0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
128 tayangan102 halaman

Stase 7

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 102

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN


REPRODUKSI

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Keluarga Berencana
Dan Kesehatan Reproduksi

Program Studi Pedidikan Profesi Bidan

Disusun oleh:
Nama : Yullies Eka Floressianty
NIM : PO. 62.24.2.20.353

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLTEKKES KEMENKES
PALANGKA RAYA JURUSAN KEBIDANAN
TAHUN 2020

1
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik


Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Telah Disahkan Tanggal: Februari 2021

Mengesahkan,
Pembimbing Institusi,

Heti Ira Ayue, SST., M.Keb


NIP. 19781027 200501 2 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Sarjana Terapan Koordinator MK Praktik Kebidanan


Kebidanan Dan Pendidikan Profesi Bidan Fisiologi Holistik Pada Keluarga
Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Heti Ira Ayue, SST., M.Keb Eline Charla Sabatina B., SST., M.Kes
NIP. 19781027 200501 2 001 i NIP. 19860621 200912 2 00

KATA PENGANTAR

2
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya, “Laporan Pendahuluan Praktik Kebidanan Fisiologi
Holistik Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi” dapat diselesaikan.
Penulis berharap dengan adanya Laporan pendahuluan ini dapat berguna
serta bermanfaat untuk mahasiswa yang sedang melakukan praktik klinik. Selain
itu penulis juga sadar bahwa pada laporan pendahuluan praktik ini dapat
ditemukan banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab
itu, penulis benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat penulis
revisi dimasa yang akan datang, sebab penulis menyadari bahwa tidak ada sesuatu
yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif.
Di akhir penulis berharap Laporan Pendahuluan ini dapat dimengerti oleh
setiap pihak yang membaca. Penulis pun memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam laporan pendahuluan praktik ini terdapat perkataan yang tidak
berkenan di hati.

Palangka Raya, Agustus 2020

Kartini
NIM. PO.62.24.2.19.516

DAFTAR ISI
ii

3
COVER
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ......................................................................................... 1
BAB II Landasan Teori ..................................................................................... 4
A. Konsep Dasar Keluarga Berencana ............................................... 4
1. Definisi Keluarga Berencana ................................................... 4
2. Tujuan Keluarga Berencana ..................................................... 5
3. Konseling Keluarga Berencana ................................................ 6
4. Metode KB ............................................................................... 10
a. Alamiah .............................................................................. 10
b. KB Hormonal ..................................................................... 12
c. Alat kontrasepsi dalam Rahim ........................................... 23
1) Profil ............................................................................ 23
2) Jenis .............................................................................. 24
3) Mekanisme kerja dll ..................................................... 25
4) Pemasangan dan pencabutan AKDR .......................... 31
d. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit ........................................... 39
1) Profil ............................................................................ 39
2) Jenis .............................................................................. 39
3) Mekanisme kerja, dll .................................................... 41
4) Pemasangan dan pencabutan AKBK ........................... 49
e. Kontrasepsi mantap ............................................................ 50
1) MOW ........................................................................... 51
2) MOP ............................................................................. 55
B. Konsep Dasar Kesehatan Reproduksi ............................................ 58
1. Definisi Kespro ........................................................................ 58
2. Kespro dalam pespektif gender ................................................ 58

4
3. Isu-isu kesehatan perempuan ................................................... 64
4. Masalah-masalah kespro yang sering terjadi pada siklus
reproduksi perempuan .............................................................. 73
5. Mendeteksi dini kanker pada wanita ........................................ 73
a. Kanker serviks ................................................................... 73
b. Kanker Payudara ................................................................ 74
C. Evidence Based Midwifery Pada KB dan Kespro ......................... 78
1. EBM Keluarga Berencana ....................................................... 78
2. EBM Kesehatan Reproduksi .................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 93

iii

5
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penggunaan kontrasepsi telah meningkat di banyak bagian dunia,
terutama di Asia dan Amerika Latin dan terendah di Sub-Sahara Afrika.
Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan
dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun 2014. Secara regional,
proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan metode
kontrasepsi modern telah meningkat minimal 6 tahun terakhir. Di Afrika dari
23,6% menjadi 27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 61,6%,
sedangkan Amerika latin dan Karibia naik sedikit dari 66,7%
menjadi 67,0%. Diperkiraan 225 juta perempuan di negara-negara
berkembang ingin menunda atau menghentikan kesuburan tapi tidak
menggunakan metode kontrasepsi apapun dengan alasan sebagai berikut:
terbatas pilihan metode kontrasepsi dan pengalaman efek samping. Kebutuhan
yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi masih terlalu tinggi. Ketidakadilan
didorong oleh pertumbuhan populasi (WHO, 2014).
Menurut BKKBN, KB aktif di antara PUS tahun 2018 sebesar 63,27%,
hampir sama dengan tahun sebelumnya yang sebesar 63,22%. Sementara
target RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) yang
ingin dicapai tahun 2019 sebesar 66%. Hasil SDKI tahun 2017 juga
menunjukan angka yang sama pada KB aktif yaitu sebesar 63,6%. KB aktif
tertinggi terdapat di Bengkulu yaitu sebesar 71,15% dan yang terendah di
Papua sebesar 25,73%. Terdapat lima provinsi dengan cakupan KB aktif
kurang dari 50% yaitu Papua, Papua Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku,
dan Kepulauan Riau. (Profil Kesehatan RI. 2018)
Berdasarkan pemilihan jenis alat kontrasepsi, sebagian besar peserta
KB Aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat kontrasepsi bahkan sangat
dominan (lebih dari 80%) dibanding metode lainnya; suntikan (63,71%) dan
pil (17,24%). Padahal suntikan dan pil termasuk dalam metode kontrasepsi

1
jangka pendek sehingga tingkat efektifitas suntikan dan pil dalam
pengendalian kehamilan lebih rendah dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya.
Masih rendahnya penggunaan MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang)
dikarenakan pengetahuan masyarakat yang masih rendah tentang kelebihan
metode MKJP dan keterbatasan jumlah tenaga terlatih serta sarana yang ada.
Dari keseluruhan jumlah peserta KB modern, hanya 17,8% diantaranya yang
menggunakan KB MKJP. Sedangkan 82,19% lainnya pengguna KB non
MKJP. Berdasarkan metode KB, provinsi tertinggi dengan peserta KB MKJP
tertinggi terdapat di Bali (40,54%), D.I Yogyakarta (37,38%), dan Nusa
Tenggara Timur (31,70). Sedangkan Kalimantan Tengah dan Kalimantan
Selatan walaupun secara keseluruhan metode merupakan provinsi dengan
cakupan KB aktif yang relatif tinggi, namun pengguna MKJP yang sangat
rendah. (Profil Kesehatan RI. 2018)
Jumlah PUS Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016 sebanyak
471.776 lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah PUS pada tahun 2015
sebanyak 483.661. Peserta KB baru pada tahun 2016 12,6%, lebih sedikit bila
dibandingkan dengan peserta KB baru pada tahun 2015 sebesar 12.9%.
Peserta KB baru tersebut menggunakan kontrasepsi sebagai berikut: 1) MKJP:
Tahun 2016 IUD (2,3%), MOP (0,19%), MOW (1.4%) dan Implant (12.2%)
2) NON MKJP: Tahun 2016 Kondom (3,6%), Suntik (47,2%) dan PIL
(33,2%). Cakupan peserta KB aktif Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2016
78,1% lebih banyak bila dibandingkan dengan persentase KB aktif pada 2015
sebesar sebesar 77.9% ( Profil Kesehatan Kalimantan Tengah. 2016).
Salah satu sasaran dalam MDGs adalah mendorong kesetaraan gender
dan Pemberdayaan perempuan, Menurunkan Angaka Kematian Ibu (AKI),
memerangi HIV/AIDS, malaria, dan Penyakit lainnya. Untuk mencapai hal
tersebut maka kesehatan reproduksi perlu ditingkatkan. Kesehatan dalam
Undang-Undang Pokok Kesehatan Nomor 32, Tahun 1992 meliputi kesehatan
badan, rohaniah (mental) dan sosial, dan bukan hanya keadaan yang bebas
dari penyakit, cacat, dan kelemahan. Kesehatan reproduksi mencakup tiga
komponen yaitu : kemampuan (ability), keberhasilan (success), dan keamanan

2
(safety). Kemampuan berarti dapat berproduksi. Keberhasilan berarti dapat
menghasilkan anak sehat yag tumbuh dan berkembang. Keamanan berarti
semua proses reproduksi termasuk hubungan seks, kehamilan, persalinan,
kontrasepi, dan abortus seyogyanya bukan merupakan aktivitas yang
berbahaya. (Wilujeng. 2013)
Hak kesehatan reproduksi adalah hak asasi manusia yang seharusnya
diperoleh masyarakat khususnya akseptor Keluarga Berencana (KB) melalui
pelayanan KB berkualitas yang menjadi program pemerintah. Pelayanan
berkualitas termasuk kualitas medik, artinya menawarkan metode kontrasepsi
yang cocok dengan pelayanan yang tersedia, ditunjang dengan konseling yang
tepat, dan tenaga penyelenggaranya (provider) yang berkompeten secara
teknis. Pelayanan juga harus mengakomodasi harapan perempuan yang
membutuhkan hubungan interpersonal agar dapat diketahui pandangan dan
pendapat perempuan tersebut (Pogi 2003, dalam Lestari Handayani, dkk.
2012).

Tingginya angka kelahiran di Indonesia merupakan salah satu masalah


besar dan memerlukan perhatian dalam penanganannya. Salah satu bentuk
perhatian khusus pemerintah dalam menanggulangi angka kelahiran yang
tinggi tersebut, adalah dengan melaksanakan pembangunan dan keluarga
berencana secara komprehensif. Program KB bertujuan mengendalikan
fertilitas yang membutuhan metode kontrasepsi yang berkualitas agar dapat
meningkatkan kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual. Pelaksanaannya
dipengaruhi sumberdaya pelaksanaan program KB, cara pandang masyarakat
sendiri terhadap kesehatan reproduksi dan pelayanan KB, serta pemakaian alat
kontrasepsi (Lestari Handayani, dkk. 2012).

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. KONSEP DASAR KELUARGA BERENCANA


1. Definisi Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur
jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan.usaha yang
dimaksud kontrasepsi atau pencegahan kehamilan dan perencaan
keluarga. Prinsip dasar metode kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-
laki mencapai dan membuahi telur wanita (fertilisasi) atau mencegah tel
yang sudah dibuahi untuk berimplantasi (melekat) dan berkembang
didalam rahim (Purwoastuti, 2015).
Keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga
yang berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam
mewujudkan hak-hak reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan,
pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga
dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usi ideal
melahirkan anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta
kesejahteraan anak (BKKBN. 2015)
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak
dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah
mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan menunda
kehamilan (Sulistyawati, 2011).
Menurut WHO (World Health Organisation) Expert Commite
1970, KeluargaBerencana dapat diartikan sebagai tindakan yang
membantu individu/pasangan suamiistri untuk mendapatkan obyektif-
obyektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak  diinginkan,
medapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara
kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Keluarga
Berencana adalah suatu tindakan untuk menjarangkan atau merencanakan

4
jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mega,
Wijayanegara. 2017)

2. Tujuan Keluarga Berencana


Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2011).
Secara umum tujuan 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam
rangka mewujudkan visi dan misi program KB adalah membangun
kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program
KB nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk
mewujudkan keluarga berkualitas 2015 dapat tercapai. Tujuan utama
program KB Nasional adalah untuk memenuhi permintaan masyarakat
akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas,
menurunkan tingkat/angka kematian ibu bayi, dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun
keluarga kecil berkualitas. Tujuan gerakan KB dan pelayanan kontrasepsi:
a) Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk
dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LPP) dalam hal ini
tentunya akan diikuti dengan menurunkan angka kelahiran.
b) Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda
kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah
kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan
anak telah cukup.
c) Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah
menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai
keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.
d) Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi pasangan yang akan
menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai

5
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk
keluarga yang bahagia dan berkualitas.
e) Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil
Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas.
3. Konseling Keluarga Berencana
a. Pengertian Konseling KB
Konseling merupakan unsur yang penting dalam pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan reproduksi karena melalui
konseling klien dapat memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi
yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya serta meningkatkan
keberhasilan KB. Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu
dengan semua aspek pelayanan keluarga berencana dan bukan hanya
informasi yang diberikan pada satu kesempatan yakni pada saat
pemberian pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi yang
memadai harus diterapkan dan dibicarakan secara interaktif sepanjang
kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya yang ada
(Prijatni, Ida & Sri Rahayu. 2016)

b. Tujuan Konseling KB
Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal (Prijatni, Ida &
Sri Rahayu. 2016) :
1) Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.
2) Memilih metode KB yang diyakini.
3) Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman dan efektif. d.
Memulai dan melanjutkan KB.
4) Mempelajari tujuan, ketidakjelasan informasi tentang metode KB
yang tersedia
5) Memecahkan masalah, meningkatkan keefektifan individu
dalam pengambilan keputusan secara tepat.

6
6) Membantu pemenuhan kebutuhan klien meliputi
menghilangkan perasaan yang menekan/mengganggu dan
mencapai kesehatan mental yang positif
7) Mengubah sikap dan tingkah laku yang negatif menjadi positif
dan yang merugikan klien menjadi menguntungkan klien.
8) Meningkatkan penerimaan
9) Menjamin pilihan yang cocok
10) Menjamin penggunaan cara yang efektif l. Menjamin
kelangsungan yang lama.

c. Prinsip Konseling KB
Prinsip konseling KB meliputi: percaya diri, Tidak memaksa,
Informed consent (ada persetujuan dari klien); Hak klien, dan
Kewenangan. Kemampuan menolong orang lain digambarkan dalam
sejumlah keterampilan yang digunakan seseorang sesuai dengan
profesinya yang meliputi (HOPSAN, 1978 dalam Prijatni, Ida & Sri
Rahayu. 2016) :

1) Pengajaran
2) Nasehat dan bimbingan
3) Pengambilan tindakan langsung
4) Pengelolaan
5) Konseling.

d. Hak klien / clien’t rights


Dalam memberikan pelayanan kebidanan bidan harus
memahami benar hak calon akseptor KB. Hak-hak akseptor KB
adalah sebagai berikut (Prijatni, Ida & Sri Rahayu. 2016) :

1) Terjaga harga diri dan martabatnya.


2) Dilayani secara pribadi (privasi) dan terpeliharanya kerahasiaan.

7
3) emperoleh informasi tentang kondisi dan tindakan yang akan
dilaksanakan.
4) Mendapat kenyamanan dan pelayanan terbai
5) Menerima atau menolak pelayanan atau tindakan yang akan
dilakukan.
6) Kebebasan dalam memilih metode yang akan digunak

e. Keuntungan Konseling KB
Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan
keuntungan kepada pelaksana kesehatan maupun penerima layanan
KB. Adapun keuntungannya (Prijatni, Ida & Sri Rahayu. 2016) :

1) Klien dapat memilih metode kontrasepsi yang sesuai dengan


kebutuhannya
2) Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau
penyesalan
3) Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.
4) Membangun rasa saling percaya.
5) Mengormati hak klien dan petugas.
6) Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.
7) Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

f. Konseling KB dan Komunikasi Interpersonal


Komunikasi interpersonal dalam pelayanan kesehatan
menggunakan :
1) Motivasi
Motivasi pada pasien KB meliputi: Berfokus untuk
mewujudkan permintaan, bukan pada kebutuhan individu klien;
Menggunakan komunikasi satu arah; Menggunakan komunikasi
individu, kelompok atau massa.
2) Edukasi / Pendidikan

8
Pelayanan KB yang diberikan pada pasien mengandung unsur
pendidikan sebagai berikut: Menyediakan seluruh informasi
metode yang tersedia; Menyediakan informasi terkini dan isu;
Menggunakan komunikasi satu arah atau dua arah; Dapat melalui
komunikasi individu, kelompok atau massa; Menghilangkan
rumor dan konsep yang salah.
3) Konseling KB
Konseling KB antara lain: Mendorong klien untuk mengajukan
pertanyaan; Menjadi pendengar aktif; Menjamin klien penuh
informasi; Membantu klien membuat pilihan sendiri (Prijatni, Ida &
Sri Rahayu. 2016).

g. Jenis Konseling
Jenis konseling terbagi menjadi tiga, yaitu (Prijatni, Ida & Sri
Rahayu. 2016) :

1) Konseling umum
Konseling umum dapat dilakukan oleh petugas lapangan
keluarga berencana atau PLKB. Konseling umum meliputi
penjelasan umum dari berbagai metode kontrasepsi untuk
mengenalkan kaitan antara kontrasepsi, tujuan dan fungsi
reproduksi keluarga.
2) Konseling spesifik
Konseling spesifik dapat dilakukan oleh dokter / bidan /
konselor. Konseling spesifik berisi penjelasan spesifik tentang
metode yang diinginkan, alternatif, keuntungan-keterbatasan,
akses, dan fasilitas layanan.
3) Konseling pra dan pasca tindakan
Konseling pra dan pasca tindakan dapat dilakukan oleh
operator / konselor / dokter / bidan. Konseling ini meliputi
penjelasan spesifik tentang prosedur yang akan dilaksanakan (pra,

9
selama dan pasca) serta penjelasan lisan / instruksi tertulis
asuhan mandiri .

h. Prinsip Yang Harus Diperhatikan Oleh Konselor


Proses konseling dalam praktik pelayanan kebidanan
terutama pada pelayanan keluarga berencana, tidak terlepas dari
peran konselor. Tugas seorang konselor adalah sebagai berikut
(Prijatni, Ida & Sri Rahayu. 2016) :

1) Sahabat, pembimbing dan memberdayakan klien untuk membuat


pilihan yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
2) Memberi informasi yang obyektif, lengkap, jujur dan akurat
tentang berbagai metode kontrasepsi yang tersedia.
3) Membangun rasa saling percaya, termasuk dalam proses
pembuatan Persetujuan Tindakan Medik.

4. Metode KB
a. Alamiah
Yang termasuk dalam kontrasepsi alamiah (KBA) tanpa alat antara
lain :
1) Metode Kalender
Metode ini memperhitungkan masa subur wanita yang
berkaitan erat dengan siklus menstruasi. Prinsipnya adalah
pasangan tidak melakukan hubungan suami istri pada saat masa
subur istri sehingga tidak terjadi kehamilan. (Sukarni, 2013)
2) Suhu basal Tubuh
Suhu basal tubuh seorang wanita berbeda ketika sedang
dalam masa ovulasi dengan suhu tubuh sehari-hari. Suhu basal
tubuh pada masa ovulasi ini mengalami kenaikan sebesar 0,05
derajat. Peningkatan suhu basal tubuh ini mulai 1-2 hari setelah

10
ovulasi dan disebabkan oleh peningkatan kadar hormon
progesteron. (Sukarni, 2013)
3) Metode Lendir Servik
Metode lendir serviks atau metode ovulasi merupakan
Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA) dengan cara
mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati
lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari
ovulasi. (Sukarni, 2013)
4) Koitus interuptus (senggama terputus)
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah Metode
Keluarga Berencana Alamiah (KBA), dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum
mencapai ejakulasi. (Sukarni, 2013)
Yang termasuk dalam kontrasepsi alamiah (KBA)
dengan  alat yaitu :
a) Kondom
Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang
terbuat dari berbagai bahan diantaranya karet (lateks),
plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang
dipasang pada penis untuk menampung sperma ketika
seorang pria mencapai ejakulasi saat berhubungan seksual.
(Sukarni, 2013)
b) Diafragma
Diafragma merupakan plastik berbentuk kubah dengan
sabuk yang lentur, dipasang pada serviks dan menjaga agar
sperma tidak masuk ke dalam rahim. Diafragma dipasang
sebelum melakukan hubungan seksual dan tetap terpasang
sampai minimal 8 jam tetapi tidak boleh lebih dari 24 jam.
(Sukarni, 2013)
c) Spermatisida

11
Spermatisida merupakan alat kontrasepsi yang
dimasukkan ke dalam vagina dengan tujuan yaitu untuk
membunuh sebagian besar spermatozoa sebelum dapat
masuk melalui mulut rahim sehingga cukup jumlah dan
kemampuan untuk dapat melakukan konsepsi dengan sel
telur (ovum). (Sukarni, 2013)

b. KB Hormonal
1) KB Pil
KB Suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil
atau tablet yang berisi gabungan hormon estrogen dan
progesteron (Pil Kombinasi) atau hanya terdiri dari hormon
progesteron saja (Mini Pil). Cara kerja pil KB menekan ovulasi
untuk mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur,
mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sukar untuk
masuk kedalam rahim, dan menipiskan lapisan endometrium.
Mini pil dapat dikonsumsi saat menyusui. Efektivitas pil sangat
tinggi, angka kegagalannya berkisar 1-8% untuk pil kombinasi,
dan 3-10% untuk mini pil.

(1) Manfaat Pil KB, antara lain :


a) Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir mempunyai
efektifitas tubektomi), bila digunakan tiap hari.
b) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil
c) Tidak mengganggu hubungan seksual.
d) Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
e) Dapat digunakan jangka panjang selama masih ingin
menggunakannya untuk mencegah kehamilan
f) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
g) Mudah dihentikan setiap saat.

12
h) Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil
dihentikan.
i) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
j) Membantu mencegah: kehamilan ektopik, kanker
ovarium dan endometrium, kista ovarium, penyakit
radang panggul, efek Samping.

(2) Efek samping :


a) Gangguan siklus haid
b) Tekanan darah tinggi
c) Kenaikan berat badan
d) Jerawat
e) Bercak bercak coklat pada wajah

2) KB Suntik
Suntik KB Suntik KB ada dua jenis yaitu, suntik KB 1
bulan (cyclofem) dan suntik KB 3 bulan (DMPA). Cara
kerjanya sama dengan pil KB. Efek sampingnya dapat terjadi
gangguan haid, depresi, keputihan, jerawat, perubahan berat
badan, pemakaian jangka panjang bisa terjadi penurunan libido,
dan densitas tulang. (kumalasari, 2018)
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya
mengandung progestin, yaitu:
a) Depo Medroksi Progesteron Asetat (DMPA), mengandung
150 mg DMPA yang diberikan tiap 3 bulan dengan cara
disuntik Intra Muskuler (di daerah bokong). Depo provera
atau depo medroxyprogesterone asetat adalah satu sintesa
progesteron yang mempunyai efek seperti progesterone asli
dari tubuh wanita. Obat ini dicoba pada tahun 1958 untuk
mengobati abortus habitualis dan endometriosis ternyata
pada pengobatan abortus habitualis seringkali terjadi

13
kemandulan setelah kehamilan berakhir. Depo provera
sebagai obat kontrasepsi suntikan ternyata cukup manjur
dan aman dalam pelayanan keluarga berencana. Anggapan
bahwa depo provera dapat menimbulkan kanker pada leher
rahim atau payudara pada wanita yang mempergunakannya,
belum didapat bukti-bukti yang cukup tegas, bahkan
sebaliknya.
b) Depo Nonsterat Enontat (Depo Nonsterat) yang
mengandung 200 mg noratin dion anontat, diberikan setiap
2 bulan dengan cara disuntik intra muskuler. Norigest
adalah obat yang disuntikkan (secara Depot). 1 ampul
Norigest berisi 200 mg Norethindone enanthate dalam
larutan minyak. Larutannya merupakan campuran benzyl
benzoate dan castor oil dalam perbandingan 4:6. Efek
kontrasepsinya terutama mencegah masuknya sperma
melalui lendir cervix. Sesudah pengobatan dihentikan,
keadaan fertilitas biasanya kembali dalam waktu beberapa
minggu. Karena pada beberapa kasus mungkin akan terjadi
perdarahan-perdarahan yang atypis, maka perlu
diberitahukan terlebih dahulu kepada setiap calon akseptor
akan kemungkinan hal ini.
c) Kontrasepsi Kombinasi (Depo estrogen-progesteron ) Jenis
suntikan kombinasi ini terdiri dari 25 mg Depo
Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat.

(1) Cara Kerja :


Secara umum kerja dari KB suntik adalah:
1) Mencegah ovulasi, kadar progesteron tinggi sehingga
menghambat lonjakan luteinizing hormone (LH) secara
efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar follicle-
stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak

14
terjadi lonjakan LH (LH Surge). Menghambat
perkembangan folikel dan mencegah ovulasi.
Progestogen menurunkan frekuensi pelepasan (FSH)
dan (LH) .
2) Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami
penebalan mukus serviks yang mengganggu penetrasi
sperma. Perubahan - perubahan siklus yang normal pada
lendir serviks. Secret dari serviks tetap dalam keadaan
di bawah pengaruh progesteron hingga menyulitkan
penetrasi spermatozoa.
3) Membuat endometrium menjadi kurang layak atau baik
untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi, yaitu
mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang
stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan
endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum
yang telah dibuahi.
4) Menghambat transportasi gamet dan tuba, mungkin
mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba
fallopi atau memberikan perubahan terhadap kecepatan
transportasi ovum (telur) melalui tuba.

(2) Efektivitas :
Jenis kontrasepsi ini pada dasarnya mempunyai cara
kerja seperti pil. Untuk suntikan yang diberikan 3 bulan
sekali, memiliki keuntungan mengurangi resiko lupa minum
pil dan dapat bekerja efektif selama 3 bulan. Efek samping
biasanya terjadi pada wanita yang menderita diabetes atau
hipertensi.
Efektif bagi wanita yang tidak mempunyai masalah
penyakit metabolik seperti diabetes, hipertensi, trombosis
atau gangguan pembekuan darah serta riwayat stroke. Tidak

15
cocok buat wanita perokok. Karena rokok dapat
menyebabkan penyumbatan pembuluh darah.
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas
yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan tiap
tahun. Asal penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai
jadwal yang telah ditentukan.
Tersedia suntik 1 bulan (estrogen + progesteron) dan 3
bulan (depo progestin, tidak terjadi haid). Cukup praktis
tetapi karena memasukkan hormon sekaligus untuk 1 atau 3
bulan, orang yang sensitif sering mengalami efek samping
yang agak berat.
Kontrasepsi suntikan mengandung hormon sintetik.
Penyuntikan ini dilakukan 2-3 kali dalam sebulan. Suntikan
setiap 3 bulan *(Depo Provera)*, setiap 10 minggu
*(Norigest)*, dan setiap bulan *(Cyclofem)*.
Salah satu keuntungan suntikan adalah tidak
mengganggu produksi ASI. Pemakaian hormon ini juga bisa
mengurangi rasa nyeri dan darah haid yang keluar.
Sayangnya, bisa membuat badan jadi gemuk karena nafsu
makan meningkat. Kemudian lapisan dari lendir rahim
menjadi tipis sehingga haid sedikit, bercak atau tidak haid
sama sekali. Perdarahan tidak menentu. Tingkat
kegagalannya hanya 3-5 wanita hamil dari setiap 1.000
pasangan dalam setahun.

(3) Keuntungan :
1) Sangat efektif , karena mudah digunakan tidak
memerlukan aksi sehari hari dalam penggunaan
kontrasepsi suntik ini tidak banyak dipengaruhi
kelalaian atau faktor lupa dan sangat praktis.

16
2) Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang
menyusui, Hormon progesteron dapat meningkatkan
kuantitas air susu ibu sehingga kontrasepsi suntik
sangat cocok pada ibu menyusui. Konsentrasi
hormon di dalam air susu ibu sangat kecil dan tidak
ditemukan adanya efek hormon pada pertumbuhan
serta perkembangan bayi.
3) Efek samping sangat kecil yaitu tidak mempunyai
efek yang serius terhadap kesehatan.
4) Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
5) Penggunaan jangka panjang
6) Sangat cocok pada wanita yang telah mempunyai
cukup anak akan tetapi masih enggan atau tidak bisa
untuk dilakukan sterilisasi.
7) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun
sampai menopause
8) Membantu mencegah kehamilan ektopik dan kanker
endometrium.

(4) Kekurangan :
1) Ini Dapat mengalami perdarahan bercak di luar
siklus haid atau justru haid menjadi jarang. Setelah
Anda berhenti menyuntik, mungkin butuh waktu
beberapa bulan untuk kembali pada siklus biasa.
Jarang terjadi perdarahan yang banyak, tidak dapat
haid, perlu suntikan ulangan teratur, perlu kontrol
atau kunjungan berkala untuk evaluasi.

(5) Efek Samping :


Gangguan haid seperti:
1) Siklus haid yang memendek atau memanjang

17
2) Perdarahan yang banyak atau sedikit
3) Perdarahan tidak teratur atau bercak (spotting)
4) Tidak haid sama sekali atau amenore
5) Klien sangat bergantung pada tempat sarana
pelayanan kesehatan (harus kembali untuk jadwal
suntikan berikutnya)
6) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu, harus
menunggu sampai masa aktifnya habis (3 bulan)
7) Berat badan bertambah
Umumnya pertambahan berat badan tidak
terlalu besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg
sampai 5 kg dalam tahun pertama. Pertambahan
berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena
bertambahnya lemak tubuh. Hipotesa para ahli ini
diakibatkan hormon merangsang pusat pengendali
nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan
akseptor makan lebih banyak daripada biasanya.
8) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan
IMS, hepatitis B dan virus HIV
9) Terlambatnya kembali kesuburan setelah
penghentian pemakaian bukan karena terjadinya
kerusakan atau kelainan pada organ genitalia,
melainkan karena belum habisnya pelepasan obat
suntikan dari deponya (tempat suntikan).
10) Pada penggunaan jangka panjang yaitu diatas 3
tahun penggunaan dapat:
(a) Menurunkan kepadatan tulang
(b) Menimbulkan kekeringan pada vagina
(c) Menurunkan libido.

18
11) Keluhan- keluhan lainnya berupa mual, muntah,
sakit kepala, panas dingin, pegal-pegal, nyeri perut
dan lain-lain.

(6) Indikasi :
Indikasi pemakaian kontrasepsi suntik antara
lain jika klien menghendaki pemakaian kontrasepsi
jangka panjang, atau klien telah mempunyai cukup anak
sesuai harapan, tapi saat ini belum siap. Kontrasepsi ini
juga cocok untuk klien yang menghendaki tidak ingin
menggunakan kontrasepsi setiap hari atau saat
melakukan sanggama, atau klien dengan kontra indikasi
pemakaian estrogen, dan klien yang sedang menyusui.
Klien yang mendekati masa menopause, atau sedang
menunggu proses sterilisasi juga cocok menggunakan
kontrasepsi suntik.
Indikasi pemakaian suntikan kombinasi :
1) Usia reproduksi (20-30 tahun)
2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum
memiliki anak
3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas
yang tinggi
4) Menyusui ASI pasca persalinan lebih dari 6 bulan
5) Pasca persalinan dan tidak menyusui
6) Anemia
7) Nyeri haid hebat
8) Haid teratur
9) Riwayat kehamilan ektopik
10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

(7) Kontraindikasi :

19
1) Hamil atau dicurigai hamil (reaksi cacat pada janin
> 100.000 kelahiran)
2) 2. Ibu menginginkan haid teratur
3) 3. Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
4) ibu yang menderita sakit kuning (liver),
5) kelainan jantung,
6) varises (urat kaki keluar),
7) Hipertensi (tekanan darah tinggi)
8) kanker payudara atau organ reproduksi,
9) Menderita kencing manis (DM). Selain itu, ibu
yang merupakan perokok berat, sedang dalam
persiapan operasi.
10) Sakit kepala sebelah (migrain) merupakan
kelainan-kelainan yang menjadi pantangan
penggunaan KB suntik ini.
11) Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis.
12) Penyakit arteri berat di masa lalu atau saat ini
13) Efek samping serius yang terjadi pada kontrasepsi
oral kombinasi yang bukan disebabkan oleh
estrogen
14) Adanya penyakit kanker hati
15) Depresi berat.

(8) Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan


Progestin :
Adapun waktu mulai menggunakan kontrasepsi
suntikan progestin adalah sebagai berikut :
1) Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus
haid.Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama
dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu

20
tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan
tidak boleh melakukan hubungan seksual.
2) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain
dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan.
Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal
sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak
hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan.
Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya
datang.Bila ibu sedang menggunakan jenis
kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi,
kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai
pada saat jadwal kontrasepsi suntikan sebelumnya.
3) Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal
dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi
hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal
yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal
saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya
tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila
ibu disuntik setelah hari ke 7 haid, ibu tersebut
selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
4) Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7
hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi
tambahan.
5) Bila suntikan pertama diberikan setelah haid ke 7
siklus haid, tidak boleh melakukan hubungan
seksual selama 7 hari atau menggunakan metode
kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari.
6) Bila Ibu tersebut pasca persalinan 6 bulan,
menyusui, serta belum haid, suntikan pertama

21
dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak
hamil
7) Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta
telah mendapat haid, maka suntikan pertama
diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7.
8) Bila pasca persalinan<6 bulan dan menyusui,
jangan diberikan suntikan kombinasi.
9) Pasca keguguran suntikan suntikan kombinasi
dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari
10) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain
dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan.
Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal
sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak
hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan.
Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya
datang.
11) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi
jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis
kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi
suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat
jadwal kontrasepsi suntikan sebelumnya. Ibu yang
menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin
menggantinya.

(9) Cara Penggunaan :


Kontrasepsi suntik DMPA diberikan setiap 3
bulan dengan cara disuntik intramuskuler dalam di
daerah pantat.
a. Apabila suntik diberikan setiap 90 hari pemberian
kontrasepsi suntikan nonsterat untuk 3 injeksi

22
berikutnya diberikan setiap 8 minggu mulai dengan
injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu.
b. Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas
alkohol yang dibasahi oleh etil atau isopropil
alkohol 60-90% biarkan kulit kering sebelum
disuntik
c. Kocok dengan baik dan hindarkan terjadinya
gelembung-gelembung udara, kontrasepsi tidak
perlu di dinginkan. Bila terdapat endapan putih
pada dasar vial, upayakan menghilangkannya
dengan cara menghangatkannya.

(10) Peringatan Bagi Akseptor


1) Setiap terlambat haid harus dipikirkan adanya
kemungkinan kehamilan.
2) Nyeri abdomen bawah yang berat, kemungkinan
gejala kehamilan ektopik tergantung.
3) Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi
4) Sakit kepala, migrain, sakit kepala berulang
yang berat/kaburnya penglihatan.
5) Perdarahan berat yang 2x lebih panjang dari
masa haid atau 2 kali lebih banyak dalam waktu
1 periode masa haid.

c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)


1) Pengertian
AKDR atau IUD atau spiral adalah suatu benda kecil yang
terbuat dari plastik yang lentur, mempunyai lilitan tembaga atau
juga mengandung hormon dan dimasukkan kedalam rahim
melalui vagina dan mempunyai benang (Handayani, 2010).

23
AKDR atau IUD adalah suatu alat kontrasepsi modern yang
telah dirancang sedemikian rupa (baik bentuk, ukuran, bahan,
dan masa aktif fungsi kontrasepsinya), diletakkan dalam kavum
uteri sebagai usaha kontrasepsi, menghalangi fertilisasi, dan
menyulitkan telur berimplantasi dalam uterus (Kumalasari,
2018).
Intra Uterine Device (IUD) merupakan alat kontrasepsi yang
digunakan dalam rahim sebagai pencegah kehamilan. Cara
kerjanya sebagai benda asing dalam rahim dapat menimbulkan
reaksi peradangan setempat. Tembaga yang terdapat di dalam
IUD mempengaruhi reaksi biokimia dalam rahim yang
menyebabkan disfungsi sperma sehingga tidak mampu
melakukan pembuahan. Intra uterine device (IUD) relatif aman
dan efektif dalam mencegah kehamilan (Hidayati (2009) dalam
Kumalasari. 2018).

2) Jenis
a) AKDR Non-hormonal
Pada saat ini AKDR telah memasuki generasi ke-4.
Karena itu berpuluh-puluh macam AKDR telah
dikembangkan. Mulai dari generasi pertama yang terbuat
dari benang sutra dan logam sampai generasi plastik
(polietilen) baik yang ditambah obat atau tidak
Kumalasari.2018).

(1) Menurut bentuknya AKDR dibagi menjadi 2 :


1) Bentuk terbuka (Open Device): Misalnya: Lippes
Loop, CUT, Cu-7.Marguiles, Spring Coil,
Multiload, Nova-T.

24
2) Bentuk tertutup (Closed Device): Misalnya: Ota-
Ring, Altigon, dan Graten Ber Ring
(Kumalasari.2018).

(2) Menurut Tambahan obat atau Metal


1) Medicated IUD: Misalnya: Cu T 200 (daya kerja 3
tahun), Cu T 220 (daya kerja 3 tahun), Cu T 300
(daya kerja 3 tahun), Cu T 380 A (daya kerja 8
tahun), Cu-7, Nova T (daya kerja 5 tahun), ML-Cu
375 (daya kerja 3 tahun). Pada jenis Medicated
IUD angka yang tertera dibelakang IUD
menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang
ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga
adalah 220 mm2. Cara insersi: Withdrawal.
2) Un Medicated IUD: Misalnya: Lippes Loop,
Marguiles, Saf-T Coil, Antigon. Cara insersi
Lippes Loop: Push Out. Lippes Loop dapat
dibiarkan in-utero untuk selama-lamanya sampai
menopause, sepanjang tidak ada keluhan persoalan
bagi akseptornya. IUD yang banyak dipakai di
Indonesia dewasa ini dari jenis Un Medicated yaitu
Lippes Loop dan yang dari jenis Medicated Cu T,
Cu-7, Multiload dan Nova-T.

b) AKDR yang mengandung hormonal


1) Progestasert –T = Alza T
Panjang 36 mm, labar 32 mm, dengan 2 lembar
benang ekor warna hitam,mengandung 38 mg
progesteron dan barium sulfat, melepaskan 65 µg
progesteron setiap hari, tabung insersinya berbentuk

25
lengkung, daya kerja 18 bulan, tekhnik insersi: Plunging
(modified withdrawal)
2) LNG 20
Mengandung 46-60 mg Levonolgestrel, dengan
pelepasan 20µg perhari, angka kegagalan /kehamilan
angka terendah: <0,5 per 100 wanita per
tahun.Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-
persoalan perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan
IUD lainnya, karena 25% mengalami amenore atau
perdarahan haid yang sangat sedikit (Kumalasari.2018).

3) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja AKDR menimbulkan reaksi radang di
endometrium, disertai peningkatan produksi prostaglandin dan
infiltrasi leukosit. Reaksi ini ditingkatkan oleh tembaga, yang
mempengaruhi enzim-enzim di endometrium, metabolisme
glikogen, dan penyerapan estrogen serta menghambat
transportasi sperma. Pada pemakai AKDR yang mengandung
tembaga, jumlah spermatozoa yang mencapai saluran genetalia
atas berkurang. Perubahan cairan uterus dan tuba mengganggu
viabilitas gamet, baik sperma atau ovum yang diambil dari
pemakai AKDR yang mengandung tembaga memeperlihatkan
degerasi mencolok. (Kumalasari, 2018).
Pengawasan hormon secara dini memperlihatkan bahwa
tidak terjadi kehamilan pada pemakai AKDR modern yang
mengandung tembaga. Dengan demikian, pencegahan implantasi
bukan merupakan mekanisme kerja terpenting kecuali apabila
AKDR yang mengandung tembaga digunakan untuk kontrasepsi
pasca coitus. LNG-IUS menginduksi atrofi dan produksi mukus

26
serviks antagonis, yang akan meningkatkan efektifitasnya
(Kumalasari, 2018).
a) Efektivitas IUD
Efektivitas IUD dinyatakan dalam angka kontinuitas
(continuation rate) yaitu berapa lama IUD tetap tinggal in-
utero tanpa: Ekspulsi spontan, terjadinya kehamilan dan
pengangkatan/pengeluaran karena alasan-alasan medis atau
pribadi (Kumalasari.2018).
Efektivitas dari bermacam-macam IUD tergantung
pada (Kumalasari.2018) :
1) IUD-nya : Bentuk, Ukuran, dan mengandung CU atau
progesteron.
2) Akseptor (a). Umur : makin tua usia, makin rendah
angka kehamilan, makin rendah angka ekspulsi dan
pengangkatan/pengeluaran IUD. (b). Paritas : makin
muda usia, terutama pada nuligravida, makin tinggi
angka ekspulsi dan pengangkatan/pengeluaran IUD.
(c). Frekuensi senggama.
3) Sebagai kontrasepsi, efektivitasnya tinggi. Sangat
efektif 0,6-0,8 kehamilan per 100 perempuan dalam
satu tahun pertama (1 kegagalan dalam 125-170
kehamilan).
b) Keuntungan Dan Kerugian Penggunaan IUD
(1) Keuntungan :
1) AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan.
2) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-
308A dan tidak perlu diganti).
3) Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-
ingat.
4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

27
5) Meningkatkan kenyamanan seksual, karena tidak
perlu takut hamil.
6) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu
AKDR (CuT-380A).
7) Tidak mempengaruhi kualitas ASI.
8) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau
sesudah abortus (apabila tidak ada infeksi).
9) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau
lebih setelah haid terakhir).
10) Tidak ada interaksi dengan obat-obat.
11) Membantu mencegah kehamilan ektopik
12) AKDR modern bersifat efektif dan bekerja lama,
sementara AKDR tembaga harganya sangat murah.
Alat ini menghasilkan kontrsepsi sampai 10 tahun
sehingga sangat efisien dari segi biaya
13) LNG-IUS memiliki manfaat tambahan selain
kontrasepsi dan semakin sering digunakan untuk
penatalaksanaan masalah-masalah ginekologis . Alat
ini mengurangi secara nyata jumlah darah
menstruasi dan dismenore serta dapat bermanfaat
dalam terapi menorargia. Namun bercak darah yang
berulang sering mendahuluinya oligomenore,
terutama selama 3 bulan pertama pemakaian.
14) AKDR umumnya sangat mudah dikeluarkan dan
pemulihan kesuburan berlangsung cepat (angka
konsepsi 78-88% setelah 12 bulan dan 92-97% pada
3 tahun setelah pengeluaran). Kesuburan cepat pulih
setelah pengeluaran LNG-IUS . (Kumalasari, 2018).

(2) Kerugian :

28
1) Efek samping yang umum terjadi: a. Perubahan
siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan
akan berkurang setelah 3 bulan). b. Haid lebih lama
dan banyak. c. Perdarahan (spotting) antar
menstruasi. d. Saat haid lebih sakit (disminore).
2) Komplikasi lain: a.Merasakan sakit dan kejang
selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan.
b.Perdarahan hebat diwaktu haid atau diantaranya
dapat memungkinkan penyebab anemia. c.Perforasi
dinding uterus (sangat jarang apabila
pemasangannya benar).
3) Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.
4) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS
atau perempuan yang sering berganti pasangan.
5) Penyakit radang panggul dapat terjadi setelah wanita
dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu
infertilitas.
6) Prosedur medis termasuk pemeriksaan pelvik
diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali
perempuan takut selama pemasangan.
7) Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi
segera setelah pemasangan AKDR. Biasanya
menghilang selama 1-2 hari.
8) Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya
sendiri. Petugas kesehatan terlatih yang harus
melepas AKDR.
9) Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui
(sering terjadi apabila AKDR dipasang sesudah
melahirkan).

29
10) Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik
karena fungsi AKDR untuk mencegah kehamilan
normal.
11) Perempuan harus memeriksakan posisi benang
AKDR dari waktu ke waktu. Untuk melakukan ini
perempuan harus memasukkan jarinya ke dalam
vagina , sebagian perempuan tidak mau melakuakan
ini.
(Kumalasari.2018)
c) Indikasi dan Kontraindikasi IUD
Indikasi :
a) Usia reproduksi.
b) Keadaan nulipara.
c) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang.
d) Perempuan menyusui yang menginginkan kontrasepsi.
e) Setelah menyusui dan tidak ingin menyusui bayinya.
f) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
g) Perempuan dengan risiko rendah IMS.
h) Tidak menghendaki metode hormonal.
i) Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil
setiap hari.
j) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari
senggama.(Kumalasari, 2018)
AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala
kemungkinan, misalnya (Kumalasari, 2018) :
a) Perokok.
b) Pasca abortus.
c) Sedang memakai obat antibiotik dan anti kejang.
d) Pasien obesitas/kurus.
e) Penderita tumor jinak payudara.

30
f) Penderita Ca payudara.
g) Pusing-pusing atau nyeri kepala.
h) Varises kaki dan vulva.
i) Pernah menderita penyaikit seperti stroke, DM, liver
dan empedu.
j) Menderita hipertensi, jantung, malaria, skistomiasis
(tanpa anemia), penyakit tiroid, epilepsi, atau TBC non
pelvis.
k) Pasca KET.
l) Pasca pembedahan pelvis

(3) Kontraindikasi :
a) Kontraindikasi Mutlak
b) Diketahui atau dicurigai hamil.
c) Alergi terhadap tembaga.
d) Memiliki IMS yang aktif atau baru terjadi dalam tiga
bulan terakhir.
e) Perdarhan vaginal abnormal yang belum
didiagnosis.
f) Rongga uterus mengalami distorsi hebat sehingga
pemasangan atau penempatan sulit dilakukan,
fibroid besar .
g) Penyakit trofoblas ganas.
h) TBC pelvis

(4) Kontraindikasi Relatif :


a) Usia pemakai yang masih muda dan sangat rawan
terjangkit IMS, karena tingkat aktivitas seksual yang
masih sangat tinggi.
b) Memiliki banyak pasangan seksual.

31
c) Menorargia dan anemia. ini adalah kontraindikasi
relatif untik spiral tembaga tetapi indikasi untuk
LNG-IUS.
d) Baru mendapat terapi untuk infeksi panggul.
e) Penderita penyakit katup jantung memiliki risiko
endokarditis bakterialis subakut terutama saat
pemasangan spiral.
f) Perempuan yang menderita katup jantung prostetik
harus diberikan antibiotik disaat pemasangan.
g) Baru mengidap penyakit trofoblas jinak. Perdarahan
yang tidak teratur bisa mempersulit tindak lanjut dan
penatalaksanaan penyakit ini.
h) Sedang mendapat terapi koagulan. Pemakaian spiral
dari tembaga bisa memperparah perdarahan. Yang
cocok untuk penderita penyakit ini adalah (spiral)
LNG-IUS .
i) Kelainan uterus (mioma, polip, jaringan parut bekas
SC).
j) Insufisiensi serviks.
k) Tumor ovarium.
l) Gonorea.
m) Dismenore.
n) Stenosis kanalis servikalis.
o) TFU < 6,5 cm (Indonesia < 5 cm).
(Kumalasari, 2018)

4) Pemasangan dan Pencabutan AKDR


Insersi atau pemasangan AKDR/ IUD (Kumalasari, 2018) :
a) Insersi yang tidak baik dari IUD dapat menyebabkan:
1) Ekspulsi
2) Kerja kontrasepsi tidak efektif

32
3) Perforasi uterus
4) Untuk sukses/berhasilnya insersi IUD tergantung pada
beberapa hal, yaitu:
a) Ukuran dan macam IUD beserta tabung
inserternya.
b) Makin kecil IUD, makin mudah insersinya, makin
tinggi ekspulsinya.
c) Makin besar IUD makin sukar insersinya, makin
rendah ekspulsinya.

b) Waktu atau saat insersi.


1) Insersi Interval
Kebijakaan (policy) lama: Insersi IUD dilakukan
selama atau segera sesudah haid. Alasan: Ostium uteri
lebih terbuka, kanalis servikalis lunak, perdarahan
perdarahan yang timbul karena prosedur insersi tertutup
oleh perdarahan haid yang normal, wanita pasti tidak
hamil. Tetapi akhirnya ini ditinggalkan karena: Infeksi
dan ekspulsi lebih tinggi bila insersi dilakukan saat haid,
dilatasi kanalis servikalis adalah sama pada saat haid
maupun saat mid-siklus, memudahkan calon akseptor
pada setiap ia datang ke klinik KB (Kumalasari, 2018).
Kebijakan (policy) sekarang: Insersi IUD dapat
dilakukan setiap saat dari siklus haid asal kita yakin
seyakin-yakinnya bahwa calon akseptor tidak dalam
keadaan hamil (Kumalasari, 2018).
2) Insersi Post-Partum
Inseri IUD adalah aman dalam beberapa hari post-
partum, hanya kerugian paling besar adalah angka
kejadian ekspulsi sangat tinggi. Tetapi menurut
penyelidikan di Singapura, saat yang terbaik adalah

33
delapan minggu post-partum. Alasannya karena antara
empat dan delapan minggu post-partum bahaya
perforasi tinggi sekali (Kumalasari, 2018).
3) Insersi Post-Abortus
Karena konsepsi sudah dapat terjadi 10 hari setelah
abortus, maka IUD dapat segera dipasang sesudah
(Kumalasari, 2018):
a) Abortus trimester I: Ekspulsi, infeksi, perforasi, dan
lain-lain sama seperti pada insersi interval.
b) Abortus trimester II: Ekspulsi 5-10 kali ebih besar
daripada abortus setelah trimester I.
4) Insersi Post-Coital
Dipasang maksimal 5 hari setelah senggama tidak
terlindungi.
c) Tekhnik Insersi, ada tiga cara (Kumalasari,2018), antara
lain:
1) Tekhnik Push-Out (mendorong Lippes Loop, bahay
perforasi lebih besar).
2) Tekhnik Withdrawal (menarik Cu IUD).
3) Tekhnik Plunging (mencelupkan progestasert-T).
d) Langkah-langkah pemasangan AKDR (YBPSP, 2006) dalam
Kumalasari, 2018)
Langkah 1
1. Jelaskan kepada klien apa yang akan dilakukan dan
mempersilakan klien mengajukan pertanyaan.
2. Sampaikan kepada klien kemungkinan akan merasa
sedikit sakit pada beberapa langkah waktu pemasangan
dan nanti apabila akan diberitahu bila sampai pada
langkah tersebut.
3. Pastikan klien telah mengosongkan kandung kencingnya.

34
Langkah 2
1. Periksa genitalia eksterna untuk memeriksa adanya
ulkus, pembengkakan kelenjar getah bening (bubo),
pembengkakan kelenjar bartholini dan kelenjar skene.
2. Lakukan pemeriksaan spekulum untuk memeriksa
adanya cairan vagina, servisitis, dan pemeriksaan
mikroskopis bila diperlukan.

Langkah 3, Lakukan pemeriksaan panggul untuk


menetukan besar, posisi uterus, konsistensi dan mobilitas
uterus. Untuk memeriksa adanya nyeri goyang serviks dan
tumor pada adneksa atau pada kavum douglasi. Lakukan
pemeriksaan mikroskopik bila tersedia dan ada indikasi
untuk memeriksa adanya jamur, trikomonas, bakterial
vaginosis (preparat basah Saline dan KOH serta
pemeriksaan pH) untuk memeriksa adanya gonorea atau
klamidia.

Langkah 4, Masukkan lengan AKDR Copper T-380 A di


dalam kemasan sterilnya.

Langkah 5, Gunakan tenakulum untuk menjepit serviks


pada posisi jam 1 atau jam 11.

Langkah 6, Masukkan sonde uterus untuk menentukan


posisi uterus dan kedalaman kavum uteri. Memasukkan
sonde sekali masuk dengan tekhnik tanpa sentuh (no touch)
dimaksudkan untuk mengurangi risiko infeksi.

Langkah 7

35
1. Atur letak leher biru pada tabung inserter sesuai
dengan kedalaman kavum uteri.
2. Tarik tenakulum (yang masih menjepit serviks sesudah
melakukan sonde uterus) sehingga kavum uteri,
kanalis servikalis dan vagina berada dalam satu garis
lurus.
3. Masukkan dengan pelan dan hati-hati tabung inserter
yang sudah berisi AKDR kedalam kanalis servikalis
dengan mempertahankan posisi leher biru dalam arah
horizontal.
4. Sesuai dengan arah dan posisi kavum uteri, dorong
tabung inserter sampai leher biru menyentuh serviks
atau sampai terasa ada tahanan dari fundus uteri.
Pastikan leher biru tetap dalam posisi horizontal.
5. Pegang serta tahan tenakulum dan pendorong dengan
satu tangan, sedang tangan lain menarik tabung
inserter sampai pangkal pendorong. Dengan cara ini
lengan AKDR akan berada tepat di fundus (puncak
kavum uteri).
6. Keluarkan pendorong dengan tetap memegang dan
menahan tabung inserter, dorong kembali tabung
inserter dengan pelan dan hati-hati sampai terasa ada
tahanan fundus. Langkah ini menjamin bahwa lengan
AKDR akan berada tetap di tempat yang setinggi
mungkin dalam kavum uteri
7. Keluarkan sebagian tabung inserter dari kanalis
servikalis. Pada waktu benang tampak tersembul
keluar dari lubang serviks sepanjang 3-4 cm, potong
benang tersebut degan menggunakan gunting mayo
yang tajam.

36
8. Lepas tenakulum. Bila ada perdarahan banyak dati
tempat bekas jepitan tenakulum, tekan dengan kasa
sampai perdarahn terhenti.

Langkah 8, Buang bahan-bahan habis pakai yang


terkontaminasi sebelum melepas sarung tangan. Bersihkan
permukaan yang terkontaminasi.

Langkah 9, Lakukan dekontaminasi alat-alat dan sarung


tangan dengan segera setelah selesai dipakai.

Langkah 10
1. Ajarkan pada klien bagaimana cara memeriksa benang
AKDR (dengan model bila tersedia).
2. Minta klien menunggu di klinik selam 15-30 menit
setelah pemasangan AKDR.
e) Langkah-langkah pencabutan AKDR menurut Kumalasari
(2018)
Langkah 1, Menjelaskan kepada klien apa yang akan
dilakukan dan persilakan klien untuk bertanya.

Langkah 2, Memasukkan spukulum untuk melihat serviks


dan benang AKDR.

Langkah 3, Mengusap serviks dan vagina dengan larutan


antiseptik 2 sampai 3 kali.

Langkah 4
1. Mengatakan kepada klien bahwa sekarang akan
dilakukan pencabutan. Meminta klien untuk tenang dan

37
menarik napas panjang. Memberitahu mungkin timbul
sakit tapi itu normal.
2. Pencabutan normal. Jepit benang di dekat serviks dengan
menggunakan klem lurus atau lengkung (ekstraktor)
yang sudah didisinfeksi tingkat tinggi atau steril dan tarik
benang pelan-pelan, tidak boleh menarik dengan kuat.
AKDR biasanya dapat dicabut dengan mudah. Untuk
mencegah benangnya putus, tarik dengan kekuatan tetap
dan cabut AKDR dengan pelan-pelan. Bila benang putus
saat ditarik tetapi ujung AKDR masih dapat dilihat maka
jepit ujung AKDR tersebut dan tarik keluar.
3. Pencabutan sulit. Bila benang AKDR tidak tampak,
periksa pada kanalis servikalis dengan menggunakan
klem lurus atau lengkung. Bila tidak ditemukan pada
kanalis servikalis, masukkan klem atau alat pencabut
AKDR kedalam kavum uteri untuk menjepit benang atau
AKDR itu sendiri
4. Bila sebagian AKDR sudah tertarik keluar tetapi
kemudian mengalami kesulitan menarik seluruhnya dari
kanalis servikalis, putar pelan-pelan sambil tetap
menarik selama klien tidak mengeluh sakit. Bola dari
pemeriksaan bimanual didapatkan sudut antara uterus
dengan kanalis servikalis yang sangat tajam, gunakan
tenakulum untuk menjepit serviks dan lakukan tarikan ke
bawah dan ke atas dengan pelan-pelan dan hati-hati,
sambil memutar klem. Jangan menggunakan tenaga
besar.
5) Penanganan Efek Samping IUD
a) Amenorea
Pastikan hamil atau tidak. Bila klien tidak hamil,
AKDR tidak perlu dicabut cukup konseling saja. Salah satu

38
efek samping menggunakan AKDR yang mengandung
hormon adalah amenorea (20-50%). Jika terjadi kehamilan
kurang dari 13 minggu dan benang AKDR terlihat, cabut
AKDR. Nasihatkan agar kembali ke klinik jika terjadi
perdarahan, kram, cairan berbau atau demam. Jangan
mencabut AKDR jika benang tidak kelihatan dan
kehamilannya kurang dari 13 minggu. Jika klien hamil dan
ingin meneruskan kehamilannya tanpa mencaut AKDR-nya,
jelaskan kepadanya tentang meningkatnya resiko keguguran,
kehamilan preterm, infeksi, dan kehamilannya harus diawasi
ketat (Kumlasari, 2018).
b) Kram
Pikirkan kemungkinan terjadi infeksi dan beri
pengobatan yang sesuai. Jika kramnya tidak parah dan tidak
ditemukan penyebabnya, cukup diberi analgetik saja. Jika
penyebabnya tidak dapat ditemukan dan menderita kram
berat, cabut AKDR atau cari metode kontrasepsi lain
(Kumalasari, 2018).
c) Perdarahan vagina yang hebat dan tidak teratur
Pastikan dan tegaskan adanya infeksi pelvik dan
kehamilan ektopik, rujuk klien bila dianggap perlu. Bila tidak
ditemukan kelainan patologik dan perdarahan masih terjadi,
dapat diberi ibuprofen 3 x 800 mg untuk satu minggu, atau
pil kombinasi satu siklus saja. Bila perdarahan banyak beri 2
tablet pil kombinasi untukk 3-7 hari saja, atau boleh juga
diberi 1,25 mg estrogen equin konyugasi selama 14-21 hari.
Bila perdarahan terus berlanjut sampai klien anemia, cabut
AKDR dan bantu klien memilih metode kontrasepsi lain
( Kumalasari, 2018).
d) Benang hilang

39
Periksa apakah klien hamil. Bila tidak hamil dan
AKDR masih ditempat, tidak ada tindakan yang perlu
dilakukan. Bila tidak yakin AKDR masih berada di dalam
rahim dan klien tidak hamil, maka klien dirujuk untuk
dilakukan rontgen/USG. Bila tidak ditemukan, pasang
kembali AKDR sewaktu dating haid. Jika ditemukan
kehamilan dan benang AKDR tidak kelihatan, lihat
penanganan amenorea (Kumalasari, 2018).
e) Cairan vagina/dugaan penyakit radang panggul
Pastikan pemeriksaan untuk IMS. Bila penyebabnya
kuman gonokukus atau klamidia, cabut AKDR dan berikan
pengobatan yang sesuai. Bila klien dengan penyakit radang
panggul, berikan antibiotika selama 2 hari dan baru
kemudian AKDR dicabut dan bantu klien untuk memilih
kontrasepsi lain (Kumalasari, 2018)

d. Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)


1) Profil
Kontrasepsi Implan adalah metode kontrasepsi yang
diinsersikan pada bagian subdermal, yang hanya mengandung
progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, dan
reversibel untuk wanita (Kumalasari, 2018)
Kontrasepsi Implan adalah sistem norplant dari implan
subdermal levonorgestrel yang terdiri dari enam skala kapsul
dimethylsiloxane yang dibuat dari bahan sylastic, masing-
masing kapsul berisi 36 mg levonorgestrel dalam format kristal
dengan masa kerja lima tahun (Kumalasari, 2018)

2) Jenis

40
Jenis-jenis Kontrasepsi AKBK atau implant (Kumalasari,
2018), antara lain :
a) Norplant
Dipakai sejak tahun 1987. Terdiri dari 6 batang silastik
lembut berongga dengan panjang 3,4 cm , dengan diameter
2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg levonorgestrel dan lama
kerjanya 5 tahun. Pelepasan hormon setiap harinya berkisar
antara 50 – 85 mcg pada tahun pertama penggunaan,
kemudian menurun sampai 30 – 35 mcg per hari untuk lima
tahun berikunya. Saat ini norplant yang paling banyak
dipakai.
b) Implanon
Terdiri dari satu batang putih lentur yang berisi
progestin generasi ketiga, yang dimasukkan kedalam
inserter steril dan sekali pakai/disposable, dengan panjang
kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, terdiri dari suatu inti
EVA (Ethylene Vinyl Acetate) yang berisi 68 mg 3-keto-
desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Pada permulaannya
kecepatan pelepasan hormonnya adalah 60 mcg per hari,
yang perlahan-lahan turun menjadi 30 mcg per hari selama
masa kerjanya.
c) Jadena dan Indoplant
Terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
d) Uniplant
Terdiri dari 1 batang putih silastic dengan panjang 4 cm,
yang mengandung 38 mg nomegestrol asetat dengan
kecepatan pelepasan sebesar 100 μg per hari dan lama kerja
1 tahun.
e) Capronor

41
Terdiri dari 1 kapsul biodegradable. Biodegradable
implan melepaskan progestin dari bahan pembawa /
pengangkut yang secara perlahan-lahan larut dalam jaringan
tubuh. Bahan pembawanya sama sekali tidak perlu
dikeluarkan lagi misal pada norplant. Tetapi sekali bahan
pembawa tersebut mulai larut, ia tidak mungkin dikeluarkan
lagi. Tingkat penggunaan kontrasepsi implan dapat
diperbaiki dengan menghilangkan kebutuhan terhadap
pengangkatan secara bedah. Kapsul ini mengandung
levonorgestrel dan terdiri dari polimer E-kaprolakton.
Mempunyai diameter 0,24 cm, terdiri dari dua ukuran
dengan panjang 2,5 cm mengandung 16 mg levonorgestrel,
dan kapsul dengan panjang 4 cm yang mengandung 26 mg
levonorgestrel. Lama kerja 12 – 18 bulan. Kecepatan
pelepasan levonorgestrel dari kaprolakton adalah 10 kali
lebih cepat dibandingkan silastic.

3) Mekanisme Kerja
Mekanisme Kerja Kontrasepsi AKBK atau implant,
(Kumalasari, 2018), antara lain :
a) Lendir serviks menjadi kental
Kadar levonorgestrel yang konstan mempunyai efek
nyata terhadap terhadap mucus serviks. Mukus tersebut
menebal dan jumlahnya menurun, yang membentuk sawar
untuk penetrasi sperma.
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga
sulit terjadi implantasi.

42
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap maturasi
siklik endometrium yang diinduksi estradiol, dan akhirnya
menyebabkan atrofi. Perubahan ini dapat mencegah
implantasi sekalipun terjadi fertilisasi; meskipun demikian,
tidak ada bukti mengenai fertilisasi yang dapat dideteksi
pada pengguna implan.
c) Mengurangi transportasi sperma
Perubahan lendir serviks menjadi lebih kental dan
sedikit, sehingga menghambat pergerakan sperma.
d) Menekan ovulasi
Levonorgestrel menyebabkan supresi terhadap lonjakan
luteinizing hormone (LH), baik pada hipotalamus maupun
hipofisis yang penting untuk ovulasi.
e) Waktu pemasangan
Kapsul implant (khususnya norplant) dapat dipasang
setiap saat selama siklus haid bila sudah dipastikan ibu tidak
hamil atau mempunyai resiko hamil. Waktu yang optimal
untuk memasang implan norplant adalah (Kumalasari,
Intan):
1) Selama haid (dalam waktu 7 hari pertama siklus haid)
2) Pasca persalinan (3-4 minggu), bila tidak menyusukan
bayinya,
3) Pasca keguguran (segera atau dalam 7 hari pertama),
atau
4) Sedang menyusukan bayinya secara eksklusif (lebih dari
6 minggu pascapersalinan dan sebelum 6 bulan
pascapersalinan).
f) Indikasi dan Kontra indikasi pemasangan Implant
Indikasi pemasangan impant adalah (Kumalasari, 2018):
1) Usia reproduksi
2) menghendaki kontrasepsi jangka panjang

43
3) Ibu menyusui
4) Pasca keguguran / abortus
5) Tidak menginginkan anak lagi, tetapi tidak mau
menggunakan metode kontrasepsi mantap ( vasektomi /
tubektomi ).
6) Wanita dengan kontraindikasi hormone estrogen
7) Sering lupa mengkonsumsi pil

g) Kontraindikasi pemasangan Implant adalah (Kumalasari,


2018) :
1) Hamil / di duga hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas sebabnya
3) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara
4) Tidak dapat menerima perubahan pola menstruasi yang
terjadi
5) Diabetes Mellitus
6) penyakit jantung / darah tinggi
7) varises
h) Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi Implan
Keuntungan Kontrasepsi Implan, meliputi (Kumalasari,
2018) :
1) Daya guna tinggi
Kontrasepsi implan merupakan metode kontrasepsi
berkesinambungan yang aman dan sangat efektif.
Efektivitas penggunaan implant sangat mendekati
efektivitas teoretis. Efektivitas 0,2 – 1 kehamilan per
100 perempuan.
2) Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun)
Kontrasepsi implan memberikan perlindungan
jangka panjang. Masa kerja paling pendek yaitu satu

44
tahun pada jenis implan tertentu (contoh : uniplant) dan
masa kerja paling panjang pada jenis norplant.
3) Pengembalian kesuburan yang cepat
Kadar levonorgestrel yang bersirkulasi menjadi
terlalu rendah untuk dapat diukur dalam 48 jam setelah
pengangkatan implan. Sebagian besar wanita
memperoleh kembali siklus ovulatorik normalnya
dalam bulan pertama setelah pengangkatan. Angka
kehamilan pada tahun pertama setelah pengangkatan
sama dengan angka kehamilan pada wanita yang tidak
menggunakan metode kontrasepsi dan berusaha untuk
hamil. Tidak ada efek pada jangka panjang kesuburan
di masa depan.Kembalinya kesuburan setelah
pengangkatan implan terjadi tanpa penundaan dan
kehamilan berada dalam batas-batas normal. Implan
memungkinkan penentuan waktu kehamilan yang tepat
karena kembalinya ovulasi setelah pengangkatan
implan demikian cepat.
4) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam
Implan diinsersikan pada bagian subdermal di
bagian dalam lengan atas.
5) Bebas dari pengaruh estrogen
6) Tidak mengandung hormon estrogen. Kontrasepsi
implan mengandung hormon progestin dosis rendah.
Wanita dengan kontraindikasi hormon estrogen, sangat
tepat dalam penggunaan kontrasepsi implan.
7) Tidak mengganggu kegiatan sanggama
Kontrasepsi implan tidak mengganggu kegiatan
sanggama, karena diinsersikan pada bagian subdermal
di bagian dalam lengan atas.
8) Tidak mengganggu ASI

45
Implan merupakan metode yang paling baik untuk
wanita menyusui. Tidak ada efek terhadap kualitas dan
kuantitas air susu ibu, dan bayi tumbuh secara normal.
Jika ibu yang baru menyusui tidak sempat nantinya
(dalam tiga bulan), implan dapat diisersikan segera
Postpartum. Pasien hanya kembali ke klinik bila ada
keluhan.
9) Dapat dicabut setiap saat
10) Mengurangi jumlah darah haid ; terjadi penurunan
dalam jumlah rata-rata darah haid yang hilang.
11) Mengurangi / memperbaiki anemia
Meskipun terjadi peningkatan dalam jumlah
spotting dan hari perdarahan di atas pola haid pra-
pemasangan, konsentrasi hemoglobin para pengguna
implan meningkat karena terjadi penurunan dalam
jumlah rata-rata darah haid yang hilang.

i) Kerugian Kontrasepsi Implan (Kumalasari, 2018) meliput :


Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola
haid berupa bercak darah (spotting), hipermenorea, atau
meningkatkan jumlah darah haid, serta amenorea. Sejumlah
perubahan pola haid akan terjadi pada tahun pertama
penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan tersebut
meliputi perubahan pada interval antar perdarahan, durasi dan
volume aliran darah, serta spotting (bercak-bercak perdarahan).
Oligomenore dan amenore juga terjadi, tetapi tidak sering,
kurang dari 10% setelah tahun pertama. Perdarahan yang tidak
teratur dan memanjang biasanya terjadi pada tahun pertama.
Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun kedua, masalah
perdarahan dapat terjadi pada waktu kapan pun. Selain itu juga
menimbulkan keluhan-keluhan, seperti :

46
a) Nyeri kepala
Sebagian besar efek samping yang dialami oleh
pengguna adalah nyeri kepala; kira-kira 20% wanita
menghentikan penggunaan karena nyeri kepala.
b) Peningkatan berat badan
Wanita yang meggunakan implan lebih sering
mengeluhkan peningkatan berat badan dibandingkan
penurunan berat badan. Penilaian perubahan berat badan
pada pengguna implan dikacaukanoleh perubahan olahraga,
diet, dan penuaan. Walaupun peningkatan nafsu makan
dapat dihubungkan dengan aktivitas androgenik
levonorgestrel, kadar rendah implan agaknya tidak
mempunyai dampak klinis apapun. Yang jelas, pemantauan
lanjutan lima tahun pada 75 wanita yang menggunakan
implan Norplant dapat menunjukkan tidak adanya
peningkatan dalam indeks masa tubuh (juga tidak ada
hubungan antara perdarahan yang tidak teratur dengan berat
badan).
c) Jerawat
Jerawat, dengan atau tanpa peningkatan produksi
minyak, merupakan keluhan kulit yang paling umum di
antara pengguna implan. Jerawat disebabkan oleh aktivitas
androgenik levonorgestrel yang menghasilkan suatu
dampak langsung dan juga menyebabkan penurunan dalam
kadar globulin pengikat hormon seks (SHBG, sex
hormonne binding globulin), menyebabkan peningkatan
kadar steroid bebas (baik levonorgestrel maupun
testosteron). Hal ini berbeda dengan kontrasepsi oral
kombinasi yang mengandung levonorgestrel, yang efek
estrogen pada kadar SHBG-nya (suatu peningkatan)
menghasilkan penurunan dalam androgen bebas yang tidak

47
berikatan. Tetapi umum untuk keluhan jerawat mencakup
pengubahan makanan, praktik higiene kulit yang baik
dengan menggunakan sabun atau pembersih kulit, dan
pemberian antibiotik topikal (misalnya larutan atau gel
klindamisin 1%, atau reitromisin topikal). Penggunaan
antibiotik lokal membantu sebagian besar pengguna untuk
terus menggunakan implan.
d) Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness)
Pemasangan dan pengangkatan implan menjadi
pengalaman baru bagi sebagian besar wanita. Sebagaimana
dengan pengalaman baru manapun, wanita akan
menghadapinya dengan berbagai derajat keprihatinan serta
kecemasan. Walaupun ketakutan akan rasa nyeri saat
pemasangan implan merupakan sumber kecemasan utama
banyak wanita, nyeri yang sebenarnya dialami tidak separah
yang dibayangkan. Pada kenyataannya, sebagian besar
pasien mampu menyaksikan dengan santai proses
pemasangan atau pengangkatan implannya. Wanita harus
diberitahu bahwa insisi yang dibuat untuk prosedur tersebut
kecil dan mudah sembuh, meninggalkan jaringan parut kecil
yang biasanya sukar dilihat karena lokasi dan ukurannya.
e) Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan
pencabutan.
Implan harus dipasang (diinsersikan) dan diangkat
melalui prosedur pembedahan yang dilakukan oleh personel
terlatih. Wanita tidak dapat memulai atau menghentikan
metode tersebut tanpa bantuan klinisi. Insiden pengangkatan
yang mengalami komplikasi adalah kira-kira 5%, suatu
insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan cara
pelatihan yang baik dan pengalaman dalam melakukan
pemasangan serta pencabutan implan.

48
f) Tidak memberikan efek protektif terhadap infeksi menular
seksual termasuk AIDS.
Implan tidak diketahui memberikan perlindungan
terhadap penyakit menular seksual seperti herpes, human
papiloma virus, HIV AIDS, gonore atau clamydia.
Pengguna yang berisiko menderita penyakit menular
seksual harus mempertimbangkan untuk menambahkan
metode perintang (kondom) guna mencegah infeksi.
g) Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian
kontrasepsi. Dibutuhkan klinisi terlatih dalam melakukan
pengangkatan implan.
h) Efektivitas menurun bila menggunakan obat-obat
tuberculosis (rifampisin) atau obat epilepsy (fenitoin dan
barbiturat).
Obat-obat ini sifanya menginduksi enzim mikrosom
hati. Pada kasus ini, penggunaan implan tidak dianjurkan
karena cenderung menigkatkan risiko kehamilan akibat
kadar levonorgestrel yang rendah di dalam darah.
i) Insiden kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi.
Angka kehamilan ektopik selama menggunakan
kontrasepsi implan adalah 0,28 per 1000 wanita per tahun
penggunaan. Walaupun risiko terjadinya kehamilan ektopik
selama menggunakan implan rendah, jika kehamilan
memang terjadi, kehamilan ektopik harus dicurigai karena
kira-kira 30% kehamilan pada saat menggunakan implan
merupakan kehamilan ektopik.
Hal-hal yang yang perlu diperhatikan saat
pemasangan Kontrasepsi implant (Kumalasari, 2018) :
1) Pastikan syarat dan indikasi pemasangan implant pada
klien sudah terpenuhi sebelum melakukan tindakan
pemasangan implant.

49
2) Jagalah kesterilan alat dan bahan yang digunakan.
3) Letakkan peralatan yang telah disiapkan pada tempat
yang terjangkau.
4) Lakukan pencegahan infeksi pada klien melalui
tindakan pencucian dan pemberian antiseptik pada
daerah operasi tempat implan akan dipasang.
5) Lakukan tindakan pemasangan implan dalam ruangan
yang sesuai standar.
6) Gunakan sarung tangan bebas bedak untuk mencegah
terbentuknya jaringan ikat pada luka insisi.
7) Lakukan teknik pembuangan sampah atau limbah
bekas pakai sesuai prosedur
Alat-alat yang dipergunakan untuk pemasangan
imflan/ AKBK (Kumalasari, 2018)
a) Bak steril berisi :
1) Spuit dan jarum
2) Bistouri bayonet no 11 atau 15.
3) Inflan/AKBK 1 set
4) Trocar no 10.
5) Pinset
6) Duk lobang
7) Sarung tangan
8) Lidi kapas.
b) bethadin
c) Nierbekken.
d) lidocain (untuk anestesi local)
e) verban.

4) Pemasangan dan Pencabutan AKBK


a) Cara pemasangan (Kumalasari, 2018)

50
1) Suci hamakan daerah pemasangan ± 3 jari diatas lipatan
siku kanan untuk yang kidal, lipatan siku kiri untuk
yang umum ( tidak kidal )
2) Pasang duk berlobang.
3) Lakukan anestesi lokal menyeluruh di daerah yang akan
dipasang Implan / AKBK.
4) Dengan bistori, lakukan sayatan hingga dibawah kulit
( jangan terlalu dalam dan jangan terlalu dangkal ),
selebar 1 cm.
5) Dengan trocar, masukkan Implan/ AKBK dibawah kulit.
Mula-mula pasang yang tengah, selanjutnya pasanglah
yang lain sepertu bentuk kipas.
6) Sucihamakan lagi, kemudian tutup dengan plestar dan
kasa steril serta dibalut. Balutan jangan dibuka dan
jangan sampai basah selama 2 hari.
7) Kontrol dilakukan bila ada keluhan-keluahan.
b) Melepas Implan / AKBK menurut Kumalasari (2018) :
1) Tentukan posisi implan dengan palpasi, lalu lakukan
tindakan aseptic dan antiseptik setelah itu lakukan
anastesi lokal pada tempat insersi dengan bentuk seperti
kipas.
2) Lakukan sayatan 2-3 mm, agar luka tidak perlu dijahit
dan mengurangi kemungkinan terjadi infeksi.
3) Tekan implan dengan jari kearah sayatan, setelah ujung
inplan tampak jepit dengan pean dan tarik.
4) bersihkan implant dari jaringan yang menutupi ujungnya
dengan menggunakan scalpel.
5) jepit ujung implan yang telah dibersihkan dengan pean
yang lain, tarik implan perlahan – lahan sampai terlepas
seluruhnya.

51
6) Lakukan hal yang sama sampai semua implan ( 2 atau 6
batang) dikeluarkan, rapatkan luka, tutup dengan plestar,
kasa steril dan balut dengan verban.

e. Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap (kontap ) adalah suatu tindakan untuk
membatasi keturunan dalam jangka waktu yang tidak terbatas, yang
dilakukan terhadap salah seorang dari pasangan suami  isteri atas
permintaan yang bersangkutan, secara mantap dan sukarela. Kontap
dapat diikuti baik oleh wanita maupun pria. Tindakan kontap pada
wanita disebut kontap wanita atau  MOW (Metoda Operasi Wanita )
atau tubektomi, sedangkan pada pria MOP (Metoda Operasi Pria)
atau vasektomi. (Kumalasari, 2018).
1) MOW
a) Pengertian
Kontrasepsi mantap pada wanita  atau  MOW (Metoda
Operasi Wanita) atau tubektomi, yaitu tindakan pengikatan
dan pemotongan saluran telur agar sel telur tidak dapat
dibuahi oleh sperma. MOW merupakan suatu kontrasepsi
dengan cara memotong atau mengikat kedua saluran telur
pada wanita (Tubektomi ) atau disebut medis operatif wanita
(MOW). (Kumalasari, 2018).
b) Cara Kerja
Dengan mengoklusi tuba fallopi ( mengikat dan memotong
atau memasang cincin ) sehingga sperma tidak dapat
bertemu dengan ovum (Kumalasari. 2018)

c) Keuntungan
1) Tidak mempengaruhi proses menyusui (breastfeeding)
2) Tidak bergantung pada factor senggama.

52
3) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi
risiko kesehatan yang serius.
4) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan
anestesi lokal.
5) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
6) Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada
efek pada produksi hormone ovarium) (Hanafi, 2004,
dalam Kumalasari 2018).

d) Kerugian
1) Harus mempertimbangkan sifat permanen metode
kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali),
kecuali dengan operasi rekanalisasi.
2) Klien dapat menyesal kemudian hari.
3) Resiko komplikasi kecil (meningkat apabila digunakan
anestesi umum)
4) Rasa sakit/ ketidaknyamanan dalam jangka
pendek setelah tindakan.
5) Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan
dokter spesialis ginekologi atau dokter spesialis bedah
untuk proses laparoskopi)
6) Tidak melindungi dari IMS termasuk HIV/AIDS
(Hanafi.2004, dalam Kumalasari. 2018).

e) Yang Dapat Menjalani Tubektomi (MOW)


1) Usia > 26 tahun
2) Paritas > 2
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai
dengan kehendaknya.
4) Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko
kesehatan yang serius.

53
5) Pasca persalinan
6) Pasca keguguran
7) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini.
(Kumalasari.2018)

f) Yang Sebaiknya Tidak Menjalani Tubektomi (MOW)


2) hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai)
3) perdarahan pervaginal yang belum terjelaskan (hingga
harus di evaluasi)
4) infesi sistemik atau pelvic yang akut (hingga
masalah itu disembuhkan atau dikontrol)
5) tidak boleh menjalani proses pembedahan.
6) kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di
masa depan.
7) belum memberikan persetujuan tertulis.
(Sari, Y. 2011)

g) Waktu Pelaksanaan Tubektomi (MOW)


(1) Setiap waktu selama siklus menstruasi apabila diyakini
secara rasional klien tersebut tidak hamil
(2) Hari ke-6 hingga ke-13 dari siklus menstruasi
(3) Pasca persalinan :
Minilap: di dalam  waktu 2 hari atau setelah 6 minggu
atau 12 minggu
Laparoskopi: tidak tepat untuk klie-klien pasca
persalinan
(4) Pasca keguguran
Triwulan pertama: dalam wakru 7 hari sepanjang tidak
ada bukti infeksi pelvik) minilap atau laparoskopi)
Triwulan kedua: dalam waktu 7 hari sepanjang tidak
ada bukti infeksi pelvik (minilap saja)

54
(Sari, Y. 2011)

h) Persiapan Sebelum Tindakan Tubektomi (MOW)


Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap
wanita menurut Sari, Y (2011) adalah:
(1) Puasa mulai tengah malam sebelum operasi, atau
sekurang-kurangnya 6 jam sebelum operasi. Bagi calon
akseptor yang menderita Maag (kelaianan lambung agar
makan obat maag sebelum dan sesudah puasa
(2) Mandi dan membersihkan daerah kemaluan dengan
sabun mandi sampai bersih, dan juga daerah perut bagian
bawah
(3) Tidak memakai perhiasan, kosmetik, cat kuku, dll
(4) Membawa surat persetujuan dari suami yang sudah
ditandatangani atau di cap jempol
(5) Menjelang operasi harus kencing terlebih dahulu
(6) Datang ke rumah sakit tepat pada waktunya, dengan
ditemani anggota keluarga; sebaiknya suami.
i) Perawatan Setelah Tindakan Tubektomi (MOW)
(1) Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan kerja berat
selama 7 hari
(2) kebersihan harus dijaga terutama daerah luka operasi
jangan sampai terkena air selama 1 minggu (sampai 
benar -benar kering)
(3) Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur
sesuai petunjuk
(4) senggama boleh dilakukan setelah 1 minggu, yaitu
setelah luka operasi kering. Tetapi bila tubektomi
dilaksanakansetelah melahirkan atau kegugurang,
senggama baru boleh dilakukan setelah 40 hari.
(Sari, Y. 2011)

55
2) MOP
a) Pengertian
Kontrasepsi mantap pada pria atau MOP (Metoda
Operasi Pria) atau vasektomi., yaitu tindakan pengikatan
dan pemotongan  saluran benih agar sperma tidak keluar
dari buah zakar. (Kumalasari, 2018)
b) Cara Kerja
Saluran benih tertutup, sehingga tidak dapat
menyalurkan sperma (Kumalasari, 2018).
c) Keuntungan
(1) Sangat efektif dan “permanen”
(2) Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
(3) Dapat mencegah kehamilan lebih dari 99%
(4) Tidak menggangu hubungan seksual
(5) Tindakan bedah yang aman dan sederhana ( Sari,
Y.2011)
d) Kerugian
(1) Tidak dapat dilakukan pada orang yang masih ingin
memiliki anak.
(2) Harus ada tindakan pembedahan minor. (Sari. Y, 2011)
e) Syarat
Syarat untuk melakukan vasektomi Handayani (2010) ,
antara lain:
1) Syarat sukarela yaitu klien benar-benar bersedia
memakai kontrasepsi mantap secara sukarela, tidak
ada paksaan dan klien telah mengetahui semua yang
berhubungan dengan kontrasepsi mantap.
2) Syarat bahagia yaitu perkawinan sah dan harmonis,
memiliki anak hidup dua orang, umur anak terkecil

56
> 2 tahun, keadaan fisik dan mental anak sehat,
mendapat persetujuan istri dan umur istri 25-45
3) Syarat sehat yaitu dilakukan melalui pemeriksaan
pra-bedah oleh dokter.
f) Yang Dapat Menjalani Vasektomi (MOP)
Untuk laki-laki subur sudah punya anak cukup (2 anak)
dan istri beresiko tinggi (Sari. Y, 2011)
g) Yang Sebaiknya Tidak Menjalani Vasektomi (MOP)
(1) Infeksi kulit atu jamur di daerah kemaluan
(2) Menderita kencing manis
(3) Hidrokel atau varikokel yang besar
(4) Hernia inguinalis
(5) Anemia berat, ganguan pembekuan darah atau sedang
menggunakan antikoagulansia (Sari. Y, 2011)
h) Tempat Pelayanan
Rumah Sakit, Puskesmas dan Klinik KB ( Sari. Y, 2011)
i) Persiapan Sebelum Tindakan Vasektomi (MOP)
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh calon peserta kontap
pria, adalah (Sari, Y. 2011):
(1) Tidur dan istirahat cukup
(2) Mandi dan memebersihkan daerah sekitar kemaluan
(3) Makan terlebih dahulu sebelum berangkat ke klinik
(4) Datang ke klinik tempat operasi dengan pengantar
(5) Jangan lupa membawa surat persetujuan isteri yang
ditandatangani atau cap jempol
j) Perawatan Setelah Tindakan MOP
(1) Istirahat selama 1-2 hari dan hindarkan kerja berat selama
7 hari
(2) Jagalah kebersihan degan membersihkan diri secara
teratur dan jaga agarluka bekas operasi tidak terkena air
atau kotoran

57
(3) Makanlah obat yang diberikan dokter secara teratur
sesuai petunjuk
(4) Pakailah celana dalam yang kering dan bersih, dan jangan
lupa menggantinya setiap hari
(5) Janganlah bersenggama bila luka belum sembuh. Boleh
berhubungan seksual setelah tujuh hari setelah operasi. 
Bila isteri tidak menggunakan alat  kontrasepsi,
senggama dilakuakn dengan memakai kondom sampai 3
bulan  setelah operasi. (Sari, Y.2011)

B. KONSEP DASAR KESEHATAN REPRODUKSI


1. Konsep Dasar Kespro
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan dalam semua hal yang berkaitan dengan system reproduksi serta
fungsi dan prosesnya (Wilujeng, 2013).
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan
kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan
dengan sistem dan fungsi serta proses danbukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan serta dibentuk berdasarkan
atasperkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan
material yang layak,bertakwa pada Tuhan yang Maha Esa,spiritual
memiliki hubungan yang serasi, selaras, seimbang antara anggota
keluarga dan antara keluarga dan masyarakat dan lingkungan (Hidayati,
Elli, 2017).

2. Kespro Dalam Pespektif Gender


Gender merupakan Peran sosial dimana peran laki-laki dan
perempuan ditentukan perbedaan fungsi, perandan tanggung jawab laki-
laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang dapat berubah
atau diubah sesuai perubahan zaman peran dan kedudukan sesorang yang

58
dikonstrusikan oleh masyarakat. dan budayanya karena sesorang lahir
sebagai laki-laki atau perempuan (WHO.1998, dalam Hidayati, 2017).
Gender adalah suatu konsep budaya yang berupaya untuk membuat
perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal peran, perilaku,
mentalitas dan karakteristik emosional (Hidayati, 2017).
Seksualitas/Jenis Kelamin adalah pembagian jenis kelamin yang
ditentukan secara biologis melekat pada jenis kelamin
tertentu (Depkes RI. 2002 dalam Hidayati,.2017).
Seksualitas/Jenis Kelamin (seks) adalah perbedaan fisik
biologis yang mudah dilihat melalui cirri fisik primer dan secara
sekunder yang ada pada kaum laki-laki dan perempuan ( Badan
Pemberdayaan Masyarakat. 2003 dalam Hidayati, 2017).

a. Perbedaan Gender dan Jenis Kelamin


Tabel 1.1 Perbedaan antara Gender dan Jenis Kelamin/ Seksual
Jenis Kelamin Gender

Tidak dapat berubah, contohnya Dapat berubah, contohnya peran


alat kelamin laki-laki dan dalam kegiatan sehari-hari, seperti
perempuan banyak perempuan menjadi juru masak
jika dirumah, tetapi jika di restoran
juru masak lebih banyak laki-laki.
Tidak dapat dipertukarkan, Dapat dipertukarkan
contohnya jakun pada laki-laki dan
payudara pada perempuan

Berlaku sepanjang masa, contohnya Tergantung budaya setempat,


status sebagai laki-laki atau contohnya pembatasan kesempatan di
perempuan bidang pekerjaan terhadap perempuan
dikarenakan budaya setempat antara
lain diutamakan untuk menjadi
perawat, guru TK, pengasuh anak

59
Berlaku dimana saja, contohnya di Bukan merupakan budaya
rumah, dikantor dan dimanapun berada, setempat, contohnya pengaturan
seorang laki- laki/perempuan tetap jumlah a nak dalam satu keluarga
laki-laki dan perempuan

Merupakan kodrat Tuhan, Buatan manusia, contohnya laki-


contohnya laki-laki mempunyai laki dan perempuan berhak menjadi
cirri-ciri utama yang berbeda calon ketua RT, RW, dan kepala
dengan cirri-ciri utama perempuan desa bahkan presiden.
yaitu jakun.
Sumber : Hidayati (2017)

b. Budaya Yang Mempengaruhi Gender


1) Sebagian besar masyarakat banyak dianut kepercayaan yang salah
tentang apa arti menjadi seorang wanita, dengan akibat yang
berbahaya bagi kesehatan wanita.
2) Setiap masyarakat mengharapkan wanita dan pria untuk berpikir,
berperasaan dan bertindak dengan pola-pola tertentu dengan alas an
hanya karena mereka dilahirkan sebagai wanita/pria. Contohnya
wanita diharapkan untuk menyiapkan masakan, membawa air dan
kayu bakar, merawat anak-anak dan suami. Sedangkan pria bertugas
memberikan kesejahteraan bagi keluarga di masa tua serta melindungi
keluarga dari ancaman.
3) Gender dan kegiatan yang dihubungkan dengan jenis kelamin
tersebut, semuanya adalah hasil rekayasa masyarakat. Beberapa
kegiatan seperti menyiapkan makanan dan merawat anak adalah
dianggap sebagai “kegiatan wanita”.
4) Kegiatan lain tidak sama dari satu daerah ke daerah lain diseluruh
dunia, tergantung pada kebiasaan, hokum dan agama yang
dianut oleh masyarakat tersebut.

60
5) Peran jenis kelamin bahkan bisa tidak sama didalam suatu
masyarakat, tergantung pada tingkat pendidikan, suku dan umurnya,
contohnya : di dalam suatu masyarakat, wanita dari suku tertentu
biasanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga, sedang wanita lain
mempunyai pilihan yang lebih luas tentang pekerjaan yang bisa
mereka pegang.
6) Peran gender diajarkan secara turun temurun dari orang tua ke
anaknya. Sejak anak berusia muda, orang tua telah
memberlakukan anak perempuan dan laki-laki berbeda, meskipun
kadang tanpa mereka sadar.
(Hidayati, 2017)

c. Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender


Ketidakadilan gender adalah adanya perbedaan, pengecualian
atau pembatasan yang di buat berdasarkan peran dan norma gender
yang dikonstruksi secara sosial yang mencegah seseorang untuk
menikmati HAM secara penuh. Bentuk-bentuk diskriminasi Gender adalah
(Hidayati, 2017) :
1) Marjinalisasi
Proses peminggiran atau penyisihan yang mengakibatkan wanita
dalam keterpurukan. Bermacam pekerjaan membutuhkan
keterampilan pria yang banyak memakai tenaga sehingga wanita
tersisihkan. Atau sebaliknya beberapa pekerjaan yang membutuhkan
ketelitian, ketekunan sehingga peluang kerja bagi pria tidak ada.
Contohnya: direktur banyak oleh pria, baby sister adalah wanita.
2) Sub Ordinasi
Kedudukan salah satu jenis kelamin di anggap lebih penting dari pada
jenis kelamin sebaliknya. Contohnya: persyaratan melanjutkan studi
untuk istri harus ada izin suami, dalam kepanitiaan wanita paling
tinggi pada jabatan sekretaris.
3) Pandangan Stereotipe

61
Pandangan stereotype adalah penandaan atau cap yang sering
bermakna negatif. Contohnya: pekerjaan di rumah seperti mencuci
diidentikkan dengan pekerjaan wanita; pria sebagai pencari nafkah
yang utama, harus diperlakukan paling ismewah di dalam rumah
tangga, misalnya yang berkaitan dengan makan.
4) Kekerasan
Segala bentuk kekerasan terhadap wanita yang akibatnya dapat berupa
kerusakan/penderitaan fisik, seksual atau psikis termasuk ancaman
seperti pemaksaan/perampasan atas kemerdekaan, baik di tempat
umum, dalam rumah tangga maupun yang dilakukan oleh negara.
Contohnya: suami membakar dan memukul istri, istri merendahkan
martabat suami di hadapan masyarakat.
5) Beban Kerja
Beban kerja yang dilakukan oleh jenis kelamin tertentu lebih banyak.
Bagi wanita di rumah mempunyai beban kerja lebih besar dari
pada pria, 90% pekerjaan domestic/rumah dilakukan oleh wanita
belum lagi jika di jumlahkan dengan bekerja diluar rumah.

d. Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan Gender dalam Pelayanan


Kesehatan
1) Ketidak-setaraan Gender
Ketidak-setaraan gender merupakan keadaan diskriminatif (sebagai
akibat dari perbedaan jenis kelamin) dalam memperoleh kesempatan,
pembagian sumber-sumber dan hasil pembangunan serta kses terhadap
pelayanan. (Hidayati, 2017) Contonya sebagai berikut:
1) Bias gender dalam penelitian kesehatan
Ada indikasi bahwa penelitian kesehatan mempunyai tingkat
bias gender nyata baik dalam pemilihan topic, metode yang
digunakan, atau analisa data. Gangguan kesehatan biasa yang
mengakibatkan gangguan berarti pada perempuan tidak mendapat
perhatian bila tidak mempengaruhi fungsi reproduksi.

62
2) Perbedaan gender dalam akses terhadap pelayanan kesehatan
Berbeda dengan Negara maju kaum perempuan dinegara
berkembang pada umumnya belum dapat memanfaatkan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan. Perempuan yang
mengalami depresi karena kekerasan domestic yang dilakukan
oleh pasangannya hanya diobati dengan antidepresan tanpa diberi
dalam mengatasi masalah gender yang melatarbelaknginya.
2) Ketidak adilan Gender
Dalam berbagai aspek ketidak-setaraan gender tersebut sering
ditemukan pula ketidakadilan gender yaitu ketidakadilan berdasarkan
norma dan standart yang belaku. Ketidakadilan adalah ketidaksetaraan
yang tidak pantas atau tidak adil (Hidayati, 2017) :
1) Keadilan dalam status kesehatan yaitu tercapainya derajat
kesehatan yang setinggi mungkin (fisik, psikologi dan social).
2) Keadilan dalam pelayanan kesehatan yang berarti bahwa
pelayanan diberikan sesuai dengan kebutuhan tanpa tergntung
pada kedudukan social dan diberikan sebagai respon terhadap
harapan yang pantas dari masyarakat dengan penarikan biaya
pelayanan yang sesuai dengan kemampuan.
3) Sebagai strategi operasional dalam mencapai kesetaraan antara
laki-laki dan perempuan dianjurkan melakukan pengarus-
utamaan gender (PUG).

e. Penanganan isu gender


Gender mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan laki-laki dan
perempuan. Hal ini semakin dirasakan dalam ruang lingkup kesehatan
reproduksi antara lain karena hal berikut (Hidayati, 2017):
1) Masalah kesehatan reproduksidapat terjadi sepanjang siklus hidup
manusia missal masalah inses yang terjadi pada masa anak-anak
dirumah, masalah pergaulan bebas , kehamilan remaja

63
2) Perempuan lebih rentan dalam menghadapi resiko kesehatan
reproduksi seperti kehamilan, melahirkan, aborsi tidak aman dan
pemakaian alat kontrasepsi. Karena struktur alat reproduksi yang
rentan secara social atau biologis terhadap penularan IMS termasuk
STD/HIV/AIDS.
3) Masalah kesehatan reproduksi tidak terpisah dari hubungan laki-laki
dan perempuan. Namun keterlibatan , motivasi serta partisipasi laki-
laki dalam kespro dewasa ini sangat kurang.
4) Laki-laki juga mempunyai masalah kesehatan reproduksi,
khusunya berkaitan dengan IMS. HIV, dan AIDS. Karena ini
dalam menyusun strategi untuk memperbaiki kespro harus
dipertimbangkan pula kebutuhan, kepedulian dan tanggung
jawab laki-laki.
5) Perempuan rentan terhadap kekerasan dalam rumah tangga
(kekerasan domestic) atau perlakuan kasar yang pada dasarnya
bersumber gender yang tidak setara.
6) Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan
perempuan seperti KB.

3. Isu-Isu Kesehatan Perempuan


Perempuan secara langsung menunjuk kepada salah satu dari dua
jenis kelamin, yang dalam kehidupan sosial selalu dinilai sebagai the other
sex yang sangat menentukan mode representasi sosial yang tampak dari
pengaturan status dan peran perempuan. Subordinasi, diskriminasi, atau
marginalisasi perempuan yang muncul kemudian menunjukkan bahwa
perempuan menjadi the second sex seperti juga sering disebut sebagai
“warga kelas dua” yang keberadaannya tidak begitu diperhitungkan.
Dikotomi nature dan culture, misalnya telah digunakan untuk
menunjukkan pemisahan dan stratifikasi di antara dua jenis kelamin ini,
yang menyebabkan perempuan menjadi objek. Pemisahan itu telah
menyebabkan pengingkaran pengingkaran terhadap hak perempuan dalam

64
berbagai bidang kehidupan sosial. Pengingkaran ini telah menjadi ciri
dasar dalam konstruksi laki-laki dan perempuan dalam berbagai bentuk
(Wilujeng, 2013).
a. Kekerasan Pada Perempuan
Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk kekerasan
berbasis gender yang berakibat menyakiti secara fisik, seksual, mental
atau penderitaan terhadap perempuan, termasuk ancaman dari
tidakan tersebut, pemaksaan atau perampasan semena-mena
kebebasan, baik yang terjadi di lingkungan masyarakat maupun dalam
kehidupan pribadi (Wilujeng, 2013).
b. Jenis Kekerasan Pada Perempuan (Wilujeng, 2013)
1) Kekerasan pada perempuan dalam keluarga : Kekerasan fisik,
perkosaan oleh pasangan, kekerasan psikologi dan mental.
2) Perkosaan dan kekerasan seksual : perdaggangan perempuan,
prostitusi paksa, kekerasan pada perempuan pekerja rumah
tanggal.
3) Kekerasan pada perempuan di daerah Konflik dan pengungsian :
Perkosaan masal, perbudakan sensual militer, prostitusi paksa,
kawin paksa dan hamil paksa, paksaan seksual untuk mendapatkan
sandang, pangan, papan atau perlindungan.
4) Kekerasan pada perempuan dengan penyalahgunaan anak
perempuan : Penyalahgunaan anak perempuan, Eksploitasi
komersil, kekerasan akibat kecenderungan memilih anak laki-
laki, pengabaian anak perempuan, pemberian makanan yang lebih
rendah kualitasnya bagi anak perempuan, beban kerja yang lebih
besar sejak usia sangat muda, keterbatasan akses terhadap
pendidikan.
5) Kekerasan pada perempuan dengan ketidakpedulian terhadap
perempuan.

65
a) Sebelum lahir : Abortus, memilih janin laki-laki atau
perempuan, akibat pukulan perempuan pada waktu hamil yang
bberdampak pada janin.
b) Bayi : Pembunuhan dan penelantaran bayi perempuan,
penyalahgunaan fisik, seks, psikis.
c) Pra Remaja : Perkawinan usia anak, penyalahgunaan fisik,
seks, psikis, prostitusi dan pornografi anak.
d) Remaja dan Dewasa : Kekerasan yang dilakukan oleh teman
dekat e) Usia Lanjut : Penyalahgunaan fisik, seks, psikis.

c. Faktor Penyebab (Wilujeng, 2013)


1) Faktor eksternal
Masih adanya pola pikir lingkungan terhadap sosok perempuan
telah dibangun secara sosial maupun kultural. Perempuan
dianggap lemah lembut, cantik damn emosional, sedangkan laki-
laki dianggap koat, rasional, dan jantan.
2) Faktor Internal
Perempuan seringkali memancing terjadinya kekrasan pada
dirinya. Contohnya kasus perkosaan yang dsebabkan perempuan
memakai pakaian yang memperlihatkan bagian-bagian tubuhnya.
3) Faktor Budaya
Munculnya anggapan bahwa posisi perempuan lebih rendah
daripada laki-laki. Hubungan perempuan dengan laki-laki seperti
ini telah dilembagakan didalam struktur keluarga patriarkhi dan
didukung oleh lembaga-lembaga ekonomidan politik dan oleh
sistem keyakinan, termasuk sistem relegius, yang membuat
hubungan semacam itu tampak alamiah, adil secara moral dan suci.
Lemahnya posisi perempuan merupakan konsekuensi dari
adanya nilai-nilai patriarkhi yang dilestarikan melalui proses
sosialisasi dan sosialisasi dan reproduksi dalam berbagai bentuk
oleh masyarakat maupun negara

66
Faktor lain yang menyebabkan terjadinya kekerasan pada
perempuan (Wilujeng, 2013):
(a) Kemandirian ekonomi istri
Secara umum ketergantungan istri terhadap suami dapat
menjadi penyebab terjadi kekerasan, akan tetapi tidak
sepenuhnya demikian karena kemandirian istri juga dapat
menyebabkan istri menerima kekerasan oleh suami.
(b) Karena pekerjaan istri
Istri bekerja diluar rumah dapat menyebabkan istri menjadi
korban kekerasan.
(c) Perselingkuhan suami
Perselingkuhan suami dengan perempuan lain atau suami
kawin lagi dapat melakukan kekerasan terhadap istri.
(d) Campur tangan pihak ketiga
Campur tangan anggota keluarga dari pihak suami, terutama
ibu mertua dapat menyebabkan suami melakukan kekerasan
terhadap istri.
(e) Pemahaman yang salah terhadap ajaran agama
Pemahaman ajaran agama yang salah dapat menyebabkan
timbulnya kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga.
(f) Karena kebiasaan suami
Dimana suami melakukan kekerasan terhadap istri
secara berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan.
(g) Dampak Fisik
(1) Dampak Fisik
Dampak fisik dapat berupa luka-luka, cacat permanen
hingga kematian.
(2) Dampak Psikologi
Dampak psikologi dapat berupa perasaan tertekan,
depresi, hilangnya rasa percaya diri, trauma bahkan
gangguan jiwa.

67
(3) Dampak Sosial
Dampak sosial dapat berupa dikucilkan dari masyarakat.
(h) Perkosaan dan Pelecehan seksual
(1) Pengertian
Pelecehan seksual adalah perilaku atau tindakan
yang mengganggu, menjengkelkan dan tidak diundang
yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang terhadap
pihak pihak lain, yang berkaitan langsung dengan jenis
kelamin pihak yang diganggunya dan dirasakan
menurunkan martabat dan harkat diri orang yang
diganggunya (Wilujeng, 2013).
Pemerkosaan adalah penetrasi alat kelamin wanita
oleh penis dengan paksaan, baik oleh satu maupun oleh
beberapa orang pria atau dengan ancaman. Perkosaan yang
dilakukan yang dilakukan dengan kekerasan dan
sepenuhnya tidak dikehendaki secara sadar oleh korban
jarang terjadi (Wilujeng, 2013).
(2) Pelecehan seksual (Wilujeng, 2013) dibagi dalam 3
tingkatan :
(a) Ringan, seperti godaan nakal, ajakan iseng dan humor
porno
(b) Sedang, seperti memegang, menyentuh, meraba
bagian tubuh tertentu, hingga ajakan serius untuk
berkencan.
(c) Berat, seperti perbuatan terang terangan dan memaksa,
penjamahan, hingga percobaan pemerkosaan.
(3) Macam-macam perkosaan (Wilujeng, 2013) :
(a) Perkosaan oleh suami/ bekas suami
Merasa bahwa istri sudah menjadi hak milik suami
sehingga ia merasa sekehendak hatinya
memperlakukan istri.

68
(b) Perkosaan oleh pacarnya
Merasa sudah mencukupi kebutuhan wanita, sehingga
laki-laki punya hak atas wanita tersebut atau merasa
sudah melamar wanita tadi sehingga merasa menjadi
hak miliknya.
(c) Paksaan oleh orang tidak dikenal
(4) Dampak Pelecehan Seksual (Wilujeng, 2013)
(a) Dampak pelecehan pada anak adalah
membunuh jiwanya. Korban pelecehan seksual
akan mengalami pasca trauma yang pahit.
(b) Pelecehan seksual dapat merubah kepribadian anak
seratus delapan puluh derajat, dari yang tadinya
periang menjadi pemurung.
(i) Single parent
(1) Pengertian
Single parent adalah seseorang yang tidak menikah
atau berpisah yang telah memutuskan sebagai orang tua
tunggal dalam rumah tangga (Wilujeng, 2013).
(2) Faktor penyebab (Wilujeng, 2013)
a) Kehilangan pasangan akibat meninggal
Hal ini terjadi bila seorang suami meningga maka
wanita akan menjadi single parent dalam mengurus
semua masalah dalam rumah tangga.
b) Perceraian
Perkawinan yang buruk terjadi bila antara suami dan
istri sudah tidak mampu lagi memuaskan kedua belah
pihak selain itu persoalan ekonomi dan prinsip hidup
yang berbeda.
c) Diterlantarkan atau ditinggalkan suami tanpa dicerai
d) Pasangan yang tidak sah (kumpul kebo)

69
Cinta bebas (free love) dan seks bebas (free seks)
mulai banyak dianut oleh kalangan orang muda. Pola
seks bebas tersebut mempunyai dampak terhadap
kehamilan yang tidak diinginkan, sehingga wanita
tersebut akan membesarkan anaknya tanpa pasangan.
e) Tanpa menikah tetapi punya anak yang diadopsi
Saat sekarang banyak wanita yang mengambil
keputusan dengan berkarir hingga hari tuanya, wanita
tersebut biasanya mengambil anak, hal ini dimaksud
agar semua harapannya bisa dipenuhi melalui anak
angkatnya.
(3) Masalah kesehatan yang dihadapi pada single parent
(Wilujeng, 2013):
a) Ancaman kesehatan
Akibat peran ganda yang harus dijalani, wanita akan
mengalami gangguan seperti kelelahan, kecapean,
kurang gizi, sehingga mengakibatkan angka kesakitan
meningkat.
b) Emosi labil
Wanita merasa tidak senang atau tidak puas dengan
keadaan diri sendiri dan lingkungannya. Rasa tidak
puas ini mengakibatkan emosi wanita tersebut menjadi
labil dimana wanita akan mengalami perasaan cemas,
tidak berdaya dan depresi dan mudah tersinggung.
c) Peran Ganda
Dimana wanita tersebut harus berperan baik sebagai ibu
dan pendidik bagi anak-anaknya, sebagai kepala
keluarga, sebagai pengatur atau pengelola rumah
tangga dan sebagai pencari nafkah dalam mengatasi
masalah keluarga.
(j) Perilaku seksual yang menyimpang

70
Ada beberapa gangguan seksual yang bisa
berhubungan dengan penyimpangan perilaku seksual, yaitu
(Wilujeng, 2013) :
1) Gangguan Identitas Jenis : Adanya ketidakesuaian
antara alat kelamin dengan identitas kelamin yang
terdapat pada diri seseorang.
2) Parafilia (Deviasi Seks) : Adalah gangguan seksual
karena pada penderita seringkali menghayalkan
perbuatan seksual yang tidak lazim, sehingga
khayalan tersebut menjadi kekuatan yang mendorong
penderita untuk mencoba dan melakukan aktivitas yang
dikhayalkannya.
3) Disfungsi Psikoseksual : Adanya hambatan pada
selera/minat seksual atau terdapat hambatan pada
perubahan psikofisiologik, yang biasanya terjadi pada
orang yang sedang bergairah seksual. Misalnya
hambatan selera seksual, hambatan gairah seks (Impoten,
dan firgiditas), hambatan orgasme, ejakulasi prematur,
dispareunia fungsional, vaginismus fungsional.
4) Ganguan seksula pada remaja : Seringkali dijumpai
ganmgguan seksual pada masa remaja seperti ejakulasi
dini atau impotensi, bisa juga dijumpai adanya hambatan
selera seksual dan hamabtan gairah seksual. Libido
seksual yang rendah dan kecemasan yang berkaitan
dengan seks, seperti vaginismus.
Namun sebagian dari gangguan tersebut belum bersifat
permanen melainkan bersifat situasional dan belum bisa
dikategorikan sebagai kelainan. Hal ini disebabkan kecemasan
dan perasaan bersalah yang begitu kuat, sehingga bisa
menghambat dorongan seksual karena status yang belum

71
membolehkan untuk melakukan hubungan seksual. (Wilujeng,
2013).
(k) Wanita Seks Komersial
1) Pengertian
Pekerja Seks Komersial adalah wanita tuna susila atau
disebut juga pelacur adalah perempuan yang menyerahkan
badannya untuk berbuat cabul dengan imbalan atau
bayaran. (Wilujeng, 2013)
2) Faktor Penyebab (Wilujeng, 2013)
(a) Tidak adanya undang-undang yang melarang pelacuran,
juga tidak adanya larangan-larangan terhadap orang-
orang yang melakukan pelacuran.
(b) Adanya keinginan dan dorongan manusia untuk
menyalurkan kebutuhan seks, khususnya diluar ikatan
perkawinan.
(c) Memberontak terhadap otoritas orang tua.
(d) Adanya kebutuhan seks yang normal akan tetapi tidak
dapat dipuaskan oleh pihak suami, miaslnya karena
suami impoten.
(e) Ajakan teman-teman sekampungg atau sekota yang
sudah terjun lebih dulu dalam dunia pelacuran.
(f) Dekadensi moral, merosotnya norma-norma susila dan
keagamaan pada saat orang mengenyam kesejahteraan
hidup dan memutarbalikkan nilai-nilai pernikahan
sejati.
(g) Kebudayaan eksploitas pada zaman modern
khususnya maksplositas kaum lemah yaitu wanita
untuk tujuan komersil.
(h) Bertemunya macam-macam kebudayaan asing dan
kebudayaan setempat

72
(i) Perkembangan kota-kota, daerah-daerah, pelabuhan dan
industri yang sangat cepat dan menyerap banyak tenaga
buruh serta pegawai pria.
3) Masalah dan dampak Yang Akan Dihadapi (Wilujeng,
2013)
(a) Resiko tinggi tertular dan menularkan penyakit
menular seksual (PMS) terutama penyakit kelamin
seperti Gonore, Sifilis, Herpes genetalia, kondiloma
akuminata dan Ulkus Mole.
(b) Resiko terjadinya kehamilan yang tidak di ingikan
(c) Gangguan Pada Kesehatan Reproduksi.

4. Masalah-Masalah Kespro Yang Sering Terjadi Pada Siklus


Reproduksi Perempuan.
Kesehatan reproduksi merupakan suatu hak asasi manusia yang,
seperti semua hak asasi manusia lainnya. Guna mewujudkan hak tersebut,
wanita yang terkena dampak harus memiliki akses ke informasi dan
layanan kesehatan reproduksi komprehensif sehingga mereka bebas
membuat pilihan berdasarkan informasi terkait kesehatan serta
kesejahteraan mereka. (Wilujeng, 2013)

5. Mendetksi Dini Kanker Pada Wanita


a. Kanker Serviks
Kanker leher rahim (serviks) merupakan kanker pembunuh
perempuan nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia,
kanker leher rahim bahkan menduduki peringkat pertama pembunuh
perempuan (Kemenkes RI, 2018).
Kanker leher rahim maupun kanker payudara yang sudah masuk
ke stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu
relatif cepat. Oleh karena itu sangat penting untuk mendeteksi kanker
sejak dini (Kemenkes RI, 2018).

73
Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan
( Kemenkes RI, 2018):
1) Pap Smear
2) Tes IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Cuka)
3) Deteksi dini kanker leher rahim dianjurkan untuk perempuan usia
30 - 50 tahun yang sudah berhubungan seksual dan dapat dilakukan
5 tahun sekali.
Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan di (Kemenkes
RI, 2018) :
1) Dokter/Bidan
2) Puskesmas
3) Rumah Sakit
Pada stadium awal umumnya kanker leher rahim tidak memiliki
gejala. Pada stadium lanjut, gejalanya antara lain (Kemenkes RI,
2018):
1) Pendarahan pasca senggama
2) Pendarahan tidak normal dari vagina mulai bercak-bercak hingga
menggumpal disertai bau busuk.
3) Keputihan berbau busuk
4) Nyeri pinggang saat buang air kecil dan buang air besar

b. Kanker Payudara
Kanker payudara adalah keganasan pada sel-sel yang terdapat
pada jaringan payudara, bisa berasal dari komponen kelenjarnya
(epitel saluran maupun lobulusnya) maupun komponen selain kelenjar
seperti jaringan lemak, pembuluh darah dan persarafan jaringan
payudara (Hidayati, 2017).

1) Faktor Penyebab (Hidayati, 2017) :


a) Faktor Genetik

74
Riwayat keluarga. Jika ada anggota keluarga yang terkena
kanker payudara atau kanker indung telur maka dapat
meningkatkan risiko. Terbukti positif mutasi gen BRCA1 atau
BRCA2 pada pemeriksaan genetik terhadap darah. Kondisi ini
secara bermakna meningkatkan peluang perempuan atau pria
terkena kanker payudara.
b) Faktor Hormon menurut
1) Riwayat kehamilan. Perempuan yang melahirkan anak di
bawah usia 30 tahun mempunyai risiko lebih rendah
mengalami kanker payudara dibanding perempuan yang
melahirkan anak setelah 30 tahun atau tidak memilki anak
sama sekali.
2) Riwayat menyusui. Risiko kanker payudara akan menurun
jika perempuan sering menyusui dan dalam jangka waktu
yang lama.
3) Riwayat haid. Perempuan yang pertama kali mengalami haid
lebih awal (sebelum usia 12 tahun) atau mengalami
menopause setelah usia 55 tahun memiliki risiko tinggi .
4) Penggunaan hormon estrogen eksternal seperti terapi
sulih hormon, pil KB yang mengandung estrogen saja.
Faktor risiko akan meningkat jika penggunaan dilakukan
terus-menerus dalam jangka waktu lama.
(Hidayati, 2017)
c) Faktor Diet
1) Diet tinggi lemak dan rendah serat dapat meningkatkan
faktor risiko kanker payudara. Sedangkan diet yang
mengandung omega 3 (ikan), buah, sayur, makanan yang
mengandung fitoestrogen (tahu, tempe), dan vitamin
antioksidan (vitamin A, C, E) dapat menurunkan faktor risiko.
2) Alkohol dan merokok dapat meningkatkan faktor risiko
melalui jalur hormonal.

75
(Hidayati, 2017)
d) Faktor Lingkungan
1) Riwayat terkena radiasi di bagian dada terutama jika terkena
pada usia sebelum 40 tahun, misalnya pada penderita limfoma
hodgkin yang mendapat terapi sinar (radioterapi) di dada.
2) Tidak ada hubungannya antara penggunaan pestisida atau
berada pada lingkungan yang terpapar dengan medan
elektromagnetik dengan kejadian kanker.
(Hidayati, 2017)

Pemeriksaan Payudara Sendri (SADARI)

Sadari dilakukan pada saat setelah masa haid selesai (Kemenkes RI,
2018).
Langkah 1:
Mulai dengan melihat payudara anda di cermin dengan posisi
pundak tegap dan kedua tangan di pinggang.
Anda harus melihat:
1) Payudara, dari ukuran, bentuk, dan warna yang biasa anda ketahui.
2) Payudara dengan bentuk sempurna tanpa perubahan bentuk dan
pembengkakan.

76
Jika anda melihat perubahan berikut ini, segera anda ke dokter
untuk berkonsultasi :
1) Kulit mengkerut, terjadi lipatan, ada tonjolan.
2) Puting berubah posisi biasanya seperti tertarik ke dalam.
3) Kemerahan, nyeri, ruam-ruam, atau bengkak.

Langkah 2:
Sekarang, angkat tangan anda dan amati jika ada perubahan-
perubahan yang telah disebut pada langkah pertama.

Langkah 3 :
Saat anda bercermin, anda cermati apakah ada cairan yang
keluar dari kedua puting (baik itu cairan bening, seperti susu,
berwarna kuning, atau bercampur darah).

Langkah 4:
Berikutnya, rasakan payudara anda dengan cara berbaring.
Gunakan tangan kanan untuk merasakan payudara kiri, begitu
sebaliknya. Gunakan pijatan pelan namun mantap (tapi bukan keras)
dengan tiga ujung anda (telunjuk, tengah, dan manis). Jaga posisi
ujung jari datar terhadap permukaan payudara. Gunakan gerakan
memutar, sekali putaran mencakup seperempat bagian payudara.
Pijat seluruh payudara anda dari atas sampai bawah, kiri kanan,
dari tulang pundak sampai bagian atas perut dan dari ketiak sampai
belahan payudara.
Buatlah pola memutar untuk memastikan anda sudah memijat
seluruh payudara anda. Mulai dari puting, buat gerakan memutar
semakin lama semakin besar sampai anda mencapai bagian tepi
payudara.
Anda juga dapat membuat gerak naik turun. Gerakan ini bagi
sebagian besar perempuan dianggap lebih efektif. Pastikan anda

77
merasakan seluruh jaringan payudara dari depan (puting) sampai
bagian belakang. Gunakan pijatan ringan untuk kulit dan jaringan
tepat dibawah kulit, pijatan sedang untuk bagian tengah payudara,
dan pijatan kuat untuk jaringan bagian dalam. Saat anda mencapai
jaringan bagian dalam, anda harus dapat merasakan tulang iga anda.

Langkah 5
Terakhir, rasakan payudara anda saat anda berdiri atau duduk.

Atau saat anda mandi karena bagi sebagian perempuan mereka

merasa lebih mudah memijat saat kulit payudara dalam keadaan

basah dan licin. Lakukan dengan gerakan yang sama seperti

dijelaskan dalam langkah 4.

C. Evidence Based Midwifery Pada Keluarga Berencana dan Kesehatan


Reproduksi
1. Keluarga Berencana
a) Lama Penggunaan Implant terhadap Siklus dan Periode
Menstruasi di PMB Kirang Naning Amd.Keb. Desa Kedali
Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan (Diah Eko Martini &
Eny Rachmawati.2020).
Hormone progesterone dapat mempengaruhi panjang dan
pendeknya siklus menstruasi, siklus menstruasi sangat
dipengaruhi oleh hormon wanita yaitu ekstrogen dan progesterone,
kedua hormone bersifat fluktuatif (dapat berubah-ubah), sedikit
saja terjadi perubahahan keseimbangan kedua hormone tersebut
maka dapat terjadi ketidakteraturan siklus menstruasi yang berupa
lebih panjang, lebih pendek, jumlah sedikit, jumlah banyak (Baziad,
2014). Sejumlah gangguan pola haid ini akan terjadi pada tahun
pertama penggunaan, kira-kira 80% pengguna. Perubahan tersebut
meliputi interval antar perdarahan, durasi dan volume aliran darah,

78
serta spotting (bercak-bercak perdarahan). Oligomenore dan amenore
juga terjadi tetapi tidak sering. Kurang dari 10% setelah tahun
pertama.Perdarahan teratur dan memanjang biasanya terjadi pada
tahun pertama. Walaupun terjadi jauh lebih jarang setelah tahun
kedua, masalah perdarahan dapat terjadi pada waktu kapanpun
(Hartanto, 2010).
Lama penggunaan kontrasepsi implant juga mempengaruhi
siklus menstruasi yang dialami akseptor kb implant, apalagi pada
akseptor yang menggunakan kontrasepsi lebih dari 1 tahun sebagian
besar mengalami amenorea. Pendapat ini di dukung oleh teori dari
Rowland (2014) yang menyatakan bahwa efek samping yang
timbul dari penggunaan kontrasepsi implant adalah perubahan tidak
teraturnya siklus mentruasi yang terjadi terutama lama penggunaan
lebih dari 1 tahun pada pengguna kontrasepsi implant ditemukan lima
puluh persen responden mengalami amenorea. Sedangkan menurut
Saifudin, (2014) gangguan pola menstruasi sering ditemukan pada
pengguna kontrasepsi implant terutama penggunaan yang lebih
dari 1 tahun mungkin akan mengalami berhentinya menstruasisama
sekali atau disebut amenorea.
Menurut teori Hartanto (2010) mengatakan bahwa
kontrasepsi implant yang hanya mengandung hormon progestin
sehingga dapat mengalami pola menstruasi berupa hiperminorea.
Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Baziad (2014)
yang mengatakan bahwa hiperminorea umumnya terjadi pada
setelah penggunaan alat kontrasepsi karena hormonprogesteron
menyebabkan terbentuknya kembali pembuluh darah kapiler yang
normal dengan sel sel endotel yang intek dan sel sel yang
mengandung kadar glikoprotein yang cukup sehingga sel sel endotel
terlindung dari kerusakan, hal ini akan mempengaruhi mekanisme
kerja hormon dan lama menstruasi yang normal, perdarahan akan
lebih bertambah atau banyak.

79
b) Hubungan Sumber Informasi Dengan Keputusan Ibu
Menyusui Memilih Kontrasepsi Mal Di Desa Aek Nabara
Kabupaten Padang Lawas Tahun 2018 ( Dalimawaty Kadir.
2018)
Sumber informasi yang akurat mengenai alat kontrasepsi
alami mengenai, metode Amenorea Laktasi ini sangat berpengaruh
dengan minat dari ibu nifas untuk menyusui bayinya selama 6 bulan
tanpa makanan tambahan apapun, serta diberikan secara berkala pada
bayinya. Dari sumber informasi yang baik pula dapat memberikan
informasi pada ibu manfaat dari menggunakan metode amenorea
laktasi ini(Lumbanraja, 2015).
Informasi adalah keterangan, gagasan, maupun kenyataan-
kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat. Menurut Depkes
informasi adalah pesan yang disampaikan oleh tenaga kesehatan
kepada masyarakat. Menurut Notoatmodjo, sumber informasi adalah
segala sesuatu yang menjadi peran- tara dalam menyampaikan
informasi, merangsang pikiran dan kemampuan, serta menambah
pengeta- huan. Sumber informasi dapat di peroleh dari media cetak
(surat kabar,majalah, buku), media elektronik (tv, radio, internet) dan
melalui tenagakesehatan seperti pelatihan dan penyuluhan yang
diadakan oleh (dokter, bidan, dan perawat)(Akbar, 2014).
Menurut Subiyatun mengatakan bahwa, infor- masi mengenai
alat kontrasepsi dapat diperoleh dari mana saja. Mulai dari mulut ke
mulut, media cetek, media elektronik, petugas-petugas yang ada di
desa seperti Kader Posyandu, Bidan, Mantri, Dokter ataupun Petugas
Keluarga Berencana. Informasi yang lengkap sangat diperlukan agar
akseptor mengetahui berbagai jenis kontrasepsi begitu pula efek
samping yang ditimbulkannya. Sehingga semua akseptor dapat
mempertimbangkan pemilihan terhadap salah satu jenis alat

80
kontrasepsi. Hal ini didukung dengan sumber informasi tempat ibu
pertama kali mendengar istilah KB yaitu sekitar 80,0% dari bidan
sedangkan dari petugas KB sendiri hanya 9,0% adapaun yang lainnya
adalah dari dokter, buku, sekolah, televisi maupun teman (Subiyatun,
Dasuki, & Wahyuni, 2011).
Berdasarkan penelitian Darwani (2012) yang berjudul faktor-
faktor yang berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam
rahim oleh akseptor keluarga berencana di Wilayah Kerja
Puskesmas Saree Kabupaten Aceh Besar menunjukkan bahwa ada
hubungan informasi dengan pemilihan alat kontrasepsi dalam
rahim oleh akseptor keluarga berencana. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Anita yang berjudul faktor-faktor yang memengaruhi
PUS tentang pemilihan metode kontrasepsi di Pemukiman Ta ngan-
Tangan Rayek Kecamata n Tangan-Tangan Kabupaten Aceh Barat
Daya juga menunjukkan bahwa ada pengaruh informasi tentang
pemilihan metode.
Beberapa pasangan suami-istri mengalami kesulitan dalam
memilih metode KB. Ada ibu yang kegemukan mengikuti suatu
metode KB, ada juga yang alergi dan sebagainya. Tentu itu bukan
tujuan dari program KB, hanya efek samping tapi kadang- kadang
turut mengusik kebahagiaan rumah tangga. Beberapa di antara
mereka memperhitungkan masa subur, dimana masa subur sangat
besar artinya bagi mereka yang menginginkan hamil dan bagi yang
ingin menunda kehamilan (Indiarti, 2017).
Penggunaan alat kontrasepsi yang tepat membuat perencanaan
keluarga sebagai alat penyejahtera para ibu dan anak serta
mewujudkan masyarakat yang sehat. Beberapa alat kontrasepsi yang
ditawarkan memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode Amenorea
Laktasi merupakan salah satu metode dalam mengatur pertumbuhan
dan kesejahteraan penduduk. Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah
kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara

81
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau
minuman apapun lainnya (Rofiani & Ratnawati, 2016).
c) Hubungan Pengetahuan Pus Tentang Alat Kontrasepsi Mow
Dengan Minat PUS Terhadap Alat Kontrasepsi MOW di
Praktek Bidan Hj. R Batubara Kota Padangsidimpuan (Rya
Anastasya Siregar. 2019)
Pengetahuan pada hakekatnya merupakan segenap apa
yang kita ketahui tentang suatu obyek tertentu, termasuk di
dalamnya adalah ilmu. Pengetahuan merupakan
khasanah kekayaan mental yang secara langsung turut
memperkaya hidup kita (Suriasumantri, 2006 dalam Rya A.S.
2019).
Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa tingkat pengetahuan
responden masih kurang mengenai penggunaan alat kontrasepsi
MOW sehingga dengan pengetahuan yang kurang akan
berpengaruh pada tindakan ibu yang tidak minat untuk
menggunakan alat kontrasepsi MOW. Berdasarkan jawaban
responden dapat dilihat bahwa banyak ibu post partum yang
tidak mengetahui dengan baik tentang alat kontrasepsi MOW.
Menurut peneliti ini kurangnya pengetahuan ibu tentang alat
kontrasepsi steril (MOW) disebabkan karena kurangnya
informasi yang diperoleh ibu baik melalui media massa ataupun
informasi langsung yang diberikan oleh tenaga kesehatan sehingga
ibu tidak mengetahui manfaat dan tujuan menggunakan alat
kontrasepsi MOW. Selain itu tingkat pendidikan masyarakat juga
berpengaruh pada pengetahuan seseorang karena ibu dengan
tingkat pendidikan tinggi lebih mudah menerima informasi
dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah. Sebagian
besar ibu tidak minat menggunakan alat kontrasepsi MOW 58,7
% dan hanya 41,3% yang minat terhadap alat kontrasepsi
MOW. Kontrasepsi mantap (sterilisasi) adalah suatu cara atau

82
tindakan yang dilakukan untuk menghentikan fertilitas
(kehamilan) dalam jangka waktu yang panjang, sehingga orang
/ pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapatkan
keturunan lagi, walaupun kadang-kadang dapat
dipulihkan kembali seperti semula menurut
(Sarwono, 2007 dalam Rya A.S. 2019 ).

Berdasarkan hasil penelitian Nafiatul Ummah 2011 dapat


dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan
kurang sehingga menyebabkan minat untuk
menggunakan MOW menjadi rendah, minat merupakan
ketertarikan seseorang terhadap sesuatu hal, kurangnya
informasi tentang MOW merupakan salah satu penyebab masih
banyaknya ibu-ibu yang memiliki pengetahuan kurang, tetapi hal
lain yang turut mempengaruhi adalah ketakutan dengan cara
pemasangan yang harus melalui tindakan operasi.

d) Pengaruh Penggunaan Alat Kontrasepsi Iud Dan Suntik


Terhadap Siklus Haid Diwilayah Kerja Puskesmas
Tamalanrea Jaya Kota Makassar (Suhartatik & Amriati
Mutmainna. 2019)

Pengaruh alat kontrasepsi IUD terhadap siklus haid yaitu


gangguan pada menstruasi, mengalami perdarahan keputihan yang
lebih banyak,saat menstruasi lebih nyeri, sering pusing bahkan
masalah tentang gangguan pada saat berhubungan intim juga
banyak dialami oleh beberapa akseptor,akseptor lain menyebutkan
bahwa selama menggunan IUD pernah mengalami ekspulsi keluarnya
IUD secara mandiri (Panggih,2017). Sedangkan pengaruh penggunaan
alat kontrasepsi suntik terhadap siklus haid yaitu terganggunya
pada hormone progesterone dan hormone estrogen kedua hormone
dapat mencegah terjadinya ovulasi sehingga dapat

83
mempengaruhi pola haid yang normal menjadi amoenorea, perdarahan
ireguler, perdarahan bercak. Semakin lama penggunaan maka
jumlah darah semakin sedikit dan bahkan sampai terjadi amonerea
(Diah,2017).

Hasil penelitian ini sejalan dengan dengan penelitian jurnal


(Ikhwani Ratna, 2017) dengan judul “Perbedaan Pengaruh
Penggunaan Alat Kontrasepsi Iud Dan Suntik Terhadap Siklus Haid
Perempuan Di Kecamatan Marpoyan Damai Pekanbaru” Menurut
hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan dari masing-
masing siklus haid dan karakteristik haid yang dialami oleh
perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi IUD dan suntik.
Terdapat 94,2% perempuan pengguna alat kontrasepsi IUD yang
mempunyai siklus haid normal. Siklus haid yang normal bisa
terjadi akibat dari produksi hormone estrogen yang cukup. Siklus
haid terjadi akibat dari pengaruh kerja hormon estrogen yang
dimiliki oleh tiap-tiap individu. Namun berbeda pada perempuan
yang menggunakan alat kontrasepsi suntik, siklus haid yang sering
terjadi adalah siklus haid yang pendek yaitu kurang dari 28 hari.
Terdapat 55 (64,70%) perempuan yang mempunyai siklus haid
pendek dan 30 (35,29%) perempuan yang mempunyai siklus haid
normal. Hal itu disebabkan karena sebagian perempuan
pengguna alat kontrasepsi suntik sering mengalami haid yang
datang 2x dalam jangka waktu 1 bulan dan secara otomatis siklus
menstruasinya menjadi pendek yaitu kurang dari 28 hari. Siklus
haid pendek (<28 hari) yang disebabkan oleh pengaruh kerja
hormon estrogen. Akibat pengaruh kerja hormon estrogen, maka
apabila produksi hormon berlebih akan menyebabkan siklus haid
menjadi pendek. Perbedaan bisa terlihat dari masing-masing cara
kerja alat kontrasepsi IUD dengan kontrasepsi suntik.

84
Dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan siklus haid
antara responden yang menggunakan alat kontrasepsi IUD dengan
kontrasepsi suntik diwilyah kerja puskesmas tamalanrea jaya kota
Makassar . Siklus haid pada akseptor yang menggunakan alat
kontrasepsi IUD lebih baik dibandingkan dengan akseptor yang
menggunakan alat kontrasepsi suntik yaitu dengan siklus normal 21-
35 hari, sedangkan akseptor pengguna alat kontrasepsi suntik
mempunyai siklus haid pendek yaitu 21 hari atau 2 kali dalam
sebulan

e) Beliefs And Use Of Intrauterine Devices (IUDs) Among


Women’s Health Care Providers (Christa Palancia Esposito, at
all. 2019)
Metode kontrasepsi jangka panjang (LARC), seperti alat
kontrasepsi dalam rahim (IUD) dan implan, sangat andal. traceptive
resource yang secara efektif menangani preg-tingkat nancy. IUD, juga
disebut sebagai kontrasepsi intrauterine (IUC), adalah metode
kontrasepsi yang dipasang di rahim selama prosedur kantor yang tetap
efektif antara 3 dan 10 tahun, tergantung jenis perangkatnya. Implan
adalah alat kontrasepsi batang ditempatkan tepat di bawah kulit bagian
atas lengan nondominan yang efektif hingga 3 tahun. Metode LARC
20 kali lebih efektif dibandingkan jenis kontrasepsi lainnya metode
seperti kontrasepsi oral.
Kehamilan yang tidak diinginkan merupakan tantangan
kesehatan masyarakat yang terus-menerus dan menyebar di seluruh
dunia. Tingkat kehamilan yang tidak diinginkan di Amerika Serikat
kira-kira 50%; Namun, di kalangan remaja dan remaja putri, angka ini
jauh lebih tinggi yaitu 82%. Selain itu, wanita yang berusia kurang
dari 25 tahun memiliki tingkat kegagalan kontrasepsi dan morbiditas
terkait kehamilan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang
berusia di atas 25 tahun.

85
Kurangnya penggunaan AKDR sebagian besar disebabkan
oleh kurangnya pengetahuan dan kesalahpahaman dari penyedia
layanan kesehatan dan masyarakat tentang AKDR. Beberapa alasan
mengapa penyedia layanan kesehatan enggan menggunakan IUD telah
dikutip, seperti takut akan komplikasi, yaitu radang panggul,
kehamilan ektopik, infertilitas, sepsis, dan kematian.
Sampel diperoleh melalui jaringan wanita praktek kesehatan
di Connecticut. Sampling bola salju juga digunakan. Berlisensi,
wanita penyedia layanan kesehatan dikirimi email untuk mengundang
mereka berpartisipasi dalam sesi pendidikan IUD. Sesi edukasi
dilaksanakan di ruang istirahat / makan siang provider kesehatan dan
dijadwalkan menurut penyedia pilihan. Sampel kenyamanan termasuk
36 penyedia dari 6 praktik berbeda. Sesi terbesar termasuk 6 penyedia
dan yang terkecil termasuk 1 penyedia. Setiap sesi berdurasi kurang
lebih 1 jam, meliputi pemberian informed consent, pengisian lembar
demografi, program edukasi, serta pretest dan posttest, The Beliefs
That Favor IUD Provision Scale. Peserta juga diminta menjawab 3
pertanyaan terbuka di akhir intervensi untuk menilai fasilitator dan
hambatan penerapan praktik terbaik IUD dan kebijakan IUD yang
disajikan. Tingkat penggunaan IUD dari masing-masing penyedia
dikumpulkan dengan menggunakan tinjauan rekam medis di mana
kode tagihan untuk pemasangan IUD 2 bulan sebelum dan 2 bulan
setelah intervensi pendidikan dianalisis.
Analisis kualitatif menambahkan elemen penting bahwa
penyedia harus bekerja untuk menghilangkan mitos pasien atau orang
tua mereka, atau keduanya, mungkin mencari di Internet atau melalui
posting media sosial. Memiliki pasien handout yang spesifik secara
tepat mengatasi dan menghilangkan mitos-mitos ini akan membantu
dalam praktik klinis. Analisis kualitatif selanjutnya mendukung
literatur bahwa penyedia yang sebelumnya telah dilatih tentang
praktik terbaik IUD mempelajari informasi baru dari penelitian ini

86
intervensi tentang kelayakan wanita untuk AKDR. Para penyedia ini
dengan jelas menyatakan bahwa mereka akan memasukkan informasi
baru ini ke dalam praktik klinis mereka sendiri.
Kehamilan yang tidak diinginkan tetap menjadi masalah
kesehatan masyarakat saat ini di AS. Meskipun sebagian besar wanita
merupakan calon AKDR, mereka mungkin tidak ditawari AKDR
sebagai pilihan kontrasepsi karena kurangnya kepercayaan yang
didasarkan pada bukti dari penyedia layanan kesehatan. Diperlukan
penelitian berkelanjutan tentang pendidikan penyedia tentang bukti
untuk diterjemahkan ke dalam praktik klinis. Diseminasi dan replikasi
penelitian ini didorong untuk memutakhirkan berbagai disiplin ilmu
perempuan penyedia layanan kesehatan, terutama penyedia remaja
dan wanita muda, tentang praktik terbaik IUD. IUD adalah metode
kontrasepsi yang aman dan efektif, cocok untuk kebanyakan wanita.
Studi ini menunjukkan bahwa penyedia pendidikan tentang praktik
terbaik IUD meningkatkan penyediaan AKDR, sehingga menurunkan
jumlah wanita ' Tingkat kehamilan yang tidak diinginkan.

2. KESEHATAN REPRODUKSI
a) Deskripsi Siklus Menstruasi Pada Wanita Usia Subur
dengan Akseptor KB Suntik (Suci Murniasih & Happy Dwi
Aprillina.2019)
Patofisiologi terjadinya gangguan menstruasi pada
pemakaian kontrasepsi suntik belum jelas, namun berbagai
penelitian tentang gangguan menstruasi pada pemakaian progesteron
dikarenakan lonjakan estrogen secara sporandik dan turunnya
estrogen secara persisten. Secara farmakologi medroxyprogesteron
acetat (MPA) akan langsung diikat oleh reseptor progesteron di
endometrium sehingga estrogen dan progesteron terganggu.
Namun, gangguan pola mestruasi pada pemakaian kontrasepsi
hormonal belum jelas.

87
KB memiliki efek samping yang berbeda-beda, KB
suntik memiliki efek samping yaitu perubahan berat badan,
gangguan menstruasi, stres hingga depresi, jerawat dan sebagainya.
Gangguan menstruasi tergantung pada lama pemakaian dan yang
sering terjadi pada akseptor adalah flek darah, perdarahan ireguler,
amenorea, perubahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang
hilang. Clycloprovera dapat menimbulkan perdarahan teratur tiap
bulan, mengurangi perdarahan bercak serta mengurangi
perdarahan yang tidak normal (Hartanto, 2010).
Lama pemakaian sebagian besar responden pengguna KB
suntik 1 bulan dan KB Suntik 3 bulan telah menggunakan KB
Suntik selama 1 tahun.Penggunaan kontrasepsi suntik lebih dari 1
tahun ini sesuai dengan tujuan kontrasepsi yaitu untuk
menjarangkan kehamilan. Penggunaan Kontrasepsi Suntik Progestin
Menyebabkan ketidak seimbangan hormon, dengan Penggunaan
Suntik Hormonal tersebut membuat dinding endometrium yang
semakin menipis hingga menimbulkan bercak perdarahan. Efek
pada pola haid tergantung pada lama pemakaian alat kontrasepsi
melebihi 2 tahun.
Siklus Menstruasi sebagian besar responden pengguna KB
suntik 1 bulan mengalami siklus menstruasi normal dan responden
pengguna KB suntik 3 bulan mengalami siklus menstruasi tidak
normal.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Antika dita (2014) menyatakan dari 71 responden yang diteliti
sebagian mengalami siklus menstruasi tidak normal menggunakan
kontrasepsi KB suntik DMPA (100%) untuk siklus normal
(31%) pada akseptor KB suntik cyclofem. Siklus menstruasi
merupakan waktu sejak hari pertama menstruasi sampai datangnya
menstruasi periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus menstruasi

88
adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang lalu dan
mulainya menstruasi berikutnya.

b) Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Pemeriksaan IVA Test Pada


Wanita Usia Subur Di Desa Babakan Kecamatan Ciparay Kab
Bandung (Fahmi Fadah, dkk. 2019)
Sampai saat ini kanker serviks masih merupakan masalah
kesehatan perempuan di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian
dan angka kematian akibat kanker serviks yang tinggi. Keterlambatan
diagnosis pada stadium lanjut, keadaan umum yang lemah, status
sosial ekonomi yang rendah, keterbatasan sumber daya, keterbatasan
sarana dan prasarana, jenis histopatologi dan derajat pendidikan ikut
serta dalam menentukan prognosis dari penderita.
Deteksi dini kanker serviks lewat pemeriksaan IVA (Inspeksi
Visual Asam Asetat) dianggap dapat membantu menyelamatkan
banyak wanita karena relatif mudah dilakukan dan hasilnya cepat
diperoleh. Insiden kanker serviks sebenarnya dapat ditekan dengan
melakukan upaya pencegahan primer seperti meningkatkan atau
intensifikasi kegiatan penyuluhan kepada masyarakat untuk
menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko terkena
kanker, melakukan immunisasi dengan vaksin HPV dan diikuti
dengan deteksi dini kanker serviks tersebut melalui pemeriksaan pap
smear atau IVA (inspeksi visual dengan menggunakan asam acetat).
Saat ini cakupan “screening” deteksi dini kanker serviks di
Indonesia melalui pap smear dan IVA masih sangat rendah (sekitar 5
%), padahal cakupan “screening” yang efektif dalam menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian karena kanker serviks adalah
85 %.
Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) adalah
pemeriksaan leher rahim secara visual menggunakan asam cuka
dengan mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah

89
pengolesan asam cuka 3-5% (Depkes RI, 2009). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Sankaranarayanan, et. al tentang
perbandingan pasien kanker leher rahim yang meninggal dunia pada
kelompok yang dilakukan deteksi dini dengan IVA dan pada
kelompok yang tidak dilakukan deteksi dini pada negara berkembang
(India) didapatkan hasil bahwa mereka yang melakukan skrining IVA,
35% lebih sedikit yang meninggal dunia dibanding mereka yang tidak
mendapat skrining IVA. Mayoritas perempuan yang terdiagnosa
kanker serviks biasanya tidak melakukan deteksi dini (skrining) atau
tidak melakukan tindak lanjut setelah ditemukan adanya hasil
abnormal. Tidak melakukan deteksi dini secara teratur merupakan
faktor terbesar penyebab terjangkitnya kanker serviks pada seorang
wanita, terutama karena belum menjadi program wajib pelayanan
kesehatan (Emelia.2014) .
Pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi wanita usia subur akan pentingnya pemeriksaan IVA tes
secara rutin setiap tahun nya, sebagai salah satu cara untuk mencegah
terjadinya kanker serviks.

c) Pengaruh Perubahan Fisik Terhadap Kecemasan Wanita Dalam


Menghadapi Pre Menopause Di Desa Paluh Manan Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019 (Bintang
Hartati Nasution. 2019)
Kecemasan merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Rasa khawatir, gelisah, takut, panik dan sebagainya
merupakan gejala umum akibat cemas. Sering kali cemas
menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar- debar, berkeringat, sakit
kepala, bahkan gangguan fungsi seksual dan lain-lain.
Banyak perubahan yang akan dialami baik fisik maupun prikologis
terkait dengan hormon. perubahan fisik dan gejala yang akan terjadi

90
pada perempuan pada masa premenopause adalah Perdarahan, rasa
panas (hot flus), Insomnia (susah tidur), dan cemas (Lestary, D.2010)
Fase Menopause, Terhentinya menstruasi. Perubahan dan
keluhan psikologis dan fisik semakin menonjol, berlangsung sekitar 3-
4 tahun pada usia 46-59 tahun. Fase postmenopause, Terjadi pada usia
diatas 60 tahun, wanita beradaptasi terhadap perubahan psikologis
dan fisik, keluhan semakin berkurang (Herawati, 2009 dalam
Bintang H.N. 2019). Faktor utama yang mempengaruhi pre
menopause adalah cemas. Kecemasan yang kita rasakan akan
sangat menentukan waktu kecepatan atau bahkan keterlambatan masa-
masa pre menopause. Ketika seorang perempuan lebih sering
merasa cemas dalam kehidupannya, maka bisa diprediksikan
bahwa dirinya akan tertimpa pre menopause lebih dini. Sebaliknya
juga, seorang perempuan yang lebih santai dan rileks dalam hidup,
biasanya masa-masa pre menopausenya lebih lambat. (Lestary,
D,2010).

d) Pemberdayaan Masyarakat Pada Wanita Usia Subur


Melaluideteksi Dini Kanker Payudara Dengan Metode Sadari
Sebagaiupaya Awal Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan Ibu
( Eny Retna Ambarwati dan Isabela Rahmawati.2020). Jurnal
Pengabdian Al-Ikhlas

Salah satu cara deteksi dini kanker payudara yaitu dengan


melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI). Pemeriksaan
ini dapat dilakukan sendiri tanpa harus pergi ke petugas kesehatan dan
tanpa biaya. American Cancer Society dalam proyek skreening kanker
payudara menganjurkan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI)
walaupun tidak dijumpai keluhan apapun. Melakukan deteksi dini
dapat menekan angka kematian sebesar 25-30% (Mulyani &
Rinawati, 2013). Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah

91
sangat penting sebagai langkah awal untuk mengetahui apakah
menderita kanker payudara atau tidak. Adanya informasi tentang
SADARI serta kanker payudara menjadi motivasi para wanita usia
subur untuk menambah pengetahuan.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Menurut Notoatmodjo
(2010), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang antara lain adalah pendidikan dan informasi. Sehingga
dengan banyaknya wanita usia subur yang memperoleh informasi dari
berbagai sumber mengenai upaya pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dapat mambantu dan meningkatakan perilakunya dalam
upaya pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

e) Factors Associated with cervical cancer screening uptake :


Implications for the health of women in jordan ( Suzana Q. Al-
maro, at all. 2020).
Kanker serviks uteri merupakan salah satu kanker paling
umum di negara berkembang dan kanker tersering ketiga di antara
wanita di seluruh dunia, dengan perkiraan 569.847 kasus baru dan
311.365 kematian pada tahun 2018 seperti yang dilaporkan oleh
Bruni et al. Kanker serviks biasanya berkembang perlahan, yang
berarti sebagian besar kasus dapat diidentifikasi fi ed dan dikelola
ketika skrining dilakukan secara teratur.
Skrining dini untuk mendeteksi kasus pada tahap prakanker
bila memerlukan penatalaksanaan sederhana dapat mencegah kanker
serviks. Yang paling diterima dan paling mahal secara internasional
ff Metode skrining efektif adalah tes Pap seperti yang dilaporkan
oleh Hawkins et al.
Faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan serapan
skrining kanker serviks adalah umur, status perkawinan, tingkat

92
pendidikan, status pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Faktor-faktor
ini masuk memengaruhi wanita, praktek skrining dan telah diteliti
oleh banyak peneliti yang tertarik pada promosi skrining kanker.
Metode rancangan menggunakan desain cross-sectional /
korelasi digunakan untuk memfasilitasi pengumpulan data dari
subset populasi dan mengidentifikasi variabel independen dan
asosiasi di antara mereka. Populasi sasaran termasuk wanita
Yordania yang sudah menikah berusia 21 hingga 65 tahun.

Prediktor Skrining Kanker Serviks. Menunjukkan hasil


analisis regresi logistik yang dilakukan untuk mengidentifikasi
prediktor skrining kanker serviks. Regresi logistik mengungkapkan
bahwa kemungkinan wanita diskrining untuk kanker serviks setelah
menerima dorongan untuk melakukannya dari penyedia layanan
kesehatan (perawat atau bidan) setelah tes Pap adalah 5,24 kali
lebih besar daripada wanita yang tidak pernah menjalani tes Pap.
Hasil ini menunjukkan bahwa penyedia layanan kesehatan '
Dorongan dapat menjadi faktor dalam meningkatkan kemungkinan
skrining kanker serviks. Dengan kata lain, ketika dorongan penyedia
layanan kesehatan meningkat, kemungkinan kanker serviks.

Temuan dari penelitian ini mengungkapkan bahwa hanya


31% dari peserta yang benar-benar diskrining untuk kanker serviks.
Ini fi Temuan ini konsisten dengan sebagian besar penelitian lain
yang dilakukan di negara berpenghasilan tinggi hingga menengah
lainnya. Tingkat partisipasi 39,4% dilaporkan untuk Qatar, di mana
wanita melakukan tes Pap sekali seumur hidup. Rendahnya angka
kejadian skrining kanker serviks. Dalam penelitian ini dapat
dikaitkan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan bagaimana
perempuan memanfaatkan layanan kesehatan. Data terbaru
menunjukkan bahwa 85% penduduk memiliki asuransi kesehatan.
Selain itu, Kementerian Kesehatan dan sektor swasta menyediakan

93
layanan kesehatan preventif primer dan sekunder, seperti layanan
skrining (DoS, 2013).

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa partisipan


sangat mempersepsikan bahwa setiap wanita usia subur berisiko
terkena kanker serviks dan kerentanannya meningkat dengan
meningkatnya jumlah kehamilan. Oleh karena itu, wanita merasa
bahwa ada risiko pengembangan kanker pada berbagai kelompok
usia tidak hanya pada kelompok usia yang lebih tua dan sanggup.
Mayoritas setuju bahwa kematian akibat kanker serviks jarang
terjadi jika terdeteksi sejak dini. Namun, terlepas dari persepsi ini,
jumlah pemeriksaan serviks masih rendah, yang menyoroti
kebutuhan untuk menyelidiki apakah faktor lain memengaruhi
keputusan untuk mematuhi rekomendasi penyaringan.

94
DAFTAR PUSTAKA

Bintang Hartati Nasution. 2019. Pengaruh Perubahan Fisik Terhadap


Kecemasan Wanita Dalam Menghadapi Pre Menopause Di Desa Paluh
Manan Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Flora Surela
BKKBN. ( 2015 ). Rencana Strategis Program Keluarga Berencana
Nasional. Jakarta: BKKBN.
Chrita Palancia Esposit, at all. 2019. Beliefs and us of intrauterine devices(IUDs)
Among Women’s Health Care Providers.The journal for nurse
practitioners

Dalimawaty Kadir. 2018. Hubungan Sumber Informasi Dengan Keputusan Ibu


Menyusui Memilih Kontrasepsi Mal Di Desa Aek Nabara Kabupaten
Padang Lawas Tahun 2018. Jurnal ners dan kebidanan
Diah Eko Martini & Eny Rachmawati.2020. Lama Penggunaan Implant terhadap
Siklus dan Periode Menstruasi di PMB Kirang Naning Amd.Keb. Desa
Kedali Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan. Jurnal media komunikasi
ilmu kesehatan
Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah.2016. Profil Dinas Kesehatan Kalimantan
Tengah
Eny Retna Ambarwati dan Isabela Rahmawati. 2020. Pemberdayaan Masyarakat
Pada Wanita Usia Subur Melaluideteksi Dini Kanker Payudara Dengan
Metode Sadari Sebagaiupaya Awal Untuk Meningkatkan Derajat Kesehatan
Ibu. Jurnal Pengabdian Al-Ikhlas
Fahmi Fadah, dkk. 2019. Deteksi Dini Kanker Serviks Melalui Pemeriksaan IVA
Test Pada Wanita Usia Subur Di Desa Babakan Kecamatan Ciparay Kab
Bandung. Sekolah tingg ilmu kesehatan Immanuel Bandung
Handayani, Sri. 2010. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas dengan Minat
Penggunaan IUD di BPS SW. Semarang: UNIMUS
Hidayati, Elli. 2017. Buku Ajaran Kesehatan Perempuan dan Perencanaan
Keluarga. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta

95
Kemenkes RI.(2018).Kesehatan Reproduksi dan seksual bagi calon pengantin.
Jakarta : Kemenkes RI
Kumalasari, Intan 2018. Modul Keperawatan Maternitas Metode Kontrasepsi
Keluarga Berencana. Palembang : Poltekkes Palembang
Lestari Handayani, dkk. 2012. Jurnal Peningkatan Informasi tentang KB : Hak
Kesehatan Reproduksi yang perlu diperhatikan oleh program pelayanan
keluarga berencana. Surabaya : Badan Penelitian dan Pengenbangan
kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Prijatni, Ida & Sri Rahayu. 2016. Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Modul Bahan Ajar Cetak Kebidanan
Purwoastuti, E. (2015) Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarga
Berencana. Yogyakarta : Pustaka Baru.

Rya Anastasya Siregar.2019. Hubungan Pengetahuan Pus Tentang Alat


Kontrasepsi Mow Dengan Minat PUS Terhadap Alat Kontrasepsi MOW di
Praktek Bidan Hj. R Batubara Kota Padangsidimpuan. Jurnal kesehatan
ilmiah indonesia
Sari, Y. 2011. Pengertian KB.http://posyandu.org/pengertian-kb. (diakses tanggal
16 desember 2012)

Suci Murniasih & Happy Dwi Aprillina.2019. Deskripsi Siklus Menstruasi Pada
Wanita Usia Subur dengan Akseptor KB Suntik. Journal of holistic nursing
science.
Suhartatik . Amriati Mutmainna.(2019). Pengaruh Penggunaan Alat Kontrasepsi
IUD Dan Suntik Terhadap Siklus Haid Diwilayah Kerja Puskesmas
Tamalanrea Jaya Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Sukarni, I. 2013. Buku Ajaran Keperawatan Maternitas. Yogyakarta :
Nuhamedika
Sulistyawati, A. 2011, Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika
Suzanne Q. Al-amro. 2020. Factors Associated with Cervical cancer Screening
uptake: Implications for the health of women in jordan. Infections disease in
obstetrics and gynecology

WHO: word health organization.2014. maternal mortality

96
Wilujeng, Rachel Dwi. 2013. Modul Kesehatan Reproduksi. Surabaya : Akbid
Griya Husada

97

Anda mungkin juga menyukai