LP Bronkoskopi Ai Tumor Paru
LP Bronkoskopi Ai Tumor Paru
LP Bronkoskopi Ai Tumor Paru
Disusun Oleh :
Dede Rahma Aldany, S. Kep
Nim :
1. Pengertian
Tumor paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari
pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel
jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh
masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker
Tumor dibagi mejadi dua golongan besar yaitu tumor jinak (benign)
dan tumor ganas (malignant) atau yang popular dengan sebutan kanker. Dan
defenisi kanker paru adalah tumor ganas primer yang berasal dari saluran
manusia yang berfungsi sebagai tempat lintasan dan tempat pertukaran gas
yang diperlukan untuk proses pernafasan (Asih, 2016). Saluran pernafasan
a) Trakhea
kanan dan kiri yang terletak didalam rongga dada. Didalam paru-
eksternal dan aliran darah. Setiap alveolus terdiri atas ruang udara
atas satu lapis epitel skuamosa. Diantara sel epitel terdapat sel-sel
khusus yang menyekresi lapisan molekul lipid seperti deterjen yang
c) Paru-paru
yang lebih kecil, pertama disebut lobus. Paru kanan terdiri atas tiga
lobus dan lebih besar dari kiri yang hanya terdiri atas dua lobus.
pembuluh limfatik.
saat bernafas.
d) Thoraks
Rongga thoraks terdiri atas rongga pleura kanan dan kiri dan
masing iga.
5) Otot perut yang menarik iga kebawah sekaligus membuat isi perut
2015).
adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan
udara ruangan sepi anatomik saluran udara dan dengan uap air.
(Price, 2015).
faktor utama.
3. Etiologi
Umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru
belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain. Dibawah ini akan
berhenti merokok.
antara perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh
orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru.
tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat
kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di
masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan
berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian
merokok.
dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru
obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena
kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Price dan Wilson,
2016)
4. Faktor Resiko
Hingga saat ini belum ada metode skrining yang sesuai bagi kanker
deteksi kanker paru terbatas pada kelompok pasien risiko tinggi. Kelompok
pasien dengan risiko tinggi mencakup pasien usia > 40 tahun dengan
riwayat merokok ≥30 tahun dan berhenti merokok dalam kurun waktu 15
tahun sebelum pemeriksaan, atau pasien ≥50 tahun dengan riwayat merokok
≥20 tahun dan adanya minimal satu faktor risiko lainnya. Faktor risiko
kanker paru lainnya adalah pajanan radiasi, paparan okupasi terhadap bahan
kimia karsinogenik, riwayat kanker pada pasien atau keluarga pasien, dan
riwayat penyakit paru seperti PPOK atau fibrosis paru. Pada pasien berisiko
low-dose CT scan untuk skrining kanker paru setiap tahun, selama 3 tahun,
20%.
5. Patofisiologi
timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebrae. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus
tulang rangka.
6. WOC
-Asap rokok
-Polusi Udara
-Pemajanan Okupasi
Peradangan Kronik
Karsinoma paru
Batuk
Penurunan ekspansi paru
Sesak nafas
Malaise
Intoleran aktivitas
gejala klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium
2) Hemoptisis
5) Ateletaksis
b. Invasi lokal :
1) Nyeri dada
simpatis servikalis
mestasis)
6) Hipertrofi osteoartropati
7) Neurologic : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
8) Neuromiopati
secara radiologis
8. Pemeriksaan Diagnostik
d. Bronkoskopi
h. Faal paru
i. Radiologi
j. Imunologi
a. Kuratif
hidup pasien.
b. Paliatif
d. Suportif
antiinfeksi.
a. Pembedahan
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
terkena kanker.
b. Kemoterapi
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
c. Radioterapi radikal, digunakan pada kasus kanker paru bukan sel kecil
lokal.
g. Penatalaksanaan Perawat:
1. Pengertian.
disebut biopsi.
Bronkoskop dimasukkan melalui mulut atau hidung. Alat ini dilengkapi
2. Indikasi
paru yang tak kunjung hilang, seperti peradangan tabung bronkus, batuk
memberikan hasil yang tidak normal atau mencurigakan. Saat ini, beberapa
menghancurkan tumor.
apakah masa atau sel di jaringan bersifat jinak atau ganas (kanker). Pada
terjadi ketika udara yang keluar dari paru-paru berkumpul di sekitar paru-
paru dan memberikan tekanan yang besar. Hal ini dapat menyebabkan
bernapas.
untuk tidak minum dan melakukan kegiatan yang berat selama 24-48 jam
berikutnya.
bronkoskop yang kaku, selama tindakan harus ada ahli obat bius untuk
melakukan pengawasan.
seperti detak jantung dan tekanan darah. Oksigen dapat diberikan ke pasien
dimasukkan melalui mulut atau hidung, melewati pita suara, saluran udara,
dan paru-paru.
spesialis juga dapat memilih untuk melakukan aspirasi jarum atau biopsi
atau mukus.
4. Komplikasi
pendarahan ringan sampai 2 hari. Suara pasien dapat terdengar serak dan
semua hal tersebut akan berhenti setelah beberapa hari dan dapat diobati
oleh ahli paru-paru dengan mudah. Risiko dan komplikasi yang lebih serius
a. Pengkajian
Identitas Klien
Meliputi nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, No. MR,
sumber informasi dan diagnosa medis.
b. Pengkajian ABCDE
1) Airway
1) Terdapat secret dijalan nafas (sumbatan jalan nafas)
2) Bunyi nafas krekels, rochi, dan wheezing
2) Breathing
a) Distress pernapasan cuping hidung, takhipnea/ bradipne
b) Mengunakan otot pernapasan
c) Kesulitan bernapas: sianosis
d) Pernapasan memakai alat bantu nafas
3) Circulation
a) Penurunan curah jantung, gelisah, letargi, takikardi
b) Gangguan tingkat kesadaran: gelisah, mengantuk, gangguan metal (ansietas)
4) Disability
5) Exposure
c. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang, meliputi
a) Keluhan utama
b) Keluhan pada saat pengkajian
Pada saat pengkajian klien dengan gagal nafas terdengar suara
tambahan, adanaya retraksi dada, penurunan kesadaran,sianosis, takikardi,
gelisah dll.
d. Riwayat kesehatan lalu
Pada klien dengan gagal nafas mengalami penyakit yang emnyangkut tentang
system pernafasan misalnya asma, infeksi pada paru dll.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Adanya riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan
pasien atau penyakit yang menyakut denagn system pernapasan.
Genogram merupakan silsilah keluarga yang dikaji keluarga klien dengan
memulai ari 3 generasi sebelumnya. Pada genogram biasanya terlihat riwayat
penyakit yang sama.
f. Pemeriksaan fisik
Perlu dikaji :
1) Keadaan umum : lemah dan pucat
2) Kesadaran : composmentis/ kesadaran menurun
3) Tanda tanda vital :
a) Tekanan darah : normal/ menurun (kurang dari 90-100)
b) Denyut nadi : normal. Meningkat (100x-120x/menit)
c) Suhu : norma/ meningkat
d) Pernapasan :28-34x/ menit
4) Kepala
Dikaji :
Inspeksi :Keadaan rambut dan hygiene kepala
a) Warna rambut : biasanya tidak ditemukan kelainan
b) Penyebaran : biasanya tidak ditemukan kelainan
c) Mudah rontok : biasanya tidak ditemukan kelainan
d) Kebersihan rambut : biasanya tidak ditemukan masalah
Palpasi
a) Benjolan : biasanya tidak ditemukan.
b) Nyeri tekan : biasanya tidak ada
c) Tekstur rambut : biasanya tidak ada masalah.
5) Muka
Inspeksi
a) Simetris/ tidak : biasanya simetris
b) Bentuk wajah : biasanay tidak ditemukan masalah
c) Gerakan abnormal : biasanya tidak ada
Palpasi
a) Nyeri tekan : biasanya tidak ada
b) Data lain : yang perlu dikaji
6) Mata
Inspeksi
a) Pelpebra : biasanya edema ditemukan, tidak ada peradangan
b) Sklera : pada stadium lanjut bisa terjadi ikterik
c) Conjunctiva : bisa anemis dan bisa tidak
d) Pupil : padaa keadaan sadar bisa isokor
Reflek pupil terhadap cahaya : +/+
e) Posisi mata : simetris kiri dan kanan
f) Gerakan bola mata : biasanay simetris
g) Keadaan bulu mata : biasanya baik
h) Keadaan visus mata : biasanya baik
i) Penglihatan : biasanya baik
7) Hidung dan sinus
Inspeksi
a) Posisi hidung : biasanya lurus
b) Bentuk hidung : biasanya simetris
c) Keadaan septum : biasanya baik
d) Sekret/ cairan : biasanya tidak ada
8) Telinga
Inspeksi
a) Posisi telinga : biasanya simetris kiri dan kanan
b) Ukuran / bentuk telinga : simetris
c) Aurikel :
d) Lubang telinga : bersih
e) Pemakaian alat bantu : tidak ada
Palpasi
a) Nyeri tekan : bisanya tidak ada
b) Pemeriksaan uji pendengaran
Rinne : biasanya baik
Weber : biasanya baik
Swabach : biasanya baik
Pemeriksaan vestibuler : biasanya baik
9) Mulut
Inspeksi
a) Gigi
Keadaan gigi : biasanya baik
Karang gigi : biasanya tidak ada
Pemakaian gigi palsu : biasanya tidak ada
b) Gusi
Merah/ radang/ tidak : biasanya tidak ada
Lidah : biasanya tidak ada masalah
Bibir
c) Cianosis : biasanya pucat
d) Basah/ kering/ pecah : biasanya kering
e) Mulut berbau/ tidak : biasanya sedikit berbau
f) Kemampuan berbicara : tergantung tumbuh kembang
10) Tenggorokan
a) Warna mukosa : biasanya kemerahan
b) Nyeri tekan : tidak ada
c) Nyeri menelan : tidak ada
11) Leher
a) Inspeksi
Kelenjar tiroid : biasanya tidak ada pembesaran
b) Palpasi
c) Kalenjar tiroid : biasanya tidak teraba
d) Kaku kuduk : biasanya tidak ada
Kalenjar limfe : tidak ada pembesaran
12) Thorax dan pernafasan
a) Inspeksi
Bentuk dada : biasanya simetris kiri dan kanan
Irama pernafasan : biasanya sinus
Tipe pernafasan : biasanya vesikuler
b) Palpasi
Vokal fremitus : biasanya sama kiri dan kanan
Massa/ nyeri : tidak ada teraba massa
c) Auskultasi
Suara nafas : bisa vesikuler
Suara tambahan : ada
d) Perkusi :Tympani
13) Jantung
1) Palpasi
Ictus cordis : tidak terlihat
Perkusi : RIC II LMCS VI
Pembesaran jantung : tidak ada
2) Auskultasi
BJ I : Bisa ditemukan masalah
BJ II : Bisa ditemukan masalah
BJ III : Bisa ditemukan masalah
Bunyi jantung tambahan :Bisa ditemukan masalah
14) Abdomen
1) Inspeksi
Membuncit : biasanya tampak membuncit Ada luka
: biasanya tidak ada
Palpasi : biasanya ada nyeri tekan
Hepar : pada klien GGK bisa teraba
Lien : pada klien GGK bisa teraba
Nyeri tekan : biasanya ada
2) Auskultasi
Peristaltik : biasanya tidak dalam batas normal > 20
x/i
3) Perkusi : Tympani dan bisa redup
15) Genetalia dan anus : Biasanya tidak ada kelainan dan klien
kebanyakan terpasang kateter
16) Ekstremitas :
1) Ekstremitas atas
Motorik
Perrgerakan kanan dan kiri : Biasanya ada
Pergerakan abnormal : biasanya tidak ada
Kekuatan otot kanan dan kiri : biasanya ditemukan kelainan
Tonus otot kanan / kiri : biasanya terjadi hambatan
Koordinasi gerak : biasanya terjadi hambatan
Reflek
Biceps kanan / kiri :biasanya terjadi hambatan
Triceps kanan / kiri : biasanya terjadi hambatan
Sensori
Nyeri : biasanya tidak ada
Rangsang suhu : bisa deman
Rasa raba :Ekstremitas bawah
motorik
Gaya berjalan : klien mampu berjalan
Kekuatan otot kanan / kiri : tidak ada masalah
Tonus otot kanan/ kiri :tidak ada masalaah
Refleks
KPR kanan / kiri : tidak ada masalah
APR kanan / kiri :tidak ada masalah
Babinsky kanan / kiri :tidak ada masalah
Sensori
Nyeri :tidak ada masalah
Rangsang suhu : tidak ada masalah
Rasa raba : tidak ada
g. Laboratorium
1) Hb : dibawah 12gr %
2) Analisa gas darah:
Ph dibawah 7,35 atau di atas 7,45
paO2 di bawah 80 atau di atas 100 mmHg
pCO2 dibawah 35 atau di atas 45 mmHg
BE dibawah -2 atau diatas +2
Saturasi oksigen kurang dari 90%
h. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas:
spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas
buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di
jalan nafas
2) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan kapasitas pembawa
oksigen darah.
3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan isolasi respiratory: tirah baring atau
imobilisasi, kelemahan menyeluruh, ketidak seimbangan suplai O2 dengan
kebutuhan.
i. Rencana Asuhan Keperawatan
NO Diagnosa Keperawatan Kriteria Hasil dan Tujuan Intervensi Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
1 Bersihan jalan napas tidak 1. Status pernapasan: kepatenan jalan 1. Manajemen Jalan Napas
efektif napas. a. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
Definisi: Ketidakmampuan a. Frekuensi pernafasan (5) tidak ada usaha napas)
membersihkan sekresi atau deviasi dari kisaran normal. b. Monitor bunyi napas tambahan (mis.
obstruksi dari saluran napas untuk b. Irama pernafasan (5) tidak ada deviasi gurgling, mengi, wheezing, ronkhi kering)
mempertahankan bersihan jalan dari kisaran normal. c. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
nafas. c. Kedalaman inspirasi(5) tidak ada d. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan
Batasan Karakteristik: deviasi dari kisaran normal. head tilt dan chin lift (jaw thrust) jika
1. Batuk yang tidak efektif d. Kemampuan untuk mengeluarkan curiga trauma servikal
2. Dispnea secret (5) tidak ada deviasi dari kisaran e. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Gelisah normal. f. Berikan minum hangat
4. Kesulitan verbalisasi e. Suara nafas tambahan (5) tidak ada. g. Lakukan fisioterapi dada
5. Mata terbuka lebar f. Pernafasan cuping hidung (5) tidak h. Lakukan penghisapan lender kurang dari
6. Ortopnea ada. 15 detik
7. Penurunan bunyi nafas g. Penggunaan otot bantu nafas (5) tidak i. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
8. Perubahan frekuensi nafas ada. penghisapan endotrakeal
9. Perubahan pola nafas h. Batuk (5) tidak ada. j. Keluarkan sumbatan benda padat dengan
10. Sianosis forsep Mcgill
11. Sputum dalam jumlah yang k. Berikan oksigen
berlebih l. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari jika
12. Suara napas tambahan tidak kontraindikasi
13. Tidak ada batuk m. Ajarkan teknik batuk efektif
Faktor yang berhubungan n. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
Lingkungan ekspektoran, mukolitik
1. Perokok 2. Latihan Batuk Efektif
2. Perokok pasif a. Identifikasi kemampuan batuk
3. Terpajan asap b. Monitor adanya retensi sputum
Obstruksi jalan nafas c. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
1. Adanya jalan napas napas
buatan d. Monitor input dan output cairan (mis. jumlah
2. Benda asing dalam jalan dan karakteristik)
napas e. Atur posisi semi fowler atau fowler
3. Eksudat dalam alveoli f. Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
4. Hyperplasia pada dinding pasien
bronkus g. Buang secret pada tempat sputum
5. Mucus berlebih h. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
6. Penyakit paru obstruktif i. Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung
kronis selama 4 detik ditahan selama 2 detik
7. Sekresi yang tertahan kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
8. Spasme jalan napas mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
j. Anjurkan mengulangi tarik napas dalam
Fisiologi hingga 3 kali
1. Asma k. Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah
2. Disfungsi neuromuscular tarik napas dalam yang ke-3
3. Infeksi l. Kolaborasi pemberian mukolitik atau
Jalan napas alergik ekspektoran, jika perlu
3. Terapi Oksigen
a. Monitor kecepatan aliran oksigen
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
c. Monitor aliran oksigen secara periodic dan
pastikan fraksi yang diberikan cukup
d. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis
oksimetri, analisa gas darah)
e. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat
makan
f. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
g. Monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen
dan atelektasis
h. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi
oksigen
i. Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
j. Bersihkan secret pada mulut, hidung dan
trakea, jika perlu
k. Pertahankan kepatenan jalan napas
l. Siapkan danatur peralatan pemberian oksigen
m. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
n. Tetap berikan oksigen saat pasien
ditransportasi
o. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai
dengan tingkat mobilitas pasien
p. Ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
q. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
r. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas
dan atau tidur
2 Pola nafas tidak efektif Respirasi : Manajemen jalan nafas
Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x... 1. Observasi
Penyebab jam, maka pola nafas tidak efektif menigkat - Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
- Depresi pusat pernapasan dengan kriteria hasil : usaha nafas)
- Hambatan upaya napas - Penggunaan otot bantu nafas menurun - Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
- Deformitas dinding dada - Dispnea menurun Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
- Deformitas tulang dada - Pemanjangan fase ekspirasi menurun 2. Terapeutik
- Gangguan neuromuscular - Frekuensi nafas membaik - Posisikan semi fowler
- Gangguan neurologis - Kedalaman nafas membaik - Berikan minuman hangat
- Penurunan energy - Berikan oksigen
- Obesitas 3. Edukasi
- Posisi tubuh yang - Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari, jika
menghambat ekspansi tidak kontraindikasi
paru - Ajarkan teknik batuk efektif
- Sindrom hipoventilasi 4. Kolaborasi
- Kerusakan inervasi - Kolaborasi pemberian bronkodilator,
diafragma ekspektoran, mukolitik, jika perlu
- Cedera pada medulla Pemantauan respirasi
spinalis 1. Observasi
- Efek agen farmakologis - Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan
- Kecemasan upaya nafas
- - Monitor pola nafas (seperti bradipnea,
Gejala dan tanda mayor takipnea, hiperventilasi, kussmaul, cheyne-
Subjektif stokes, ataksisk)
- Dyspnea - Monitor saturasi oksigen
Objektif - Auskultasi bunyi nafas
- Penggunaan otot bantu - Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
pernafasan - Monitor nilai AGD
- Fase ekspirasi memanjang - Monitor hasil x-ray thoraks
- Pola nafas abnormal 2. Terapeutik
- Atur interval pemantauan respirasi sesuai
Gejala dan tanda minor kondisi pasien
Sujektif - Dokumentasikan hasil pemantauan
- Ortopnea 3. Edukasi
Objektif - Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Pernafasan pursed lips - Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
- Pernapasan cuping hidung
- Diameter thoraks anterior
posterior meningkat
- Ventilasi semenit
menurun
- Kapasitas vital menurun
- Tekanan ekspirasi
menurun
- Tekanan inspirasi
menurun
- Ekskursi dada berubah
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapi okupasi dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau program aktivitas
komunitas, jika perlu
j. Impelemntasi
Pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
k. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan pasien,
tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan
lainnya.
tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Setiadi,
(data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori), dan
perencanaan.
Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah melakukan
yaitu :
Departemen Kesehatan R.I. 2018. Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes
RI.
Dinas Kesehatan RI. 2018. Pedoman Pelayanan Antenatal di Tingkat Pelayanan Dasar.
Jakarta: Dinkes RI.
Griffith–Kenney, J.W. & Christensen, P.J. 1986. Nursing Process : Application of Theories,
Frameworks and Model. St. Louis : The. C.V. Mosby Company.
Kemenkes RI. 2018. Pedoman Pengendalian Infeksi SaluranPernapasan Akut. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI .
LeMone, P., Burke, M.K., dan Bauldoff. G. 2016. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Vol 4. Ed Ke-5. Jakarta: EGC.
Misnadiarly. 2018. Penyakit Infeksi Saluran Napas Pneumoni Pada Anak Orang Dewasa,
Usia Lanjut Edisi 1. Jakarta: Pustaka Obor Populer.
Muttaqin, Arif. 2018. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2018. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI Tahun 2013.
Robinson & Saputra. 2014. Buku Ajar Visual Nursing (Medica-Bedah). Jilid 1. Jakarta:
Binarupa Aksara Publisher.