0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
111 tayangan4 halaman

Variasi-Bahasa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 4

VARIASI BAHASA

Andi Samsu Rijal


FSH Universitas Islam Makassar/ email. andisamsurijal.dty@uim-makassar.ac.id

Capaian pembelajaran
1. Materi ini akan membahas terkait variasi bahasa dalam sosiolinguistik, olehnya itu
mahasiswa diminta untuk memahami apa itu variasi bahasa dan proses adanya variasi
bahasa.
2. Dalam kehidupan sehari-hari tentunya kita menemui berbagai variasi bahasa. dalam
pertemuan ini mahasiswa diminta untuk mendeskripsikan variasi bahasa yang ada dalam
lingkungan masing-masing dan dimulai dengan menjelaskan penggunaan bahasa Ibu dan
variasinya di lingkungan keluarga berkembang hingga pada masyarakat luas.
3. Indikator dari materi ini pertama mahasiswa memahami teori variasi bahasa dan mahasiswa
mengenali variasi bahasa di lingkungan mereka di mana ia tumbuh dan berkembang.

Pengantar

Umumnya, setiap manusia memiliki bahasa untuk berkomunikasi. Bahasa yang


dimaksud di sini adalah bahasa lisan, bukan bahasa isyarat atau bahasa tubuh. Bahasa yang
dimiliki antara individu yang satu dengan lainnya memiliki karakteristik penggunaan bahasa
berbeda. Individu sebagai ciptaan Tuhan YME memiliki warna bahasa yang berbeda sekalipun
individu tersebut lahir dari rahim yang sama. Kasus tersebut sebagai hal mendasar bagi diri
individu yang membawa warna bahasa masing-masing. Termasuk suara gaya bahasa
merupakan warna bahasa yang dapat dimaknai sebagai variasi idiolek penutur.
Dalam situasi yang lebih kompleks lagi bahwa komunitas tutur yang satu dengan lainnya
tentu berbeda. Seperti halnya di Indonesia terdapat beragam suku budaya maka dapat
dipastikan bahwa etnik yang satu dengan lainnya memiliki bahasa yang berbeda. Suku Bugis
menggunakan bahasa Bugis sebagai bahasa Ibu mereka yang berbeda dengan suku Makassar
dengan bahasa Makassar mereka. Demikian halnya suku Jawa dengan bahasa Jawa mereka
memiliki bahasa yang berbeda dengan bahasa yang digunakan oleh masyarakat etnik Sunda
etnik Batak dan sebagainya. Sebagaimana dijelaskan oleh Abdul Chaer (2012, 61) bahwa
anggota di dalam masyarakat tutur itu sendiri memiliki variasi bahasa karena anggota
masyarakat penutur bahasa itu sangat beragam. Bahasa itu sendiri digunakan oleh penutur
untuk keperluan yang beragam pula misalnya bahasa yang digunakan oleh si A dalam
lingkungan keluarga akan berbeda dengan bahasa yang digunakannya dalam lingkungan
akademik, di kantoran dan sebagainya.

Salah satu tugas sosiolinguistk adalah untuk menerangjelaskan seperti apa variasi
bahasa yang berlaku dalam komunitas, faktor apa yang mempengaruhi lahirnya variasi bahasa,
dan apa saja jenis-jenis variasi bahasa tersebut.

Mengenal teori variasi bahasa dan faktor lahirnya variasi bahasa

Salah satu elemen ekternal bahasa dalam kajian soiolinguistik adalah variasi bahasa.
Variasi bahasa tidak datang begitu saja, namun lahir atas keanekaragaman bahasa dan
aktualisasinya di masyarakat, yang hingga kini keanekaragaman tersebut tidak terbatas.
Menurut Spolsky (2010) variasi bahasa atas keanekaragaman tersebut merupakan wujud
identitas bahasa itu sendiri, di mana setiap bahasa memiliki identitas sendiri. Chaer dan
Agustina (1995) mengatakan bahwa beragamnya bahasa bukan hanya keragaman dari segi
jumlah namun adanya ragam atau variasi yang dilihat dari tiga aspek; pertama adalah akibat
keragaman sosial penutur, kedua adalah variasi fungsi bahasa, dan ketiga adalah variasi dari
keformalan. Dari ketiga aspek di atas menjadikan variasi bahasa sangat berbeda, sehingga
pada bahasa tertentu memiliki variasi dan menjadi identitas bahasa tersebut.
Variasi bahasa timbul karena adanya faktor di luar bahasa atau faktor nonlinguistik
sehingga variasi bahasa selalu berhubungan dengan masyarakat pengguna bahasa baik dari
aspek sosial maupun aspek situasional. Aspek sosial masyarakat termasuk latar belakang
budaya, status, golongan, dan kelas sosial penutur. Variasi bahasa yang dipengaruhi oleh
aspek sosial penutur, sebagaimana yang diutarakan Chaer & Agustina, (2004) bahwa variasi
bahasa juga dipengaruhi oleh keragaman sosial penutur dan keragaman fungsi bahasa.
keragaman sosial penutur bisa dilihat dari latar belakang budaya, asal daerah, letak geografis
dan sebagainya. Sementara dari segi fungsi penggunaannya berupa fungsiolek, ragam, atau
register yaitu variasi bahasa yang digunakan dalam ranah tertentu misalnya ragam bahasa
penelitian, ragam bahasa jurnalistik, ragam bahasa sastra, ragam bahasa olah raga dan bidang
ilmu tertentu yang menggunakan kosakata tertentu yang tidak didapatkan dalam bidang ilmu
umum.
Penggunaan bahasa yang ditinjau dari aspek situasional dapat dilihat dari variasi
bahasa yang ditentukan oleh waktu, tempat, sosial budaya masyarakat, situasi dan medium
pengungkapan. Faktor waktu akan menimbulkan perbedaan bahasa dari masa ke masa.
Sementara faktor daerah menentukan perbedaan penggunaan bahasa yang dipakai di suatu
tempat dengan tempat lain. Faktor sosiokultural akan membedakan bahasa yang dipakai di
suatu kelompok sosial. Faktor situasional timbul akibat pemakai bahasa memilih ciri-ciri bahasa
tertentu dan dalam situasi tertentu. Faktor medium pengungkapan akan melihat dari segi aspek
penggunaan bahasa lisan dan tulisan. Selain dari faktor tersebut di atas, variasi bahasa juga
terjadi karena adanya kegiatan interaksi sosial masyarakat yang yang begitu beragam.
Variasi bahasa jika ditinjau dari segi keformalan terdapat lima yaitu ragam beku, ragam
resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab. Ragam beku adalah ragam bahasa yang
digunakan dalam situasi khidmat, upacara-upacara resmi misalnya upacara hari kemerdekaan
suatu Negara, sehingga variasi ini disebut variasi yang sangat formal. Sementara ragam resmi
atau ragam formal yaitu variasi bahasa yang digunakan dalam pidato kenegaraan, rapat dinas,
surat menyurat, buku-buku pelajaran, karya tulis ilmiah dan sebagainya. Ragam usaha atau
konsultatif adalah ragam bahasa yang lazim digunakan di dalam rapat-rapat, di sekolah, di
kantor, di perusahaan, atau pembicaraan yang berorientasi pada output dan produktif. Ragam
santai atau ragam casual adalah ragam bahasa yang biasa digunakan dalam suasana tidak
resmi seperti perbincangan keluarga, kerabat dalam suasana santai baik tatap muka maupun
dalam suasana telpon. Ragam santai ini dapat juga ditemukan dalam ranah jual beli di pasar
dan di tempat umum lainnya. Ragam akrab atau ragam intim adalah variasi bahasa yang biasa
digunakan oleh penutur yang hubungannya sudah akrab seperti antar anggota keluarga, antar
teman yang sudah saling akrab. Dari segi keformalan tersebut variasi bahasa digunakan
berdasarkan situasi, maksud penggunaan dan juga kepada siapa penutur berbicara.
Kini variasi bahasa menjadi fenomena umum di tengah tengah masyarakat multietnik,
dan dapat ditemui di kota-kota, di pasar, di kantoran, dan bahkan dapat juga ditemui di
perkampungan seperti daerah transmigran. Chaer dan Agustina (1995) membagi jenis variasi
bahasa menjadi empat bagian yaitu segi penutur, segi pemakaian, segi keformalan dan segi
sarana. Chaer dan Agustina mencontohkan bahwa variasi dari segi penutur terdapat idiolek,
dialek, kronolek, dan sosiolek. Variasi idiolek berarti variasi yang sifatnya perorangan dan
variasi ini berkenaan dengan karakter seseorang termasuk suara. Variasi dialek berarti variasi
yang sifatnya kelompok dalam artian variasi yang terjadi pada sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif dan berada dalam wilayah tertentu. Variasi kronoleg adalah variasi yang
digunakan oleh kelompok masyarakat pada masa tertentu atau temporal misalnya variasi
bahasa maysakat Indonesia di masa penjajahan atau pasca kemerdekaan di tahun 1940an.
Sementara variasi sosioleg adalah variasi yang berkenaan dengan status sosial, kelas sosial
dan golongan penuturnya. Variasi bahasa dari aspek penutur.
Masyarakat dalam melakukan interaksinya, menggunakan bahasa tertentu yang berlaku
dalam komunitas tersebut atau mengikuti tujuan dan maksud tuturan agar komunikasi berjalan
dengan baik. Wijana (2011) mencontohkan variasi bahasa dalam bahasa Indonesia seperti kata
saya, aku, gua dan hamba. Dalam semantik, keempat kata tersebut bersinonim namun dalam
sosiolingistik keempat kata tersebut dipandang sebagai variasi bahasa. Penggunaan keempat
kata tersebut yang bermakna diri sebagai subyek (pelaku) akan bervariasi maknanya dalam
masyarakat. Sehingga selain keanekaragaman bahasa itu sendiri yang menyebabkan bahasa
bervariasi, juga diengaruhi oleh masyarakat pengguna bahasa (komunitas tutur). Misalnya pada
masyarakat tutur bahasa bugis di kabupaten Maros menggunakan bahasa bugis (BB) dalam
ranah keluarga dan kekerabatan, namun dalam interaksi jual beli terkadang menggunakan
bahasa Makassar (BM) atau bahasa Makassar Melayu (BMM). Dalam ranah formal masyarakat
Maros tetap menggunakan bahasa Indonesia (BI) sebagai bahasa resmi dan bahasa sehari hari
yang digunakan jika berkomunikasi dengan orang orang tertentu yang belum dikenalinya, begitu
juga bahasa Inggris (B.Ing) digunakan oleh masyarakat Maros khususnya yang berkecimpung
dalam kepariwisataan seperti pramuwisata. Sehingga peran BI dan B.Ing menjadi bahasa
lingua franca atau bahasa
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa variasi bahasa timbul karena
faktor nonlinguistik atau faktor sosial penutur. Ragam bahasa dapat dilihat dari aspek
keragaman sosial penutur, variasi fungsi dan variasi dari segi keformalan. Atas faktor
nonlinguistik dan atas ragam bahasa yang terkait dengan masyarakat penutur tersebut maka
sudah jelas variasi bahasa merupakan kajian utama dalam sosiolingusitik.

Referensi
Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. (1995). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Chaer, A., & Agustina, L. (2004). Sosiolinguistik: perkenalan awal. Penerbit PT Rineka Cipta.
Spolsky, B. (2010). History of Sociolinguistics. The SAGE Handbook of Sociolinguistics.

Anda mungkin juga menyukai