksaan urinalisa nitrit urin dan jumlah leukosit urin digunakan
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih secara cepat sehingga dapat dilakukan
tindakan yang cepat dan tepat terhadap penderita infeksi saluran kemih (Ardhiyand,S
pada anak.Upaya untuk mengurangi infeksi saluran kemih dalam penanganan masalah
tergantung pada kerja sama yang baik anatara perawat, pasien, dan keluarga. Maka
perawatan pada penderita yang dapat di berikan secara komprehensif yaitu membatasi
aktifitas selain itu tindakan yang lain dapat dilakukan yaitu pengaturun pola
teratur dan seimbang mulai dari asuhan pola makan, gaya hidup, kebiasaan
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Kemih (ISK)
BAB II
TINJUAN TEORITIS
A. Pengertian
kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri,
umur karena bisa menyerang semua umur baik anak-anak usia remaja,
dewasa dan lansia. Kebiasaan menahan buang air kecil, kurang minum air
B. Anatomi Fisiologi
Menurut Wong, (2018) Struktur saluran kemih bagian bawah diyakini turut
meningkatkan insidensi bakteriuria pada wanita. Uretra yang pendek dengan panjang
sekitar 2 cm (¾ inci) pada anak perempuan dan 4 cm (1 ½ inci) pada wanita dewasa
kandung kemih. Uretra laki-laki yang panjang (sampai sepanjang 20 cm (8 inci) pada
pria (dewasa) dan sifat antibakteri yang di miliki oleh secret prostat akan menghambat
masuk serta tumbuhnya kuman-kuman pathogen.
Menurut Wong (2018), adapun gambaran klinis dari penyakit infeksi saluran
bertambah, rasa haus berlebihan, sering berkemih, mengejan atau menjerit saat
berkemih, urine berbau busuk, pucat, demam, ruam popok persisten, serangan
kejang (dengan atau tanpa demam) , dehidrasi, pembesaran ginjal atau kandung
kemih.
pembengkakan wajah, kejang, pucat, keletihan, adanya darah dalam urine, nyeri
abdomen atau punggung, edema, hipertensi, tetanus.
C. Etiologi
Menurut sumber Aru S, dkk (2019) mengatakan etiologi dari infeksi saluran
1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung
2. Mobilitas menurun
Escherichia coli (80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainny merupakan
organisme yang paling sering menyebabkan ISK kuman- kuman ini biasanya
ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan ISK
D. Klasifikasi
dua macam yaitu: Infeksi Saluran Kemih uncomplicated (sederhana) dan Infeksi
Saluran Kemih (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran
kemih pada pasien disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang
menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit
sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika disertai
kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit)
adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan
anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini akan
E. Patofisiologi
Sumber Menurut Purnomo, (2017). Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih
atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada
saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berbiak di dalam media
ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari floral normal usus dan hidup
secara komensal di dalam introitus vagina, prepisum kemih melalui uretra- prostrat-
penyebab infeksi (uroptogen) sebagai agentdan epitel saluran kemih sebagai host.
Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahankan tubuh dari host yang
kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur
a. Secara asending
dimana wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki sehingga
insiden terjadinya isk lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi
umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup
b. Secara hematogen
c. Limfogen
piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal.
Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun
akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut
juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di
kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan
biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks
vesikoureter.
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari
kateter atau sistoskop. Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang
menyebar naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal
disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis
woc
Purnomo, (2017)
F. Manifestasi Klinis
1. Bakteriuria
3. Hematuria
4. Nyeri punggung
5. Demam
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Biopsi ginjal : Pengambilan jaringan ginjal dengan teknik terbuka atau perkutan
kemih.
1. Pyelonefritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak
diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut
dan kronik.
I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
berupa:
indikasi.
2. Penatalaksanaan Medis
a. Obat-obatan
3) Anti biotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di
A. Pengkajian
data tentang individu, keluarga, dan kelompok (Carpenito & Moyet, 2009) Proses
1. Identitas pasien
Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnose medis
dan tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung jawab.
2. Keluhan utama.
Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,
biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa
rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-
sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien
mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,
3. Riwayat kesehatan
pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien
biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan
air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan
biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit
kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri
pinggang.
nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu daerah
perjalanan nyeri. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time)
saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami
klien.
turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena
penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan
gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai dapat
d) Riwayat Psikososial
ISK.
5. Pola kebiasaan
Frekuensi makan dan minum dan berkurang karena adanya mual dan muntah
3) Eliminasi
Nyeri suprapubik
Gangguan tidur karena seringnya BAK, adanya rasa nyeri dan rasa mual muntah.
Jika kondisi pasien tidak memungkinkan maka dalam memilih, menenakan, dan
6) Suhu tubuh
8) Menghindari bahaya.
dan keluarga.
perkembangan kesehatannya.
6. Pemeriksaan fisik:
suhu
b) Head To Toe
a) Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi /
lecet
c) Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen /
e) Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab
atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan
pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih /
tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak.
g) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema / tidak
tidak.
abomen
tidak.
7. Pemeriksaan Penunjang
(2009) :
b. Pemeriksaan secara mikro skopik dikatakan positif bila terdapat piuria (>
c. Pemeriksaan urinalisis:
1) Keruh
2) Bakteri
3) Pituria
periode yang singkat, mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, dan
D. Evaluasi Keperawatan
kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan
Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan Keperawatan,
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan
yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Menurut
keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang dikenal
dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses
keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor
kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada
evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan
pada akhir layanan. Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan
keperawatan, yaitu :
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bakteri gram negatif sebagian besar menjadi penyebab infeksi saluran kemih
D dan Lydia, A. 2018). Bakteri dalam urin disebut dengan bakteriuria dapat dideteksi
secara akurat dengan kultur urin, namun pengerjaannya membutuhkan waktu yang
cukup lama sehingga dibutuhkan parameter lain berupa nitrit urin (Lisa dan Suryanto,
2016). Bakteri gram negatif mereduksi nitrat menjadi nitrit dengan bantuan enzim
reduktase setelah bakteri mengkontaminasi urin minimal selama 4 jam (Aulia, D dan
Lydia, A. 2018).
disebut dengan bakteri uropatogen dan selanjutnya akan menembus jaringan pada
leukosit yang merupakan barier pertahanan tubuh ke sumber infeksi (Radji, M, 2017).
Peningkatan jumlah leukosit yang melebihi nilai normal dapat ditemukan di dalam
urin dan disebut dengan leukosituria. Leukosituria digunakan sebagai salah satu
penanda adanya infeksi atau peradangan pada saluran kemih yang meliputi ginjal,
dianggap bermakna apabila ditemukan> 5 leukosit per lapang pandang besar (LPB)
(Haris,S dkk,2016).
Parameter pemeriksaan urinalisa nitrit urin dan jumlah leukosit urin digunakan
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih secara cepat sehingga dapat dilakukan
tindakan yang cepat dan tepat terhadap penderita infeksi saluran kemih (Ardhiyand,S
dan Habib,I. 2016).
B. Saran
acuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan anak pada pasien dengan Infeksi
Adriana. D. (2018). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Selemba
Medika.
dengan Kultur Urin Sebagai Uji Diagnostik Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada
Aulia,D., Lidya,A., 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6, Jilid 1, Internal
Publishing. Jakarta.
http://www.depkes.go.id/index.php/wasada+infeksi+saluran+kemih/.
KDT.
Medika.
Lisa dan Suryanto. 2012. Hubungan Kadar Leukosit Esterase Dengan Kadar Nitrit Di
Yogyakarta.
Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam
Rsudza Banda Aceh. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 1, Mei 2013;
35-47.
Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu
Sudoyo, Aru W., dkk. (2019). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi kelima Jilid II.