Tugas Besar

TUGAS BESAR
SI–3131 IRIGASI DAN DRAINASE

Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah SI–3131 Irigasi
dan Drainase
Dosen:
Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T.
Asrini Chrysanti, S.T., M.T.
Asisten:
Reza Fakhrozi 15017069
Rifqi Sulistio 15017080
Disusun Oleh:
Azzam Zaki Nahdi 15018023
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2020
SI3131 Irigasi dan Drainase Azzam Zaki Nahdi - 15018023
LEMBAR PENGESAHAN TUGAS BESAR
SI–3131 IRIGASI DAN DRAINASE

SEMESTER 1 TAHUN 2020/2021
Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah SI–3131 Irigasi
dan Drainase
Disusun Oleh:
Azzam Zaki Nahdi 15018023
Telah Disetujui dan Disahkan oleh:
Asisten Asisten
Reza Fakhrozi Rifqi Sulistio
15017069 15017080
Mengetahui
Dosen Dosen
Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T. Asrini Chrysanti, S.T., M.T.
NOPEG 111000078 NIP 0007109401
i
1 BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Indonesai merupakan salah satu negara yang dikaruniai Allah
subhanahu wata’ala dengan berbagai kenikmatan. Salah satunya adalah letak
Indonesia yang berada tepat pada garis khatulistiwa. Posisi ini menjadikan
Indonesia negara yang hanya memiliki dua musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Selain itu Indonesia merupakan negara kepulauan yang
terbentuk dari benturan lempeng tektonik. Hal ini menjadikan Indonesia negara
dengan jumlah aktivitas gunung berapi yang tinggi. Hal tersebut memberikan
dampak pada tingkat kesuburan yang tinggi pada tanah. Dengan kedua karunia
tersebut, bersamaan dengan berbagai karunia lainnya, hasil tumbuh-tumbuhan
di Indonesia sangat melimpah dengan kualitas yang baik bersamaan dengan
banyaknya varian dapat ditemukan di bumi Indonesia.
Alhasil, banyak dari rakyat Indonesia memanfaatkan keuntungan ini
dengan menjadikan kegiatan bercocok tanam sebagai sumber penghasilan
utama. Selain itu, mayoritas warga menjadikan hasil tumbuhan, sayuran,
buahan, dan biji-bijian. sebagai makanan pokok mereka. Alhasil, kegiatan
bercocok tanam dan bersawah sangatlah penting dalam kesetabilan kehidupan
masyarakaat Indonesia. Oleh karena itu kegiatan bersawah merupakan sisi
penting dalam menjaga kesetabilan pangan di Indonesia.
Dalam kegitan persawahan, menjaga dan mengatur ketersediaan air untuk
tanaman merupakan hal yang krusial. Oleh karena itu sistem irigasi yang
optimal merupakan hal yang sangat penting dalam praktek persawahan.
Keberadaan sistem irigasi yang handal merupakan sebuah syarat mutlak bagi
terselenggaranya sistem pangan nasional yang kuat.
Sistem irigasi sangat berpengaruh pada keberlangsungan kegiatan
bersawah. Proses perancangan sistem irigasi perlu melewati berbagai langkah
studi, pengukuran, dan perhitungan. Langkah-langkah tersebut berpengaruh
terhadap pengambilan keputusan dalam pembanguna pembangunan sistem
1
irigasi. Oleh karena itu, Ilmu perancangan sistem irigasi sangat diperlukan
dalam rangka menjaga mengadakan sistem irigasi yang handal, karena hal
tersebut berpengaruh terhadap kesetabilan pangan di Indonesia.
1.2 Tujuan
1. Menghitung luas maksimum petak sawah yang dapat dialiri sungai
2. Merencanakan sistem irigasi yang optimal
3. Menentukan dimensi saluran suplai pada sistem irigasi
4. Menentukan tinggi muka air pada saluran
5. Menentukan dimensi saluran pembuang pada sistem drainase
1.3 Ruang Lingkup
1.1.1. Perencanaan petak daerah irigasi
1.1.2. Perencanaan saluran irigasi
1.1.3. Perencanaan bangunan air untuk irigasi
1.1.4. Perhitungan kebutuhan air daerah irigasi
1.1.5. Perhitungan dimensi saluran dan tinggi muka air dalam saluran
1.1.6. Layout bangunan air pada saluran
2
1.4 Metodologi
Gambar 1.1 Metodologi Perancangan Sistem Irigasi

Dalam perancangan sistem irigasi, ada beberapa hal yang perlu
dipersiapkan, yaitu data curah hujan stasiun, evapotranspirasi potensial,
koefisien tanaman (WLR), dan peta topografi,. Data curah hujan dibutuhkan
dalam perhitungan dan pengolahan data curah hujan rata-rata. Peta topografi
digunakan sebagai acuan dalam perencanaan skema petak , saluran irigasi, dan
bangunan air yang merupakan langkah-langkah utama dalam perancangan
petak ikhtisar. Penentuan rancangan petak ikhtisar harus memenuhi syarat
tertentu, yaitu tidak melebihi luas sawah maksimum.
3
Luas maksimum sawah dapat ditentukan dengan beberapa langkah

perhitungan. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah perhitungan dan
pengolahan data curah hujan, berdasarkan data yang sudah disiapkan. Langkah
berikutnya adalah menentukan curah hujan andalan 80% dan 50 % . Langkah
tersebut dilakukan untuk menentukan curah hujan andalan.
Data curah hujan andalan merupakan acuan dalam perhitungan curah
hujan efektif tanaman padi & palawija dan pendesainan saluran pembuangan.
Kemudian, kebutuhan air selama penyiraman lahan perlu ditentukan
berdasarkan perhitungan curah hujan efektif kedua tanaman di atas bersamaan
dengan data evapotranspirasi potensial. Langkah berikutnya perhitungan
kebutuhan air DAS berdasarkan perhitungan kebutuhan air sebelumnya, data
koefisien tanaman (WLR), dan data curah hujan efektif.
Setelah melakukan beberapa rangkaian perhitungan di atas, luas sawah
maksimum dapat ditentukan berdasarkan data curah hujan efektif dan
kebutuhan air DAS. Data luas sawah maksimum merupakan acuan dalam
menentukan rancangan petak ikhtiar. Jika petak ikhtiar tidak melebihi batas
luas sawah maksimum, maka pendesainan saluran suplai dan saluran
pembuangan dapat dimulai.
Pendesainan saluran suplai mengacu pada hasil perancangan petak ikhtiar
dan data kebutuhan air saluran suplai. Sementara itu, Pendesainan saluran
pembuangan harus didasari bukan hanya rancangan petak ikhtiar, melainkan
juga data curah hujan andalan yang sudah ditentukan di awal.
Data yang didapat dari pendesainan saluran suplai dan saluran
pembuangan adalah dimensi & TMA dari saluran suplai dan dimensi saluran
pembuangan. Kedua data tersebut merupakan acuan dalam perancangan sistem
irigasi.
1.5 Sistematika Penulisan
Laporan pengerjaan sistem irigasi ini terbagi menjadi ...... bab, yaitu:
1. BABI Pendahuluan
Pada bab ini, penulis membahas latar belakang pengerjaan sistem
irigasi, tujuan-tujuan yang merupakan berbagai data dan rancangan
yang dibutuhkan dari berbagai langkah-langkah perhitungan dan
4
pendesainan dalam pengerjaan sistem irigasi, ruang lingkup

pengerjaan sistem irigasi, metodologi atau langkah-langkah
pengerjaan sistem irigasi, dan sistematika penulisan laporan ini
2. BAB II Tinjauan pustaka
3. BAB III Kondisi DAS K. Kuto Karanganom
5
2 BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Sistem Irigasi

Sistem Irigasi merupakan upaya yang dilakukan oleh manusia untuk
memperoleh air dengan menggunakan bangunan dan saluran buatan untuk
mengairi lahan pertaniannya. Upaya ini meliputi prasarana irigasi, air
irigasi, manajemen irigasi, kelembagaan pengelolaan irigasi dan sumber
daya manusia. Terkait prasarana irigasi, dibutuhkan suatu perencanaan yang
baik, agar sistem irigasi yang dibangun merupakan irigasi yang efektif,
efisien dan berkelanjutan, sesuai fungsinya mendukung produktivitas usaha
tani.
Definisi menurut Peraturan Pemerintah No.20/2006 pasal (1), butir 3 :
Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi
untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi :
- irigasi permukaan
- irigasi rawa
- irigasi air bawah tanah
- irigasi pompa
- irigasi tambak.
2.2 Teori Perencanaan
2.2.1 Petak
Petak, atau dalam ilmu irigasi sering disebut sebagai peta ikhtisar,
adalah cara penggambaran berbagai macam bagian dari suatu jaringan
irigasi yang saling berhubungan. Peta ikhtisar tersebut dapat dilihat pada
peta tata letak.
Peta ikhtisar irigasi tersebut memperlihatkan :
• Bangunan-bangunan utama
• Jaringan dan trase saluran irigasi
• Jaringan dan trase saluran pembuang
• Petak-petak primer, sekunder dan tersier
• Lokasi bangunan
6
• Batas-batas daerah irigasi
• Jaringan dan trase jalan
• Daerah-daerah yang tidak diairi (misal desa-desa)
• Daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, terlalu tinggi

dsb).
Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi

dengan garis-garis kontur dengan skala 1:25.000. Peta ikhtisar detail yang biasa
disebut peta petak, dipakai untuk perencanaan dibuat dengan skala 1:5.000, dan
untuk petak tersier 1:5.000 atau 1:2.000.
a. Petak Tersier
Perencanaan dasar yang berkenaan dengan unit tanah adalah
petak tersier. Petak ini menerima air irigasi yang dialirkan dan
diukur pada bangunan sadap (off take) tersier yang menjadi
tanggung jawab Dinas Pengairan. Bangunan sadap tersier
mengalirkan airnya ke saluran tersier.
Di petak tersier pembagian air, operasi dan pemeliharaan
menjadi tanggung jawab para petani yang bersangkutan, dibawah
bimbingan pemerintah. Ini juga menentukan ukuran petak tersier.
Petak yang kelewat besar akan mengakibatkan pembagian air
menjadi tidak efisien. Faktor-faktor penting lainnya adalah jumlah
petani dalam satu petak, jenis tanaman dan topografi. Di daerah-
daerah yang ditanami padi luas petak tersier idealnya maksimum
50 ha, tapi dalam keadaan tertentu dapat ditolelir sampai seluas 75
ha, disesuaikan dengan kondisi topografi dan kemudahan
eksploitasi dengan tujuan agar pelaksanaan Operasi dan
Pemeliharaan lebih mudah. Petak tersier harus mempunyai batas-
batas yang jelas seperti misalnya parit, jalan, batas desa dan batas
perubahan bentuk medan (terrain fault).
Petak tersier dibagi menjadi petak-petak kuarter, masing-masing
seluas kurang lebih 8-15 ha.
7
Apabila keadaan topografi memungkinkan, bentuk petak

tersier sebaiknya bujur sangkar atau segi empat untuk
mempermudah pengaturan tata letak dan memungkinkan
pembagian air secara efisien.
Petak tersier harus terletak langsung berbatasan dengan saluran
sekunder atau saluran primer. Perkecualian: jika petak-petak tersier
tidak secara langsung terletak di sepanjang jaringan saluran irigasi
utama yang dengan demikian, memerlukan saluran tersier yang
membatasi petak-petak tersier lainnya, hal ini harus dihindari.
Panjang saluran tersier sebaiknya kurang dari 1.500 m, tetapi
dalam kenyataan kadang-kadang panjang saluran ini mencapai
2.500 m. Panjang saluran kuarter lebih baik dibawah 500 m, tetapi
prakteknya kadang-kadang sampai 800 m.
b. Petak Sekunder
Petak sekunder terdiri dari beberapa petak tersier yang
kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak
sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran
primer atau sekunder.
Batas-batas petak sekunder pada umumnya berupa tanda-
tanda topografi yang jelas, seperti misalnya saluran pembuang.
Luas petak sekunder bisa berbeda-beda, tergantung pada situasi
daerah.
Saluran sekunder sering terletak di punggung medan
mengairi kedua sisi saluran hingga saluran pembuang yang
membatasinya. Saluran sekunder boleh juga direncana sebagai
saluran garis tinggi yang mengairi lereng-lereng medan yang lebih
rendah saja.
c. Pertak Primer
Petak primer terdiri dari beberapa petak sekunder, yang
mengambil air langsung dari saluran primer. Petak primer dilayani
oleh satu saluran primer yang mengambil airnya langsung dari
8
sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu

mempunyai dua saluran primer. Ini menghasilkan dua petak primer.
Daerah di sepanjang saluran primer sering tidak dapat
dilayani dengan mudah dengan cara menyadap air dari saluran
sekunder. Apabila saluran primer melewati sepanjang garis tinggi,
daerah saluran primer yang berdekatan harus dilayani langsung dari
saluran primer.
2.2.2 Saluran
• Saluran Irigasi
o Jaringan Irigasi Utama
- Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung
saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir, lihat
juga Gambarr 2.1.
- Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-
petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.
Batas ujung saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.
- Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain
(bukan sumber yang memberi air pada bangunan utama
proyek) ke jaringan irigasi primer.
- Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier
ke petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya.
Saluran ini termasuk dalam wewenang Dinas Irigasi dan oleh
sebab itu pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.
o Jaringan Saluran Irigasi Tersier
- Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di
jaringan utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter.
Batas ujung saluran ini adalah boks bagi kuarter yang
terakhir.
- Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui
bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah.
9
- Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan

kuarter sepanjang itu memang diperlukan oleh petani
setempat dan dengan persetujuan petani setempat pula,
karena banyak ditemukan di lapangan jalan petani yang rusak
sehingga akses petani dari dan ke sawah menjadi terhambat,
terutama untuk petak sawah yang paling ujung.
- Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar
petani sehingga partisipasi petani lebih meningkat, dan
pembangunannya disesuaikan dengankebutuhan dan kondisi
petani setempat serta diharapkan letaknya dapat mewakili
wilayah P3A atau GP3A setempat.
o Garis Sempadan Saluran
Dalam rangka pengamanan saluran dan bangunan maka
perlu ditetapkan garis sempadan saluran dan bangunan
irigasi yang jauhnya ditentukan dalam peraturan
perundangan sempadan saluran.
Gambar 2.1 Jaringan Irigasi Utam
• Saluran Pembuang
o Jaringan Saluran Pembuang Tersier
- Saluran pembuang kuarter terletak didalam satu petak tersier,
menampung air langsung dari sawah dan membuang air
tersebut kedalam saluran pembuang tersier.
10
- Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak

tersier yang termasuk dalam unit irigasi sekunder yang sama
dan menampung air, baik dari pembuang kuarter maupun dari
sawah-sawah. Air tersebut dibuang ke dalam jaringan
pembuang sekunder.
o Jaringan Saluran Pembuang Utama
- Saluran pembuang sekunder menampung air dari jaringan
pembuang tersier dan membuang air tersebut ke pembuang
primer atau langsung ke jaringan pembuang alamiah dan ke
luar daerah irigasi.
- Saluran pembuang primer mengalirkan air lebih dari saluran
pembuang sekunder ke luar daerah irigasi. Pembuang primer
sering berupa saluran pembuang alamiah yang mengalirkan
kelebihan air tersebut ke sungai, anak sungai atau ke laut.
2.2.3 Bangunan Air
Bangunan air yang akan dibahas pada subbab ini hanya berfokus
pada bangunan utama.
Bangunan utama (head works) dapat didefinisikan sebagai
kompleks bangunan yang direncanakan di dan sepanjang sungai atau
aliran air untuk membelokkan air ke dalam jaringan saluran agar dapat
dipakai untuk keperluan irigasi. Bangunan utama bisa mengurangi
kandungan sedimen yang berlebihan, serta mengukur banyaknya air
yang masuk.
Bangunan utama terdiri dari bendung dengan peredam energi, satu
atau dua pengambilan utama pintu bilas kolam olak dan (jika diperlukan)
kantong lumpur, tanggul banjir pekerjaan sungai dan bangunan-
bangunan pelengkap.
Bangunan utama dapat diklasifikasi ke dalam sejumlah kategori,
bergantung kepada perencanaannya. Berikut ini akan dijelaskan
beberapa kategori.
d. Bendung, Bendung Gerak
11
Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk

meninggikan muka air di sungai sampai pada ketinggian yang
diperlukan agar air dapat dialirkan ke saluran irigasi dan petak
tersier. Ketinggian itu akan menentukan luas daerah yang diairi
(command area). Bendung gerak adalah bangunan yang dilengkapi
dengan pintu yang dapat dibuka untuk mengalirkan air pada waktu
terjadi banjir besar dan ditutup apabila aliran kecil. Di Indonesia,
bendung adalah bangunan yang paling umum dipakai untuk
membelokkan air sungai untuk keperluan irigasi.
e. Bendung Karet
Bendung karet memiliki dua bagian pokok yaitu tubuh
bendung yang terbuat dari karet dan pondasi beton berbentuk plat
beton sebagai dudukan tabung karet serta dilengkapi satu ruang
kontrol dengan beberapa perlengkapan (mesin) untuk mengontrol
mengembang dan mengempisnya tabung karet. Bendung
berfungsi meninggikan muka air dengan cara mengembangkan
tubuh bendung dan menurunkan muka air dengan cara
mengempiskan tubuh bendung yang terbuat dari tabung karet
dapat diisi dengan udara atau air. Proses pengisian udara atau air
dari pompa udara atau air dilengkapi dengan instrument
pengontrol udara atau air (manometer).
f. Pengambilan Bebas
Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi
sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi,
tanpa mengatur tinggi muka air di sungai. Dalam keadaan
demikian, jelas bahwa muka air di sungai harus lebih tinggi dari
daerah yang diairi dan jumah air yang dibelokkan harus dapat
dijamin cukup.
g. Pengambilan dari Waduk (Reservoir)
Waduk (reservoir) digunakan untuk menampung air irigasi
pada waktu terjadi surplus air di sungai agar dapat dipakai
12
sewaktu-waktu terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk

adalah untuk mengatur aliran sungai.
Waduk yang berukuran besar sering mempunyai banyak
fungsi seperti untuk keperluan irigasi, tenaga air pembangkit
listrik, pengendali banjir, perikanan dsb. Waduk yang berukuran
lebih kecil dipakai untuk keperluan irigasi saja.
h. Stasiun Pompa
Irigasi dengan pompa bisa dipertimbangkan apabila
pengambilan secara gravitasi ternyata tidak layak dilihat dari segi
teknis maupun ekonomis. Pada mulanya irigasi pompa hanya
memerlukan modal kecil, tetapi biaya eksploitasinya mahal.
2.3 Teori Ketersediaan Air
Debit andalan didefinisikan sebagai debit minimum rata-rata mingguan
atau tengah-bulanan. Debit minimum rata-rata mingguan atau tengah-bulanan
ini didasarkan pada debit mingguan atau tengah bulanan rata-rata untuk
kemungkinan tidak terpenuhi 20%. Debit andalan yang dihitung dengan cara
ini tidak sepenuhnya dapat dipakai untuk irigasi karena aliran sungai yang
dielakkan mungkin bervariasi sekitar harga rata-rata mingguan atau tengah-
bulanan; dengan debit puncak kecil mengalir diatas bendung. Sebagai harga
praktis dapat diandaikan kehilangan 10%. Hasil analisis variasi dalam jangka
waktu mingguan atau tengah bulanan dan pengaruhnya terhadap pengambilan
yang direncanakan akan memberikan angka yang lebih tepat.
Untuk proyek-proyek irigasi yang besar dimana selalu tersedia data-data
debit harian, harus dipertimbangkan studi simulasi.
Pengamatan di bagian hilir dapat lebih membantu memastikan debit
minimum hilir yang harus dijaga. Para pengguna air irigasi di daerah hilir harus
sudah diketahui pada tahap studi. Hal ini akan dicek lagi pada tahap
perencanaan. Kebutuhan mereka akan air irigasi akan disesuaikan dengan
perhitungandebit dan waktu. Juga di daerah irigasi air mungkin saja dipakai
untuk keperluan selain irigasi.
13
2.4 Kebutuhan Air

Kebutuhan Air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan
oleh tanaman pada uatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara
normal.
Jumlah air yang diperukan untuk memenuhi kehilangan air melalui
evapotranspirasi tanaman yang sehat, tumbuh pada sebidan lahan yang luas
dengan kondisi tanah yang tidak mempunyai kendala (kendala lengas tanah
dan kesuburan tanah) dan mencapai potensi produksi penuh pada kondisi
lingkungan tumbuh tertentu.
Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi:
Evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian
secara khusus seperti penyaiapan lahan penggantian air, serta kehilangan
salama pemakaian. Persamaan berikut mnjelaskan teori kebutuhan air secara
lebih sederhana:
𝐾𝐴𝐼 = 𝐸𝑇 + 𝐾𝐴 + 𝐾𝐾
Keterangan:
KAI: Kebutuhan Air Irigasi
ET: Ecapotranspirasi
KA: Kehilangan air
KK: Kebutuhan Khusus
Kebutuhan air irigasi (NFR) didekati dengan metode Water Balance
dengan parameter:
Kebutuhan air untuk tanaman (ETc)
Kebutuhan air akibat perkolasi dan rembesan (P)
Kebutuhan air untuk pergantian lapisan air (WLR)
Kebutuhan air untuk penyiapan lahan (PL)
Curah hujan efektif (Ref)
Kebutuhan bersih air bersih di sawah untuk padi dapat dijabarkan
dengan persamaan berikut:
𝑁𝐹𝑅 = 𝐸𝑇𝑐 + 𝑃 − 𝑅𝑒 + 𝑊𝐿𝑅
Keterangan variable-variabel persamaan sudah dijelaskan di atas.
Ada berbagai unsur yang akan dibicarakan secara singkat dibawah ini:
14
a. Penyiapan lahan
Untuk petak tersier, jangka waktu yang dianjurkan untuk
penyiapan lahan adalah 1,5 bulan. Bila penyiapan lahan terutama
dilakukan dengan peralatan mesin, jangka waktu satu bulan dapat
dipertimbangkan.
Kebutuhan air untuk pengolahan lahan sawah (puddling) bisa
diambil 200 mm. Ini meliputi penjenuhan (presaturation) dan
penggenangan sawah; pada awal transplantasi akan ditambahkan
lapisan air 50 mm lagi.
Angka 200 mm diatas mengandaikan bahwa tanah itu
"bertekstur berat, cocok digenangi dan bahwa lahan itu belum berair
(tidak ditanami) selama lebih dari 2,5 bulan. Jika tanah itu dibiarkan
berair lebih lama lagi, ambillah 250 mm sebagai kebutuhan air untuk
penyiapan lahan. Kebutuhan air untuk penyiapan lahan termasuk
kebutuhan air untuk persemaian.
b. Penggunaan knsumtif
Penggunaan konsumtif adalah jumlah total air yang
dikonsumsi tanaman untuk penguapan (evapotranspirasi),
transpirasi dan aktivitas metabolism, terkadang juga disebut sebagai
evapotranspirasi tanaman.
Penggunaan konsumtif adalah jumlah air yang dipakai oleh
tanaman untuk proses fotosintesis dari tanaman tersebut.
Penggunaan konsumtif dihitung dengan rumus berikut:
𝐸𝑇𝑐 = 𝐾𝑐 × 𝐸𝑇
Keterangan:
Kc = Koefisien tanaman
ETo= Evapotranspirasi potensial (Penmann modifikasi)
(mm/hari)
c. Perkolasi dan rembesan
Laju perkolasi sangat tergantung pada sifat-sifat tanah. Data-
data mengenai perkolasi akan diperoleh dari penelitian kemampuan
15
tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan bagian dari penyelidikan

ini.
Apabila padi sudah ditanam di daerah proyek, maka pengukuran
laju perkolasi dapat dilakukan langsung di sawah. Laju perkolasi
normal pada tanah lempung sesudah dilakukan penggenangan berkisar
antara 1 mm/hr sampai 3 mm/hr. Di daerah-daerah miring perembesan
dari sawah ke sawah dapat mengakibatkan banyak kehilangan air. Di
daerah-daerah dengan kemiringan diatas 5%, paling tidak akan terjadi
kehilangan 5 mm/hari akibat perkolasi dan rembesan.
d. Pergantian lapisan air
Penggantian lapisan air dilakukan setelah pemupukan. Penggantian
lapisan air dilakukan menurut kebutuhan. Jika tidak ada penjadwalan
semacam itu, lakukan penggantian sebanyak 2 kali, masing*masing 50
mm (atau 3,3 mm/hari selama 1/2 bulan) selama sebulan dan dua bulan
setelah transplantasi.
e. Curah hujan efektif
Untuk irigasi tanaman padi, curah hujan efektif tengah-bulanan
diambil 70% dari curah hujan rata-rata mingguan atau tengah-
bulanan dengan kemungkinan tidak terpenuhi 20%.
Untuk proyek-proyek irigasi besar dimana tersedia data-data
curah hujan harian, hendaknya dipertimbangkan studi simulasi. Hal
ini akan mengarah pada diperolehnya kriteria yang lebih mendetail.
Debit rencana sebuah saluran dihitung dengan rumus umum berikut:
𝑁𝐹𝑅 × 𝐴
𝑄𝑡 =
𝑒𝑡
Keterangan:
Qt = debit rencana, lt/dt
NFR = kebutuhan bersih air di sawah, lt/dt.ha
A = luas daerah yang diairi, ha
et = efisiensi irigasi di petak tersier.
Kebutuhan air di sawah untuk padi ditentukan oleh faktor -faktor
berikut:
1. Cara penyiapan lahan
16
2. Kebutuhan air untuk tanaman

3. Perkolasi dan rembesan
4. Pergantian lapisan air
5. Curah hujan efektif.
Kebutuhan total air di sawah (GFR) mencakup faktor 1 sampai 4.
Kebutuhan bersih air di sawah (NFR) juga termasuk curah hujan efektif.
Besarnya kebutuhan air di sawah untuk tanaman ladang dihitung seperti pada
perhitungan kebutuhan air untuk padi.Ada berbagai harga yang dapat
diterapkan untuk kelima faktor diatas.
Akibat operasi, evaporasi dan perembesan, sebagian dari air yang
dibagikan akan hilang sebelum mencapai tanaman padi. Kehilangan air akibat
evaporasi dan perembesan kecil saja dibanding kehilangan akibat operasi.
Hanya tanah-tanah yang lulus air saja yang akan memerlukan perhitungan
tersendiri. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, kehilangan air di jaringan irigasi
tersier dianggap 15 - 22,5% antara bangunan sadap tersier dari sawah (atau et
= 0,775 -0,85).
Kehilangan yang sebenarnya didalam jaringan bisa jauh lebih tinggi,
khususnya pada waktu-waktu kebutuhan air rendah.Walaupun demikian, tidak
disarankan untuk merencanakan jaringan saluran dengan efisiensi yang rendah
itu. Setelah beberapa tahun diharapkan efisiensi akan dapat dicapai dengan cara
memperbaiki cara operasi.
Untuk daerah- daerah dimana sawah akan dikembangkan, tidak diberikan
kapasitas tambahan untuk mengalirkan kebutuhan air irigasi yang lebih tinggi.
Air tambahan yang diperlukan untuk pengembangan sawah akan diatasi
dengan cara mengembangkan sawah secara bertahap.
2.5 Keseimbangan Air
Neraca air (water balance) merupakan neraca masukan dan keluaran air di
suatu tempat pada periode tertentu, sehingga dapat diketahui jumlah air
tersebut kelebihan (surplus) ataupun kekurangan (defisit). Pada perencanaan
hidrologi, perhitungan neraca air dapat membantu menerangkan aliran air yang
masuk dan keluar pada suatu sistem.
17
Pada perhitungan neraca air, sebenarnya terdapat parameter-parameter

yang sulit diukur di lapangan terutama yang berhubungan dengan parameter
pada air tanah, tetapi dalam perumusannya sering dilakukan penyederhanaan
sesuai dengan kondisi lapangan setempat. Perhitungan neraca air sering
dilakukan untuk tujuan:
1. Menghitung persediaan air pada permukaan tanah dan sub-permukaan
tanah.
2. Menaksir pola penggunaan air yang tersedia.
3. Membantu untuk menseimbangkan jumlah air yang lebih dan
kekurangan air.
4. Sebagai dasar pada perhitungan perencanaan optimasi pada
manajemen sumberdaya air.
Perhitungan neraca air ditulis dengan maksud untuk menjelaskan
dasar-dasar perhitungan neraca air yang biasanya digunakan pada
perhitungan sumberdaya air yaitu neraca air untuk daerah aliran sungai,
air tanah, irigasi, dan waduk.
Perhitungan neraca air untuk irigasi dapat dijabarkan dengan
persamaan berikut:
𝑅𝑁 + 𝐼𝑅 + 𝐺𝐼 = 𝐷𝑅 + 𝐺𝑂 + 𝐸𝑇 + 𝐷𝑊𝐷 + 𝑃
Keterangan:
RN: hujan
IR: inflow air permukaan (irigasi)
GI: lateral inflow air tanah dangkal
DR: outflow air permukaan (drainase)
GO: lateral outflow air tanah dangkal
ET: evapotranspirasi
DWD: perubahan simpanan (storage)
P: perkolasi
2.6 Standar Tata Nama

Nama-nama yang diberikan untuk saluran-saluran irigasi dan pembuang,
bangunan-bangunan dan daerah irigasi harus jelas dan logis. Nama yang
18
diberikan harus pendek dan tidak mempunyai tafsiran ganda (ambigu). Nama-
nama harus dipilih dan dibuat sedemikian sehingga jika dibuat bangunan baru
kita tidak perlu mengubah semua nama yang sudah ada.
2.6.1 Daerah Irigasi
Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat,
atau desa penting di daerah itu, yang biasanya terletak dekat dengan jaringan
bangunan utama atau sungai yang airnya diambil untuk keperluan irigasi.
Contohnya adalah Daerah Irigasi Jatiluhur atau Daerah Irigasi Cikoncang.
Apabila ada dua pengambilan atau lebih, maka daerah irigasi tersebut
sebaiknya diberi nama sesuai dengan desa-desa terkenal di daerah-daerah
layanan setempat.
Untuk pemberian nama-nama bangunan utama berlaku peraturan yang
sama seperti untuk daerah irigasi, misalnya bendung Elak Cikoncang melayani
Daerah Irigasi Cikoncang.
2.6.2 Jaringan Irigasi Primer
Saluran irigasi primer sebaiknya diberi nama sesuai dengan daerah
irigasi yang dilayani, contoh: Saluran Primer Makawa.
Saluran sekunder sering diberi nama sesuai dengan nama desa yang
terletak di petak sekunder. Petak sekunder akan diberi nama sesuai dengan
nama saluran sekundernya. Sebagai contoh saluran sekunder Sambak
mengambil nama desa Sambak yang terletak di petak sekunder Sambak.
19
Gambar 2.2Standar Tata Nama Sistim Irigasi
20
Gambar 2.3 Standar Tata Nama Bangunan-Bangunan
Saluran dibagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas sama. Misalnya,

RS 2 adalah Ruas saluran sekunder Sambak (S) antara bangunan sadap
BS 1 dan BS 2.
Bangunan pengelak atau bagi adalah bangunan terakhir di suatu ruas.
Bangunan itu diberi nama sesuai dengan ruas hulu tetapi huruf R (Ruas)
diubah menjadi B (Bangunan). Misalnya BS 2 adalah bangunan pengelak
di ujung ruas RS 2.
Bangunan-bangunan yang ada di antara bangunan-bangunan bagi
sadap (gorong-gorong, jembatan, talang bangunan terjun, dan sebagainya)
diberi nama sesuai dengan nama ruas dimana bangunan tersebut terletak
juga mulai dengan huruf B (Bangunan) lalu diikuti dengan huruf kecil
sedemikian sehingga bangunan yang terletak di ujung hilir mulai dengan
"a" dan bangunan-bangunan yang berada lebih jauh di hilir memakai hurut
b, c, dan seterusnya. Sebagai contoh BS2b adalah bangunan kedua pada
21
ruas RS2 di saluran Sambak terletak antara bangunan-bangunan bagi BS 1

dan BS 2.
2.6.3 Jaringan Irigasi Tersier
Petak tersier diberi nama seperti bangunan sadap tersier dari jaringan
utama. Misalnya petak tersier S1 kiri mendapat air dari pintu kiri bangunan
bagi BS 1 yang terletak di saluran Sambak.
1. Ruas-ruas saluran tersier diberi nama sesuai dengan nama boks yang
terletak di antara kedua boks. misalnya (T1 - T2), (T3 - K1), (lihat Gambar
2.2).
2. Boks Tersier diberi kode T, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum
jam, mulai dari boks pertama di hilir bangunan sadap tersier: T1, T2 dan
sebagainya.
3. Petak kuarter diberi nama sesuai dengan petak rotasi, diikuti dengan
nomor urut menurut arah jarum jam. Petak rotasi diberi kode A, B, C dan
seterusnya menurut arah jarum jam.
4. Boks kuarter diberi kode K, diikuti dengan nomor urut menurut arah jarum
jam, mulai dari boks kuarter pertama di hilir boks tersier dengan nomor
urut tertinggi: K1, K2 dan seterusnya.
Gambar 2.4 Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Kuarter
5. Saluran irigasi kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dilayani tetapi dengan huruf kecil, misalnya a1, a2 dan seterusnya.
6. Saluran pembuang kuarter diberi nama sesuai dengan petak kuarter yang
dibuang airnya, menggunakan huruf kecil diawali dengan dk, misalnya
dka1, dka2 dan seterusnya.
22
7. Saluran pembuang tersier, diberi kode dt1, dt2 juga menurut arah jarum
jam.
2.6.4 Jaringan Pembuang
Setiap pembangunan jaringan irigasi dilengkapi dengan pembangunan
jaringan drainase yang merupakan satu kesatuan dengan jaringan irigasi yang
bersangkutan (PP 20 pasal 46 ayat 1)
Pada umumnya pembuang primer berupa sungai-sungai alamiah, yang
kesemuanya akan diberi nama. Apabila ada saluran-saluran pembuang primer
baru yang akan dibuat, maka saluran-saluran itu harus diberi nama tersendiri.
Jika saluran pembuang dibagi menjadi ruas-ruas, maka masing-masing ruas
akan diberi nama, mulai dari ujung hilir.
Pembuang sekunder pada umumnya berupa sungai atau anak sungai yang
lebih kecil. Beberapa di antaranya sudah mempunyai nama yang tetap bisa
dipakai, jika tidak sungai/anak sungai tersebut akan ditunjukkan dengan
sebuah huruf bersama-sama dengan nomor seri. Nama-nama ini akan diawali
dengan huruf d (d = drainase).
Pembuang tersier adalah pembuang kategori terkecil dan akan dibagi-bagi
menjadi ruas-ruas dengan debit seragam, masing-masing diberi nomor.
Masing-masing petak tersier akan mempunyai nomor seri sendiri-sendiri.
Berikut contoh sistem tatanama jaringan pembuanagn.
Gambar 2.5 Sistem Tata Nama Jaringan Pembuangan
23
3 BAB III
Kondisi DAS K. Kuto Karanganom
3.1 Lokasi DAS

DAS K. Kuto karanganom terletak di Kab. Kendal, Jawa tengah, dengan
koordinat stasiun debit 06°57'50" LS 110°02'59" BT. Penjelasan lebih lanjut
dari lokasi DAS tertera pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1 Data DAS
3.2 Luas DAS

Data luas DAS sudah tercantum dalam data yang disediakan BMKG
sebagaimana tertera dalam Gambar 3.1, yaitu 320.80 km2. Namun, luas
DAS dikalkulasi ulang dengan aplikasi Auto CAD. Luas yang didapat dari
kalkulasi ulang tersebut adalah 318.2852545295 km2, dengan galat 0.0784
%. Berikut gambar DAS K.Kuto – Karanganom. Berikut gambar DAS
K.Kuto- Karanganom
Gambar 3.2 Gambar DAS K. Kuto Karanganom

3.3 Stasiun Pengukuran Curah Hujan DAS
Dalam menentukan curah hujan rata-rata bulanan untuk DAS K.kuto,
akan digunakan data dari tiga stasiun hujan, yaitu stasiun Kali gading,
Juwero, dan Patean Curug atau Kendal Curug. Berikut adalah masing-
24
masing luas thiesen ( Luas daerah pengaruh )beserta persentase luas DAS
untuk masing-masing thiessn.
Tabel 3.1 Luas Daerah Pengaruh Stasiun (Polygon Thiesen)
Persentase Nama Stasiun Luas Daerah DAS

0% Kali gading / Boja 0 km^2
90.13% juwero 287.4177339 km^2
9.87% Patean Curug 31.46250115 km^2
Total 318.8802351 km^2
Gambar 3.3 Poligon Thiesen DAS K. Kuto- Karanganom
3.4 Data Pengukuran Hidrometeorologi DAS K.Kuto Karanganom

Dalam pengejaan sistem irigasi ini, data yang pengukuran
hidrometeorologi yang dibutuhkan berupa temperatur , kelembaban
relatif, kecepatan angin, lama penyinaran matahari bersumber dari situs
BMKG. Namun karena BMKG tidak menyediakan data untuk lokasi
studi, maka akan digunakan data dari lokasi terdekat. Lokasi terdekat
yang didapatkan adalah data dari pengukuran BMKG yang dilakukan di
Semarang. Berikut adalah data stasiun pengukurannya.
25
ID WMO : 96839
Nama Stasiun : Stasiun Meteorologi Ahmad Yani
Lintang : -6.97683
Bujur : 110.37780
Elevasi : 5
laporan_iklim_harian_Lokasi di Semarang (2009-2018)
Berikut adalah data klimatologi yang didapat dari stasiun

Meteorologi Ahmad Yani.
Tabel 3.3 Data Pengukuran Temperatur Stasiun Meteorologi Ahmad Yani.
Temperatur rata-rata (°C)
Tahun jaN fab mar apr may jun jul agu sep okt nov des
2009 27.2032 27.8964 28.0258 28.2833 28.6806 28.3033 27.9 28.1581 27.8633 28.1806 28.1367 27.3
2010 27.2032 27.8964 28.0258 28.2833 28.6806 28.3033 27.9 28.1581 27.8633 28.1806 28.1367 27.3
2011 26.7871 27.1893 27.0806 27.4433 27.8548 27.78 27.6677 27.5613 28.28 29.0613 28.2067 27.8806
2012 26.9581 27.3321 27.5161 28.5767 28.64 27.8333 27.2742 27.271 28.3267 29.3161 28.9133 27.771
2013 27.3226 27.675 28.0839 28.52 28.5484 28.5667 27.4677 27.8129 28.42 27.8129 28.42 27.8097
2014 26.2065 27.0321 27.8774 29.22 29.4323 28.94 28.0774 27.9452 28.83 29.9484 29.0367 28.0742
2015 27.5032 27.6536 28.0387 28.1033 28.9161 28.34 28.2419 28.0903 29.1 30.2355 29.9 28.1839
2016 28.7613 27.8429 28.8194 29.15 29.26 28.7233 28.7323 28.5935 28.5333 28.471 28.3167 27.8226
2017 27.4032 27.3 27.7839 28.0767 28.6935 28.2867 28.1097 28.3548 28.87 28.9645 27.5967 27.6323
2018 27.4194 26.8036 27.529 28.8433 29.0871 28.32 27.471 27.7 28.7667 29.3935 28.7367 27.9097
rata-rata 27.2768 27.4621 27.8781 28.45 28.7794 28.3397 27.8842 27.9645 28.4853 28.9565 28.54 27.7684
Tabel 3.2 Data Kecepatan Angin Rata-rata Stasiun Meteorologi Ahmad Yani.
Kecepatan angin rata-rata (m/s)

2009 2.74194 2.35714 2.19355 1.96667 2.6129 2.66667 2.74194 2.64516 2.53333 2.45161 2.03333 2.48387
2010 2.74194 2.35714 2.19355 1.96667 2.6129 2.66667 2.74194 2.64516 2.53333 2.45161 2.03333 2.48387
2011 3.3871 3.28571 2.29032 2.13333 2.3871 3.1 3.19355 3.09677 2.83333 2.93548 2.23333 2.35484
2012 2.96774 2.25 2.80645 2.8 2.83333 2.83333 2.6129 2.90323 3 5.03226 2.53333 2.32258
2013 3.19355 2.67857 2.41935 2.43333 2.41935 2.4 2.6129 2.90323 2.63333 2.90323 2.63333 2.19355
2014 3 3 2.64516 2.16667 2.87097 2.93333 2.93548 3.19355 3.06667 3.09677 2.46667 2.67742
2015 2.90323 2.85714 2.87097 2.3 3 2.6 3.51613 3.3871 3.2 3.35484 2.6 2.70968
2016 2.41935 2.28571 2.29032 2.5 2.6 2.3 2.80645 2.80645 2.43333 2.29032 2.36667 2.3871
2017 2.48387 2.85714 2.45161 2.3 2.54839 2.76667 2.64516 2.90323 2.9 2.41935 2.03333 2.45161
2018 2.87097 2.75 2.25806 2.6 2.90323 2.5 2.51613 2.64516 2.83333 2.87097 2.3 2.19355
rata-rata 2.87097 2.66786 2.44194 2.31667 2.67882 2.67667 2.83226 2.9129 2.79667 2.98065 2.32333 2.42581
(knot)
rata-rata 1.47695 1.37246 1.25624 1.1918 1.3781 1.377 1.45704 1.49853 1.43873 1.53338 1.19522 1.24794
(m/s) 1 not = 0.51444 m/s
Tabel 3.4 Data Lamanya Penyinaran Matahari Stasiun Meteorologi Ahmad Yani.
Lamanya penyinaran matahari (jam)

2009 4.61935 5.70714 5.90968 6.02667 5.91935 5.77667 5.67097 6.32258 6.21 6.11613 5.34667 4.45161
2010 4.61935 5.70714 5.90968 6.02667 5.91935 5.77667 5.67097 6.32258 6.21 6.11613 5.34667 4.45161
2011 3.7871 4.32857 4.66774 5.43 6.30323 7.15 7.66452 7.99355 7.40667 7.38065 5.75667 5.22258
2012 4.11935 5.675 4.92581 6.84333 6.98333 7.10333 7.60968 7.89677 7.86667 7.41935 6.85333 5.06774
2013 4.96452 5.08571 6.09032 6.05 6.52581 6.54 6.34516 7.57419 7.87667 7.57419 7.87667 4.33871
2014 2.52903 4.28214 5.80323 6.76 7.20323 6.56667 6.54194 7.13548 7.98333 7.61935 7.20667 7.45806
2015 5.08065 5.29286 5.89032 7.11 9.36129 8.56333 9.64839 9.67742 10.2067 9.91935 8.84333 4.29355
2016 6.58065 4.47143 6.30968 6.36 6.68333 6.69333 8.42903 8.43226 8.29 4.89355 5.44667 4.00323
2017 4.13226 4.69286 6.03548 6.18 7.69677 7.54667 7.58387 8.92258 8.06667 8.25484 4.62333 4.57097
2018 3.65806 4.75357 5.49032 7.72667 8.6871 8.55667 9.60968 9.90645 8.52333 9.50323 7.09667 4.73871
rata-rata 4.40903 4.99964 5.70323 6.45133 7.12828 7.02733 7.47742 8.01839 7.864 7.47968 6.43967 4.85968
26
Tabel 3.5 Data Kelembaban Rata-rata (%) Stasiun Meteorologi Ahmad Yani.
Kelembapan rata-rata (%)
2009 80.129 79.6429 78.3226 78.6667 76.6774 75 74.129 73.0645 75.9667 72.6774 76.2 78.9032
2010 80.129 79.6429 78.3226 78.6667 76.6774 75 74.129 73.0645 75.9667 72.6774 76.2 78.9032
2011 80.4194 79.4643 79.2258 78.3 74.4839 66.4333 66.2903 63.0645 63.1333 63.2903 74.5333 77.3871
2012 80.3871 78.8571 77.8387 76.2333 76.0333 72.6333 66.4839 63.3548 62.4667 64.2903 71.3667 78
2013 79.2903 77.9643 76.3226 75 73.8387 73.7333 70.8065 63.871 62.5667 63.871 62.5667 79.6129
2014 85.0323 81.1786 78.8387 75 72.3226 72.4667 71.3226 69.5484 57.9333 59.1935 59 68.8387
2015 79.5806 78.5 77.5484 78.8 70.7419 68.5333 65.4516 65.6452 57 55.0968 68.4333 77.9677
2016 77 82 77.9032 77.0333 75.8333 74.8667 72.2903 68.3871 75.3667 76.6774 78.8667 81.9032
2017 82.0645 82.5714 80.4516 79.5 74.129 75.1333 69.9032 65.1935 66.2667 73.9677 80.4667 80.2581
2018 80.7742 83.4643 80.5484 75.6 70.5806 71 67.0323 63.3226 62.9 67.2258 75.8667 80.8065
rata-rata 80.4806 80.3286 78.5323 77.28 74.1318 72.48 69.7839 66.8516 65.9567 66.8968 72.35 78.2581
27
4 BAB IV
Sistem Irigasi DAS Sungai K.Kuto Karanganom
4.1 Perencanaan Petak, saluran, dan Bangunan Air

4.2 Perhitungan Ketersediaan Air Daerah Irigasi Sungai K.Kuto
Karanganom
4.2.1 Perbaikan Data Curah Hujan Yang Hilang
Berikut data curah hujan untuk tiga stasiun pengukuran.
Tabel 4.1 Curah Hujan Stasiun Kali Gading
Tabel 4.2 Data Curah Hujan Stasiun Juwero
Nama stasiun : juwero provinsi : Jawa tengah

NO. 103 Kab: Kendal
Koordinat Kec: Gemuh
Lintang Selatan 7° 0' 48" Luas Daerah DAS
Bujur Timur 110° 8' 8.9" 287.4177339 km^2
Jumlah Curah Hujan Bulanan Dalam (mm)

Bulan Jumlah
No Tahun
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Tahuna
1 2009 246 530 186 220 105 65 31 0 0 62 249 127 1821
2 2010 242 215 397 181 275 247 111 102 290 296 226 386 2968
3 2011 300 210 125 349 129 21 27 0 5 158 350 226 1900
4 2012 532 185 192 238 74 161 9 0 19 142 164 460 2176
5 2013 325 320 148 237 101 217 193 10 12 74 174 289 2100
6 2014 678 529 177 117 234 217 243 59 0 5 115 274 2648
7 2015 203 309 228 168 228 25 0 9 0 1 93 159 1423
8 2016 331 436 58 221 157 207 270 61 113 197 316 225 2592
9 2017 394 328 179 141 125 120 16 0 87 156 403 296 2245
10 2018 21 74 55 45 6 1 0 0 0 2 26 43 273
28
Tabel 4.3 Data Curah Hujan Stasiun Patean Curug (Kendal Curug)
Jika diperhatikan, tidak terdapat kekurangan data dari data yang

didapat untuk ketiga stasiun hujan. Oleh karena itu, tidak perlu
dilakukan pencarian data hilang.
4.2.2 Perhitungan Curah Hujan Rata-rata
Berikut hasil perhitungan curah hujan rata-rata menggunakan metode
poligon thiesen.
Tabel 4.4 Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata Menggunakan Metode Poligon Thiesen
Pengukuran Curah Hujan Rata-rata Metode Poligon Thiesen

Thn / Bln Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2009 254.189 542.925 194.485 212.205 124.240 74.571 29.027 0.197 0.296 73.544 250.875 139.728
2010 269.626 232.562 409.531 207.837 278.059 248.973 117.709 120.944 296.512 295.704 247.904 376.035
2011 291.613 206.941 155.981 362.517 151.397 18.928 34.893 0.000 5.395 173.688 355.624 235.373
2012 538.907 217.560 196.341 238.592 87.715 153.403 8.112 0.000 17.125 151.669 197.349 469.669
2013 325.296 335.392 175.232 255.253 117.378 218.579 191.125 13.552 12.395 75.875 184.459 290.677
2014 660.635 511.339 187.853 135.944 226.995 209.008 236.192 57.717 1.579 11.512 133.450 275.184
2015 210.795 294.595 234.709 175.499 215.075 24.901 0.000 8.112 1.579 0.901 96.947 168.768
2016 336.328 442.512 79.706 261.058 171.011 202.757 248.491 63.467 126.912 213.082 310.771 252.330
2017 374.267 325.533 207.416 147.611 138.320 131.741 16.592 0.000 94.104 164.979 519.228 266.795
2018 137.623 207.297 131.860 137.154 64.114 19.549 0.000 3.947 0.000 5.453 49.482 85.032
4.3 Perhitungan kebutuhan Air Daerah Irigasi sungai K.Kuto

Karanganom
4.3.1 Perhitungan Curah Hujan Andalan
Berikut hasil perhitungan curah hujan andalan R80 dan R50 beserta
contoh langkah-langkah perhitungannya dengan Metode Weibull.
Langkah-langkah:
29
1. Mengurutkan data curah hujan tahunan per bulan dari hasil

perhitukan curah hujan rata-rata metode poligin thiesen, bisa
juga hasil aritmatik, dari paling besar ke terkecil
2. Memberikan penomoran sesuai jumlah tahunan
3. Menentukan peluang (P) dengan persamaan:
𝑚
𝑃=
𝑛+1
Keterangan: m=urutan data, n= jumlah data. Contoh peluag data
ke-5 dengan n=10:
5
𝑃= = 0.4545
10 + 1
4. Menentukan R50 (peluang 50%) dan R80 (peluang 80%) dengan
menggunakan regresi linear. Berikut contoh R80 untuk bulan
maret:
81.82% − 72.73% 81.82% − 80%
=
210.7946 − 254.1892 210.7946 − 𝑅80
𝑅80 = 219.47351 𝑚𝑚
Berikut adalah hasil seluruh perhitungan:
Tabel 4.5 Perhitungan Curahhujan Andalan
Curah hujan Andalan (mm)
No probabilitas
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 9.09% 660.63 542.93 409.53 362.52 278.06 248.97 248.49 120.94 296.51 295.70 519.23 469.67
2 18.18% 538.91 511.34 234.71 261.06 226.99 218.58 236.19 63.47 126.91 213.08 355.62 376.03
3 27.27% 374.27 442.51 207.42 255.25 215.07 209.01 191.13 57.72 94.10 173.69 310.77 290.68
4 36.36% 336.33 335.39 196.34 238.59 171.01 202.76 117.71 13.55 17.13 164.98 250.87 275.18
5 45.45% 325.30 325.53 194.49 212.21 151.40 153.40 34.89 8.11 12.39 151.67 247.90 266.79
6 54.55% 291.61 294.59 187.85 207.84 138.32 131.74 29.03 3.95 5.39 75.87 197.35 252.33
7 63.64% 269.63 232.56 175.23 175.50 124.24 74.57 16.59 0.20 1.58 73.54 184.46 235.37
8 72.73% 254.19 217.56 155.98 147.61 117.38 24.90 8.11 0.00 1.58 11.51 133.45 168.77
9 81.82% 210.79 207.30 131.86 137.15 87.71 19.55 0.00 0.00 0.30 5.45 96.95 139.73
10 90.91% 137.62 206.94 79.71 135.94 64.11 18.93 0.00 0.00 0.00 0.90 49.48 85.03
R50 50.00% 308.45 310.06 191.17 210.02 144.86 142.57 31.96 6.03 8.89 113.77 222.63 259.56
R80 80.00% 219.47 209.35 136.68 139.25 93.65 20.62 1.62 0.00 0.55 6.67 104.25 145.54
4.3.2 Perhitungan Curah Hujan Efektif untuk Tanaman Padi dan Palawija
Berikut hasil perhitungan curah hujan andalan curah hujan efektif beserta
contoh langkah-langkah perhitungannya.
1. Membagi setiap bulan menjadi dua paruh, seperti januari menjadi
januari I dan Januari II, lalu megurutkannya, setiap paruh memiliki
30
nilai curah hujan andalan yang sama seperti nilai curah hujan andalan
bulanan sebelum dibagi menjadi dua paruh
2. Menentukan angka paruh I dan II untuk tiap paruh bulan dengan
persamaan:
𝑅80𝑖 − 𝑅80(𝑖−1) 𝑅80𝑖 − 𝑅80(𝑖+1)
𝐴𝑃𝐼 = 𝑅80𝑖 − ; 𝐴𝑃𝐼𝐼 = 𝑅80𝑖 −
4 4
Keteranagan: i=bulan
Berikut contoh untuk bulan februari:
𝑅80𝑓𝑒𝑏 − 𝑅80(𝑗𝑎𝑛) 209.35 − 219.47
𝐴𝑃𝐼 = 𝑅80𝑓𝑒𝑏 − = 209.35 −
4 4
𝐴𝑃𝐼 = 211.88 𝑚𝑚
dengan cara yang sama → 𝐴𝑃𝐼𝐼 = 191.18𝑚𝑚
3. Menentukan R80 untuk paruh I dan II dari tiap bulannya dengan
persamaan:
𝐴𝑃𝐼 𝐴𝑃𝐼𝐼
𝑅80𝐼 = × 𝑅80 ; 𝑅80𝐼𝐼 = × 𝑅80
𝐴𝑃𝐼 + 𝐴𝑃𝐼𝐼 𝐴𝑃𝐼 + 𝐴𝑃𝐼𝐼
Berikut contoh untuk bulan februari:
𝐴𝑃𝐼 211.88
𝑅80𝐼 = × 𝑅80 = × 219.47
𝐴𝑃𝐼 + 𝐴𝑃𝐼𝐼 211.88 + 191.18
𝑅80𝐼 = 105.55 𝑚𝑚
4. Menentukan curah hujan efektif padi per 15 hari (karena nilai faktor
padi yang diketahui adalah faktor padi untuk tiap mm per 15 hari)
dengan mengalikan R80I dan R80II dengan faktor padi. Berikut
contohnya: (Faktor Padi (F) = 70%)
𝑚𝑚
𝑅𝑒𝑃𝑎𝑑𝑖(𝐼) = 𝑅80𝐼 × 𝐹 = 105.55 × 0.7 = 73.88 ( )
15 ℎ𝑎𝑟𝑖
5. Mengubah Re dari (mm/15 hari)menjadi (mm/hari) dengan
membaginya dengan 15. Contoh:
73.88 𝑚𝑚
𝑅𝑒 𝑝𝑎𝑑𝑖 (𝐼) = = 4.93 ( )
15 ℎ𝑎𝑟𝑖
Untuk perhitungan Re palawijan, cara yang digunkan sama. Hanya
perlu mengubah R80 menjadi R50, dengan faktor padi = faktor
palawijan.
Berikut hasil seluruh perhitungan:
31
Tabel 4.6 Curah Hujan Efektif Padi
Curah hujan Efektif Padi

Pembandin R80 1/2 Faktor Re Padi Re
BULAN R80 (mm)
g (mm) Bulan Padi (mm / 15 Padi(mm
Jan I 200.989 105.548 70% 73.883 4.926
Jan II 219.47 216.943 113.926 70% 79.748 5.317
Feb I 211.881 110.050 70% 77.035 5.136
Feb II 209.35 191.183 99.300 70% 69.510 4.634
Mar I 154.851 72.442 70% 50.709 3.381
Mar II 136.68 137.325 64.243 70% 44.970 2.998
Apr I 138.605 72.434 70% 50.704 3.380
Apr II 139.25 127.846 66.811 70% 46.768 3.118
May I 105.047 54.520 70% 38.164 2.544
May II 93.65 75.390 39.128 70% 27.389 1.826
Jun I 38.877 14.642 70% 10.250 0.683
Jun II 20.62 15.870 5.977 70% 4.184 0.279
Jul I 6.372 1.362 70% 0.954 0.064
Jul II 1.62 1.217 0.260 70% 0.182 0.012
Aug I 0.406 0.000 70% 0.000 0.000
Aug II 0.00 0.138 0.000 70% 0.000 0.000
Sep I 0.414 0.092 70% 0.064 0.004
Sep II 0.55 2.081 0.461 70% 0.323 0.022
Oct I 5.137 0.946 70% 0.662 0.044
Oct II 6.67 31.061 5.719 70% 4.003 0.267
Nov I 79.852 42.816 70% 29.971 1.998
Nov II 104.25 114.570 61.431 70% 43.002 2.867
Dec I 135.214 80.529 70% 56.370 3.758
Dec II 145.54 109.152 65.007 70% 45.505 3.034
Grafik 4.1 Curah Hujan Efektif Padi
32
Tabel 4.7 Curah Hujan Efektif Palawijan
Curah hujan Efektif Palawijan

Pembanding R80 1/2 Faktor Re Padi (mm / Re Padi(mm
BULAN R15 (mm)
(mm) Bulan (mm) Padi 15 hari) / hari)
Jan I 296.232 151.009 70% 105.707 7.047
Jan II 308.4547 308.857 157.445 70% 110.212 7.347
Feb I 309.662 162.737 70% 113.916 7.594
Feb II 310.0641 280.340 147.327 70% 103.129 6.875
Mar I 220.893 101.321 70% 70.924 4.728
Mar II 191.1692 195.882 89.849 70% 62.894 4.193
Apr I 205.308 108.057 70% 75.640 5.043
Apr II 210.0212 193.731 101.964 70% 71.375 4.758
May I 161.149 76.428 70% 53.500 3.567
May II 144.8585 144.287 68.431 70% 47.901 3.193
Jun I 143.144 79.083 70% 55.358 3.691
Jun II 142.572 114.919 63.489 70% 44.443 2.963
Jul I 59.613 22.391 70% 15.673 1.045
Jul II 31.95997 25.477 9.569 70% 6.699 0.447
Aug I 12.512 3.917 70% 2.742 0.183
Aug II 6.029316 6.746 2.112 70% 1.478 0.099
Sep I 8.178 1.680 70% 1.176 0.078
Sep II 8.894662 35.114 7.214 70% 5.050 0.337
Oct I 87.553 43.586 70% 30.510 2.034
Oct II 113.7719 140.986 70.186 70% 49.130 3.275
Nov I 195.413 101.818 70% 71.272 4.751
Nov II 222.6264 231.860 120.809 70% 84.566 5.638
Dec I 250.329 146.013 70% 102.209 6.814
Dec II 259.5627 194.672 113.549 70% 79.485 5.299
Grafik 4.2 Curah Hujan Efektif Palawijan
33
4.3.3 Perhitungan Evapotranspirasi

Hasil perhitungan didapatkan dari tugas besar mata kuliah rekayasa
hidrologi dari semester sebelunya. Berikut hasil perhitungan evapotranspirasi
DAS K.kuto Karanganom.
Tabel 4.8 Perhitungan EvapoTranspirasi
Bulan
Penamaan
jan fab mar apr may jun jul agu sep okt nov des
T(°C) 27.277 27.463 27.878 28.450 28.779 28.340 27.884 27.965 28.485 28.956 28.540 27.768
Rh (%) 80.481 80.329 78.532 77.280 74.132 72.480 69.784 66.852 65.957 66.897 72.350 78.258
n(jam) 4.409 4.976 5.703 6.451 7.128 7.027 7.477 8.018 7.864 7.480 6.440 4.860
N(jam) 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000 8.000
n/N (%) 55.113 62.205 71.290 80.642 89.103 87.842 93.468 100.230 98.300 93.496 80.496 60.746
U (m/s) 1.477 1.375 1.256 1.192 1.378 1.377 1.457 1.499 1.439 1.533 1.195 1.248
ea (mbar) 36.254 36.627 37.503 38.900 39.559 38.679 37.519 37.728 38.971 39.913 39.080 37.237
ea (mmHg) 27.192 27.472 28.130 29.177 29.671 29.012 28.142 28.298 29.230 29.937 29.312 27.930
ed (mmhg) 21.885 22.068 22.091 22.548 21.996 21.028 19.638 18.918 19.279 20.027 21.208 21.857
ea - ed (mmhg) 5.308 5.404 6.039 6.629 7.675 7.984 8.503 9.380 9.951 9.910 8.105 6.072
F(u) 0.274 0.274 0.273 0.273 0.274 0.274 0.274 0.274 0.274 0.274 0.273 0.273
W 0.763 0.765 0.769 0.772 0.774 0.772 0.769 0.770 0.773 0.775 0.773 0.768
1-W 0.237 0.235 0.231 0.228 0.226 0.228 0.231 0.230 0.227 0.225 0.227 0.232
Ra(MJ/m2/hari) 15.947 16.049 15.356 14.407 13.253 12.605 12.905 13.853 14.951 15.749 15.898 15.847
Rs(MJ/m2/hari) 8.381 9.004 9.313 9.411 9.218 8.687 9.257 10.406 11.086 11.299 10.373 8.775
Rns(MJ/m2/hari) 6.286 6.753 6.984 7.058 6.914 6.515 6.943 7.805 8.315 8.475 7.780 6.581
f(t) 16.155 16.193 16.276 16.390 16.456 16.368 16.277 16.293 16.397 16.491 16.408 16.254
f(ed) 0.134 0.133 0.133 0.131 0.134 0.138 0.145 0.149 0.147 0.143 0.137 0.134
f(n/N) 0.596 0.660 0.742 0.826 0.902 0.891 0.941 1.002 0.985 0.941 0.824 0.647
Rnl(MJ/m2/hari) 1.292 1.424 1.608 1.774 1.983 2.015 2.222 2.427 2.370 2.222 1.858 1.412
Rn(MJ/m2/hari) 4.994 5.329 5.377 5.284 4.930 4.500 4.721 5.378 5.944 6.253 5.921 5.169
C 1.100 1.100 1.000 1.000 0.950 0.950 1.000 1.000 1.100 1.100 1.150 1.150
ET0 4.57 4.8652 4.5156 4.4935 4.076 3.7735 4.1685 4.73159 5.7334 6.0026 5.841 5.007654
4.3.4 Perhitungan Penyiapan Lahan

Berikut langkah-langkah perhitungan penyiapan lahan.
1. Menentukan evapotranspirasi air terbuka (E0) dengan koefeisien
sebesar 1.1 (mm/hai), persamaan yang digunakan:
𝐸0 = 1.1 × 𝐸𝑇0
2. Asumsi laju perkolasi (P) sebesar 2 mm/hari
3. Menentukan kebutuhan air untuk mengganti air yang hilang akibat
evaporasi dan perkolasi (M) (mm/hari) dengan persamaanberikut:
𝑀 = 𝐸0 + 𝑃
4. Menentukan nili k dengam persamaan berikut:
𝑀×𝑇
𝑘=
𝑠
Keterangan
34
T= waktu penyiapan lahan (45 hari)

s = air yang dibutuhkan untuk penjenuhan (250 dan 300 mm)
5. Menentukan kebutuhan penyiapan lahan (LP) (mm/hari) dengan

persamaan:
𝑀 × 𝑒𝑘
𝑘= 𝑘
𝑒 −1
Berikut hasil perhitungan penyiapan lahan.
Tabel 4.9 Perhitungan Persiapan Lahan
Penyiapan Lahan
ET0 E0 P M K e^k LP (mm/hari)
Bulan
(mm/hari) (mm/hari) (mm/hari) (mm/hari 250 mm 300 mm 250 mm 300 mm 250 mm 300 mm
jan 4.570 5.027 2 7.027 1.265 1.054 3.543 2.869 9.791 10.786
fab 4.865 5.352 2 7.352 1.323 1.103 3.756 3.012 10.019 11.005
mar 4.516 4.967 2 6.967 1.254 1.045 3.505 2.844 9.749 10.746
apr 4.494 4.943 2 6.943 1.250 1.041 3.489 2.833 9.732 10.730
may 4.076 4.484 2 6.484 1.167 0.973 3.213 2.645 9.414 10.426
jun 3.774 4.151 2 6.151 1.107 0.923 3.026 2.516 9.187 10.208
jul 4.168 4.585 2 6.585 1.185 0.988 3.272 2.685 9.484 10.493
agu 4.732 5.205 2 7.205 1.297 1.081 3.658 2.947 9.916 10.906
sep 5.733 6.307 2 8.307 1.495 1.246 4.460 3.476 10.707 11.661
okt 6.003 6.603 2 8.603 1.549 1.290 4.704 3.634 10.925 11.868
nov 5.841 6.425 2 8.425 1.517 1.264 4.556 3.539 10.794 11.744
des 5.008 5.508 2 7.508 1.352 1.126 3.863 3.084 10.131 11.111
4.3.5 Penggolongan Tanaman

Dalam memenuhi standar penanaman tertentu, perlu digunakan koefisien
tertentu memenuhi standar tanam yang diinginkan. Terdapat dua tipe
penggolongan harga koefisien yang dibentuk oleh dua organisasi , yaitu
Nedeco (Niger Development Corporation) dan FAO (Food Agriculture
Organisation of the United Nation) . masing-masing penggolongan dinamakan
berdasarkan nama organisasi yang menggologkan harga koefisien tersebut,
penggolongan Nedeco dan FAO. Masing-masing memiliki dua variasi standar,
yaitu variasi biasa dan variasi unggul. Koefisien tenaman padi ditentukan
berdasarkan umur penanaman padi mulai dari 0.5 bulan, 1, 1.5, sampai 4 bulan.
Sebentara itu, untuk koefisien penanaman palawija, dibedakan berdasarkan
jenis tanaman palawija, dengan penentuan koefisien dilakukan berdasarkan
umur tanam. Berikut tabel harga-harga kefisien tanam Tanaman Padi dan
Palawija.
35
Tabel 4.10 Harga-harga Koefisien Tanaman Padi
Tabel 4.11 Evapotranspirasi FAO
Karena data evaptranspirasi yang dimiliki hanya trasnpirasi FAO untuk

palawijan dan data curah hujan efektif yang dimiliki adalah tiap 0.5 bulan,
maka akan dipilih FAO variasi unggulan sebagai koefisisen tanaman padi
untuk jangka waktu ½ bulan, yaitu 1.1. Sebentara untuk tanman palawijan yang
dipilih adalah tanaman kedelai dan jagung
4.3.6 Perhitungan Kebutuhan Air Daerah Irigasi
1. Menentukan alternatif-alternatif pola tanam dengan menentukan paruh
bulan pertama dimulainya masa tanam. Caranya adalah memilih 3
paruh bulan dengan curah hujan efektif yang meningkat dari curah
hujan padi.
36
Kemaraug
Gambar 4.1 Penentuan Alternatif Pola Tanam
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa NovI, NovII, dan DecI dapat
dijadikan alternatif pola tanam karena nilai curah hujan efektif yang
meningkat.
4.3.7 Perhitungan Kebutuhan Air Daerah Irigasi
1. Menyusun pola tana. Berikuut langkah-langkah yang perlu
dilakukan;
a. Menyusun pola tanam(Padi – Panen – Padi – Panen-
Palawijan) berdasarkan alternative pola tanam. Berikut hasil
penyusunan ketiga alternatif.
Tabel 4.12 Alternatif Pola Tanam Padi dan Palawijan
ALTERNATIF I 1
BULAN Nov I Nov II Des I Des II Jan I Jan II Feb I Feb II Mar I Mar II Apr I Apr II May I May II Jun I Jun II Jul I Jul II Aug I Aug II Sep I Sep II Oct I Oct II
POLA TANAM PADI PANEN PADI PANEN PALAWIJAN
ALTERNATIF II
BULAN Nov II Des I Des II Jan I Jan II Feb I Feb II Mar I Mar II Apr I Apr II May I May II Jun I Jun II Jul I Jul II Aug I Aug II Sep I Sep II Oct I Oct II Nov I
ALTERNATIF III
BULAN Des I Des II Jan I Jan II Feb I Feb II Mar I Mar II Apr I Apr II May I May II Jun I Jun II Jul I Jul II Aug I Aug II Sep I Sep II Oct I Oct II Nov I Nov II
37
b. Menentukan Koefisien tnaman rata-rata (C rata-rata) sesuai

pola tanam.
𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3
𝐶̅ =
3
Contoh perhitungan untuk alternative I, paruh pertama bulan
Januari:
1.1 + 1.05 + 1.05
𝐶̅ = = 1.07
3
Berikut hasil penentuan untuk alternatif 1,2 ,dan 3.
Tabel 4.14 Koefisien Tanam Rata-rata Alternatif Tanam I
ALTERNATIF I
KOEFISIEN TANAM
C1 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1 1 0.82 0.45
C2 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
C3 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0 0 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
C Rata-rata LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.32 0.00 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.48 0.42 0.75 0.92 0.94 0.76 0.42 0.15
Tabel 4.13 Koefisien Tanam Rata-rata Alternatif Tanam II

ALTERNATIF II
KOEFISIEN TANAM
C1 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1 1 0.82 0.45
C2 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
C3 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0 0 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
Tabel 4.15 Koefisien Tanam Rata-rata Alternatif Tanam III

ALTERNATIF III
KOEFISIEN TANAM
C1 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1 1 0.82 0.45
C2 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
C3 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0 0 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
c. Menentukan nilai evapotranspirasi tanaman (ETc) dengan

persamaan:
𝐸𝑇𝑐 = 𝐶̅ × 𝐸𝑇
Namun, ketika 𝐶̅ tidak bernilai atau LP, maka ETc bernilai nol
(0). Contoh perhitungan untuk alternative I, paruh pertama
bulan Januari:
38
𝑚𝑚
𝐸𝑇𝑐 = 1.06666667 × 4.5699546 = 4.874618 ( )
ℎ𝑎𝑟𝑖
Berikut hasil penentuan untuk alternatif 1,2, dan 3.

Tabel 4.18 Evapotranspirasi Alternatif Tanam I
ALTERNATIF I
EVAPOTRANSPIRASI
C Rata-rata LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.32 0 LP LP LP 1.08 1.07 1.02 0.67 0.48 0.42 0.75 0.92 0.94 0.7567 0.423 0.15
ET0 5.84 5.84 5.01 5.01 4.57 4.57 4.87 4.87 4.52 4.52 4.49 4.49 4.08 4.08 3.77 3.77 4.17 4.17 4.73 4.73 5.73 5.73 6.00 6.00
Etc 0.00 0.00 0.00 5.42 4.87 4.65 3.24 1.54 0.00 0.00 0.00 0.00 4.42 4.35 3.84 2.52 2.01 1.74 3.55 4.34 5.39 4.34 2.54 0.90
Tabel 4.17 Evapotranspirasi Alternatif Tanam II

ALTERNATIF II
EVAPOTRANSPIRASI
ET0 5.84 5.01 5.01 4.57 4.57 4.87 4.87 4.52 4.52 4.49 4.49 4.08 4.08 3.77 3.77 4.17 4.17 4.73 4.73 5.73 5.73 6.00 6.00 5.84
Etc 0.00 0.00 0.00 4.95 4.87 4.95 3.24 1.43 0.00 0.00 0.00 0.00 4.42 4.03 3.84 2.78 2.01 1.97 3.55 5.26 5.39 4.54 2.54 0.88
Tabel 4.16 Evapotranspirasi Alternatif Tanam III

ALTERNATIF III
EVAPOTRANSPIRASI
ET0 5.01 5.01 4.57 4.57 4.87 4.87 4.52 4.52 4.49 4.49 4.08 4.08 3.77 3.77 4.17 4.17 4.73 4.73 5.73 5.73 6.00 6.00 5.84 5.84
Etc 0.00 0.00 0.00 4.95 5.19 4.95 3.01 1.43 0.00 0.00 0.00 0.00 4.09 4.03 4.24 2.78 2.29 1.97 4.30 5.26 5.64 4.54 2.47 0.88
d. Menentukan water layer replacement (WLR) sesuai pola tanam

dengan persamaan:
𝑊𝐿𝑅1 + 𝑊𝐿𝑅2 + 𝑊𝐿𝑅3
̅̅̅̅̅̅̅
𝑊𝐿𝑅 =
3
Januari:
3.3 + 0 + 0 𝑚𝑚
̅̅̅̅̅̅̅
𝑊𝐿𝑅 = = 1.1 ( )
3 ℎ𝑎𝑟𝑖
Berikut hasil penentuan untuk alternatif 1. Untuk 2 dan 3
memiliki hasil hasil yang sama. Perbedaan hanya terjadi pada
korelasi antara hasil dan paruh bulan, namun tetap dapat dilihat
pada tabel 4.24 dan 4.25.
Tabel 4.19 WLR Rata-rataAlternatif Tanam I

ALTERNATIF I
WATER LAYER R.
WLR3 3.30 3.30 3.30 3.30
WLR2 3.30 3.30 3.30 3.30
WLR1 3.30 3.30 3.30 3.30
WLR Rata-rata 0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
39
e. Menentukan nilai kebutuhan air: netto (net field

requirement/NFR), saluran tersier (THR), saluran sekunder
(SDR), saluran primer (DR).
Untuk masa tanam padi, Jika LP ≠ 0 (dalam tahap penyiapan
lahan),
𝑚𝑚
𝑁𝐹𝑅 = 𝐿𝑃 − 𝑅𝑒𝑝𝑎𝑑𝑖 ( )
ℎ𝑎𝑟𝑖
Jika LP = 0
𝑚𝑚
𝑁𝐹𝑅 = 𝐸𝑇𝑐 + 𝑊𝐿𝑅 + 𝑃 − 𝑅𝑒𝑝𝑎𝑑𝑖 ( )
ℎ𝑎𝑟𝑖
Saat panen, NFR = 0
Untuk masa tanam palawija (3 bulan terakhir pola tanam),
𝑚𝑚
𝑁𝐹𝑅 = 𝐸𝑇𝑐 − 𝑅𝑒𝑝𝑎𝑙𝑎𝑤𝑖𝑗𝑎 ( )
ℎ𝑎𝑟𝑖
Januari:
𝑚𝑚
𝑁𝐹𝑅 = 4.874618 + 3.3 + 2 − 3.3806 = 4.594 ( )
ℎ𝑎𝑟𝑖
Untuk saluran tersier (THR), saluran sekunder (SDR), saluran

primer (DR),
𝐿 𝑚𝑚
𝑁𝐹𝑅 ( )
𝑇𝐻𝑅 ( 𝑠 ) = ℎ𝑎𝑟𝑖
ℎ𝑎 8.64 × 0.8
𝐿 𝑚𝑚
𝑁𝐹𝑅 ( )
𝑠
𝑆𝐻𝑅 ( ) = ℎ𝑎𝑟𝑖
ℎ𝑎 8.64 × 0.72
𝐿 𝑚𝑚
𝑁𝐹𝑅 ( )
𝐷𝑅 ( 𝑠 ) = ℎ𝑎𝑟𝑖
ℎ𝑎 8.64 × 0.65
kesimpulan,
𝑇𝐻𝑅 𝑆𝐻𝑅
𝑆𝐻𝑅 = 𝑑𝑎𝑛 𝐷𝑅 =
0.9 0.9
Januari:
40
𝐿
4.594
𝑇𝐻𝑅 = = 0.66 ( 𝑠 )
8.64 × 0.8 ℎ𝑎
𝐿
0.66
𝑆𝐻𝑅 = = 0.74 ( 𝑠 )
0.9 ℎ𝑎
𝐿
0.74
𝐷𝑅 = = 0.82 ( 𝑠 )
0.9 ℎ𝑎
Berikut hasil penentuan untuk alternatif 1,2, dan 3.
Tabel 4.20 Penentuan NFR, THR, SHR, DR Alternatif Tanam I

ALTERNATIF I
Kebutuhan Air
P (mm/hari) 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Re Padi (mm/hari) 4.93 5.32 5.14 4.63 3.38 3.00 3.38 3.12 2.54 1.83 0.68 0.28 0.06 0.01 0.00 0.00 0.00 0.02 0.04 0.27 2.00 2.87 3.76 3.03
Re Palawija (mm/hari) 7.05 7.35 7.59 6.88 4.73 4.19 5.04 4.76 3.57 3.19 3.69 2.96 1.04 0.45 0.18 0.10 0.08 0.34 2.03 3.28 4.75 5.64 6.81 5.30
LP (mm/hari) 11.74 11.74 11.11 10.75 10.73 10.73
ETc 0.00 0.00 0.00 5.42 4.87 4.65 3.24 1.54 0.00 0.00 0.00 0.00 4.42 4.35 3.84 2.52 2.01 1.74 3.55 4.34 5.39 4.34 2.54 0.90
WLR Rata-rata (mm/hari) 0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
NFR (mm/hari) 6.82 6.43 5.98 3.89 4.59 5.85 2.96 1.52 -0.54 8.92 10.05 10.45 7.45 7.44 8.04 5.62 5.11 0.00 1.51 1.06 0.64 -1.30 -4.27 -4.40
THR (mm/hari) 0.99 0.93 0.86 0.56 0.66 0.85 0.43 0.22 -0.08 1.29 1.45 1.51 1.08 1.08 1.16 0.81 0.74 0.00 0.22 0.15 0.09 -0.19 -0.62 -0.64
SDR (mm/hari) 1.10 1.03 0.96 0.63 0.74 0.94 0.48 0.24 -0.09 1.43 1.62 1.68 1.20 1.20 1.29 0.90 0.82 0.00 0.24 0.17 0.10 -0.21 -0.69 -0.71
DR (mm/hari) 1.21 1.14 1.06 0.69 0.82 1.04 0.53 0.27 -0.10 1.59 1.79 1.86 1.33 1.32 1.43 1.00 0.91 0.00 0.27 0.19 0.11 -0.23 -0.76 -0.78
Tabel 4.21 Penentuan NFR, THR, SHR, DR Alternatif Tanam II

ALTERNATIF II
Kebutuhan Air
P (mm/hari) 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Re Padi (mm/hari) 4.93 5.32 5.14 4.63 3.38 3.00 3.38 3.12 2.54 1.83 0.68 0.28 0.06 0.01 0.00 0.00 0.00 0.02 0.04 0.27 2.00 2.87 3.76 3.03
LP (mm/hari) 11.74 11.11 11.11 10.73 10.73 10.43
ETc 0.00 0.00 0.00 4.95 4.87 4.95 3.24 1.43 0.00 0.00 0.00 0.00 4.42 4.03 3.84 2.78 2.01 1.97 3.55 5.26 5.39 4.54 2.54 0.88
WLR Rata-rata (mm/hari)0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
NFR (mm/hari) 6.82 5.79 5.98 3.42 4.59 6.15 2.96 1.41 -0.54 8.90 10.05 10.15 7.45 7.11 8.04 5.88 5.11 0.00 1.51 1.98 0.64 -1.10 -4.27 -4.42
THR (mm/hari) 0.99 0.84 0.86 0.49 0.66 0.89 0.43 0.20 -0.08 1.29 1.45 1.47 1.08 1.03 1.16 0.85 0.74 0.00 0.22 0.29 0.09 -0.16 -0.62 -0.64
SDR (mm/hari) 1.10 0.93 0.96 0.55 0.74 0.99 0.48 0.23 -0.09 1.43 1.62 1.63 1.20 1.14 1.29 0.95 0.82 0.00 0.24 0.32 0.10 -0.18 -0.69 -0.71
DR (mm/hari) 1.21 1.03 1.06 0.61 0.82 1.09 0.53 0.25 -0.10 1.59 1.79 1.81 1.33 1.27 1.43 1.05 0.91 0.00 0.27 0.35 0.11 -0.20 -0.76 -0.79
41
Tabel 4.22 Penentuan NFR, THR, SHR, DR Alternatif Tanam III

ALTERNATIF III
Kebutuhan Air
P (mm/hari) 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Re Padi (mm/hari)0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Re Palawija (mm/hari)
0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
LP (mm/hari) 11.11 11.11 10.79 10.73 10.43 10.43
ETc 0.00 0.00 0.00 4.95 5.19 4.95 3.01 1.43 0.00 0.00 0.00 0.00 4.09 4.03 4.24 2.78 2.29 1.97 4.30 5.26 5.64 4.54 2.47 0.88
WLR Rata-rata (mm/hari)
0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
NFR (mm/hari)11.11 11.11 10.79 8.05 8.29 9.15 6.11 4.53 2.00 10.73 10.43 10.43 7.19 7.13 8.44 5.88 5.39 0.00 4.30 5.26 5.64 4.54 2.47 0.88
THR (mm/hari) 1.61 1.61 1.56 1.16 1.20 1.32 0.88 0.66 0.29 1.55 1.51 1.51 1.04 1.03 1.22 0.85 0.78 0.00 0.62 0.76 0.82 0.66 0.36 0.13
SDR (mm/hari) 1.79 1.79 1.73 1.29 1.33 1.47 0.98 0.73 0.32 1.72 1.68 1.68 1.16 1.15 1.36 0.95 0.87 0.00 0.69 0.84 0.91 0.73 0.40 0.14
DR (mm/hari) 1.98 1.98 1.92 1.43 1.48 1.63 1.09 0.81 0.36 1.91 1.86 1.86 1.28 1.27 1.50 1.05 0.96 0.00 0.77 0.94 1.00 0.81 0.44 0.16
Berikut gabungan dari hasil perhitungan langkah a-e:
Tabel 4.23 Penentuan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Untuk Alternatif Tanam I
ALTERNATIF I
ET0 (mm/hari) 11.87 5.841 0 5.008 okt 4.57 6.003 4.865 6.6028 4.516 2 4.494 8.6028 4.076 1.549 3.774 1.29 4.168 4.704 4.732 3.634 5.7334 10.93 6.0026
P (mm/hari) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Re Padi (mm/hari) 4.926 5.3165 5.136 4.634 3.381 2.998 3.38 3.118 2.5442 1.826 0.6833 0.279 0.0636 0.012 0 0 0.004 0.022 0.044 0.267 1.998 2.8668 3.758 3.0337
KOEFISIEN TANAM
C1 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1 1 0.82 0.45
C2 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
C3 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0 0 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
Penyiapan lahan
LP (mm/hari) 11.74 11.74 11.11 10.75 10.73 10.73
EVAPOTRANSPIRASI
ETc 0 0 0 5.425 4.875 4.646 3.243 1.541 0 0 0 0 4.4158 4.348 3.836 2.516 2.015 1.737 3.549 4.337 5.389 4.3383 2.541 0.9004
WATER LAYER R.
WLR3 3.3 3.3 3.3 3.3
WLR2 3.3 3.3 3.3 3.3
WLR1 3.3 3.3 3.3 3.3
WLR Rata-rata (mm/hari) 0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kebutuhan Air
NFR (mm/hari) 6.82 6.43 5.98 3.89 4.59 5.85 2.96 1.52 0.00 8.92 10.05 10.45 7.45 7.44 8.04 5.62 5.11 0.00 1.51 1.06 0.64 -1.30 -4.27 -4.40
THR (mm/hari) 0.99 0.93 0.86 0.56 0.66 0.85 0.43 0.22 0.00 1.29 1.45 1.51 1.08 1.08 1.16 0.81 0.74 0.00 0.22 0.15 0.09 -0.19 -0.62 -0.64
SDR (mm/hari) 1.10 1.03 0.96 0.63 0.74 0.94 0.48 0.24 0.00 1.43 1.62 1.68 1.20 1.20 1.29 0.90 0.82 0.00 0.24 0.17 0.10 -0.21 -0.69 -0.71
DR (mm/hari) 1.21 1.14 1.06 0.69 0.82 1.04 0.53 0.27 0.00 1.59 1.79 1.86 1.33 1.32 1.43 1.00 0.91 0.00 0.27 0.19 0.11 -0.23 -0.76 -0.78
42
Tabel 4.25 Penentuan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Untuk Alternatif Tanam II
ALTERNATIF III
ET0 (mm/hari) 11.87 5.841 0 5.008 okt 4.57 6.003 4.865 6.603 4.516 2 4.4935 8.603 4.076 1.549 3.774 1.29 4.168 4.704 4.732 3.634 5.7334 10.925 6.0026
P (mm/hari) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Re Padi (mm/hari)
4.926 5.317 5.136 4.634 3.381 2.998 3.38 3.118 2.544 1.826 0.6833 0.2789 0.064 0.012 0 0 0.004 0.022 0.044 0.267 1.998 2.8668 3.758 3.0337
Re Palawija (mm/hari)
7.047 7.347 7.594 6.875 4.728 4.193 5.043 4.758 3.567 3.193 3.6905 2.9628 1.045 0.447 0.183 0.099 0.078 0.337 2.034 3.275 4.751 5.6377 6.8139 5.299
KOEFISIEN TANAM
C1 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1 1 0.82 0.45
C2 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
C3 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0 0 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
Penyiapan lahan
LP (mm/hari) 11.11 11.11 10.79 10.73 10.43 10.43
EVAPOTRANSPIRASI
ETc 0 0 0 5.425 4.875 4.646 3.243 1.541 0 0 0 0 4.416 4.348 3.836 2.516 2.015 1.737 3.549 4.337 5.389 4.3383 2.5411 0.9004
WATER LAYER R.
WLR3 3.3 3.3 3.3 3.3
WLR2 3.3 3.3 3.3 3.3
WLR1 3.3 3.3 3.3 3.3
WLR Rata-rata (mm/hari)
0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kebutuhan Air
NFR (mm/hari) 6.19 5.79 5.65 3.89 4.59 5.85 2.96 1.52 0.00 8.90 9.74 10.15 7.45 7.44 8.04 5.62 5.11 0.00 1.51 1.06 0.64 -1.30 -4.27 -4.40
THR (mm/hari) 0.89 0.84 0.82 0.56 0.66 0.85 0.43 0.22 0.00 1.29 1.41 1.47 1.08 1.08 1.16 0.81 0.74 0.00 0.22 0.15 0.09 -0.19 -0.62 -0.64
SDR (mm/hari) 0.99 0.93 0.91 0.63 0.74 0.94 0.48 0.24 0.00 1.43 1.57 1.63 1.20 1.20 1.29 0.90 0.82 0.00 0.24 0.17 0.10 -0.21 -0.69 -0.71
DR (mm/hari) 1.10 1.03 1.01 0.69 0.82 1.04 0.53 0.27 0.00 1.59 1.73 1.81 1.33 1.32 1.43 1.00 0.91 0.00 0.27 0.19 0.11 -0.23 -0.76 -0.78
Tabel 4.24 Penentuan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Untuk Alternatif Tanam III
ALTERNATIF II
ET0 (mm/hari) 11.87 5.841 0 5.008 okt 4.57 6.003 4.865 6.603 4.516 2 4.4935 8.603 4.076 1.549 3.774 1.29 4.168 4.704 4.732 3.634 5.733 10.93 6.003
P (mm/hari) 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Re Padi (mm/hari) 4.926 5.317 5.136 4.634 3.381 2.998 3.38 3.118 2.544 1.826 0.683 0.2789 0.064 0.012 0 0 0.004 0.022 0.044 0.267 1.998 2.867 3.758 3.034
KOEFISIEN TANAM
C1 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 LP LP LP 1.10 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.50 0.75 1 1 0.82 0.45
C2 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0 LP LP 1.1 1.10 1.05 1.05 0.95 0.00 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
C3 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0 0 LP 1.1 1.1 1.05 1.05 0.95 0 0.5 0.75 1 1 0.82 0.45
Penyiapan lahan
LP (mm/hari) 11.74 11.11 11.11 10.73 10.73 10.43
EVAPOTRANSPIRASI
ETc 0 0 0 5.425 4.875 4.646 3.243 1.541 0 0 0 0 4.416 4.348 3.836 2.516 2.015 1.737 3.549 4.337 5.389 4.338 2.541 0.9
WATER LAYER R.
WLR3 3.3 3.3 3.3 3.3
WLR2 3.3 3.3 3.3 3.3
WLR1 3.3 3.3 3.3 3.3
WLR Rata-rata (mm/hari)0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 1.10 1.10 2.20 1.10 1.10 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Kebutuhan Air
NFR (mm/hari) 6.82 5.79 5.98 3.89 4.59 5.85 2.96 1.52 0.00 8.90 10.05 10.15 7.45 7.44 8.04 5.62 5.11 0.00 1.51 1.06 0.64 -1.30 -4.27 -4.40
THR (mm/hari) 0.99 0.84 0.86 0.56 0.66 0.85 0.43 0.22 0.00 1.29 1.45 1.47 1.08 1.08 1.16 0.81 0.74 0.00 0.22 0.15 0.09 -0.19 -0.62 -0.64
SDR (mm/hari) 1.10 0.93 0.96 0.63 0.74 0.94 0.48 0.24 0.00 1.43 1.62 1.63 1.20 1.20 1.29 0.90 0.82 0.00 0.24 0.17 0.10 -0.21 -0.69 -0.71
DR (mm/hari) 1.21 1.03 1.06 0.69 0.82 1.04 0.53 0.27 0.00 1.59 1.79 1.81 1.33 1.32 1.43 1.00 0.91 0.00 0.27 0.19 0.11 -0.23 -0.76 -0.78
4.4 Evaluasi Keseimbangan Air Daerah Sungai K.Kuto Karanganom.

4.4.1 Perhitungan Luas Maksimum Sawah yang Dapat Diairi
Berikut langkah-langkah yang harus dilalui:
43
1. Menambahkan 3 alternatif DR (DR4, DR5, DR6) dari 3 nilai DR yang

sudah ada dengan nilai masing-masing ditentukan dengan persamaan
berikut:
𝐷𝑅1 + 𝐷𝑅2
𝐷𝑅4 = ,
2
𝑚𝑎𝑠𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑎𝑚 𝑑𝑖𝑚𝑢𝑙𝑎𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑎𝑙𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑡𝑖𝑓 2
𝐷𝑅1 + 𝐷𝑅2 + 𝐷𝑅3
𝐷𝑅4 = ,
3
𝐷𝑅2 + 𝐷𝑅3
𝐷𝑅4 = ,
2
Contoh perhitungan untuk paruh pertama bulan Januari (DR1=
0.8180, DR2= 0.6928, DR3= 1.0062) (L/s/ha):
𝐿
0.8180 + 0.6928
𝐷𝑅4 = = 0.7554 ( 𝑠 )
2 ℎ𝑎
𝐿
0.8180 + 0.6928 + 1.0062
𝐷𝑅5 = = 0.839 ( 𝑠 )
3 ℎ𝑎
𝐿
0.6928 + 1.0062
𝐷𝑅5 = = 0.8495 ( 𝑠 )
2 ℎ𝑎
Berikut hasil perhitungan untuk DR4, DR5, DR6 :
44
Tabel 4.26 Penentuan DR4, DR5, dan DR6

DR (L/s/ha)
bulan
DR1 DR2 DR3 DR4 DR5 DR6
Jan I 0.81802 0.692836 1.006156 0.755428 0.839004 0.849496
Jan II 1.041333 0.81802 0.692836 0.929676 0.85073 0.755428
Feb I 0.527639 1.041333 0.81802 0.784486 0.795664 0.929676
Feb II 0.271153 0.527639 1.041333 0.399396 0.613375 0.784486
Mar I 0 0.271153 0.527639 0.135576 0.266264 0.399396
Mar II 1.588371 0 0.271153 0.794185 0.619841 0.135576
Apr I 1.788948 1.585483 0 1.687216 1.12481 0.792742
Apr II 1.86095 1.788948 1.585483 1.824949 1.745127 1.687216
May I 1.32696 1.806796 1.734793 1.566878 1.62285 1.770794
May II 1.324021 1.32696 1.806796 1.325491 1.485926 1.566878
Jun I 1.430983 1.324021 1.32696 1.377502 1.360655 1.325491
Jun II 0.999942 1.430983 1.324021 1.215462 1.251649 1.377502
Jul I 0.909988 0.999942 1.430983 0.954965 1.113638 1.215462
Jul II 0 0.909988 0.999942 0.454994 0.636643 0.954965
Aug I 0.269709 0 0.909988 0.134855 0.393232 0.454994
Aug II 0.189092 0.269709 0 0.229401 0.152934 0.134855
Sep I 0.113583 0.189092 0.269709 0.151338 0.190795 0.229401
Sep II -0.23139 0.113583 0.189092 -0.0589 0.023763 0.151338
Oct I -0.76084 -0.23139 0.113583 -0.49611 -0.29288 -0.0589
Oct II -0.78322 -0.76084 -0.23139 -0.77203 -0.59182 -0.49611
Nov I 1.214063 -0.78322 -0.76084 0.215419 -0.11 -0.77203
Nov II 1.144447 1.214063 -0.78322 1.179255 0.525095 0.215419
Dec I 1.064006 1.0318 1.101416 1.047903 1.065741 1.066608
Dec II 0.692836 1.064006 1.0318 0.878421 0.929547 1.047903
Keterngan:
Warna hijau: masa tanam Padi (I). Warna biru: masa tanam Padi
(II). Warna kuning: Masa tanam Palawija
2. Menghitung luas layan daerah irigasi (A) untuk setiap alternatif dan
setiap paruh bulan
𝐿
𝑅80( 𝑠 )
𝐴=
𝐿
𝐷𝑅( 𝑠 )
ℎ𝑎
Keterangan:
R80 merupakan debit andalan 80% yang sudah pernah ditentukan
pada Tugas Besar Rekayasa Hidrologi, berikut tabel hasil
perhitungan R80.
45
Tabel 4.27 Debit Andalan R80 dan R90

DEBIT ANDALAN (m^3/s)
Probabilitas
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1 0.090909 40.74832 44.49068 24.72047 23.36524 20.8606 21.39946 17.12631 7.747863 15.17213 16.78612 19.61504 25.48603
2 0.181818 32.51409 34.24479 23.45517 17.72123 16.51577 16.69779 16.43876 7.273964 4.403369 6.516725 15.7741 16.40964
3 0.272727 24.37997 26.25951 18.50308 17.6416 13.23731 14.21648 12.29694 5.839252 4.134036 2.343728 14.88669 14.92808
4 0.363636 22.98567 23.19961 16.45084 17.18247 12.95591 14.11495 10.46685 5.680323 3.228317 1.718298 7.362117 14.79403
5 0.454545 20.24829 22.02291 14.26727 16.78927 12.01261 8.759993 3.893819 2.141601 1.217143 1.318079 3.224741 8.66054
6 0.545455 15.38111 17.09476 13.89152 16.69672 9.525921 7.146251 3.58107 1.969589 1.119383 1.298058 2.89927 8.087788
7 0.636364 12.86421 14.2144 13.46758 14.46472 8.759224 6.728071 3.298566 1.814211 1.031077 0.749055 2.550898 6.956293
8 0.727273 11.52229 13.63924 10.29426 11.29018 8.059875 6.094366 3.243775 1.784076 1.01395 0.539683 1.332019 1.774275
9 0.818182 9.387815 9.477571 9.730716 11.07249 7.281164 5.118577 2.724404 1.498422 0.851603 0.453273 0.30672 0.45069
10 0.909091 9.109724 7.745778 4.819475 4.576695 2.090102 1.187875 0.632256 0.347741 0.197633 0.105192 0.059784 0.03182
Debit 0.8 9.81471 10.3099 9.843424 11.11603 7.436907 5.313735 2.828278 1.555553 0.884073 0.470555 0.51178 0.715407
Andalan 0.9 9.137533 7.918958 5.310599 5.226274 2.609208 1.580945 0.841471 0.462809 0.26303 0.14 0.084477 0.073707
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Qandalan 9814.71 10309.9 9843.424 11116.03 7436.907 5313.735 2828.278 1555.553 884.0726 470.5548 511.7797 715.4071
(L/s) 9137.533 7918.958 5310.599 5226.274 2609.208 1580.945 841.4707 462.8089 263.0297 139.9997 84.47748 73.70742
Contoh perhitungan untuk paruh pertama bulan Januari (DR1=

0.8180):
98147
𝐴= = 11998 (ℎ𝑎)
0.818
Berikut hasil perhitungan luas layan untuk setiap alternatif:
Tabel 4.28 Penentuan Luas Layan Lahan untuk Alternatif 1-6
Luas Layan (ha)

A1 A2 A3 A4 A5 A6
11998.13 14165.99 9754.661 12992.25 11698.049 11553.57
9425.144 11998.13 14165.99 10557.13 11536.815 12992.25
19539.68 9900.683 12603.49 13142.24 12957.61 11089.78
38022.47 19539.68 9900.683 25813.73 16808.486 13142.24
MAX 36302.11 18655.59 72604.23 36968.653 24645.77
6197.183 MAX 36302.11 12394.37 15880.557 72604.23
6213.724 7011.129 MAX 6588.386 9882.5795 14022.26
5973.308 6213.724 7011.129 6091.144 6369.7526 6588.386
5604.469 4116.075 4286.912 4746.322 4582.622 4199.757
5616.908 5604.469 4116.075 5610.681 5004.8979 4746.322
3713.346 4013.33 4004.442 3857.514 3905.2773 4008.881
5314.044 3713.346 4013.33 4371.78 4245.3881 3857.514
3108.04 2828.443 1976.458 2961.657 2539.6756 2326.915
MAX 3108.04 2828.443 6216.079 4442.4855 2961.657
5767.517 MAX 1709.422 11535.03 3955.811 3418.843
8226.423 5767.517 MAX 6780.94 10171.41 11535.03
7783.489 4675.35 3277.872 5841.722 4633.6285 3853.834
MAX 7783.489 4675.35 MAX 37204.18 5841.722
MAX MAX 4142.825 MAX MAX MAX
MAX MAX MAX MAX MAX MAX
421.543 MAX MAX 2375.738 MAX MAX
447.1853 421.543 MAX 433.9857 974.64197 2375.738
672.3713 693.3585 649.534 682.7036 671.27696 670.7311
1032.578 672.3713 693.3585 814.424 769.62965 682.7036
46
3. Menghitung rata-rata luas layan per masa tanam (Padi I, Padi II,
Palawija) untuk setiap alternatif.
Untuk tiap masa tanam ditentukan rata-rata luasnya masing-masing.
Hasil perhitungan rata-rata dapat dilihat pada langkah 4.
4. Menjumlahkan rata-rata luas layan per masa tanam. Alternatif
dengan jumlah terbesar akan digunakan sebagai luas maksimum
sawah. Berikut hasil perhitungan rata-rata luas layan tiap alternatif
beserta penjumlahan luas layan tiap alternatif.
Tabel 4.29 Perhitungan Rata-Rata Luas Layan Tiap Alternatif Beserta
Penjumlahan Luas Layan
RATA-RATA MT PADI I (ha) 10194.89 11711.73 12840.68 8351.525 13411.38 18422.66

RATA-RATA MT PADI II (ha) 5217.627 4576.069 3743.276 5827.731 4380.739 4013.535
RATA-RATA MT PALAWIJA (ha) 7259.143 6075.452 4032.016 8052.565 14270.82 4023.765
TOTAL 22671.66 22363.26 20615.97 22231.82 32062.94 26459.96
Dapat dilihat bahwa alternative ke-4 memiliki jumlah rata-rata luas
layan terbesar, yaitu sebesar 32062.94 ha. Oleh karena itu, alternatif
ke-empat akan digunakan dalam perhitungan -perhitungan kedepan.
5. Menentukan DR terbesar dari alternative masa tanam dengan jumlah
rata-rata luas layan per masa tanam terbesar.
Berdasarkan hasil penentuan alternatif pada langkah
sebelumnya, DR terbesar akan ditentukan dari alternatif pola tanam
ke-4.
DRmax yang didapat adalah 1.745 (L/s/ha)
6. Menentukan SHRmax dan THRmax dengan persamaan berikut:
𝑆𝐻𝑅𝑚𝑎𝑥 = 0.9 (𝐷𝑅𝑚𝑎𝑥 )
𝑇𝐻𝑅𝑚𝑎𝑥 = 0.9 (𝑆𝐻𝑅𝑚𝑎𝑥 )
Berdasarkan hasil perhitungan pada langkah 5,
𝑆𝐻𝑅𝑚𝑎𝑥 = 0.9 (1.745) = 1.5706 (L/s/ha)
𝑇𝐻𝑅𝑚𝑎𝑥 = 0.9 (1.5706) = 1.41355 (L/s/ha)
Berikut tabel yang memperlihatkan seluruh hasil perhitungan.
47
Tabel 4.30 Evaluasi Keseimbangan Air Daerah Sungai K.Kuto Karanganom

Qandalan DR (L/s/ha) Luas Layan (ha)
bulan
(L/s) DR1 DR2 DR3 DR4 DR5 DR6 A1 A2 A3 A4 A5 A6
Jan I 9814.71 0.81802 0.692836 1.006156 0.755428 0.839004 0.849496 11998.13 14165.99 9754.661 12992.25 11698.049 11553.57
Jan II 9814.71 1.041333 0.81802 0.692836 0.929676 0.85073 0.755428 9425.144 11998.13 14165.99 10557.13 11536.815 12992.25
Feb I 10309.9 0.527639 1.041333 0.81802 0.784486 0.795664 0.929676 19539.68 9900.683 12603.49 13142.24 12957.61 11089.78
Feb II 10309.9 0.271153 0.527639 1.041333 0.399396 0.613375 0.784486 38022.47 19539.68 9900.683 25813.73 16808.486 13142.24
Mar I 9843.424 0 0.271153 0.527639 0.135576 0.266264 0.399396 MAX 36302.11 18655.59 72604.23 36968.653 24645.77
Mar II 9843.424 1.588371 0 0.271153 0.794185 0.619841 0.135576 6197.183 MAX 36302.11 12394.37 15880.557 72604.23
Apr I 11116.03 1.788948 1.585483 0 1.687216 1.12481 0.792742 6213.724 7011.129 MAX 6588.386 9882.5795 14022.26
Apr II 11116.03 1.86095 1.788948 1.585483 1.824949 1.745127 1.687216 5973.308 6213.724 7011.129 6091.144 6369.7526 6588.386
May I 7436.907 1.32696 1.806796 1.734793 1.566878 1.62285 1.770794 5604.469 4116.075 4286.912 4746.322 4582.622 4199.757
May II 7436.907 1.324021 1.32696 1.806796 1.325491 1.485926 1.566878 5616.908 5604.469 4116.075 5610.681 5004.8979 4746.322
Jun I 5313.735 1.430983 1.324021 1.32696 1.377502 1.360655 1.325491 3713.346 4013.33 4004.442 3857.514 3905.2773 4008.881
Jun II 5313.735 0.999942 1.430983 1.324021 1.215462 1.251649 1.377502 5314.044 3713.346 4013.33 4371.78 4245.3881 3857.514
Jul I 2828.278 0.909988 0.999942 1.430983 0.954965 1.113638 1.215462 3108.04 2828.443 1976.458 2961.657 2539.6756 2326.915
Jul II 2828.278 0 0.909988 0.999942 0.454994 0.636643 0.954965 MAX 3108.04 2828.443 6216.079 4442.4855 2961.657
Aug I 1555.553 0.269709 0 0.909988 0.134855 0.393232 0.454994 5767.517 MAX 1709.422 11535.03 3955.811 3418.843
Aug II 1555.553 0.189092 0.269709 0 0.229401 0.152934 0.134855 8226.423 5767.517 MAX 6780.94 10171.41 11535.03
Sep I 884.0726 0.113583 0.189092 0.269709 0.151338 0.190795 0.229401 7783.489 4675.35 3277.872 5841.722 4633.6285 3853.834
Sep II 884.0726 -0.23139 0.113583 0.189092 -0.0589 0.023763 0.151338 MAX 7783.489 4675.35 MAX 37204.18 5841.722
Oct I 470.5548 -0.76084 -0.23139 0.113583 -0.49611 -0.29288 -0.0589 MAX MAX 4142.825 MAX MAX MAX
Oct II 470.5548 -0.78322 -0.76084 -0.23139 -0.77203 -0.59182 -0.49611 MAX MAX MAX MAX MAX MAX
Nov I 511.7797 1.214063 -0.78322 -0.76084 0.215419 -0.11 -0.77203 421.543 MAX MAX 2375.738 MAX MAX
Nov II 511.7797 1.144447 1.214063 -0.78322 1.179255 0.525095 0.215419 447.1853 421.543 MAX 433.9857 974.64197 2375.738
Dec I 715.4071 1.064006 1.0318 1.101416 1.047903 1.065741 1.066608 672.3713 693.3585 649.534 682.7036 671.27696 670.7311
Dec II 715.4071 0.692836 1.064006 1.0318 0.878421 0.929547 1.047903 1032.578 672.3713 693.3585 814.424 769.62965 682.7036
RATA-RATA MT PADI I (ha) 10194.89 11711.73 12840.68 8351.525 13411.385 18422.66
RATA-RATA MT PADI II (ha) 5217.627 4576.069 3743.276 5827.731 4380.7388 4013.535
RATA-RATA MT PALAWIJA (ha) 7259.143 6075.452 4032.016 8052.565 14270.817 4023.765
TOTAL 22671.66 22363.26 20615.97 22231.82 32062.94 26459.96
DRmax (L/s/ha) 1.745127112
SHRmax (L/s/ha) 1.570614401
THRmax (L/s/ha) 1.413552961
48
5 BAB V
dsfasdfaf
49

Tugas Besar - SI-3131 IRIGASI DAN DRAINASE - Progres-2 - ITB

Diunggah oleh

Informasi Dokumenklik untuk memperluas informasi dokumenTugas besar ini membahas perencanaan sistem irigasi dan drainase untuk DAS Kuto Karanganom, mencakup perhitungan luas maksimum sawah, perencanaan saluran irigasi dan drainase, serta penentuan dimensi saluran."

Informasi Dokumenklik untuk memperluas informasi dokumen

Hak Cipta:

Format Tersedia

Tugas Besar - SI-3131 IRIGASI DAN DRAINASE - Progres-2 - ITB

Diunggah oleh

Informasi Dokumen

Deskripsi Asli:

Judul Asli

Hak Cipta

Format Tersedia

Bagikan dokumen Ini

Bagikan atau Tanam Dokumen

Opsi Berbagi

Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

Apakah konten ini tidak pantas?

Hak Cipta:

Format Tersedia

Tugas Besar - SI-3131 IRIGASI DAN DRAINASE - Progres-2 - ITB

Diunggah oleh

Hak Cipta:

Format Tersedia

SI–3131 IRIGASI DAN DRAINASE

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS BESAR

SI–3131 IRIGASI DAN DRAINASE

Reza Fakhrozi Rifqi Sulistio

Dr. Ir. Yadi Suryadi, M.T. Asrini Chrysanti, S.T., M.T.

NOPEG 111000078 NIP 0007109401

1.1 Latar Belakang

Gambar 1.1 Metodologi Perancangan Sistem Irigasi

Luas maksimum sawah dapat ditentukan dengan beberapa langkah

pendesainan dalam pengerjaan sistem irigasi, ruang lingkup

2.1 Sistem Irigasi

• Jaringan dan trase saluran irigasi

• Jaringan dan trase saluran pembuang

• Petak-petak primer, sekunder dan tersier

• Batas-batas daerah irigasi

• Jaringan dan trase jalan

• Daerah-daerah yang tidak diairi (misal desa-desa)

• Daerah-daerah yang tidak dapat diairi (tanah jelek, terlalu tinggi

Peta ikhtisar umum dibuat berdasarkan peta topografi yang dilengkapi

Apabila keadaan topografi memungkinkan, bentuk petak

sumber air, biasanya sungai. Proyek-proyek irigasi tertentu

- Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan

Gambar 2.1 Jaringan Irigasi Utam

- Saluran pembuang tersier terletak di dan antara petak-petak

Bendung (weir) atau bendung gerak (barrage) dipakai untuk

sewaktu-waktu terjadi kekurangan air. Jadi, fungsi utama waduk

2.4 Kebutuhan Air

tanah. Tes kelulusan tanah akan merupakan bagian dari penyelidikan

2. Kebutuhan air untuk tanaman

Pada perhitungan neraca air, sebenarnya terdapat parameter-parameter

2.6 Standar Tata Nama

Gambar 2.2Standar Tata Nama Sistim Irigasi

Gambar 2.3 Standar Tata Nama Bangunan-Bangunan

Saluran dibagi menjadi ruas-ruas yang berkapasitas sama. Misalnya,

ruas RS2 di saluran Sambak terletak antara bangunan-bangunan bagi BS 1

Gambar 2.4 Sistem Tata Nama Petak Rotasi dan Kuarter

Gambar 2.5 Sistem Tata Nama Jaringan Pembuangan

3.1 Lokasi DAS

Gambar 3.1 Data DAS

3.2 Luas DAS

Gambar 3.2 Gambar DAS K. Kuto Karanganom

Tabel 3.1 Luas Daerah Pengaruh Stasiun (Polygon Thiesen)

Persentase Nama Stasiun Luas Daerah DAS

Gambar 3.3 Poligon Thiesen DAS K. Kuto- Karanganom

3.4 Data Pengukuran Hidrometeorologi DAS K.Kuto Karanganom

Berikut adalah data klimatologi yang didapat dari stasiun

Kecepatan angin rata-rata (m/s)

Lamanya penyinaran matahari (jam)

4.1 Perencanaan Petak, saluran, dan Bangunan Air

Tabel 4.2 Data Curah Hujan Stasiun Juwero

Nama stasiun : juwero provinsi : Jawa tengah

Jumlah Curah Hujan Bulanan Dalam (mm)

Jika diperhatikan, tidak terdapat kekurangan data dari data yang

Pengukuran Curah Hujan Rata-rata Metode Poligon Thiesen