Studi Kasus Novia
Studi Kasus Novia
Studi Kasus Novia
OLEH:
NOVIA RAHMAH
NIM.20191440119031
Tim Penguji :
Mengetahui ;
Ketua STIKES Intan Keperawatan
Martapura
ii
KATA PENGANTAR
iii
6. Ucapan terimakasih, rasa haru dan syukur yang
setinggi- tingginya buat Ayahanda dan Ibunda
serta teman-teman tercinta yang telah memberi
semangat serta do’a sehingga penulis dapat
menyelesaikan Studi Kasus ini.
Penulis juga menyadari bahwa Studi Kasus ini
masih banyak kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritikan dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaan penulisan ini.
Akhirnya atas segala bantuan dan dorongan
dari semua pihak yang membantu semoga mendapat
karunia dari Allah SWT.
Amin Ya Rabbal A’lamin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Novia Rahmah
NIM. 20191440119031
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ........................... ii
KATA PENGANTAR .............................. iii
DAFTAR ISI .................................. v
DAFTAR TABEL ................................ vii
DAFTAR GAMBAR ............................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................... 1
A. Latar Belakang ......................... 1
B. Manfaat Penulisan ...................... 3
C. Batasan Masalah ........................ 4
D. Tujuan ................................. 4
1. Tujuan Umum ......................... 4
2. Tujuan Khusus........................ 4
E. Metode Pengumpulan Data................. 5
BAB II LANDASAN TEORI ....................... 6
A. Anatomi Fisiologi....................... 6
B. Konsep Limfadenopati .................... 10
D. Konsep Asuhan Keperawatan .............. 18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN Tn. z............ 36
A. Identitas Pasien ....................... 36
B. Analisa Data ........................... 39
C. Rencana Asuhan Keperawatan ............. 41
D. Tindaka dan Evaluasi ................... 48
v
BAB IV PEMBAHASAN ........................... 53
A. Pengkajian ............................. 53
B. Diagnosa Keperawatan .................. 55
C. Rencana Asuhan Keperawatan ............. 58
D. Implementasi Keperawatan ............... 61
E. Evaluasi .............................. 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................. 64
A. Kesimpulan ............................. 64
B. Saran .................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Menurut Krisna Mulasimadhi, dokter spesialis
penyakit dalam RS Melinda 2 Kota Bandung, 2018
hal yang lagi fenomena dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari dalam pembesaran Kelenjar Getah
Bening (KGB) yaitu karena adanya peradangan
kronis (Oehadian, 2013).
Dari studi yang dilakukan di New York,
ditemukan 2.556 kasus limfadenopati yang tidak
diketahui penyebabnya(Skandalakis, 2014).
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
menghitung secara kumulatif jumlah kasus
Limfadenopati terdapat 778 kasus dengan jumlah
penduduk Indonesia 265.632.700 jiwa (BPS, 2018).
Pembesaran Kelenjar Getah Bening (KGB) atau
disebut Limfadenopati merupakan pembesaran dengan
ukuran lebih besar dari 1 cm. Berdasarkan
lokasinya, limfadenopati terbagi menjadi
limfadenopati generalisata dan limfadenopati
lokalisata. Penyebab limfadenopati terjadi ketika
kelenjar getah bening membesar atau membengkak
akibat melawan virus dan bakteri yang masuk ke
dalam tubuh. Pada proses tersebut, sel darah dan
cairan akan berkumpul di kelenjar getah bening
sehingga menyebabkan pembengkakan.Biasanya,
bagian tubuh yang terserang infeksi terletak di
dekat kelenjar getah bening yang mengalami
pembengkakan. Sebagai contoh, seseorang yang
2
(Kasir DR,2014).
Limfadenopati yang tidak ditangani dengan
tepat bisa menyebabkan infeksi. Infeksi ini
nantinya bisa berujung pada abses dan sepsis.
Sepsis sendiri bisa menimbulkan tekanan darah
turun drastis dan menyebabkan kerusakan pada
banyak organ(Kasir DR,2014).
Pentingnya peran perawat dalam setiap
tindakan, perawat perlu melakukan observasi
tingkat nyeri insisi biopsi untuk menentukan
skala nyeri, resiko infeksi dan ansietas. Dari
uraian diatas perawat sebagai pemberi asuhan
keperawatan melalui tindakan mandiri dan
kolaboratif memfasilitasi pasien untuk
menyelesaikan masalah keperawatan (Setioyohadi,
2014).
B. MANFAAT PENULISAN
1. Bagi Klien
Untuk menambah pengetahuan klien tentang
penyakit limfadenopati dan memberikan informasi
tentang Asuhan Keperawatan dalam mengatasi
masalah kesehatan yang dialami klien.
2. Bagi Mahasiswa
Dalam merawat penderita limfadenopati yaitu
dapat menerapkan dan memberikan Asuhan
4
3. Bagi Perawat
Perawat dapat menambah pengalaman untuk
menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan
yang tepat pada pasie,menggali asuhan keperawatan
pada promkes serta meningkatkan kemampuan perawat
dalam keperawatan.
C. BATASAN MASALAH
Dalam penulisan studi kasus ini hanya membahas
tentang Asuhan Keperawatan Pada Tn.Z Dengan
Limfadenopati diRuang Nuri RSD Idaman Banjarbaru.
D. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mampu mengaplikasikan teori dan pengalaman
praktik yang sudah diperoleh untuk memecahkan
masalah dalam bentuk Asuhan Keperawatan pada Tn.Z
Dengan Limfadenopati.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn.Z Dengan
Limfadenopati
b. Mampu merumuskan dan memprioritaskan diagnosa
keperawatan pada Tn.Z Dengan Limfadenopati
c. Mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan
(intervensi) pada Tn.Z Dengan Limfadenopati
d. Melakukan tindakan keperawatan (implementasi)
pada Tn.Z Dengan Limfadenopati
5
2. Pengamatan
Pengumpulan data secara pengamatan dan
pemeriksaan keadaan klien termasuk tanda dan
gejala yang dirasakan klien.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Data yang didapat melalui pengamatan terhadap
keadaan klien.
b. Palpasi
Jenis pemeriksaan dengan cara meraba.
c. Perkusi
Pemeriksaan fisik dengan cara menggunakan jari
tangan untuk mengetuk sehingga mengetahui
normal atau tidaknya suatu organ tubuh.
d. Auskultasi
Pemeriksaan fisik dengan cara mendengarkan
suara abnormal dalam tubuh.
4. Referensi
Pengumpulan data dengan mengambil referensi
yang sesuai dengan masalah.
5. Studi Kepustakaan
6
7
4. Limpa
Limpa adalah organ terbesar dalam sistem
limfatik, berada di sisi kiri bawah tulang rusuk
atau berada di atas perut. Fungsinya adalah untuk
menyaring dan menyimpan darah.Selain itu, limpa
juga berfungsi menghasilkan sel darah putih untuk
melawan infeksi atau penyakit.
5. Timus
Kelenjar timus sebagai bagian dari organ
sistem limfatik dan kelenjar endokrin, letaknya
berada di bekalang tulang dada. Fungsinya adalah
untuk mematangkan jenis sel darah putih tertentu,
sehingga melawan organisme asing.
Selain itu, kelenjar timus juga sudah mulai
mengembangkan sistem kekebalan tubuh dari sebelum
lahir hingga masa perkembangan anak.
6. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang adalah jaringan lunak
yang kenyal, letaknya berada di tengah tulang
tertentu. Sebagai contoh, tulang pinggul dan
tulang dada.
Sebenarnya, sumsum tulang bukanlah jaringan
limfatik. Akan tetapi, bisa dianggap menjadi
bagian sistem limfatik karena di sinilah limfosit
sel B dari sistem kekebalan menjadi matang.
7. Tonsil
Tonsil atau amandel adalah bagian dari organ
sistem limfatik yang berukuran kecil dan terletak
di belakang tenggorokan. Sebagai salah satu
pertahanan tubuh, fungsi tonsil yang utama adalah
memerangi infeksi.
8
Ini karena tonsil dapat menghasilkan sel
darah putih, antibodi, serta mampu menyaring
virus dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh.
Organ ini juga berfungsi mencegah masuknya benda
asing yang mungkin terhirup atau pun tertelan,
sebelum masuk ke dalam paru-paru.
Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi
pembesaran KGB (limfadenopati lokalisata) dan
pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata).
Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai
pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja,
sedangkan limfadenopati generalisata apabila
pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang
berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di
daerah kepala dan leher, gambaran lokasi
terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah
sebagai berikut: (Bakta IM.2016)
9
10
eferen(Zahra,Abu.2014).
Gambar 2. Skema kelenjar getah bening (KGB
11
B. KONSEP LIMFADENOPATI
1. Definisi
Limfadenopati merupakan pembesaran
Kelenjar Getah Bening (KGB) dengan ukuran
12
3. Patofisiologi
4. Skema Ptofisiologi
Radang Limfe
Resiko kekurangan
Banyak cairan interstitial Kandungan volume cairan
masuk ke pembuluh protein bertambah
limfe
(Chandrasoma,2015).
e. Pemeriksaan CT nodul limfa dilakukan
bersamaan selama pemeriksaan CT terhadap
sebagian besar tumor suprahyoid dan
infrahyoid atau peradangan. Kualitas
penilaian nodul limfa sangat tergantung pada
keberhasilan mencapai konsentrasi kontras
yang tinggi dalam struktur arteri dan vena
leher. Jika tidak, nodul dan pembuluh
mungkin tampak sangat mirip
(Chandrasoma,2015).
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksaan limfadenopati berdasarkan
pada penyebab masing- masing limfadenopati
tersebut. Tatalaksana atau pengobatan awal
yang dilakukan pada Limfadenopati biasanya
adalah diberikan antibiotik dengan durasi 1-2
minggu serta diobservasi. Beberapa antibiotik
ditargetkan untuk bakteri seperti
Staphylococcus aureus dan Streptococci group
A. Antibiotik yang disarankan untuk
limfadenopati adalah cephalosporins,
amoxicillin/clavulanate (Augmentin),
orclindamycin. Obat kortikosteroid sebaiknya
dihindari terlebih dahulu pada beberapa saat
karena pengobatan dengan kortikosteroid dapat
menunda diagnosis hitologik dari leukemia atau
limfoma. (Zahra,Abu.2014).
Penatalaksanaan limfadenopati dengan
penanganan pembedahan yang sering dilakukan
yaitu Limfadenektomi (pembedahan dimana KGB
20
3. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan keperawatan merupakan
serangkaian tindakan yang dapat mencapai
tujuan khusus. Perencanaan keperawatan
meliputi perumusan tujuan, tindakan dan
penelitian rangkaian asuhan keperawatan klien
31
1. Pasien merasa tenang tentang semua tindakan 2. Untuk memberikan rasa tenang
2. Cemas yang diberikan dan mengalihkan perhatian
berkurang/hilang 4. Berikan kesempatan 3. Agar pasien bisa kooperatif
kepada keluarga untuk dalam setiap perawatan
melakukan kunjungan tindakan yang diberikan
4. Agar pasien tidak merasa
sendirian dan bisa mengalihkan
pikirannya
36
4. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Focus dari
intervensi keperawatan antara lain adalah :
1) Memonitor vital sign
2) Memberikan informasi tentang nyeri
3) Mengendalikan faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi klien
4) Mengurangi faktor persepsi nyeri
5) Mengajarkan penggunaan teknik farmakologi
6) Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri
tanda dan gejala infeksi
7) Memberikan lingkungan dengan baik
8) Membatasi jumlah pengunjung
9) Mengajarkan pasien dan keluarga mengenal
tanda dan gejala infeksi
10)Berikan penjelasan tentang penyakitnya dan
semua tindakan yang diberikan
5. Evaluasi
a. Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini berfokus pada aktivitas
proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan
setelah perawat mengimplementasikan rencana
keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan.
b. Evaluasi Sumatif
Evaluasi jenis ini dikerjakan dengan cara
membandingkan antara tujuan yang akan dicapai.
Bila terdapat kesenjangan diantara keduanya,
mungkin semua tahap dalam proses keperawatan
perlu ditinjau kembali, agar di dapat data-
data, masalah atau rencana yang perlu
dimodifikasi
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN Tn. Z
A. IDENTITAS PASIEN
38
39
22X/m.
B. ANALISA DATA
TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH
Selasa Ds : Pasien Luka Nyeri akut
11-1-2022 mengatakan insisi
18:00 nyeri pada biopsi
luka bekas
operasi
Do : Pasien
tampak
meringis
menahan
sakit
KU : sedang
TD : 127/81
N : 82x/m
S : 36,6 oC
SPO2 = 89
RR : 22x/m
P : nyeri
insisi
biopsi
Q :
seperti di
tusuk-tusuk
R : leher
sebelah
kanan
S : S (1-10)
T : hilang
42
timbul
-
Selasa Ds : - Tindakan Resiko
11-1-2022 invasif infeksi
18:00 Do : -Tampak
luka
insisi
biopsi
pada
bagian
bawah
telinga
sebelah
kanan
- Tampak
luka
tertutup
dengan
balutan
kassa
TTV :
127/81 mmhg
N : 82x/m
S : 36,6
oCSPO2 = 89
RR : 22x/m
Kamis 09:00 Ansietas b/d Perubahan Berikan penjelasan Untuk memberikan rasa
12-1- status kesehatan tentang semua tindakan tenang dan mengalihkan
2022 Tujuan yang diberikan perhatian
Dalam waktu 1 x 24 jam
situasi cemas dapat
teratasi : Cemas hilang
A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Selasa 2 1. Memberikan lingkungan dengan S : -
11-1-2022 baik O : - Tampak luka
2. Membatasi jumlah pengunjung insisi biopsi
3. Mengajarkan cuci tangan pada bagian
4. Memastikan perawatan luka yang bawah telinga
tepat sebelah kanan
5. Memberikan antibiotik yang - Tampak luka
tepat tertutup dengan
6. Mengajarkan pasien dan balutan kassa
keluarga mengenal tanda dan A : masalah belum
gejala infeksi teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
Selasa 3 1. Mengkaji pengetahuan pasien S : Pasien menyatakan
11-1-2022 mengenai penyakit cemas dengan
2. Memberikan penjelasan tentang keadaannya, dan
52
A ; masalah teratasi
P : intervensi
dihentikan
54
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian didapatkan data-data
secara menyeluruh melalui wawancara, observasi,
catatan medis, dan catatan keperawatan. Dalam
memperoleh data-data pada kasus ini perawat tidak
mengalami kesulitan atau hambatan. Hal ini karena
pasien cukup terbuka dan berusaha memberikan
informasi yang dibutuhkan secara jelas sehingga
mudah bagi perawat untuk melakukan tindakan
keperawatan.
Pada pengkajian diperoleh data, yaitu : nama:
Tn. Z, Umur 18 tahun, Masih sekolah SMK bertempat
tinggal di Jl. Bukit Barisan Komp.Wirapratama No.36
A Kemuning Banjarbaru Selatan. Dari informasi yang
didapat pasien masuk RSD Idaman Banjarbaru pada
55
56
B. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil asuhan keperawatan pada Tn.Z Dengan
Limfadenopati, didapatkan beberapa masalah yang
menjadi pendukung untuk dijadikan diagnosa, yaitu:
1. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi biopsi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan infasif
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang dilakukan
dimana perawat mengaplikasikan tindakan sesuai
dengan rencana keperawatan yang telah disusun
sebelumnya (Kusuma, 2015). Tindakan yang diberikan
kepada pasien sudah sesuai dengan intervensi yang
dipaparkan sebelumnya.
Langkah ini merupakan pelaksanaan dari rencana
tindakan keperawatan sehingga pelaksanaan ini tidak
ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam
melaksanakan implementasi baik mandiri dan
kolaboratif tidak ada hambatan atau kendala.
Implementasi Keperawatan sesuai dengan rencana
tindakan yang telah ditentukan dan dapat
dilaksanakan semuannya dengan optimal. Pelaksanaan
asuhan keperawatan bisa optimal karena didukung
dengan sarana dan prasarana yang cukup, kerja sama
dengan tim medis lainnya, serta pastisipasi keluarga
dengan pasien selama mendapatkan tindakan medis dan
perawatan dirumah sakit.
Implementasi yang dilakukan berdasarkan
perencanaan sebelumnya, semua yang telah
direncanakan harus dilakukan diimplmentasi. Setelah
dilakukan tindakan tersebut pengkaji melihat respon
pasien baik dari data subyektif maupun data
objektif. Tindakan semua telah dilakukan dan melihat
68
E. Evaluasi
Hasil evaluasi yang didapatkan dari tiga
diagnosa keperawatan semua diagnosa keperawatan
dapat terlaksana dan berjalan sesuai apa yang
direncanakan tetapi kriteria hasil yang diharapkan
bisa teratasi.
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan pasien dengan
tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan tenaga medis yang lain agar mencapai
tujuan/kriteria hasil yang telah ditetapkan(Harahap,
2019). Evaluasi keperawatan yang dilakukan oleh
penulis diruangan sudah sesuai dengan teori yaitu
menggunakan SOAP.
Pada pasien dapat dinilai hasil pelaksanaan
perawatan dengan melihat catatan perkembangan, hasil
pemeriksaan pasien, melihat langsung keadaan dari
keluhan pasien, yang timbul sebagai masalah.
Evaluasi yang dilakukan pada Tn Z semua diagnosa
teratasi. Hal ini dibuktikan dengan hasil evaluasi
pada tangga 14 Januari 2022 didapatkan bahwa masalah
70
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan
diatas sesuai dengan aplikasi teori dan pengalaman
praktik, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pengkajian yang dilakukan pada Tn.Z didapatkan
data fokus subjektif pasien tanda-tanda vital
dengan tekanan darah 127/81 mmHg, N 82X/m, SPO2
89%, T.36,6 o
C, RR 22X/m.Baik dari data subjektif
maupun objektif dapat dijelaskan bahwa pasien
mengalami masalah penyakit Limfadenopati ditandai
dengan pembengkakan atau pembesaran pada kelenjar
getah bening.
2. Ada terdapat kesenjangan antara diagnosa
keperawatan dengan aplikasi langsung dilahan
praktik, diagnosa keperawatan yang tidak
ditegakkan dilahan praktik adalah
ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
nyeri karena pola napas pasien normal.
3. Rencana tindakan keperawatan yang dilakukan pada
Tn.Z terlaksana semua seperti pada intervensi
keperawatan tinjauan teoritis yaitu :
a. Nyeri akut berhubungan dengan luka insisi
biopsi
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis
menyarankan :
1. Bagi pasien
Untuk pasien diharapkan lebih memperhatikan
dan meningkatkan lagi perilaku hidup sehat dan
menjaga kondisi tubuh serta menghindari hal-hal
yang dapat memicu terjadinya
limfadenopati.Terdapat beberapa makanan yang
sebaiknya dihindari bagi pengidap penyakit
limfadenopati. Contohnya seperti daging berlemak,
fast food atau makanan cepat saji, hingga makanan
yang mengandung gula tinggi. Sebab, beberapa
makanan tersebut meingkatkan risiko infeksi atau
peradangan pada tubuh.
75
DAFTAR PUSTAKA