Makalah Kimia Bahan Alam Laut Alkaloid

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KIMIA BAHAN ALAM LAUT

“GOLONGAN ALKALOID”

OLEH:

KELOMPOK 1

NAMA : RONALDO HAMSAH

HASRIANTI HARTONO

INDAH MELYANA SARI

CHELINE AUDRIANA SALAM’ KATILI

VIRA AYU VOLANTIKA

KELAS : C2 Konversi

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PANCA SAKTI

MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan limpahan rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah

yang berjudul “Golongan Alkaloid” dengan lancar.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan

serta pengetahuan para pembaca mengenai karakter senyawa, prosedur umum, prosedur

khusus isolasi target, hasil dan kesimpulan dari senyawa alkaloid. Penyusun juga menyadari

sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa

yang kami harapkan. Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik, saran, dan usulan

demi perbaikan di masa yang akan datang , mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa

sarana yang membangun.

Melalui kata pengantar ini penyusun terlebih dahulu meminta maaf dan memohon

pemakluman bila mana terdapat kesalahan pada makalah ini. Dan dengan ini penulis

mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga dapat

memberikan manfaat bagi para pembacanya.

Makassar, 22 Juni 2022

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Senyawa Alkaloid.............................................................................4
2.2 Prinsip Dasar Pembentukan Senyawa Alkaloid..................................................5
2.3 Klasifikasi Senyawa Alkaloid.............................................................................6
2.4 Fungsi Senyawa Alkaloid...................................................................................6
2.5 Bagaimana Sifat Fisika Dan Kimia Senyawa Alkaloid......................................9
2.6 Apa Saja Manfaat/Kegunaan Senyawa Alkaloid................................................9
2.7 Tanaman Penghasil Senyawa Alkaloid...............................................................9
2.8 Prosedur Umum Pengujian Senyawa Alkaloid...................................................11
2.9 Prosedur Khusus Pengujian Senyawa Alkaloid..................................................12

BAB IIIPENUTUP
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................15
3.2. Saran.................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keanekaragaman flora (biodiversity) berarti keanekaragaman senyawa kimia

(chemodiversity) yang kemungkinan terkandung di dalamnya baik yang berupa

metabolisme primer (metabolit primer) seperti protein, karbohidrat, dan lemak yang

digunakan oleh tumbuhan itu sendiri untuk pertumbuhannya ataupun senyawa kimia

dari hasil metabolisme sekunder (metabolit sekunder) seperti terpenoid, steroid,

kumarin, flavonoid, dan alkaloid. Senyawa metabolit sekunder merupakan senyawa

kimia yang umumnya mempunyai kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai

pelindung tumbuhan dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau

lingkungannya. Hal ini memacu dilakukannya penelitian dan penelusuran senyawa

kimia terutama metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan. Seiring

dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti teknik pemisahan, metode

analisis, dan uji farmakologi. Senyawa hasil isolasi atau senyawa semi sintetik yang

diperoleh dari tumbuhan sebagai obat atau bahan baku obat.

Metabolisme sekunder juga disebut metabolisme khusus adalah istilah untuk

jalur dan molekul kecil produk dari metabolisme yang tidak mutlak diperlukan untuk

kelangsungan hidup organisme. Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah

banyak digunakan untuk zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan

sebagainya. Serta banyak jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat-obatan, dikenal

sebagai obat tradisional sehingga perlu dilakukan penelitian tentang penggunaan

tumbuh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahui senyawa kimia yang bermanfaat sebagai

obat. ndonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang terdiri dari beribu-
ribu pulau yang kaya sumber alam terutama tumbuh-tumbuhan yang sangat beraneka

ragam. Beberapa jenis tumbuhan digunakan sebagai ramuan obat yang penggunaanya

didasarkan secara turun-temurun maka para peneliti kimia telah melakukan

penyelidikan terhadap kandungan kimia tanaman tersebut. Ilmu yang mempelajari zat

yang berkhasiat dalam tumbuhan meliputi identifikasi, isolasi serta penetapan

kadarnya dikenal dengan ilmu fitokimia.

Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan

obat-obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, teh dan racun.

Obat-obat yang pertama ditemukan secara kimia adalah opium, getah kering

Apium Papaver somniferum. Opium telah digunakan sebagai obat-obatan dan sifatnya

sebagai analgetik dan narkotik sudah diketahui. Pada tahun 1803, Derosne mengisolasi

alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama narkotin. Seturner pada tahun 1805

mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin.

Selain itu, pada tahun 1817-1820 di Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas

Farmasi di Paris, melanjutkan penelitian dibidang kimia alkaloid yang menakjubkan.

Diantara alkaloid yang diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhnin,

Emetin, Brusin, Piperin, kaffein, Quinin, Sinkhonin dan Kolkhisin.

Menurut Cordell (1981), sebagian besar sumber alkaloid adalah tanaman

berbunga (angiospermae). Kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid

adalah liliaceae, solamae, solanace dan rubiacea. Karena alkaloid sebagai suatu

kelompoak senyawa yang terdapat sebagian besar pada tanaman berbunga, maka para

ilmuwan sangat tertarik pada sistematika aturan tanaman. Kelompok tertentu alkaloid

dihubungkan dengan famili tanaman tertentu.

2
1.2 Rumusan Masalah

2.1 Apa yang dimaksud dengan senyawa Alkaloid?

2.2 Bagaimana prinsip dasar pembentukan senyawa Alkaloid?

2.3 Apa saja klasifikasi senyawa Alkaloid?

2.4 Apa saja fungsi senyawa Alkaloid?

2.5 Bagaimana sifat fisika dan kimia senyawa Alkaloid?

2.6 Apa saja manfaat/kegunaan senyawa Alkaloid?

2.7 Apa saja tanaman penghasil senyawa Alkaloid?

2.8 Bagaimana prosedur umum pengujian senyawa Alkaloid?

2.9 Bagaimana prosedur khusus pengujian senyawa Alkaloid?

1.3 Tujuan

2.1 Untuk mengetahui dan memahami pengertian Alkaloid

2.2 Untuk mengetahui prinsip dasar pembentukan senyawa Alkaloid

2.3 Untuk mengetahui klasifikasi senyawa Alkaloid

2.4 Untuk mengetahui fungsi senyawa Alkaloid

2.5 Untuk mengetahui sifat fisika da kimia senyawa Alkaloid

2.6 Untuk mengetahui manfaat/kegunaan senyawa Alkaloid

2.7 Untuk mengetahui tanaman penghasil senyawa Alkaloid

2.8 Untuk mengetahui prosedur umum pengujian senyawa Alkaloid

2.9 Untuk mengetahui prosedur khusus pengujian senyawa Alkaloid

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Alkaloid

Alkaloid adalah suatu golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan di

alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luas dalam

berbagai jenis tumbuhan tingkat tinggi. Sebagian besar alkaloid terdapat pada

tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan monokotil dan pteridofita mengandung

alkaloid dengan kadar yang sedikit. Pengertian lain Alkaloid adalah senyawa organik

yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini disebabkan karena

adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam struktur lingkar

heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan efek farmakologis

pada manusia dan hewan. Sebagai contoh, morfina sebagai pereda rasa sakit, reserfina

sebagai obat penenang, atrofina berfungsi sebagai antispamodia, kokain sebagai

anestetik lokal, dan strisina sebagai stimulan syaraf (Ikan, 1969). Selain itu ada

beberapa pengecualian, dimana termasuk golongan alkaloid tapi atom N (Nitrogen)

terdapat di dalam rantai lurus atau alifatis.

Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi

secara karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan

kereaktifan fisiologi yang khas. Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan

nitrogen, sebagian besar diantaranya mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya

yang mirip dengan alkali (bersifat basa) dikarenakan adanya sepasang elektron bebas

yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat mendonorkan sepasang elektronnya.

Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan bertahun-tahun.

Definisi tunggal untuk alkaloid belum juga ditentukan. Trier menyatakan

bahwa sebagai hasil kemajuan ilmu pengetahuan, istilah yang beragam senyawa

4
alkaloid akhirnya harus ditinggalkan (Hesse, 1981). Garam alkaloid dan alkaloid bebas

biasanya berupa senyawa padat, berbentuk kristal tidak berwarna (berberina dan

serpentina berwarna kuning). Alkaloid sering kali optik aktif, dan biasanya hanya satu

dari isomer optik yang dijumpai di alam, meskipun dalam beberapa kasus dikenal

campuran rasemat, dan pada kasus lain satu tumbuhan mengandung satu isomer

sementara tumbuhan lain mengandung enantiomernya (Gritter, 1995).

2.2 Prinsip Dasar Pembentukan Alkaloid

Asam amino merupakan senyawa organik yang sangat penting, senyawa ini

terdiri dari amino (NH2) dan karboksil (COOH). Ada 20 jenis asam amino esensial

yang merupakan standar atau yang dikenal sebagai alfa asam amino alanin, arginin,

asparagin, asam aspartat, sistein, asam glutamat , glutamin, glisin, histidine, isoleusin,

leusin, lysin, metionin, fenilalanine, prolin, serine, treonine, triptopan, tirosine, and

valin(4). Dari 20 jenis asam amino yang disebutkan diatas, alkaloid diketahui berasal

dari sejumlah kecil asam amino yaitu ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid

alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan alkaloid jenis isokuinolin, dan

triftopan yang menurunkan alkaloid indol. Reaksi utama yang mendasari biosintesis

senyawa alkaloid adalah reaksi mannich antara suatu aldehida dan suatu amina primer

dan sekunder, dan suatu senyawa enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan

reaksi rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga

ditemukan dalam biosintesis alkaloid. Kemudian reaksi yang mendasari pembentukan

alkaloid membentuk basa. Basa kemudian bereaksi dengan karbanion dalam

kondensasi hingga terbentuklah alkaloid.

Disamping reaksi-reaksi dasar ini, biosintesa alkaloida melibatkan reaksi-reaksi

sekunder yang menyebabkab terbentuknya berbagai jenis struktur alkaloida. Salah satu

dari reaksi sekunder ini yang terpenting adalah reaksi rangkap oksidatif fenol pada

5
posisi orto atau para dari gugus fenol. Reaksi ini berlangsung dengan mekanisme

radikal bebas.

Reaksi-reaksi sekunder lain seperti metilasi dari atom oksigen menghasilkan

gugus metoksil dan metilasi nitrogen menghasilkan gugus N-metil ataupun oksidasi

dari gugus amina. Keragaman struktur alkaloid disebabkan oleh keterlibatan fragmen-

fragmen kecil yang berasal dari jalur mevalonat, fenilpropanoid dan poliasetat.

Dalam biosintesa higrin, pertama terjadi oksidasi pada gugus amina yang diikuti

oleh reaksi Mannich yang menghasilkan tropinon, selanjutnya terjadi reaksi reduksi

dan esterifikasi menghasilkan hiosiamin (2).

2.3 Klasifikasi Alkaloid

Metode klasifikasi alkaloid yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan

struktur nitrogen yang dikandungnya, yaitu :

1. Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid yang atom nitrogennya berada dalam

cincin heterosiklis. Alkaloid ini dibagi menjadi alkaloid pirolidin, alkaloid indol,

alkaloid piperidin, alkaloid piridin, alkaloid tropan, alkaloid histamin, imidazol dan

guanidin, alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin, alkaloid akridin, alkaloid

kuinazolin, alkaloid izidin.

2. Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis, seperti efedrina.

3. Alkaloid putressin, spermin dan spermidin, misalnya pausina.

4. Alkaloid peptida merupakan alkaloid yang mengandung ikatan peptida.

5. Alkaloid terpena dan steroidal, contohnya funtumina.(Widi, 2007)

2.4 Fungsi Alkaloid

Alkaloid telah dikenal selama bertahun-tahun dan telah menarik perhatian

terutama karena pengaruh fisiologinya terhadap mamalia dan pemakaiannya di bidang

farmasi, tetapi fungsinya dalam tumbuhan hampir sama sekali kabur. Beberapa

6
pendapat mengenai kemungkinan perannya dalam tumbuhan sebagai berikut (Gritter,

1995):

a. Alkaloid berfungsi sebagai hasil buangan nitrogen seperti urea dan asam urat dalam

hewan (salah satu pendapat yang dikemukan pertama kali, sekarang tidak dianut

lagi).

b. Beberapa alkaloid mungkin bertindak sebagai tandon penyimpanan nitrogen

meskipun banyak alkaloid ditimbun dan tidak mengalami metabolisme lebih lanjut

meskipun sangat kekurangan nitrogen.

c. Pada beberapa kasus, alkaloid dapat melindungi tumbuhan dari serangan parasit

atau pemangsa tumbuhan. Meskipun dalam beberapa peristiwa bukti yang

mendukung fungsi ini tidak dikemukakan, mungkin merupakan konsep yang direka-

reka dan bersifat ‘manusia sentris’.

d. Alkaloid dapat berlaku sebagai pengatur tumbuh, karena dari segi struktur, beberapa

alkaloid menyerupai pengatur tumbuh. Beberapa alkaloid merangasang

perkecambahan yang lainnya menghambat.

e. Semula disarankan oleh Liebig bahwa alkaloid, karena sebagian besar bersifat basa,

dapat mengganti basa mineral dalam mempertahankan kesetimbangan ion dalam

tumbuhan.

Salah satu contoh alkaloid yang pertama sekali bermanfaat dalam bidang medis

adalah morfin yang diisolasi tahun 1805. Alkaloid diterpenoid yang diisolasi dari

tanaman memiliki sifat antimikroba. Solamargine, suatu glikoalkoid dari tanaman berri

solanum khasianum mungkin bermanfaat terhadap infeksi HIV dan infeksi intestinal

yang berhubungan dengan AIDS.

7
Ketika alkaloid ditemukan memiliki efek antimikroba temasuk terhadap Giarde

dan Entamoeba, efek anti diare utama mereka kemungkinan disebabkan oleh efek

mereka pada usus kecil. Berberin merupakan satu contoh penting alkaloid yang

potensial efektif terhadap typanosoma dan plasmodia. Mekanisme kerja dari alkaloid

kuartener planar aromatik seperti berberin dan harman dihubungkan dengan

kemampuan mereka untuk berinterkalasi dengan DNA.

Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum dikenal

dalam bidang farmakologi :

Senyawa Alkaloid
Aktivitas Biologi
(Nama Trivial)

Nikotin Stimulan pada syaraf otonom

Morfin Analgesik

Kodein Analgesik, obat batuk

Atropin Obat tetes mata

Skopolamin Sedatif menjelang operasi

Kokain Analgesik

Piperin Antifeedant (bioinsektisida)

Quinin Obat malaria

Vinkristin Obat kanker

Ergotamin Analgesik pada migraine

Reserpin Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi

Mitraginin Analgesik dan antitusif

Vinblastin Anti neoplastik, obat kanker

Saponin Antibakteri

8
2.5 Sifat Fisika dan Kimia Senyawa Alkaloid

 Sifat Fisika Senyawa Alkaloid

  alkaloid umumnya berbentuk padat (kristal), meskipun dalam suhu kamar ada

yang cair (misalkan nikotin), memutar bidang polarisasi, berasa pahit, bentuk

garam larut dalam air dan larut dalam pelarut organik dalam bentuk bebas atau

basanya (Harborne, 1997).

 Sifat Kimia Senyawa Alkaloid

alkaloid ini yaitu basa, toksik, keaktifan fisiologi besar, biasanya mengandung

atom nitrogen didalam cincin heterosiklik, turunan asam amino, distribusinya

terbatas dan biasanya terbentuk didalam tumbuhan sebagai garam dan asam

organik.

2.6 Manfaat / Kegunaan Senyawa Alkaloid

Manfaat/kegunaan alkaloid dalam bidang kesehatan antara lain adalah untuk

memacu sistem saraf, menaikkan atau menurunkan tekanan darah dan melawan

infeksi mikrobia (Solomon, 1980; Carey, 2006).

2.7 Tanaman Penghasil Senyawa Alkaloid

Senyawa alkaloid merupakan senyawa organik terbanyak ditemukan di alam.

Hampir seluruh alkaloid berasal dari tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis

tumbuhan. Secara organoleptik, daun-daunan yang berasa sepat dan pahit, biasanya

teridentifikasi mengandung alkaloid. Selain daun-daunan, senyawa alkaloid dapat

ditemukan pada akar, biji, ranting, dan kulit kayu.

Alkaloid dihasilkan oleh banyak organisme, mulai dari bakteria, fungi (jamur),

tumbuhan, dan hewan. Ekstraksi secara kasar biasanya dengan mudah dapat dilakukan

9
melalui teknik ekstraksi asam-basa. Rasa pahit atau getir yang dirasakan lidah dapat

disebabkan oleh alkaloid. Istilah "alkaloid" (berarti "mirip alkali", karena dianggap

bersifat basa) pertama kali dipakai oleh Carl Friedrich Wilhelm Meissner (1819),

seorang apoteker dari Halle (Jerman) untuk menyebut berbagai senyawa yang diperoleh

dari ekstraksi tumbuhan yang bersifat basa (pada waktu itu sudah dikenal, misalnya,

morfina, striknina, serta solanina). Hingga sekarang dikenal sekitar 10.000 senyawa

yang tergolong alkaloid dengan struktur sangat beragam, sehingga hingga sekarang

tidak ada batasan yang jelas untuknya.

Cokelat adalah makanan yang diolah dari biji kakao. Cokelat mengandung

alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan anandamida yang memiliki efek

fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan ini banyak dihubungkan dengan tingkat

serotonin dalam otak. Menurut ilmuwan, cokelat jika dimakan dalam jumlah normal

secara teratur dapat menurunkan tekanan darah.

Tembakau mengandung senyawa alkaloid, diantaranya adalah nikotin. Nikotin

termasuk dalam golongan alkaloiod yang terdapat dalam famili Solanaceae. Nikotin

dalam jumlah banyak terdapat dalam tanaman tembakau, sedang dalam jumlah kecil

terdapat pada tomat, kentang dan terung. Nikotin dan kokain dapat pula ditemukan pada

daun tanaman kota. Kadar nikotin berkisar antara 0,6-3,0 % dari berat kering tembakau,

dimana proses biosintesisnya terjadi di akar dan terakumulasi pada daun tembakau.

Nikotin terjadi dari biosintesis unsur N pada akar dan terakumulasi pada daun. Fungsi

nikotin adalah sebagai bahan kimia antiherbivora dan adanya kandungan neurotoxin

yang sangat sensitif bagi serangga, sehingga nikotin digunakan sebagai insektisida pada

masa lalu.

Kecubung adalah tumbuhan penghasil bahan obat-obatan yang telah dikenal

sejak ribuan tahun,di antaranya Datura Stramonium, Datura tatura, dan Brugmansia

10
suaviolens, namun daya khasiat masing-masing jenis kecubung, berbeda-beda.

Penyalahgunaan kecubung memang sering terjadi, sehingga bukan obat yang didapat

malah racun (menyebabkan pusing) yang sangat berbahaya. Hampir seluruh bagian

tanaman kecubung dapat dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini disebabkan seluruh

bagiannya mengandung alkaoida atau disebut hiosamin (atropin) dan scopolamin,

seperti pada tanaman Atropa belladona.Alkahoid ini bersifat racun sehingga

pemakaiannya terbatas pada bagian luar. Biji kecubung mengandung hiosin dan lemak,

sedangkan daunnya mengandung kalsium oksalat. Berkhasiat mengobati rematik,

sembelit, asma, sakit pinggang, bengkak, encok, eksim, dan radang anak telinga.

Kopi juga termasuk ke dalam tanaman yang mengandung senyawa alkaloid.

Kopi terkenal akan kandungan kafeinnya yang tinggi. Kafein kopi merupakan senyawa

hasil metabolisme sekunder golongan alkaloid dari tanaman kopi dan memilik rasa yang

pahit.

Buah pare dalam bahasa latin disebut Momordica charantia L berasal dari

kawasan Asia Tropis. Buahnya mengandung albiminoid, karbohidrat, dan zat warna,

daunnya mengandung momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak.

Bijinya mengandung saponin, alkaloid, triterprenoid, dan asam momordial. Manfaat

buah ini dapat merangsang nafsu makan, menyembuhkan batuk, memperlancar

pencernaan, membersihkan darah bagi wanita yang baru melahirkan, dapat

menyembuhkan penyakit kuning, juga cocok untuk menyembuhkan mencret pada bayi.

2.8 Prosedur Umum Pengujian Alkaloid

Secara umum senyawa alkaloid diekstrak dari tumbuhan menggunakan beberapa

pelarut untuk menghilangkan lemak yang tercampur, kemudian ekstraknya dibasakan

dengan larutan NH310% dan Al2O3. Campuran ini selanjutnya dipisahkan secara

kromatografi kolom dan diidentifikasi. Identifikasi senyawa alkaloid dapat dilakukan

11
dengan metoda fisika, dengan cara penyinaran kromatogram di bawah sinar ultraviolet

254 nm dan 366 nm. Beberapa alkaloid memberikan warna fluoresensi biru atau kuning

di bawah sinar tersebut, serta metoda kimia dengan menggunakan pereaksi tertentu,

seperti pereaksi dragendorf membentuk endapan jingga-merah.

R – N = R + K[BiI4] R2N+K[BiI4] (endapan jingga)

R3N+ + K[BiI4] K(R3N) [BiI4] (endapan jingga)

Identifikasi selanjutnya adalah dengan spektroskopi ultraviolet dan sinar tampak

yang memberikan keterangan tentang tipe struktur molekulnya. Panjang gelombang

maksimum yang diberikan oleh suatu senyawa dapat digunakan sebagai perkiraan awal

terhadap jenis senyawa tersebut. Cara identifikasi lainnya adalah dengan menggunakan

spektroskopi inframerah yang memberikan informasi tentang gugus-gugus fungsional

dalam suatu senyawa. Pada umumnya senyawa alkaloid memberikan serapan khas pada

daerah frekuensi 3480-3205 cm-1-N-H ), 2100-1980 cm -1 (=N+-H), 1660-1480 cm-1

(C=N-), 1350-1000 cm –l
(-C-N-) dan beberapa serapan lainnya yang khas untuk

masing-masing.(Widi, 2007)

2.9 Prosedur Khusus Pengujian Alkaloid

Dua metode yang paling banyak digunakan untuk menyeleksi tanaman yang

mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan

tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu

dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal

dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid

diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes

positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam

dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini

menghasilkan endapan dengan pereaksi tersebut di atas, ini berarti tanaman

12
mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya

alkaloid quartener.

Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat

dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman kering pertama-

tama diubah menjadi basa bebas dengan larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh

kemudian diekstrak dengan kloroform, ekstrak dipekatkan dan alkaloid diubah menjadi

hidrokloridanya dengan cara menambahkan asam klorida 2 N. Filtrat larutan berair

kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer,Dragendorff

atau Bauchardat. Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan

menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin.

Beberapa pereaksi pengendapan digunakan untuk memisahlkan jenis alkaloid.

Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam

yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi

mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff

mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat

mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam

silikotungstat menandung kompleks silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai

pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap

gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dari popularitasnya, formulasi mayer kurang

sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff.

Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim

untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan

dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan kromatografi lapis tipis.

Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi

yang sangat umum adalah pereaksi Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna

13
jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa

sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang

berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain tetapi kurang digunakan

adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III) klorida.

Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa

membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan

atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide

yang diasamkan) memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau

dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium sulfat (CAS) berasam (asam sulfat

atau fosfat) memberikan warna yang berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna

tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid.

Campuran feriklorida dan asam perklorat digunakan untuk mendeteksi alkloid

Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra

ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat

dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-

asam fosfat.

14
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Metabolit sekunder merupakan senyawa kimia yang umumnya mempunyai

kemampuan bioaktivitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan dari gangguan

hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya Alkaloid adalah

senyawa organik yang terdapat di alam bersifat basa atau alkali dan sifat basa ini

disebabkan karena adanya atom N (Nitrogen) dalam molekul senyawa tersebut dalam

struktur lingkar heterosiklik atau aromatis, dan dalam dosis kecil dapat memberikan

efek farmakologis pada manusia dan hewan.

3.2. Saran

Dengan terselesaikannya makalah ini penyusun berharap makalah ini dapat

bermanfaat bagi pembaca. selain itu .penyusun juga mengharapkan kritik dan saran

yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini

15
DAFTAR PUSTAKA

Cordell, Geoffrey A. 1981. Introduction to Alkaloids. John Wiley & Sons : New York

Manfred Hesse. 1986. Alkaloid Chemistry, A Wiley-Intersciance Publicatin. John Wiley &
Sons : New York.

Gritter, R. J. 1991. Pengantar Kromatografi Terbitan ke-2. ITB : Bandung.

Widi, Restu Kartiko. 2007. Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Batang
Kayu Kuning (Arcangelisia Flava Merr) (Screening and Identification of Alkaloid
Compounds in Kayu Kuning Stem (Arcangelisia Flava Merr)). Jurnal ILMU DASAR,
Vol. 8 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai