0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
13K tayangan35 halaman

LP Isk

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 35

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

PADA PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Disusun Oleh :

Mutia Insani

(1914201075)

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(Ns. Ledia Restipa, M.Kep) ()

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanallah wa Ta’ala atas berkat dan

rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan Keperawatan

Anak dalam rangka memenuhi tugas Pre Klinik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah

Padang degan judul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Infeksi

Saluran Kemih (ISK)”.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terimakasih kepada semua pihak

yang telah memberikan dukungan moril maupun materil sehingga Laporan Pendahuluan ini

dapat selesai. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Ibu Ns. Ledia Restipa, S. Kep, M. Kep selaku Preceptor Akademik dan dosen

keperawatan anak STIKes Alifah Padang

2. Ibu selaku Preceptor Klinik di Ruangan Anak

Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna

menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan ini.

Padang, 02 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah........................................................................................1
2. Tujuan Penelitian...................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi..................................................................................................................5
2. Anatomi dan Fisiologi...........................................................................................7
3. Etiologi..................................................................................................................9
4. Manifestasi Klinik...............................................................................................13
5. Klasifikasi............................................................................................................15
6. Patofisiologi.........................................................................................................16
7. Patway.................................................................................................................18
8. Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................19
9. Penatalaksanaan...................................................................................................20
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian Keperawatan.....................................................................................21
2. Diagnosa Keperawatan........................................................................................24
3. Intervensi Keperawatan.......................................................................................30
4. Implementasi Keperawatan.................................................................................35
5. Evaluasi Keperawatan.........................................................................................40
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................70
B. Saran....................................................................................................................72
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi terbesar kedua setelah infeksi

saluran pernafasan dan dapat menyebabkan sepsis (WHO, 2013). Prevalensi infeksi

saluran kemih Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan data Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, penderita Infeksi Saluran Kemih di Indonesia

berjumlah 90 –100 kasus per 100.000 penduduk pertahun atau sekitar 180.000 kasus

baru pertahun (Depkes RI, 2018). Infeksi Saluran Kemih dapat menyerang segala usia

dari bayi hingga lansia baik perempuan maupun laki–laki (Purnomo, 2019). Penyebab

infeksi saluran kemih adalah adanya invasi dan perkembangbiakan mikroorganisme

ke dalam saluran kemih dalam jumlah yang bermakna (≥ 105per mL urin) (Marlina

dan Samad,R.A 2016).

Bakteri gram negatif sebagian besar menjadi penyebab infeksi saluran kemih

diantaranya Escherichia coli, Enterobakter,Citrobakter, Klebsiella, dan Proteus (Aulia,

D dan Lydia, A. 2018). Bakteri dalam urin disebut dengan bakteriuria dapat dideteksi

secara akurat dengan kultur urin, namun pengerjaannya membutuhkan waktu yang

cukup lama sehingga dibutuhkan parameter lain berupa nitrit urin (Lisa dan Suryanto,

2016). Bakteri gram negatif mereduksi nitrat menjadi nitrit dengan bantuan enzim

reduktase setelah bakteri mengkontaminasi urin minimal selama 4 jam (Aulia, D dan

Lydia, A. 2018).

Bakteri mempunyai faktor virulensi spesifik untuk menginfeksi uroepitel

disebut dengan bakteri uropatogen dan selanjutnya akan menembus jaringan pada

saluran kemih menyebabkan kerusakan jaringan dan infeksi sehingga respon

pertahanan tubuh teraktivasi. Peran sistem imun dalam melawan infeksi

mikroorganisme diantaranya melalui aktivasi dan mobilisasi sel polimorfonuklear dan

makrofag ke tempat infeksi. Hal tersebut menyebabkan adanya peningkatanjumlah

leukosit yang merupakan barier pertahanan tubuh ke sumber infeksi (Radji, M, 2017).
Peningkatan jumlah leukosit yang melebihi nilai normal dapat ditemukan di dalam

urin dan disebut dengan leukosituria. Leukosituria digunakan sebagai salah satu

penanda adanya infeksi atau peradangan pada saluran kemih yang meliputi ginjal,

ureter, kandung kemih, dan uretra (Roring,A.Gdkk, 2016).Leukosituria dapat di

deteksi salah satunya melalui pemeriksaan mikroskopik. Jumlah leukosit urin

dianggap bermakna apabila ditemukan> 5 leukosit per lapang pandang besar (LPB)

(Haris,S dkk,2016).

Parameter pemeriksaan urinalisa nitrit urin dan jumlah leukosit urin digunakan

pada pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan skrining maupun dalam

menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih secara cepat sehingga dapat dilakukan

tindakan yang cepat dan tepat terhadap penderita infeksi saluran kemih (Ardhiyand,S

dan Habib,I. 2016).

Dampak dari infeksi saluran kemih akan mempengaruhi tumbuh kembang

pada anak.Upaya untuk mengurangi infeksi saluran kemih dalam penanganan masalah

tergantung pada kerja sama yang baik anatara perawat, pasien, dan keluarga. Maka

perawatan pada penderita yang dapat di berikan secara komprehensif yaitu membatasi

aktifitas selain itu tindakan yang lain dapat dilakukan yaitu pengaturun pola

makan,mempertahankan cairan tubuh,dengan menerapkan pola kehidupan yang sehat,

teratur dan seimbang mulai dari asuhan pola makan, gaya hidup, kebiasaan

keseharaian yang dilakukan, olahraga dsb sebagai penunjang pemeliharaan kesehatan

Berdasarkan pembahasan diatas, penulis tertarik dalam membuat laporan pendahuluan

dengan judul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Infeksi

Saluran Kemih (ISK)”

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk dapat memberikan gambaran “Asuhan Keperawatan Anak Dengan

Infeksi Saluran Kemih (ISK)”.


1. Tujuan Khusus

1. Mampu menjelaskan mengenai pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK)

2. Mampu menjelaskan mengenai anatomi fisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)

3. Mampu menjelaskan mengenai etiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)

4. Mampu menjeaslakan mengenai manfestasi Infeksi Saluran Kemih (ISK)

5. Mampu menjelaskan mengenai patofisiologi Infeksi Saluran Kemih (ISK)

6. Mampu menjelaskan mengenai komplikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK)

7. Mampu menjelaskan mengenai penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih (ISK)

8. Mampu menjelaskan dan memhami konsep asuhan keperawatn Infeksi Saluran

Kemih (ISK)
BAB II

TINJUAN TEORITIS

A. Pengertian

Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya

mikroorganisme dedalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air

kemih tidak mengandung bakteri, virus, mikroorganisme lain. Infeksi

Saluran Kemih adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan

pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri dalam saluran kemih,

meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah

bakteriuria yang bermakna (Widagdo, 2016). Infeksi Saluran Kemih adalah

infeksi akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran

kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri,

virus atau mikroorganisme lain. (Sudoyo Aru,dkk 2019).

Kesimpulan dari defenisi tentang penyakit infeksi saluran kemih di atas

yaitu dapat disimpulkan infeksi saluran kemih adalah penyakit yang

bertumbuhnya kuman di saluran kemih yang dapat menyerang lebih banyak

pada anak perempuan dibandingkan laki-laki dan juga tidak memandang

umur karena bisa menyerang semua umur baik anak-anak usia remaja,

dewasa dan lansia. Kebiasaan menahan buang air kecil, kurang minum air

putih dan (air kencing susah keluar dan sedikit).

B. Anatomi Fisiologi

Menurut Wong, (2018) Struktur saluran kemih bagian bawah diyakini turut

meningkatkan insidensi bakteriuria pada wanita. Uretra yang pendek dengan panjang

sekitar 2 cm (¾ inci) pada anak perempuan dan 4 cm (1 ½ inci) pada wanita dewasa

memberikan kemudahan jalan masuk invasi organisme. Di samping itu, penutupan

uretra pada akhir mikturisi dapat mengembalikan bakteri pengontaminasi ke dalam

kandung kemih. Uretra laki-laki yang panjang (sampai sepanjang 20 cm (8 inci) pada

pria (dewasa) dan sifat antibakteri yang di miliki oleh secret prostat akan menghambat
masuk serta tumbuhnya kuman-kuman pathogen.

Gambar 1. Anatomi Saluran Kemih (Sumber: Kasper, 2018)

Menurut Wong (2018), adapun gambaran klinis dari penyakit infeksi saluran

kemih (ISK) yaitu :

a. Periode neonates (Lahir hingga usia 1 bulan)

kemampuan menyusu buru, muntah-muntah (vomitus) , berat badan tidak

bertambah, Respirasi cepat (asidosis), gawat nafas (distres pernafasan) ,

pneumomediastinum atau pneumotoraks spontan, sering berkemih, pancaran

urine buruk, ikterus, kejang,dehidrasi, anomali atau stigmata lainnya, pembesaran

ginjal atau kandung kemih.

b. Periode bayi (1 bulan hingga 24 bulan)

Kemampuan menyusu buruk, muntah-muntah (vomitus), berat badan tidak

bertambah, rasa haus berlebihan, sering berkemih, mengejan atau menjerit saat

berkemih, urine berbau busuk, pucat, demam, ruam popok persisten, serangan

kejang (dengan atau tanpa demam) , dehidrasi, pembesaran ginjal atau kandung

kemih.

c. Periode Kanak-kanak (2 tahun hingga 14 tahun)

Selera makan buruk, muntah-muntah (vomitus), gagal tumbuh, rasa haus

berlebihan, Enuresis, inkontinensia, sering berkemih, nyeri saat berkemih,

pembengkakan wajah, kejang, pucat, keletihan, adanya darah dalam urine, nyeri
abdomen atau punggung, edema, hipertensi, tetanus.

C. Etiologi

Menurut sumber Aru S, dkk (2019) mengatakan etiologi dari infeksi saluran

kemih penyebab terseringnya adalah E.coli. Penyebab lain ialah klebsiela,

enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok.

a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :

1. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated( simple )

2. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated

3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain

b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :

1. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan kandung

kemih yang kurang efektif.

2. Mobilitas menurun

3. Nutrisi yang sering kurang baik

4. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral

5. Adanya hambatan pada aliran darah

6. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan Infeksi Saluran Kemih,

Escherichia coli (80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif lainny merupakan

organisme yang paling sering menyebabkan ISK kuman- kuman ini biasanya

ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yang menyebabkan ISK

antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus,

dan Staphylococcus koagulse- negatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya

Infeksi Saluran Kemih di masa kanak-kanak (Wong, 2018).

D. Klasifikasi

Menurut Purnomo (2016), Iinfeksi Saluran Kemih diklasifikasikan menjadi

dua macam yaitu: Infeksi Saluran Kemih uncomplicated (sederhana) dan Infeksi

Saluran Kemih (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran

kemih pada pasien disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih.
ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang

menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit

sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika disertai

kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit)

adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan

anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini akan

menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika

E. Patofisiologi

Sumber Menurut Purnomo, (2017). Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih

atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi pada

saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berbiak di dalam media

urine. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara : 1) ascending, 2)

hematogen seperti pada penularan M. tubercolisatau S aureus, 3) limfogen, dan 4)

langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah terinfeksi. Sebagianbesar

mikro-organisme memasuki saluran kemih melalui cara asending. Kuman penyebab

ISK pada umumnya adalah kuman yang berasal dari floral normal usus dan hidup

secara komensal di dalam introitus vagina, prepisum kemih melalui uretra- prostrat-

vas deferens-testis (pada pria)-buli-buli-ureter, dan sampai ke ginjal. Terjadi infeksi

saluran kemih karena adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme

penyebab infeksi (uroptogen) sebagai agentdan epitel saluran kemih sebagai host.

Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahankan tubuh dari host yang

menurun atau karena virulensi agent meningkat

Hariyono, Rudi. (2016) infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya

mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius.Mikroorganisme ini masuk melalui

kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur

utama terjadi isk, yaitu ansending dan hematogen.

a. Secara asending

1) Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain faktor anatomi

dimana wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada laki-laki sehingga
insiden terjadinya isk lebih tinggi, faktor tekanan urin saat miksi, kontaminasi

fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan sitoskopik,

pemakaian kateter), adanya dekubitus yang terinfeksi.

2) Naiknya bakteri dari kandung kemih keginjal

Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjalKuman penyebab ISK pada

umumnya adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup

secara komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum,

dan di sekitar anus.

b. Secara hematogen

Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga

mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada beberapa hal yang

memengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran

hematogen, yaitu adanya bendungan total urin yang mengakibatkan distensi

kandung kemih, bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dll.

c. Limfogen

Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri

piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal.

Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun

ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui

aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %. Pielonefritis

akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut

juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di

kedua ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan

biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks

vesikoureter.

Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh

menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine dari

uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal, pemakaian

kateter atau sistoskop. Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang
menyebar naik yang digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal

disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis

nongonoreal; uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya

disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma uren.

woc

Purnomo, (2017)
F. Manifestasi Klinis

Tanda Gejala Infeksi Saluran Kemih Digiulio, Mary, dkk. ( 2016).

1. Bakteriuria

2. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih (sistisis)

3. Hematuria

4. Nyeri punggung

5. Demam

6. Menggigil, nyeri ketika berkemih

7. Terdesak kencing (urgency), disuria

8. Frekuensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih

9. Urgensi terkait dengan iritasi otot kandung kemih

G. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Wong (2018), jenis-jenis pemeriksaan diagnostic pada infeksi saluran

kemih (ISK) yaitu :

1. Biopsi ginjal : Pengambilan jaringan ginjal dengan teknik terbuka atau perkutan

untuk pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan mikroskop cahaya,

electron, atau imunofluresen.

2. Pemeriksaan USG ginjal atau kandung kemih : Transmisi gelombang ultrasonic

melalui parenkim ginjal, di sepanjang saluran ureter dan di daerah kandung

kemih.

3. Pemeriksaan USG (skrotum) : Transmisi gelombang ultrasonic melewati si

skrotum dan testis.

4. Computed tomography (CT) : Pemeriksaan dengan sinar-X pancaran sempit

dan analisis computer akan menghasilkan rekonstruksi area yang tepat.

5. Pemerikaan kultur dan sensitivitas urine : Pengumpulan specimen steril

Pemeriksaan urinalisasi dapat di temukan protenuria, leukosituria, (Leukosit

>5/LPB), Hematuria (eritrosit >5/LPB).


H. Komplikasi

Menurut Purnomo (2016), adapun komplikasi yang ditimbulkan yaitu :

1. Pyelonefritis

Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan

jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.

2. Gagal Ginjal

Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau tidak

diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut

dan kronik.

I. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan Keperawatan

Menurut M. Clevo Rendy dan Margareth TH (2012 : hal. 221),

pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala

dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah

infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka

kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan Perawatan dapat

berupa:

a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra

indikasi.

b. Perubahan pola hidup diantaranya :

1) Membersihkan perineum dari depan ke belakang

2) Pakaian dalam dari bahan katun

3) Menghindari kopi, alkohol

2. Penatalaksanaan Medis

a. Obat-obatan

1) Anti biotik : Untuk menghilangkan bakteri.

2) Anti biotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu

3) Anti biotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di

ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu


4) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum

tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan

lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.

b. Analgetik dan Anti spasmodik

Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh penderita

c. Obat golongan Venozopyridine : Pyridium.

Untuk meredakan gejala iritasi pada saluran kemih


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A. Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan

data tentang individu, keluarga, dan kelompok (Carpenito & Moyet, 2009) Proses

pengkajian pertama dilakukan adalah pengumpulan data :

1. Identitas pasien

Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnose medis

dan tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung jawab.

2. Keluhan utama.

Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan pasien,

biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa

rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-

sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien

mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,

muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.

3. Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan

pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien

biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan

air kemih sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan

biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit

kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri

pinggang.

Pengkajian nyeri dilakukan dengan cara PQRST : P (pemicu) yaitu

faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri. Q (quality) dari

nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu daerah
perjalanan nyeri. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time)

adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

b) Riwayat kesehatan dahulu

Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab infeksi

saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami

klien.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat

meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit

turunan seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena

penyakit ini lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan

gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai dapat

memperburuk atau memperparah keadan klien.

d) Riwayat Psikososial

Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya

berinteraksi dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit.

e) Riwayat kesehatan lingkungan.

Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya penyakit

seperti stafilokok, juga kuman lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya

ISK.

4. Data tumbuh kembang

Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan

mengumpulkan data lumbang dan dibandindingkan dengan ketentua- ketentuan

perkembangan normal. Perkembangan motorik, perkembangan bahasa,

perkembangan kognitif, perkembangan emosional, perkembangan kepribadian

dan perkembangan sosial.

5. Pola kebiasaan

Kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson (2008):


1) Pernapasan

Frekuensi pernapasan meningkat

2) Makan dan minum

Frekuensi makan dan minum dan berkurang karena adanya mual dan muntah

3) Eliminasi

BAB : Tidak ada keluhan

BAK : Adanya dysuria

Frekuensi miksi yang bertambah

Nyeri suprapubik

Bau urine yang tidak menyenangkan dan berwanra keruh

Pergerakan yang berhubungan dengan sikap

Terbatasnya pergerakan karena adanyan yeri dan kelemahan fisik

4) Istirahat dan tidur

Gangguan tidur karena seringnya BAK, adanya rasa nyeri dan rasa mual muntah.

5) Memilih, menggenakan dan melepaskan pakayan

Jika kondisi pasien tidak memungkinkan maka dalam memilih, menenakan, dan

melepaskan pakayan dibantu oleh perawat dan keluarga.

6) Suhu tubuh

Peningkatan suhu tubuh disertai dengan demam

7) Kebersihan dan kesegaran tubuh

Pasien Infeksi Saluran Kemih dengan pergerakan terbatas dalam melaksanakan

personal higyene dibantu oleh perawat dan keluarga

8) Menghindari bahaya.

Kemungkinan karena kelemahan fisik maka pasien diawasi atau didampingi

keluarga atau perawat.

9) Beribadah sesuai keyakinan.

Pada umumnya pasien lebih mendekatkan diri pada TYME

10) Komunikasi dengan orang lain.

Pasien kurang berkomunikasi karena adnya nyeri dan kelemahan fisik


11) Mengerjakan dan melaksanakan sesuai perasaa

Dalam mengerjakan dan melaksanakan aktifitasnyapasien dibantu oleh perawat

dan keluarga.

12) Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi

Pasien tidak mampu melaksanakan rekreasi karena penyakitnya

13) Belajar dan memuaskan keingintahuan yang mengarah pada perkembangan

kesehatannya. Pasien sering meminta informasi tentang penyakitnya dan

perkembangan kesehatannya.

14) Pemeriksaan Fisik

Menurut Asmadi, (2008) pemeriksaan fisik yang dapat di lakukan yaitu :

6. Pemeriksaan fisik:

a) Pemeriksaan kesadaran klie, BB / TB, tekanan darah, nadi, pernafasan dan

suhu

b) Head To Toe

a) Rambut : warna rambut, jenis rambut, bau nya, apakah ada luka lesi /

lecet

b) Mata : sklera nya apakah ihterik / tdk, konjungtiva anemis / tidak,

apakah palpebra oedema / tidak,bagaimana fungsi penglihatan nya baik

/ tidak, apakah klien menggunakan alat bantu penglihatan / tidak. Pada

umu nya ibu hamil konjungtiva anemis

c) Telinga : apakah simetris kiri dan kanan, apakah ada terdapat serumen /

tidak, apakah klien menggunakan alt bantu pendengaran / tidak,

bagaimana fungsi pendengaran klien baik / tidak

d) Hidung : apakah klien bernafas dengan cuping hidung / tidak, apakah

terdapat serumen / tidak, apakah fungsi penciuman klien baik / tidak

e) Mulut dan gigi : bagaimana keadaan mukosa bibir klien, apakah lembab

atau kering, keadaan gigi dan gusi apakah ada peradangan dan

pendarahan, apakah ada karies gigi / tidak, keadaan lidah klien bersih /
tidak, apakah keadaan mulut klien berbau / tidak.

f) Leher : apakah klien mengalami pembengkakan tyroid

g) Genitalia : apakah ada varises atau tidak, apakah ada oedema / tidak

pada daerah genitalia klien, kebersihan genetalia apakah terjaga atau

tidak.

h) Abdomen: Apakah ada nyeri tekan, membuncit, dan kelainan pada

abomen

i) Thorak : Lapang paru, pernafasan, frekunesi nafas, gangguan pernafasan

j) Thorak : Jantung, ictus cordis teraba, terlihat, kelaina irama jantung

k) Payudara : Bentuk abnomal, keadaan putik,aelora

l) Intergumen : warna kulit, keadaan kulit, dan turgor kulit baik /

tidak.

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Penunjang Menurut Sumber Buku Saku Keperawatan Pediatri,

(2009) :

a. Diagnosis pasti dikatakan dengan kulturorganisme melalui urine Dipakaites

stick untuk mengetahui adanya proteinuria, hematuria, glukosuriadan PH

b. Pemeriksaan secara mikro skopik dikatakan positif bila terdapat piuria (>

2000 leukosit/ml) pada pasien dengan gejala ISK

c. Pemeriksaan urinalisis:

1) Keruh

2) Bakteri

3) Pituria

4) Sel darah putih

5) Sel darah merah mungkin ada.


B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi traktus urinarius.

2. Hipertermia berhubungan dengan Proses penyakit

3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada kandung


B. Intervensi Keperawatan

NO Diagnosa Keperawatan SLKI SDKI


1 Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi selama 3x24 Manajemen Nyeri Observasi
jam. Maka tingkat nyeri menurun, dengan  lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
3. Sikap protektif menurun  Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Gelisah menurun memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Pemberian Analgetik
Observasi
 Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
 Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
Narkotika, non-narkotika, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
 Monitor efektifitas analgesik
 Terapeutik
 Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk
mencapai analgesia optimal, jika perlu
 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus
opioid untuk mempertahankan kadar dalam serum
 Tetapkan target efektifitas analgesic untuk
mengoptimalkan respon pasien
 Dokumentasikan respon terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
Edukasi
 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
2 Hipertermia Termoregulasi Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan intervensi selama Observasi
….x…… jam, maka hipertermia menurun  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan keriteria hasil kualitas, intensitas nyeri
1. Menggigil menurun  Identifikasi skala nyeri
2. Tidak tampak kulit yang memerah  Identifikasi respons nhyeri non verbal
3. Tidak ada kejang  Identifikasi faktor yang memperberat dan
4. Tidak tampak Akrosianosis memperingan nyeri
5. Konsumsi oksigen menurun  Identifikasi pengetahuan dan keyaninan tentang nyeri
6. Piloereksi menurun
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Idak tampak pucat
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Tidak terdapat takikardia
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang
9. Tidak tampak takipnea
sudah diberikan
10. Tidak terdapat bradikardia
 Monitor efek samping penggunaan analgetik
11. Tidak ada hipoksia
Terapeutik
12. Suhu tubuh membaik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
13. Suhu kulit membaik
rasa nyeri
14. Kadar glukosa membaik
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
 Terapi relaksasi
Observasi
 Identifikasi penurunan energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengangu
kemampuan kognitif
 Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif
digunakan
 Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan
teknik sebelumnya
 Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Terapeutik
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan tenang tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu ruangan
3 Gangguan eliminasi urin Setelah dilakukan asuhan keperawatan Perawatan Retensi Urine
selama ….x… jam, diharapkan gangguan  Monitor tingkat distensi kandung kemih dengan
eliminasi urin yang dirasakan pasien palpasi dan perkusi
berkurang dengan kriteria hasil :  Berikan rangsangan berkemih (kompres dingin pada
1. Sensasi berkemih meningkat abdomen)
2. Distensi kandung kemih meningkat  Jelaskan penyebab retensi urine
3. Berkemih tidak tuntas menurun  Ajarkan cara melakukan rangsangan berkemih
4. Kontinensia urin
5. Kemampuan berkemih meningkat
6. Residu volume setelah berkemih
menurun
C. Impelemntasi

Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun

pada tahap perencanaan (intervensi). Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat

kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan

keperawatan, strategi implementasi keperawatan dan kegiatan komunikasi.

Tujuan implementasi adalah melaksanakan hasil dari rencana keperawatan

untuk selanjutnya di evaluasi untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien dalam

periode yang singkat, mempertahankan daya tahan tubuh, mencegah komplikasi, dan

menemukan perubahan sistem tubuh.

D. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi adalah

kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat dan

anggota tim kesehatan lainnya (Padila, 2012).

Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan Keperawatan,

Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan

pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan

dengan melibatkan pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan

yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Menurut

(Asmadi, 2008)Terdapat 2 jenis evaluasi :

1. Evaluasi formatif (Proses)

Evaluasi formatif berfokus pada aktifitas proses keperawatan dan hasil

tindakan keperawatan. Evaluasi ini dilakukan segera setelah perawat

mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi ini meliputi 4 komponen yang dikenal

dengan istilah SOPA, yakni subjektif (data keluhan pasien), objektif (data hasil

pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori), dan perencanaan.


2. Evaluasi sumatif (hasil)

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas proses

keperawatan selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor

kualitas asuhan keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada

evaluasi jenis ini adalah melakukan wawancara pada akhir pelayanan, menanyakan

respon pasien dan keluarga terkai pelayanan keperawatan, mengadakan pertemuan

pada akhir layanan. Ada tiga kemungkinan hasil evaluasi dalam pencapaian tujuan

keperawatan, yaitu :

1) Tujuan tercapai/masalah teratasi

2) Tujuan tercapai sebagian/masalah teratasi sebagian

3) Tujuan tidak tercapai/masalah belum teratasi


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bakteri gram negatif sebagian besar menjadi penyebab infeksi saluran kemih

diantaranya Escherichia coli, Enterobakter,Citrobakter, Klebsiella, dan Proteus (Aulia,

D dan Lydia, A. 2018). Bakteri dalam urin disebut dengan bakteriuria dapat dideteksi

secara akurat dengan kultur urin, namun pengerjaannya membutuhkan waktu yang

cukup lama sehingga dibutuhkan parameter lain berupa nitrit urin (Lisa dan Suryanto,

2016). Bakteri gram negatif mereduksi nitrat menjadi nitrit dengan bantuan enzim

reduktase setelah bakteri mengkontaminasi urin minimal selama 4 jam (Aulia, D dan

Lydia, A. 2018).

Bakteri mempunyai faktor virulensi spesifik untuk menginfeksi uroepitel

disebut dengan bakteri uropatogen dan selanjutnya akan menembus jaringan pada

saluran kemih menyebabkan kerusakan jaringan dan infeksi sehingga respon

pertahanan tubuh teraktivasi. Peran sistem imun dalam melawan infeksi

mikroorganisme diantaranya melalui aktivasi dan mobilisasi sel polimorfonuklear dan

makrofag ke tempat infeksi. Hal tersebut menyebabkan adanya peningkatanjumlah

leukosit yang merupakan barier pertahanan tubuh ke sumber infeksi (Radji, M, 2017).

Peningkatan jumlah leukosit yang melebihi nilai normal dapat ditemukan di dalam

urin dan disebut dengan leukosituria. Leukosituria digunakan sebagai salah satu

penanda adanya infeksi atau peradangan pada saluran kemih yang meliputi ginjal,

ureter, kandung kemih, dan uretra (Roring,A.Gdkk, 2016).Leukosituria dapat di

deteksi salah satunya melalui pemeriksaan mikroskopik. Jumlah leukosit urin

dianggap bermakna apabila ditemukan> 5 leukosit per lapang pandang besar (LPB)

(Haris,S dkk,2016).

Parameter pemeriksaan urinalisa nitrit urin dan jumlah leukosit urin digunakan

pada pemeriksaan laboratorium sebagai pemeriksaan skrining maupun dalam

menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih secara cepat sehingga dapat dilakukan

tindakan yang cepat dan tepat terhadap penderita infeksi saluran kemih (Ardhiyand,S
dan Habib,I. 2016).

B. Saran

Diharapkan lapaoran pendahuluan ini dapat menjadi penambah wawasan dan

acuan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan anak pada pasien dengan Infeksi

Saluran Kemih (ISK).


DAFTAR PUSTAKA

Adriana. D. (2018). Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Selemba

Medika.

Ardhiyand.S dan Habib,I. 2016. Perbandingan Hasil Pemeriksaan Urinalisis Nitrit

dengan Kultur Urin Sebagai Uji Diagnostik Infeksi Saluran Kemih (ISK) Pada

Pasien Dengan Kateterisasi Uretra. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Universitas Muhammadiyah Yogyakart

Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

Aulia,D., Lidya,A., 2016. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6, Jilid 1, Internal

Publishing. Jakarta.

Carpenito, Moyet. (2001). Buku saku diagnosa keperawatan. Jakarta: EGC.

Depkes RI. (2018. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI 2018, Waspada Infeksi Saluran Kemih:

http://www.depkes.go.id/index.php/wasada+infeksi+saluran+kemih/.

Digiulio, Mary ., dkk. 2016. Keperawatan Medikal Bedah . Yogyakarta: KDT

Hariyono, Rudi. 2016. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Perkemihan. Yogyakrta:

KDT.

Hidayat A, Aziz (2018). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba

Medika.

Lisa dan Suryanto. 2012. Hubungan Kadar Leukosit Esterase Dengan Kadar Nitrit Di

Urin Pada Pasien Klinis Infeksi Saluran Kemih RS PKU Muhammadiyah,

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah,

Yogyakarta.

Marlina dan Samad,R.A., 2013. Hubungan Pemasangan Kateter Dengan Kejadian

Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien Di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam

Rsudza Banda Aceh. Jurnal Keperawatan Medikal Bedah . Volume 1, No. 1, Mei 2013;

35-47.
Soetjiningsih. 2012. Perkembangan Anak dan Permasalahannya dalam Buku Ajar I Ilmu

Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta :Sagungseto .

Sudoyo, Aru W., dkk. (2019). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi kelima Jilid II.

Jakarta: Interna Publishing.

Anda mungkin juga menyukai