Sejarah Perkembangan Orientalis
Sejarah Perkembangan Orientalis
Sejarah Perkembangan Orientalis
MAKALAH
Disampaikan pada seminar kelas mata kuliah Sejarah Peradaban Dunia Islam
Modern
Oleh
DOSEN PEMANDU
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan.............................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Makna Orientalisme dan Orientalis.................................................... 4
............................................................................................................
B. Pertumbuhan dan Perkembangan Orientalisme.................................. 7
C. Faktor-faktor Pendorong Orientalis dari Studi-studi ketimuran......... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 20
B. Implikasi Penelitian........................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 22
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Agama Islam merupakan obyek studi sarjana Barat, bahkan Islam sudah
menjadi karir sarjana Barat yang melahirkan Orientalis dan Islamolog Barat dalam
Perang Salib (Perang Salib I: 1096-1099 M). Karena antara tahun 650-1100 M.
informasi melalui kajian dan buku-buku tentang keislaman di Barat belum ada. 1
menaruh perhatian terhadap Islam. Akan tetapi akibat Perang Salib itu pula
1
Lihat Karel, A.Steenbrink, Mencari Tuhan dengan Kaca Mata Kaum Barat, Jilid II;
(Yogyakarta:Fakultas Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga, 1988), h. 6; Namun tidak dipungkiri
terdapat pakta sejarah bahwa sebelum Perang Salib, telah ada orang non muslim yang
mempelajari Islam, yaitu: John of Damascus (lahir tahun 650 M), ia seorang sarjana dari gereja
Yunani. Ayahnya menjadi kepala keungan pada dinasti Umayah dan ia sendiri pernah menjadi
Perdana Menteri di dinasti tersebut. Setelah itu, ia mulai menarik diri dan menulis berbagai karya
yang bersifat polemik antara Islam dan Kristen. Lebih jelasnya lihat Dr.Moh. Natsir Mahmud,
MA.,Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat (sebuah Studi Evaluatif), (Semarang: Dimas, 1997),
h. 17
2
Lihat Dr. Moh Nastsir Mahmud, ibid.
3
Lihat Dr. Mahmud Hamdi Zaqzuq, al-Isytisyraq wa al-Khalfiah li al-Sira al-hadiriy
(Tp.: Dar al-Manar, t.th.), h. 28
1
Sejarah membuktikan, umat Islam pernah berjaya sebagai umat termaju
di dunia.4 Pada waktu itu peradaban, ilmu pengetahuan (sains) dan akhlak Islam
musuh Islam.
ingatan dari siapa pun. Perang antara dua kekuatan, Islam dan Kristen dengan
delapan gelombang penyerbuan terhadap umat Islam selama hampir dua abad
(1096-1270 M). Kekuatan besar di Barat hancur berantakan dan tidak sanggup
Barat pasca Perang Salib. Dunia Barat yang terdiri atas Ahlul Kitab (Nasrani dan
ajaran dan kitab-kitab keagamaan mereka. Untuk itu mereka mulai mengadakan
studi tentang bahasa Arab dan Islam. Mereka memanfaatkan apa saja dari karya-
sampai pada persoalan kondisi ekonomi, politik dan lainnya, dengan tetap
4
Puncak kemajuan umat Islam pada saat pemerintahan Bani Abbasiyah, yaitu sekitar
abad VIII-XIII M. Ketika Bani Abbas memberi corak baru pemerintahannya yaitu dengan
mengadakan kontak terhadap peradaban Yunani yang ada di Mesir, Suriah, dan Irak, serta Persia
yang membuat ulama Islam mempelajari pilsafat dan sains Yunani. Lebih jelasnya lihat
Prof.Dr.Harun Nasution, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran (Bandung: Mizan, 1995), h.
103
2
Setelah bangsa Barat menguasai bahasa Arab dan filsafat yang
bersumber dari ulama Islam, buku berbahasa Arab mereka terjemahkan ke dalam
bahasa Latin. Dengan demikian, bukan sains dan pilsafat Islam saja yang mereka
Dalam berbagai kajian tentang sejarah, bahasa Arab, Islam dan umat
Islam, kajian orientalis diarahkan untuk melemahkan jiwa dan rasa kurang
percaya diri, sehingga umat Islam dengan mudah tunduk kepada penguasa barat.
B. Rumusan Masalah.
C. Tujuan Penulisan
D.
5
Lihat ibid., h. l04-105; lihat juga Prof.Dr.Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam,
Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 30-31
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Orientalisme.
kata yang dinisbatkan kepada sebuah studi/penelitian yang dilakukan oleh selain
orang timur terhadap berbagai disiplin ilmu ketimuran, baik bahasa, agama,
yang mengatakan orientalisme adalah suatu disiplin ilmu yang membahas tentang
ketimuran.6
terdiri atas perkataan “oriental” dan “isme”, untuk kata yang pertama bermakna
bersifat timur dan yang kedua memiliki makna faham, ajaran, cita-cita, cara,
sistem, atau sikap.7 Jadi, orientalisme adalah ajaran dan paham yang besifat
ketimuran .
yang bahasa Arabnya terambil dari kata “al-Istisyraq, masdar dari fi’il
6
Lihat, Ali Husni al-Kharbouly, al-Istisyraq fi Tarikh al-Islamiy (Kairo: Jam’iyat al-
Dirasat al-Islamiyah, 1976), h.7
7
TK.H.Ismail Jakub, Orientalisme dan Orientalisten (Surabaya: Faizan, l970), h. 11;
lihat pula dalam A.Muin Umar, Orientalisme dan Studi tentang Islam (Jakarta: Bulan
Bintang,1978),h.7
8
Lihat Abdul Mun’im Muhammad Hasanain, Orientalisme, Terjemahan Lembaga
Penelitian dan Pengembangan Agama (LPPA) Muhammadiyah (Jakarta: Mutiara, l978), h.11
9
Lihat, A.W.Munawwir, Kamus al-Munawwir-Arab Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 715
4
kebudayaan bangsa-bangsa Timur (Asia).10 Dengan demikian orientalisme adalah
faham atau ilmu yang berhubungan dengan dunia Timur. Orang-orang yang
ketimuran.
2. Orientalis
ilmu yang membahas tentang ketimuran, dengan demikian pelaku atau orang
orang yang bergelut dalam ilmu itu disebutlah sebagai orientalis. HM. Joesoef
sarjana barat yang mendalami bahasa dunia timur dan kesusasteraaannya, dan
mereka yang menaruh perhatian besar terhadap agama dunia Timur, sejarahnya,
Hubungan dunia barat dengan dunia timur, telah dimulai sejak masa
kejayaan dunia timur, yaitu ketika dunia timur penuh dengan pusat-pusat ilmu
pengetahuan, perpustakaan, dan buku-buku berharga. Orang Barat pada waktu itu
belajar pada ulama-ulama Timur, pada para filosof dan pada ahli matematikanhya.
Dunia barat pada saat itu masih dalam keadaan tidur (terkebelakang), sedangkan
dunia timur telah memperoleh kemajuan dari segi ilmu pengetahuan dan
peradaban.
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,edisi II,
(Jakarta:Balai Pustaka, 1996), h.708; lihat juga dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid XVIII,
(Jakarta:PT.Cipta Adi Pustaka, 1991), h. 461
11
Lihat HM.Joesoef Sou’yb, Orientalisme dan Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1985), h. 1
12
Lihat A.Hanafi, MA., op.cit., h. 9
5
Muhammad Izzat al-Tahawiy mengemukakan bahwa mereka (orientalis)
adalah sekelompok orang yang terdiri atas beberapa negara dan bangsa yang
Cina, Parsi, dan India. Pengertian seperti ini pada umumnya ditujukan kepada
orang-orang Kristen dan Yahudi yang berkecimpung pada bidang studi tentang
digunakan bagi para ilmuan barat yang ahli tentang ketimuran dalam berbagai
sudah sukar untuk dipertahankan, karena sudah ada orang-orang timur sendiri
umum dapat dikatakan bahwa orientalis adalah sekelompok orang atau golongan
keilmuan, peradaban, dan agama, khususnya negara Arab, Cina, Persia, dan India.
Kristen yang sangat berkeinginan untuk melakukan studi terhadap Islam dan
bahasa Arab.
13
Lihat Muhammad Izzat al-Tahawiy,al-Tabsyir wa al-istisyraq, (Kairo: al-Haiat al-
Ammah li syu’ un al-Matabi’ al-Amiriyah, 1977), h. 35
6
Sejak abad III M. hingga abad VII M. tidak hentinya perang antara
Romawi dan Parsia (206-651 M). Kemudian wilayah Imperium Parsia direbut dan
dikuasai umat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab (634-
644 M), demikian pula wilayah imperium Romawi Timur (Syiria, Paliestina,
Mesir, dan Lybia) ditaklukkan Bani Umayyah (661-750 M), sehingga kekuasaan
umat Islam membentang dari pegunungan Thian Shan di belahan Timur sampai
Lake of Arabs (Danau bangsa Arab). Di masa kekuasaan Khilafah Abbasiyah dan
Turki Usmani, wilayah Islam sampai ke Prancis Selatan dan wilayah Eropa
Timur. Situasi ini membangunkan semangat dunia Barat, dengan dipandu para
orientalis memahami dunia Timur, khususnya dunia Islam dan agama Islam
merupakan prestasi besar yang patut mendapat perhatian. Banyak pendapat yang
pro dan kontra tentang keberadaan orientalis dengan usaha dan karya mereka
orang barat ingin mengetahui lebih luas tentang Islam. Akan tetapi jauh sebelum
Perang Salib telah mulai ada mengenal Islam meskipun masih sangat terbatas.
Pengenalan Islam sebelum Perang Salib oleh orang barat didasarkan pada
penafsiran Bibel. Pengenalan fase awal ini digambarkan oleh Southern seperti
14
Pernyataan seperti ini (Perang Salib terjadi dalam delapan periode) adalah menurut
Musyrifah Sunanto sebagaimana dikutif oleh Samsul Munir Amin dalam bukunya Sejarah
Peradaban Islam,(Jakarta: Amzah, 2009), h.237; lihat juga dalam makalah sebelumnya oleh
Mohamad Harjum, Hubungan Kristen dan Islam (Periode Pertengahan dan Modern) (Makalah
disampaikan dalam Seminar Mata Kulia Sejarah Dunia Islam Modern Program S3, 28 Oktober
2010), h.8
7
dikutif Moh Natsir Mahmud semacam kebodohan manusia yang ada dalam
gambaran dari apa yang ia dengar yang dibantu oleh ide-ide prakonsepsinya.15
Sebelum tahun 1100 M. Orang barat mengenal Islam bukan sebagai sebuah
agama. Namun bagi mereka, Islam adalah sebuah ikatan kelompok atau bangsa
berlaku tekanan terhadap orang-orang Kristen yang berziarah. Kasus itulah yang
dijadikan pembangkit dendam lama yang oleh Paus Urban II Vatikan (1088-
Eropa untuk melakukan Perang Suci untuk merebut Jerusalem dari tangan kaum
hampir dua abad. Dan pasca Perang Salib inilah maraknya orientalisme.
perkembangan dan kemajuan kebudayaan dunia Islam, serta kemajuan dari segi
keras kaum cendekiawan Angkatan Salib untuk mengenali dan mempelajari peri
dengan kontak langsung, yaitu kunjungan beberapa pastur Kristen Barat, datang
ilmu pengetahuan: Bahasa Arab, Ilmu Pasti, Ilmu Falaq, Filsafat dan lainnya. Di
antara mereka adalah: Pastur Gerbert dari Perancis yang menjadi Paus di Roma
15
Lihat Dr.Moh Natsir Mahmud,MA., op.cit., h. 39
16
Lihat, ibid.
8
Katolik (tahun 999), Pierrele Aenere (1092), Gerard de Cremona (1114-1187). 17
penuh kekaguman bercampur rasa hormat dan segan dan bahkan rasa takut dan
cemas. Hal itu terjadi karena adanya kekuatan yang dimiliki oleh Islam dan
peradaban yang sangat maju.19 Mereka menganggap Islam sebagai satu bahaya
kebudayaan, dan kerohanian. Keadaan itu masih terus berkembang hingga abad
III Hijriah umat Islam telah menaklukkan berbagai wilayah yang memiliki potensi
imperium Romawi pemeluk Masehi, antara lain Syiria (Syam), Mesir, Magrib
17
Ismail jakub,op.cit., h.11
18
Tokoh-tokoh Barat dimaksud antara lain: Roger dari Hauteville, mendatangi kota Sicilia
tahun l060, Alfonso VI mengunjungi Toledo tahun l085 dan Geoffery dari Bouillon pergi ke
Yerussalem tahun 1099. Mereka inilah yang mengadakan kontak langsung dengan umat Islam.
Lebih jelasnya lihat, Dr.Moh Natsir, op.cit., h.42
19
Dalam Alquran ditegaskan bahwa kekuatan yang dimiliki oleh umat Islam berupa
persenjataan yang canggih (al-quwwat) dapat menggetarkan musuh-musuh umat Islam itu sendiri.
Dan hal itu diperintahkan untuk mempersiapkannya. Lebih jelasnya lihat QS.al-Anfal (8):60
9
Bangsa barat menyaksikan perkembagasn Islam ini, sementara mereka
masih dalam keadaan bodoh dan terbelakang. Bahkan disebutkan oleh seorang
sejarawan Eropa, Gibbon: “masa itu merupakan masa yang paling buruk yang
mereka mengakhiri perang itu dengan hasil yang mengecewakan dan sia-sia.
Kemudian pada pertengahan abad XV Masehi dapat meluas hingga Eropa bagian
Tidak hanya perlawanan dalam bentuk kekuatan militer, tetapi dalam segala
yang tidak baik tentang Islam dalam benak mereka. Gambaran yang salah itu
10
Hal ini digambarkan oleh seorang orientalis Montgomery Watt dengan
dari ajaran Kristen. Islam adalah sebuah agama yang ganas dan tersebar melalui
perang. Agama Islam mengajak manusia agar menyibukkan diri dalam dunia
sebagai setan.20
cara kristenisasi.
Karena itu, dengan dasar inilah maka gerakan kristenisasi sangat terkait
pertengahan dan era kebangkitan telah sepakat dalam memberikan sifat kepada
20
W.Montgomery Watt, Islam and Christianity Today (London: tp., t.th.), h.3-4
11
“Muhammadisme” menyamakannya dengan nama masehi, kepada al-Masih. Dari
sinilah merembetnya tuduhan dusta yang lebih kejih dengan memberi julukan ahli
ajaran Masehi.
umumnya ulama di kalangan Islam telah berlebihan dalam memuji pendusta yang
melebihi para fanatik pengikut Masehi dalam memuji Isa. Bahkan menurut
mereka (orientalis) para ahli tafsir berlebihan memberi pujian kepada Muhammad
Alquran. Anggapan mereka bahwa Alquran itutidak lain kecuali buatan manusia
kafir tidak percaya terhadap Alquran yang diturunkan kepada Muhammad, dan
bahkan mereka mengklaim Alquran itu hanya buatan Muhammad yang dibantu
21
Lihat Edward W. Said, Orientalism, terj. Asep Hikmat, Orientalisme (Bandung:
Pustaka, 1996), h. . 93
22
Lihat Dr.Wahbah al-Zuhailiy, al-Tafsir al-Munir, juz XIX (Damasykus:Dar al-Fikr,
1998), h. 15-16; Lihat juga dalam Syihab al-Din al-Sayid Mahmud al-Alusiy, Ruh al-Ma’aniy
Tafsir al-Qur’an al-‘Azim wa al-Sab’ al-Masaniy, juz XVII (Bairut: Dar Ihya al-Tiras al-‘Arabiy,
1999), h.575-576
12
Dalam masa ini terdapat gejala perbaikan image Barat terhadap Islam.
berbeda dan telah berubah dari pola orientalis abad XIX M, sedangkan orientalis
modern mengambil sikap yang sangat berbeda. Yaitu sikap sebagai peneliti yang
jujur dan berdasarkan kajian objektif, di samping sebagai rekan yang saling
menghormati.23
dikutif oleh Moh Natsir Mahmud bahwa Islam sebagai agama monoteisme yang
Tuhan dan menerima hukum Perjanjian Lama dan ritus penyunatan. Mereka juga
tidak menyerang Kristus dan Rasul-rasul. Hanya ada satu yang mereka jauh dari
keselamatan yaitu menolak Yesus Kristus sebagai Tuhan atau Putra Tuhan, dan
terdapat tanda-tanda persepsi yang lebih maju jika dibanding masa sebelumnya.
memiliki persepsi semacam itu. Marco Polo (1254) dalam salah satu tulisan
muhammad.25
23
Dr. Ahmad A.Ghurab, op.cit., h. 66
24
Lihat Dr.Moh. Natsir Mahmud, MA., op.cit., h.45
25
Lihat ibid., h.47
13
Pada pase ini pula bersamaan dengan era kolonialisme Barat ke negara-
Islam dalam bidang politik, militer, kultural dan ekonomi (abad 19 dan ¼ pertama
abad ke 20). Pada pase ini banyak orientalis yangmenyumbangkan karya dalam
bidang studi Islam. Tidak sedikit pula dari karya karya berbahasa Arab dan Persia
diedit dan diterjemahkan lalu diterbitkan. Periode ini pula ditandai dengan
Dan berlanjut pase ini, Islam dan umat Islam menjadi obyek kajian yang
populer. Kajian itu tidak hanya dilakukan untuk kepentingan akademis, tapi juga
Mereka menyaring isi kitab-kitab dan diterjemahkan ke dalam bahasa Eropa untuk
data, tafsiran sejarah agama, kebudayaan, serta hal-hal yang menyangkut tradisi.
dan sebagai orang yang berpotensi dalam menentukan langkah bagi kolonial.
26
Sebagai bukti sebagian tulisan orientalis, memilih kajian tentang sastra dan pemikiran
Islam yang menyimpang pada abad itu. Seperti pemikiran aliran tasawuf yang menyimpang. Mulai
merembesnya filsafat Yunani terhadap pemikiran dan aliran-aliran dalam islam.Kesemuanya itu
mereka masukkan ke dalam buku terjemahan mereka, sehingga terkesan merupakan peninggalan
ajaran Islam.
14
Semakin luas wilayah jajahan kolonial, semakin kuatlah ketergantungan dan
kolonialisme.
syariat islam merupakan objek penting dalam studi orientalisme. Tidak hanya
agama, tetapi juga harus mecakup tujuan praktisnya. Hal ini jelas terlihat, bila
hubungan antara Eropa dengan wilayah Timur Islam makin kuat, maka akan
semakin banyak wilayah Islam yang tunduk mengikuti kekuasaan bangsa Eropa.27
Di samping akan semakin kuatlah bangsa Eropa dalam usaha mengkaji dan
Dari uraian di atas nampak ada dua situasi yang bertentangan mewarnai
masa romantisme. Di satu sisi muncul upaya mempelajari agama secara ilmiah
spesialis dan di sisi lain berkembang usaha menguasai dunia Timur dengan
imperialisme dan kegiatan bisnis. Dengan demikian di abad ini, studi Islam oleh
orientalis tetap masih ada corak prasagka yang dimanfaatkan untuk kepentingan-
kepentingan praktis. Tetapi apakah corak semacam itu mewarnai seluruh kegiatan
juga konfrontasi politik (antara Barat dan Timur Islam) membawa pengaruh
terhadap ilmuan Barat dalam mempelajari dunia Timur, khususnya studi agama
islam dan umat Islam. Ilmuan Barat tersebut tidak bisa lepas dari latar belakang
sosial politiknya. Di antara mereka ada yang bekerja sebagai pengawal kolonial
27
C.Snouck Hurgronje, Pilihan Pemikiran S.Hurgronje (Tt.:tp., t.th.), h.267
15
atau masuk dalam dinas gereja Kristen dalam usaha penyebaran agama kristen.
Tetapi juga ada ilmuan yang hanya tinggal di dalam kampus universitas mereka,
tidak terlihat dalam kegiatan politik praktis akan tetapi tulisan-tulisan mereka
1. Motif Agama.
Mereka meyakinkan orang Barat bahwa Islam dan umatnya dianggap sebagai
musuh Kristen satu-satunya. Islam adalah agama yang tidak boleh menyebar di
Barat, karena umat Islam merupakan bangsa yang buas, jahat, gemar mecuri, dan
menganggap hadis Nabi sebagai perbuatan umat Islam selama tiga abad
pertama.
mencelanya.
28
Lihat Steenbrink, op.cit., h. 16-20
16
c. Memperkecil nilai fiqih islam danmenganggapnya sebagai adopsi dari
hukum Romawi.
semakin berkembang.
Nasrani.
misionaris.
Dalam hal ini mereka menggambarkan Islam dalam image yang negatif
agama mereka.29
sekutunya adalah untuk mengeruk kekayaan dan bersandiwara dalam bentuk kerja
sama bisnis dengan umat Islam (negara-negara Islam) berpretensi suapaya hasil
produksi industri dan barang dagangan mereka laku serta dapat membeli bahan
mentah dengan harga yang serendah mungkin dan segala hasil dan sumber alam
rangka mengenal lebih jauh tentang kondisi negara-negara Islam melalui laporan
29
Lihat Mustafa al-Sibaiy, al-Istisyraq wa al-Mustasyriqun ma lahum wa ma ‘alaihim,
(Kuwait: Maktabat Dar al-Bayan, 1968), h. 19
17
lengkap mereka. Penelitian tersebut sangat digalakkan terutama pada masa
3. Motif Politik.
Motivasi bentuk ini semakin jelas warnanya di abad modern ini, terutama
wartawan untuk lebih memahami pemikiran dan yang berkembang, selain untuk
D. Motivasi Ilmiah.
sering ditemukan kesalahan dalam memahami Islam dari umat Islam, disebabkan
dibandingkan dengan hasil bacaan dari kajian-kajian orientalis yang tidak objektif,
Kajian dari sebagian kecil para orientalis yang tidak disertai kebencian
kebenaran dan sistematika ilmiah yang objektif. Bahkan ada di antara mereka
risalahnya.
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
ilmu ketimuran, baik bahasa, agama, sejarah, dan kebudayaan. Dan orang-
19
orang yang mengkonsentrasikan dirinya dalam mengkaji aspek-aspek
yaitu : Fase gerakan anti-Islam yang dimotori oleh Yahudi dan Kristen.
yang masih terkebelakang dari satu pihak dan dunia Timur (Islam) yang
maju dari pihak lain, mendorong mereka untuk memahami dan mengkaji
dalam perang Salib juga memicu semangat anti Islam ini, gerakan ini
sejalan dengan misionaris. Fase kedua, kajian dan cacian (abad 17 dan 18).
bidang politik, militer, kultural dan ekonomi. Dan fase ini, beberapa
adalah fase kajian dan politik, dengan objek kajian adalah Islam dan
akademis, tapi juga dipakai untuk perancang kebijakan politik dan juga
bisnis.
20
perkembangannya, orientalis juga muncul dari kalangan yang beragama
misinya sendiri. Namun pada satu sisi mereka bisa bersama, yang paling
mencolok dari pola gerakan mereka saat ini adalah framing Islam dengan
orientalis ini tidak hanya ditujukan untuk membentengi Barat dari pengaruh
keliru tentang Islam, baik dari sisi sejarah, pemikiran dan worldview, serta
menjauhkan umat Islam jauh dari agamanya, dan phobia antar sesama
mereka.
4. Adapun motif-motif orientalis dari studi ketimuran adalah antara lain; motif
B. Implikasi.
mengkaji timur maka tidak seluruhnya atau tidak selalu bertujuan negatif, hal itu
terlihat adanya di antara mereka yang bermotiv ilmiah (ilmu pengetahuan) yang
DAFTAR PUSTAKA
A. Steenbrink, Karel, Mencari Tuhan dengan Kaca Mata Kaum Barat. Jilid II;
Yogyakarta: Fakultas Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga, 1988
21
al-Sibaiy, Mustafa, al-Istisyraq wa al-Mustasyriqun ma lahum wa ma ‘alaihim.
Kuwait: Maktabat Dar al-Bayan, 1968
Departemen Agama, Alquran dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Bumi Restu, 1981
Ensiklopedi Nasional Indonesia, jilid XVIII. Jakarta:PT. Cipta Adi Pustaka, 1991
Mahmud, Dr. Moh. Natsir, Orientalisme Al-Qur’an di Mata Barat. Sebuah Studi
Evaluatif . Semarang: Dimas, 1997
Nasution, Prof. Dr. Harun, Islam Rasional: Gagasan dan Pemikiran. Bandung:
Mizan, 1995
Samsul Munir Amin dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah,
2009
Sou’yb, HM. Joesoef, Orientalisme dan Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1985
Umar, A. Muin, Orientalisme dan Studi tentang Islam. Jakarta: Bulan Bintang,
1978
22
W.Said, Edward, Orientalism, terj. Asep Hikmat, Orientalisme. Bandung:
Pustaka, 1996
23