Ast Profesi 1-1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

FAKULTAS KEPERAWATAN UPH

PROFESI NERS KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)

Judul: Analisa Sintesa Tindakan Keperawatan (AST) Pemberian Keterolac 30mg

Inisial Pasien/Usia : Tn.S/41 Tahun Nama Praktikan : Ridha Inggrit Salmun


AST ke 1
No. Rekam Medis : NIM : 01503220270
Diagnosa Medis : Susp. Fraktur Nama Pembimbing : Ibu Alice Pangemanan
Nama Ruang Rawat : AE
Mengetahui,
Tanggal Masuk : 07/09/2022
Tanggal & Jam Tindakan : 07/09/2022, 14:10
Nama, Tanggal & TTD Preseptor

No Kriteria Bobot/Nilai
. Mahasiswa
1. Data Subjekif: 10
- Pasien mengatakan nyeri dibagian ankle kaki sebelah kiri dan punggung sesaat setelah kecelakaan motor saat mau berangkat kerja.
- Pengkajian nyeri PQRST :
P : terjadi ketika berdiri, mencoba berjalan, dan membungkuk
Q : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk - tusuk
R : Ankle kaki sebelah kiri dan punggung kiri
S : Nyeri yang dirasakan dari I/A 6/5
T : Nyeri dirasakan sudah dari +- 30 menit yang lalu, dan masih dirasakan sampai sekarang
2. Data Objektif: 10
- Pasien tampak meringis kesakitan.
- Pasien tampak memegang daerah ankle kaki sinistra.
- Pasien tampak cemas dan menahan sakit.
- Pasien tampak pucat.
- Bagian ankle sinistra tampak membengkak dan berwarna kemerahan.
- GCS 15 : E 4, M 6, V 5.
- TTV pasien : TD: 142/92, HR: 103, RR: 20, SpO2: 98%, S: 36.8℃.
Therapy farmakologi :
- Keterolac 30mg IV.
- Omepazole 40g IV.
- Methylprednisolone 62, 5mg.
- Nacl 0,9% 100 ml/ 6 jam.
3. Diagnosa Keperawatan (PE): 10
Nyeri akut b.d Agen cedera biologis (inflamasi) (SDKII, 2016).
4. Langkah-langkah Tindakan Keperawatan yang dilakukan saat praktik (bukan menurut teori): 10
- Mengecek IMR pasien.
- Menyiapkan obat keterolac 30mg, Nacl 0,9%, syringe 10ml, alkohol swab, sharp box.
- Melakukan double check dengan kaka perawat (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute pemberian, benar
dokumentasi).
- Menghampiri bed pasien.
- Menutup sampiran.
-Mencuci tangan dan memakai sarung tangan.
- Meminta pasien dengan aktif menyebutkan nama dan tanggal lahir.
- Menjelaskan tujuan pemberian obat sambil menunjukan obat yg belum di dilute serta melakukan kontrak waktu dan tempat.
- Melakukan tindakan memutar pada ampul agar obat yg berada diatas ampul bisa turun kebawah.
- Buka ampul dengan memecahkan bagian atas sesuai batas yg benar.
- Mendilute ampul dalam Nacl 0,9% sebanyak 10ml menggunakan syringe 10ml.
- Memastikan tidak ada udara pada syringe yang berisi obat.
- Putar bagian port klem three way ke arah tempat memasukan obat.
- Melakukan disinfektan menggunakan alkohol swab pada port tempat memasukan obat.
- Membuka jarum dan pasang syringe di area port three way.
- Masukan obat secara perlahan.
- Arahkan three way untuk melanjutkan pemberian cairan Nacl.
- Mengevaluasi respon pasien.
- Merapihkan alat.
- Melakukan terminasi.
5. Dasar Pemikiran: 15
Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas tulang. Fraktur peri dan intraartikular merupakan fraktur yang sangat sering terjadi pada sendi
dan ujung – ujung tulang. Fraktur yang terjadi di sendi atau ankle memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi dikarenakan proses regenerasi
jaringan pada sendi dan ujung tulang lebih rendah dibandingkan dengan fraktur pada tulang panjang. World Health Organization (WHO)
mengatakan bahwa trauma dan kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab fraktur terbesar di dunia (Hidayat, 2022). Tekanan yang
berlebihan atau trauma langsung pada tulang dapat menyebabkan cedera pada tulang atau retakan. Fraktur dapat dikategorikan menjadi fraktur
terbuka atau compound fraktur dimana terjadi fraktur dengan luka pada kulit dan fraktur tertutup atau closed fraktur dimana tidak
menyebabkan robeknya kulit, integritas kulit masih utuh. Saat terjadi fraktur reaksi awal yang biasanya akan muncul adalah peradangan
(inflamasi). Sel – sel darah putih dan sel mast berakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke area tersebut. (Andra &
Yessie, 2013).
Inflamasi dapat didefinisikan secara klinis sebagai adanya suatu pembengkakan, kemerahan serta rasa nyeri. Inflamasi biasanya terjadi
karena adanya cedera pada sel dan jaringan tubuh. Tanda – tanda atau gejala dasar dari terjadinya cedera jaringan atau tulang adalah bengkak,
nyeri, area tubuh teraba hangat, kemerahan, berkeringat, dan terjadi peningkatan heart rate atau nadi (Nair & Peate, 2022). Selain itu,
inflamasi juga termasuk dalam proses penyembuhan fraktur namun perlu diingat bahwa proses penyembuhan fraktur berbeda tergantung
tingkat keparahan, ukuran tulang dan usia pasien. Beberapa tahapan atau fase dalam penyembuhan fraktur menurut (Smeltzer & Bare, 2013)
antara lain ;
a. Fase Imflamasi : Adanya respon tubuh terhadap trauma, fase ini akan berlangsung selama beberapa hari sampai pembengkakan dan
nyeri pada area fraktur berkurang.
b. Fase Poliferasi : Proses ini akan menghasilkan kolagen dan proteglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang.
c. Fase Osifikasi : Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan melalui proses penulangan endokondral.
d. Fase Remodeling/konsolidasi : Terjadi perbaikan fraktur yaitu pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru, fase ini
berlangsung berbulan – bulan bahkan bertahun – tahun.
Nyeri merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang dirasakan berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan aktual atau
fungsional dengan onset yang mendadak atau lambat, dan memiliki intensitas ringan hingga berat. Nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri
akut atau nyeri kronis dan dimediasi oleh sistem saraf otonom. Nyeri akut biasanya muncul secara mendadak dan terjadi kurang dari 6 bulan
sedangkan nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung dalam waktu yang lebih lama dari 6 bulan (Black & Hawks, 2021). Nyeri pada
peradangan terjadi kaena adanya kerusakan pada ujung – ujung saraf reseptor karena adanya peradangan yang menyebabkan pembengkakan.
Pasien dengan nyeri akut menunjukan tanda – tanda inflamasi dapat dilakukan tindakan penanganan farmakologi dan non-farmakologi.Nyeri
akut yang muncul tanpa ada nyeri kronis sebelumnya harus mendapatkan pengobatan yang ditujukan langsung pada rasa nyeri dan
penyebabnya. Tindakan farmakologi yaitu pemberian obat nyeri yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan oleh pasien
(Andra & Yessie, 2013). Pada pasien Tn.S dengan keluhan utama nyeri yang dirasakan seperti sedang ditusuk – tusuk dibagian ankle kaki
sinistra dan dibagian punggunng sinistra, memiliki skor nyeri I/A : 6/5, hasil TTV : TD:142/92, HR: 103, RR: 20, SpO2: 98%, S: 36.8 ℃.
Tn.S mengatakan nyeri yang dirasakan sudah berlangsung +- 30 menit sebelum tiba di AE. Tindakan farmakologi yang diresepkan untuk
dilakukan kepada Tn.S adalah pemberian obat ketorolac 30mg melalui IV.
6. Analisa Tindakan Keperawatan: 15
Nyeri akut merupakan sensasi yang umum dirasakan oleh pasien karena adanya kerusakan jaringan aktual atau potensial yang tiba –
tiba atau lambat dan memiliki intensitas ringan hingga berat, nyeri akut berlangsung dalam waktu kurang dari 3 bulan dan dapat diantisipasi
(NANDA , 2018 ). Pasien Tn.S datang dengan keluhan nyeri sesaat setelah mengalami kecelakaan dan jatuh dari motor, nyeri yang dirasakan
berada di daerah ankle kaki sinistra dan punggung sinistra. Pada bagian ankle kaki, dicurigai terjadi fraktur tertutup yang ditandai dengan
adanya pembengkakan dan kemerahan akibat dari inflamasi yang terjadi (Andra & Yessie, 2013). Nyeri yang dirasakan oleh pasien
menyebabkan terjadinya rasa ketidaknyamanan. Nyeri berdasarkan penyebabnya dapat dikategorikan menjadi dua kelompok sesuai dengan
penyebabnya yaitu nyeri yang berhubungan dengan fisik dan psikis. Secara fisik yang dimksud contohnya adalah trauma, peradangan atau
inflamasi, gangguang sirkulasi darah dll. Secara psikis nyeri dapat terjadi karena adanya trauma psikologis. Tindakan farmakologi yang dapat
dilakukan untuk mengurangi sensasi nyeri pada pasien adalah pemberian obat nyeri. Pada Tn.S obat nyeri yang diberikan adalah ketorolac 30
mg melalui IV. Katerolac merupakan golongan obat NSAID prototipikal dengan sifat antireptik dan analgesic yang dapat memberikan
analgesa dengan cara menghambat sintesis prostaglandin. Keterolac bekerja secara perifer dan digunakan untuk manajemen nyeri jangka
pendek (<5 hari) (Rehatta, Hanindito, & Tantri, 2019). Dosis ketorolac via IV maksimal 60mg/hari dengan tingkat nyeri sedang hingga berat.
Efek puncak yang dapat diasakan pasien adalah sekita 1 – 2 jam melalui rute pemberian IV dengan waktu penyerapan lebih cepat yaitu 1-3
menit melalui rute IV (MIMS, 2021). Sekali pemberian ketorolac 30mg pada Tn.S belum dapat sepenuhnya mengatasi nyeri yang dirasakan,
dan perlu untuk melakukan lanjutan terapi obat sesuai dengan batas maksimal dosis ketorolac.

7. Bahaya yang dapat terjadi? (Komponen Bahaya dan Pencegahan) 10


Bahaya:
- Adanya gelembung udara yang masuk ke tubuh saat pemberian obat dapat mengakibatkan emboli yang berujung pada henti jantung
(Rehatta, Hanindito, & Tantri, 2019).
- Saat memberikan obat dengan menekan terlalu cepat beresiko terjadi phlebitis (Iradiyanti & Kurnia, 2013)
- Memiliki efek samping sakit kepala, nyeri perut, gangguan penernaan, diare, pusing dan mual.
Pencegahan:
- Melakukan aspirasi gelembung udara sebelum memasukan obat (Rehatta, Hanindito, & Tantri, 2019)
- Masukan obat secara perlahan dengan tidak menekan terlalu kuat (Iradiyanti & Kurnia, 2013).
- Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai efek samping dari obat dan meminta pasien dan keluarga segera melaporkan kepada perawat
jika merasakan efek samping tersebut.
8. Hasil yang didapat: 10
Jam evaluasi: 15: 30

S:
- Pasien mengatakan masih merasakan nyeri dibagian ankle sinistra namun sudah tidak sesakit sebelum diberikan obat.
- Pasien mengatakan nyeri di punggung sudah berkurang.
O:
- Pasien masih terlihat lemas masih pucat.
- TTV pasien : TD : 122/78, HR : 89 x/menit, RR: 20, SpO2: 98%, S: 36,3℃.
- Skor nyeri setelah pemberian obat I/A : 3/4
A:
Nyeri yang dirasakan oleh pasien masih belum teratasi sepenuhnya.
P:
- Berkolaborasi dengan dokter unutk melanjutkan intervensi pemberian obat nyeri.
- Mengdukasi pasien mengenai teknik relaksasi napas dalam untuk mengurangi nyeri.
9. Evaluasi Diri: 5
Kelebihan : Saya sudah paham cara memberikan obat melalui IV sehingga saat pelaksanaanya bisa lancar tanpa ada hambatan.
Kekurangan : Saat melakukan tindakan, saya masih sedikit gugup saat berkomunikasi dengan pasien sehingga terkesan tidak meyakinkan
pada awalnya. Sehingga kedepannya saya akan lebih lagi berlatih berkomunikasi dan harus lebih percaya diri agar tidak gugup saat
berkomunikasi dengan pasien.

10. Daftar Pustaka (APA style): 5

Andra, S., & Yessie, M. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan dasar teori dan contoh askep . Yogyakarta : Nuha
Medika.

Asmadi. (2013). Teknik Prosedural Konsep & Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakaarta Selatan: Penerbit Salemba .

Black, J., & Hawks, J. (2021). Medical Surgical Nursing: Digestive Systems Disorders. Singapore: Elsevier Health Sciences.

Hidayat, M. (2022). Buku Ajar Internal Fixation pada Fraktur Peri dan Intraartikular Ekstremitas Inferior . Jakarta : Media Nusa

Creative (MNC Publishing).

Iradiyanti, & Kurnia, E. (2013). Pemberian Obat Melalui Intravena terhaap Kejadian Phlebitis pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit.

Jurnal STIKES, 4.

MIMS. (2021). MIMS Drug. Retrieved Sept 09, 2022, from https://www.mims.com/indonesia/drug/info/ketorolac?mtype=generic

Nair, M., & Peate, I. (2022). Dasar - Dasar Patofisiologi Terapan Ed.Kedua. Jakarta Timur: Bumi Medika .

NANDA . (2018 ). NANDA-I Diagnosis Keperawatan 2018 - 2020. Jakarta: EGC.

Rehatta, N., Hanindito, E., & Tantri, A. R. (2019). Anestiologi dan Terapi Intensif : Buku Teks Kati-Perdatin. Gramedia Pustaka Utama.

SDKII. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia . Jakarta: PPNI.

Total 100

Anda mungkin juga menyukai