4.skripsi Jadi

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 110

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling

maju, guru memegang peranan penting hampir tanpa terkecuali, guru

merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga

masyarakat.1

Seorang guru sangat berperan sekali dalam dunia pendidikan salah satu

tugas yang harus dilaksanakan oleh guru di Sekolah ialah memberikan

pelayanan kepada para siswa agar mereka menjadi siswa atau anak didik selaras

dengan tujuan sekolah itu. Sesungguhnya guru sangat besar jasanya dalam

menghantarkan harkat dan martabat manusia, oleh karena itu guru perlu

mendapatkan penghargaan yang sesuai dari semua pihak. Penghargaan terhadap

guru bukan sekedar tuntutan para guru, namun merupakan kewajiban kita untuk

melakukannya.2

Dalam konsep pendidikan tradisional Islam, posisi guru begitu terhormat.

Guru diposisikan sebagai orang yang ‘alim, wara’, shalih dan sebagai uswah

sehingga guru dituntut juga beramal saleh sebagai aktualisasi dari keilmuan

yang dimilikinya. Sebagai guru, ia juga dianggap bertanggung jawab kepada

1
Akhyak, Profil Pendidik Sukses, (Surabaya: eLKAF, 2005), hal. 1
2
Ibid., hal. 9-10

1
2

para siswanya, tidak saja ketika dalam proses pembelajaran berlangsung, tetapi

juga ketika proses pembelajaran berakhir, bahkan sampai di Akhirat. Oleh

karena itu, wajar jika mereka diposisikan sebagai orang-orang penting dan

mempunyai pengaruh besar pada masanya, dan seolah-olah memegang kunci

keselamatan rohani dalam masyarakat (Piet A. Sahertian, 1998).

Seiring perkembangan zaman, posisi dan peran guru juga mengalami

perubahan. Otomatis guru semakin menyusut ditengah gerusan perubahan yang

kian kompleks. Guru kini menghadapi tantangan besar yang semakin hari

semakin berat. Hal ini menuntut seorang guru untuk senantiasa melakukan

berbagai upaya dalam meningkatkan kualitas pribadi maupun sosialnya. Tanpa

usaha semacam ini, posisi dan peran guru akan semakin terkikis.3

Di dalam surat kabar menerangkan bahwa “Guru di Gerebek di Wisma


Esek-Esek”. Wajah Muhammad Soleh, 45, mendadak pucat. Guru sebuah
SMP swasta di Bandung yang sedang pelesir ke Surabaya itu diciduk tim
Polsek Pabean Cantikan saat mengunjungi tempat esek-esek di jalan
Waspada II/2. Operasi itu diselenggarakan untuk menyambut bulan suci
Ramadhan.
Pria yang beralamat di Jalan Malang Bong, Bandung, itu memang apes.
Saat terjadi penggerebekan, dia sedang memilih cewek untuk diajak
kencan. Belum sempat masuk kamar, tiba-tiba polisi datang ke tempat
tersebut.4

Salah satu persoalan besar yang kini dihadapi oleh bangsa Indonesia

adalah persoalan moralitas. Korupsi misalnya, terus saja terjadi dimana-mana,

seperti wabah penyakit menular. Hampir semua tempat terjangkit korupsi.

3
Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 5
4
Frizal, “Guru di Gerebek di Wisma Esek-Esek”, dalam Jawa Pos, 19 Agustus 2009, hal. 29
3

Perburuan terhadap koruptor sudah dilakukan secara intensif, tetapi anehnya

jumlah orang yang tertangkap tidak semakin berkurang, tetapi terus saja

bertambah. Yang meresahkan, para koruptor ternyata bukan orang yang tidak

pernah mengenyam bangku pendidikan. Mereka justru orang-orang yang

berpendidikan tinggi, memiliki jabatan strategis, dan masyarakat lebih

mengenalnya sebagai tokoh. Tetapi modal sosial yang begitu besar ternyata

mereka gunakan untuk melakukan tindakan yang merugikan negara dan

masyarakat.

Parahnya, perilaku korupsi juga merambah masuk dunia pendidikan.

Pengadaan buku sekolah, misalnya menjadi lahan basah yang diperebutkan oleh

berbagai pihak dalam dunia pendidikan. Sudah bukan rahasia lagi jika dunia

pendidikan sarat dengan beraneka ketidakberesan yang sistemik, sehingga

mengembalikan dunia pendidikan ke”fitrah”-nya membutuhkan usaha secara

serius dan berkesinambungan.5

Lembaga pendidikan memang seringkali dijauhkan dari analisis-analisis

yang negatif, sebab asumsinya ialah lembaga pendidikan sebagai media

pencerdasan kehidupan bangsa dengan mengantarkan anak bangsa/ peserta

didik menuju manusia dewasa, memiliki moralitas yang baik sesuai dengan

kapasitas intelektual dan sosial yang mereka miliki. Namun, betulkah asumsi-

asumsi tersebut benar? Terkait dengan terungkapnya kasus-kasus korupsi di

Negara kita, tak ketinggalan pula lembaga pendidikan kita.

5
Ngainun Naim, Rekonstruksi Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 152-153
4

Departemen Pendidikan Nasional menurut laporan Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) tahun 2003 merupakan departemen terkorup setelah

Departemen Agama. Korupsi dalam dunia pendidikan menurut laporan

Indonesian Corruption Watch dilakukan secara bersama-sama dalam berbagai

jenjang, dari tingkat sekolah, dinas, sampai departemen. Guru, kepala sekolah,

kepala dinas, dan seterusnya, masuk dalam jaring-jaring korupsi. Sekolah yang

diharapkan menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran justru malah

mempertontonkan kepada siswa-siswanya praktik-praktik korupsi.6

Pendapatan guru yang tidak memadai disatu pihak, dan dipihak lain

tuntutan akan kebutuhan konsumtif yang makin tinggi, memaksa guru harus

melakukan pekerjaan-pekerjaan yang berlawanan dengan profesinya, seperti

menjadi pengojek, berdagang, calo dan lain-lain. Betul, pekerjaan tersebut halal

dan sah-sah saja untuk dilaksanakan. Tapi problemnya, prinsip-prinsip dasar

yang ada pada pekerjaan tersebut berbeda dengan nilai-nilai yang diajarkan guru

di Sekolah. Di Sekolah, guru harus mengajarkan soal kejujuran dan

kebenaran.Tapi mana ada calo yang jujur? Ngojekpun perlu tipu menipu.

Kepada penumpang yang dikenal asing, pasti akan dikenai biaya tinggi. Kecuali

itu, bila ternyata yang diojeki adalah muridnya, bagaimana guru harus bersikap?

Hal-hal semacam itu pasti akan mempengaruhi relasi antara murid-guru yang

semakin longgar.7

6
Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan
di Tengah Pusaran Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2008), hal. 10-11
7
Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakan, (Yogyakarta: LKis, 2005), hal. 152
5

Wajar kalau kemudian jabatan guru ini para generasi muda tidak dijadikan

pilihan utama diantara sekian jabatan lain yang memang lebih menjanjikan

penghasilan demi kelayakan hidup. Sungguh mengandung kebenaran, jika ada

yang terang-terangan menyatakan figur guru yang dulu “digugu lan ditiru”,

belakangan ini tampak berubah menjadi “wagu lan kuru” sebagai sosok

ditengah-tengah kompetisi dengan jabatan lain yang beragam lagi basah.

Kondisi seperti ini tampak juga menjadi pengiring turunnya dedikasi guru.

Menurunnya dedikasi guru jelas mengakibatkan menurunnya kualitas

pembelajaran dan perolehan belajar.8

Dalam berbagai kasus yang sering kita baca diberbagai media masa, atau

kita tonton ditelevisi, tidak sedikit guru yang gelap mata sehingga melakukan

tindakan yang justru bertentangan dengan tugas pokoknya sebagai seorang

pendidik. Misalnya, guru yang melakukan tindakan kekerasan terhadap

siswanya.

Kekerasan merupakan tindakan yang seyogianya tidak dilakukan dalam

dunia pendidikan, apapun alasannya. Namun realitasnya, dunia pendidikan di

Indonesia masih sering diwarnai dengan “wajah kekerasan”. Sebagai contoh

adalah kekerasan yang dialami oleh Hatta Daya, beberapa waktu yang lalu.

Murid SDN Medokan II Surabaya ini dihukum secara tidak manusiawi oleh Siti

Khotijah, gurunya. Kekerasan dilakukan terhadap Hatta Daya yang dinilai oleh

gurunya melanggar peraturan dengan cara memerintahkan setiap siswa dalam

8
Ali Rohmad, Kapita Selekta Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 43
6

kelas IV B untuk menempeleng terhadap Hatta Daya satu persatu. Kasus ini

berlanjut sampai di kepolisian karena perilaku Bu guru tersebut dinilai telah

keluar dari “bingkai edukatif”. Orang tua Hatta Daya melaporkan Siti Khotijah

kekantor polisi.9

Selain itu, di dalam surat kabar menerangkan bahwa “ di Tempeleng Guru,


Masuk RS”. Gara-gara tidak masuk sekolah, Tommi Affandi, 17, siswa
kelas 2 Sekolah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1, Pamekasan,
ditempeleng Dra. Hj Hairun Nisa, guru pengajar Al-Quran dan Hadis di
Sekolah itu, Selasa (15/12) sekitar pukul 09.00.
Akibatnya Tommi anak dari Abdullah Affandi, pegawai Pengadilan
Negeri (PN) Pamekasan, ini menjalani rawat inap di Paviliun RSD
Pamekasan. Tommi, mengalami luka memar di belakang telinga kiri dan
pusing. Atas kejadian itu, Abdullah Affandi, warga Jl. Veteran, Kelurahan
Barurambat Timur, Pamekasan, melaporkan tindakan ke Polres
Pamekasan.10

Sifat yang sering kali muncul dalam proses pendidikan kita adalah

paternalistik, dimana guru adalah pusat atau sumber dari para peserta didik

dalam memperoleh pengetahuan, bahkan kebenaran mutlak yang harus diikuti

dan dipahami oleh para murid. Posisi guru (pendidik) dalam hal ini adalah

sebagai parameter kemampuan (berhasil tidaknya) atau bahkan benar tidaknya

murid dalam usaha mencari kebenaran itu sendiri. Keadaan semacam ini secara

sistemik membelenggu kreativitas dan daya nalar seorang murid, dan pada

akhirnya berpengaruh pada daya kritis murid terhadap ilmu pengetahuan itu

sendiri.11

9
Ngainun Naim, Menjadi Guru…, hal. 12-13
10
Sugiharto, “di Tempeleng Guru Masuk RS”, dalam Surya,16 Desember, 2009, hal. 9
11
Benny Susetyo, Politik Pendidikan Penguasa, (Yogyakarta: LKis, 2005), hal. 149-150
7

Jika memperhatikan visi kehidupan yang ingin dibangun bersama pada

masa datang seperti digambarkan diatas, serta memperhatikan kondisi remaja

sekarang, maka jelas bahwa fungsi guru pada masa sekarang dan mendatang

adalah mengisi ruang-ruang kosong yang menjadi jarak antara realitas empiris

dengan yang diidealkan. Bagaimana guru bisa berperan dalam mengubah

kelemahan-kelemahan pada remaja menjadi kekuatan untuk masa mendatang?

Itulah tugas yang pas tapi sekaligus amat berat. Tugas ini memang berat, tapi

mau tidak mau harus dijalankan oleh guru agar mereka tidak kehilangan

perannya. Kompleksitas persoalan yang dihadapi remaja serta kecenderungan

Ipoleksosbud-Hankam yang makin tidak terduga, menuntut kearifan tersendiri

dari guru agar bisa mengambil posisi secara tepat.12

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dan membahasnya dalam bentuk skripsi yang berjudul

“Karakteristik Guru PAI Dalam Membentuk Kepribadian Siswa di MAN 2

Tulungagung”.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, pada latar belakang masalah dapat ditentukan

fokus penelitian sebagai berikut:

12
Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakan…, hal. 196
8

1. Bagaimana karakteristik guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di

MAN 2 Tulungagung ?

2. Bagaimana peran guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung?

3. Bagaimana usaha guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari fokus penelitian diatas adalah sebagai

berikut:

1. Untuk lebih memahami karakteristik guru PAI dalam membentuk

kepribadian siswa di MAN 2 Tulungagung.

2. Untuk lebih memahami peran guru PAI dalam membentuk kepribadian

siswa di MAN 2 Tulungagung.

3. Untuk lebih memahami usaha guru PAI dalam membentuk kepribadian

siswa di MAN 2 Tulungagung.


9

D. Kegunaan Hasil Penelitian

1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam

mengembangkan khasanah keilmuan serta bahan masukan dan tambahan

literature di Perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

Tulungagung.

2. Secara Praktis

a. Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis tentang

karakteristik Guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung .

b. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai pimpinan lembaga dapat memberikan motivasi atau

dorongan kepada para guru untuk selalu meningkatkan kualitas

kepribadian yang telah mencerminkan sifat-sifat keteladanan.

c. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

guru dalam peningkatan kualitas kepribadian serta untuk menunjang

suksesnya pendidikan nasional.

d. Bagi Siswa

Sebagai masukan dalam menentukan sikap positif untuk selalu

memperbaiki kepribadiannya melalui pelajaran PAI.


10

E. Penegasan Istilah

Untuk memperjelas bahasan skripsi ini yang berjudul “Karakteristik Guru

PAI Dalam Membentuk Kepribadian Siswa di MAN 2 Tulungagung” akan

penulis paparkan beberapa istilah dalam judul tersebut dan penulis membatasi

Pendidikan Agama Islam yang meliputi mata pelajaran: Al-Qur’an Hadits,

Fiqih, Akidah Akhlak sebagai berikut:

a. Penegasan Konseptual

Adapun penegasan istilah secara konseptual adalah:

1. Karakteristik: ciri khas/ bentuk-bentuk watak/ karakter yang dimiliki

oleh setiap individu; corak tingkah laku; tanda khusus.13

2. Guru adalah orang dewasa yang menjadi tenaga kependidikan untuk

membimbing dan mendidik peserta didik menuju kedewasaan, agar

memiliki kemandirian dan kemampuan dalam menghadapi kehidupan

dunia dan akhirat.14

3. Kepribadian adalah suatu totalitas psikosifis yang meliputi sifat-sifat

pribadi yang khas dan unik dari individu yang melekat pada diri orang

yang bersangkutan karena berhadapan dengan lingkungan.15

4. Siswa adalah “peserta didik, obyek sekaligus subyek pendidikan yang

akan menyerap ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan, akan

13
Pius Apartanto, M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 2001), hal.
306
14
Akhyak, Profil Pendidik…, hal. 2
15
Ngainun Naim, Menjadi Guru…, hal. 37
11

menjadi ukuran keberhasilan penyelenggara pendidikan sekaligus

pencapain tujuan pendidikan nasional.16

b. Penegasan Operasional

Adapun penegasan secara operasional adalah:

1. Karakteristik merupakan ciri khas atau bentuk-bentuk watak dari

seseorang yang melekat pada diri orang tersebut.

2. Guru merupakan sosok yang seharusnya mempunyai banyak ilmu, mau

mengamalkan dengan sungguh-sungguh ilmunya tersebut dalam proses

pembelajaran dalam makna yang luas, toleran dan senantiasa berusaha

menjadikan siswanya memiliki kehidupan yang lebih baik.

3. Kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku seseorang yang

diintegrasikan, sebagaimana yang tampak orang lain. Kepribadian ini

bukan hanya melekat pada diri seseorang, tetapi lebih merupakan hasil

dari pada suatu pertumbuhan yang lama dalam suatu lingkungan

kultural.

4. Siswa adalah peserta didik yang sedang menempuh jalur pendidikan

formal.

Kesimpulan: ciri khas/ bentuk-bentuk watak seorang guru dalam dunia

pendidikan seharusnya menampilkan kepribadian yang baik. Kepribadian guru

yang baik dapat dijadikan suritauladan untuk ditiru oleh siswanya. Sebagai

16
Tim Nasional Penataran P-4 Bagi Siswa SLTP dan SLTA, Bahan Penataran P-4 Bagi Siswa
SLTP, (Jakarta: Proyek Pembinaan Pancasila,1995), hal. 15
12

seorang pengajar mampu dijadikan cermin tentang kepribadiannya. Ditengah-

tengah kehidupan guru harus selalu berupaya dalam meningkatkan kualitas

pribadi maupun sosialnya. Kepribadian guru yang baik dapat diterapkan oleh

siswa dalam kehidupan sehari-hari.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam sebuah karya ilmiah adanya sistematika merupakan bantuan yang

dapat digunakan oleh pembaca untuk mempermudah mengetahui urut-urutan

sistematis dari isi karya ilmiah tersebut. Sistematika pembahasan dalam skripsi

ini dapat dijelaskan bahwa skripsi ini terbagi menjadi tiga bagian utama, yakni

bagian priliminier, bagian isi atau teks dan bagian akhir, lebih rinci lagi dapat

diuraikan sebagai berikut:

Bagian priliminier, yang berisi: halaman sampul depan, halaman judul,

halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman pernyataan, memuat kata

pengantar, halaman daftar isi, halaman tabel, halaman daftar gambar, halaman

daftar lampiran, halaman abstrak.

Bagian isi atau teks, yang merupakan inti dari hasil penelitian yang

terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terbagi ke dalam sub-sub bab.

BAB I: Pendahuluan yang terdiri dari: (a) latar belakang masalah; (b)

fokus penelitian; (c) tujuan dan kegunaan hasil penelitian; (e) penegasan istilah;

(f) sistematika skripsi.


13

BAB II: Kajian pustaka yang didalamnya membahas tentang Bagian I:

eksistensi guru/ pendidik; (a) pengertian guru/ pendidik; (b) syarat guru; (c)

kepribadian guru; (d) guru dalam proses pembelajaran;(e) kompetensi guru ;(f)

kode etik pendidik. Bagian II: kepribadian murid/ siswa; (a) pengertian

kepribadian; (b) pengertian peserta didik; (c) karakteristik peserta didik; (d)

tugas dan kewajiban peserta didik. Bagian III: usaha guru dalam membentuk

kepribadian siswa; (a) pembentukan kepribadian muslim sebagai individu; (b)

macam-macam aspek pembentukan kepribadian muslim; (c) pemahaman dan

pengembangan pribadi; (d) pemberdayaan pendidikan budi pekerti; (e) upaya

membangun generasi ulul albab.

BAB III: Metode penelitian terdiri dari: (a) pola/ jenis penelitian; (b)

lokasi penelitian; (c) kehadiran peneliti; (d) sumberdata; (e) Prosedur

pengumpulan data; (f) teknik analisa data; (g) Pengecekan keabsahan temuan;

(h) tahap-tahap penelitian.

BAB IV: Paparan hasil penelitian terdiri: (a) paparan data; (b) temuan

penelitian; (c) pembahasan.

BAB V: Penutup, terdiri dari: (a) kesimpulan; (b) saran.


14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. EKSISTENSI GURU/ PENDIDIK

A. Pengertian Guru

Secara leksikal guru diartikan sebagai “orang yang pekerjaannya atau

mata pencahariannya sebagai mengajar”. Dalam pengertian yang sederhana, guru

adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik.

Sedangkan dalam UU RI no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menegaskan bahwa: pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil

pembelajaran, melakukan bimbingan, pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.17

Menurut Zakiyah Darajat guru adalah pendidik profesional karena secara implisit

ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawabnya

pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Mereka ini tatkala

menyerahkan anaknya ke Sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian

tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula

bahwa orang tua tidak mungkin meyerahkan anaknya kepada sembarang guru/

sekolah karena tidak sembarang orang menjabat guru.

17
Akhyak, Profil Pendidik..., hal.1

14
15

Di Negara-negara Timur sejak dahulu kala guru itu dihormati oleh


masyarakat. Orang India dahulu, menganggap guru itu sebagai orang suci dan
sakti. Di Jepang, guru disebut Sensei, artinya “yang lebih dahulu lahir”, “yang
lebih tua”. Di Inggris, guru itu di dikatakan ”teacher” dan di Jerman “der Lehrer”,
keduanya berarti “pengajar”. Akan tetapi kata guru sebenarnya bukan saja
mengandung arti “pengajar”, melainkan juga “pendidik”, baik didalam maupun
diluar sekolah. Ia harus menjadi penyuluh masyarakat.
Agama Islam sangat menghargai orang-orang yang berilmu pengetahuan
(guru/ulama), sehingga hanya mereka sajalah yang pantas mencapai taraf
ketinggian dan keutuhan hidup.18
Firman Allah:
        
         

Artinya: Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan

orang-orang yang diberikan ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan

Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S.Al-Mujadilah


11).19
Dalam literatur kependidikan Islam, seorang guru/ pendidik biasa disebut
sebagai ustadz, mu’allim, murabbiy, mursid, mudarris, dan mu’addib. Kata ustadz
biasa digunakan untuk memanggil seorang profesor. Ini mengandung makna
bahwa seorang guru dituntut untuk komitmen terhadap profesionalisme dalam
mengemban tugasnya. Seseorang dikatakan profesional, bilamana pada dirinya

18
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hal. 39-40
19
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya dengan Transliterasi Arab-Latin, (Bandung: Gema
Risalah Press, 1993), hal. 1112
16

melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap komitmen terhadap
mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous improvement, yakni selalu
berusaha memperbaiki dan memperbarui model-model atau cara kerjanya sesuai
dengan tuntutan zamannya (Muhaimin, 2001).

Kata mu’allim berasal dari kata dasar ‘ilm yang berarti menangkap

hakikat sesuatu. Dalam setiap ‘ilm terkandung dimensi teoritis dan dimensi

amaliah (al-Asfahani, 1972). Ini mengandung makna bahwa seorang guru dituntut

untuk mampu menjelaskan hakikat ilmu pengetahuan yang diajarkannya, serta

menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, dan berusaha membangkitkan

peserta didik untuk mengamalkannya.

Kata murabbiy berasal dari kata dasar rabb. Tuhan adalah sebagai

Rabbal-‘alamin dan Rabb al-nas, yakni yang menciptakan, mengatur, memelihara

alam seisinya termasuk manusia. Manusia sebagai khalifah-Nya diberi tugas

untuk menumbuh kembangkan kreativitasnya agar mampu mengkreasi, mengatur

dan memelihara alam seisinya.

Kata mursyid biasa digunakan untuk guru dalam Thoriqoh (Tasawuf).

Dengan demikian, seorang mursyid (guru) berusaha menularkan penghayatan

(transinternalisasi) akhlak dan / atau kepribadiannya kepada peserta didiknya,

baik berupa etos ibadahnya, etos kerjanya, etos belajarnya, maupun dedikasinya

yang serba Lillahi Ta’ala (karena mengharapkan ridha Allah semata). Pengertian
17

Lillahi Ta’ala bukan berarti selalu bermakna gratis, tetapi dapat diperluas menjadi

komitmen terhadap kewajiban dan hak asasi manusia.

Kata mudarris berasal dari akar kata darasa-yadrusu-darsan wa durusan wa

dirasatan, yang berarti: terhapus, hilang bekasnya, menghapus, menjadikan usang,

melatih, mempelajari (Al-Munjid, 1986). Dilihat dari pengertian ini, maka tugas

guru adalah berusaha mencerdaskan peserta didiknya, menghilangkan

ketidaktahuan atau memberantas kebodohan mereka, serta melatih keterampilan

mereka sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

Sedangkan kata mu’addib berasal dari kata adab, yang berarti moral, etika

dan adab (Al-Munjid, 1986) atau kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir dan

batin. Kata peradaban (Indonesia) juga berasal dari kata dasar adab, sehingga guru

adalah orang yang beradab sekaligus memiliki peran dan fungsi untuk

membangun peradaban (civilization) yang berkualitas dimasa depan.20

Dalam bukunya “Beberapa Aspek Dasar Kependidikan” Soenaryo

Subroto, juga memberikan definisi, pendidik adalah orang dewasa yang

bertanggung jawab memberi pertolongan kepada anak didik dalam perkembangan

jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri

dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu berdiri sendiri memenuhi

tugasnya sebagai hamba dan kholifah Allah SWT. Dan mampu sebagai makhluk

sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.

20
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah dan
Perguruan Tinggi, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal. 44-49
18

Dari berbagai pandangan diatas, Akhyak, 2005; 2, berpendapat bahwa

guru adalah orang dewasa yang menjadi tenaga kependidikan untuk membimbing

dan mendidik peserta didik menuju kedewasaan, agar memiliki kemandirian dan

kemampuan dalam menghadapi kehidupan dunia dan akhirat.

Dalam Islam guru merupakan profesi yang amat mulia, karena pendidikan

adalah salah satu tema sentral Islam. Nabi Muhammad sendiri sering disebut

sebagai “pendidik kemanusiaan”. Seseorang guru haruslah bukan hanya sekedar

tenaga pengajar, tetapi sekaligus adalah pendidik. Karena itu, dalam Islam,

seseorang dapat menjadi guru bukan hanya karena ia telah memenuhi kualifikasi

keilmuan dan akademis saja, tetapi lebih penting lagi ia harus terpuji akhlaknya.

Dengan demikian, seseorang guru bukan hanya mengajar ilmu-ilmu pengetahuan

saja, tetapi lebih penting lagi membentuk watak dan pribadi anak didiknya

dengan akhlak dan ajaran-ajaran Islam. Guru bukan hanya sekedar pemberi ilmu

pengetahuan kepada anak didiknya, menjadi manusia yang berkepribadian mulia.

Peran dan tanggung jawab guru dalam pendidikan sangat berat. Apalagi

dalam konteks pendidikan Islam, semua aspek kependidikan dalam Islam terkait

dengan nilai-nilai (value bond), yang melihat guru bukan saja pada penguasaan

material-pengetahuan, tetapi juga pada investasi nilai-nilai moral dan spiritual

yang diembannya untuk ditransformasikan kearah pembentukan kepribadian

Islam, guru dituntut bagaimana membimbing, melatih dan membiasakan anak

didik berperilaku yang baik. Karena itu, eksistensi guru tidak saja mengajarkan
19

tetapi sekaligus mempraktekkan ajaran-ajaran dan nilai- nilai kependidikan

Islam.21

B. Syarat Guru

Menurut Malik Fajar (dalam Akhyak, 2005; 3) tugas guru dimasa depan

itu berat. Karena harus menjalankan tugas mengajar, mendidik dan membimbing

peserta didik untuk menyongsong masa depan. Guru merupakan resi yang

berperan sebagai pemberi petunjuk kearah masa depan anak didik yang lebih

baik. Lebih dari hal tersebut diatas, Dr. Hossein Nasr, Dr. Baloch, Dr. Aroosi dan

Dr. Badawi menegaskan pula bahwa poros pusat dari sistem pendidikan apapun

adalah pengajar.

Syarat-syarat guru sebagaimana tercantum dalam pasal 42 UU RI no. 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni:

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan

jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rokhani serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

b. Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini,

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh

perguruan tinggi yang terakreditasi.

c. Ketentuan mengenai kualifikasi pendidikan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.

21
Akhyak, Profil Pendidik..., hal.1-2
20

Menurut Ag. Soejono (dalam Akhyak, 2005; 4) seorang guru yang baik

harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Memiliki kedewasaan umur.

b. Sehat jasmani dan rohani.

c. Memiliki keahlian dan kemampuan dalam mengajar.

d. Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi.

Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi

guru menurut Oemar Hamalik (dalam Akhyak, 2005; 4) harus memiliki

persyaratan sebagai berikut :

1. Harus memiliki bakat sebagai guru.

2. Harus memiliki keahlian sebagai guru.

3. Memiliki kepribadian baik dan terintegrasi.

4. Memiliki mental yang sehat.

5. Berbadan sehat.

6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas.

7. Guru adalah manusia berjiwa pancasila.

8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.

Guru harus berkelakuan baik, jika kita mengatakan “berkelakuan baik”,

maka didalamnya terkandung segala sikap, watak dan sifat-sifat yang baik antara

lain:

a. Calon sungguh berbakat.

b. Pandai bahasa sopan.


21

c. Kepribadiannya harus baik dan kuat.

d. Harus disenangi dan disegani oleh anak didik.

e. Emosinya harus stabil.

f. Pandai menyesuaikan diri.

g. Tidak boleh sensitif.

h. Harus tenang, obyektif, bijaksana.

i. Harus jujur dan adil.

J. Harus susila didalam tingkah lakunya.

k. Sifat sosialnya harus besar.22

Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki

karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain. Dengan karakteristiknya,

menjadi ciri dan sifat yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya.

Totalitas tersebut kemudian akan terakstualisasi melalui seluruh perkataan dan

perbuatannya. Dalam hal ini, an-Nahlawi (dalam Nizar, 2002; 45) membagi

karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, yaitu:

a. Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah

laku, dan pola pikirnya.

b. Bersifat ikhlas; melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk

mencari keridhaan Allah dan menegakkan kebenaran.

c. Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik.

d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.

22
Ibid., hal. 3-5
22

e. Senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami

dan mengkajinya lebih lanjut.

f. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Sesuai dengan

prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan.

g. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan

proporsional.

h. Mengetahui kehidupan psikis peserta didik.

i. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat

mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola berpikir peserta didik.

j. Berlaku adil terhadap peserta didiknya.23

Menurut M.Atiyah Al-Abrasyi (dalam Akhyak, 2005; 6) sifat-sifat yang

harus dimiliki oleh guru dalam pendidikan Islam adalah sebagai berikut:

a. Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridaan

Allah semata.

b. Kebersihan guru (bersih tubuh, bersih jiwa, dan terhindar dari dosa dan

kesalahan).

c. Ikhlas dalam pekerjaan.

d. Suka pemaaf.

e. Seorang guru merupakan seorang bapak sebelum ia seorang guru.

f. Harus mengetahui tabiat murid.

23
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hal. 45-46
23

g. Harus menguasai mata pelajaran.

Menurut Cece Wijaya (dalam Akhyak, 2005; 7) keadaan guru yang dapat

menandai karakteristik sekolah yang baik adalah sebagai berikut:

1. Telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan mengidentifikasi siswa lamban

belajar dan berprestasi rendah.

2. Telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan melokalisasi kesulitan belajar

siswa lamban belajar dan berprestasi rendah.

3. Telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan mengelola tes untuk

menentukan besarnya kesulitan belajar.

4. Telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan memilih dan menggunakan

bahan-bahan praktis.

5. Telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan mengembangkan program

pendidikan dan pengajaran terpadu yang berfungsi membantu siswa lamban

belajar dan berprestasi rendah agar mereka bisa ditempatkan kembali pada

kelas biasa.

6. Telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan menciptakan lingkungan yang

efektif.

7. Telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan menciptakan mengembangkan

kelas yang atraktif untuk kepentingan pembelajaran.

8. Telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan mengelola lingkungan yang

efektif.
24

9. Telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan berkomunikasi yang

menyenangkan orang tua dirumah.

10. Telah menguasai pengetahuan dan ketrampilan meramalkan cara-cara

menyembuhkan kesulitan belajar siswa.

Menurut Akhyak, 2005: 7, mengingat perkembangan zaman yang

senantiasa berubah maka guru di era sekarang apalagi dimasa mendatang perlu

mengantisipasi perubahan zaman secara proaktif, dinamis dan kreatif, melalui

penyiapan potensi diri yang berkualitas unggul dan kompetitif.

Oleh karena itu guru sebagai pendidik generasi mendatang perlu memiliki

persyaratan sebagai berikut:

a. Dari segi kualifikasi, guru perlu memiliki kelayakan akademik yang tidak

sekedar dibuktikan dengan gelar dan ijasah, tetapi harus ditopang oleh kualitas

diri yang unggul dan profesional.

b. Dari segi kepribadian, guru perlu memiliki kepribadian yang tinggi, yang

dihiasi dengan akhlak mulia dalam segala perilakunya.

c. Dari segi pembelajaran, guru perlu memahami ilmu teori dan praktek

pendidikan dan kurikulum. Mampu mendesain program pembelajaran yang

baik. Mampu mengimplementasikan program pembelajaran dengan seni

pembelajaran yang efektif. Mampu mengevaluasi pembelajaran secara

potensial. Dan sebagai titik akhirnya adalah mampu menghantarkan

pembelajaran peserta didik dengan sukses.


25

d. Dari segi sosial, guru sebagai pendidik perlu memiliki kepekaan sosial dalam

menghadapi fenomena sosial disekitarnya, karena guru adalah satu elemen

masyarakat yang memiliki sumberdaya yang berbeda kualitasnya

dibandingkan dengan elemen masyarakat yang lain.

e. Dari segi religius, guru perlu memiliki komitment keagamaan yang tinggi,

yang dimanifestasikan secara cerdas dan kreatif dalam kehidupannya.

f. Dari segi psikologis, guru perlu memiliki kemampuan mengenal

perkembangan jiwa anak, baik aspek intelektual, emosional dan spiritual.

Pengembangan secara proporsional terhadap ketiga aspek kecerdasan tersebut

perlu mendapat perhatian secara maksimal.

g. Dari segi strategi, guru perlu memperkaya diri dengan berbagai metode,

pendekatan dan tehnik pembelajaran yang memiliki kehandalan dalam

menghantarkan peserta didik mencapai tujuan pembelajarannya.24

Al-Gazzaly menguraikan sejumlah sifat-sifat guru yang mencerminkan

tugas yang harus dilaksanakan oleh mereka yaitu mendidik akal pikiran, jiwa dan

ruh, yang di jelaskan sebagai berikut:

a. Hendaknya guru mencintai muridnya bagaikan anaknya sendiri.

b. Guru jangan mencari bayaran dari pekerjaan mengajarnya demi mengikuti

jejak Rasulullah SAW. Dengan alasan bahwa pekerjaan mengajar itu lebih

tinggi harganya dari pada harta benda.

24
Akhyak, Profil…, hal. 6-8
26

c. Guru hendaknya menasihati muridnya agar jangan mencari ilmu untuk

kemegahan atau mencari penghidupan, akan tetapi menuntut ilmu demi untuk

ilmu dan hal ini merupakan dorongan ideal yang perlu diikuti.

d. Guru wajib memberi nasihat murid-muridnya agar menuntut ilmu yang

bermanfaat tersebut (menurut beliau) ialah ilmu yang dapat membawa kepada

kebahagiaan hidup akhirat, yaitu ilmu agama.

e. Seorang guru idola (teladan) yang baik dan contoh yang utama yang harus

ditiru oleh anak-anak (mereka menyerap kebiasan yang baik yang

dikembangkan oleh seorang guru yang idola).

f. Memperhatikan bakat-kemampuan murid tingkat perkembangan akal dan

pertumbuhan jasmaniahnya.

g. Harus memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak (murid).

h. Guru hendaknya mampu mengamalkan ilmunya, agar ucapannya tidak

mendustai perbuatannya.

i. Mempelajari hidup psikologis murid-muridnya.25

Oleh karena itu jika berangkat dari ajaran Qur’an maka akan kita jumpai

sifat positif yang seyogyanya dimiliki oleh guru agama. Sebagai contoh adalah

sifat ketauladanan yang di jumpai melalui ajaran al-Ghazali.

1. Mengikuti jejak Rasul.

2. Mencintai murid/ siswa.

25
Ali Al-Jumbulati, Abdul Futuh At-Tuwaanisi, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), hal. 137-143
27

3. Menempatkan murid/ siswa pada tingkat dirinya sendiri.

4. Mengutamakan kepentingan murid diatas kepentingan diri sendiri.

5. Sungguh-sungguh siap memberikan bantuan jika murid meminta bantuan.

6. Menutup rahasia murid.

7. Mendoakan murid atas keselamatannya.

8. Memaafkan murid.

9. Kesetiaan dan keikhlasan.

10. Meringankan beban baik pada diri sendiri maupun siswa.

11. Mencintai atau memarahi karena Allah melalui pendekatan nasehat, taubihah,

riyadhah, munasabah. Dengan demikian siswa akan secara bertahap

melakukan asosiasi dan imitasi terhadap tindakan guru.26

C. Kepribadian Guru

Seseorang pendidik harus membangun keteladanan yang bisa dijadikan

panutan obyek didiknya. Kadangkala yang dibangun sebagai teladan tersebut,

merupakan teladan baginya dalam segala hal. Seperti halnya Allah telah

membangun Rasulullah SAW. , Muhammad, sebagai teladan dalam segala hal

bagi kaum muslim. Allah berfirman:27

.......‫سنٌَة‬
َ ‫اهلل اُْسَوةٌ َح‬
ِ ‫ان َلكُْم ِفى رَسُْو ِل‬
َ ‫َلَقْد َك‬

26
Tim Penyusun Buku P3M STAIN Tulungagung, Meniti Jalan Pendidikan Islam,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal. 217-218
27
Hafidz Abdurrahman, Membangun Kepribadian Pendidik Umat, (Ciputat: Wadi Press, 2005),
hal. 90-91
28

“Sesungguhnya pada rasul Allah (Muhammad) ada ikutan yang baik

bagimu”. (Q.S. al-Ahzab: 21).28

Bobbi Deporter (dalam Naim, 2009; 35)“keteladanan akan dapat

membangun hubungan , memperbaiki kredibilitas, dan meningkatkan pengaruh”.

Berdasarkan paparan diatas, secara sederhana Ainun Naim menyimpulkan bahwa

salah satu aspek penting yang –langsung atau tidak-memengaruhi tarhadap

kesuksesan seorang guru dalam menjalankan tugasnya adalah faktor kepribadian.

Kepribadian yang akan menentukan apakah seorang guru akan mejadi pendidik

dan pembina yang baik bagi para siswanya, ataukah akan menjadi perusak atau

penghancur bagi hari depan siswanya.

Istilah kepribadian digunakan dalam disiplin ilmu psikologi yang

mempunyai pengertian sebagai “sifat hakiki yang tercermin pada sikap

seseorang”. Kata kepribadian diambil dari terjemahan kata yang berasal dari

bahasa inggris, yaitu kata personality, yang mempunyai pengertian sebagai sifat

dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain

(Kartini Kartono dan Dali Gulo: 1987).

Antara satu psikolog dengan psikolog lain memiliki definisi yang berbeda-

beda. Beberapa definisi tentang kepribadian antara lain:

1. Menurut W. Stern, pengertian person yaitu suatu kesatuan yang dapat

menentukan diri sendiri dengan merdeka dan mempunyai dua tujuan yaitu

mengembangkan diri dan mempertahankan diri (Agus Sujonto, 1995).

28
Mahmud Junus, Tarjamah Al-Quran Al-Karim, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1986), hal. 379
29

2. Gordon W. Allport memberikan definisi kepribadian sebagai organisasi

dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang menentukan caranya

yang khas dalam menyesuaikan terhadap lingkungan (Gordon W. Allport,

1951)

Walaupun definisi kepribadian yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-

beda, namun dapat ditarik suatu kesimpulan yang mempertemukan keseluruhan

definisi yang ada, yaitu bahwa:

1. Kepribadian itu selalu berkembang.

2. Kepribadian itu merupakan monodualis antara jiwa dan tubuh.

3. Kepribadian itu ada dibelakang tingkah laku yang khas dan terletak dalam

individu.

4. Tidak ada seorang yang mempunyai dua kepribadian.

5. Kepribadian itu berfungsi untuk adaptasi terhadap dunia sekitar (ekslusif).

Dengan demikian yang dimaksud dengan kepribadian adalah suatu

totalitas psikofisis yang meliputi sifat-sifat pribadi yang khas dan unik dari

individu yang melekat pada diri orang yang bersangkutan karena berhadapan

dengan lingkungan.

Dengan mengacu kepada pengertian kepribadian sebagaimana definisi

diatas, maka seorang guru seyogianya memiliki kepribadian yang baik, yang

dapat diteladani oleh siswa, sesama guru, dan juga masyarakat secara umum.

Diantara ciri-ciri dari kepribadian yang sewajarnya dimiliki oleh seorang guru,

antara lain:
30

a. Guru itu harus orang yang bertakwa kepada Tuhan, dengan segala sifat, sikap

dan amaliahnya yang mencerminkan ketakwaannya itu.

b. Bahwa seorang guru itu adalah orang yang suka bergaul, khususnya bergaul

dengan anak-anak. Tanpa adanya sikap dan sifat semacam ini, seseorang

sangat tidak tepat untuk menduduki jabatan guru, karena justru pergaulan itu

merupakan latar yang tersedia bagi pendidikan. Kegiatan pendidikan secara

substansial justru merupakan bentuk pergaulan dalam makna yang luas.

c. Seorang guru harus seseorang yang penuh minat, penuh perhatian, mencintai

jabatannya, dan bercita-cita untuk dapat mengembangkan profesi jabatannya

itu.

d. Seorang guru harus mempunyai cita-cita untuk belajar seumur hidup. Ia

adalah pendidik walaupun demikian, ia harus merangkap dirinya sebagai

pendidik dalam pengertian “bildung” atau mendidik dirinya sediri. (Abd.

Rachman Shaleh dan Soependri Suriadinata, 1979).29

D. Guru Dalam Proses Pembelajaran

Suatu lembaga pendidikan dapat dikatakan bertanggung jawab, berwibawa

dan memiliki keperanan aktif jika didalamnya terdapat tenaga-tenaga

kependidikan khususnya tenaga pendidik yang memiliki rasa tanggung jawab

yang tinggi, profesional dibidangnya serta memiliki lekatan nilai-nilai moral

untuk dapat diakui sebagai guru yang berwajah, berwibawa.

29
Ngainun Naim, Menjadi Guru..., hal. 35-38
31

Jabatan guru sebagai suatu profesi menuntut keahlian dan ketrampilan

khusus dibidang pendidikan dan pengajaran. Jabatan guru bukan sebagai ”okupsi”

atau pekerjaan yang sekedar mencari nafkah, dengan modal pengetahuan dan

ketrampilan yang pas-pasan. Jabatan guru bukan sekedar “hobi” atau kegemaran.

Ia bukan pula sebagai jabatan “vokasional” atau kejuruan belaka. Guru adalah

suatu jabatan profesional.30

Elaine B.Johnson (dalam Naim, 2009; 15) menyatakan bahwa:

“Guru yang bermutu memungkinkan siswanya untuk tidak hanya dapat


mencapai standar nilai akademik secara nasional, tetapi juga mendapat
pengetahuan dan keahlian yang penting untuk belajar selama hidup
mereka”
Guru seharusnya menyadari bahwa mengajar merupakan suatu pekerjaan

yang tidak sederhana dan mudah. Sebaliknya, mengajar sifatnya sangat kompleks

karena melibatkan aspek pedagogis, psikologis dan didaktis secara bersamaan.

Rumitnya aspek yang harus dipertimbangkan ketika melaksanakan tugas

mengajar, menjadikan tidak semua orang mau dan mampu untuk menjadi guru.

Hanya orang yang memenuhi kriteria yang tepat saja yang seharusnya tepat untuk

menduduki posisi sebagai seorang guru.

Tugas guru (pendidik) yang utama, menurut imam al-Ghazali, adalah

menyempurnakan, membersihkan dan menyucikan serta membawa hati manusia

untuk mendekatkan dirinya pada Allah SWT.

30
Muwahid Shulhan, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 98
32

Hampir sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh imam al-Ghazali,

Abdurrahman al-Nahlawi membagi tugas pendidik yang utama dengan dua

bagian, sebagai berikut:

1. Penyucian, pengembangan, pembersihan dan pengangkatan jiwa kepada

penciptanya, menjauhkan dari kejahatan dan menjaganya agar selalu berada

dalam fitrahnya.

2. Pengajaran, yakni pengalihan berbagai pengetahuan dan akidah kepada akal

dan hati kaum mukmin, agar mereka merealisasikannya dalam tingkah laku

dan kehidupan (Abdurrahman an-Nahlawi, 1989).31

Hanya orang yang memenuhi kriteria yang tepat saja yang seharusnya

tepat untuk menduduki posisi sebagai seorang guru.

Dari hasil telaah terhadap istilah-istilah guru dalam literatur kependidikan

islam ditemukan bahwa guru adalah orang yang memiliki fungsi dan karakteristik

serta tugas-tugas sebagai berikut.

Fungsi Guru / Pendidik Serta Karakteristik Dan Tugasnya Dalam Perspektif

Pendidikan Islam

Tabel 2.1

Fungsi Guru /
No. Karakteristik dan Tugas
Pendidik
1. Ustadz Orang yang berkomitmen terhadap profesionalitas, yang melekat pada
dirinya sikap dedikatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja,
serta sikap continous improvement.
2. Mu’allim Orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkannya serta
31
Ngainun Naim, Menjadi Guru..., hal. 15-17
33

menjelaskan fungsinya dalam kehidupan, menjelaskan dimensi teoritis dan


praktisnya, atau sekaligus melakukan transfer ilmu / pengetahuan,
internalisasi, serta amaliah (implementasi).
3. Murabby Orang yang mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi,
serta mampu mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk tidak
menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
4. Mursyid Orang yang mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri, atau
menjadi pusat anutan, teladan dan konsultan bagi peserta didiknya.
5. Mudarris Orang yang memiliki kepekaan intelektual dan informasi, serta
memperbaruhi pengetahuan dan keahliannya secara berkelanjutan, dan
berusaha mencerdaskan peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka,
serta melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
6. Mu’addib Orang yang mampu menyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab
dalam membangun peradaban yang berkualitas dimasa depan.

Dilihat dari keenam karakteristik tersebut, maka karakteristik pertama

mendasari karakteristik-karakteristik lainnya. Dalam konteks pendidikan nasional,

tugas pokok guru yang profesional adalah mendidik, mengajar dan melatih, yang

ketiga-tiganya diwujudkan dalam kesatuan kegiatan pembelajaran. Dalam konteks

pendidikan Islam, karakteristik ustadz (guru yang profesional) selalu tercermin

dalam segala aktivitasnya sebagai murabbiy, mu’allim, mursyid, mudarris, dan

mua’ddib. Dengan demikian, guru/ pendidik PAI yang profesional adalah orang

yang menguasai ilmu pengetahuan (agama islam) sekaligus mampu melakukan

transfer ilmu/ pengetahuan (agama Islam), internalisasi, serta amaliah

(implementasi); mampu menyiapkan peserta didik agar dapat tumbuh dan

berkembang kecerdasan dan daya kreasinya untuk kemaslahatan diri dan

masyarakatnya; mampu menjadi model atau sentral identifikasi diri dan konsultan

bagi peserta didik; memiliki kepekaan informasi, intelektual dan moral-spiritual

serta mampu mengembangkan bakat, minat dan kemampuan peserta didik; dan
34

mampu meyiapkan peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun

peradaban yang diridhai oleh Allah.32

Soejono (dalam Akhyak, 2005; 11) merinci tugas pendidik sebagai

berikut:

1. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak-anak didik dengan

berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket dan

sebagainya.

2. Berusaha mendorong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan

menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.

3. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara

memperkenalkan berbagai bidang keahlian, ketrampilan, agar anak didik

memilihnya dengan cepat.

4. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan

anak didik berjalan dengan baik.

5. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan

dalam mengembangkan potensinya.

Dalam konteks masyarakat muslim, pengajar haruslah orang yang sangat

mematuhi Islam, bukan hanya dalam penampilannya saja tapi juga dalam

batinnya. Dia haruslah orang yang baik dan saleh, yang merasa menjadi tanggung

jawabnyalah melatih para muridnya agar menjadi orang-orang muslim yang baik,

yaitu pria dan wanita yang mau mempelajari nilai hukum moral Islam, yang akan

32
Muhaimin, Pengembangan Kurikulum..., hal. 49-51
35

menjalani kehidupan mereka sesuai dengan etika yang diajarkan Al-Quran, yang

perbuatannya akan dijadikan teladan oleh para pemuda.

Peran guru sebagai berikut:

1. Guru Sebagai Demonstrator

Dalam hal ini guru hendaknya senantiasa menguasai bahan. Dialah yang

memilih dari berbagai ilmu pengetahuan, kadar yang lazim dan sesuai dengan

murid; maka tugasnya meliputi mempelajari kejiwaan murid dan memiliki

pengetahuan yang sempurna/ lengkap tentang ilmu-ilmu mengajar, terutama

yang akan diajarkan kepada muridnya, sehingga mudah penyampaiannya

kepada murid secara berurutan, sistematis, serasi dan berkaitan satu sama

lainnya.

2. Guru Sebagai Pengelola Kelas

Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager) guru hendaknya

mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek

dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Lingkungan ini diatur

dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan

pendidikan.

3. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator

Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman

yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan

alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar. Sebagai

fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang


36

berguna serta dapat menunjang pencapain tujuan dan proses belajar mengajar ,

baik yang berupa nara sumber, buku, teks, majalah ataupun surat kabar.

4. Guru Sebagai Evaluator

Evaluasi pendidikan adalah proses/ kegiatan untuk menentukan kemajuan

pendidikan, dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan dan usaha

untuk memperoleh informasi berupa umpan balik (feed back) bagi

penyempurnaan pendidikan.
37

5. Guru Sebagai Edukator dan Instruktor

Dalam hal ini peran guru ada dua macam yaitu guru sebagai edukator

(pendidik) dan guru sebagai instruktur (pengajar). Pekerjaan guru bukan

semata-mata “mengajar”, melainkan juga harus mengerjakan berbagai hal

yang bersangkut paut dengan pendidikan murid.

6. Guru Sebagai Inovator

Pembaharuan (inovasi) pendidikan adalah suatu perubahan yang baru, dan

kualitatif berbeda dari hal (yang ada sebelumnya) serta sengaja diusahakan

untuk meningkatkan kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam

pendidikan.

7. Guru Sebagai Motivator

Motivasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan yang kompleks, dorongan-

dorongan, kebutuhan-kebutuhan, pernyataan-pernyataan ketegangan atau

mekanisme-mekanisme lainnya yang memulai dan menjaga kegiatan-kegiatan

yang diinginkan kearah pencapaian tujuan-tujuan.

8. Guru Sebagai Pekerja Sosial

Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan

masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan

petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi didalamnya.


38

9. Guru Sebagai Ilmuwan

Guru perlu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. Dengan

berbagai cara, setiap guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan

ilmu pengetahuan agar dapat mengikuti perkembangan zaman.

10. Guru Sebagai Orang Tua dan Teladan

Guru memiliki orang tua murid di Sekolah dalam pendidikan anaknya.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, sehingga dalam

arti luas sekolah merupakan keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi

siswa-siswinya. Oleh karena itu guru perlu berusaha sekuat tenaga agar dapat

menjadi teladan yang baik untuk siswa bahkan untuk seluruh masyarakat.

11. Guru Sebagai Pencari Keamanan

Guru perlu senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa. Guru menjadi tempat

berlindung bagi siswa-siswi untuk memperoleh rasa aman dan puas

didalamnya.

12. Guru Sebagai Psikolog Dalam Pendidikan

Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai petugas psikolog dalam

pendidikan yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.

13. Guru Sebagai Pemimpin

Guru sebagai pemimpin, yakni harus mampu memimpin. Untuk itu, guru

memiliki kepribadian, menguasai ilmu kepemimpinan, menguasai prinsip


39

hubungan antar manusia, tehnik berkomunikasi, serta menguasai berbagai

aspek kegiatan organisasi yang ada di Sekolah.33

Dalam perspektif yang hampir senada, Suparlan (2005) menyebut peran

dan fungsi guru secara anonim dengan EMASLIMDEF (educator, manager,

administrator, supervisor, leader, Inovator, motivator, dinamisator, evaluator,dan

fasilitator). Secara lebih terperinci, Suparlan menabulasikan dalam sebuah tabel:

Peran Guru EMASLIMDEF

Tabel 2.2

Akronim Peran Fungsi


E Educator - Mengembangkan kepribadian
- Membimbing
- Membina budi pekerti
- Memberikan pengarahan
M Manager - Mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan ketentuan dan
perundang-undangan yang berlaku
A Administrator - Membuat daftar presensi
- Membuat daftar penilaian
- Melaksanakan teknis administrasi sekolah
S Supervisi - Memantau
- Menilai
- Memberikan bimbingan teknis
L Leader - Mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus
mengikuti secara kaku ketentuan dan perundang-undangan yang
berlaku
I Inovator - Melakukan kegiatan kreatif
- Menemukan strategi, metode, cara-cara atau konsep-konsep yang
baru dalam pengajaran
M Motivator - Memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat
- Memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan
perbedaan individual peserta didik
D Dinamisator - Memberikan dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan
suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif
E Evaluator - Menyusun instrumen penilaian
33
Akhyak, Profil Pendidik..., hal. 11-19
40

- Melaksanakan penilaian dalam berbagai bentuk dan jenis penilaian


- Menilai pekerjaan siswa
F Fasilitator - Memberikan bantuan teknis, arahan, dan petunjuk kepada peserta
didik34

Mengajak remaja mengambil jarak dari keramaian dunia mall merupakan

tugas guru yang amat berat untuk masa sekarang. Tapi fungsi dan tugas guru

seperti itu tidak bisa dihindari bila kita mengharapkan remaja memiliki kontribusi

yang besar perubahan kehidupan dimasa mendatang. Menumbuhkan sikap asketis

itu tidak bisa digantikan oleh kehadiran media televisi, bahkan tidak semua guru

bisa melakukannnya. Hanya guru-guru yang masih mau terus belajar, terbuka

untuk dikritik, dan selalu membuka dialog dengan murid saja yang akan mencapai

tingkat kematangan tertentu dan mampu menjalankan peran sebagai seorang resi,

yaitu selalu bertugas mewartakan kebenaran dan mengajarkan kearifan, kejujuran

dan kesejukan hati kepada setiap orang yang bersedia mendengarnya.35

E. Kompetensi Guru

Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.36

34
Ngainun Naim, Menjadi Guru..., hal. 33-34
35
Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakan..., hal. 198
36
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta:
CV. Novindo Pustaka Mandiri, 2006), hal. 3
41

Kemampuan dasar tidak lain ialah kompetensi guru. Cooper

mengemukakan empat kompetensi guru, yakni:

a. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia.

b. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya.

c. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan

bidang studi yang dibinanya.

d. Mempunyai ketrampilan teknik mengajar.

Pendapat yang hampir serupa dikemukakan oleh Glasser. Menurut Glasser

ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni:

1. Menguasai bahan pelajaran.

2. Kemampuan mendiagnose tingkah laku siswa.

3. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran.

4. Kemampuan mengukur hasil belajar siswa.

Bertolak dari pendapat diatas, maka kompetensi guru dapat dibagi menjadi

tiga bidang, yakni:

1. Kompetensi Bidang Kognitif

Artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran,

pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan belajar dan tingkah laku

individu, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang

administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai belajar siswa,

pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.


42

2. Kompetensi Bidang Sikap

Artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan

dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaannya,

mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang

dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya, memiliki

kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

3. Kompetensi Perilaku/ Performance

Artinya kemampuan guru dalam berbagai keterampilan/ berperilaku: seperti

keterampilan mengajar, membimbing, menilai, menggunakan alat bantuan

pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, keterampilan

menumbuhkan semangat belajar para siswa, keterampilan melaksanakan

administrasi kelas, dan lain-lain.37

Dalam konsepsi pendidikan Islam, seorang guru juga harus memiliki

beberapa kompetensi yang lebih filosofis-fundamental. Dalam kompetensi yang

harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu:

1. Kompetensi personal-religius, yaitu memiliki kepribadian berdasarkan Islam.

Didalam dirinya melekat nilai-nilai yang dapat ditrasinternalisasikan kepada

peserta didik, seperti jujur, adil, suka musyawarah, disiplin, dan lain-lain.

2. Kompetensi sosial-religius, yaitu memiliki kepedulian terhadap persoalan –

persoalan sosial yang selaras dengan ajaran Islam, sikap gotong royong, suka

37
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2004), hal. 17-18
43

menolong, egalitarian, toleransi, dan sebagainya merupakan sikap yang harus

dimiliki yang dapat diwujudkan dalam proses pendidikan.

3. Kompentensi profesional-religius, yaitu memiliki kemampuan menjalankan

tugasnya secara profesional, yang didasarkan atas ajaran Islam.38

F. Kode Etik Pendidik

Kode etik pendidik adalah norma-norma yang mengatur hubungan

kemanusiaan (hubungan relationship) antara pendidik dan anak didik, koleganya,

serta dengan atasannya. Suatu jabatan yang melayani orang lain selalu

memerlukan kode etik, demikian pula jabatan pendidik mempunyai kode etik

tertentu yang harus dikenal dan dilaksanakan oleh setiap pendidik. Pelanggaran

kode etik akan mengurangi nilai kewibawaan pendidik.

Al-Ghazali (dalam Munardji, 2004; 69) merumuskan kode etik dengan 17

bagian yaitu:

1. Menerima segala problem anak didik dengan hati dan sikap terbuka.

2. Bersikap penyantun dan penyayang.

3. Menjaga kewibawaan dan kehormatan dalam bertindak.

4. Menghindari dan menghilangkan sifat angkuh terhadap sesama.

5. Bersifat merendah ketika menyatu dengan sekelompok masyarakat.

6. Menghilangkan aktifitas yang tidak berguna dan sia-sia.

38
Ngainun Naim, Menjadi Guru..., hal. 61
44

7. Bersifat lemah-lembut dan menghadapi anak didik yang rendah tingkat IQnya,

serta membinanya sampai pada taraf maksimal.

8. Meninggalkan sifat marah.

9. Memperbaiki sifat anak didiknya dan bersikap lemah-lembut terhadap anak

didik yang kurang lancar berbicaranya.

10. Meninggalkan sifat yang menakutkan pada anak didik yang belum mengerti

atau mengetahui.

11. Berusaha memperhatikan pernyataan-pernyataan anak didik walaupun

pernyataannya itu tidak bermutu.

12. Menerima kebenaran kepada anak didik yang membantahnya.

13. Menjadikan kebenaran sebagai acuan proses pendidikan walaupun kebenaran

itu datangnya dari anak didik.

14. Mencegah anak didik mempelajari ilmu yang membahayakan.

15. Menanamkan sifat ikhlas pada anak didik, serta terus menerus mencari

informasi guna disampaikan pada anak didiknya yang akhirnya mencapai

tingkat taqarrub Allah SWT.

16. Mencegah anak didik mempelajari ilmu fardlu kifayah sebelum mempelajari

ilmu fardlu’ain.

17. Mengaktualisasikan informasi yang akan diajarkan kepada anak didik.39

Dalam kode etik NEA (National Education Association’s), prinsip

pertama menekankan pada “komitmen guru pada murid”, yang mencakup

39
Munardji, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 69-70
45

beberapa kewajiban yang jelas dimiliki guru terhadap muridnya. Khususnya,

pendidik.

1. Tidak boleh dengan tanpa alasan menahan murid dari tindakan mandirinya

untuk belajar.

2. Tidak boleh dengan tanpa alasan menolak akses murid kesudut pandang yang

beraneka ragam.

3. Tidak boleh dengan sengaja menekan atau menghalangi pokok mata pelajaran

yang relevan dengan kemajuan murid.

4. Harus berusaha sebaik-baiknya melindungi murid dari kondisi yang

membahayakan proses pembelajaran, kesehatan atau keamanan.

5. Tidak boleh dengan sengaja mempermalukan atau menghina murid.

6. Tidak boleh berdasarkan ras, warna kulit, keyakinan, jenis kelamin, negara

asal, status perkawinan, kepercayaan relegius atau politis, keluarga, latar

belakang sosial atau budaya, atau orientasi seksual, dengan tidak adil.

a. Mengeluarkan murid dari partisipasi ke dalam program apapun.

b. Meniadakan manfaat bagi murid tertentu.

c. Memberikan manfaat bagi murid tertentu.

7. Tidak boleh memanfaatkan hubungan profesional dengan murid untuk

keuntungan pribadi.
46

8. Tidak boleh mengungkap informasi tentang murid yang diperoleh dalam kelas

pelayanan profesional yang sangat penting atau diperlukan oleh hukum.40

Kemudian Muhammad Athiyah Al Abrasyi (dalam Sulistyorini, 2009; 86)

menambahkan kode etik tersebut sebagai berikut:

1. Mempunyai watak kebapakan, seseorang pendidik seharusnya menyayangi

anak didiknya seperti ia menyayangi anaknya sendiri.

2. Adanya komunikasi yang aktif antara pendidik dan anak didik. Pola

komunikasi dalam interaksi dapat diterapkan ketika terjadi proses belajar

mengajar.

3. Memperhatikan kemampuan dan kondisi anak didiknya. Pemberian materi

pelajaran harus diukur dengan kadar kemampuannya.

4. Mengetahui kepentingan bersama, tidak terfokus pada anak didik, misalnya

hanya memprioritaskan anak yang memiliki IQ tinggi.

5. Mempunyai kompetensi keadilan, kesucian dan kesempurnaan.

6. Ikhlas dalam menjalankan aktivitasnya, tidak menuntut hal yang diluar

kewajibannya.

7. Dalam mengajar supaya mengaitkan materi satu dengan materi lainnya.

8. Memberi bekal anak didik dengan ilmu yang mengacu pada futuristik, karena

ia tercipta berbeda dengan zaman yang dialami oleh sang pendidik.

40
Kay A. Norlander-Case, The Professional Teacher: The Preparation and Nurturance of the
Reflective Practitioner, Guru Profesional: Penyiapan dan Pembimbingan Praktisi Pemikir, terj. Suci
Romadhona, (Jakarta: PT. Indeks, 2009), hal. 21-22
47

9. Sehat jasmani dan rohani serta mempunyai kepribadian yang kuat, tanggung

jawab dan mampu mengatasi problema anak didik, serta mempunyai rencana

yang matang untuk menatap masa depan yang dilakukannya dengan sungguh-

sungguh.41

II. Kepribadian Murid/ Siswa

A. Pengertian Kepribadian

Kepribadian bahasa inggrisnya “personality”, berasal dari bahasa Yunani

“per” dan “sonare” yang berarti topeng, tetapi juga berasal dari kata “personae”

yang berarti pemain sandiwara, yaitu pemain yang memakai topeng tersebut.

Sehubungan dengan kedua asal kata tersebut, Ross Stagner (1961),

mengartikan kepribadian dalam dua macam. Pertama, kepribadian sebagai topeng

(mask personality), yaitu kepribadian yang berpura-pura, yang di buat-buat, yang

semu atau mengandung kepalsuan. Kedua, kepribadian sejati (real personality)

yaitu kepribadian yang sesungguhnya, yang asli.

Marilah kita lihat beberapa makna dari rumusan kepribadian menurut

Allport.

1. Kepribadian merupakan suatu organisasi. Pengertian organisasi menunjuk

kepada suatu kondisi atau keadaan yang kompleks, mengandung banyak

aspek, banyak hal yang harus diorganisasi.

41
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Teras, 2009), hal. 86-87
48

2. Kepribadian bersifat dinamis. Kepribadian individu bukan sesuatu yang statis,

menetap, tidak berubah, tetapi kepribadian tersebut berkembang secara

dinamis.

3. Kepribadian meliputi aspek jasmaniah dan rohaniah. Kepribadian adalah suatu

sistem psikofisik, yaitu suatu kesatuan antara aspek-aspek fisik dengan psikis.

4. Kepribadian individu selalu dalam penyesuaian diri yang unik dengan

lingkungannya. Kepribadian individu bukan sesuatu yang berdiri sendiri,

lepas dari lingkungannya, tetapi selalu dalam interaksi dan penyesuaian diri

dengan lingkungannya.42

Sebenarnya arti kepribadian mempunyai pengertian yang sangat luas.

Kepribadian adalah hasil suatu proses sepanjang hidup. Kepribadian tidak

terbentuk secara mendadak, tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang

panjang. Oleh karena itu, banyak faktor yang ikut dalam pembentukan

kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab

sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan

hidup seseorang tersebut, disamping tentunya faktor pembawaan. Dalam hal ini,

pendidikan sangat besar perannya dalam pembentukan kepribadian manusia atau

anak didik.

42
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2004), hal. 136-139
49

Secara definitif, kepribadian dapat dirumuskan:

1. Suatu perwujudan keseluruhan segi manusiawinya yang unik lahir batin dan

dalam antar hubungannya dengan kehidupan sosial dan individualnya.

2. Organisasi dinamis dari pada sistem-sistem psychophisik dalam individu yang

turut menentukan cara-caranya yang unik (khas) dalam menyelesaikan dirinya

dengan lingkungannya.

3. Kepribadian adalah keseluruhan dari ciri-ciri dan tingkah laku dari seseorang

(characteristic and behavior). Sehingga kepribadian meliputi juga kecerdasan,

kecakapan, pengetahuan, sikap, minat, tabiat, kelakuan dan sebagainya.43

B. Pengertian Peserta Didik

Dalam pengertian umum, anak didik adalah setiap orang yang menerima

pengaruh dari seseorang, atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan

pendidikan. Sedang dalam arti sempit anak didik ialah anak (pribadi yang belum

dewasa) yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik (Barnadib, 1986: 39).

Hal senada dikatakan oleh Amir Dain bahwa anak didik adalah pihak yang

dididik, pihak yang diberi anjuran-anjuran, norma-norma dan berbagai macam

pengetahuan dan ketrampilan, pihak yang dibentuk, pihak yang dihumanisasikan

(Indrakusuma, 1973: 134).44 Peserta didik adalah anggota masyarakat yang

43
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan Islam: Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan Islam,
(Surabaya: eLKAF, 2006), hal. 117-118
44
Binti Maunah, Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 82
50

berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia

pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.45

Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang

belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih

perlu dikembangkan. Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang

memiliki fitrah jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan

baik bentuk, ukuran, maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi

rohaniah, ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan dan pikiran yang

dinamis dan perlu dikembangkan.

Melalui paradigma diatas menjelaskan bahwa peserta didik merupakan

subjek dan objek pendidikan yang memerlukan bimbingan orang lain (pendidik)

untuk membantu mengarahkannya mengembangkan potensi yang dimilikinya,

serta membimbingnya menuju kedewasaan. Potensi suatu kemampuaan dasar

yang dimilikinya tidak akan tumbuh dan berkembang secara optimal tanpa

bimbingan pendidik. Karenanya pemahaman yang lebih konkret tentang peserta

didik sangat perlu diketahui oleh setiap pendidik. Hal ini sangat beralasan karena

melalui pemahaman tersebut akan membantu pendidik dalam melaksanakan tugas

dan fungsinya melalui berbagai aktivitas kependidikan.46

45
Wiji Suwarno, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta, Ar-ruzz Media, 2009), hal. 36
46
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hal. 47-48
51

Komponen selanjutnya dalam sistem pendidikan adalah anak didik. Anak

didik adalah anak yang sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik maupun psikis

untuk mencapai tujuan pendidikannya melalui proses pendidikan.

Peserta didik adalah merupakan “raw Material” (bahan mentah) di dalam

proses transformasi yang disebut pendidikan. Dalam membicarakan anak didik,

ada 2 hal penting yang harus diperhatikan oleh pendidik yaitu: pertama, hakikat

peserta didik dan kedua kebutuhan peserta didik.

Beberapa hal yang perlu dipahami dalam masalah anak didik adalah:

1. Anak didik bukan miniatur orang dewasa, ia mempunyai dunia sendiri,

sehingga metode belajar yang digunakan anak didik tidak sama dengan orang

dewasa.

2. Perkembangan anak didik mengikuti periode tahap perkembangan tertentu.

Implikasinya dalam pendidikan adalah bagaimana proses pendidikan itu dapat

disesuaikan dengan periode dan tahap perkembangan anak didik itu.

3. Anak didik memiliki kebutuhan dan menuntut untuk memenuhi kebutuhan itu

semaksimal mungkin. Kebutuhan anak, mencakup kebutuhan biologis, rasa

aman, rasa kasih sayang, rasa harga diri dan realisasi diri.

4. Anak didik memiliki perbedaan antara individu dengan individu yang lain,

baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun eksogen

(lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat dan

lingkungan yang mempengaruhinya.


52

5. Anak didik dipandang sebagai kesatuan sistem manusia, sesuai dengan

hakekat manusia, anak sebagai makhluk monopluralis, meskipun terdiri

banyak segi pribadi anak didik merupakan suatu kesatuan jiwa-raga (cipta,

rasa dan karsa).47

C. Karakteristik Peserta Didik

Ron Kurtus seorang pendiri Situs Pendidikan “School of Champion”,

berpendapat bahwa karakter adalah satu set tingkah laku atau perilaku (behavior)

dari seseorang sehingga dari perilakunya tersebut, orang akan mengenalnya “ia

seperti apa”. Menurutnya, karakter akan menentukan kemampuan seseorang

untuk mencapai cita-citanya dengan efektif, kemampuan untuk berlaku jujur dan

berterus terang kepada orang lain serta kemampuan untuk taat terhadap tata tertib

dan aturan yang ada.

Beberapa karakter yang sudah kita ketahui antara lain pemarah, pemalu,

pembohong, jujur, pengiri, munafik, penolong, penyabar, religius, materialistis,

egois, dermawan, sombong, pendiam, tanggung-jawab, tidak-tahu-malu, penurut,

otoriter, penyayang, pendendam, tidak- tahu-diri dan lain sebagainya.

Karena karakter terbentuk dari proses meniru yaitu melalui proses melihat,

mendengar dan mengikuti, maka karakter, sesungguhnya dapat diajarkan secara

sengaja. Oleh karena itu seorang anak bisa memiliki karakter yang baik atau juga

47
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan..., hal. 164-166
53

karakter buruk tergantung sumber yang ia pelajari atau sumber yang

mengajarinya.

Sejak dini siswa perlu diperkenalkan dengan berbagai perilaku positif di

antaranya perilaku yang bisa dipercaya, tanggung jawab, perhatian, tidak suka

berprasangka buruk, sering berbuat baik, mampu mengendalikan diri saat marah

dan kecewa, bisa mengatasi perselisihan, bisa bekerja sama dengan temannya,

tidak suka menggertak, sopan dan bisa menghargai orang lain, mau mendengar

pendapat orang lain, memahami perasaan orang lain, bisa menghargai dirinya

sendiri, tahu cara meminta bantuan, adil, berperan sebagai teman yang baik, bisa

mengatakan “tidak” terhadap ajakan yang tidak baik, bisa mengatasi perselisihan

dan lain sebagainya. Tentu saja sederet perilaku tersebut, harus diperkenalkan

secara bertahap dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-harinya.48

Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan Islam, anak didik hendaknya

memiliki dan menanamkan sifat-sifat yang baik dalam diri dan kepribadiannya.

Imam al-Ghazali, sebagaimana dikutip Fatahiyah Hasan Sulaiman, merumuskan

sifat-sifat yang patut dan harus dimiliki anak didik kepada 10 (sepuluh) macam

sifat, yaitu:

a. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub Ila Allah.

b. Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrawi atau

sebaliknya.

c. Bersikap tawadhu’.

48
http: //irfarazak.blogspot.com/2009/09/karakteristik-siswa. html
54

d. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.

e. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum maupun ilmu agama.

f. Belajar secara bertahap atau berjenjang.

g. Mempelajari suatu ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang

lainnya.

h. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajari.

i. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum memasuki ilmu duniawi.

j. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan.49

D. Tugas dan Kewajiban Peserta Didik

Dalam pengelolaan belajar-mengajar, guru dan murid memegang peranan

penting. Murid atau anak adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi

dan mengalami proses berkembang. Dalam proses berkembang itu anak atau

murid membutuhkan bantuan yang sifat dan coraknya tidak ditentukan oleh guru

tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu kehidupan bersama dengan individu-

individu yang lain.

Fungsi murid dalam interaksi belajar-mengajar adalah sebagai subjek dan

objek. Sebagai subjek, karena murid menentukan hasil belajar dan sebagai objek,

karena muridlah yang menerima pelajaran dari guru.

Guru mengajar dan murid belajar. Jika tugas pokok guru adalah

“mengajar”, maka tugas pokok murid adalah “belajar”. Keduanya amat berkaitan

49
Abd. Aziz, Filsafat Pendidikan..., hal. 165-166
55

dan saling bergantungan, satu sama lain tidak terpisahkan dan berjalan serempak

dalam proses belajar mengajar.50

Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang

diinginkannya, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas

dan kewajibannya. Menurut Asma Hasan Fahmi (dalam Nizar, 2002; 50) diantara

tugas dan kewajiban yang perlu di penuhi peserta didik adalah:

a. Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut

ilmu. Hal ini disebabkan karena belajar adalah ibadah dan tidak sah ibadah

kecuali dengan hati yang bersih.

b. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai

sifat keutamaan.

c. Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu diberbagai

tempat.

d. Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya.

e. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam

belajar.

Selanjutnya ditambah Al-Abrasyi (dalam Nizar, 2002; 51) bahwa diantara

tugas dan kewajiban peserta didik adalah:

a. Sebelum belajar, ia hendaknya terlebih dahulu membersihkan hatinya dari

segala sifat yang buruk.


50
Zakiah Daradjat, dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2008), hal. 268
56

b. Niat belajar hendaknya ditujukan untuk mengisi jiwa dengan berbagai

fadhilah.

c. Hendaknya bersedia meninggalkan keluarga dan tanah air untuk mencari ilmu

ketempat yang jauh sekalipun.

d. Jangan terlalu sering menukar guru, kecuali dengan pertimbangan yang

matang.

e. Peserta didik wajib menghormati gurunya (pendidik).

f. Jangan melakukan sesuatu aktivitas dalam belajar kecuali atas petunjuk dan

izin pendidik.

g. Memaafkan guru (pendidik) apabila mereka bersalah, terutama dalam

menggunakan lidahnya.

h. Wajib bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu dan tekun dalam belajar.

i. Peserta didik wajib saling mengasihi dan menyayangi diantara sesamanya,

sebagai wujud untuk memperkuat rasa persaudaraan.

j. Bergaul dengan baik terhadap guru-gurunya.

k. Peserta didik hendaknya senantiasa mengulang pelajaran dan menyusun

jadwal belajar yang baik guna meningkatkan kedisiplinan belajarnya.

l. Menghargai ilmu dan bertekad untuk terus menuntut ilmu sampai akhir hayat.

Kesemua hal diatas cukup penting untuk disadari oleh setiap peserta didik,

sekaligus dijadikan sebagai pegangan dalam menuntut ilmu. Disamping berbagai

pendekatan tersebut, pendidik hendaknya memiliki kesiapan dan kesediaan untuk

belajar dengan tekun, baik secara fisik maupun mental. Dengan kesiapan dan
57

kesediaan fisik dan psikis, maka aktivitas kependidikan yang diikuti akan

terlaksana secara efektif-efesien.51

III.Usaha Guru Dalam Membentuk Kepribadian Siswa

A. Pembentukan Kepribadian Muslim Sebagai Individu

Muhammad Darraz menilai materi akhlak merupakan bagian dari nilai-

nilai yang harus dipelajari dan dilaksanakan, hingga terbentuk kecenderungan

sikap yang menjadi ciri kepribadian muslim. Usaha dimaksud menurut Al-Darraz

(dalam Jalaluddin, 2003; 199) dapat dilakukan melalui cara memberikan materi

pendidikan akhlak berupa:

1. Penyucian jiwa.

2. Kejujuran dan benar.

3. Menguasai hawa nafsu.

4. Sifat lemah lembut dan rendah hati.

5. Berhati-hati dalam mengambil keputusan.

6. Menjauhi buruk sangka.

7. Mantap dan sabar.

8. Menjadi teladan yang baik.

9. Beramal saleh dan berlomba-lomba berbuat baik.

10. Menjaga diri ( iffaah ).

11. Ikhlas.

51
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan…,hal. 50-52
58

12. Hidup sederhana.

13. Pintar mendengar dan kemudian mengikutinya (yang baik).

Ketiga belas sifat akhlak yang mulia ini terkandung dalam al-Quran.

Selanjutnya kata Al-Ashqar (dalam Jalaluddin, 2003; 200) jika secara

konsekuen tuntutan akhlak seperti yang dipedomankan al-Quran dapat

direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari, maka akan terlihat ciri-cirinya, ia

memberi rician ciri-ciri dimaksud sebagai berikut:

1. Selalu menempuh jalan hidup yang didasarkan didikan ketuhanan dengan

melaksanakan ibadah dalam arti luas.

2. Senantiasa berpedoman kepada petunjuk Allah untuk memperoleh bashirah

(pemahaman batin) dan furqan (kemampuan membedakan yang baik dan yang

buruk).

3. Mereka memperoleh kekuatan untuk menyerukan dan berbuat benar dan

selalu menyampaikan kebenaran kepada orang lain.

4. Memiliki keteguhan hati untuk berpegang kepada agamanya.

5. Memiliki kemampuan yang kuat dan tegas dalam menghadapi kebatilan.

6. Tetap tabah dalam kebenaran dalam segala kondisi.

7. Memiliki kelapangan dan ketentraman hati serta kepuasan batin, hingga sabar

menerima cobaan.

8. Mengetahui tujuan hidup dan menjadikan akhirat sebagai tujuan akhir yang

lebih baik.
59

9. Kembali kepada kebenaran dengan melakukan tobat dari segala kesalahan

yang pernah dibuat sebelumnya.52

B. Macam-Macam Aspek Pembentukan Kepribadian Muslim

Pembentukan kepribadian muslim pada dasarnya merupakan suatu

pembentukan kebiasaan yang baik dan serasi dengan nilai-nilai akhlak al-

karimah. Untuk itu setiap muslim dianjurkan untuk belajar seumur hidup, sejak

lahir (dibesarkan dengan yang baik) hingga di akhir hayat (tetap dalam kebaikan).

Pembentukan kepribadian melalui pendidikan tanpa henti (life long education),

sebagai suatu rangkaian upaya menurut ilmu dan nilai-nilai keislaman, sejak dari

buaian hingga keliang lahat (hadits).

Pembentukan kepribadian muslim secara menyeluruh adalah pembentukan

yang meliputi berbagai aspek, yaitu :

1. Aspek idiil (dasar), dari landasan pemikiran yang bersumber dari ajaran

wahyu.

2. Aspek materiil (bahan), berupa pedoman dan materi ajaran yang terangkum

dalam materi bagi pembentukan akhlak al-karimah.

3. Aspek sosial, menitik beratkan pada hubungan yang baik antar sesama

makhluk, khususnya sesama manusia.

52
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 199-201
60

4. Aspek teologi, pembentukan kepribadian muslim ditujukan pada

pembentukan nilai-nilai tauhid sebagai upaya untuk menjadikan kemampuan

diri sebagai pengabdi Allah yang setia.

5. Aspek teleologis (tujuan), pembentukan kepribadian muslim mempunyai

tujuan yang jelas.

6. Aspek duratif (waktu), pembentukan kepribadian muslim dilakukan sejak

lahir hingga meninggal dunia.

7. Aspek dimensional, pembentukan kepribadian muslim didasarkan atas

penghargaan terhadap faktor-faktor bawaan yang berbeda (perbedaan

individu).

8. Aspek fitrah manusia, yaitu pembentukan kepribadian muslim meliputi

bimbingan terhadap peningkatan dan pengembangan kemampuan jasmani,

rohani dan ruh.53

C. Pemahaman Dan Pengembangan Pribadi

Latihan pemahaman dan pengembangan pribadi dapat dilakukan secara

sendirian dengan memfungsikan perenungan diri tanpa melibatkan orang lain

(Solo training) dan dapat dilakukan juga dalam kelompok dengan memanfaatkan

umpan balik dan dukungan orang-orang lain sesama anggota kelompok (Group

training).

53
Ibid., hal. 203-204
61

Ada bermacam-macam metode pemahaman dan pengembangan pribadi

antara lain:

1. Pembiasaan: melakukan suatu perbuatan atau ketrampilan tertentu

terus-menerus secara konsisten untuk waktu yang cukup lama, sehingga

perbuatan dan ketrampilan itu benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi suatu

kebiasaan yang sulit ditinggalkan. Dalam psikologi proses pembiasan disebut

conditioning. Proses ini akan menjelmakan kebiasaan (habit) dan kebisaan

(ability), akhirnya akan menjadi sifat-sifat pribadi (personal traits) yang

terperangai dalam perilaku sehari-hari.

2. Peneladanan: mencontoh pemikiran, sikap, sifat-sifat, dan perilaku dari

orang-orang yang dikagumi untuk kemudian mengambilalihnya sebagai sikap,

sifat, dan perilaku pribadi. Ada dua ragam bentuk penteladanan yaitu peniruan

(imitation) dan identifikasi- diri (self identification). Peniruan adalah usaha untuk

menampilkan diri dan berlaku seperti penampilan dan perilaku orang yang

dikagumi (idola), sedangkan identifikasi-diri adalah mengambil alih nilai-nilai

(values) dari tokoh-tokoh yang dikagumi untuk kemudian dijadikan nilai-nilai

pribadi (personal values) yang berfungsi sebagai pedoman dan arah

pengembangan diri.

3. Pemahaman, penghayatan, dan penerapan: secara sadar berusaha untuk

mempelajari dan memahami benar hal-hal (nilai-nilai, asas-asas, dan perilaku)

yang dianggap baik dan bermakna, kemudian berusaha untuk mendalami dan

menjiwainya, lalu mencoba menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.


62

4. Ibadah: ibadah khusus seperti: shalat, puasa, dzikir dan ibadah dalam

artian umum, yakni berbuat kebajikan dengan niat semata-mata karena Allah,

secara sadar ataupun tak disadari akan mengembangkan kualitas-kualitas terpuji

pada mereka yang melaksanakannya. Sebagai contoh adalah ibadah shalat dan

dzikir:

“Sesungguhnya shalat itu mencegah (manusia) dari perbuatan keji dan

buruk: dan sesungguhnya ingat kepada Allah itu merupakan (kekuatan) yang

paling akbar “. (QS. al-Ankabut (29): 45).

Keempat metode tersebut masing-masing dapat dilaksanakan sendiri-

sendiri, tetapi dapat dipadukan dalam satu paket pelatihan. Misalnya paket

pelatihan “Menuju Kepribadian Muslim”.54

D. Pemberdayaan Pendidikan Budi Pekerti

Hakikat pendidikan adalah pembentukan kepribadian manusia,

memanusiakan manusia dalam arti yang sesungguhnya. Karena itu pendidikan

mestilah menyahuti pengembangan seluruh potensi manusia baik jasmani maupun

rohani.

Ada tiga ranah yang popular dikalangan dunia pendidikan yang menjadi

lapangan garapan pembentukan peserta didik. Pertama, kognitif, mengisi otak,

mengajarinya dari tidak tahu menjadi tahu, dan pada tahap-tahap berikutnya dapat

54
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam: Menuju Psikologi Islami,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 126-127
63

membudayakan akal pikiran, sehingga dia dapat memfungsikan akalnya menjadi

kecerdasan intelegensia. Kedua, afektif, yang bekerjaan dengan perasaan,

emosional, pembentukan sikap didalam diri pribadi seseorang dengan

terbentuknya sikap, simpati, antipati, mencintai, membenci, dan lain sebagainya.

Sikap ini semua dapat digolongkan kepada kecerdasan emosional. Ketiga,

psikomomotorik, adalah berkenaan dengan action, perbuatan, perilaku, dan

seterusnya. Apabila disinkronkan ketiga ranah tersebut dapat disimpulkan bahwa

dari memiliki pengetahuan tentang sesuatu, kemudian memiliki sikap tentang hal

tersebut, dan selanjutnya berperilaku sesuai dengan apa yang diketahuinya dan

apa yang disikapinya.55

E. Upaya Membangun Generasi Ulul Albab

Sebagai pribadi, ulul albab (intelektual) sebagai individu yang bebas,

maka kebebasan itu juga bermuatan moral. Maksudnya, kualitas atau pribadi

manusia tidak tergantung pada, atau ditentukan oleh keadaan diluar dirinya [al-

Baqarah(2): 256; Bani Israil (17): 29]. Manusia sendirilah yang

bertanggungjawab atas kebebasan yang dimilikinya. Maka seorang intelektual

harus memiliki tanggungjawab secara moral yang mengikat atas semua

perbuatannya. Tidaklah berjiwa intelektual jika perbuatan sebagai manusia tidak

terikat oleh ikatan moralitasnya.56


55
Haidar putra Daulay, Pendidikan Islam: Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia,
(Jakarta: Kencana,2004), hal. 221-222
56
Ahmad Arifi, Politik Pendidikan Islam: Menelusuri Ideologi dan Aktualisasi Pendidikan
Islam di Tengah Arus Globalisasi, (Yogyakarta: Teras, 2009), hal. 122
64

Pendidikan yang membebaskan merupakan proses dimana pendidik

mengkondisikan siswa untuk mengenal dan mengungkap kehidupan yang

senyatanya secara kritis. Pendidikan yang membelenggu berusaha untuk

menanamkan kesadaran yang keliru kepada siswa sehingga mereka mengikuti

saja alur kehidupan ini, sedangkan pendidikan yang membebaskan tidak dapat

direduksi menjadi sekedar usaha guru untuk memaksa kebebasan pada siswa.57

Untuk dapat melahirkan generasi muslim yang berdaya intelektual tinggi,

bermoral dan berjiwa amanah, maka perlu kita memperhatikan pesan-pesan al-

Qur’an, sebagaimana tersebut diatas berkenaan dengan konsep ulul albab yang

tersimpul dengan 5 (lima) T, yaitu:

1. Ta’abbud, artinya sebagai muslim harus selalu memegang teguh komitmen

iman dan islamnya dengan beribadah semata kepada Allah. Seorang ulul

albab, adalah orang yang sadar akan kedudukannya sebagai manusia.

2. Tafakkur dan tadabbur, artinya selalu melakukan rihlah al-ilmi, proses

pencarian ilmu secara terus menerus dengan memfungsikan akal pikiran.

Dalam konteks ini, Islam mengajarkan bahwa proses rihlah al-ilmi sebagai

proses pembentukan intelektualitas, tidak mengenal batas ruang dan waktu.

Untuk memiliki intelektualitas dan status intelektual dapat diperoleh dari

kampus-kampus, baik secara formal (sekolah-akademi, universitas), maupun

Paulo Freire, The Politic of Education: Culture, Power, and Liberation, Politik Pendidikan:
57

Kebudayaan, Kekuasaan, dan Pembebasan, terj. Agung Prihantoro dan Fuad Arif Furdiyartanto,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 176
65

secara non formal dalam lingkup kampus secara empiris (kampus sebagai

sebuah lingkungan misalnya masyarakat, wadah-wadah organisasi).

3. Tasyawur, yakni aktif dalam kegiatan ilmiah seperti diskusi, seminar, dan

perhelatan-perhelatan ilmiah lainnya dalam rangka bertukar pikiran, pendapat,

dan merembug persoalan-persoalan yang dihadapi secara bersama-sama.

4. Tadzakkur, yaitu selalu berdzikir mengingat Allah dan ciptaanNya, bahkan

lebih dari itu menelusuri “rahasia” (hikmah) yang terkandung dalam setiap

masalah dan kejadian yang diciptakan oleh Allah.

5. Tawadhu’, yaitu selalu bersikap dan berperilaku rendah hati, tidak takabur

dengan ilmunya, dan selalu berhati-hati dalam bertindak.58

58
Ahmad Arifi, Politik Pendidikan..., hal.123-124
66

BAB III

METODE PENELITIAN

Sebagaimana diketahui bahwa skripsi ini membahas tentang

“Karakteristik Guru PAI Dalam Membentuk Kepribadian Siswa di MAN 2

Tulungagung ”, maka dalam hal ini diperlukan metode yang tepat. Dengan

demikian dalam hal ini metode penelitian memegang peranan yang sangat

penting dalam penelitian ini.

A. Pola Penelitian

Suatu penelitian ilmiah tidak lepas dari adanya tujuan yang ingin dicapai,

tujuan tersebut erat hubungannya dengan pemilihan metode yang akan

digunakan. Penggunaan metode yang tepat akan mencapai tujuan yang telah

direncanakan secara efektif.

Penelitian dalam melakukan penelitiannya menggunakan pendekatan

penelitian kualitatif. Hal ini dapat dilihat dari prosedur yang diterapkan yaitu

“Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi, ucapan atau tulisan dan

perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri.” 59 Menurut

Bogdan dan Taylor, seperti dikutip Moleong definisi pendekatan penelitian

59
Arief Furchan, Pengantar Metode Penelitian Kualitatif, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992),
hal. 21-22
66
67

kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa

kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.60

Penelitian deskriptif ialah memecahkan masalah yang aktual dengan jalan

mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasinnya, menganalisa dan

menginterpretasinya.61 Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang

berusaha menggambarkan dan menginterpretasi obyek sesuai dengan apa

adanya.62

Maka untuk mendapatkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis,

perbuatan dan dokumentasi yang diamati secara menyeluruh dan apa adanya

tentang “Karakteristik Guru PAI Dalam Membentuk Kepribadian Siswa di

MAN 2 Tulungagung ” disini penulis menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif karena menyesuaikan metode kualitatif ini. Lebih mudah apabila

berhadapan dengan kenyataan ganda, metode ini menyajikan secara langsung

hakekat hubungan antara peneliti dan responden, metode ini lebih peka dan

lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak peninjauan pengaruh bersama dan

terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.63

Karena penelitian ini dapat memberi informasi atau penjelasan, maka

penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif

60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006), hal. 4
61
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian Ilmiah dasar Metoda Tehnik, (Bandung:
Tarsito, 1990), hal. 147
62
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2004), hal. 157
63
Moleong, Metodologi Penelitian …,hal. 9-10
68

bertujuan menggambarkan secara sistemastik dan akurat fakta dan karakteristik

mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Penelitian ini berusaha

menggambarkan situasi atau kejadian.64 Jika dilihat dari sudut wilayah sosial

yang dijadikan subyek, penelitian ini bisa dikategorikan sebagai hasil penelitian

kasus, yaitu “suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terinci dan

mendalam terhadap suatu organisasi atau gejala tertentu”.65 Sedangkan studi

kasus menurut Yin adalah suatu inquiri empiris yang menyelidiki fenomena di

dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan

konteks tidak tampak dengan tegas dan dimana sumber bukti dimanfaatkan.66

Studi kasus merupakan penyelidikan mendalam mengenai suatu unit sosial

sedemikian rupa sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisasikan

dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut.67

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dijadikan obyek penelitian penulis adalah MAN 2

Tulungagung yang terletak di Desa Beji Kecamatan Boyolangu Kabupaten

Tulungagung. MAN 2 Tulungagung sejak berdiri hingga saat ini mengalami

perkembangan yang pesat. Jumlah rombongan belajar siswa selalu meningkat

64
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hal. 7
65
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hal. 120
66
Robert K. Yin, Studi Kasus, (Desain dan Metode), (Jakarta: PT. Raja Grafinso Persada,
2004),hal. 18
67
Saifudin Azwar, Metode Penelitian…, hal. 8
69

tiap tahunnya di ikuti dengan prestasi yang membanggakan. Adanya hal

tersebut tidak lepas dari karakteristik guru dalam membentuk kepribadian siswa.

C. Kehadiran Peneliti

Untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya peneliti terjun langsung

ke lapangan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan

bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama 68 instruksi

pengumpulan data lain yang peneliti gunakan adalah buku catatan, bolpoin dan

kamera.

D. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana

data diperoleh.69 Menurut Lofland yang dikutip Lexy J. Moleong menjelaskan

bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata dan tindakan

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.70

Dalam penelitian yang peneliti lakukan, sumber datanya meliputi tiga

unsur, yaitu :

1. People (orang), yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa

jawaban lisan melalui wawancara, pada penelitian ini penulis merekam

pengakuan-pengakuan dari narasumber.

68
Moleong, Metodologi Penelitian …, hal. 9
69
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…,hal. 107
70
Moleong, Metodologi Penelitian …, hal. 157
70

2. Place (tempat), yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa

keadaan diam dan bergerak. Diam misalnya ruangan, kelengkapan sarana

dan prasarana. Bergerak misalnya kinerja, laju kendaraan data-data yang

dihasilkan berupa rekaman gambar (foto).

3. Paper (kertas), yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa

huruf, angka, gambar atau simbol-simbol lain, yang untuk memperolehnya

diperlukan metode dokumentasi yang berasal dari kertas-kertas (buku,

majalah, dokumen, arsip, dan lain-lainnya papan pengumuman, papan nama

dan sebagainya.71

Sumber data nomor satu dan dua merupakan sumber data yang bersifat

umum, karena menghasilkan data berupa kata-kata dan pelaku atau tindakan,

sedangkan sumber data yang nomor tiga merupakan sumber data tambahan,

karena untuk memperoleh data dirinya diperlukan metode dokumentasi.

Dari ketiganya penulis jadikan sebagai sumber utama yang dituangkan

dalam catatan tertulis untuk kemudian disajikan dalam skripsi sebagai hasil

usaha gabungan hasil melihat, mendengar, bertanya dan mencatat untuk

memperkaya data.

Data yang penulis kumpulkan dari MAN 2 Tulungagung yang berkaitan

dengan fokus penelitian. Jika dicermati dari segi sifatnya, data yang

dikumpulkan adalah data kualitatif yang kemudian diubah dalam bahasa tulis,

71
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal 107
71

keseluruhan data tersebut merupakan data realitas lapangan dan karakteristik

yang heterogen yang hanya difahami berdasarkan konteks.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Tidak ada penelitian yang tidak melalui proses pengumpulan data. Dalam

proses pengumpulan data tersebut ada banyak metode yang digunakan yang

biasanya disesuaikan dengan jenis penelitiannya.

Dalam rangka mengupayakan penggunaan data yang sebanyak-banyaknya

terkait tentang “Karakteristik Guru PAI Dalam Membentuk Kepribadian Siswa

di MAN 2 Tulungagung ” yang kemudian disajikan dalam skripsi dengan

penelitian kualitatif yang berisi kutipan-kutipan data maka penulis hadir di

MAN 2 Tulungagung yang telah ditentukan dengan menerapkan teknik-teknik

pengumpulan data Sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Adalah metode atau cara mengalisis dan mengadakan pencatatan

secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati

individu atau kelompok secara langsung.72 Observasi adalah penelitian yang

dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis

Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengerjaan, (Bandung: PT. Remaja
72

Rosdakarya, 2006), hal. 149


72

terhadap obyek yang diselidiki.73 Observasi dilakukan untuk memperoleh

informasi tentang kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan.74

Penulis mengamati dengan pengamatan langsung maupun tidak

langsung, pengamatan langsung mengenai “Karakteristik Guru PAI Dalam

Membentuk Kepribadian Siswa di MAN 2 Tulungagung ”, pengamatan

tidak langsung melalui sumber bahan tambahan berupa dokumen.

Pengamatan langsung melibatkan penulis untuk melakukan interaksi

dengan guru dan siswa sehingga hasil pengamatan data akan terukur.

b. Metode Interview (Wawancara)

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki

komunikasi langsung antara peneliti dengan subyek. Dalam wawancara

biasanya terjadi tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan

berpijak pada tujuan penelitian.75

Dalam menggunakan metode interview ini dimaksudkan untuk

mendapatkan keterangan secara face to face, artinya secara langsung

berhadapan dengan informan. Hal ini dimaksudkan pula untuk mencari

kelengakapan data yang terkait dengan “Karakteristik Guru PAI Dalam

Membentuk Kepribadian Siswa di MAN 2 Tulungagung” yang diperoleh

selama menggunakan metode observasi hasil wawancara kemudian disusun

secara sistematis dalam bentuk ringkasan data untuk keperluan analisis data.
73
Mohyi Machdhoero, Metode Penelitian, (Malang: UMM PRESS, 1993), hal. 86
74
Nasution, Metode Research, (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003),
hal. 106
75
Ibid., hal. 82
73

Penulis dalam hal ini berinteraksi langsung dengan guru dan siswa di

MAN 2 Tulungagung sehingga data yang diperoleh akurat dan sesuai

prosedur.

c. Tehnik Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal yang

berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti dan

sebagainya.76

Metode ini penulis gunakan sebagai alat penguat data yang diperoleh

dalam mengetahui sejauh mana Karakteristik Guru PAI Dalam Membentuk

Kepribadian Siswa di MAN Tulungagung 2.

F. Teknik Analisis Data

Analisis deskriptif adalah menggambarkan data yang ada guna

memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah peneliti atau

orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Deskripsi data

ini dilakukan dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada,

sehingga memberikan gambaran nyata terhadap responden.77

Tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam analisis data adalah sebagai

berikut:

a. Data reduction (reduksi data)

76
Arikunto, Prosedur Penelitian…, hal. 206
77
Sukardi, Metodologi Penelitian…, hal. 86
74

Yang dimaksud dengan mereduksi data adalah merangkum, memilih

hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan

temanya.

b. Data Display (penyajian data)

Setelah mereduksi data, data diuraikan dengan uraian singkat yang

berbentuk teks yang bersifat naratif, sehingga akan memudahkan dalam

memahami lokasi penelitian dan langkah yang akan diambil selanjutnya.

c. Conclusion Drawing (Verifikasi)

Dalam tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi ini, peneliti

berusaha menarik kesimpulan dari lokasi penelitian terhadap data yang

diperoleh sehingga akan dapat menjawab masalah yang dirumuskan pada

fokus penelitian.

G. Pengecekan Keabsahan Temuan

Dalam upaya mendapatkan data yang valid atau benar, maka usaha

yang dilakukan peneliti adalah:

1. Perpanjangan kehadiran

Untuk memperoleh data yang akurat dan memiliki keabsahan,

penelitian ini dilakukan penulis tidak hanya sekedar memperoleh data saja

tetapi juga penulis perlu memperpanjang kehadirannya untuk mengadakan

konfirmasi data dengan sumbernya.

2. Triangulasi
75

Triangulasi adalah tehnik pemeriksaan validitas data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, 78 untuk pengecekan atau

pembanding data itu. Penulis menerapkan triangulasi dengan sumber penulis

membandingkan dari mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi

yang diperoleh melalui tehnik pengumpulan data yang berbeda. Penulis

membandingkan data hasil pengamatan dengan wawancara, juga dengan isi

dokumen yang berkaitan, penulis membandingkan penjelasan data dari

pengamatan wawancara dan teori yang sudah di dapat.

3. Pembahasan Sejawat

Tehnik pengecekan data ini bisa dilakukan dengan cara mengekspos

data sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk hasil diskusi

dengan rekan sejawat.79 Dari informasi yang berhasil digali diharapkan bisa

terjadi pertemuan pendapat yang berbeda yang akhirnya lebih memantapkan

hasil penelitian. Pembahasan ini penulis lakukan bersama beberapa teman

sesama peneliti yang kemudian mendiskusikan data yang dipeoroleh oleh

penulis.

H. Tahap-Tahap Penelitian

1. Tahap persiapan dan pendahuluan

78
Moleong, Metodologi Penelitian …, hal. 330
79
Ibid., hal. 332
76

Pada tahap ini peneliti lakukan dengan mengumpulkan referensi yang

terkait dengan penelitian serta melakukan studi awal terhadap masalah

penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang berkaitan

dengan fokus penelitian di lokasi.

3. Tahap analisa data

Pada tahap ini peneliti menyusun data yang telah terkumpul secara

sistematis dan terinci sehingga data tersebut mudah dipahami dan dapat

diinformasikan kepada pihak lain secara jelas.

4. Tahap pelaporan

Tahap ini merupakan tahapan terakhir yang peneliti lakukan dengan

membuat laporan tertulis dari penelitian yang telah dilakukan.


77

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek Penelitian

1. Identitas Madrasah

a. Nama Madrasah : Madrasah Aliyah Negeri 2 Tulungagung

b. Status : Reguler/ Negeri

c. Nomor Telepon : 0355-321817

d. Alamat : Jl. Ki Mangunsarkoro Kopos 101

Tulungagung

e. Kecamatan : Boyolangu

f. Kabupaten : Tulungagung

g. Kode Pos : 66233

h. Tahun Berdiri : 1990

i. Program yang diselenggarakan : Bahasa, IPA dan IPS

j. Waktu Belajar : Pagi Hari180

1
Sumber Data: D.1.F.1. 01 Juni 2010 Keterangan: W = Wawancara, O = Observasi, D =
80

Dokumentasi, F = Field note (Catatan Lapangan)

77
78

2. Sejarah Singkat Berdirinya Madrasah

Cikal bakal berdirinya MAN 2 Tulungagung tidak terlepas dari sejarah

adanya Pendidikan Guru Agama 4 Tahun Swasta yang ada di Tulungagung.

Atas dukungan organisasi Islam dan persetujuan Bupati Kepala

Daerah Kabupaten Tulungagung dan Kepala Jawatan Pendidikan Agama

Propinsi Jawa Timur, diusulkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Agama

Kabupaten Tulungagung, Nomor: 63/B.2/PGA/K.8/1968, tanggal: 4 Januari

1968, tentang usul PGA Swasta menjadi PGA 4 Tahun Negeri.

Akhirnya pada tanggal: 17 Mei 1968, turun SK Menteri Agama

Nomor: 105 Tahun 1968 tentang penegerian PGA Swasta dengan Kepala

Bapak REBIN S.

Kemudian pada Tahun 1970 PGAN 6 Tahun Tulungagung dengan SK

Menteri Agama Nomor: 166 Tahun 1970, tanggal: 3 Agustus 1970, dengan

kepala Bapak REBIN S. sampai dengan Tahun 1971.

Tahun 1971 sampai dengan Tahun 1980 Kepala PGAN 6 Tahun

dijabat oleh Bapak SUJA’I HABIB.

Tahun 1980 sampai Tahun 1988 Kepala PGAN 6 Tahun dijabat oleh

Bapak SANUSI. Tahun 1988 sampai dengan Tahun 1990 dijabat oleh Bapak

REBIN S.

Kemudian pada kepemimpinan Bapak Rebin S. PGAN 6 Tahun

Tulungagung beralih fungsi menjadi Madrasah Aliyah Negeri 2 Tulungagung

dengan SK Menteri Agama RI Nomor: 64 Tahun 1990, tanggal 25 April 1990


79

dengan pertimbangan bahwa jumlah tamatan Pendidikan Guru Agama Negeri

secara rasional sudah memenuhi kebutuhan tenaga Guru Pendidikan Agama

untuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah.281

3. Perkembangan Madrasah Aliyah Negeri 2 Tulungagung

a. Tahun Pelajaran 1990/ 1991 (Tahun I)

Tahun pelajaran 1990/ 1991 merupakan Tahun pertama berdirinya MAN 2

Tulungagung. Pada tahun tersebut jumlah rombongan belajarnya terdiri

dari 2 kelas dengan jumlah rata-rata per kelas 40 siswa.

b. Tahun Pelajaran 1991/ 1992 (Tahun II)

Pada perkembangan berikutnya jumlah rombongan belajar terdiri dari 4

kelas dengan jumlah rata-rata per kelas 40 siswa.

c. Tahun Pelajaran 1992/ 1993 (Tahun III)

Pada tahun tersebut MAN 2 Tulungagung mulai menerima tambahan guru

baru dari Departemen Agama sebanyak 2 orang yakni: Drs. Nurrohmad

dan Drs. Daruno Arifin. Mulai saat itu rombongan belajar bertambah

menjadi 8 kelas.

d. Tahun Pelajaran 1993/ 1994 (Tahun IV)

Pada tahun pelajaran tersebut MAN 2 Tulungagung mendapat jatah

droping guru baru dari Departemen Agama sejumlah 2 orang yakni: Drs.

Slamet Riyadi dan Drs. Hadi Mulyono. Dengan ditunjang oleh kerja sama
812
Sumber Data: D.1.F.1. 01 Juni 2010
80

yang baik, akhirnya MAN 2 Tulungagung mengalami peningkatan

kwantitas. Jumlah rombongan belajar saat itu mencapai 12 kelas, dengan

rincian sebagai berikut:

Kelas I = 6 kelas

Kelas II = 4 kelas

Kelas III = 2 kelas

Jumlah = 12 kelas

e. Tahun Pelajaran 1994/ 1995 ( Tahun V)

Sebagaimana tahun sebelumnya pada tahun pelajaran tersebut MAN 2

Tulungagung mendapat jatah droping guru baru dari Departemen Agama

sejumlah 4 orang yakni: Drs. Amin Tri Waluyo, Drs. Khoirul Huda, Drs.

Samsul Hadi dan Drs. Muhibuddin serta ditambah 1 orang pindahan dari

MAN Suruh, Jawa Tengah yaitu Asrori, BA. Saat itu MAN 2

Tulungagung mulai bisa mempertahankan minimal dari segi kwantitas.

Jumlah rombongan belajar saat itu:

Kelas I = 6 kelas

Kelas II = 5 kelas

Kelas III = 4 kelas

Jumlah = 15 kelas

f. Tahun Pelajaran 1995/ 1996 ( Tahun VI)

Pada tahun pelajaran tersebut berturut-turut mendapat jatah guru dari

Departemen Agama yaitu: Drs. Muhamad Dopir, Dra. Yuni Lestari,


81

Endang Minawati, S.Pd. dan Drs. Maskur. Pada tahun tersebut juga terjadi

pergantian kepala madrasah dari Bapak Sofjan Hadiprajitno, BA. yang

sudah purna tugas kepada Bapak Drs. Mardjuni. Perkembangan MAN 2

Tulungagung saat itu mulai dapat dirasakan. Jumlah rombongan belajar

selalu mengalami perkembangan yang sangat pesat hingga saat ini

menjadi sebagai berikut:

Kelas I = 9 kelas

Kelas II = 9 kelas

Kelas III = 9 kelas

Jumlah = 27 kelas

Demikian pula dalam hal kwalitas juga mengalami kemajuan yang cukup

menggembirakan. Selama dua tahun berturut-turut, yakni Tahun 2000/

2001 sampai dengan 2001/ 2002 MAN 2 Tulungagung merupakan MAN

terbaik ditingkat Kanwil Depag Provinsi Jawa Timur dalam perolehan

Danem IPA. Demikian pula dengan prestasi-prestasi yang lain.382

4. Visi, Misi dan Tujuan MAN 2 Tulungagung

a. Visi

CERDIK BERSEMI

(Cerdas, Dedikatif, Inovatif, Kompetitif dan Berjiwa Islami)

823
Sumber Data: D.1.F.1. 01 Juni 2010
82

1. Indikator Cerdas

 Prestasi akademik meningkat.

 Dapat mengatasi masalah dengan cepat dan tepat.

 Rata-rata nilai ujian meningkat.

2. Indikator Dedikatif

 Tumbuhnya rasa memiliki pada semua warga madrasah.

 Terjalinnya hubungan kekeluargaan antar warga madrasah serta

alumni.

3. Indikator Inovatif

 Berpikir realistis dan berorientasi masa depan.

 Senang melakukan riset dan pembaharuan untuk kemajuan.

 Memiliki jiwa wira usaha.

 Mampu mengenali potensi dan prestasi diri.

4. Indikator Kompetitif

 Unggul dalam bersaing ke jenjang pendidikan tinggi.

 Unggul dalam bersaing ke dunia kerja.

5. Indikator Berjiwa Islami

 Meningkatnya penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam.

 Meningkatnya budaya Islami dalam kehidupan sehari-hari.

 Berakhlaq mulia terhadap orang tua, warga madrasah serta

masyarakat.
83

b. Misi

1. Melaksanakan strategi pembelajaran dan bimbingan secara efektif.

2. Menumbuh kembangkan semangat keunggulan pada seluruh jajaran

warga madrasah.

3. Mendorong dan membantu siswa dalam mengenali prestasi dirinya.

4. Menumbuh kembangkan motivasi dikalangan para siswa untuk

memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam secara

benar dan continue.

5. Menekankan pada penerapan menejemen partisipatif.

c. Tujuan

1. Peningkatan perolehan NUN rata-rata 7,5.

2. Meningkatkan prosentase lulusan yang melanjutkan kejenjang yang

lebih tinggi mencapai 20% dari jumlah lulusan.

3. Memiliki team olah raga yang handal.

4. Peningkatan disiplin yang tinggi.

5. Peningkatan pelaksanaan 6-K.

6. Pembentukan Habite Forming (pembiasaan) praktek-praktek

keagamaan dikalangan para siswa melalui peningkatan pelaksanaan

ajaran agama Islam di Madrasah (tadarus Al Qur’an pagi, sholat

Dzuhur dan sholat Jum’at).

7. Peningkatan kepedulian sosial.483

834
Sumber Data : O.1.F.2. 15 Juni 2010
84

5. Kondisi Obyektif

a. Tanah584

Luas tanah yang dimiliki: 11.790 M2

Tabel 3.1

Status Kepemilikan Digunakan


Belum
Sumber Tanah Bersertifikat Belum
Digunakan
Sertifikat
Pemerintah 11.790 M2 - - -
Wakaf/
- - - -
sumbangan
Pinjam/ sewa - - - -

b. Bangunan yang ada

Tabel 3.2

No Jenis Bangunan Jumlah Luas Tahun Bangunan kondisi


1 Ruang Kelas 9 540 76/ 77/ 78 Baik
2 Ruang Kelas 7 576 79/ 91/ 94 Rusak
No Jenis Bangunan Jumlah Luas Tahun Bangunan kondisi
3 Ruang Kelas 7 576 97/ 98/ 01 Baik
4 Ruang Kelas 4 340 87/ 98 Baik
5 Ruang Kepala 1 20 1976 Baik
6 Ruang Guru 1 60 1977 Baik
7 Ruang Tata
1 35 1976 Baik
Usaha
8 Perpustakaan 2 200 1981/ 2003 Baik
9 Laboratorium
1 70 2003 Baik
Komputer
10 Laboratorium
1 100 2003 Baik
Biologi
11. Laboratorium
2 200 1984/ 1990 Baik
Bahasa
12. Ruang BK 1 42 2003 Baik
13. Ruang UKS 1 20 1987 Baik

845
Sumber Data : D.1.F.1. 01 Juni 2010
85

14. Ruang Aula 2 290 1980/ 1992 Baik


15. Masjid 1 460 1984 Baik
16. Rumah Dinas 1 90 1986 Baik
17. Kantin 3 91 1986 Baik
18. Asrama 2 410 1993 Baik
86

6. Struktur Organisasi MAN 2 Tulungagung

STRUKTUR ORGANISASI
MAN 2 Tulungagung Beji Boyolangu685

KKM Drs. Khoirul Huda,M.Ag Komite Madrasah/BP3

MA. Diponegoro Kepala Madrasah Drs. Munawan, MM


MA. Muhammadiyah
MA. Darussalam
MA. Bustanul Ulum
MA. Unggulan Drs. Anang Ramli

Tata Usaha

Waka Madrasah

Drs. Suparto Drs.Moh.Dopir Drs. Hadi Mulyono Drs. Muhihibudin

Sarana Kurikulum Kesiswaan Humas


Prasarana

Drs. Nanang Yayuk Winarti Dwi Asih Febrianto Guru Wali Tenaga BP/
Ashari S.Si ML.SAg S.pd kelas Pendidik BK
Koor.MGMPJ. Koor.MGMPJ. Koor.MGMPJ. Koor. IPS
Agama IPA BHS

Garis Komando Siswa

Garis Konsultasi

856
Sumber Data: D.2.F.2. 15 Juni 2010
87

7. Keadaan Guru, Murid dan Karyawan

a. Guru786

Tabel 3.3

JENIS KELAMIN GURU TETAP GURU TIDAK TETAP


Laki-Laki 23 11
Perempuan 27 7
jumlah 50 18

Tabel 3.4

MATA PELAJARAN YANG


NO NAMA GURU JAM
DIAJARKAN
1 Drs. Khoirul Huda, M.Ag Matematika -
2 Drs. Suparto BK ( XII ) 20
3 Siti Marsiami, S.Ag Bahasa Indonesia ( XI ) 24
4 Drs. Daruno Arifin Biologi ( XI ) 24
BK (XI, XII) 8
5 Drs Hadi Mulyono Fisika ( XII ) 24
6 Drs. Sanusi PPKn ( XI dan XII ) 24
7 Drs. Samsul Hadi Matematika ( XI ) 25
8 Drs. Muhibuddin Sosiologi (X,XI, XII ) 30
9 Dra. Yuni Lestari Kimia ( X dan XII ) 24
10 Drs.Muhammad Dopir Matematika ( XII ) 24
11 Endang Minawati S.Pd. Ekonomi ( XII ) 24
12 Dra. Nur Tsalis Hamidah Bahasa Inggris (XIdanXII) 24
13 Drs. Maskur Bahasa Inggris ( XI ) 26
14 Drs. Nanang Ashari AlQur’anHadits(XIdan XII) 24
15 Siti Nurhidayati, S.Pd.I Fiqih ( X ) 12
Aqidah Akhlak (XI ) 12
16 Drs. Chozin Sudiwidodo Bahasa Indonesia ( X,XI ) 24
17 Kardji ,S.Pd.I PPKn ( XI ) 10
Alqur’an Hadits ( X ) 14
18 Nanik Nur’aini S.Pd. Ekonomi ( X, XI ) 16
19 Dra. Komariyah Bahasa Arab( X, XI, XII ) 28
20 M. Rofi’i, S.Pd Fisika (X) 28
21 Febriyanto, S.Pd Akuntansi ( XI ) 16
22 Tri Handoko, S.Pd Sejarah ( X dan XII ) 22
23 Siti Nurhayati, S.Ag Aqidah Akhlak(Xdan XI) 24
24 Yayuk Winarti, S.Si Biologi ( X dan XII ) 20
25 Wildan Diya’udin, S.Pd Bahasa Arab ( X, XI ) 21
26 Sustiana Rahayu, S.Pd Bahasa Indonesia(X, XII) 26
867
Sumber Data : D.1.F.1. 01 Juni 2010
88

27 Erni Sri Setiyaningsih, S.Pd.I Bahasa Inggris ( X, XII ) 24


28 Tuminah, S.Pd Geografi (XI, XII) 24
29 Erna Dwi Anjarwati, S.Pd Biologi ( X dan XI ) 29
30 Yanti Yuniarti,S.Pd Bahasa Indonesia XI, XII 16
Sastra Indonesia(XI, XII) 8
31 Nurul Ekawati, S.Pd PPKn (X, XI) 18
Antropologi (XI,XII) 8
32 Suwito,S.Pd Bahasa Indonesia (XII) 24
33 Muhammad, S.Pd Bahasa Inggris ( XI ) 12
Conversation ( X ) 14
34 Dwi Asih M. Laili, S.Ag Sastra Arab (Bahasa Asing) (XI) 13
Bahasa Arab ( XI ) 8
Muhadatsah (X) 4
35 Luthvi Tri H, S.Pd Ekonomi (X) 10
36 Bibit Prayoga, M.Pd Sosiologi (X, XI) 26
37 Drs.Rahmat Wi Umpomo BK( XI, XII) 24
38 Sumartin, S.Pd Matematika (X) 30
39 Yuli Ernawati, S.Pd Akuntansi ( XI, XII) 24
40 Yanti Yuniarti, S.Pd Bahasa Indonesia ( XII ) 16
Sastra Indonesia(XI , XII) 8
41 Sri Handayani, S.Pd SKI (XII) 9
Sejarah (X, XI 21
42 Nur Alifah, S.Pd Geografi ( XI Dan XII ) 22
43 Indro Sembodo, SS Bhs. Inggris ( XI, XII ) 28
44 Abdul Latif Alfauzi, S.Pd Matematika ( X dan XII ) 25
45 Masrohud Daroini, S.Pd.I Komputer ( XI dan XII ) 24
Bahasa Arab ( X) 4
46 Choirul Chaliyah, S.Pd Fisika ( XI dan XII ) 30
47 Khobir Siroj , S.Pd.I Muhadastah ( X, XI ) 12
48 Ahmad Bustanul Arifin, S.Pd TIK ( X, XI ) 24
49 Dodik Pramono, S.S Conversation ( X dan XI ) 22
50 Dwi Mulati, S.Ag Muhadatsah ( X, XI ) 16
Fiqh (XI) 4
51 Muh. Farid Mustofa, S.Pd.I Muhadatsah ( XI ) 4
Al Qur’an Hadist (X, XI) 16
52 Drs. Agus Wijanarko Kesenian ( XI ) 9
53 Dra. Tri Asih BK ( X dan XI ) 24
54 Fajar Shufi A.,S.Si Matematika ( XI ,XII ) 26
Design Grafis (X) 18
55 Yunis Hidayati, S.Ag. MA. Fiqih ( XII ) 18
56 Kholis Junaidah S.Pd.I Fiqih ( X dan XI ) 20
57 Dyah Istanti, S.Pd Ekonomi ( X ) 0
58 Lusi Kartika Sari, S.Pd.I Al Qur’an hadist 0
59 Rina Irayani, S.Pd Bahasa Inggris ( X ) 24
60 Harsono Kesenian ( X ) 9
61 Lailatul Azizah, S.Pd BK ( X ) 20
62 Elif Ananingtyas , S.Pd Kimia ( X , XI) 32
63 M. Gatut Witardiya,SS Bahasa Indonesia (X) 12
64 Kholid Widayanto, S.Or Penjaskes (XI) 18
89

65 Fima muwahidah, S.Pd Matematika 26


66 Fendi Pandu Winata, S.Pd Penjaskes (X) 18
67 Yuan TIK (X) 6
JUMLAH 1479

b. Pegawai

Tabel 3.5

JENIS KELAMIN PEGAWAI TETAP PEGAWAI TIDAK TETAP


Laki-Laki 2 8
Perempuan 3 3
Jumlah 5 11

c. Siswa

Tabel 3.6

JUMLAH
NO. KELAS L P JUMLAH
ROMBEL
1 X 9 130 263 393

2 XI-Bahasa 1 15 26 41
3 XI-IPA 4 55 125 180
4 XI-IPS 4 69 113 182
9 139 264 403
5 XII-Bahasa 1 21 15 36
6 XII-IPA 4 57 127 184
7 XII- IPS 4 73 104 177
9 151 246 397
Jumlah Total 27 420 773 1193
90

7. Prestasi Madrasah

Prestasi yang pernah diraih oleh MAN 2 Tulungagung antara lain:

 Bidang Akademik

a. Peringkat ke-1 rata-rata Danem kelompok IPA dari 126 MAN/

MA se-Provinsi Jawa Timur selama 3 tahun berturut-turut sampai

dengan Tahun Pelajaran 2002/ 2003.

b. Peraih Peringkat ke-5 rata-rata Danem kelompok Bahasa dari 38

MAN/ MAS se-Provinsi Jawa Timur Tahun Pelajaran 2002/ 2003.

c. Peraih peringkat ke-9 rata-rata Danem kelompok IPS dari 181

MAN/ MAS se-Provinsi Jawa Timur.

d. Peraih peringkat ke-1 Lomba Madrasah se-Kabupaten

Tulungagung dalam rangka HAB Depag Tahun 2001.

e. Peraih peringkat ke-5 rata-rata nilai UN kelompok IPA MAN se-

Jawa Timur Tahun Pelajaran 2004/ 2005.

f. Peraih peringkat ke-5 rata-rata nilai UN kelompok Bahasa MAN

se-Jawa Timur Tahun Pelajaran 2004/ 2005.

g. Tahun pelajaran 2008/ 2009 Ujian Nasional Rangking II Jurusan

IPA se-Jawa Timur.

h. Lulusan MAN 2 Tulungagung banyak yang diterima di Perguruan

Tinggi Negeri baik melalui UMPTN maupun jalur PMDK, antara

lain ke Universitas Brawijaya, Universitas Malang, Universitas


91

Surabaya, Universitas Truno Joyo, Universitas Udanaya,

Universitas Air Langga dan Universitas Jember.

 Bidang Non Akademik

a. Peringkat ke-1 lomba sholawat se-Kabupaten Tulungagung dalam

rangka HUT Kemerdekaan RI Tahun 2002, dengan nama Group

Sholawat Modern “Al-Amien”.

b. Juara umum Lomba Drum Band tingkat Provinsi Jawa Timur,

dengan nama “Genta Nada”.

c. Juara ke-1 Pencak Silat se-Kabupaten Tulungagung.

d. Basket juara ke-3 Kompetisi Basket Pelajar se-Jawa Timur.

e. Kempo Juara Umum Provinsi Jawa Timur.887

878
Sumber Data: D.1.F.1. 01 Juni 2010
92

Denah Lokasi MAN 2 Tulungagung988

Jalan Raya Jurusan Campur Darat

XI A4 XI A3 XI A2 XI A1 Lab. Computer R. Pertemuan

R. U R. R. T k.m R. BP XII XII


A4 A3
Gu K Waka Kp U Guru Piket
ru S l

XII Lab. XII X


XII S1 BHS Bahasa A2 A

XII S2 XI Lab.
XII X
BHS IPA A1 B
XII S3
XI S1 K.mandi K.mandi

WC
Kopsis BMT Lab. S.Pra
XII S4 BHS muka
WC
R.Tata Kan
WC XI S2 boga tin Asra
ma
XI I
XI S3 R.OSIS putra
Asrama
XI H putri
XI S4
Kantin
La
b. pe XC Kantin
Fis rp
ust
ak kesenian gudang
La aa Auditorium Kantin
b. n
Fis

XG XF XE XD

889
Sumber Data: D.2.F.2. 15 Juni 2010
93

B. Paparan Data Hasil Penelitian/ Temuan Penelitian

Setelah peneliti melakukan penelitian di MAN 2 Tulungagung dengan

metode wawancara, observasi dan dokumentasi, dapat dipaparkan beberapa

temuan penelitian sebagaimana tertuang dalam fokus penelitian.

1. Karakteristik guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung.

Guru PAI dilembaga pendidikan memiliki berbagai macam

karakteristik. Antara guru satu dengan yang lainnya tentu memiliki perbedaan

karakter. Menurut pandangan penulis karakteristik adalah ciri khas atau

bentuk-bentuk watak dari seseorang yang melekat pada diri orang

tersebut.Dalam hal ini, karakteristik yang berkaitan dengan proses pendidikan

di Sekolah merupakan ciri khas atau bentuk-bentuk watak yang baik atau

positif. Seperti yang diungkapkan oleh Siti Nur Hidayati guru mata pelajaran

Fiqih dan Akidah Akhlak di MAN 2 Tulungagung menjelaskan bahwa:

Karakteristik atau sifat-sifat guru PAI yang baik adalah seorang guru
PAI harus mempunyai keahlian dalam bidang ilmu dan keterampilan,
menjadi tauladan atau contoh perbuatan yang positif, suka beramal
sholeh, taat kepada Allah, berakhlak mulia, jujur, pemberani dan
memiliki kepribadian yang positif.1089

Seorang guru didalam kehidupan keluarga, sekolah atau masyarakat

tentunya dijadikan tauladan oleh peserta didiknya. Sifat-sifat yang baik

tentunya harus melekat pada diri seorang guru. Bapak Kardji guru Al-Quran

Hadist mengatakan bahwa:

8910
Siti Nur Hidayati, W1. F1. 01 Juni 2010
94

Seorang guru PAI harus menjalankan perintah Allah serta menjauhi


laranganNya, berakhlak mulia, mengikuti arah atau petunjuk Nabi
Muhammad SAW, dapat dijadikan suri tauladan dan selalu
mencerminkan akhlak mahmudah dalam kehidupan sehari-hari.1190

Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Bapak Khoirul Huda selaku

kepala MAN 2 Tulungagung menjelaskan bahwa:

Seorang guru PAI di Sekolah harus menjalankan ajaran-ajaran agama


islam yang sesuai dengan Al-Quran dan Hadist, berakhlak mulia, dapat
dijadikan suri tauladan oleh peserta didiknya, membiasakan di Sekolah
dengan senyum, salam, sapa”.1291

Berkaitan dengan hal diatas, seorang manusia tentunya memiliki

kepribadian yang kurang dari kesempurnaan. Manusia yang paling sempurna

dimuka bumi adalah Nabi Muhammad SAW. Tentunya manusia harus

berusaha semaksimal mungkin untuk mencontoh kepribadian yang dimiliki

oleh Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai yang dipaparkan oleh

Bapak Nanang Azhari, guru mata pelajaran Al-Quran Hadist mengatakan

bahwa:”Guru PAI dalam kehidupan sehari-hari harus memiliki kepribadian

yang sesuai dengan Al-Quran Hadist”.1392Sedangkan menurut salah satu siswa

yang bernama Siska Dewi Nur Fikasari kelas XI IPA 4 menjelaskan bahwa:

Karakteristik guru PAI yang baik hendaknya mencerminkan sikap


jujur, sabar, ikhlas dalam mengajar, adil terhadap siswa serta mampu
menerapkan apa yang dia pelajari dalam kehidupannya sehingga anak
didik bisa meniru untuk dilakukan.1493

9011
Kardji, W2. F1. 01 Juni 2010
9112
Khoirul Huda, W3. F2. 15 Juni 2010
9213
Nanang Azhari, W4. F2. 15 Juni 2010
9314
Siska Dewi Nur Fikasari, W5. F3. 17 Juni 2010
95

2. Peran guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung.

Di lembaga pendidikan tidak bisa lepas dari peran dan tanggung jawab

seorang guru. Peran dari seorang guru sangat penting sekali untuk membentuk

kepribadian siswa. Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus paham

betul peran dan posisinya. Tugas seorang guru adalah mengajar, sedangkan

siswa belajar. Antara keduanya saling berkaitan dalam proses pendidikan. Siti

Nur Hidayati guru mata pelajaran Fiqih dan Akidah mengatakan bahwa:

Peran guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa meliputi adanya


bimbingan, mengembangkan kepribadian, membina budi pekerti dan
memberikan pengarahan. Sehingga kepribadian siswa akan terbentuk
menjadi kepribadian yang baik atau berakhlak mulia.1594

Dengan kemajuan teknologi dan perkembangan budaya barat yang

sangat pesat peran dari seorang guru dituntut lebih aktif. Karena siswa yang

belum siap menerima kebudayaan barat akan mudah terpengaruh dan

terjerumus kearah yang negatif. Seorang guru harus membimbing dan

membina siswanya dengan menyaring budaya barat yang masuk dalam dunia

pendidikan. Dalam hal itu, tentunya guru harus lebih profesional dalam

mengajar.

Bapak Nanang Azhari selaku guru mata pelajaran Al- Quran Hadist

mengatakan bahwa:

Peran seorang guru dalam kegiatan proses belajar mengajar sangat


penting dalam mengembangkan kepribadian, membimbing, membina
9415
Siti Nur Hidayati, W1. F1. 01 Juni 2010
96

budi pekerti, memberikan pengarahan, memberikan dorongan kepada


siswa untuk belajar lebih giat. Seorang guru menjadi tolak ukur
kepribadian yang akan dilakukan siswa.1695

Ungkapan diatas hampir senada dikatakan oleh Bapak Khoirul Huda

selaku kepala sekolah MAN 2 Tulungagung.

Peran seorang guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa adalah


guru dalam bertingkah laku selalu menjadi tauladan atau contoh bagi
anak didik, memberikan motivasi atau dorongan kepada peserta didik
untuk lebih giat belajar, apabila guru kencing berdiri maka siswa
kencing berlari.1796

Peran guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di Era sekarang

sangat berat. Karena tiadak jarang terdengar kasus korupsi, guru digerebek di

Wisma esek-esek maka kepribadian seorang guru harus lebih dahulu baik

sebelum menyampaikan dan menuntut siswa berkepribadian baik.

3. Usaha guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung.

Kepribadian adalah hasil suatu proses sepanjang hidup.Kepribadian

tidak terbentuk secara mendadak, tetapi terbentuk melalui proses kehidupan

yang panjang. Kepribadian siswa baik atau buruk, beradab atau biadab

dipengaruhi oleh kehidupan siswa tersebut. Bapak Kardji selaku guru mata

pelajaran Al-Quran Hadist mengatakan bahwa:

Usaha guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2


Tulungagung dengan cara melatih siswa untuk membiasakan salam,
9516
Nanang Azhari, W4. F2. 15 Juni 2010
9617
Khoirul Huda, W3. F2. 15 Juni 2010
97

bertutur kata yang baik atau sopan (boso) terhadap bapak ibu guru,
membiasakan sholat jamaah dzuhur di Masjid.1897

Membentuk kepribadian siswa bukanlah sesuatu hal yang mudah.

Akan tetapi perlu adanya sebuah kebiasaan-kebiasaan baik yang selalu

dilakukan. Seperti yang dipaparkan oleh Ibu Siti Nurhidayati guru mata

pelajaran Fiqih dan Akidah Akhlak menjelaskan bahwa:

Kebiasan baik yang dilakukan siswa tidak bisa satu kali berhasil tetapi
harus istiqomah, perlu adanya penyadaran terhadap siswa betapa
pentingnya kepribadian yang baik, siswa harus memperbanyak amal
sholeh, belajar sholat 5 waktu dengan tertib.1998

Sedangkan Bapak Nanang Azhari selaku guru mata pelajaran Al-

Quran Hadist berpendapat bahwa:

Usaha yang dilakukan guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa


dengan semaksimal mungkin untuk menyelaraskan kepribadian
peserta didik dengan ajaran agama Islam yang ideal. Melalui dua
sumber ajaran Islam Al-Quran dan Hadist.2099

Berkaitan dengan hal diatas, guru harus berusaha semaksimal mungkin

dan tidak pernah bosan untuk menemukan cara yang baik dalam membentuk

kepribadian siswa. Apabila di Sekolah ditemukan banyak kepribadian siswa

yang buruk maka guru akan terkena imbasnya. Bapak Khoirul Huda selaku

kepala Sekolah MAN 2 Tulungagung mengatakan bahwa:

Usaha yang dilakukan guru dalam membentuk kepribadian siswa


antara lain: setiap pagi setelah bel berbunyi siswa dibiasakan membaca
Al-Quran 15 menit diikuti dengan doa, setiap hari melaksanakan
sholat jamaah dzuhur di Masjid, pembelajaran kultum di Masjid
9718
Kardji, W2. F1. 01 Juni 2010
9819
Siti Nur Hidayati, W1. F1. 01 Juni 2010
9920
Nanang Azhari, W4. F2. 15 Juni 2010
98

dengan pemateri anak itu sendiri melalui jadwal secara bergilir mulai
kelas satu sampai kelas tiga, ketika hari jumat anak laki-laki ikut
jumatan di Masjid sedangkan anak perempuan di kumpulkan di Aula
untuk di beri kajian Islami.21100

C. Pembahasan

1. Karakteristik guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung.

Dalam kegiatan pembelajaran di Sekolah seorang guru harus memiliki

karakteristik yang baik. Peserta didik akan meneladani kepribadian seorang

guru yang mempunyai sifat-sifat baik. Guru harus berusaha semaksimal

mungkin untuk meningkatkan kepribadiannya di Sekolah. Jangan sampai

seorang guru terlibat dalam sebuah kasus hingga masuk di Kepolisian.

Misalkan kasus guru menempeleng siswa sampai masuk di Rumah sakit, guru

digerebek di Wisma esek-esek atau tempat PSK. Bapak Khoirul Huda selaku

kepala MAN 2 Tulungagung mengatakan bahwa:

Seorang guru yang melakukan perbuatan seperti hal diatas merupakan


perbuatan yang tidak mendidik terhadap siswanya. Apabila
memberikan hukuman kepada siswa jangan sampai menyakiti tetapi
diberi tugas atau hukuman yang sifatnya mendidik. Saya akan
mencopot atau memberhentikan jika ada seorang guru digerebek di
Wisma esek-esek atau tempat PSK yang sampai berurusan dengan
kepolisian.22101

Sesungguhnya guru sangat besar jasanya dalam mengahantarkan harkat

dan martabat manusia, oleh karena itu guru perlu mendapatkan penghargaan yang

10021
Khoirul Huda, W3. F2. 15 Juni 2010
10122
Khoirul Huda, W3. F2. 15 Juni 2010
99

sesuai dari semua pihak. Penghargaan terhadap guru bukan sekedar tuntutan para

guru, mereka sudah berbuat untuk anak-anak kita. Dalam tradisi Islam, Ustadz

(biasanya diartikan dengan guru ngaji) dihargai dan sangat tinggi penghargaan

terhadapnya. Irsyad Ustadzin (petunjuk guru) merupakan salah satu syarat untuk

dapat memperoleh ilmu.

Masyarakat mendudukkan guru pada tempat yang terhormat dalam

kehidupan masyarakat, yakni didepan memberi suri tauladan, ditengah-tengah

memberi semangat dan dibelakang memberi dorongan dan motivasi (Ing Ngarso

Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani). Kedudukan

guru yang demikian itu senantiasa relevan dengan zaman dan sampai kapanpun

diperlukan. Kedudukan seperti itu merupakan penghargaan masyarakat yang tidak

kecil artinya bagi para guru, sekaligus merupakan tantangan yang menuntut

prestasi dan prestasi yang senantiasa teruji dan terpuji dari setiap guru. Bukan

hanya di depan kelas, di dalam Sekolah akan tetapi juga ditengah-tengah

masyarakat.

Seorang guru harus selalu mengedepankan figur kepribadian yang baik

terhadap siswanya. Menurut an-Nahlawi (dalam Nizar: 2002; 45-46) membagi

karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk, yaitu:

a. Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah yang terwujud dalam tujuan, tingkah

laku, dan pola pikirnya.

b. Bersifat ikhlas; melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk

mencari keridhaan Allah dan menegakkan kebenaran.


100

c. Bersifat sabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepada peserta didik.

d. Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya.

e. Senantiasa membekali diri dengan ilmu, kesediaan diri untuk terus mendalami

dan mengkajinya lebih lanjut.

f. Mampu menggunakan metode mengajar secara bervariasi. Sesuai dengan

prinsip-prinsip penggunaan metode pendidikan.

g. Mampu mengelola kelas dan peserta didik, tegas dalam bertindak dan

proporsional.

h. Mengetahui kehidupan psikis peserta didik.

i. Tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan dunia yang dapat

mempengaruhi jiwa, keyakinan atau pola berpikir peserta didik.

j. Berlaku adil terhadap peserta didiknya.23102

Berdasarkan temuan peneliti, karakteristik guru PAI di MAN 2

Tulungagung sudah menunjukkan kepribadian yang baik. Hal ini dapat di

buktikan dengan tidak ada perilaku guru PAI yang menyimpang dari

pembelajaran serta tidak ada kasus-kasus terkait guru yang sampai di

Kepolisian.

2. Peran guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung.

Peran dan tanggung jawab guru dalam pendidikan sangat berat.

Apalagi dalam konteks pendidikan Islam, semua aspek kependidikan dalam


10223
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan... hal. 45-46
101

Islam terkait dengan nilai-nilai (value bond), yang melihat guru bukan saja

pada penguasaan material-pengetahuan, tetapi juga pada investasi nilai-nilai

moral dan spiritual yang diembannya untuk ditransformasikan kearah

pembentukan kepribadian Islam. Guru dituntut bagaimana membimbing,

melatih dan membiasakan anak didik berperilaku yang baik. Karena itu,

eksistensi guru tidak saja mengajarkan tetapi sekaligus mempraktekkan

ajaran-ajaran dan nilai-nilai kependidikan Islam.

Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar-

mengajar. Oleh karena itu, guru harus betul-betul membawa siswanya kepada

tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru

harus berpandangan luas dan kriteria bagi seorang guru ialah harus memiliki

kewibawaan. Guru yang memiliki kewibawaan berarti memiliki kesungguhan,

suatu kekuatan, sesuatu yang dapat memberikan kesan dan pengaruh.

Setiap orang yang akan melaksanakan tugas guru harus punya

kepribadian. Disamping punya kepribadian yang sesuai dengan ajaran Islam,

guru agama lebih dituntut lagi untuk mempunyai kepribadian guru. Guru

adalah seorang yang seharusnya dicintai dan disegani oleh muridnya.

Penampilannya dalam mengajar harus meyakinkan dan tindak tanduknya akan

ditiru dan didikuti oleh muridnya. Guru merupakan tokoh yang akan ditiru

dan diteladani. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, Ia juga mau

dan rela serta memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya, terutama

masalah yang langsung berhubungan dengan proses belajar mengajar.


102

Bapak Khoirul Huda selaku Kepala MAN 2 Tulungagung mengatakan

bahwa:

Guru sangat berperan sekali dalam proses pendidikan anak. Peran dari
seorang guru dalam membimbing anak baik perkataan ataupun tingkah
lakunya akan dicontoh siswa. Guru dituntut untuk lebih kreatif dalam
menemukan strategi, metode, cara-cara atau konsep-konsep yang baru
dalam pengajaran. Memberikan dorongan kepada siswa untuk belajar
lebih giat. Guru harus terus belajar, terbuka untuk dikritik yang bersifat
membangun dan selalu membuka dialog dengan murid.24103

Menurut Suparlan (dalam Naim: 2009; 33-34) menyebut peran dan

fungsi guru secara anonim dengan EMASLIMDEF (Educator, Manager,

Administrator, Supervisor, Leader, Inovator, Motivator, Dinamisator,

Evaluator dan Fasilitator). Secara lebih terperinci, Suparlan menabulasikan

dalam sebuah tabel:

10324
Khoirul Huda, W3. F2. 15 Juni 2010
103

Peran Guru EMASLIMDEF

Tabel 4.1

Akronim Peran Fungsi


E Educator - Mengembangkan kepribadian
- Membimbing
- Membina budi pekerti
- Memberikan pengarahan
M Manager - Mengawal pelaksanaan tugas dan fungsi berdasarkan ketentuan
dan perundang-undangan yang berlaku
A Administrator - Membuat daftar presensi
- Membuat daftar penilaian
- Melaksanakan teknis administrasi sekolah
S Supervisi - Memantau
- Menilai
- Memberikan bimbingan teknis
L Leader - Mengawal pelaksanaan tugas pokok dan fungsi tanpa harus
mengikuti secara kaku ketentuan dan perundang-undangan yang
berlaku
I Inovator - Melakukan kegiatan kreatif
- Menemukan strategi, metode, cara-cara atau konsep-konsep yang
baru dalam pengajaran
M Motivator - Memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat belajar lebih giat
- Memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan kemampuan dan
perbedaan individual peserta didik
D Dinamisator - Memberikan dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan
suasana lingkungan pembelajaran yang kondusif
E Evaluator - Menyusun instrumen penilaian
- Melaksanakan penilaian dalam berbagai bentuk dan jenis penilaian
- Menilai pekerjaan siswa
F Fasilitator - Memberikan bantuan teknis, arahan, dan petunjuk kepada peserta
didik25104

Hasil pengamatan peneliti, guru di MAN 2 Tulungagung dalam

pengukuran prosentase 90-95% sudah dapat dijadikan contoh perilaku yang

baik. Guru sudah menjalankan peran dan tanggungjawabnya. Selain itu, guru

sudah dapat dijadikan tauladan atau uswah hasanah bagi siswanya.

10425
Ngainun Naim, Menjadi Guru..., hal. 33-34
104

3. Usaha guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung.

Tugas guru di Era sekarang dalam membentuk kepribadian siswa

sangat berat. Karena kemajuan zaman yang sangat pesat sehingga siswa lebih

bersifat konsumtif. Berdirinya Dunia Mall cenderung manusia bersifat instant.

Banyak siswa yang bergaya hidup mengikuti perkembangan zaman tanpa

menyaring dan mengambil sesuatu yang bernilai positif. Hal ini diperlukan

usaha guru yang lebih serius untuk mengambil tindakan.

Penerapan kedisiplinan di Sekolah harus di laksanakan dengan

sungguh-sungguh. Sebelum guru memberi perintah kepada siswa seharusnya

memberi contoh terlebih dahulu. Apabila di Sekolah ada tata tertib siswa

begitupun juga guru harus mentaati kode etik pendidik. Ketika guru kurang

disiplin maka tidak mustahil siswapun akan mengikutinya. Sebuah kebiasaan-

kebiasaan yang baik apabila dilakukan dengan continue (terus menerus) maka

akan tercipta kepribadian siswa yang baik. Menurut salah satu siswa yang

bernama Siska Dewi Nur Fikasari kelas XI IPA 4 mengatakan bahwa:

Kepribadian siswa yang baik menurut saya adalah siswa yang mentaati
peraturan, bisa menghargai guru, karyawan sekolah,teman. Apabila
bergaul dengan sesama teman harus mencerminkan sikap yang baik.
Siswa harus menerapkan kedisiplinan dalam segala hal.26105

10526
Siska Dewi Nur Fikasari, W5. F3. 17 Juni 2010
105

Selain itu, usaha yang dimaksud diatas menurut Al-Darraz (dalam

Jalaluddin: 2003; 199-201) dapat dilakukan melalui cara memberikan materi

pendidikan akhlak berupa:

a. Penyucian jiwa.

b. Kejujuran dan benar.

c. Menguasai hawa nafsu.

d. Sifat lemah lembut dan rendah hati.

e. Berhati-hati dalam mengambil keputusan.

f. Menjauhi buruk sangka.

g. Mantap dan sabar.

h. Menjadi teladan yang baik.

i. Beramal saleh dan berlomba-lomba berbuat baik.

j. Menjaga diri ( iffaah ).

k. Ikhlas.

l. Hidup sederhana.

m. Pintar mendengar dan kemudian mengikutinya (yang baik).

Ketiga belas sifat akhlak yang mulia ini terkandung dalam al-Quran.27106

Berdasarkan temuan peneliti, usaha guru PAI dalam membentuk

kepribadian siswa di MAN 2 Tulungagung adalah guru membimbing siswa

sesuai dengan akhlak-akhlak mahmudah, membiasakan setiap hari membaca

Al-Quran sebelum pelajaran dimulai, membiasakan siswa untuk sholat jamaah


10627
Jalaluddin, Teologi Pendidikan, hal. 199-201
106

dzuhur di Masjid, pembelajaran kultum di Masjid dengan pemateri anak itu

sendiri melalui jadwal secara bergilir mulai kelas satu sampai kelas tiga,

ketika hari jum’at anak laki-laki ikut jum’atan di Masjid sedangkan anak

perempuan di kumpulkan di Aula untuk di beri kajian Islami, menerapkan

kedisiplinan yang sesuai dengan tata tertib di Sekolah.


107

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Teoritis

a. Dalam konteks pendidikan Islam, karakteristik ustadz (guru yang

profesional) selalu tercermin dalam segala aktivitasnya sebagai murabbiy,

mu’allim, mursyid, mudarris, dan mua’ddib.

b. Guru-guru yang masih mau terus belajar, terbuka untuk dikritik dan selalu

membuka dialog dengan murid saja yang akan mencapai tingkat

kematangan tertentu dan mampu menjalankan peran sebagai resi, yaitu

selalu bertugas mewartakan kebenaran dan mengajarkan kearifan,

kejujuran dan kesejukan hati setiap orang yang bersedia mendengarnya.

c. Untuk dapat melahirkan generasi muslim yang berdaya intelektual tinggi,

bermoral dan berjiwa amanah, maka perlu kita memperhatikan pesan-

pesan Al-Qur’an dengan konsep Ulul Albab yang tersimpul dengan 5

(lima) T, yaitu Ta’abbud, Tafakkur, Tasyawur, Tadzakkur, Tawadhu’.

2. Empiris

a. Karakteristik guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung adalah seorang guru PAI harus mempunyai keahlian dalam

107
108

bidang ilmu dan keterampilan, menjadi tauladan atau contoh perbuatan

yang positif, suka beramal sholeh, menjalankan perintah Allah serta

menjauhi laranganNya, mengikuti petunjuk Nabi Muhammad SAW,

berakhlak mulia, jujur, pemberani, memiliki kepribadian yang positif dan

selalu mencerminkan akhlak mahmudah dalam kehidupan sehari-hari.

b. Peran guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung adalah mengembangkan kepribadian, membimbing,

membina budi pekerti, memberikan pengarahan, melakukan kegiatan

kreatif, menemukan strategi, metode, cara-cara atau konsep-konsep yang

baru dalam pengajaran, memberikan dorongan kepada siswa untuk dapat

belajar lebih giat, memberikan tugas kepada siswa sesuai dengan

kemampuan dan perbedaan individual peserta didik, memberikan

dorongan kepada siswa dengan cara menciptakan suasana lingkungan

pembelajaran yang kondusif, memberikan bantuan teknis, arahan, dan

petunjuk kepada peserta didik.

c. Usaha guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2

Tulungagung. Usaha yang dilakukan guru dalam membentuk kepribadian

siswa antara lain: memberi materi tentang pendidikan akhlak. Setiap pagi

setelah bel berbunyi siswa dibiasakan membaca Al-Quran 15 menit diikuti

dengan doa, setiap hari melaksanakan sholat jamaah dzuhur di Masjid,

pembelajaran kultum di Masjid dengan pemateri anak itu sendiri melalui

jadwal secara bergilir mulai kelas satu sampai kelas tiga, ketika hari
109

jum’at anak laki-laki ikut juma’tan di Masjid sedangkan anak perempuan

di kumpulkan di Aula untuk di beri kajian Islami.

B. Saran-Saran

Penelitian ini dilakukan untuk memahami karakteristik, peran dan usaha

guru PAI dalam membentuk kepribadian siswa di MAN 2 Tulungagung. Demi

tercapainya mutu yang lebih baik, penulis perlu memberikan saran-saran sebagai

berikut:

1. Bagi STAIN Tulungagung diharapkan untuk lebih serius dalam

penyelenggaraan kegiatan akademik yang menunjang bagi mahasiswa dalam

meningkatkan profesionalitas sebagai tenaga pengajar yang nantinya dapat

memberikan kontribusi terhadap penyelenggaraan pendidikan agama Islam di

Sekolah atau di Madrasah yang berbasis Islam maupun umum.

2. Bagi Kepala Sekolah sebagai pimpinan lembaga hendaknya dapat

memberikan motivasi atau dorongan kepada para guru untuk selalu

meningkatkan kualitas kepribadian yang telah mencerminkan sifat-sifat

keteladanan.

3. Bagi Tenaga Pendidik diharapkan untuk memahami kepribadian dirinya yang

selalu mencerminkan suri tauladan dan memberikan dorongan kepada siswa

untuk belajar lebih giat.

4. Bagi Siswa Sebagai subyek belajar diharapkan siswa dapat menentukan sikap

positif untuk selalu memperbaiki kepribadiannya, aktif dalam mengikuti


110

proses belajar mengajar dan bisa menempatkan diri sebagai seorang peserta

didik sehingga harapan untuk meraih prestasi secara maksimal dapat

diperolehnya.

Anda mungkin juga menyukai