4.skripsi Jadi
4.skripsi Jadi
4.skripsi Jadi
BAB I
PENDAHULUAN
masyarakat.1
Seorang guru sangat berperan sekali dalam dunia pendidikan salah satu
pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik selaras
dengan tujuan sekolah itu. Sesungguhnya guru sangat besar jasanya dalam
menghantarkan harkat dan martabat manusia, oleh karena itu guru perlu
guru bukan sekedar tuntutan para guru, namun merupakan kewajiban kita untuk
melakukannya.2
Guru diposisikan sebagai orang yang ‘alim, wara’, shalih dan sebagai uswah
sehingga guru dituntut juga beramal saleh sebagai aktualisasi dari keilmuan
1
Akhyak, Profil Pendidik Sukses, (Surabaya: eLKAF, 2005), hal. 1
2
Ibid., hal. 9-10
1
2
para siswanya, tidak saja ketika dalam proses pembelajaran berlangsung, tetapi
karena itu, wajar jika mereka diposisikan sebagai orang-orang penting dan
kian kompleks. Guru kini menghadapi tantangan besar yang semakin hari
semakin berat. Hal ini menuntut seorang guru untuk senantiasa melakukan
usaha semacam ini, posisi dan peran guru akan semakin terkikis.3
Salah satu persoalan besar yang kini dihadapi oleh bangsa Indonesia
3
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 5
4
Frizal, “Guru di Gerebek di Wisma Esek-Esek”, dalam Jawa Pos, 19 Agustus 2009, hal. 29
3
jumlah orang yang tertangkap tidak semakin berkurang, tetapi terus saja
bertambah. Yang meresahkan, para koruptor ternyata bukan orang yang tidak
mengenalnya sebagai tokoh. Tetapi modal sosial yang begitu besar ternyata
masyarakat.
Pengadaan buku sekolah, misalnya menjadi lahan basah yang diperebutkan oleh
berbagai pihak dalam dunia pendidikan. Sudah bukan rahasia lagi jika dunia
didik menuju manusia dewasa, memiliki moralitas yang baik sesuai dengan
kapasitas intelektual dan sosial yang mereka miliki. Namun, betulkah asumsi-
5
Ngainun Naim, Rekonstruksi Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 152-153
4
jenjang, dari tingkat sekolah, dinas, sampai departemen. Guru, kepala sekolah,
kepala dinas, dan seterusnya, masuk dalam jaring-jaring korupsi. Sekolah yang
Pendapatan guru yang tidak memadai disatu pihak, dan dipihak lain
tuntutan akan kebutuhan konsumtif yang makin tinggi, memaksa guru harus
menjadi pengojek, berdagang, calo dan lain-lain. Betul, pekerjaan tersebut halal
yang ada pada pekerjaan tersebut berbeda dengan nilai-nilai yang diajarkan guru
kebenaran.Tapi mana ada calo yang jujur? Ngojekpun perlu tipu menipu.
Kepada penumpang yang dikenal asing, pasti akan dikenai biaya tinggi. Kecuali
itu, bila ternyata yang diojeki adalah muridnya, bagaimana guru harus bersikap?
Hal-hal semacam itu pasti akan mempengaruhi relasi antara murid-guru yang
semakin longgar.7
6
Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan
di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2008), hal. 10-11
7
Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakan, (Yogyakarta: LKis, 2005), hal. 152
5
Wajar kalau kemudian jabatan guru ini para generasi muda tidak dijadikan
pilihan utama diantara sekian jabatan lain yang memang lebih menjanjikan
yang terang-terangan menyatakan figur guru yang dulu “digugu lan ditiru”,
belakangan ini tampak berubah menjadi “wagu lan kuru” sebagai sosok
Kondisi seperti ini tampak juga menjadi pengiring turunnya dedikasi guru.
Dalam berbagai kasus yang sering kita baca diberbagai media masa, atau
kita tonton ditelevisi, tidak sedikit guru yang gelap mata sehingga melakukan
siswanya.
adalah kekerasan yang dialami oleh Hatta Daya, beberapa waktu yang lalu.
Murid SDN Medokan II Surabaya ini dihukum secara tidak manusiawi oleh Siti
Khotijah, gurunya. Kekerasan dilakukan terhadap Hatta Daya yang dinilai oleh
8
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 43
6
kelas IV B untuk menempeleng terhadap Hatta Daya satu persatu. Kasus ini
keluar dari “bingkai edukatif”. Orang tua Hatta Daya melaporkan Siti Khotijah
kekantor polisi.9
Sifat yang sering kali muncul dalam proses pendidikan kita adalah
paternalistik, dimana guru adalah pusat atau sumber dari para peserta didik
dan dipahami oleh para murid. Posisi guru (pendidik) dalam hal ini adalah
murid dalam usaha mencari kebenaran itu sendiri. Keadaan semacam ini secara
sistemik membelenggu kreativitas dan daya nalar seorang murid, dan pada
akhirnya berpengaruh pada daya kritis murid terhadap ilmu pengetahuan itu
sendiri.11
9
Ngainun Naim, Menjadi Guru…, hal. 12-13
10
Sugiharto, “di Tempeleng Guru Masuk RS”, dalam Surya,16 Desember, 2009, hal. 9
11
Benny Susetyo, Politik Pendidikan Penguasa, (Yogyakarta: LKis, 2005), hal. 149-150
7
sekarang, maka jelas bahwa fungsi guru pada masa sekarang dan mendatang
adalah mengisi ruang-ruang kosong yang menjadi jarak antara realitas empiris
Itulah tugas yang pas tapi sekaligus amat berat. Tugas ini memang berat, tapi
mau tidak mau harus dijalankan oleh guru agar mereka tidak kehilangan
Tulungagung”.
B. Fokus Penelitian
12
Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakan…, hal. 196
8
MAN 2 Tulungagung ?
Tulungagung?
Tulungagung?
C. Tujuan Penelitian
berikut:
1. Secara Teoritis
Tulungagung.
2. Secara Praktis
a. Bagi Penulis
Tulungagung .
c. Bagi Guru
d. Bagi Siswa
E. Penegasan Istilah
penulis paparkan beberapa istilah dalam judul tersebut dan penulis membatasi
a. Penegasan Konseptual
pribadi yang khas dan unik dari individu yang melekat pada diri orang
13
Pius Apartanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001), hal.
306
14
Akhyak, Profil Pendidik…, hal. 2
15
Ngainun Naim, Menjadi Guru…, hal. 37
11
b. Penegasan Operasional
bukan hanya melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil
kultural.
formal.
yang baik dapat dijadikan suritauladan untuk ditiru oleh siswanya. Sebagai
16
Tim Nasional Penataran P-4 Bagi Siswa SLTP dan SLTA, Bahan Penataran P-4 Bagi Siswa
SLTP, (Jakarta: Proyek Pembinaan Pancasila,1995), hal. 15
12
pribadi maupun sosialnya. Kepribadian guru yang baik dapat diterapkan oleh
F. Sistematika Pembahasan
sistematis dari isi karya ilmiah tersebut. Sistematika pembahasan dalam skripsi
ini dapat dijelaskan bahwa skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni
bagian priliminier, bagian isi atau teks dan bagian akhir, lebih rinci lagi dapat
pengantar, halaman daftar isi, halaman tabel, halaman daftar gambar, halaman
Bagian isi atau teks, yang merupakan inti dari hasil penelitian yang
terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terbagi ke dalam sub-sub bab.
BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari: (a) latar belakang masalah; (b)
fokus penelitian; (c) tujuan dan kegunaan hasil penelitian; (e) penegasan istilah;
eksistensi guru/ pendidik; (a) pengertian guru/ pendidik; (b) syarat guru; (c)
kepribadian guru; (d) guru dalam proses pembelajaran;(e) kompetensi guru ;(f)
kode etik pendidik. Bagian II: kepribadian murid/ siswa; (a) pengertian
kepribadian; (b) pengertian peserta didik; (c) karakteristik peserta didik; (d)
tugas dan kewajiban peserta didik. Bagian III: usaha guru dalam membentuk
BAB III: Metode penelitian terdiri dari: (a) pola/ jenis penelitian; (b)
pengumpulan data; (f) teknik analisa data; (g) Pengecekan keabsahan temuan;
BAB IV: Paparan hasil penelitian terdiri: (a) paparan data; (b) temuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Guru
Menurut Zakiyah Darajat guru adalah pendidik profesional karena secara implisit
pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Mereka ini tatkala
tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula
bahwa orang tua tidak mungkin meyerahkan anaknya kepada sembarang guru/
17
Akhyak, Profil Pendidik..., hal.1
14
15
18
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 39-40
19
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya dengan Transliterasi Arab-Latin, (Bandung: Gema
Risalah Press, 1993), hal. 1112
16
melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap
mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement, yakni selalu
berusaha memperbaiki dan memperbarui model-model atau cara kerjanya sesuai
dengan tuntutan zamannya (Muhaimin, 2001).
Kata mu’allim berasal dari kata dasar ‘ilm yang berarti menangkap
hakikat sesuatu. Dalam setiap ‘ilm terkandung dimensi teoritis dan dimensi
amaliah (al-Asfahani, 1972). Ini mengandung makna bahwa seorang guru dituntut
Kata murabbiy berasal dari kata dasar rabb. Tuhan adalah sebagai
baik berupa etos ibadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya, maupun dedikasinya
yang serba Lillahi Ta’ala (karena mengharapkan ridha Allah semata). Pengertian
17
Lillahi Ta’ala bukan berarti selalu bermakna gratis, tetapi dapat diperluas menjadi
melatih, mempelajari (Al-Munjid, 1986). Dilihat dari pengertian ini, maka tugas
Sedangkan kata mu’addib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika
dan adab (Al-Munjid, 1986) atau kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan
batin. Kata peradaban (Indonesia) juga berasal dari kata dasar adab, sehingga guru
adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk
jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri
tugasnya sebagai hamba dan kholifah Allah SWT. Dan mampu sebagai makhluk
20
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 44-49
18
guru adalah orang dewasa yang menjadi tenaga kependidikan untuk membimbing
dan mendidik peserta didik menuju kedewasaan, agar memiliki kemandirian dan
Dalam Islam guru merupakan profesi yang amat mulia, karena pendidikan
adalah salah satu tema sentral Islam. Nabi Muhammad sendiri sering disebut
tenaga pengajar, tetapi sekaligus adalah pendidik. Karena itu, dalam Islam,
seseorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi
keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji akhlaknya.
saja, tetapi lebih penting lagi membentuk watak dan pribadi anak didiknya
dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam. Guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu
Peran dan tanggung jawab guru dalam pendidikan sangat berat. Apalagi
dalam konteks pendidikan Islam, semua aspek kependidikan dalam Islam terkait
dengan nilai-nilai (value bond), yang melihat guru bukan saja pada penguasaan
didik berperilaku yang baik. Karena itu, eksistensi guru tidak saja mengajarkan
19
Islam.21
B. Syarat Guru
Menurut Malik Fajar (dalam Akhyak, 2005; 3) tugas guru dimasa depan
itu berat. Karena harus menjalankan tugas mengajar, mendidik dan membimbing
peserta didik untuk menyongsong masa depan. Guru merupakan resi yang
berperan sebagai pemberi petunjuk kearah masa depan anak didik yang lebih
baik. Lebih dari hal tersebut diatas, Dr. Hossein Nasr, Dr. Baloch, Dr. Aroosi dan
Dr. Badawi menegaskan pula bahwa poros pusat dari sistem pendidikan apapun
adalah pengajar.
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.
21
Akhyak, Profil Pendidik..., hal.1-2
20
Menurut Ag. Soejono (dalam Akhyak, 2005; 4) seorang guru yang baik
5. Berbadan sehat.
maka didalamnya terkandung segala sikap, watak dan sifat-sifat yang baik antara
lain:
menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya.
perbuatannya. Dalam hal ini, an-Nahlawi (dalam Nizar, 2002; 45) membagi
a. Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah
22
Ibid., hal. 3-5
22
e. Senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami
g. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan
proporsional.
harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:
Allah semata.
b. Kebersihan guru (bersih tubuh, bersih jiwa, dan terhindar dari dosa dan
kesalahan).
d. Suka pemaaf.
23
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hal. 45-46
23
Menurut Cece Wijaya (dalam Akhyak, 2005; 7) keadaan guru yang dapat
bahan-bahan praktis.
belajar dan berprestasi rendah agar mereka bisa ditempatkan kembali pada
kelas biasa.
efektif.
efektif.
24
senantiasa berubah maka guru di era sekarang apalagi dimasa mendatang perlu
Oleh karena itu guru sebagai pendidik generasi mendatang perlu memiliki
a. Dari segi kualifikasi, guru perlu memiliki kelayakan akademik yang tidak
sekedar dibuktikan dengan gelar dan ijasah, tetapi harus ditopang oleh kualitas
b. Dari segi kepribadian, guru perlu memiliki kepribadian yang tinggi, yang
c. Dari segi pembelajaran, guru perlu memahami ilmu teori dan praktek
d. Dari segi sosial, guru sebagai pendidik perlu memiliki kepekaan sosial dalam
e. Dari segi religius, guru perlu memiliki komitment keagamaan yang tinggi,
g. Dari segi strategi, guru perlu memperkaya diri dengan berbagai metode,
tugas yang harus dilaksanakan oleh mereka yaitu mendidik akal pikiran, jiwa dan
jejak Rasulullah SAW. Dengan alasan bahwa pekerjaan mengajar itu lebih
24
Akhyak, Profil…, hal. 6-8
26
kemegahan atau mencari penghidupan, akan tetapi menuntut ilmu demi untuk
ilmu dan hal ini merupakan dorongan ideal yang perlu diikuti.
bermanfaat tersebut (menurut beliau) ialah ilmu yang dapat membawa kepada
e. Seorang guru idola (teladan) yang baik dan contoh yang utama yang harus
pertumbuhan jasmaniahnya.
mendustai perbuatannya.
Oleh karena itu jika berangkat dari ajaran Qur’an maka akan kita jumpai
sifat positif yang seyogyanya dimiliki oleh guru agama. Sebagai contoh adalah
25
Ali Al-Jumbulati, Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), hal. 137-143
27
8. Memaafkan murid.
11. Mencintai atau memarahi karena Allah melalui pendekatan nasehat, taubihah,
C. Kepribadian Guru
merupakan teladan baginya dalam segala hal. Seperti halnya Allah telah
.......سنٌَة
َ اهلل اُْسَوةٌ َح
ِ ان َلكُْم ِفى رَسُْو ِل
َ َلَقْد َك
26
Tim Penyusun Buku P3M STAIN Tulungagung, Meniti Jalan Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 217-218
27
Hafidz Abdurrahman, Membangun Kepribadian Pendidik Umat, (Ciputat: Wadi Press, 2005),
hal. 90-91
28
Kepribadian yang akan menentukan apakah seorang guru akan mejadi pendidik
dan pembina yang baik bagi para siswanya, ataukah akan menjadi perusak atau
seseorang”. Kata kepribadian diambil dari terjemahan kata yang berasal dari
bahasa inggris, yaitu kata personality, yang mempunyai pengertian sebagai sifat
dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain
Antara satu psikolog dengan psikolog lain memiliki definisi yang berbeda-
menentukan diri sendiri dengan merdeka dan mempunyai dua tujuan yaitu
28
Mahmud Junus, Tarjamah Al-Quran Al-Karim, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1986), hal. 379
29
1951)
3. Kepribadian itu ada dibelakang tingkah laku yang khas dan terletak dalam
individu.
totalitas psikofisis yang meliputi sifat-sifat pribadi yang khas dan unik dari
individu yang melekat pada diri orang yang bersangkutan karena berhadapan
dengan lingkungan.
diatas, maka seorang guru seyogianya memiliki kepribadian yang baik, yang
dapat diteladani oleh siswa, sesama guru, dan juga masyarakat secara umum.
Diantara ciri-ciri dari kepribadian yang sewajarnya dimiliki oleh seorang guru,
antara lain:
30
a. Guru itu harus orang yang bertakwa kepada Tuhan, dengan segala sifat, sikap
b. Bahwa seorang guru itu adalah orang yang suka bergaul, khususnya bergaul
dengan anak-anak. Tanpa adanya sikap dan sifat semacam ini, seseorang
sangat tidak tepat untuk menduduki jabatan guru, karena justru pergaulan itu
c. Seorang guru harus seseorang yang penuh minat, penuh perhatian, mencintai
itu.
29
Ngainun Naim, Menjadi Guru..., hal. 35-38
31
khusus dibidang pendidikan dan pengajaran. Jabatan guru bukan sebagai ”okupsi”
atau pekerjaan yang sekedar mencari nafkah, dengan modal pengetahuan dan
ketrampilan yang pas-pasan. Jabatan guru bukan sekedar “hobi” atau kegemaran.
Ia bukan pula sebagai jabatan “vokasional” atau kejuruan belaka. Guru adalah
yang tidak sederhana dan mudah. Sebaliknya, mengajar sifatnya sangat kompleks
mengajar, menjadikan tidak semua orang mau dan mampu untuk menjadi guru.
Hanya orang yang memenuhi kriteria yang tepat saja yang seharusnya tepat untuk
30
Muwahid Shulhan, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 98
32
dalam fitrahnya.
dan hati kaum mukmin, agar mereka merealisasikannya dalam tingkah laku
Hanya orang yang memenuhi kriteria yang tepat saja yang seharusnya
islam ditemukan bahwa guru adalah orang yang memiliki fungsi dan karakteristik
Pendidikan Islam
Tabel 2.1
Fungsi Guru /
No. Karakteristik dan Tugas
Pendidik
1. Ustadz Orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas, yang melekat pada
dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja,
serta sikap continous improvement.
2. Mu’allim Orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta
31
Ngainun Naim, Menjadi Guru..., hal. 15-17
33
tugas pokok guru yang profesional adalah mendidik, mengajar dan melatih, yang
mua’ddib. Dengan demikian, guru/ pendidik PAI yang profesional adalah orang
masyarakatnya; mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan
serta mampu mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik; dan
34
berikut:
sebagainya.
mematuhi Islam, bukan hanya dalam penampilannya saja tapi juga dalam
batinnya. Dia haruslah orang yang baik dan saleh, yang merasa menjadi tanggung
jawabnyalah melatih para muridnya agar menjadi orang-orang muslim yang baik,
yaitu pria dan wanita yang mau mempelajari nilai hukum moral Islam, yang akan
32
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum..., hal. 49-51
35
menjalani kehidupan mereka sesuai dengan etika yang diajarkan Al-Quran, yang
Dalam hal ini guru hendaknya senantiasa menguasai bahan. Dialah yang
memilih dari berbagai ilmu pengetahuan, kadar yang lazim dan sesuai dengan
kepada murid secara berurutan, sistematis, serasi dan berkaitan satu sama
lainnya.
pendidikan.
berguna serta dapat menunjang pencapain tujuan dan proses belajar mengajar ,
baik yang berupa nara sumber, buku, teks, majalah ataupun surat kabar.
penyempurnaan pendidikan.
37
Dalam hal ini peran guru ada dua macam yaitu guru sebagai edukator
kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya) serta sengaja diusahakan
pendidikan.
arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi
siswa-siswinya. Oleh karena itu guru perlu berusaha sekuat tenaga agar dapat
menjadi teladan yang baik untuk siswa bahkan untuk seluruh masyarakat.
Guru perlu senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi tempat
didalamnya.
Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai petugas psikolog dalam
Guru sebagai pemimpin, yakni harus mampu memimpin. Untuk itu, guru
Tabel 2.2
tugas guru yang amat berat untuk masa sekarang. Tapi fungsi dan tugas guru
seperti itu tidak bisa dihindari bila kita mengharapkan remaja memiliki kontribusi
itu tidak bisa digantikan oleh kehadiran media televisi, bahkan tidak semua guru
bisa melakukannnya. Hanya guru-guru yang masih mau terus belajar, terbuka
untuk dikritik, dan selalu membuka dialog dengan murid saja yang akan mencapai
tingkat kematangan tertentu dan mampu menjalankan peran sebagai seorang resi,
E. Kompetensi Guru
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
34
Ngainun Naim, Menjadi Guru..., hal. 33-34
35
Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakan..., hal. 198
36
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta:
CV. Novindo Pustaka Mandiri, 2006), hal. 3
41
c. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan
Bertolak dari pendapat diatas, maka kompetensi guru dapat dibagi menjadi
Artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan
peserta didik, seperti jujur, adil, suka musyawarah, disiplin, dan lain-lain.
persoalan sosial yang selaras dengan ajaran Islam, sikap gotong royong, suka
37
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2004), hal. 17-18
43
serta dengan atasannya. Suatu jabatan yang melayani orang lain selalu
memerlukan kode etik, demikian pula jabatan pendidik mempunyai kode etik
tertentu yang harus dikenal dan dilaksanakan oleh setiap pendidik. Pelanggaran
bagian yaitu:
1. Menerima segala problem anak didik dengan hati dan sikap terbuka.
38
Ngainun Naim, Menjadi Guru..., hal. 61
44
7. Bersifat lemah-lembut dan menghadapi anak didik yang rendah tingkat IQnya,
10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada anak didik yang belum mengerti
atau mengetahui.
15. Menanamkan sifat ikhlas pada anak didik, serta terus menerus mencari
16. Mencegah anak didik mempelajari ilmu fardlu kifayah sebelum mempelajari
ilmu fardlu’ain.
39
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 69-70
45
pendidik.
1. Tidak boleh dengan tanpa alasan menahan murid dari tindakan mandirinya
untuk belajar.
2. Tidak boleh dengan tanpa alasan menolak akses murid kesudut pandang yang
beraneka ragam.
3. Tidak boleh dengan sengaja menekan atau menghalangi pokok mata pelajaran
6. Tidak boleh berdasarkan ras, warna kulit, keyakinan, jenis kelamin, negara
belakang sosial atau budaya, atau orientasi seksual, dengan tidak adil.
keuntungan pribadi.
46
8. Tidak boleh mengungkap informasi tentang murid yang diperoleh dalam kelas
2. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan anak didik. Pola
mengajar.
kewajibannya.
8. Memberi bekal anak didik dengan ilmu yang mengacu pada futuristik, karena
40
Kay A. Norlander-Case, The Professional Teacher: The Preparation and Nurturance of the
Reflective Practitioner, Guru Profesional: Penyiapan dan Pembimbingan Praktisi Pemikir, terj. Suci
Romadhona, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), hal. 21-22
47
9. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat, tanggung
jawab dan mampu mengatasi problema anak didik, serta mempunyai rencana
yang matang untuk menatap masa depan yang dilakukannya dengan sungguh-
sungguh.41
A. Pengertian Kepribadian
“per” dan “sonare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “personae”
yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut.
Allport.
41
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Teras, 2009), hal. 86-87
48
dinamis.
sistem psikofisik, yaitu suatu kesatuan antara aspek-aspek fisik dengan psikis.
lepas dari lingkungannya, tetapi selalu dalam interaksi dan penyesuaian diri
dengan lingkungannya.42
panjang. Oleh karena itu, banyak faktor yang ikut dalam pembentukan
kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab
hidup seseorang tersebut, disamping tentunya faktor pembawaan. Dalam hal ini,
anak didik.
42
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 136-139
49
1. Suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik lahir batin dan
dengan lingkungannya.
3. Kepribadian adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan tingkah laku dari seseorang
Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima
pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum
dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik (Barnadib, 1986: 39).
Hal senada dikatakan oleh Amir Dain bahwa anak didik adalah pihak yang
43
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam,
(Surabaya: eLKAF, 2006), hal. 117-118
44
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 82
50
belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih
memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan
baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi
subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik)
yang dimilikinya tidak akan tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa
didik sangat perlu diketahui oleh setiap pendidik. Hal ini sangat beralasan karena
45
Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta, Ar-ruzz Media, 2009), hal. 36
46
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hal. 47-48
51
didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik maupun psikis
ada 2 hal penting yang harus diperhatikan oleh pendidik yaitu: pertama, hakikat
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam masalah anak didik adalah:
sehingga metode belajar yang digunakan anak didik tidak sama dengan orang
dewasa.
3. Anak didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan itu
aman, rasa kasih sayang, rasa harga diri dan realisasi diri.
4. Anak didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain,
baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen
banyak segi pribadi anak didik merupakan suatu kesatuan jiwa-raga (cipta,
berpendapat bahwa karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku (behavior)
dari seseorang sehingga dari perilakunya tersebut, orang akan mengenalnya “ia
untuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untuk berlaku jujur dan
berterus terang kepada orang lain serta kemampuan untuk taat terhadap tata tertib
Beberapa karakter yang sudah kita ketahui antara lain pemarah, pemalu,
Karena karakter terbentuk dari proses meniru yaitu melalui proses melihat,
sengaja. Oleh karena itu seorang anak bisa memiliki karakter yang baik atau juga
47
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan..., hal. 164-166
53
mengajarinya.
antaranya perilaku yang bisa dipercaya, tanggung jawab, perhatian, tidak suka
berprasangka buruk, sering berbuat baik, mampu mengendalikan diri saat marah
dan kecewa, bisa mengatasi perselisihan, bisa bekerja sama dengan temannya,
tidak suka menggertak, sopan dan bisa menghargai orang lain, mau mendengar
pendapat orang lain, memahami perasaan orang lain, bisa menghargai dirinya
sendiri, tahu cara meminta bantuan, adil, berperan sebagai teman yang baik, bisa
mengatakan “tidak” terhadap ajakan yang tidak baik, bisa mengatasi perselisihan
dan lain sebagainya. Tentu saja sederet perilaku tersebut, harus diperkenalkan
memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam diri dan kepribadiannya.
sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki anak didik kepada 10 (sepuluh) macam
sifat, yaitu:
sebaliknya.
c. Bersikap tawadhu’.
48
http: //irfarazak.blogspot.com/2009/09/karakteristik-siswa. html
54
d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum maupun ilmu agama.
g. Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang
lainnya.
penting. Murid atau anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi
dan mengalami proses berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau
murid membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru
tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama dengan individu-
objek. Sebagai subjek, karena murid menentukan hasil belajar dan sebagai objek,
Guru mengajar dan murid belajar. Jika tugas pokok guru adalah
“mengajar”, maka tugas pokok murid adalah “belajar”. Keduanya amat berkaitan
49
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan..., hal. 165-166
55
dan saling bergantungan, satu sama lain tidak terpisahkan dan berjalan serempak
dan kewajibannya. Menurut Asma Hasan Fahmi (dalam Nizar, 2002; 50) diantara
ilmu. Hal ini disebabkan karena belajar adalah ibadah dan tidak sah ibadah
sifat keutamaan.
c. Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu diberbagai
tempat.
belajar.
fadhilah.
c. Hendaknya bersedia meninggalkan keluarga dan tanah air untuk mencari ilmu
matang.
f. Jangan melakukan sesuatu aktivitas dalam belajar kecuali atas petunjuk dan
izin pendidik.
menggunakan lidahnya.
l. Menghargai ilmu dan bertekad untuk terus menuntut ilmu sampai akhir hayat.
Kesemua hal diatas cukup penting untuk disadari oleh setiap peserta didik,
belajar dengan tekun, baik secara fisik maupun mental. Dengan kesiapan dan
57
kesediaan fisik dan psikis, maka aktivitas kependidikan yang diikuti akan
sikap yang menjadi ciri kepribadian muslim. Usaha dimaksud menurut Al-Darraz
(dalam Jalaluddin, 2003; 199) dapat dilakukan melalui cara memberikan materi
1. Penyucian jiwa.
11. Ikhlas.
51
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan…,hal. 50-52
58
Ketiga belas sifat akhlak yang mulia ini terkandung dalam al-Quran.
(pemahaman batin) dan furqan (kemampuan membedakan yang baik dan yang
buruk).
7. Memiliki kelapangan dan ketentraman hati serta kepuasan batin, hingga sabar
menerima cobaan.
8. Mengetahui tujuan hidup dan menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir yang
lebih baik.
59
pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-nilai akhlak al-
karimah. Untuk itu setiap muslim dianjurkan untuk belajar seumur hidup, sejak
lahir (dibesarkan dengan yang baik) hingga di akhir hayat (tetap dalam kebaikan).
sebagai suatu rangkaian upaya menurut ilmu dan nilai-nilai keislaman, sejak dari
1. Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari ajaran
wahyu.
2. Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan materi ajaran yang terangkum
3. Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan yang baik antar sesama
52
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 199-201
60
individu).
(Solo training) dan dapat dilakukan juga dalam kelompok dengan memanfaatkan
umpan balik dan dukungan orang-orang lain sesama anggota kelompok (Group
training).
53
Ibid., hal. 203-204
61
antara lain:
perbuatan dan ketrampilan itu benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi suatu
sifat, dan perilaku pribadi. Ada dua ragam bentuk penteladanan yaitu peniruan
(imitation) dan identifikasi- diri (self identification). Peniruan adalah usaha untuk
menampilkan diri dan berlaku seperti penampilan dan perilaku orang yang
pengembangan diri.
yang dianggap baik dan bermakna, kemudian berusaha untuk mendalami dan
4. Ibadah: ibadah khusus seperti: shalat, puasa, dzikir dan ibadah dalam
artian umum, yakni berbuat kebajikan dengan niat semata-mata karena Allah,
pada mereka yang melaksanakannya. Sebagai contoh adalah ibadah shalat dan
dzikir:
buruk: dan sesungguhnya ingat kepada Allah itu merupakan (kekuatan) yang
sendiri, tetapi dapat dipadukan dalam satu paket pelatihan. Misalnya paket
rohani.
Ada tiga ranah yang popular dikalangan dunia pendidikan yang menjadi
mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan pada tahap-tahap berikutnya dapat
54
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 126-127
63
dari memiliki pengetahuan tentang sesuatu, kemudian memiliki sikap tentang hal
tersebut, dan selanjutnya berperilaku sesuai dengan apa yang diketahuinya dan
maka kebebasan itu juga bermuatan moral. Maksudnya, kualitas atau pribadi
manusia tidak tergantung pada, atau ditentukan oleh keadaan diluar dirinya [al-
saja alur kehidupan ini, sedangkan pendidikan yang membebaskan tidak dapat
direduksi menjadi sekedar usaha guru untuk memaksa kebebasan pada siswa.57
bermoral dan berjiwa amanah, maka perlu kita memperhatikan pesan-pesan al-
Qur’an, sebagaimana tersebut diatas berkenaan dengan konsep ulul albab yang
iman dan islamnya dengan beribadah semata kepada Allah. Seorang ulul
Dalam konteks ini, Islam mengajarkan bahwa proses rihlah al-ilmi sebagai
Paulo Freire, The Politic of Education: Culture, Power, and Liberation, Politik Pendidikan:
57
Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan, terj. Agung Prihantoro dan Fuad Arif Furdiyartanto,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 176
65
secara non formal dalam lingkup kampus secara empiris (kampus sebagai
3. Tasyawur, yakni aktif dalam kegiatan ilmiah seperti diskusi, seminar, dan
lebih dari itu menelusuri “rahasia” (hikmah) yang terkandung dalam setiap
5. Tawadhu’, yaitu selalu bersikap dan berperilaku rendah hati, tidak takabur
58
Ahmad Arifi, Politik Pendidikan..., hal.123-124
66
BAB III
METODE PENELITIAN
Tulungagung ”, maka dalam hal ini diperlukan metode yang tepat. Dengan
demikian dalam hal ini metode penelitian memegang peranan yang sangat
A. Pola Penelitian
Suatu penelitian ilmiah tidak lepas dari adanya tujuan yang ingin dicapai,
digunakan. Penggunaan metode yang tepat akan mencapai tujuan yang telah
penelitian kualitatif. Hal ini dapat dilihat dari prosedur yang diterapkan yaitu
“Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi, ucapan atau tulisan dan
perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri.” 59 Menurut
59
Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992),
hal. 21-22
66
67
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.60
adanya.62
perbuatan dan dokumentasi yang diamati secara menyeluruh dan apa adanya
hakekat hubungan antara peneliti dan responden, metode ini lebih peka dan
lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak peninjauan pengaruh bersama dan
60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006), hal. 4
61
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah dasar Metoda Tehnik, (Bandung:
Tarsito, 1990), hal. 147
62
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), hal. 157
63
Moleong, Metodologi Penelitian …,hal. 9-10
68
menggambarkan situasi atau kejadian.64 Jika dilihat dari sudut wilayah sosial
yang dijadikan subyek, penelitian ini bisa dikategorikan sebagai hasil penelitian
kasus, yaitu “suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan
kasus menurut Yin adalah suatu inquiri empiris yang menyelidiki fenomena di
konteks tidak tampak dengan tegas dan dimana sumber bukti dimanfaatkan.66
B. Lokasi Penelitian
64
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 7
65
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 120
66
Robert K. Yin, Studi Kasus, (Desain dan Metode), (Jakarta: PT. Raja Grafinso Persada,
2004),hal. 18
67
Saifudin Azwar, Metode Penelitian…, hal. 8
69
tersebut tidak lepas dari karakteristik guru dalam membentuk kepribadian siswa.
C. Kehadiran Peneliti
pengumpulan data lain yang peneliti gunakan adalah buku catatan, bolpoin dan
kamera.
D. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana
bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata dan tindakan
unsur, yaitu :
1. People (orang), yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa
68
Moleong, Metodologi Penelitian …, hal. 9
69
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…,hal. 107
70
Moleong, Metodologi Penelitian …, hal. 157
70
dan sebagainya.71
Sumber data nomor satu dan dua merupakan sumber data yang bersifat
umum, karena menghasilkan data berupa kata-kata dan pelaku atau tindakan,
sedangkan sumber data yang nomor tiga merupakan sumber data tambahan,
dalam catatan tertulis untuk kemudian disajikan dalam skripsi sebagai hasil
memperkaya data.
dengan fokus penelitian. Jika dicermati dari segi sifatnya, data yang
dikumpulkan adalah data kualitatif yang kemudian diubah dalam bahasa tulis,
71
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal 107
71
Tidak ada penelitian yang tidak melalui proses pengumpulan data. Dalam
proses pengumpulan data tersebut ada banyak metode yang digunakan yang
a. Metode Observasi
Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengerjaan, (Bandung: PT. Remaja
72
dengan guru dan siswa sehingga hasil pengamatan data akan terukur.
biasanya terjadi tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan
secara sistematis dalam bentuk ringkasan data untuk keperluan analisis data.
73
Mohyi Machdhoero, Metode Penelitian, (Malang: UMM PRESS, 1993), hal. 86
74
Nasution, Metode Research, (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003),
hal. 106
75
Ibid., hal. 82
73
Penulis dalam hal ini berinteraksi langsung dengan guru dan siswa di
prosedur.
c. Tehnik Dokumentasi
sebagainya.76
Metode ini penulis gunakan sebagai alat penguat data yang diperoleh
memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah peneliti atau
orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Deskripsi data
ini dilakukan dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada,
berikut:
76
Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal. 206
77
Sukardi, Metodologi Penelitian…, hal. 86
74
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan
temanya.
fokus penelitian.
Dalam upaya mendapatkan data yang valid atau benar, maka usaha
1. Perpanjangan kehadiran
penelitian ini dilakukan penulis tidak hanya sekedar memperoleh data saja
2. Triangulasi
75
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, 78 untuk pengecekan atau
3. Pembahasan Sejawat
data sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk hasil diskusi
dengan rekan sejawat.79 Dari informasi yang berhasil digali diharapkan bisa
penulis.
H. Tahap-Tahap Penelitian
78
Moleong, Metodologi Penelitian …, hal. 330
79
Ibid., hal. 332
76
penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti menyusun data yang telah terkumpul secara
sistematis dan terinci sehingga data tersebut mudah dipahami dan dapat
4. Tahap pelaporan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
1. Identitas Madrasah
Tulungagung
e. Kecamatan : Boyolangu
f. Kabupaten : Tulungagung
1
Sumber Data: D.1.F.1. 01 Juni 2010 Keterangan: W = Wawancara, O = Observasi, D =
80
77
78
Nomor: 105 Tahun 1968 tentang penegerian PGA Swasta dengan Kepala
Bapak REBIN S.
Menteri Agama Nomor: 166 Tahun 1970, tanggal: 3 Agustus 1970, dengan
Tahun 1980 sampai Tahun 1988 Kepala PGAN 6 Tahun dijabat oleh
Bapak SANUSI. Tahun 1988 sampai dengan Tahun 1990 dijabat oleh Bapak
REBIN S.
dan Drs. Daruno Arifin. Mulai saat itu rombongan belajar bertambah
menjadi 8 kelas.
droping guru baru dari Departemen Agama sejumlah 2 orang yakni: Drs.
Slamet Riyadi dan Drs. Hadi Mulyono. Dengan ditunjang oleh kerja sama
812
Sumber Data: D.1.F.1. 01 Juni 2010
80
Kelas I = 6 kelas
Kelas II = 4 kelas
Jumlah = 12 kelas
sejumlah 4 orang yakni: Drs. Amin Tri Waluyo, Drs. Khoirul Huda, Drs.
Samsul Hadi dan Drs. Muhibuddin serta ditambah 1 orang pindahan dari
MAN Suruh, Jawa Tengah yaitu Asrori, BA. Saat itu MAN 2
Kelas I = 6 kelas
Kelas II = 5 kelas
Jumlah = 15 kelas
Endang Minawati, S.Pd. dan Drs. Maskur. Pada tahun tersebut juga terjadi
Kelas I = 9 kelas
Kelas II = 9 kelas
Jumlah = 27 kelas
Demikian pula dalam hal kwalitas juga mengalami kemajuan yang cukup
a. Visi
CERDIK BERSEMI
823
Sumber Data: D.1.F.1. 01 Juni 2010
82
1. Indikator Cerdas
2. Indikator Dedikatif
alumni.
3. Indikator Inovatif
4. Indikator Kompetitif
masyarakat.
83
b. Misi
warga madrasah.
c. Tujuan
834
Sumber Data : O.1.F.2. 15 Juni 2010
84
5. Kondisi Obyektif
a. Tanah584
Tabel 3.1
Tabel 3.2
845
Sumber Data : D.1.F.1. 01 Juni 2010
85
STRUKTUR ORGANISASI
MAN 2 Tulungagung Beji Boyolangu685
Tata Usaha
Waka Madrasah
Drs. Nanang Yayuk Winarti Dwi Asih Febrianto Guru Wali Tenaga BP/
Ashari S.Si ML.SAg S.pd kelas Pendidik BK
Koor.MGMPJ. Koor.MGMPJ. Koor.MGMPJ. Koor. IPS
Agama IPA BHS
Garis Konsultasi
856
Sumber Data: D.2.F.2. 15 Juni 2010
87
a. Guru786
Tabel 3.3
Tabel 3.4
b. Pegawai
Tabel 3.5
c. Siswa
Tabel 3.6
JUMLAH
NO. KELAS L P JUMLAH
ROMBEL
1 X 9 130 263 393
2 XI-Bahasa 1 15 26 41
3 XI-IPA 4 55 125 180
4 XI-IPS 4 69 113 182
9 139 264 403
5 XII-Bahasa 1 21 15 36
6 XII-IPA 4 57 127 184
7 XII- IPS 4 73 104 177
9 151 246 397
Jumlah Total 27 420 773 1193
90
7. Prestasi Madrasah
Bidang Akademik
878
Sumber Data: D.1.F.1. 01 Juni 2010
92
XII S2 XI Lab.
XII X
BHS IPA A1 B
XII S3
XI S1 K.mandi K.mandi
WC
Kopsis BMT Lab. S.Pra
XII S4 BHS muka
WC
R.Tata Kan
WC XI S2 boga tin Asra
ma
XI I
XI S3 R.OSIS putra
Asrama
XI H putri
XI S4
Kantin
La
b. pe XC Kantin
Fis rp
ust
ak kesenian gudang
La aa Auditorium Kantin
b. n
Fis
XG XF XE XD
889
Sumber Data: D.2.F.2. 15 Juni 2010
93
Tulungagung.
karakteristik. Antara guru satu dengan yang lainnya tentu memiliki perbedaan
di Sekolah merupakan ciri khas atau bentuk-bentuk watak yang baik atau
positif. Seperti yang diungkapkan oleh Siti Nur Hidayati guru mata pelajaran
Karakteristik atau sifat-sifat guru PAI yang baik adalah seorang guru
PAI harus mempunyai keahlian dalam bidang ilmu dan keterampilan,
menjadi tauladan atau contoh perbuatan yang positif, suka beramal
sholeh, taat kepada Allah, berakhlak mulia, jujur, pemberani dan
memiliki kepribadian yang positif.1089
tentunya harus melekat pada diri seorang guru. Bapak Kardji guru Al-Quran
8910
Siti Nur Hidayati, W1. F1. 01 Juni 2010
94
yang bernama Siska Dewi Nur Fikasari kelas XI IPA 4 menjelaskan bahwa:
9011
Kardji, W2. F1. 01 Juni 2010
9112
Khoirul Huda, W3. F2. 15 Juni 2010
9213
Nanang Azhari, W4. F2. 15 Juni 2010
9314
Siska Dewi Nur Fikasari, W5. F3. 17 Juni 2010
95
Tulungagung.
Di lembaga pendidikan tidak bisa lepas dari peran dan tanggung jawab
seorang guru. Peran dari seorang guru sangat penting sekali untuk membentuk
kepribadian siswa. Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus paham
betul peran dan posisinya. Tugas seorang guru adalah mengajar, sedangkan
siswa belajar. Antara keduanya saling berkaitan dalam proses pendidikan. Siti
Nur Hidayati guru mata pelajaran Fiqih dan Akidah mengatakan bahwa:
sangat pesat peran dari seorang guru dituntut lebih aktif. Karena siswa yang
membina siswanya dengan menyaring budaya barat yang masuk dalam dunia
pendidikan. Dalam hal itu, tentunya guru harus lebih profesional dalam
mengajar.
Bapak Nanang Azhari selaku guru mata pelajaran Al- Quran Hadist
mengatakan bahwa:
sangat berat. Karena tiadak jarang terdengar kasus korupsi, guru digerebek di
Wisma esek-esek maka kepribadian seorang guru harus lebih dahulu baik
Tulungagung.
yang panjang. Kepribadian siswa baik atau buruk, beradab atau biadab
dipengaruhi oleh kehidupan siswa tersebut. Bapak Kardji selaku guru mata
bertutur kata yang baik atau sopan (boso) terhadap bapak ibu guru,
membiasakan sholat jamaah dzuhur di Masjid.1897
dilakukan. Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Siti Nurhidayati guru mata
Kebiasan baik yang dilakukan siswa tidak bisa satu kali berhasil tetapi
harus istiqomah, perlu adanya penyadaran terhadap siswa betapa
pentingnya kepribadian yang baik, siswa harus memperbanyak amal
sholeh, belajar sholat 5 waktu dengan tertib.1998
dan tidak pernah bosan untuk menemukan cara yang baik dalam membentuk
yang buruk maka guru akan terkena imbasnya. Bapak Khoirul Huda selaku
dengan pemateri anak itu sendiri melalui jadwal secara bergilir mulai
kelas satu sampai kelas tiga, ketika hari jumat anak laki-laki ikut
jumatan di Masjid sedangkan anak perempuan di kumpulkan di Aula
untuk di beri kajian Islami.21100
C. Pembahasan
Tulungagung.
Misalkan kasus guru menempeleng siswa sampai masuk di Rumah sakit, guru
digerebek di Wisma esek-esek atau tempat PSK. Bapak Khoirul Huda selaku
dan martabat manusia, oleh karena itu guru perlu mendapatkan penghargaan yang
10021
Khoirul Huda, W3. F2. 15 Juni 2010
10122
Khoirul Huda, W3. F2. 15 Juni 2010
99
sesuai dari semua pihak. Penghargaan terhadap guru bukan sekedar tuntutan para
guru, mereka sudah berbuat untuk anak-anak kita. Dalam tradisi Islam, Ustadz
(biasanya diartikan dengan guru ngaji) dihargai dan sangat tinggi penghargaan
terhadapnya. Irsyad Ustadzin (petunjuk guru) merupakan salah satu syarat untuk
memberi semangat dan dibelakang memberi dorongan dan motivasi (Ing Ngarso
Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani). Kedudukan
guru yang demikian itu senantiasa relevan dengan zaman dan sampai kapanpun
kecil artinya bagi para guru, sekaligus merupakan tantangan yang menuntut
prestasi dan prestasi yang senantiasa teruji dan terpuji dari setiap guru. Bukan
masyarakat.
a. Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah
e. Senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami
g. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan
proporsional.
buktikan dengan tidak ada perilaku guru PAI yang menyimpang dari
Kepolisian.
Tulungagung.
Islam terkait dengan nilai-nilai (value bond), yang melihat guru bukan saja
melatih dan membiasakan anak didik berperilaku yang baik. Karena itu,
mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul membawa siswanya kepada
tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru
harus berpandangan luas dan kriteria bagi seorang guru ialah harus memiliki
guru agama lebih dituntut lagi untuk mempunyai kepribadian guru. Guru
ditiru dan didikuti oleh muridnya. Guru merupakan tokoh yang akan ditiru
bahwa:
Guru sangat berperan sekali dalam proses pendidikan anak. Peran dari
seorang guru dalam membimbing anak baik perkataan ataupun tingkah
lakunya akan dicontoh siswa. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menemukan strategi, metode, cara-cara atau konsep-konsep yang baru
dalam pengajaran. Memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar
lebih giat. Guru harus terus belajar, terbuka untuk dikritik yang bersifat
membangun dan selalu membuka dialog dengan murid.24103
10324
Khoirul Huda, W3. F2. 15 Juni 2010
103
Tabel 4.1
baik. Guru sudah menjalankan peran dan tanggungjawabnya. Selain itu, guru
10425
Ngainun Naim, Menjadi Guru..., hal. 33-34
104
Tulungagung.
sangat berat. Karena kemajuan zaman yang sangat pesat sehingga siswa lebih
menyaring dan mengambil sesuatu yang bernilai positif. Hal ini diperlukan
memberi contoh terlebih dahulu. Apabila di Sekolah ada tata tertib siswa
begitupun juga guru harus mentaati kode etik pendidik. Ketika guru kurang
kebiasaan yang baik apabila dilakukan dengan continue (terus menerus) maka
akan tercipta kepribadian siswa yang baik. Menurut salah satu siswa yang
Kepribadian siswa yang baik menurut saya adalah siswa yang mentaati
peraturan, bisa menghargai guru, karyawan sekolah,teman. Apabila
bergaul dengan sesama teman harus mencerminkan sikap yang baik.
Siswa harus menerapkan kedisiplinan dalam segala hal.26105
10526
Siska Dewi Nur Fikasari, W5. F3. 17 Juni 2010
105
a. Penyucian jiwa.
k. Ikhlas.
l. Hidup sederhana.
Ketiga belas sifat akhlak yang mulia ini terkandung dalam al-Quran.27106
sendiri melalui jadwal secara bergilir mulai kelas satu sampai kelas tiga,
ketika hari jum’at anak laki-laki ikut jum’atan di Masjid sedangkan anak
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Teoritis
b. Guru-guru yang masih mau terus belajar, terbuka untuk dikritik dan selalu
2. Empiris
107
108
siswa antara lain: memberi materi tentang pendidikan akhlak. Setiap pagi
jadwal secara bergilir mulai kelas satu sampai kelas tiga, ketika hari
109
B. Saran-Saran
tercapainya mutu yang lebih baik, penulis perlu memberikan saran-saran sebagai
berikut:
keteladanan.
4. Bagi Siswa Sebagai subyek belajar diharapkan siswa dapat menentukan sikap
proses belajar mengajar dan bisa menempatkan diri sebagai seorang peserta
diperolehnya.