Pembagian Hadits Dari Segi Kualitas
Pembagian Hadits Dari Segi Kualitas
Pembagian Hadits Dari Segi Kualitas
Disusun Oleh :
Yunita Sari
(2111110509)
(21111110502)
M. Zaini
(2111110486)
FAKULTAS SYARIAH
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya. Penyusun
sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Hadits merupakan sumber ajaran Islam yang kedua telah dibukukan pada
masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz, khilafah kelima Bani Umayyah.
Sedangkan sebelumnya hadits– hadits Nabi SAW masih terdengar dalam ingatan
para sahabat untuk kepentingan dan pegangan mereka sendiri. Umat Islam di
dunia harus menyadari bahwa hadits Rasulullah SAW sebagai pedoman hidup
yang kedua setelah AlQur‟an. Tingkah laku manusia yaang tidak ditegaskan
ketentuan hukumnya, cara mengamalkannya, tidak dirinci dengan ayat
AlQur‟an secara mutlak dan secara jelas, hal ini membuat para muhaditsin sadar
akan perlunya mencari penyelesaian dalam hal tersebut dengan al-hadits.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Pembahasan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A.Hadist Shahih
Dari kedua pengertian di atas maka dapat difahami bahwa hadits shahih
merupakan hadits yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sanadnya
bersambung, perawinya yang adil, kuat ingatannya atau kecerdasannya, tidak ada
cacat atau rusak.
2
a. Sanadnya bersambung Yang dimaksudsanad bersambung adalah tiap–
tiap periwayatan dalam sanad hadits menerima periwayat hadits dari periwayat
terdekat sebelumnya, keadaan ini berlangsung demikian sampai akhir anad dari
hadits itu.
d. Tida Janggal atau Syadz Adalah hadits yang tidak bertentangan dengan
hadits lain yang sudahdiketahui tinggi kualitas ke-shahih-annya.
e. Terhindar dari „illat (cacat) Adalah hadits yang tidak memiliki cacat,
yang disebabkan adanya hal – hal yang tidak bak, yang kelihatannya samar –
samar.
Para ulama‟ ahli hadits membagi hadits–hadits menjadi dua macam yaitu :
Adapun contoh hadist Li-dzatih , yang artinya “Dari Ibnu Umar ra.
Rasulullah SAW bersabda: “Dasar (pokok) Islam itu ada lima perkara : mengakui
3
tidak ada tuhan selain Allah dan mengaku bahwa Muhammad adalah Rasul Allah
, menegakkan Sholat (sembahyang), membayar zakat, menunaikan puasa dibulan
Ramadhan dan menunaikan ibadah haji” (HR. Bukhari dan Muslim).
Adapun contoh hadist Li-dzatih , yang artinya “Dari Ibnu Umar ra.
Rasulullah SAW bersabda: “Dasar (pokok) Islam itu ada lima perkara : mengakui
tidak ada tuhan selain Allah dan mengaku bahwa Muhammad adalah Rasul Allah
, menegakkan Sholat (sembahyang), membayar zakat, menunaikan puasa dibulan
Ramadhan dan menunaikan ibadah haji” (HR. Bukhari dan Muslim).
Pertama : menurut sebagian ulama bahwa hadist shahih tidak memberi faidah
qath‟i sehingga tidak bisa dijadikan hujjah untuk menetapkan soal aqidah.
Ketiga : Pendapat Ibn Hazm, bahwa semua hadist shahih memberikan faidah
qath‟i, tanpa dibedakan apakah diriwayatkan oleh kedua ulama di atas atau bukan
4
jika memenuhi syarat ke shahih-hannya, adalah sama dalam memberikan
faidahnya.1
B.Hadist Hasan
”Hadist hasan adalah hadist yang dinukilkan oleh orang yang adil, yang
kurang kuat ingatannya, yang muttasil sanadnya, tidak cacat dan tidak ganjil.”2
Dari uraian di atas maka dapat difahami bahwa hadist Hasan tidak
memperlihatkan kelemahan dalam sanadnya kurang kesempurnaan hafalannya.
Disamping itu pula hadist hasan hampir sama dengan hadist shahih,
perbedaannya hanya mengenai hafalan, di mana hadist hasan rawinya tidak kuat
hafalannya.
1
Paramita, Sintia. "PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITAS DAN
KUANTITAS SANAD."
2
Zufran Raman, Kajian Sunnah Nabi SAW Sebagai Sumber
Hukum Islam, Pedoman Ilmu Jaya, Cet- Ke-1, Jakarta, 1995, hal.40
3
At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, Dar Al-Fikr, Bairut, 1980, hal.76
5
c. Sanad-sanadnya bersambung,
4
Muhammad Jamal, ad-Din Al-Qasimi, Qowaid al-Tahdist Min
Funun Musthalahah al-Hadist, Dar al-Kutub, Bairut, 1979, hal.102
6
mereka wangi-wangian keluarganya, jika ia tidak memperoleh airpun cukup
dengan wangiwangian”.(H.R.Ahmad)5.Hadist dapat menjadi Hadist Hasan Li-
Ghairih, karena dibantu oleh Hadist yang lain semakna dengannya atau karena
banyak yang meriwayatkannya.
C. Hadist Dhaif
Kata Dhaif menurut bahasa yang berarti lemah, sebagai lawan dari
Qawiy yang kuat. Sebagai lawan dari kata shahih, kata Dhaif secara bahasa
berarti Hadist yang lemah, yang sakit atau yang tidak kuat.6
5
Fathur Rahman, Iktisar Mushthalahu‟l Hadist, Al-Ma‟arif,
Bandung, Cet.V, 1987, hal.111
6
Utang Ranuwijaya,Op.Cit., hal. 176
7
An-Nawaawi, At-Taqrib Li An-Nawawi Fann Ushul Al-Hadist, Abd
Rahman Muhammad Kairo,tt,19.
7
a. Dhaif dari sudut sandaran matannya. Dhaif dari sudut sandaran matannya,
maka hal ini terbagi dua macam, yaitu:
1) Hadits Mauquf, ialah Hadits yang diriwayatkan dari para sahabat, berupa
perkataan, perbuatan dan taqrirnya.Sebagai contoh Ibnu Umar berkata: Bila kau
berada diwaktu sore, jangan menunggu datangnya diwaktu pagi hari, dan bila kau
berada diwaktu pagi jangan menunggu datangnya waktu sore hari, Ambillah dari
waktu sehatmu persediaan untuk waktu sakitmu dan dari waktu hidupmu untuk
persediaan matimu.” (Riwayat Bukhari)”.
b. Dhaif dari sudut matannya. Hadits Syadz, ialah Hadits yang diriwayatkan oleh
para perawi yang tsiqah atau terpercaya, akan tetapi kandungan haditsnya
bertentangan dengan (kandungan Hadits) yang diriwayatkan oleh para perawi
yang lebih kuat ketsiqahannya.Contohnya, “Rasulullah SAW, bila telah selesai
sembahyang sunnat dua rakaat fajar, beliau berbaring miring diatas pinggang
kanannya.”
Hadits Bukhari diatas yang bersanad Abdullah bin Yazid, Said bin Abi
Ayyub, Abul Aswad, Urwah bin Zubair dan Aisyah r.a dan riwayat dari rawi-
rawi yang lain yang lebih tsiqah yang meriwayatkan atas dasar fiil (perbuatan
Nabi).
c. Dhaif dari salah satu sudutnya, baik sanad ataupun matan secara bergantian.
Yang dimaksud bergantian disini adalah ke-Dhaifan tersebut kadang-kadang
terjadi pada sanad dan kadang-kadang pada matan, yang termasuk hadits yaitu:
8
1. Hadits Maqlub, ialah Hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahkan
hadits lain), disebabkan mendahulukan dan mengakhirkan. Tukar
menukar yang dikarenakan mendahulukan sesuatu pada satu dan
mengakhirkan pada tempat lain, adakalanya terjadi pada matan hadits dan
adakalanya terjadi pada sanad hadits. Contoh: Tukar menukar yang
terjadi pada matan , Hadits Muslim dari Abu Hurairah r.a Artinya: “... dan
seseorang yang bersedekah dengan sesuatu yang sedekah yang
disembunyikan, hingga tangan kanannya tak mengetahui apa-apa yang
telah dibelanjakan oleh tangan kirinya”. Hadits ini terjadi pemutarbalikan
dengan Hadits riwayat Bukhari atau riwayat Muslim Sendiri, pada
tempat lain, yang berbunyi. “(hingga tangan, kirinya tak mengetahui apa-
apa yang dibelanjakan tangan kanannya.)”. Tukar menukar pada sanad
dapat terjadi, misalnya rawi Ka‟ab bin Murrah bertukar dengan Murrah
bin Ka‟ab dan Muslim bin Wahid, bertukar dengan Wahid dan Muslim.
2. Hadits Mudraf Kata Mudraf menurut bahasa artinya yang
disisipkan.Secara terminologi hadits mudraf ialah hadits yang
didalamnya terdapat sisipan atau tambahan.
3. Hadits Mushahhaf Hadits Muhahhaf ialah Hadits yang terdapat
perbedaan dengan hadits yang diriwayatkan oleh tsiqah, karena
didalamnya terdapat beberapa huruf yang diubah. Pengubahan ini juga
bias terjadi pada lafadz atau pada makna, sehingga maksud hadits
menjadi jauh berbeda dari makna, dan maksud semula. dari makna, dan
maksud semula
d. Dhaif dari sudut matan dan sanadnya secara bersama-sama Yang termasuk
hadits dhaif dari sudut matan dan sanadnya secara bersama-sama yaitu:
9
2) Hadits Munkar Ialah hadits yang hanya diriwayatkan oleh
seorang perawi yang lemah yang bertentangan dengan hadits yang
diriwayatkan oleh perawi yang terpercaya/jujur”.
e. Dhaif dari segi persambungan sanadnya Hadits-hadits yang termasuk dalam
kategori Dhaif atau lemah dari sudut persambungan sanadnya ialah: Hadits
Mursal, Hadits Mungqathi‟, hadits Mu‟dhal, dan Hadits Mudallas.
1) Hadits Mursal
Hadits Mursal ialah hadits yang gugur sanadnya setelah tabi‟in. Yang
dimaksud gugur disini ialah nama sanad terakhir, yakni nama sahabat
tang tidak disebutkan, padahal sahabat adalah oang pertama menerima
Hadits dari Rasulullah SAW.
2) Hadits Mungqathi‟ Ialah Hadits yang gugur pada sanadnya. Seorang
perawi atau pada sanad tersebut disebutkan seorang yang tidak dikenal
namanya.
3) Hadits Mu‟dhal Hadits yang gugur dua sanadnya atau lebih, secara
berturut-turut, baik (gugurnya itu) antara sahabat dengan tabi‟in, atau
antara tabi‟in dengan tabi‟in.
f. Berhujjah dengan Hadits Dhaif Para ulama sepakat melarang meriwayatkan
hadits dhaif bukan maudhu. Adapun hadits dhaif bukan hadits maudhu‟ maka
diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah.
Dalam hal ini ada beberapa pendapat:
1. Melarang secara mutlak
2. Membolehkan Ibnu Hajar Al-Asqalani, ulama hadits yang
memeperbolehkan berhujjah dengan hadits dhaif untuk keutamaan amal,
memberikan syarat:
a. Hadits Dhaif itu tidak keterlaluan.
b. Dasar Amal yang ditunjukan oleh hadits Dhaif tersebut, masih
dibawah suatu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat
diamalkan (Shahih atau Hasan)
10
c. Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan bahwa hadits
tersebut benar-benar bersumber dari Nabi. Tetapi tujuan ikhtiyath
(hati-hati) belaka
Dari beberapa uraian diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa apabila
menggunakan hadits Dhaif untuk dijadikan suatu sugesti amalan maka dapatlah
kita pergunakan hal ini memotifasi bagi masyarakat.Untuk memperbanyak
amalan-amalannya, hadits yang diteranhkan harus selektif mungkin juga sampai
tidak masuk akal atau rasional.8
8
Paramita, Sintia. "PEMBAGIAN HADIS BERDASARKAN KUALITAS DAN KUANTITAS
SANAD."
11
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dari beberapa uraian diatas, maka dapatlah diambil beberapa kesimpulan.
1. Hadits shahih merupakan hadits yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh
perawi yanga adil dan dhabit hingga sampai akhir sanad tidak ada
kejanggalan dan tidak berikat. Hadits shahih ini juga terbagi menjadi dua
macam yaitu shahih lizathihi dan shahih lighairi.
2. Hadits hasan merupakan hadits yang dinukilkan leh orang yang adil, tapi
kurang kuat ingatannya yang muttasil sanadnya, tidak cacat dan tidak
ganjil. Hadits hasan ini juga terbagi menjadi dua yaitu: Hadits Shahih
lizathihi dan Hadits Shahih li-ghairihi.
3. Hadits Dhaif adlah, Hadits yang didalamnya tidak terdapat syarat-syarat
hadits shahih dan hadits hasan. Atau dapat juga diartikan hadits yang
kehilangan, satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shahih atau
hadits hasan.
B.Saran
Kami menyadari kemungkinan besar makalah ini masih belum sempurna
dan masih banyak kekurangan. Namun sedikit banyaknya kami berharap materi
yang ada pada makalah ini dapat menambah pengetahuan dari para pembacanya.
Namun, penyusun tetap menyarankan para pembaca untuk mencari lebih banyak
referensi untuk pembahasan tentang Sistem Peradilan pada Jurnal yang ada di
situs-situs terpercaya
12
DAFTAR PUSTAKA
13