Sejarah Palang Merah

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

SEJARAH PALANG MERAH

Sejarah PMR Indonesia tentu tidak terpisahkan dari terbentuknya Organisasi Palang
Merah. Pembentukannya diawali dengan Perang di wilayah Solferino antara Austria dan tentara
gabungan Perancis dan Sardinia pada 24 Juni 1959 yang banyak menewaskan para tentara.
Bahkan banyak para tentara dengan luka mengenaskan dibiarkan saja, hal itu juga dikarenakan
tenaga kesehatan masing-masing pihak tidak bisa menanggulangi korban, sehingga lebih banyak
korban yang berjatuhan.

Seorang bernama Henry Dunant yang melihat kejadian itu akhirnya menuliskanya pada sebuah
buku dengan judul “Un Souvenir de Solverino”, yang artinya kenangan dari Solferino. Dalam
buku tersebut ia menuangkan gagasan mengenai pembentukan organisasi relawan untuk
menolong prajurit di medan perang serta gagasan pembuatan perjanjian internasional mengenai
perlindungan prajurit yang terluka di medan perang (Kusumaatmadja, 1986:4).

Gagasan itu akhirnya membuahkan hasil dengan dilakukanya pertemuan di Jenewa, Swiss pada
17 Pebruari 1863. Melalui pertemuan itu akhirnya terbentuk Komite Internasioanl untuk tentara
yang mengalami luka / International Committee for Aid to Wounded Soldiers. Hingga pada
1875, nama komite diubah menjadi Komite Internasional Palang Merah / International

Committee of the Red Cross. Lambang yang digunakan pun dipilih dengan status netral, yaitu
lambang palang merah diatas putih. Lambang ini merupakan kebalikan dari Bendera Swiss. Hal
tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan pada Negara Swiss.

Terbentuknya Palang Merah Indonesia (PMI)


Pembentukan Palang Merah di Indonesia dimulai saat Pemerintah Hindia-Belanda
mendirikan organisasi Palang Merah pada 21 Oktober 1873 yang diberi nama Het Nederland-
Indiche Rode Kruis, yang lalu diubah menjadi Nederlands Rode Kruiz Afdelinbg Indie /
NERKAI (pmi.or.id).

Pembentukan PMI sendiri dipelopori oleh Dr. RCL. Senduk dan Dr. Bahder Djohan pada tahun
1932. Hingga pada tahun 1940 ide tersebut dibawa dalam konferensi NERKAI, namun ditolak.
Pada penjajahan jepang, ide tersebut diajukan kembali namun masih juga ditolak. Hingga setelah
proklamasi kemerdekaan, Menteri Kesehatan dr. Buntaran Martoatmodjo melalui perintah Ir.
Soekarno membentuk badan palang merah nasional. Hal tersebut diwujudkan melalui
pembentukan panitia pada 5 September 1945, yang terdiri dari Dr. R. Mochtar, Dr. Marjuki, dr.
Bahder Johan, Dr. Sitanala, dan Dr. Joenaha untuk mempersiapkan pembentukannya. Hingga
pada 17 September 1945 berhasil dibentuk suatu perhimpunan Palang Merah Indonesia.

PMI memulai tugasnya dengan membantu korban perang revolusi kemerdekaan melawan
serta pengembalian tawanan perang sekutu ataupun Jepang. Sehingga pada tahun 1950 PMI
mendapat pengakuan secara internasional dan ikut keanggotaan Palang Merah Internasional.
Selain itu, PMI juga diakui melaui Keppres No. 25 tahun 1959 serta Keppres No. 246 tahun 1963
(pmimedan.or.id).

Pada tahun 2018, akhirnya PMI menjadi organisasi kemanusiaan dengan badan hukum UU No. 1
tahun 2018, mengenai kepalangmerahan dengan menjalankan kegiatan kepalangmerahan yang
sesuai konvensi Jenewa 1949.

Dalam menjalankan kegiatanya, PMR ini memiliki tiga tingkatan yang disesuaikan dengan
fungsi dan peranya masing-masing yaitu:
1. PMR Mula, tingkatan Sekolah Dasar/SD umur 10-12 tahun. Slayernya berwarna hijau muda.
Memiliki fungsi sebagai peer leadership, dengan menjadi contoh untuk ketrampilan hidup sehat
teman sebayanya.
2. PMR Madya, diperuntukan Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan slayer berwana biru
langit. Berfungsi sebagai peer support, yaitu sebagai pemberi dukungan, bantuan, dan semangat
pada teman sebayanya dalam ketrampilan hidup sehat.

3. PMR Wira, bagi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang warna slayernya kuning cerah. Berfungsi
sebagai peer educator, yaitu sebagai pendidikan sebayanya dalam ketrampilan hidup sehat.

Untuk menjadi anggota PMR harus memenuhi beberapa syarat, diantaranya ialah:
1. Warga Negara Indonesia (WNI)

2. Usianya antara umur 7-20 tahun

3. Belum menikah

4. Bersedia ikut pelatihan dan pendidikan dasar kepalangmerahan

5. Adanya persetujuan orang tua

Prinsip PMR

Sepanjang Sejarah PMR Indonesia ketika menjalankan tugasnya, memiliki prinsip yang harus
dipegang teguh, diantaranya:
1. Kemanusiaan

Merupakan prinsip yang didasarkan untuk memberi pertolongan tanpa membedakan korban atau
pasien yang sedang terluka. Melalui gerakan ini dapat menumbuhkan rasa pengertian, kerja
sama, persahabatan, serta perdamaian.
2. Kesamaan

Memilki arti tidak membedakan baik dari segi kebangsaan, suku, ras, agama. Tujuannya adalah
untuk mengurangi penderitaan sesuai kebutuhan serta mendahulukan keadaan yang terparah dan
membutuhkan pertolongan segera.
3. Kenetralan
Netral diperlukan untuk mendapatkan kepercayaan penuh dari semua pihak. Oleh karena itu,
gerakan PMI dan PMR ini tidak boleh ikut dalam konflik politik, agama, ras, kesukuan, serta
ideologi.
4. Kemandirian

Gerakan bersifat mandiri, dimana selain membantu dalam kemanusiaan juga harus menaati
peraturan di negara masing-masing, serta menjaga tindakannya sejalan dengan prinsip yang
dianut.
5. Kesukarelaan

Dalam setiap hal yang dilakukan dilandaskan atas rasa kesukarelaan dan bukan untuk
mengharapkan imbalan.
6. Kesatuan

Dalam satu negara hanya ada satu perhimpunan, begitu pula dengan lambang yang digunakan
hanya satu diantara palang merah atapun bulan sabit merah.
7. Kesemestaan

Cakupan gerakan ini ada pada seluruh dunia. Pada masing-masing perhimpunan nasional ini
memiliki tugas dan tanggung jawab sama dalam melakukan tugas kemanusiaan.

Tri Bakti Remaja PMR

Dalam Sejarah PMR lengkap ini, setiap kali menjalankan kegiatannya memiliki prinsip dasar
atau ruang lingkup kegiatan yang dikenal dengan Tri Bakti Remaja, yaitu:
1. Berbakti pada masyarakat, misalnya dengan melakukan donor darah, kunjungan panti jompo,
dan lainnya.

2. Mempertinggi keterampilan dalam memelihara kebersihan serta kesehatan, misalnya


membersihkan lingkungan sekitar, ruangan, ataupun sekolah, serta peningkatan gizi.

3. Persahabatan Nasional dan Internasional, misalnya dengan mengadakan latgab / latihan


gabungan antar sekolah.

Anda mungkin juga menyukai