PHBS - Tuti Dwiyana - B - G2U121024
PHBS - Tuti Dwiyana - B - G2U121024
PHBS - Tuti Dwiyana - B - G2U121024
OLEH:
TUTI DWIYANA
NIM :
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………….
…………………………………….2
DAFTAR ISI
………………………………………………………………………....3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………..……………………………………………………4
B. Tujuan Penulisan Makalah ……………………………………………………
6
C. Manfaat Penulisan Makalah
…………………………………………………..6
BAB II PEMBAHASAN
A. Perilaku Hidup bersih dan Sehat (PHBS)
……………………………………………………………………………….. 7
B. Karakteristik Sosial Masyarakat Pesisir ….…………………………….….…9
C. PHBS pada Masyarakat Wilayah Pesisir…………………………………….10
BAB III KESIMPULAN
…………………………………………………………...11
DAFTAR PUSTAKA ..…………………………………………………………….
12
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan merupakan salah satu unsur penting dalam upaya
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bangsa Indonesia yang
tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, tetapi yang lebih dominan
adalah kondisi lingkungan dan perilaku masyarakat. Isu permasalahan
kesehatan tentang kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan Air Bersih dan
Sanitasi, merupakan dua dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan SDG’s,
yang merupakan lanjutan dan penyempurnaan dari tujuan pembangunan.
Perilaku PHBS pada rumah tangga, meliputi ketersediaan air bersih, jamban,
saluran pembuangan limbah dan sarana pembuangan sampah. Daerah pesisir
adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi
oleh perubahan di darat dan laut. Catatan Riskesdas Tahun 2018 menyebutkan
bahwa ada tiga indikator GERMAS yang juga ada pada indikator PHBS
yang menjadi masalah dan belum menunjukkan perbaikan jika dibandingkan
dengan hasil Riskesdastahun 2013. Indikator pertama yaitu prevalensi merokok
pada penduduk umur 10-18 tahun sebesar 9,1%, mengalami kenaikan dibanding
Riskesdas tahun 2013 yaitu sebesar 7,2%. Indikator kedua adalah proporsi
aktivitas fisik pada penduduk umur ≥ 10 tahun rata-rata nasional adalah sebesar
33,5%. Indikator ketiga adalah proporsi konsumsi buah/sayur yang kurang pada
penduduk umur ≥ 25 tahun yaitu sebesar 95,5%.
4
Bersamaan dengan masuknya milenium baru, Departemen Kesehatan telah
mencanangkan Gerakan Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi
paradigma sehat. Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang
dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih
diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan.
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada
tiga pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku
sehat serta pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku
sehat bentuk kongkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Mengingat dampak dari
perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar (30-35% terhadap derajat
kesehatan), maka diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak
sehat menjadi sehat. Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) (Astuti, dkk, 2013).
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran setiap
anggota keluarga sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri dibidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan-
kegiatan kesehatan di masyarakat (Depkes RI, 2007). Dengan berperilaku hidup
bersih dan sehat, maka tingkat kesehatan masyarakat semakin tinggi.
Perilaku sehat dan lingkungan yang sehat perlu diupayakan dengan sungguh-
sungguh. Salah satu upaya menuju ke arah perilaku sehat dengan ditetapkannya
kebijakan nasional promosi kesehatan melalui program pembinaan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat (PHBS) yang tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 2269/MENKES/PER/XI/2011 untuk mengatur upaya peningkatan PHBS di
seluruh Indonesia.
Keberadaan lingkungan tempat tinggal yang sehat dan bersih juga merupakan suatu
kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Lingkungan merupakan salah satu peran penting
dan berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan masyarakat. Kehidupan
manusia sangat bergantung dan dipengaruhi oleh kondisi dan keberadaan lingkungannya.
Pada kenyatannya dewasa ini kondisi dan lingkungan masyarakat Indonesia masih sangat
memprihatinkan. Peristiwa-peristiwa tersebut masih banyak terjadi di lingkungan
masyarakat saat ini. Permasalahan lingkungan di Indonesia terjadi di berbagai sektor
beserta segala kompleksitas, penyebab, dan akibat masing-masing. Masalah-masalah
yang terjadi misalnya permasalahan mengenai penyediaan sarana air bersih,
permasalahan pencemaran lingkungan dengan membuang kotoran atau tinja ke air laut,
dan permasalahan
B. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang
PHBS masyarakat wilayah pesisir.
C. Manfaat Penulisan Makalah
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan tentang
PHBS masyarakat Wilayah Pesisir.
6
BAB II
PEMBAHASAN
8
Adiktif lainnya (NAPZA), tidak meludah sembarangan, dan membasmi jentik nyamuk.
(Permenkes no.2269,2011)
d. Tatanan tempat umum
Berdasarkan Permenkes no 2269/MENKES/PER/XI/2011 PHBS din tempat umum
(tempat ibadah, bandara, pertokoan, pasar, terminal, dermaga dan lain-lain), sasaran
primernya ialah masyarakat harus melakukan perilaku di lingkungan umum yang ber-
PHBS didasarkan pada indicator, cuci tangan pakai sabun, mengkonsumsi makanan
dan minuman yang sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di tempat
sampah, tidak merokok, tidak menggunakan narkotika, alkohol, Psikotropika dan Zat
Adiktif lainnya (NAPZA), tidak meludah sembarangan, dan membasmi jentik nyamuk
e. Tatanan fasilitas kesehatan
Di fasilitas kesehatan, sasaran primer yang terdiri atas pasien/klien dan petugas
kesehatan harus menerapkan perilaku sehat untuk menciptakan lingkungan fasilitas
kesehatan yang sehat. Perilaku yang dilakukan antara lain mencuci tangan dengan air
bersih dan sabun, mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, menggunakan
jamban sehat, membuang sampah di
10
a. Setiap individu dan komunitas mempunyai akses terhadap sarana sanitasi dasar
(jamban). b. Setiap rumahtangga telah menerapkan pengelolaan air minum dan makanan
yang aman di rumah tangga.
c. Setiap rumah tangga dan sarana pelayanan umum dalam suatu komunitas (seperti
sekolah, kantor, rumah makan, puskesmas, pasar, terminal) tersedia fasilitas cuci tangan
(air, sabun, sarana cuci tangan), sehingga semua orang mencuci tangan dengan benar.
d. Setiap rumah tangga mengelola limbahnya dengan benar.
e. Setiap rumah tangga mengelola sampahnya dengan benar
Hal ini sangat penting dilakukan untuk mencegah penyakit-penyakit di wilayah pesisir
yang mungkin bisa terjadi seperti diare, gangguan pernafasan, Tb dll
BAB III
KESIMPULAN
Masyaraka kiranya dapat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam
semua tatanan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan derajat kesehatan masyarakat
luas pada umumnya dan keluarga pada khususnya, utamanya di lingkungan wilayah pesisir.
Pemerintah kiranya dapat terus memaksimalkan promosi Kesehatan diwilayah pesisir
dalam upaya meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) dalam tatanan rumah tangga sehingga dapat mengubah perilaku kesehatan
yang salah sebagai upaya dalam mewujudkan masyarakat yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
12