Pedoman K3 Akreditasi Klinik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.

Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian


materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses
produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas.
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam
dengan baik Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja
di beberapa negara maju (dari beberapa pengamatan) menunjukan
kecenderungan peningkatan prevalensi.Sebagai faktor penyebab, sering
terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta
keterampilan pekerja yang kurang memadai.Banyak pekerja yang
meremehkan risiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat-alat
pengaman walaupun sudah tersedia. Dalam penjelasan undang-undang
nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah mengamanatkan antara
lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar
tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan
lingkungan disekitarnya.
Setiap orang membutuhkan pekerjaan untuk memenuhi kebutuan
hidupnya. Dalam bekerja Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena seseorang yang
mengalami sakit atau kecelakaan dalam bekerja akan berdampak pada diri,
keluarga dan lingkungannya. Salah satu komponen yang dapat meminimalisir
Kecelakaan dalam kerja adalah tenaga kesehatan.Tenaga kesehatan
mempunyai kemampuan untuk menangani korban dalam kecelakaan
kerja dan dapat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya
keselamatan dan kesehatan kerja.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Kesehatan, Pasal


23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja
yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit
atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan
isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Klinik Pratama Satbrimob
Polda Jatim termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai
ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak
hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di Klinik Pratama,
tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung Klinik Pratama. Sehingga
sudah seharusnya pihak pengelola Klinik Pratama menerapkan upaya-
upaya K3 di Klinik Pratama.

Selain itu seperti yang tercantum dalam pasal 7 ayat 1 Undang-undang


No.44 Tahun 2009 tentang Klinik Pratama, bahwa Klinik Pratama harus
memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan”, yang mana persyaratan -
persyaratan tersebut salah satunya harus memenuhi unsur K3 di dalamnya.
Dan bagi Klinik Pratama yang tidak memenuhi persyaratan-persyaratan
tersebut tidak diberikan izin mendirikan, dicabut atau tidak diperpanjang
izin operasional Klinik Pratama (Pasal 17).

Bahaya – bahaya potensial di Klinik Pratama yang disebabkan oleh


faktor biologi (virus, bakteri, jamur, parasit); faktor kimia (antiseptik,
reagen, gas anastesi); faktor ergonomi (lingkungan kerja, cara kerja, dan
posisi kerja yang salah); faktor fisik (suhu, cahaya, bising, listrik, getaran
dan radiasi); faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja, hubungan
sesama pekerja / atasan) dapat mengakibatkan penyakit dan kecelakaan
akibat kerja.
PAK di Klinik Pratama, umumnya berkaitan dengan faktor biologi
(kuman patogen yang berasal umumnya dari pasien); faktor kimia
(pemaparan dalam dosis kecil yang terus menerus seperti antiseptik
pada kulit, gas anestesi pada hati); faktor ergonomi (cara duduk salah,
cara mengangkat pasien salah); faktor fisik (panas pada kulit, tegangan
tinggi pada sistem reproduksi, radiasi pada sistem sel darah); faktor
psikologis (ketegangan di kamar bedah, penerimaan pasien gawat
darurat, bangsal penyakit jiwa, dan lain-lain). Sumber bahaya yang ada
di Klinik Pratama harus diidentifikasi dan dinilai untuk menentukan
tingkat risiko, yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan PAK.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Klinik Pratama perlu
dibuat standar pelayanan K3 Klinik Pratama yang merupakan pedoman
bagi Puskesmas dalam upaya-upaya melaksanakan program kesehatan
dan keselamatan kerja secara komprehenship sehingga
tercipta kondisi lingkungan yang sehat dilingkungan rumah sakit yang
pada akhirnya terciptanya kualitas pelayanan kesehatan yang aman
rumah.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Sebagai pedoman oleh pihak manajemen untuk terciptanya cara
kerja, lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam rangka
meningkatkan derajat kesehatan karyawan Klinik Pratama.
2. Tujuan Khusus
a. Menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di Klinik Pratama..
b. Mengendalikan dan meminimalisasi potensi bahaya-bahaya yang
mempengaruhi situasi dan kondisi di Klinik Pratama.
c. Meningkatkan mutu pelayanan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di Klinik Pratama..
d. Meningkatkan pengetahuan bagi pihak manajemen Klinik
Pratama. dalam pengambilan keputusan dan kebijakan tentang
penyelenggaraan K3.
e. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan kepada karyawan atau
para medis Klinik Pratama tentang penyelenggaraan K3.

C. Sasaran Pedoman
Ruang Lingkup kegiatan K3 Klinik Pratama mencakup seluruh area di
sekitar dan berlaku terhadap :
1. Staf;
2. Pengunjung Klinik;
3. Pasien;
4. Masyarakat di lingkungan sekitar Klinik Pratama.

D. Ruang Lingkup Pedoman


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
3. Keputusan Menkes Nomor 1405 / Menkes/ SK /XI/ 2002 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan
Industri.
4. Keputusan Menkes Nomor 876 /Menkes /SK /VIII / 2001 tentang
pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
Menkes /SK /X / 2004 tentang Persyaratan Kesehatan
lingkungan Rumah Sakit.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan.
7. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisa
Mengenai Dampak Lingkungan.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang
pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
10. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit
Yang Timbul Karena Hubungan Kerja.
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 351/Menkes/SK/III/2003
tentang Komite Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor
Kesehatan.

E. Batasan Operasional :
1. Batasan yang berhubungan dengan pasien atau pengunjung Klinik Pratama
Satbrimob Polda Jatim;
2. Batasan yang berhubungan dengan peralatan kesehatan dan properti Klinik
Pratama. Satbrimob Polda Jatim;
3. Risiko yang berhubungan dengan staff Klinik Pratama. Satbrimob Polda Jatim.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia :

RIIL DIK TUGAS


1 Dokter Memberikan Pelayanan pada Pasien
7 Perawat Menjadi Asisten Dokter
5 Bidan Membantu pelyanan di Poli KIA
2 Non Medis Sebagai Pelayan Kebersihan Klinik

2. Dokter dan Kesehatan Keselamatan Kerja


Upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan dan rehabilitasi.
3. Perawat K3 adalah upaya terpadu seluruh pekerja, pasien,
pengunjung / pengantar orang sakit untuk menciptakan lingkungan
kerja, tempat kerja untuk rumah sakit yang sehat, aman, nyaman baik
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar rumah sakit Jauh Dari Resiko
Cedera.
4. Bidan Kesehatan Kerja Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang
pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu
tempat kerja dalam waktu tertentu Resiko Cedera Pada KIA.Prinsip
kesehatan kerja dilakukan dengan melakukan penyerasian

5. Upaya K3 Non Medis Klinik Pratama.


Upaya K3 di Klinik Pratama. menyangkut tenaga kerja, cara/metode kerja,
alat kerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Upaya ini meliputi
peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan kinerja setiap
petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan resulfante dari tiga
komponen K3 yaitu kapsitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.

B. Distribusi Ketenagaan Yang dimaksud :


a. Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk
menyelesaikan pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja
dalam waktu tertentu.
b. Beban kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik
secara fisik maupun non fisik dalam menyelesaikan pekerjaannya,
kondisi tersebut
dapat diperberat oleh kondisi lingkungan yang tidak mendukung
secara fisik atau non fisik.
c. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan tempat kerja yang
meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi dan psikososial yang
mempengaruhi pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya.

C. Jadwal Kegiatan dan Bahaya-bahaya potensial di Klinik Pratama.dapat


dikelompokkan seperti dalam tabel berikut :

a. Pengecekkan Bahan Bahaya fisik  4 kali dalam Seminggu.


b. Pemeliharaan kimia  dalam 1 kali Seminggu.
c. Cara kerja yang salah, diantaranya posisi kerja statis, angkat
angkut pasien, membungkuk, menarik, mendorong
d. Bahaya mekanik  Cara kerja yang salah, diantaranya posisi
kerja statis, angkat angkut pasien, membungkuk, menarik,
mendorong.
e. Bahaya listrik  Sengatan listrik, hubungan arus pendek,
kebakaran, petir, listrik statis.
f. Kecelakaan  Kecelakaan benda tajam.
g. Limbah Klinik Prtama Limbah medis (jarum suntik, vial,obat,
nanah, darah) limbah non medis, limbah cairan tubuh manusia
(misal: droplet, liur, sputum). Di Cek dalam 3 Kali Seminggu.

BAB III
STANDAR FASILITAS

1. Denah Ruangan :
DENAH RUANGAN

A. K3
RUANGAN K3

Penyimpanan
Limbah K3

KAMAR 1 K3 KAMAR 2 K3 KAMAR 3 K3

a. Denah Pelayanan Pembudayaan perilaku K3 Klinik Pratama. adalah


upaya advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran Klinik Pratama.,
baik bagi SDM rumah sakit, pasien maupun pengantar / pengunjung
Klinik Pratama. termasuk penyebaran brosur, poster, pamflet, dan
lainnya termasuk promosi kesehatan.
b. Denah dan SDM K3 Klinik Pratama. adalah upaya peningkatan
kapasitas petugas di bidang K3 Klinik Pratama. melalui upaya
pendidikan dan latihan baik dalam maupun luar daerah melalui
kegiatan, pelatihan lanjutan, workshop, dll.

2. STANDAR FASILITAS

a. kesehatan kerja adalah pembinaan dan pengawasan keselamatan /


keamanan sarana, prasarana,dan peralatan rumah sakit, termasuk
pembinaan pengawasan perlengkapan keselamatan, maupun dalam hal
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Lingkungan Kegiatan :
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat
kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi
bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat
mengganggu proses produksi secara menyeluruh,
merusak lingkungan yang pada akhirnya akan
berdampak pada masyarakat luas. Oleh karena itu,
sangat diperlukan untuk mengetahui jenis pekerjaan
apa yang dilakukan dan bahan apa yang digunakan.
Hal tersebut dapat dilakukan dengan identifikasi
bahaya.Identifikasi bahaya harus dilakukan secara
cermat dan komprehensif, sehingga tidak ada potensi
bahaya yang terlewatkan atau tidak teridentifikasi.

B. Metode
1. Metode Perbandingan, yaitu metode yang
membandingkan rancangan terhadap suatu
standar atau desain, dan berbentuk seperti daftar
periksa (checklist). Daftar periksa menyediakan
acuan untuk menentukan potensi bahaya dalam
suatu sistem. Daftar ini dikembangkan dari
pengalaman atau standard atau hasil analisis
tertentu dengan mengumpulkan pengalaman
masa lalu dalam suatu daftar tentang apa yang
boleh dan apa yang tidak. Daftar periksa berguna
saat proses perancangan untuk membantu
ingatan dalam mengungkapkan bahaya yang
terlupakan.

2. Metode fundamental, yaitu metode yang tersusun


untuk memotivasi orang yang menerapkan
pengetahuan dan pengalaman mereka dengan
tujuan mengidentifikasi bahaya. Yang termasuk
dalam metode kelompok ini adalah :
C. Metode Sosialisasi Penerapan Budaya K3 Di Klinik Pratama
1. Pengenalan ( Awareness)
a. Sosialisasi kebijakan K3 pada setiap pertemuan atau rapat
b. Spanduk dengan pesan K3
c. Poster – poster pesan keselamatan
d. Buku saku yang berisi kebijakan K3
e. Safety briefing sebelum melaksanakan kegiatan
2. Pemahaman
a. Kursus / pelatihan
b. Seminar
D. LANGKAH KEGIATAN KESEHATAN KERJA

1. Meningkatkan sistem informasi K3


2. Menyediakan wadah fungsional terstruktur K3 dalam organisasi
3. Meningkatkan sosialisasi K3
4. Meningkatkan pengendalian sistem kerja dan perilaku selamat .
5. Meningkatkan sumber daya manusia yang professional di setiap unit kerja
mengenai K3
6. Menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja tenaga kerja dan orang lain
(pengunjung dan tamu)
7. Memenuhi semua peraturan perundang-undangan pemerintah yang berlaku
dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3)
8. Melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap Sistem Manajemen dan Kinerja
K3 guna meningkatkan Budaya K3 yang baik
9. Membangun dan memelihara Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja berkelanjutan serta sumber daya yang relevan.
10. Membangun tempat kerja dan pekerjaan sesuai dengan peraturan
perundang- undangan dan persyaratan lainnya terkait K3.
11. Menyediakan sarana dan prasarana K3 yang memadai.
12. Memberikan pendidikan ataupun pelatihan terkait Keselamatan dan
Kesehatan Kerja kepada tenaga kerja untuk meningkatkan kinerja K3
Perusahaan

Anda mungkin juga menyukai