Cari
Cari
Cari
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes
RI, 2011).
yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk
Gastroenteritis adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa
juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair
dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih
dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair
yang dapat disertai lendir atau darah dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali
sehari dimana diare akut berlangsung kurang dari dua minggu dan diare kronik
2. Etiologi
Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor,
yaitu :
a. Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk
Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif
dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan
Yersinia, Aeromonas.
hominis), jamur (Candida albicans).
5) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,
b. Faktor malabsorbsi
tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke
rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
1) Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa),
munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein
c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan
kesempatan untuk menyerap makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi
terhadap makanan.
d. Faktor psikologis
3. Patofisiologi
Menurut Suriadi (2010), akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis
adalah :
akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan
toksin terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal
intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini
4. Pathway
Meningkatnya
tekanan osmotik
Gambar 1
Menurut Widjaja (2006), tanda dan gejala penyakit diare pada anak yaitu:
e. Anusnya lecet.
f. Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
i. Dehidrasi
6. Pemeriksaan Penunjang
yang tepat, sehingga dapat memnerikan terapi yang tepat pula (Suharyono, 2004).
b. Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini test), lemak, dan kultur
urine.
7. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2001), akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit
b. Syok hipovolemik.
laktose.
f. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang berlangsung lama)
1. Pengkajian
a. Identitas
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur,
tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan.
b. Keluhan utama
Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare
tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), BAB > 10 kali
(dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah
diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare
2) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
3) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
5) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala
6) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal
pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang.
d. Riwayat kesehatan
berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita
campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada
pasien.
2) Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotik) karena faktor ini
3) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama,
e. Riwayat nutrisi
1) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat mengurangi resiko diare
2) Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan
dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan
pencemaran.
3) Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus dan minum
seperti biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus dan banyak
minum. Pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.
g. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Tabel 2
Tingkat Dehidrasi
sedang
ml/kg)
3) Kulit
dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan kuku).
Apabila turgor kembali dengan cepat (< 2 detik), berarti diare tersebut tanpa
dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (= 2 detik), ini berarti diare
dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (> 2 detik),
biasanya cekung.
5) Mata
Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal. Apabila
7) Abdomen
8) Anus
Apakah ada iritasi pada kulitnya karena frekuensi BAB yang menigkat.
2. Diagnosa Keperawatan
yang berlebihan.
c. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder
terhadap diare.
d. Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.
e. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi
berhubungan
dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi danketerbatas
an kognitif.
3. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa I : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
1) Guidance
Kaji dan pantau tanda dan gejala dehidrasi dan intake output cairan.
dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera
upaya rehidrasi cairan yang telah keluar akibat BAB yang berlebihan.
3) Teaching
Ajarkan keluarga untuk sering memberikan minum air putih pada pasien.
Rasional : Agar keluarga mengetahui memberikan air minum yang sering untuk
4) Environment
metabolik.
5) Collaboration
denganoutput yang berlebihan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
1) Guidance
defisit.
2) Support
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera
Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk
3) Teaching
diet.
status nutrisinya.
4) Environment
kebutuhan metabolik.
5) Collaboration
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien.
nutrisi pasien.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
3) Tidak terdapat tanda- tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtiolaesa)
1) Guidance
2) Support
panas tubuh.
3) Teaching
Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bahaya suhu tubuh yang
Rasional : Agar keluarga mengetahui bahaya suhu tubuh yang meningkat pada
4) Environment
kebutuhan metabolik.
5) Collaboration
2) Klien tampak tenang dan tidak rewel
1) Guidance
salah pada perawat dan rumah sakit.
sakit.
2) Support
non verbal.
aman pada klien.
3) Teaching
Libatkan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan.
Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga.
4) Environment
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan ansietas.
5) Collaboration
salah interpretasi informasidan keterbatasan kognitif.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat
1) Guidance
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran,
termasuk pengetahuantentang penyakit dan perawatan anaknya.
serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
2) Support
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
Rasional : Meningkatkan kemandirian dan control keluarga klien terhadapkebutuh
an perawatan diri anaknya.
3) Teaching
penyebab dan akibatnya terhadapgangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari da
n aktivitas sehari-hari.
Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkanpartisipas
4) Environment
5) Collaboration
4. Evaluasi
Gastroenteritis adalah keadaan dimana frekuensi buang air besar lebih dari 4
kali pada bayi dan lebih 3 kali pada anak dengan konsistensi feses encer, dapat
berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah/lendir saja (Sudaryat
Suraatmaja.2005).
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang
memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan
Mayers,1995 ).
yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et
all.1996).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau
bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari biasanya
(FKUI,1965).
diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan (Marlenan
Mayers,1995 ).
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar,
dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau
virus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dengan
B. ETIOLOGI
Factor presipitasi:
Factor predisposisi:
C. KLASIFIKASI
3. Berdasarkan derajatnya
a. Diare tanpa dehidrasi
a. Infektif
b. Non infeksif
atau toksikologik.
D. DERAJAT DEHIDRASI
1. Dehidrasi ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
2. Dehidrasi Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit
jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
3. Dehidrasi Berat
1. Kuman Salmonella
Suhu badan naik, konsistensi tinja cair/encer dan berbau tidak enak, kadang-
kadang mengandung lendir dan darah, stadium prodomal berlangsung selama 2-4
Lemah, berat badan sukar naik, pada bayi mulas yang menetap.
3. Kuman Vibrio
Konsistensi encer dan tanpa diketahui mules dalam waktu singkat terjadi, akan
berubah menjadi cairan putih keruh tidak berbau busuk amis, yang bila diare akan
berubah menjadi campuran-campuran putih, mual dan kejang pada otot kaki.
4. Kuman Disentri
Sakit perut, muntah, sakit kepala, BAB berlendir dan berwarna kemerahan, suhu
5. Kuman Virus
Tidak suka makan, BAB berupa cair, jarang didapat darah, berlangsung selama 2-
3 hari.
6. Gastroenteritis Choleform
Gejala utamanya diare dan muntah, diare yang terjadi tanpa mulas dan tidak
mual, bentuk feses seperti air cucian beras dan sering mengakibatkan dehidrasi.
7. Gastroenteritis Desentrium
Gejala yang timbul adalah toksik diare, kotoran mengandung darah dan lendir
yang disebut sindroma desentri, jarang mengakibatkan dehidrasi dan tanda yang
sangat jelas timbul 4 hari sekali yaitu febris, perut kembung, anoreksia, mual dan
muntah.
F. PATOFISIOLOGI
Diare dapat terjadi karena beberapa karena beberapa antara lain virus yang
usus halus.Sel epitel usus halus bagian apical akan diganti oleh sel bagian kripta
yang belum matang,berbentuk kutub atau gepeng akibatna sel-sel epitel ini tidak
dapat berfungsi untuk menyerap air dan makanan sebagai akiat lebih lanjut akan
menyerap dan mencerna makanan akan berkurang pada saat ini biasanya diare
akan muncul.
Adanya bakteri dimana akteri masuk dalam traktus digestivus kemudian akan
atau enzim guonil siklase.Sebagai akibat peningkatan enzim –enzim ini akan
merangsang klorida,natrium dan air dan dalam sel ke lumen usus kedalam sel.hal
cairan yang berlebih dari lumen usus halus ke lumen usus besar(colon)dalam
colon sendiri terjadi penurunan penyerapan colon maka akan terjadi diare.
Gangguan osmotic dapat terjadi karena makanan yang tidak diserap atau
usus meningkat Keadaan dalam lumen usus yang hiperosmolar ini kemudian akan
dapat juga kerena toxin dalam makanan yang akhirnya menyebabkan diare,dapat
berlebihan karena hal ini terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit dalam
rongga usus,menyebabkan isi berlebih dan merangsang untuk keluar juga dapat
menjadi diare.
G. PATHWAY
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan tinja
2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila
1) pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium dan
c. Doudenal Intubation
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif,
I. KOMPLIKASI.
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik
3. Kejang
4. Bakterimia
5. Mal nutrisi
6. Hipoglikemia
J. PENATALAKSANAAN
diperhatikan :
a. Memberikan asi.
PENGKAJIAN FOKUS
A. IDENTITAS KLIEN
Nama
Tempet/tanggal lahir
Usia
Agama
Suku
Status perkawinan
Pendidikan
Alamat
Dx medik
Nama
Alamat
Kebiasaan buruk
Penyakit keturunan
Alergi
Operasi
Alasan masuk
Keluhan utama
E. PENGKAJIAN PERPOLA KESEHATAN
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit?
2. Nutrisi metabolik
Sebelum sakit:
Saat sakit:
3. Eliminasi
Sebelum sakit:
Apakah BAB/BAK teratur; frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri?
Saat sakit:
4. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit:
hari?
Saat sakit:
5. Tidur dan istirahat
sebelum sakit:
Saat sakit:
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Sebelum sakit:
Saat sakit:
Sebelum sakit:
Saat sakit:
yang dianut?
Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut
F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum:
Kesadaran:
Kuantitatif:
Mata :
Spontan(4)
Atas permintaan(3)
Rangsang nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Verbal:
Orientasi baik(5)
Jawaban kacau(4)
Kata-kata sepatah(3)
Merintis/mengerang(2)
Tidak bersuara(1)
Motorik:
Menurut perintah(6)
Reaksi setempat(5)
Menghindar(4)
Fleksi abnormal(3)
Ekstensi nyeri(2)
Tidak bereaksi(1)
Tanda vital
T: hipertermi?
TD:?
SPO :?
Pemeriksaan sistemik
Kepala:
Rambut:kering, mudah rontok, ubun-ubun cekung?
Leher:
Abdomen:
Ektremitas:
Cafilary refill?
Integumen:
Anus:
Bersih?
Kemerahan?
Iritasi?
Dada :
Inspeksi?
Palpasi?
Perkusi ?
Auskultasi?
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium darah: darah lengkap, PH darah?
2. Pemeriksaan tinja?
5. Balance cairan?
Intervensi:
1. Monitor TTV;TD,N,RR,T
2. Auskultasi bising usus
3. Hitung BC
4. Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat penyembuhan
aktif
Intrvensi:
1.Monitor TTV;TD,N,RR,T
R/mengetahui keadaan klien
R/memenuhi kebutuhan cairan
3.Hitung BC
4.Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
R/mempercepat penyembuhan
Intervensi:
1.Monitor TTV;TD,N,RR,T
R/memenuhi kebutuhan cairan
3.Anjurkan untuk bedrest
R/mempercepat pemulihan kondisi
R/vasodilatasi pembuluh darah
R/mempercepat penyembuhan
R/mempercepat penyembuhan
4) Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan
Intrvensi:
1.Monitor TTV;TD,N,RR,T
R/memenuhi kebutuhan cairan
3.Hitung BC
R/mempercepat penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
Nursalam Dr. et. Al. 2005 Asuhann Keperawatan Bayi dan Anak. Edisi I Jakarta :
Salemba Medika.
Sudoyo, W. Aru, dkk., Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 2 Edisi IV, Pusat Penerbitan
Departemen Penyakit Dalam FKUI, Jakarta 2006.
Jakarta: EGC.
Barat: Indeks.
makanan
B. Discharge Planning
1. Ajarkan pada orang tua mengenai perawatan anak, pemberian makanan dan
2. Ajarkan mengenai tanda tanda dehidrasi, ubun ubundan mata cekung, turgor kulit
Hasil
Hydration Timbang
Definisi : Penurunan
Nutritional Status : popok/pembalut jika
meningkat oral
pengaturan meburuk
Atur kemungkinan
tranfusi
Persiapan untuk
tranfusi
Hypovolemia
Management
ourput cairan
Pelihara IV line
hematokrit
Monitor responpasien
terhadap penambahan
cairan
Pemberian cairan Iv
dan gejala
kelebihanvolume cairan
gagal ginjal
Gangguan permukaan
Perfusi jaringan baik dua jam sekali
Immobilitas fisik
Radiasi
Kelembaban kulit
Obat-obatan
Internal :
Perubahan status
metabolik
Tulang menonjol
Defisit imunologi
Faktor yang
berhubungan dengan
perkembangan
Perubahan sensasi
Perubahan status
nutrisi (obesitas,
kekurusan)
Perubahan status
cairan
Perubahan pigmentasi
Perubahan sirkulasi
Perubahan turgor
(elastisitas kulit)
(Recomended Daily
Tidk ada tanda tanda tinggi serat untuk
makanan nutrisi
ketidakmampuan untuk
mengunyah makanan
steatorrhea pengobatan dan
Monitor kekeringan,
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
nuntrisi
hiperemik, hipertonik
oral.
magenta, scarlet
Coping (penurunan
jelas dari
Klien mampu pendekatan yang
ketidaknyamanan atau mengidentifikasi dan menenangkan
Resah prognosis
penuh perhatian
Identifikasi tingkat
kecemasan
Bantu pasien
menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien
untuk mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
mengurangi kecemasan