Bab 1,2,3
Bab 1,2,3
Bab 1,2,3
PENDAHULUAN
yang menular atau tidak menular dan penyakit akut atau kronik. Untuk
penyakit tidak menular salah satunya adalah diabetes melitus, sebagai salah
melitus merupakan salah satu dari empat penyakit tidak menular yang di
penyakit yang rentang waktunya menahun dan penyakit yang tidak menular
mengalami pelonjakan setiap tahunnya. Pada tahun 2018, lebih dari 422 juta
orang dewasa hidup dengan penyakit diabetes melitus. Pada tahun 2019,
Pada tahun 2021 IDF mencatat 537 juta orang dewasa dengan usia 20 tahun
umur penduduk, angka diprediksi terus meningkat sampai dengan 578 juta
1
Prevalensi penderita diabetes melitus tertinggi di dunia pada tahun 2021
dengan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 140,9 juta. Kedua yaitu
India dengan jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 74,2 juta. Yang
berjumlah 78,3 juta penderita. Dimana dari negara-negara yang ada di Asia
melitus pada penduduk berusia 15 tahun, pada hasil Riskesdas tahun 2013
pemeriksaan gula darah meningkat dari 6,9% pada tahun 2013, menjadi
8,5% pada tahun 2018. Dari hasil ini menunjukkan bahwa hanya sekitar
diabetes melitus.
tahun 2013 dan 2018, yaitu DI Yogyakarta, DKI Jakarta, Sulawesi Utara,
2
dan Kalimantan Timur. Pada tahun 2018, Gorontalo merupakan salah satu
disamping Riau, DKI Jakarta, Banten, dan Papua Barat (Riskesdas, 2018).
melitus pada tahun 2020 sebanyak 3.908 penderita, pada tahun 2021 terjadi
penderita. Dimana data ini terdiri dari satu Kota Gorontalo dan dari lima
dimana terjadi penurunan fungsi organ. Gaya hidup, meliputi pola makan
yang tidak sehat, jarang berolahraga atau beraktivitas fisik, dan obesitas.
3
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak
dan protein yang terjadi ketika pankreas tidak mampu menghasilkan insulin
Peningkatan kadar gula darah atau hiperglikemi yang tidak terkontrol dapat
berasal dari semua lapisan umur serta tidak membedakan orang kaya
melitus. Gejala yang sering dirasakan yaitu rasa haus, sering kencing,
banyak makan tetapi terjadi penurunan berat badan, gatal-gatal, dan badan
terasa lemah.
melitus dapat dikelompokkan dalam empat pilar, yaitu edukasi, terapi nutrisi
suatu prinsip pengaturan makanan yang baik dan bagian yang sangat
4
Terapi nutrisi medis atau diet merupakan perencanaan pola makan yang
seimbang dan sesuai dengan kadar kalori dan zat gizi masing-masing
Oleh karena itu, penderita diabetes melitus banyak yang merasakan jenuh
dan stres karena harus menaati program diet yang harus diterapkan selama
hidupnya. Dengan adanya terapi nutrisi medis dapat mengubah gaya hidup
makan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan jumlah makanan yang harus
kebiasaan makan sebelum sakit dan pola makan saat sakit. Keberhasilan
Widayati, 2018).
melitus sudah banyak yang mengetahui anjuran untuk diet, akan tetapi tidak
makanan diet banyak yang tidak menyenangkan atau tidak enak sehingga
5
diabetes melitus tersebut, dikarenakan bahwa pengetahuan ialah dasar untuk
pengetahuan yang tidak baik dapat mewujudkan perilaku yang tidak baik.
tingkat stres yang tinggi, yang berkaitan dengan treatment yang harus
merubah pola hidup dan diet, hal ini sulit untuk dijalankan dikarenakan
selama hidup, dan kemudian harus diubah secara drastis. Stres yang dialami
Puskesmas Tapa yang didapatkan dari wawancara dengan salah satu petugas
6
kesehatan, pada tahun 2022 jumlah penderita diabetes melitus yang dilayani
merasakan stres dengan anjuran yang diberikan oleh dokter dengan tanda
merasa bingung dengan apa yang akan dikonsumsi dan dihindari, dan
kadang bosan dengan apa yang dikonsumsi. Dua penderita lainnya merasa
kadar gula darahnya, dan pernah merasakan stres dengan anjuran tersebut,
Tapa.
7
3. Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo mencatat penderita diabetes melitus
pada tahun tahun 2022 jumlah penderita diabetes melitus sebanyak 13.678
penderita.
penderita.
Tapa yang didapatkan dari wawancara dengan salah satu petugas kesehatan,
pada tahun 2022 jumlah penderita diabetes melitus yang dilayani sesuai
darah minimal satu kali dalam sebulan, edukasi perubahan gaya hidup dan
terapi nutrisi medis, dan melakukan rujukan jika perlu. Di dapatkan enam
yang diberikan oleh dokter dengan tanda merasa bingung dengan apa yang
akan dikonsumsi dan dihindari, dan kadang bosan dengan apa yang
dikonsumsi.
Puskesmas Tapa?”
8
Tujuan umum dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan tentang diet dengan tingkat stres menjalani diet pada
1.5.1. Teoritis
1.5.2. Praktis
9
1. Responden
2. Puskesmas
3. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar atau bahan rujukan
diabetes melitus.
10
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
yang bersifat negatif yang dapat menyebabkan stres tetapi hal positif juga
11
sebagai hasil dari permintaan yang dirasakan pada organisme yang
faktor yaitu:
1. Kondisi biologis
yang berkelanjutan.
2. Kondisi psikologis
modern.
idamkan.
12
4) Berbagai kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat
3. Kondisi sosio-kultural
kancah stres sosio kultural yang cukup berat. Perubahan sosio ekonomi
sebagai berikut:
terasa tegang, sering ingin buang air kecil, sulit tidur, gangguan pada
sebagainya.
13
3. Gejala perilaku, yaitu: Berbicara cepat, menggigit kuku, menggoyang-
berkurang).
tingkatan yaitu:
1. Stres ringan
teratur, seperti banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan.
Situasi stres ringan berlangsung beberapa menit saja atau jam saja.
tantangan hidup.
2. Stres sedang
Penyebab dari stres sedang ini yaitu situasi yang tidak terselesaikan
dengan rekan, anak yang sakit, atau ketidakhadiran yang lama dari
14
anggota keluarga. Ciri-ciri dari stres sedang ini seperti sakit perut,
terasa ringan.
3. Stres berat
yaitu:
1. Stres fisik merupakan stres yang diakibatkan oleh suhu atau temperatur
yang terlalu tinggi atau rendah, suara ruangan yang bising, dan cahaya
15
disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan
penyakit.
perkembangan.
dan buruknya hasil medis. Seperti kontrol gula darah yang memburuk,
16
5. Beban penyakit yang lebih banyak dan lamanya menderita diabetes
melitus
diet yang telah dianjurkan. Penyakit diabetes melitus ini tidak bisa
karbohidrat dan lemak, sehingga stres dapat menjadi musuh yang paling
berbahaya bagi pelaksanaan diet. Oleh karena itu, penderita perlu selalu
17
makanan yang disenangi tetapi tetap memperhatikan aturan diet yang
gizi, dan agar tidak merasakan jenuh dalam menjalankan terapi diet.
berperilaku yang baru, maka dalam diri seseorang tersebut akan terjadi
18
3. Menimbang-nimbang (Evaluation), ketika seseorang dapat
dirinya.
stimulus.
1. Tahu (Know)
2. Memahami (Comprehension)
19
3. Aplikasi (Application)
4. Analisis (Analysis)
5. Sintesis (Synthesis)
6. Evaluasi (Evaluation)
20
2.2.3. Tujuan Terapi Diet Diabetes Melitus
ambang normal.
optimal.
makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi
1. Tidak mengonsumsi kopi, jus buah, teh, soda, dan minuman manis
21
2. Dalam satu hari makan tiga kali sehari dengan mengonsumsi sayur
dan buah-buahan.
3. Ketika ingin mengemil lebih memilih kacang, buah segar atau yoghurt
berikut:
1. Jadwal
diabetes melitus terbagi dalam 3 porsi besar, yaitu makan pagi sebesar
22
20%, makan siang sebesar 30%, dan sore sebesar 25%, serta 2-3 porsi
2. Jenis
tinggi serat.
3. Jumlah
23
ketidakcukupan energi secara berangsur-angsur akan mengakibatkan
dihitung setelah diketahui Berat Badan Ideal (BBI) dan indeks massa
yang dimodifikasi:
Klasifikasi IMT:
a. BB kurang <18,5
b. BB Normal 18,5-22,9
c. BB Lebih ≥23,0 =
24
Obes I 25-29,9
Obes II ≥30
1. Jenis Kelamin
2. Umur
fisik.
keadaan istirahat.
25
5). Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat seperti petani,
4. Stres metabolik
5. Berat badan
1000-1200 kal perhari untuk wanita dan 1200-1600 kal perhari untuk
pria.
kadar gula darah akibat terjadinya gangguan sekresi insulin, kerja dari
oleh salah satu organ yaitu pankreas, hormon ini berfungsi untuk
26
membantu penyerapan glukosa dalam sel-sel tubuh untuk mendalikan
(Hidayah, 2020).
insulin yang ada dalam tubuh tidak cukup atau tidak ada sama sekali
darah karena tidak dapat bergerak ke dalam sel. Dimana kondisi seperti
ini disebabkan oleh penyakit autoimun yang merusak sel beta pankreas
27
merespon sepenuhnya terhadap insulin, kondisi yang disebut resistensi
terjadi pada saat masa kehamilan. Diabetes melitus jenis ini dapat
berat badan lebih dari berat badan normal), kecacatan janin, dan
28
melitus yang sudah dewasa lebih dari 50% berasal dari keluarga yang
4. Faktor Usia, pada orang yang berusia 45 tahun keatas beresiko terkenak
melitus yaitu:
29
1. Sering merasa haus dan minum berlebihan (Polidipsi)
3. Mudah lapar dan makan lebih sering (Poliphagia), tetapi berat badan
turun drastis
4. Penglihatan kabur
7. Mudah lelah
kadar gula darah dan HbA1. Dimana pemeriksaan gula darah yang
30
krisis hiperglikemia
Pemeriksaan HbA1 6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi
oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP) dan
Diabetes Control and Complications Trial assay (DCCT).
Sumber: PERKENI (2021)
faktor risiko terbagi menjadi dua, yang pertama faktor risiko yang tidak
dapat dimodifikasi yaitu ras, etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga
lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR atau < 2.500 gram). Dan
yang kedua faktor risiko yang dapat dimofifikasi yaitu berat badan
dislipdemia, diet tidak sehat dan tidak seimbang (tinggi kalori), dan
merokok.
31
(DME), katarak, glukoma, hilangnya kemampuan fokus mata atau
penglihatan ganda.
macrovascular angiopathy.
3. Penyakit jantung
4. Neuropati diabetic
paling umum. Faktor risiko utama dari kondisi ini adalah tingkat dan
32
trauma eksternal atau tekanan internal tulang. Neuropati juga
5. Oral health
1. Pencegahan primer
2. Pencegahan sekunder
33
awal penyakit diabetes melitus. Salah satunya sering terjadi adalah
dengan :
a. Screening
orang-orang gemuk.
b. Pengobatan
c. Diet
34
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe
3. Pencegahan tersier
komplikasi yang dapat terjadi. Empat pilar tersebut adalah edukasi, terapi
1. Edukasi
35
bagi pengelolaan diabetes melitus secara holistik. Edukasi yang
intervensi obat dan pemantauan gula darah, perlunya latihan fisik yang
Makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat
3. Latihan fisik
36
Latihan fisik merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM
seminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit per
minggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
4. Terapi farmakologis
2).Obat anti hiperglikemia suntik, yang terdiri dari insulin dan agonis
GLP-1/incretin mimetic.
37
Management penelitian -0,341) memiliki hubungan
dengan Tingkat pendekatan terhadap tingkat stres saat
Stres Pasien cross menjalani diet. Diabetes
Diabetes sectional self-management memiliki
Melitus yang hubungan yang sangat kuat
Menjalani Diet dari pada tingkat
pengetahuan terhadap
tingkat stres pasien diabetes
yang menjalani diet.
Setyorini Stres dan Desain Hasil penelitian ini
(2017) Koping pada penelitian menghasilkan 3 tema dan 12
Pasien dengan yang sub tema terkait gambaran
DM Tipe 2 digunakan dari stres dan koping pada
dalam adalah pasien dengan DM tipe 2
Pelaksanaan pendekatan dalam pelaksanaan
Manajemen diskriptif manajemen diet.
Diet di Wilayah kualitatif,
Puskesmas melalui
Banguntapan II wawancara
Kabupaten yang
Bantul mendalam,
observasi dan
dokumentasi.
Aja dkk Gambaran Desain Hasil penelitian yang
(2018) Tingkat penelitian dianalisis yang menunjukan
Pengetahuan yang bahwa distribusi responden
dan Diabetes digunakan berdasarkan kelompok umur
Self- adalah cross penderita Diabetes Melitus
Management sectional yang menjalani diet lebih
dengan Tingkat study. berisiko tinggi ≥ 60 tahun
Stes pasien sebesar 41 (64.1%),
Diabetes dibandingkan dengan
Melitus yang kelompok umur yang
Menjalani Diet berisiko rendah sebesar 40-
di Puskesmas 49 tahun. Kepada variabel
Gorua pengetahuan menunjukan
Kecamatan bahwa distribusi responden
Tobelo berdasarkan tingkat
Kabupaten pengetahuan penderita
Halmahera Diabetes Melitus yang
Utara menjalani diet yang kurang
sebesar 41 (64.1%),
dibandingkan responden
dengan tingkat pengetahuan
38
yang baik lebih rendah
sebesar 23 (35.9%).
Sedangkan variabel lama
menderita menunjukan
bahwa distribusi responden
berdasarkan lama menderita
dengan Diabetes Melitus
yang menjalani diet yang
kurang > 4-6 tahun lebih
besar 41 (64.1%).
Dibandingkan responden
dengan lama menderita yang
baik ≤ 3 tahun sebesar 23
(35.9%). Dan variabel Self
Management yang baik lebih
besar 38 (59.4%).
Dibandingkan dengan
responden Self Management
yang kurang lebih rendah
sebesar 26 (40.6%).
Sedangkan variabel tingkat
stres menjalani diet yang
berat lebih besar 29 (60.9%).
Dibandingkan dengan
responden tingkat stres
menjalani diet sedang lebih
rendah sebesar 35 (39.1%).
Korengken Hubungan Desain Hasil penelitian yang
g dkk Tingkat penelitian menunjukan bahwa tidak
(2022) Pengetahuan yang terdapat hubungan yang
Dengan Tingkat digunakan signifikan antara tingkat
Stres Menjalani adalah pengetahuan dengan tingkat
Diet Penderita descriptive stres menjalani diet
Diabetes correlation penderita diabetes melitus di
Melitus di dengan faskes tingkat satu Klinik
FASKES pendekatan Carisa Manado dengan nilai
tingkat satu cross p= 0.411. Lebih lanjut data
Klinik Carisma sectional menunjukan bahwa sebagian
Manado besar responden memiliki
tingkat pengetahuan kurang
yaitu sebanyak 28 orang
(80%) tingkat stres ringan
yaitu sebanyak 20 orang
(57,1%).
39
Prabowo Peningkatan Metode yang Hasil pengabdian
dkk (2021) Pengetahuan dilakukan menunjukkan peningkatan
Diet Diabetes, adalah pengetahuan diet diabetes
Self- dengan (rerata peningkatan skor
Management pemberian pengetahuan diet diabetes
Diabetes dan ceramah, adalah 24,5+6,2), self
Penurunan diskusi, dan management diabetes (rerata
Tingkat Stres video peningkatan skor self
Menjalani Diet edukasi. management diabetes 8,2+
Pada Pasien Sebelum dan 4,34), dan penurunan tingkat
Diabetes sesudah stres (rerata penurunan skor
Melitus Tipe 2 pengabdian 14,5+5,32) pada pasien DM
di Rumah Sakit dilakukan tipe 2 anggota persadia di
Universitas pemberian RS UNS. Secara tidak
Sebelas Maret kuesioner langsung kegiatan
pengetahuan pengabdian kepada
diet diabetes, masyarakat ini akan
kuesioner self meningkatkan kualitas hidup
management dan kesejahteraan pada
diabetes, dan pasien DM tipe 2 dalam
kuesioner lingkungan persadia RS
tingkat stres UNS.
dalam
menjalankan
diet.
Stres
Tingkat Stres
Pengetahuan Diet
Menjalani Diet
Keterangan :
: Variabel Independen
: Garis Hubungan
41
: Variabel Dependen
ini adalah “Ada hubungan antara pengetahuan tentang diet dengan tingkat stres
menjalani diet pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Tapa ”.
BAB III
METODE PENELITIAN
42
peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat
tertentu yang artinya bahwa setiap subjek hanyalah diobservasi satu kali saja
dkk, 2021).
seseorang atau sesuatu yang dapat menjadi pembeda atau penciri yang satu
diet.
43
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada
44
yang kadang: 3
dianjurkan, 3.Sering: 2
dan kesulitan 4.Selalu: 1
dalam Untuk
perubahan unfavorable
pola question (1, 2,
kebiasaan 3, 4, 5, 8, 9, 10,
makan 11, 12, 13, 14,
sebelum sakit 15, 18) dengan
dan saat kriteria
sakit. penilaian:
1. Tidak pernah:
1
2. Kadang-
kadang: 2
3. Sering: 3
4. Selalu: 4
Pembagian
Domain
Kuisioner:
1. Beban
emosional: 3,
8, 9, 10, 11,
12, 13, 15.
2. Stres
berkaitan
dengan
tenaga
kesehatan: 1,
2, 16.
3. Stres
berkaitan
dengan
penanganan
dan
perawatan
diabetes
melitus
(diet): 4, 5 ,
6, 7, 14, 12.
4. Stres
interpersonal:
17, dan 18.
45
Sumber:
Diadopsi dari
kuisioner yang
dibuat oleh
(Marcy, Britton
dan Harrison,
2011) dan
(Chin, Lai dan
Chia, 2017).
3.4.1. Populasi
3.4.2. Sampel
46
sampel yang akan dijadikan sampel pada penelitian ini yaitu sebanyak 70
slovin
N
n=
1+ N (d)²
224
n=
1+224 (0,1)²
224
n=
1+224 (0,01)
224
n=
1+2,24
224
n= =70
3,24
Keterangan :
N : Jumlah populasi
Kriteria Sampel :
a. Kriteria Inklusi
47
b. Kriteria Eksklusi
1. Data Primer
2. Data Sekunder
yang sudah ada. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari
lokasi penelitian yaitu data penderita diabetes melitus tahun 2022 yang
48
1. Knowledge of Diabetic Diet Questionnaire (KDDQ)
diadopsi dari kuisioner yang dibuat oleh Fitzgerald (2016) dan Haskas
pertanyaan dengan skor Benar (1) dan salah (0). Hasil penghitungan
instrumen dianggap valid atau relevan jika r hitung> r tabel yang telah
ditentukan.
Kuisioner ini diadopsi dari kuisioner yang dibuat oleh (Marcy, Britton
49
dan Harrison, 2011) dan (Chin, Lai dan Chia, 2017). Kuisioner tingkat
question (6, 7, 16, dan 17) sedangkan untuk unfavorable question (1,
2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 18), (skor 1= Tidak Pernah, 2=
yaitu dengan rentang dari 18 sampai 72, dimana semakin besar skor
tingkat stres berat (skor 54-72), tingkat stres sedang (skor 36-53), dan
emosional: 3, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15. Stres berkaitan dengan tenaga
18.
instrumen dianggap valid atau relevan jika r hitung> r tabel yang telah
ditentukan.
50
3.6. Teknik Analisis Data
2. Memeriksa (Editing)
51
3. Memberi tanda kode (Coding)
meng-entri data. Pada tahap ini data diproses untuk keperluan analisa
52
kuesioner responden. Tabulating ini akan dilaksanakan bersamaan
1. Analisa Univariat
dalam analisis ini hanya menggunakan distribusi dan persen dari tiap
lama menderita < 7 tahun. Dan kriteria eksklusi yaitu, diabetes melitus
dengan komplikasi.
2. Analisa Bivariat
53
tingkat pengetahuan dengan tingkat stres menjalani diet. Analisa
derajat kepercayaan 95% (α = 0,05) sehingga jika nilai ρ < 0,05 berarti
Σ(fo −fe)
χ 2=
fe
Keterangan :
fo : Frekuensi diobservasi
54
2. H1 : Ada hubungan antara pengetahuan tentang diet dengan tingkat stres
disatu sisi dan semua yang terlibat dalam penelitian atau partisipan
(2021):
maleficence)
55
hal yang berguna, maka hendaknya janganlah membebani orang lain.
Studi Pendahuluan
Permohonan penelitian
56
Mengantar surat permohonan penelitian
kepada KESBANGPOL dan Dinas
Kesehatan Provinsi
Hasil penelitian
57