0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
36 tayangan21 halaman

Makalah Struktur Dan Fungsi Batang - KLP 8

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 21

MAKALAH

STRUKTUR DAN FUNGSI BATANG PADA TUMBUHAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah


“Kajian Biologi dalam Sistem Kehidupan”

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Djukri, M.S.

Disusun Oleh:
Gus Rijal Mujahidin 21308251028
Sri Arwini Bahrun 21308251003

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN SAINS


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, yang berjudul “Struktur dan Fungsi
Batang Pada Tumbuhan” dengan tepat waktu. Makalah ini dibuat oleh pihak penulis untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kajian Biologi dalam Sistem Kehidupan.
Dalam makalah ini, penulis membahas mengenai bagaimana struktur dan fungsi
batang dari tumbuhan dikotil dan monokotil
Terima kasih juga penulis ucapkan kepada dosen yang telah membimbing penulis
dalam menyelesaikan makalah ini dan terima kasih juga penulis ucapkan kepada orang tua,
keluarga, dan teman-teman yang telah memberikan motivasi kepada penulis.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Olehnya itu, saran dan kritik yang
membangun dari berbagai pihak senantiasa penulis harapkan dalam menyempurnakan
makalah ini agar lebih baik lagi. Harapannya semoga makalah ini bermanfaat dan
menambahkan hasanah ilmu khususnya di bidang kajian biologi. Aamiin Allahumma
Aamiin...

Yogyakarta, 24 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................5
D. Peta Konsep.....................................................................................................................6
E. Kajian Jurnal yang Relevan............................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
A. Pengertian Batang...........................................................................................................7
B. Struktur Anatomi Batang Tumbuhan Dikotil dan Monokotil.........................................8
C. Struktur Morfologi Batang............................................................................................16
D. Fungsi Batang................................................................................................................17
E. Kaitan Materi Struktur Dan Fungsi Batang Pada Tumbuhan Dengan Kompetensi
Dasar Pembelajaran IPA SMP..............................................................................................18
BAB III.....................................................................................................................................19
A. Kesimpulan...................................................................................................................19
B. Saran..............................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rizoma...............................................................................................................7
Gambar 2. Umbi Lapis........................................................................................................7
Gambar 3. Stolon.................................................................................................................8
Gambar 4. Umbi Batang......................................................................................................8
Gambar 5. Batang Dikotil....................................................................................................10
Gambar 6. Penampang Melintang Batang Ulin Varietas Tando.........................................11
Gambar 7. Batang Monokotil..............................................................................................13
Gambar 8. Foto Mikrograf Irisan Melintang Batang Anyelir..............................................14
Gambar 9. Foto Mikrograf Irisan Batang Anyelir...............................................................15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengetahuan tentang struktur tumbuhan sangat penting bagi seseorang yang ingin
mempelajari tumbuhan. Hal ini dikarenakan struktur tumbuhan memiliki peranan yang
sangat penting dalam hubungan antar ilmu, karena tafsiran yang sesungguhnya dari fungsi
bagian tumbuhan bertumpu pada pengetahuan yang baik tentang sel dan jaringan yang
berkaitan dengan fungsi tersebut. Struktur batang setiap jenis tumbuhan sangat bervariasi
sehingga dapat digunakan sebagai kunci identifikasi.
Batang bagi tumbuhan merupakan salah satu organ yang sangat penting, terutama
bagi tumbuhan yang tumbuh di darat atau sering disebut dengan tumbuhan darat. Batang
menunjang tubuh tumbuhan untuk tetap berdiri tegak dan melakukan aktivitasnya sebagai
mana mestinya karena proses pengambilan makanan yang diperlukan tumbuhan salah
satunya melalui batang. Selain itu, batang juga berperan menunjang tubuh tumbuhan agar
tetap dapat berdiri tegak dan tidak mengganggu organ-organ lain untuk melakukan
aktivitasnya. Pada tahap berikutnya, batang akan mengalami modifikasi untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana tumbuhan itu tumbuh. Modifikasi tersebut
adalah salah satu proses batang untuk beradaptasi. Adaptasi pada batang termasuk kedalam
adaptasi morfologi karena melibatkan struktur tubuh batang itu sendiri.
Batang merupakan sumbu dengan daun yang melekat padanya. Di ujung sumbu titik
tumbuhnya, batang dikelilingi daun muda dan menjadi tunas terminal. Di bagian batang
yang lebih tua, yang daunnya saling berjauhan, buku (nodus) tempat daun melekat pada
batangdapat dibedakan dari ruas (internodus), yakni bagian batang di antar dua buku yang
berurutan. Di ketiak daun biasanya terdapat tunas ketiak. Bergantung pada pertumbuhan
ruas dapat dibedakan beberapa macam bentuk tumbuhan. Batang bisa memperlihatkan
sumbu yang memanjang dengan buku dan ruas yang jelas. Sebaliknya, batang dapat juga
amat pendek dan letaknya merapat membentuk roset. Taraf percabangan yang terjadi jika
tunas ketiak tumbuh menjadi ranting menambah keragaman bentuk. Berkaitan dengan
habitat tumbuh dibedakan batang yang tumbuh di bawah (rizoma, umbi lapis, umbi batang),
di dalam air, atau di darat. Batang juga ada yang tegak, memanjat, atau merayap.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian dari batang?
2. Bagaimana struktur anatomi dari batang tumbuhan dikotil dan monokotil?
3. Bagaimana struktur morfologi dari batang tumbuhan?
4. Bagaimana fungsi dari batang?
5. Bagaimana kaitan materi struktur dan fungsi batang pada tumbuhan dengan kompetensi
dasar pembelajaran IPA SMP?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah berdasarkan rumusan masalah diatas adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui pengertian dari batang
2. Mengetahui struktur anatomi dari batang tumbuhan dikotil dan monokotil
3. Mengetahui struktur morfologi dari batang tumbuhan
4. Mengetahui fungsi dari batang
5. Mengetahui kaitan materi struktur dan fungsi batang pada tumbuhan dengan
kompetensi dasar pembelajaran IPA SMP

D. Peta Konsep

Relevansi
Anatomi
dengan KD
batang
IPA SMP
Relevansi
Struktur dan Morfologi
dengan KD
Fungsi Batang batang
IPA SMP
Relevansi
Fungsi batang dengan KD
IPA SMP
E. Kajian Jurnal yang Relevan
1. Jurnal yang berjudul Struktur Anatomi Batang Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm. &
Binnend) Varietas Tando Dan Tembaga Di Kalimantan Barat oleh (Gusmalawati et al.,
2014) yang membahas tentang struktur anatomi batang ulin varietas tando dan tembaga
yang terdapat di Kalimantan Barat.
2. Jurnal yang berjudul Analisis Struktur Anatomi Batang Anyelir (Dianthus caryophyllus
L.) dan Kontribusinya Terhadap Sistematik Ordo Caryophyllales oleh (Bria, 2018) yang
membahas tentang Anatomi batang Anyelir (Dianthus caryophyllus L.) yang dianalisis
untuk mendapatkan data yang valid pada hubungan kekerabatan dengan anggota family
yang lain.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Batang
Batang (stem) adalah organ yang terdiri dari sistem nodus yang berselang-seling, titik
tempat daun melekat, dan internodus, segmen batang diantara nodus-nodus. Pada sudut
teratas (aksil) yang terbentuk oleh setiap daun dan batang terdapat kuncup aksilaris, struktur
yang dapat membentuk tunas lateral, biasa disebut cabang. Sebagian besar kuncup aksilaris
suatu tunas muda bersifat dorman (tidak bertumbuh). Dengan demikian, pemanjangan tunas
muda biasanya terkonsentrasi di dekat ujung tunas, yang terdiri dari kuncup apikal, atau
kuncup terminal, dengan dedaunan yang berkembang dan serangkaian nodus dan internodus
yang tersusun rapat.
Kedekatan kuncup aksilaris dengan kuncup apikal merupakan sebagian penyebab
dormansi kuncup aksilaris. Penghambatan kuncup aksilaris oleh kuncup apikal disebut
dominansi apikal. Dengan memusatkan sumber daya pada pemanjangan tunas, adaptasi
evolusioner dari dormansi apikal meningkatkan paparan tumbuhanterhadap cahaya. Jika
seekor hewan memakan pucuk tunas, atau jika bagian samping tumbuhan memperoleh lebih
banyak cahaya karena bagian pucuk ternaungi, maka dormansi kuncup aksilaris akan
berakhir, dengan kata lain, mereka mulai tumbuh. Kuncup aksilaris yang tumbuh
memunculkan tunas lateral, lengkap dengan kuncup apikal, daun, dan kuncup aksilarisnya
sendiri. Membuang kuncup apikal biasanya merangsang pertumbuhan kuncup aksilaris,
sehingga membentuk banyak tunas lateral. Inilah mengapa memangkas pohon dan semak-
semak serta memotong pucuk tanaman hias akan membuat tumbuhan itu semakin lebat.
Beberapa tumbuhan memiliki batang dengan fungsi-fungsi tambahan seperti penyimpanan
makanan dan reproduksi aseksual. Batang-batang yang termodifikasi ini, yang mencakup
rizoma, umbi lapis, stolon, dan umbi batang, seringkali disangka akar.
Gambar 1. Rizoma Gambar 2. Umbi lapis

Gambar 3. Stolon Gambar 4. Umbi batang

B. Struktur Anatomi Batang Tumbuhan Dikotil dan Monokotil


Apabila Apabila batang dipotong secara melintang maka secara umum batang akan
dibagi menjadi bagian-bagian seperti berikut:
a. Epidermis
Jaringan epidermis merupakan jaringan tubuh tumbuhan yang terletak paling luar.
Biasanya epidermis hanya terdiri dari selapis sel yang berbentuk pipih dan rapat. Fungsi
jaringan epidermis adalah sebagai pelindung jaringan di dalamnya serta sebagai tempat
pertukaran zat.
b. Korteks dan Empulur
Korteks dibagi menjadi beberapa lapisan, yaitu :
 Lapisan luar korteks yang berupa kolenkim (jaringan dalam tumbuhan yang berfungsi
sebagai bahan penguat, pada dinding selnya mengalami penebalan) dan parenkim
(jaringan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan atau tempat
penimbunan zat makanan).
 Lapisan dalam korteks yang mengandung parenkim berkloropas serta tidak
mengandung endodermis tapi zat pati. Empulur , yaitu bagian lunak yang terdapat di
tengah-tengah batang dan merupakan hasil pertumbuhan sekunder. Empulur tersusun
dari sel parenkim dan meiliki ruang antar sel yang banyak.
c. Stele
Stele merupakan sistem jaringan primer yang terdiri atas satuan berkas pengangkut
beserta jaringan dasar pengangkutnya , baik tersusun sederhana maupun yang kompleks.
Tipe stele dapat dibedakan menjadi 2 kelompok dasar yaitu protestele , dengan sumbu
xilem padat tanpa empulur, dikelilingi floem; dan sifonostele dengan xilem tidak padat,
melainkan memiliki silinder parenkim di tengah:
 Protestele
Tipe ini merupakan tipe primitif stele. Jaringan angkut berupa massa yang utuh dan
bagian sentral xilem secara menyeluruh dilingkupi oleh berkas floem.ada beberapa tipe
untuk protostele, yaitu:
 Haplostele, merupakan tipe yang paling sederhana. Pada penampang melintang xilem
lebih kurang berbentuk lingkaran berada di pusat dan di kelilingi oleh floem,
contohnya pada batang Selaginella dan Rhynia.
 Aktinostele, bagian xilem di tengah dengan tepi tidak rata,melainkan berombak
sehingga berbentuk bintang, contohnya pada batang Lycopedium dan Psilotum, dan
pada umumnya pada akar.
 Plektostele, merupakan tipe yang paling maju. Pada bagian tengah berupa xilem yang
terbelah menjadi sejumlah papan-papan dan silinder kecil yang sejajar dengan satu
sama lain, sedangkan floem ada di sela selanya, contoh batang Lycopedium
annotinum.
 Sifonestele
Tipe ini merupakan modifikasi protestele, karena adanya empulur di bagian tengah
yang terdiri atas sel sel parenkim. Sifonestele dibedakan berdasarkan kedudukan floem
dan xilem menjadi:
 Sifonestele ektofloik, empulur dikelilingi noleh xilem yang konsentris dan xilem
dikelilingi oleh floem yang konsentris, cntohnya pada batang Selaginella.
 Sifonostele amfifloik, dengan floem konsentris sebelah luar dan floem konsentris
sebelah dalam dari silinder xlem, mengelilingi empulur, conth batang Adiantum dan
Marsilea.
 Diktiostele, merupakan tipe sifonestele amfifloik dengan banyak jendela daun. Ikatan
pembuluh terpisah dan mempunyai tipe konsentris amfikribal, secara individu ikatan
pembuluh yang demikian disebut meristele. Meristele merupakan tipe stele pada daun.
 Eustele, modifikasi sifonestele dimana berkas pembuluhnya kolateral atau bikolateral,
umumnya terletak disebelah tepi empulur.
 Ataktostele, tipe stele ini dengan letak berkas pembuluh tersebar, umunya terdapat
pada batang monokotil. Tipe berkas pengangkutnya mungkinkolateral tertutup atau
konsentris amfivasal.
1. Anatomi Batang Dikotil
Pada batang dikotil muda terdapat tiga daerah yaitu epidermis, korteks dan
stele.Epidermis terdiri dari selapis sel dan merupakan bagian terluar batang. Pada epidermis
terdapat stoma dan beragam tipe trikoma. Dinding luar menebal dan mengalami kutinisasi.
Sel-sel epidermis rapat dan tidak memiliki ruang antara sel. Epidermis berperan dalam
mencegah transpirasi dan melindungi jaringan dalam dari kerusakan mekanis dan penyakit.
Daerah di sebelah dalam epidermis adalah korteks, dan pada bagian dalam korteks
dibatasi oleh perisikel. Korteks terbagi menjadi dua daerah yaiatu daerah kolenkim dan
daerah parenkim. Kolenkim menempati posisi di bawah epidermis, dan parenkim di sebelah
dalam kolenkim. Stele terdiri atas perisikel, berkas vaskuler dan empulur. Berkas vaskuler
tersusun melingkar. Masing-masing berkas terdiri atas xilem, kambium dan floem. Pada
bagian tengah batang dikotil tersusun atas jaringan parenkim yang memiliki ruang antar sel
dan disebut empulur.

Gambar 5. Batang Dikotil

Contoh struktur anatomi tumbuhan dikotil batang ulin (Eusideroxylon zwageri


Teijsm) pada penelitian yang dilakukan Dwi Gusmalawati dkk (2014) yang berjudul
“Struktur Anatomi Batang Ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm) Varietas Tando Di
Kalimantan Barat”, Ulin (Eusideroxylon zwageri T) merupakan salah satu tumbuhan asli
Indonesia yang dapat ditemukan di sebagian pulau Sumatera dan Kalimantan, Malaysia dan
beberapa pulau di Philipina. Tumbuhan ini menghasilkan kayu yang sudah lama dikenal
memiliki mutu yang tinggi terutama kekuatan dan ketahanan kayunya terhadap berbagai
kondisi alam, pelapukan dan serangan organisme perusak kayu.
Susunan Jaringan Batang Ulin Dalam Sayatan Melintang
Batang anakan ulin umur 3 tahun pada sayatan melintang memperlihatkan susunan
jaringan dari luar ke dalam yaitu jaringan epidermis, jaringan korteks dan empulur, sistem
jaringan pembuluh (xilem dan floem) dan kambium pembuluh. Sistem jaringan pembuluh
batang ulin membentuk berkas bertipe kolateral dengan susunan floem di sebelah luar
xilem. Jaringan pada batang dikotil yang telah mengalami petumbuhan sekunder terdiri dari
epidermis, korteks dan empulur, sistem jaringan pembuluh (xilem dan floem) dan kambium
yang berada di antara xilem dan floem. Epidermis batang ulin berkembang menjadi trikoma
bersel satu. Bagian empulur batang ulin kedua varietas tersebut memperlihatkan adanya sel
minyak berbentuk bulat dan berwarna merah mengkilat. Epidermis batang dapat
membentuk derivat berupa stomata dan trikoma.
Sayatan melintang batang anakan ulin umur 3 tahun memperlihatkan adanya
lingkaran tumbuh, namun lingkaran tumbuh pada ulin tidak menunjukkan batas yang jelas
seperti halnya batang berkayu yang hidup di daerah beriklim sedang yang memperlihatkan
perbedaan musim yang jelas. Pohon yang tumbuh di daerah tropis dengan masa curah hujan
lebih besar bergantian dengan masa yang lebih kering dan terulang beberapa kali dalam
setahun, kegiatan kambium pembuluh akan terangsang pada musim hujan untuk membentuk
sejumlah unsur xilem baru yang akan tampak sebagai beberapa garis yang disebut lingkaran
tumbuh.
Penyebaran Pembuluh, Parenkim Aksial dan Jari-jari
Sayatan melintang batang ulin pada bidang tangensial memperlihatkan sel pembuluh
yang berbentuk lubang kecil atau pori (Gambar 6 dan 7). Ulin memiliki sebaran pori tata
baur yaitu pori dari bermacam ukuran bercampur pada seluruh permukaan sayatan
melintang kayu. Sebaran pori tergantung dari umur tumbuhan. Kayu yang berumur muda
memiliki penyebaran pori tata baur. Kayu muda dan dewasa menunjukkan perubahan
berangsur-angsur dari pusat pohon (empulur) mendekati kambium.
Berdasarkan susunan porinya ulin varietas tando memiliki susunan pori soliter,
berganda radial 2-5 pori, berganda tangensial 2-3 pori dan berkelompok (Gambar 6).
Ukuran diameter tangensial pori ulin tando berumur 3 tahun tergolong kecil dan menengah
masing-masing berkisar 27-144 µm dan 48-168 µm. Kayu ulin berumur di bawah 10 tahun
memiliki ukuran diameter tangensial pori tergolong kecil dan menengah sedangkan di atas
10 tahun tergolong menengah dan besar yaitu 150-280 µm.
Gambar 6. Penamnpang Melintang Batang Ulin Varietas Tando. Tipe penyebaran pori
tata baur. Susunan pori a. soliter; b. berganda radial 2; c. berganda radial 3; d. berganda
radial 4; e. berganda radial 5; f. berganda tangensial; g. bergerombol

Penyebaran parenkim aksial pada ulin varietas tando adalah paratrakea tipe konfluen.
Parenkim paratrakea merupakan parenkim yang berasosiasi dengan pori sedangkan
apotrakea tidak berasosiasi dengan pori. Parenkim paratrakea konfluen tersusun berupa
deretan-deretan atau diagonal. Sel-sel paratrakea melepaskan gula ke dalam trakea untuk
diangkut secara cepat ke tunas-tunas dan mengisi kembali trakea yang telah
mengakumulasi gas pada keadaan dorman.
Berdasarkan sayatan radial dan tangensial ulin varietas Tando menunjukkan adanya
jari-jari bertipe heteroseluler multiseriat. Jari-jari yang memiliki sel tegak dan sel datar
disebut heteroseluler, sedangkan yang hanya memiliki satu tipe disebut homoseluler. Ulin
memiliki jari-jari multiseriat dengan 2-3 sel, dapat bertipe homoseluler atau heteroseluler.

2. Anatomi Batang Monokotil


Batang monokotil sama dengan batang dikotil, memiliki epidermis, korteks dan stele.
Korteks bisa berkembang baik atau tidak nyata. Struktur dan susunan berkas vaskuler
terutama yang membedakan batang dikotil dan monokotil. Berkas vaskuler tersebar,
termasuk juga pada empulur sehingga tidak ada batas yang jelas antara korteks dan
empulur. Berkas vaskuler monokotil tidak memiliki kambium, sehingga tidak mengalami
penebalan sekunder, masing-masing bekas vaskuler diselubungi selubung berkas
pengangkut yang tersusun dari jaringan sklerenki, tampilan anatomi batang yang khas dan
yang paling mencolok ialah sebagai berikut:
 Berkas vaskular banyak
 Stele terpecah pecah menjadi berkas berkas yang tersebar dalam jaringan dasar sumbu
 Endodermis tidak ada. Korteks, perisikel dan empulur tidak terdiferensiasi karena
kehadiran berkas berkas vaskuler yang tersebar di seluruh sumbu
 Tipe berkas vaskular ialah tipe kolateral tertutup
 Setiap berkas pengangkut dibungkus oleh selubung sklerenkimatis yang berkembang
biak
 Berkas vaskular biasanya oval
 Floem hanya tersusun dari buluh tapis dan sel pengiring
 Empulur tidak dapat ditentukan
 Biasanya mempunyai hipodermis yang sklerenkimatis
 Biasanya tidak ada trikoma

Gambar 7. Batang Monokotil

Contoh struktur anatomi tumbuhan monokotil batang anyelir (Dianthus


caryophyllus L.) pada penelitian yang dilakukan oleh Emilia Juliyanti (2018) yang berjudul
“Analisis Struktur Anatomi Batang Anyelir (Dianthus caryophyllus L.) dan Kontribusinya
Terhadap Sistematik Ordo Caryophyllales”. Anyelir (Dianthus caryophyllus L.) merupakan
salah satu anggota bangsa Caryophylalles dari suku Caryophyllaceae yang menempati
peringkat teratas perdagangan bunga potong di dunia. Anggota bangsa Caryophylalles,
memiliki kesamaan ciri-ciri morfologi yaitu umumnya berupa terna. Daun tunggal, biasanya
tanpa daun penumpu. Bunga banci atau tunggal, aktinomorf, dengan tenda bunga yang
rangkap atau tunggal, atau jelas dengan kelopak dan mahkota. Benang sari dalam 1
lingkaran, berhadapan dengan tenda bunga atau dalam 2 lingkaran. Bakal buah tenggelam
atau menumpang, kebanyakan beruang 1 dengan banyak sampai 1 bakal biji yang
kampilotrop, yang hampir selalu mempunyai 2 selaput biji, terletak pada tembuni yang
sentral.
Struktur primer batang anyelir
Struktur primer batang Anyelir dapat diketahui dengan melihat irisan melintang
batang muda Anyelir (Gambar 8). Pada penampang melintang batang, dilihat secara terpisah
tiga sistem jaringan pada daerah pertumbuhan primer yaitu system jaringan dermal diwakili
oleh epidermis; sistem jaringan dasar terdiri atas korteks dan empulur; dan sistem jaringan
pengangkut yang terdiri dari xilem dan floem.
Sistem jaringan dermal pada batang Anyelir berupa epidermis yang menyelubungi
tubuh primer dan terletak di bagian terluar batang (Gambar 8.B). Sel-sel epidermis tersusun
atas satu lapis sel, rapat, tidak bercelah dan pada dinding yang menghadap ke atmosfer,
didapatkan penebalan yang mengandung kutin. Epidermis batang Anyelir juga memiliki
mulut daun atau stoma yang banyak. Berdasarkan tipe stomanya, stoma pada Anyelir
memiliki tipe diasitik dimana setiap stoma dikelilingi oleh dua sel tetangga yang memotong
stoma.

Gambar 8. Foto mikrograf irisan melintang batang anyelir : (A) struktur primer
perbesaran 40x ; (B) daerah epidermis perbesaran 400x ; (C) jaringan pembuluh primer
perbesaran 100x.

Daerah korteks ini tersusun atas sel-sel parenkim dan terdapat kloroplas. Di antara
sel-sel tersebut terdapat ruang antar sel. Berdasarkan ukuran selnya, parenkim penyusun
korteks pada batang Anyelir dibedakan atas dua bagian, dimana bagian yang pertama
berbatasan dengan epidermis, terdiri atas sel-sel parenkim yang berukuran besar dan
terdapat kloroplas yang memberi warna hijau pada daerah ini, sedangkan bagian yang dekat
dengan silinder pusat memiliki ukuran yang lebih kecil . Selain itu, inti pusat jaringan dasar
yaitu empulur juga tersusun atas sel-sel parenkim yang berukuran besar dan juga memiliki
ruang antarsel (Gambar 8. A).
Sistem jaringan pembuluh primer merupakan hasil diferensiasi prokambium dan
terletak pada bagian dalam korteks. Jaringan pembuluh ini, tersusun atas xilem dan floem
yang dapat dilihat pada irisan melintang batang Anyelir (Gambar 8.C). Struktur jaringan
pembuluh pada batang Anyelir berbeda dengan batang dikotil pada umumnya. Jaringan
pembuluh pada batang Anyelir, tidak membentuk berkas-berkas tetapi xilem yang terletak
di bagian dalam sisa prokambium, tersebar membentuk untaian seperti rantai ke arah
empulur sedangkan floem membentuk struktur lingkaran di sebelah luar prokambium.
Xilem yang terbentuk pertama kali adalah protoxilem dan unsur xilem yang
terbentuk kemudian adalah metaxilem yang menjadi dewasa secara sentrifugal, yang disebut
xilem endark. Walaupun kedua macam xilem ini tidak dapat dibedakan dengan jelas dalam
irisan melintang, namun diantara dua macam jaringan ini terdapat perbedaan struktural
dimana protoxilem berukuran kecil dan metaxilem berukuran lebih besar. Sebagaimana
pada xilem primer, dalam floem primer terdapat protofloem dan metafloem. Protofloem
berdiferensiasi lebih dahulu daripada metafloem dan arah diferensiasinya secara sentripetal.
Dari hasil penelitian sulit membedakan protofloem dan metafloem sehingga floem primer
dianggap satu jaringan dan tidak ditentukan protofloem dan metafloemnya.
Struktur Sekunder Batang Anyelir
Struktur sekunder batang Anyelir, memiliki struktur yang unik (gambar 9.A). Pada
tumbuhan yang mengalami pertumbuhan sekunder, periderm merupakan jaringan pelindung
tubuh sekunder menggantikan fungsi epidermis. Namun hal ini tidak terjadi pada batang
Anyelir. Pada irisan melintang batang tua Anyelir, ditemukan jaringan pelindungnya masih
berupa epidermis yang tersusun atas selapis sel, dimana susunan sel-selnya rapat dan
dinding sebelah luarnya terdapat penebalan berupa kutin (Gambar 9.B).
Pada awal pertumbuhan sekunder batang Anyelir, terjadi proses sklerefikasi dimana
adanya perubahan jaringan parenkim menjadi sklerenkim yang dimulai dari batas antara
parenkim yang berukuran besar dan parenkim ukuran kecil (Gambar 9.B). Proses ini
berlangsung terus – menerus sampai semua jaringan parenkim yang memiliki ukuran besar
berubah menjadi sklerenkim. Jaringan sklerenkim yang terbentuk sebagai hasil sklerefikasi
ini terdiri atas serabut. Serabut merupakan sklerenkim yang ukuran panjangnya jauh lebih
besar dibandingkan lebarnya. Daerah korteks bagian dalam yang terdiri atas sel parenkim
berukuran kecil, tidak menunjukkan adanya perubahan pada pertumbuhan sekunder. Pada
bagian empulur, sel-sel penyusunnya masih berupa sel-sel parenkim yang memiliki ruang
antar sel.
Gambar 9. Foto mikrograf irisan batang Anyelir : (A) pertumbuhan sekunder perbesaran 40x; (B)
epidermis dan sebagian korteks perbesaran 400x; (C) jaringan pembuluh sekunder perbesaran 100x; (D) letak
unsur pembuluh pada pertumbuhan sekunder 1). Susunan unsur xilem 2). Susunan unsur floem sekunder S:
Serat Xilem, P: Parenkim Xilem T: Unsur Trakheari, XS: Xilem Sekunder, FS: Floem Sekunder, K:
Kambium. Perbesaran 400x
Sistem jaringan pembuluh pada batang Anyelir berupa xilem sekunder dan floem
sekunder yang merupakan hasil aktivitas kambium pembuluh. Posisi dan aktivitas kambium
pada tanaman Anyelir adalah normal dimana menghasilkan ke arah dalam berupa xilem
sekunder dan ke arah luar berupa floem sekunder, kambium ini disebut dengan kambium
vasikuler. Selain itu, ada juga kambium intervasikuler yang berasal dari hasil dediferensiasi
parenkim antar jari-jari pembuluh. Dari hasil penelitian, sulit menentukan kambium
intervasikuler karena letak jari-jari xilem yang sangat rapat. Aktivitas kambium pembuluh
yang menghasilkan xilem sekunder ke arah dalam, menyebabkan jari-jari xilem primer
terdesak ke arah empulur yang terlihat tersebar tidak beraturan membentuk struktur
bertumpuk. Struktur xilem sekunder yang dihasilkan oleh kambium juga tidak teratur.
Diantara xilem primer dan xilem sekunder terdapat beberapa unsur xilem yang
menghubungkan keduanya. Pada xilem sekunder, dapat dilihat komponen-komponen
penyusunnya yakni unsur trakheari, parenkim xilem dan juga serat xilem (Gambar 9. D-1).
Floem sekunder memiliki komposisi, susunan, dan ukuran selnya beragam. Floem sekunder
pada batang Anyelir yang dihasilkan ke arah luar oleh kambium pembuluh membentuk
struktur melingkar seperti pada kambium pembuluh yang terdiri atas beberapa lapis sel
(Gambar 9. D-2). Dalam penelitian ini tidak dapat diamati secara jelas, aktivitas kambium
vaskulernya.

C. Struktur Morfologi Batang


Secara morfologis batang terdiri atas:
1. Buku, yaitu tempat melekatnya daun.
2. Ruas, bagian di antara dua buku.
3. Tunas aksiler (lateral) yang berpotensi membentuk tunas cabang;tunas terminal
(ujung/apikal), bagian yang aktif tumbuh dan berkembang membuat batang menjadi
lebih tinggi.
4. Tunas terminal (ujung/apikal), bagian yang aktif tumbuh dan berkembang membuat
batang menjadi lebih tinggi.
Morfologi batang berdasarkan bentuk penampang melintang batang dibedakan sebagai
berikut:
1. Bulat (teres)
2. Bersegi (angularis)
a. Segitiga (triangularis)
b. Segiempat (quadrangularis)
3. Pipih, biasanya menyerupai daun
a. Filokladia, sangat pipih
b. Kladodia, tumbuh terus dan mengadakan percabangan

D. Fungsi Batang
Bagi tumbuhan, batang memiliki beberapa kegunaan, antara lain sebagai penopang,
pengangkut air dan zat-zat makanan, penyimpan makanan cadangan, serta sebagai alat
perkembangbiakan.
1. Penopang, fungsi utama batang adalah menjaga agar tumbuhan tetap tegak dan
menjadikan daun sedekat mungkin dengan sumber cahaya (khususnya matahari). Batang
tumbuh makin tinggi atau makin panjang. Hal ini menyebabkan daun yang tumbuh pada
batang makin mudah mendapatkan cahaya.
2. Pengangkut, batang berguna sebagai pengangkut air dan mineral dari akar kedaun. Selain
itu, batang berperan penting dalam proses pengangkutan zat-zat makanan dari daun ke
seluruh bagian tumbuhan.
3. Penyimpanan, pada beberapa tumbuhan, batang berfungsi sebagai penyimpan makanan
cadangan. Misalnya, batang pada tumbuhan sagu. Makanan cadangan disini juga bisa
berwujud air, Misalnya, pada tumbuhan tebu dan kaktus. Makanan cadangan ini akan
digunakan saat diperlukan.
4. Alat perkembangbiakan, batang juga berfungsi sebagai alat perkembangbiakan vegetatif.
Hampir semua pertumbuhan vegetatif, baik secara alami maupun buatan,menggunakan
batang.Bagi manusia, batang tumbuhan yang membentuk kayu dapat dimanfaatkan,
antara lain, untuk membuat perabot rumah tangga,contohnya batang pohon jati; untuk
bahan makanan, contohnya sagu,asparagus; untuk bahan industri, contohnya tebu dan
bambu.

E. Kaitan Materi Struktur Dan Fungsi Batang Pada Tumbuhan Dengan Kompetensi
Dasar Pembelajaran IPA SMP
Kompetensi Dasar Indikator
3.4 Menganalisis keterkaitan struktur 3.4.1. menganalisis struktur daan fungsi
jaringan tumbuhan dan fungsinya, akar, batang, dan daun
serta teknologi yang terinspirasi 3.4.2. menganalisis struktur dan fungsi
oleh struktur tumbuhan bunga, buah, dan biji
3.4.3. mengaitkan hubungan antara
struktur dan fungsi jaringan pada
akar, batang, dan daun
3.4.4. menganalisis pemanfaatan
teknologi yang terilhami struktur
tumbuhan
4.4 Menyajikan karya dari hasil 4.4.1. menyajikan data berdasarkan hasil
penelusuran berbagai sumber pengamatan struktur jaringan
informasi tentang teknologi yang tumbuhan
terinspirasi dari hasil pengamatan 4.4.2. menyajikan berbagai fakta
struktur tumbuhan mengenai berbagai ide teknologi
sederhana yang terilhami oleh
struktur jaringan tumbuhan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Batang berfungsi sebagai tempat duduk daun, sarana lintasan air, mineral,dan
makanan antar bagian tumbuhan. Pada fase pertumbuhan, batang menghasilkan daun dan
tunas. Sedangkan pada fase reproduksi , batang menghasilkan bunga. Ujung batang dan
daunnya disebut kuncup terminal, sedangkan kuncup ketiak disebut kuncup aksiler. Jika
kuncup suatu batang diiris membujur maka akan tampak bagian berupa daun muda, jaringan
meristem, buku dan ruas antarbuku. Pada batang monokotil, batang tidak bercabang-cabang,
hipodermis berupa sklerenkim, pembuluh angkut tersebar, tidak mempunyai jari-jari
empulur, tidak mempunyai kambium vaskular sehingga tidak dapat tumbuh membesar,
empulur tidak dapat dibedakan dengan daerah korteks dan tidak ada kambium diantara
xilem dan floem. Sedangkan pada batang dikotil, batang bercabang-cabang, hipodermis
berupa kolenkim, pembuluh angkut teratur dalam susunan lingkaran tahunnya berseling
radial, jari-jari empulur berupa deretan parenkim diantara berkas pengangkut, mempunyai
kambium faskular sehingga dapat tumbuh membesar, dapat dibedakan daerah korteks dan
empulur, dan ada kambium diantara xilem dan floem.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan baik
dalam hal isi ataupun dalam hal lain sebagainya. Sehingga penulis sangat mengharapkan
kritik, saran, dan masukan yang membangun agar penulis semakin beproses menjadi lebih
baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, A. N., & Jane, B. R. (2012). Biologi Jilid 2 Edisi Kedelapan, terj. Damaring Tyas
Wulandari, Jakarta: Erlangga.
Bria, E. J. (2018). Analisis Struktur Anatomi Batang Anyelir (Dianthus caryophyllus L.) dan
Kontribusinya terhadap Sistematik Ordo Caryophyllales. Jurnal Saintek Lahan
Kering, 1(1), 7-8.
Gusmalawati, D., & Khotimah, S. (2014). Struktur Anatomi Batang Ulin (Eusideroxylon
zwageri Teijsm. & Binnend) Varietas Tando Dan Tembaga Di Kalimantan
Barat. Saintifika, 16(2).
Santoso, Woelaningsih. (1987). Anatomi Tumbuhan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai