Manajemen Farmasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

Management

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di RSUD
dr. Soedarso sendiri mengacu pada dasar hukum Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit,
Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Barat Nomor 10 Tahun 2011 tentang
Retribusi Pelayanan Kesehatan pada RSUD dr. Soedarso, Peraturan Gubernur
Kalimantan Barat Nomor 41 tahun 2007 tentang Pengelolaan Pelayanan Farmasi
pada RSUD dr. Soedarso.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus
dilaksanakan secara multidisiplin, terkoordinir dan menggunakan proses yang efektif
untuk menjamin kendali mutu dan kendali biaya. Dalam ketentuan Pasal 15 ayat (3)
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit menyatakan bahwa
pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan medis habis pakai di rumah
sakit harus dilakukan oleh instalasi farmasi sistem satu pintu. Hal ini sesuai dengan
sistem pengelolaan yang telah diterapkan oleh RSUD dr. Soedarso.
Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium,
pengadaan, dan pendistribusian sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui instalasi farmasi.
Dengan demikian, semua sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang beredar di rumah sakit merupakan tanggung jawab instalasi farmasi, sehingga tidak
ada pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai di rumah
sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi. Dengan kebijakan pengelolaan
sistem satu pintu, Instalasi Farmasi sebagai satu-satunya penyelenggara pelayanan
kefarmasian, sehingga Rumah Sakit akan mendapatkan manfaat dalam hal:
1. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan Sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
2. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
38
3. Penjaminan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
4. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
5. Pemantauan terapi obat.
6. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai (keselamatan pasien).
7. Kemudahan akses data sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang akurat;
8. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit; dan
9. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai.

Dalam rangka meningkatkan keamanan penggunaan obat di Rumah Sakit, pihak RSUD.
dr. Soedarso telah menerapkan kebijakan pengelolaan obat, khususnya obat yang
perlu diwaspadai (high- alert medication). High-alert medication adalah obat yang
harus diwaspadai karena sering menyebabkan terjadi kesalahan/kesalahan serius (sentinel
event) dan obat yang berisiko tinggi menyebabkan Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan
(ROTD). Untuk menghindari kesalahan dalam pengambilan obat juga telah
diterapkan pemberian stiker high alert dan double check. Double check dilakukan
saat mengambil obat, saat serah terima dengan perawat dan saat menyerahkan obat ke
pasien. Kelompok obat high-alert di antaranya:
1. Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa dan Ucapan
Mirip/NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA).
2. Elektrolit konsentrasi tinggi (misalnya kalium klorida 2 meq/ml atau yang lebih pekat,
kalium fosfat, natrium klorida lebih pekat dari 0,9%, dan magnesium sulfat =50% atau
lebih pekat).
3. Obat-obat sitostatika.

Kegiatan pengelolaan Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai meliputi: 39
a. Pemilihan

Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai ini berdasarkan:
a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi
b. Standar Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang telah
ditetapkan
c. Ffektivitas dan keamanan
d. Pengobatan berbasis bukti
e. Mutu
f. Harga
g. Ketersediaan di pasaran

b. Perencanaan

Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional.


Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat, dan
penyedia obat di rumah sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara
rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan dan
revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan
ekonomi dari penggunaan obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu
mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.
Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode
pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan
hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah,
tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat
dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar
perencanaan di RSUD dr. Soedarso telah ditentukan yakni berdasarkan metode konsumsi
dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus
mempertimbangkan: 40
a. Anggaran yang tersedia
b. Penetapan prioritas
c. Sisa persediaan
d. Data pemakaian periode yang lalu
e. Waktu tunggu pemesanan
c. Pengadaan
a. Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa.
b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS)
c. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus mempunyai
Nomor Izin Edar.
d. Masa kadaluarsa (expired date) minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tertentu (vaksin, reagensia,
dan lain-lain), atau pada kondisi tertentu yang dapat dipertanggung jawabkan.

Pengadaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk merealisasikan perencanaan


kebutuhan yang telah dibuat. Pengadaan yang efektif hendaknya harus menjamin
ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai
standar mutu. Pengadaan menjadi kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari
pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,
pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Untuk memastikan Sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang
dipersyaratkan. Pengadaan Sediaan farmasi, alat kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai
di RSUD dr. Soedarso sendiri dilakukan oleh tim pengadaan yang juga melibatkan tenaga
kefarmasian di dalamnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan
Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai antara lain:

Pengadaan di RSUD dr. Soedarso sendiri dilakukan melalui E-Katalog (e-


purchasing) untuk obat yang sudah tayang atau sudah dilelang di Kementerian 41
Kesehatan. Prinsip pemilihan obat di sini yaitu obat dengan harga termurah dan
berkualitas. Obat yang tidak tersedia dalam E-Katalog (di luar Formularium
Nasional) namun masuk dalam Formularium Rumah Sakit tetap di adakan melalui
jalur reguler. Metode pengadaan lain yang diterapkan yaitu penunjukkan langsung
untuk dana pengadaan kurang dari 200 juta rupiah. Biasanya diterapkan untuk
obat, BHP, bahan laboratorium, dan CAPD. RSUD dr. Soedarso juga menerapkan
sistem kerjasama operasi (KSO/ Joint Operation) untuk alat hemodialisa (HD).
Pihak rumah sakit akan dipinjami alat kesehatan hemodialisa oleh perusahaan,
namun BHP alat harus dibeli ke perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan gas
medis sendiri pihak rumah sakit telah memilih metode lelang terbuka dengan
anggaran lebih dari 200 juta rupiah untuk pengadaan periode tahunan.
Selain dengan pembelian pihak RSUD dr. Soedarso juga telah melakukan produksi
Sediaan Farmasi dan BHP sendiri. Instalasi Farmasi dapat memproduksi sediaan
tertentu dengan ketentuan apabila1:
1. Sediaan farmasi tidak ada di pasaran.
2. Sediaan farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri
3. Sediaan farmasi dengan formula khusus
4. Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking.
5. Sediaan farmasi untuk penelitian.
6. Sediaan farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru
(recenter paratus).

Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan terbatas
hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit. Beberapa sediaan dan
BHP yang diproduksi sendiri oleh RSUD dr. Soedarso yakni handling obat sitostatika,
produksi steril larutan konsentrat, BHP seperti kasa steril.
Selain itu RSUD dr. Soedarso sebagai Rumah Sakit Pemerintah juga mendapat
sumbangan/dropping/hibah dari pemerintah atau bahkan pihak swasta. Instalasi
Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai 42
sumbangan/dropping/hibah. Seluruh kegiatan penerimaan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus
disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan sediaan farmasi,
alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dapat membantu pelayanan kesehatan, maka
jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai harus sesuai dengan
kebutuhan pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi
kepada pimpinan Rumah Sakit untuk mengembalikan/menolak
sumbangan/dropping/hibah sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit.
d. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik. RSUD dr. Soedarso sendiri melakukan penerimaan
melalui sistem satu pintu yakni melalui gudang farmasi.
e. Penyimpanan
Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi (melalui gudang farmasi) perlu dilakukan
penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin
kualitas dan keamanan Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang
dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai. Penyimapanan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang harus disimpan terpisah di RSUD dr. Soedarso diantaranya:
a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus
bahan berbahaya. Disimpan di gudang B3.
43
b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk
menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis
kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di
ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan.
c. Obat narkotika dan psikotripika disimpan di ruangkan khusus dengan kunci ganda
yang mana jumlah obat yang tersedia dan yang terpakai selalu dilakukan pencatatan
untuk dilakukan pelaporan pada SIPNAP.

Metode penyimpanan di gudang dan depo Instalasi Farmasi RSUD dr. Soedarso
dilakukan berdasarkan bentuk sediaan dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan,
dan bahan medis habis pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan
prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem
informasi manajemen rumah sakit (SIM RS). Penyimpanan sediaan farmasi, alat
kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang penampilan dan penamaan yang
mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan diberikan
penandaan khusus untuk mecegah terjadinya kesalahan pengambilan obat. Obat
emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan untuk penyimpanannya harus mudah
diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian. Pengelolaan obat
emergensi harus menjamin:
1. Jumlah dan jenis obat sesuai dengan daftar obat emergensi yang telah ditetapkan
2. Tidak boleh bercampur dengan persediaan obat untuk kebutuhan lain
3. Bila dipakai untuk keperluan emergensi harus segera diganti
4. Dicek secara berkala apakah ada yang kadaluwarsa
5. Dilarang untuk dipinjam untuk kebutuhan lain.

f. Pendistribusian
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan atau
menyerahkan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dari
tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan atau pasien dengan tetap
menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.

Sistem distribusi yang dilakukan di 44

RSUD dr. Soedarso terdapat beberapa macam tergantung deponya. Untuk Depo A
menggunakan sistem UDD (Unit Dose Dispensing) dan Individual Prescribing. Depo C
dan Depo produksi steril menerapkan sistem UDD. Depo OK Sentral, Cath Lab, Depo
OK PPT menerapkan sistem floor stock. Depo rawat jalan menerapkan sistem
Individual Prescribing.
Pharmaceutical care
Apoteker yang bekerja di rumah sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan
paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien
dengan mengacu pada Pharmaceutical Care.

a. Pengertian Pharmaceutical Care


Asuhan kefarmasian (Pharmaceutical Care) adalah pelayanan kefarmasian yang
berorientasi kepada pasien. Meliputi semua aktifitas apoteker yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah terapi pasien terkait dengan obat. Praktek
kefarmasian ini memerlukan interaksi langsung apoteker dengan pasien, yang
bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien Peran apoteker dalam asuhan
kefarmasian di awal proses terapi adalah menilai kebutuhan pasien. Di tengah
proses terapi, memeriksa kembali semua informasi dan memilih solusi terbaik
untuk DRP (Drug Related Problem) pasien. Di akhir proses terapi, menilai hasil
intervensi sehingga didapatkan hasil optimal dan kualitas hidup meningkat serta
hasilnya memuaskan (keberhasilan terapi) (Rover et al, 2003).

Anda mungkin juga menyukai