Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus adalah

suatu penyakit yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya

peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif.

Diabetes melitus berhubungan dengan risiko aterosklerosis dan merupakan

predisposisi untuk terjadinya kelainan mikrovaskular seperti retinopati, nefropati dan

neuropati (Anonim, 2010). Data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa proporsi

diabetes di Indonesia pada tahun 2018 meningkat 4 % dibandingkan tahun 2013.

(RISKESDAS 2018).

Hiperglikemia merupakan salah satu tanda khas penyakit diabetes melitus

meskipun juga mungkin didapatkan pada beberapa keadaan yang lain. Saat ini

penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka

insidensi dan prevalensi diabetes melitus tipe-2 di berbagai penjuru dunia. Badan

Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang

diabetes melitus yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. Pada buku

pedoman ini, hiperglikemia yang dibahas adalah yang terkait dengan diabetes melitus

tipe-2. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di

Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.

Laporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes melitus

sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035. Sedangkan International Diabetes
2

Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus

di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun 2035.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahun 2003, diperkirakan

penduduk Indonesia yang berusia diatas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan

mengacu pada pola pertambahan penduduk, maka diperkirakan pada tahun 2030 nanti

akan ada 194 juta penduduk yang berusia diatas 20 tahun.

Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh Departemen

Kesehatan, menunjukkan bahwa rata-rata prevalensi diabetes melitus di daerah urban

untuk usia di atas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil terdapat di Propinsi

Papua sebesar 1,7%, dan terbesar di Propinsi Maluku Utara dan Kalimantan Barat

yang mencapai 11,1%. Sedangkan prevalensi toleransi glukosa terganggu (TGT),

berkisar antara 4,0% di Propinsi Jambi sampai 21,8% di Propinsi Papua Barat dengan

rerata sebesar 10.2%

Data-data diatas menunjukkan bahwa jumlah penyandang diabetes melitus di

Indonesia sangat besar. Dengan kemungkinan terjadi peningkatan jumlah penyandang

diabetes melitus di masa mendatang akan menjadi beban yang sangat berat untuk

dapat ditangani sendiri oleh dokter spesialis/subspesialis atau bahkan oleh semua

tenaga kesehatan yang ada.

Penyakit diabetes melitus sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya

manusia dan berdampak pada peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar. Oleh

karenanya semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah, seharusnya ikut serta
3

secara aktif dalam usaha penangglukosangan diabetes melitus, khususnya dalam

upaya pencegahan.

Peran dokter umum sebagai ujung tombak di pelayanan kesehatan primer

menjadi sangat penting. Kasus diabetes melitus sederhana tanpa penyulit dapat

dikelola dengan tuntas oleh dokter umum di pelayanan kesehatan primer. Penyandang

diabetes melitus dengan kadar glukosa darah yang sulit dikendalikan atau yang

berpotensi mengalami penyulit diabetes melitus perlu secara periodik dikonsultasikan

kepada dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam

konsultan endokrin metabolik dan diabetes di tingkat pelayanan kesehatan yang lebih

tinggi di rumah sakit rujukan. Pasien dapat dikirim kembali kepada dokter pelayanan

primer setelah penanganan di rumah sakit rujukan selesai.

Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan disandang seumur

hidup. Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta dokter, perawat, ahli gizi,

dan tenaga kesehatan lain. Pasien dan keluarga juga mempunyai peran yang penting,

sehingga perlu mendapatkan edukasi untuk memberikan pemahaman mengenai

perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan diabetes melitus.

Pemahaman yang baik akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga

dalam upaya penatalaksanaan diabetes melitus guna mencapai hasil yang lebih baik.

Keberadaan organisasi profesi seperti PERKENI dan IDAI, serta perkumpulam

pemerhati diabetes melitus yang lain seperti PERSADIA, PEDI, dan yang lain

menjadi sangat dibutuhkan. Organisasi profesi dapat meningkatkan kemampuan

tenaga profesi kesehatan dalam penatalaksanaan diabetes melitus dan perkumpulan


4

yang lain dapat membantu meningkatkan pengetahuan penyandang diabetes melitus

tentang penyakitnya dan meningkatkan peran aktif mereka untuk ikut serta dalam

pengelolaan dan pengendalian diabetes melitus.

Saat ini diperlukan standar pelayanan untuk penanganan hiperglikemia terutama

bagi penyandang diabetes melitus guna mendapatkan hasil pengelolaan yang tepat

guna dan berhasil guna, serta dapat menekan angka kejadian penyulit diabetes

melitus. Penyempurnaan dan revisi standar pelayanan harus selalu dilakukan secara

berkala dan disesuaikan dengan kemajuan ilmu mutakhir yang berbasis bukti,

sehingga dapat diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya bagi penyandang diabetes

melitus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat di identifikasi adalah :

a. Berapakah pasien diabetes melitus yang positif diabetes melitus tipe 2 pada

periode januari – maret 2020

 Usia 40 tahun – 60 tahun ?

 Pengobatan dengan metformin, glimepiride dan acarbose ?

b. Penyakit diabetes melitus banyak dijumpai pada jenis kelamin pria atau wanita

c. Pada usia berapakah diabetes melitus tipe 2 banyak diderita ?


5

d. Seperti apakah pemilihan dan kerasionalan pemberian obat diabetes melitus

sudah sesuai dengan standar dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia ?

e. Apakah ada penderita diabetes melitus yang berulang pada masa penelitian ini

berlangsung ?

f. Berapakah jumlah sampel yang akan diteliti ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengevaluasi ketepatan penggunaan obat antidiabetes yang diberikan kepada

pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Cimalaka.

2. Mendapatkan gambaran tentang pola peresepan dan kerasionalan penggunaan

antidiabetes pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas Cimalaka

1.4 Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai ketepatan

pemberian obat antidiabetes pada pasien diabetes melitus tipe 2 di Puskesmas

Cimalaka.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas Cimalaka dan waktu penelitian

dilakukan pada bulan Januari – maret 2020

Anda mungkin juga menyukai