0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
368 tayangan32 halaman

Laporan Praktikum SIG

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 32

LAPORAN PRAKTIKUM Hari, tanggal : Rabu, 02 Maret 2022

SISTEM INFORMASI Dosen :


GEOGRAFIS DAN 1. Dr. Boedi Tjahjono, M.Sc
KARTOGRAFI 2. Nina Widiana Darojati S.P., M.Si
Asisten :
1. Arrival Al-Fajar (A14170044)
2. David H. Simangunsong (A14180007)
3. Shafira Nurani Putri (A14180096)

GEOPROCESSING

ADHISTYA AMARA
A14190001

DIVISI PENGINDERAAN JAUH DAN INFORMASI SPASIAL


DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2022
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, banyak sekali riset-
riset yang dilakukan untuk mendorong timbulnya penemuan baru dalam
dunia teknologi. Adapun salah satu penemuan tersebut adalah Sistem
Informasi geografis atau Geographic Information System (GIS). Sistem
Informasi Geografis (SIG) merupakan suatu sistem informasi berbasiskan
komputer untuk menyimpan, mengelola dan menganalisis, serta memanggil
data bereferensi geografis yang berkembang pesat pada lima tahun terakhir
ini. Manfaat dari SIG adalah memberikan kemudahan kepada para pengguna
atau para pengambil keputusan untuk menentukan kebijaksanaan yang akan
diambil, khususnya yang berkaitan dengan aspek keruangan (spasial).
Dengan adanya teknologi ini maka akan memudahkan dalam hal pemetaan
lahan, salah satunya lahan pertambangan (Wibowo et al. 2015).
Permukaan bumi pada umumnya tidak beraturan hal tersebut dapat
dilihat karena adanya lekukan dan tonjolan, misalnya jurang. Bentuk
permukaan bumi tidak pas bulat karena mengalami pemepataan pada kutub-
kutubnya. Untuk memahami bentuk permukaan bumi yang sebenarnya maka
diperlukan data yang mendukung dan sumber geospasial, sumber geospasial
sperti foto udara, peta digital, citra satelit, dlsb.
Salah satu pengolahan data yang dapat dilakukan pada software baik
QGIS maupun ArcGIS yaitu geoprocessing. Geoprocessing merupakan
komponen penting yang digunakan dalam GIS untuk proses pengolahan
data-data spasial yang terintegrasi dengan database dan display. Oleh karena
itu dalam praktikum kali ini akan dilakukan salah pengolahan data
geospasial yaitu geoprocessing seperti buffer, select area, difference
(menghilangkan area), clip area, intersection (pemecahan area dan
penggabungan data), dissolve (penggabungan data dan peta berdasarkan
kesamaan data), union (penggabungan data dan peta berdasarkan apa
adanya), eliminate (penggabungan Sebagian data dan peta ke area yang
paling besar atau kecil).
1.2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan melakukan pengolahan data geospasial
(geoprocessing) seperti buffer, select area, difference, clip area, intersection,
dissolve, union, dan eliminate.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Data Spasial


Data spasial adalah data yang memiliki informasi lokasi atau data yang
bereferens geografis. Data spasial memiliki tiga karakteristik utama yaitu
lokasi, bentuk, dan atribut. Lokasi adalah suatu objek spasial berada pada
suatu lokasi yang diketahui posisinya pada suatu sistem koordinat
permukaan bumi. Bentuk yaitu dimana suatu objek spasial direpresentasikan
dalam tipe geometri. Atribut merupakan suatu objek spasial memiliki
karakteristik yang menjelaskan objek spasial tersebut (Paembonan 2002).
Data spasial merepresentasikan posisi atau lokasi geografis dari suatu objek
di permukaan bumi. Data spasial berasal dari peta analog, foto udara, citra
satelit, survei lapangan dan pengukuran dengan global positioning systems
(GPS). Format data spasial secara umum dapat dikategorikan dalam format
digital dan analog (Ranius et al. 2012).
Pada pemanfaatannya data spasial yang diolah dengan menggunakan
komputer (data spasial digital) menggunakan model sebagai pendekatannya.
Terdapat dua model dalam data spasial, yaitu model data raster dan model
data vektor. Keduanya memiliki karakteristik yang berbeda, selain itu dalam
pemanfaatannya tergantung dari masukan data dan hasil akhir yang akan
dihasilkan. Model data tersebut merupakan representasi dari obyek-obyek
geografi yang terekam sehingga dapat dikenali dan diproses oleh komputer
(Adil 2016). Data Spasial menunjuk pada posisi geografi dimana setiap
karakteristik memiliki satu lokasi yang harus ditentukan dengan cara yang
unik. Untuk menentukan posisi secara absolut berdasar sistem koordinat.
Untuk area kecil, sistem koordinat yang paling sederhana adalah grid
segiempat teratur. Untuk area yang lebih besar, berdasarkan proyeksi
kartografi yang umum digunakan (Handayani et al. 2005).

2.2 Geoprocessing
Geoprocessing merupakan komponen penting yang sering digunakan
dalam GIS. Geoprocessing merupakan proses pengolahan data-data spasial
yang terintergrasi dengan data base dan display. Sedangkan fungsi lainnya
merupakan aplikasi tingkat lanjut pada ArcGIS. Geoprocessing tools dalam
ArcGIS berjumlah hingga lebih dari 450 baik itu dalam tools, models
maupun scripts (Ranius et al. 2012). Geoprocessing Tools adalah komponen
yang paling vital dalam SIG, karena geoprocessing tools dapat menentukan,
mengolah, dan menganalisis segala informasi yang didapatkan untuk
dijadikan sebuah keputusan. Geoprocessing tools telah menjadi bagian yang
sangat penting bagi pengguna atau perusahaan yang menggunakan Sistem
Informasi Geografis. Sangat banyak jumlah tugas geoprocessing tools yang
dilakukan dalam suatu pengerjaan. Fungsi geoprocessing tools yang pada
umumnya sering dipakai adalah clip, intersect, buffer, dissolve, merge, dan
union (Putera et al. 2019).
Geoprocessing menunjuk ke tool dan proses yang digunakan untuk
menghasilkan sekumpulan data yang diinginkan. Sistem Informasi Geografi
meliputi sekumpulan besar tool yang bekerja dengan dan proses informasi
geografi. Sekumpulan tool ini digunakan untuk mengoperasikan informasi
obyek SIG sebagai kumpulan data, attribut, dan elemen kartograpi untuk
cetakan peta. Secara bersama pemahaman perintah-perintah dan bentuk
objek data merupakan dasar dari framework geoprocessing (Handayani et
al. 2005).

2.3 Buffer
Buffering merupakan salah satu proses dalam geoprocessing yang umum
digunakan dalam analisis SIG. Buffer atau pelebaran/penyangga adalah
daerah yang meliputi fitur (titik, garis, atau poligon) dengan jarak tertentu.
Buffer biasanya digunakan untuk mewakili suatu jangkauan pelayanan
ataupun luasan yang diasumsikan dengan jarak tertentu untuk suatu
kepentingan analisis spatial. Buffer dapat dilakukan unutk tipe feature
polygon, polyline maupun point. Pembuatan buffer membutuhkan penentuan
jarak dalam satuan yang terukur (meter atau kilometer). Operasi Buffer
sangat penting untuk menentukan area pengaruh dari fitur tersebut. Buffer
akan menggambarkan wilayah melingkar sekitar titik atau koridor sekitar
garis dan wilayah lebih luas di sekitar polygon. Dengan membuat buffer,
maka akan terbentuk suatu area, polygon, atau zone baru yang menutupi
(atau melingkupi) objek spasial (buffered object) yang berupa objek-objek
titik, garis, atau area (polygon tertentu) dengan jarak tertentu. Fungsi buffer
adalah membuat poligon baru berdasarkan jarak yang telah ditentukan pada
data garis atau titik maupun poligon (Adil 2016).

2.4 Operasi Proses Geoprocessing


Operasi porses geoprocessing diantaranya yaitu dissolve, union, merge,
clip, dan intersect. Dissolve merupakan proses yang pada dasarnya akan
menyatukan atau menghilangkan batas-batas unsur-unsur spasial yang tepat
bersebelahan namun terletak dalam suatu theme yang sama atau dengan
perkataan lain dissolve merupakan operasi yang digunakan untuk
menyatukan features yang mempunyai nilai atribut yang sama. Union yaitu
proses yang akan menghasilkan theme baru dengan mengkombinasikan dua
theme. Output theme yang dihasilkan merupakan gabungan dari kedua
features, berikut atribut datanya. Merge yiatu proses yang mirip dengan
union akan dihasilkan sebuah theme baru yang merupakan kombinasi dari
beberapa theme yang bersisian, tetapi unsur-unsur spasial tersebut tidak
saling memotong. Data atribut masing-masing theme otomatis akan
tergabung (Adil 2016).
Clip pada dasarnya adalah “memotong” atau menggunting suatu theme.
Proses ini menghasilkan theme baru dengan tipe sesuai dengan theme obyek
yang dipotong (titik, garis, dan polygon). Dengan demikian theme baru ini
hanya akan berisi unsur-unsur spasial dari theme obyek yang terdapat di
dalam batas theme cutte. Intersect yaitu proses yang pada dasarnya tidak
jauh berbeda dengan clipping tetapi pada intersect, theme baru merupakan
data spasial irisan kedua theme yang menjadi masukannya dengan theme
overlay sebagai batas intersect-nya. Fungsi-fungsi geoprocessing ini sering
juga digunakan sebagai pelengkap dari fungsi Buffer (Adil 2016).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Bahan dan Alat


Alat yang digunakan adalah software QGIS. Bahan yang digunakan
dalam praktikum kali ini adalah data sekunder berupa polyline dan polygon.

3.2 Metode
3.2.1 Geoprocessing: pengolahan data geospasial
1. Export peta ke UTM
Input file polygon atau polyline – klik kanan pada layer – klik export
– klik save feature as – pada kolom CRS ubah menjadi EPSG: 32748 –
WGS 84 / UTM zone 48 S – simpan file pada kolom file name – klik Ok.
2. Reproject Layer
Klik file UTM – pilih vector pada toolbar – dta management tools
– reproject layer.
3. Buffer: pembentukan area disekitarnya dengan jarak tertentu
Klik vector – geoprocessing tools – buffer – input layer jalan yang
sudah UTM – ubah distance ke 2 km dan segments 5 – save buffer –
klik Ok.
4. Multi ring buffer
Klik vector – multi ring buffer – multi ring buffer – input layer jalan
yang sudah UTM – ubah distance sesuai yang diinginkan – klik Ok.
5. Multi Distance Buffer
Klik vector – multi distance buffer – multi distance buffer – pada
add individual input beberapa distance dengan interval yang berbeda
– ubah segment sesuai yang diinginkan – klik Ok. Kemudian klik
kanan pada layer buffer – export – klik save feature as – simpan
shapefile – dan klik Ok.
6. Select: pemilihan area
Klik select features pada toolbar – kemudian klik pada beberapa
kecamatan yang akan dipilih (kecamatan terpilih akan berwarna blok
kuning) – klik kanan pada layer kecamatan – pilih export – klik save
selected feature as – simpan file – klik Ok.
7. Difference: menghilangkan area
Klik save features – kemudian pilih kecamatan yang ingin
dihilangkan – klik pada layer kecamatan UTM – pilih vector pad
toolbar – klik geoprocessing tools – pilih difference – input layer
kecamatan UTM – overlay layer masukan kecamatan terpilih – klik
run.
8. Clip: pemotongan area sesuai area sumber
Klik vector pada toolbar – pilih geoprocessing tools – klik
clip – input layer masukan file polygon DAS – overlay layer
masukan wilayah kecamatan tepilih – simpan clip – klik Ok.
9. Intersection: pemecahan area dan penggabungan data sehingga menjadi
unit-unit baru sesuai area yang bertampalan.
Klik vector – geoprocessing tools – intersection – pada input layer
masukan file DAS UTM – overlay layer masukan polygon kecamatan
terpilih – save intersect – klik Ok.
10. Dissolve
Klik vector – pilih geoprocessing tools – klik dissolve – pada input
layer pilih polygon kecamatan yang sudah UTM – pada dissolve fields
centang kabupaten – simpan file – klik run.
11. Union
Klik vector – pilih geoprocessing tools – klik union – pada input
layer masukan hasil dissolve kabupaten – pada overlay layer masukan DAS
terpilih – simpan file – klik run.
12. Eliminate Largest Area
Klik vector – geoprocessing tools – pilih eliminate selected polygon
– pada input layer masukan hasil reproject kecamatan – pada merge
selection pilih largest area – simpan file – klik run.
13. Eliminate Smallest Area
Klik vector – geoprocessing tools – pilih eliminate selected polygon
– pada input layer masukan hasil reproject kecamatan – pada merge
selection pilih smallest area – simpan file – klik run.
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Gambar 1. Export peta kecamatan ke UTM

Gambar 2. Reprojected layer kecamatan

Gambar 3. Buffer layer jalan


Gambar 4. Multi ring buffer jalan

Gambar 5. Multi distance buffer jalan

Gambar 6. Kecamatan terpilih (selected area)


Gambar 7. Kecamatan tidak terpilih (difference area)

Gambar 8. Pemotongan area DAS (clip)


Tabel 1. Attribute table clip area DAS
Gambar 9. Intersect DAS kecamatan terpilih
Tabel 2. Attribute intersection DAS kecamatan terpilih

Gambar 10. Dissolve kecamatan kabupaten


Tabel 3. Attribute table dissolve kecamatan kabupaten

Gambar 11. Union kabupaten DAS terpilih

Tabel 4. Attribute table union


Gambar 12. Eliminate largest area dengan luasan

Gambar 13. Eliminate largest area dengan nama kecamatan

Gambar 14. Eliminate smallest area dengan luasan


Gambar 15. Eliminate smallest area dengan nama kabupaten

4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini dilakukan analisis geospasial dengan geoprocessing
pada software QGIS. Pada praktikum ini tahapan analisis spasial yang
dilakukan yaitu select area, difference area, buffer, multi ring buffer, multi
distance buffer, clip area, intersection, dissolve, union, dan eliminate. Hal
tersebut sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa geoprocessing
tools adalah komponen yang paling vital dalam SIG, karena geoprocessing
tools dapat menentukan, mengolah, dan menganalisis segala informasi yang
didapatkan untuk dijadikan sebuah keputusan. Geoprocessing tools telah
menjadi bagian yang sangat penting bagi pengguna atau perusahaan yang
menggunakan Sistem Informasi Geografis. Sangat banyak jumlah tugas
geoprocessing tools yang dilakukan dalam suatu pengerjaan. Fungsi
geoprocessing tools yang pada umumnya sering dipakai adalah clip,
intersect, buffer, dissolve, merge, dan union (Putera et al. 2019).
Gambar 3, 4, dan 5 secara berurutan merupakan hasil proses buffer
secara single buffer, multi ring buffer, dan multiple distance buffer. Analisis
buffer digunakan untuk mengidentifikasi area sekitar fitur-fitur geografi dan
kemudian mengidentifikasi serta memilih fitur-fitur berdasarkan pada
lokasinya di luar atau di dalam batas buffer. Sedangkan fungsi multi ring
buffer digunakan untuk membuat lebih dari satu buffer dengan jarak interval
tertentu dari suatu objek. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa Multi-ring buffer dapat digunakan untuk
mengklasifikasikan area di sekitar fitur ke dalam beberapa kelas seperti
jarak dekat, jarak sedang, dan jarak jauh untuk analisis (Priyana et al. 2015).
Proses select area dilakukan untuk mengambil beberapa bagian
kecamatan yang diolah pada tahapan geoprocessing lainnya. Hasil dari
proses ini menghasilkan peta baru dengan data atribut yang juga baru.
Langkah selanjutnya yaitu dilakukan porses difference yang mana
digunakan untuk melakukan analisis overlay pada klas fitur dengan
menghapus kelas fitur yang tumpeng tindih pada peta. Hasil proses ini
ditunjukkan pada Gambar 7.
Tahap analisis geospasial selanjutnya yaitu clip yang mana digunakan
untuk membuat layer baru dari data yang telah dipersiapkan dengan bagian
data lain yang telah digunakan. Setelah clip maka dilakukan intersection
yaitu memotong area dengan area lain sehingga menghasilkan area yang
berfokus pada area tertentu. Hal tersebut sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa Clip pada dasarnya adalah “memotong” atau
menggunting suatu theme. Proses ini menghasilkan theme baru dengan tipe
sesuai dengan theme obyek yang dipotong (titik, garis, dan polygon).
Dengan demikian theme baru ini hanya akan berisi unsur-unsur spasial dari
theme obyek yang terdapat di dalam batas theme cutte. Intersect yaitu proses
yang pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan clipping tetapi pada
intersect, theme baru merupakan data spasial irisan kedua theme yang
menjadi masukannya dengan theme overlay sebagai batas intersect-nya
(Adil 2016). Hasil clip dan intersect berturut-turut dapat dilihat pada
Gambar 8. dan Gambar 9.. Data atribut pada kedua tahap tersebut juga dapat
dilihat pada Tabel 1. dan Tabel 2. yang mana data atribut dari kedua proses
ini berbeda, pada tahapan clip hanya mengandung data atribut dari peta
DAS sebagai layer utama sedangkan tahapan intersection merupakan
gabungan dari data kedua peta yang digunakan yaitu peta kecamatan dan
DAS.
Tahapan analisis geospasial selanjutnya yhaitu dissolve yang digunakan
untuk menghilangkan batas antara polygon yang mempunyai data atribut
yang mirip atau sama dalam polygon yang berbeda. Pada praktikum ini
tahap dissolve menggunakan atribut kabupaten seperti yang terliat hasilnya
pada Gambar 10. Hasil wilayah perbatasan diperoleh melalui analisis data
vector dengan proses extract pada tahap geoprocessing. Hal tersebut sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa proses dissolve menggabungkan
poligon yang memiliki data atribut yang sama dalam field tertentu menjadi
satu poligon. Berbeda dengan union yang melakukan
penggabungan/kombinasi dua area spasial beserta atributnya yang berbeda
menjadi satu. Hasil dari union seperti terlihat pada Gambar 11..
Tahap terakhir dalam praktikum kali ini untuk geoprocessing yaitu
eliminate dan menghitung luas area. Eliminate dilakukan untuk
menggabungkan Sebagian data dan peta ke area yang paling besar (largest
area) atau yang paling kecil (smallest area) seperti berturut-turut
ditunjukkan pada Gambar 12. dan Gambar 14.. Perhitungan luas dilakukan
dengan menggunakan fitur pada software QGIS, yaitu dengan klik kanan
pada layer yang akan diketahui luasnya, klik properties, pilih labels,
kemudian input luas jika ingin mengetahui luas atau input kabupaten jika
ingin mengetahui nama kabupaten dari masing-masing polygon.
BAB IV
PENUTU
P
4.1 Simpulan
Teknik analisis geospasial atau geoprocessing digunakan untuk
mengolah data dengan memilih, menyatukan, memisahkan,
menyederhanakan, maupun mengintegrasikan data pada layer sehingga
memudahkan penggunanya dalam merangkum informasi pada suatu data
spasial. Tahapan geoprocessing dalam praktikum ini yaitu buffer, multi ring
buffer, multiple distance buffer, select area, difference, dissolve, intersection,
union, serta eliminate. Selain itu juga dilakukan perhitungan luas polygon
secara langsung melalui software QGIS tanpa perlu turun langsung ke lapang.
DAFTAR PUSTAKA

Adil, Ahmat. 2016. Analysis proximity menentukan lokasi perkebunan di


Lombok Barat. Jurnal Matrik. 15(1): 7-12.
Handayani D, Soelistijadi R, Sunardi. 2005. Pemanfaatan analisis spasial untuk
pengolahan data spasial sistem informasi geografis. Jurnal Teknologi
Informsi Dinamik. 10(2): 108-116
Paembonan, Jemmy. 2002. Pengelolaan data spasial darat menggunakan object-
relational database management systems (ORDBMS). [Skripsi].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Priyana Y, Priyono, Alif NA, Rudiyanto. 2015. Peran sistem informasi geografis
untuk estimasi luapan banjir Bengawan Solo di Surakarta. Prosiding
Seminar Nasional Peran Geograf dalam Pengembangan Wilayah
Perdesaan di Indonesia sebagai Implementasi UU No. 23 Tahun 2014.
Malang, Indonesia. 9 Mei 2015. 127-142.
Putera REP, Ramdani F, Rokhmawati RI. 2019. Evaluasi tampilan antarmuka
QGIS dan MapWindow dengan menggunakan pendekatan heuristic
evaluation (studi kasus: fungsi geoprocessing tools). Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer. 3(11): 10374-
10383.
Ranius Y, Fatnadi F, Agustini EP. 2012. Sistem informasi geografis potensi
perkebunan di Kabupaten Banyuasin. Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer.
2(3): 1-6.
Wibowo KM, Kanedi I, Jumadi J. 2015. Sistem Informasi Geografis (SIG)
menentukan lokasi pertambangan batu bara di Provinsi Bengkulu berbasis
website. Jurnal Media Informasi. 11(1): 51-60.

Anda mungkin juga menyukai