Askep Gerontik Katarak Kel 5 Kelas 1b
Askep Gerontik Katarak Kel 5 Kelas 1b
Askep Gerontik Katarak Kel 5 Kelas 1b
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : 5
1. GUSTRIA SALSABILA
2. DHEA ANGGITA SILITONGA
3. JUN TIARA
4. TRIA ROUDHOTUL
5. SALSABILA CLARA AISYAH
DOSEN PEMBIMBING:
DESI ANGGRAINI, S.KEP., Ns., M.Kes
TINGKAT : 1B
I. Konsep Lansia
A. Defisini Lansia
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke
atas, menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses yang berangsur-
angsur mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya
tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh, banyak
diantara lanjut usia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara upaya peningkatan
kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan pelestarian nilai-nilai
keagamaan dan budaya bangsa (Nurkhalifah, 2016).
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam
kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya mulai dari suatu keadaan tertentu, tetapi mulai sejak permulaan kehidupan.
Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga
tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. (Padila, 2013).
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-
lahan kemampuan jaringan untuk melakukan fungsinya dalam memenuhi
kebutuhan dalam hidup. Menua ditandai dengan kulit mengendur, rambut yang
memutih, penurunan pendengaran, penglihatan yang menjadi semakin buruk,
sensitivitas emosi. Proses menua merupakan proses yang terus–menerus
(berlanjut) secara alamiah. (Priyoto, 2015).
b. Teori Psikososia
D. Klasifikasi Lansia
Di zaman sekarang banyak ditemukan bermacam-macam tipe lanjut usia.
(Nugroho Wahjudi,2016:21),Antara lain :
a. Tipe arif bijaksana : Lanjut usia kaya dengan hikmah pengalaman,
menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan,
bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan
menjadi panutan.
b. Tipe mandiri : lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
c. Tipe Tidak Puas : Lanjut usia selalu mengalami konflik lahir batin, menetang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya
Tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah,
tidak sabar, mudah tersinggung, dan pengkritik.
d. Tipe Pasrah : Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap terang datang“), mengikuti kegiatan
beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung : lanjut usia yang kagetan, kehilangan kepribadian,
mengasingkan diri, merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
E. Teori-Teori Proses Menua
Menurut maryam, dkk (2008) ada beberapa teori yang berkaitan dengan
proses penuaan, yaitu : teori biologi, teori psikologi, teori sosial, dan teori
spiritual.
1. Teori biologis
Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory,
teori stres, teori radikal bebas, dan teori rantai silang
a. Teori genetik dan mutase
Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara genetik untuk
spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan
biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul dna dan setiap sel pada
saatnya akan mengalami mutasi.
b. Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan
bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat
menyebabkan kerusakan organ tubuh.
c. Teori stress
Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang
biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
d. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak
dapat melakukan regenerasi.
e. Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan, dan hilangnya
fungsi sel.
2. Teori psikologi
Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan
keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif. Adanya penurunan
dan intelektualitas yang meliputi persepsi, kemampuan kognitif, memori,
dan belajar pada usia lanjut menyebabkan mereka sulit untuk dipahami dan
berinteraksi.
Persepsi merupakan kemampuan interpretasi pada lingkungan. Dengan
adanya penurunan fungsi sistem sensorik, maka akan terjadi pula penurunan
kemampuan untuk menerima, memproses, dan merespons stimulus
sehingga terkadang akan muncul aksi/reaksi yang berbeda dari stimulus
yang ada.
3. Teori sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan,
yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri
(disengagement theory), teori aktivitas (activity theory), teori
kesinambungan (continuity theory), teori perkembangan (development
theory), dan teori stratifikasi usia (age stratification theory).
a. Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia bertindak pada
suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat.
Pada lansia, kekuasaan dan prestasinya berkurang sehingga
menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa
hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.
b. Teori penarikan diri
Teori ini menyatakan bahwa kemiskinan yang diderita lansia dan
menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara
perlahan-lahan menarik diri dari pergaulan di sekitarnya.
c. Teori aktivitas
Teori ini menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
bagaimana seorang lansia merasakan kepuasan dalam melakukan
aktivitas serta mempertahankan aktivitas tersebut lebih penting
dibandingkan kuantitas dan aktivitas yang dilakukan.
d. Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat
merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat
terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata
tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.
e. Teori perkembangan
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses menjadi tua
merupakan suatu tantangan dan bagaimana jawaban lansia terhadap
berbagai tantangan tersebut yang dapat bernilai positif ataupun negatif.
Akan tetapi, teori ini tidak menggariskan bagaimana cara menjadi tua
yang diinginkan atau yang seharusnya diterapkan oleh lansia tersebut.
f. Teori stratifikasi usia
Keunggulan teori stratifikasi usia adalah bahwa pendekatan yang
dilakukan bersifat deterministik dan dapat dipergunakan untuk
mempelajari sifat lansia secara kelompok dan bersifat makro. Setiap
kelompok dapat ditinjau dari sudut pandang demografi dan
keterkaitannya dengan kelompok usia lainnya. Kelemahannya adalah
teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai lansia secara
perorangan, mengingat bahwa stratifikasi sangat kompleks dan dinamis
serta terkait dengan klasifikasi kelas dan kelompok etnik.
g. Teori spiritual
Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian
hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang
arti kehidupan.
B. Anatomi Fisiologi
C. Etiologi
Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda
asing yang merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling
lazim mengenai orang-orang yang sudah berusia lanjut. Biasanya kedua mata
akan terkena dan sebelah mata lebih dulu terkena baru mata yang satunya lagi.
Katarak juga bisa terjadi pada bayi-bayi yang lahir prematur atau baru
mendapatkannya kemudian karena warisan dari orang tuanya.Namun kembali
lagi, katarak hanya lazim terjadi pada orang-orang yang berusia lanjut.Coba
perhatikan hewan yang berumur tua, terkadang bisa kita melihat pengaburan lensa
di matanya.Semua ini karena faktor degenerasi.
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain
(Corwin,2000):
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau
bahan beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes
melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2009).
Katarak akan berkembang secara perlahan-lahan. Orang-orang tua yang
hidup sendiri (sedikit orang-orang disekitarnya/kurang dirawat) lebih sering
terkena katarak.Karena kebanyakan dari mereka kurang minum air atau cairan
lainnya guna menjaga peredaran darahnya tetap mengalir sebagaimana mestinya.
D. Patofisiologis
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
menyebabkanpenglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein
lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori
lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa
dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak
ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.
E. Manifestasi Klinis
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
Gejala objektif biasanya meliputi:
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus
pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup. Pupil yang
normalnya hitamcakan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-akan melihat
asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
a) Peka terhadap sinar atau cahaya.
b) Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
c) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
d) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
e) Kesulitan melihat pada malam hari
f) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
g) Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )
F. Komplikasi
1. Hilangnya vitreous.
Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka gel vitreous dapat
masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau
traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument
yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular
sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris.
Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca operasi dini.
Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi.
Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
2. Keluhan Utama
Pasien mengeluh penglihatan buram
B. Masalah keperawatan
1.Gangguan Persepsi Sensori
Edukasi
- Anjurkan memonitor sendiri
situasi terjadinya halusinasi
- Anjurkan bicara pada orang
yang dipercaya untuk
memberi dukungan &
umpan balik korektof
terhadap halusinasi
- Anjurkan melakukan
distraksi
(mis.mendengarkan
musik,melakukan aktoritas
& teknik rileksasi)
- Anjurkan pasien & keluarga
cara mengontrol halusinasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat
antipsikotik dan
antiansietas,jika perlu.
E. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan
F. Evaluasi keperawatan
Menurut budiono (2010) evaluasi keperawatan adalah penilaian dengan cara
membandingkan perubahan keadaan pasien ( hasil yang diamati ) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan