90-Article Text-235-1-10-20200626
90-Article Text-235-1-10-20200626
90-Article Text-235-1-10-20200626
Oleh :
Abstrak:
Kondisi degradasi moral yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia sekarang
ini memprihatinkan. Banyak ditemukan kasus-kasus tindakan amoral yang terjadi
antara murid dan guru. Guru sebagai sosok yang digugu dan dituru sudah tidak
berlaku lagi. Minimmnya pengetahuan tentang etika murid terhadap guru.Oleh
karena itu murid hendaknya mendapatkan pengetahuan tentang etika itu dari guru
itu sendiri, mengkaji buku-buku tentang etika murid, atau mengikuti kegiatan kajian-
kajian yang membahas tentang etika murid.Penulisan ini fokus untuk mengetahui
etika murid terhadap guru menurut K.H.Hasyim Asy’ari dan relevansinya dalam
pendidikan karakter.KH. Hasyim Asy’aridalam kitab Adabul Al A’limWa al
Muta’allimdalam materi etika murid terhadap guru ada 12 nilai. memiliki relevansi
dengan pendidikan karakter yang dibutuhkan oleh generasi bangsa saat ini.
Diantara keduabelas nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam etika murid
terhadap guru yaitu, religius,toleransi, kerja keras, tanggungjawab, sabar, patuh, dan
sopan santun. Dari pemaparan diatas, bahwa pendidikan etika dari K.H .Hasyim
Asy’ari melalui kitab Adabul Al A’limWa al Muta’allim masih relevan dengan kondisi
pendidikan yang ada di Indonesia saat ini.
Kata Kunci:Etika murid terhadap guru, K.H. Hasyim Asy’ari, Pendidikan Karakter
A. Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha yang ditempuh manusia dalam rangka
memperoleh ilmu pengetahuan, kemudian dijadikan dasar atau prinsip
berperilaku dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Proses pendidikan yang
dilakukan manusia menghasilkan sikap dan berilaku, yang akhirnya akan menjadi
watak, kepribadian dan karakter. Mustahil seseorang akan memiliki karakter yang
baik tanapa dengan pendidikan.
Karakter erat kaitannya dengan watak dan pribadi seseorang dalam
kehidupan sehari-hari.Banyak menjadi sorotan sekarang ini terkait dengan
karakter seseorang. Banyak kejadian yang membuat seseorang terjerat hukum
karena perbuatan yang berkaitan dengan karakter, banyak korupsi dan pencucian
uang yang dilakukan para pejabat itu menanndakan bahwa pendidikan di
50|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020
Indonesia selama ini belum menyentuh pada pendidikan karakter. Jika kebiasaan-
kebiasaan ini terus dipelihara maka tak mustahil akan berimbas pada generasi
bangsa. Bangsa ini akan hancur jika masalah moralitas generasi tidak cepat
dicarikan solusi dalam pendidikan karena adanya perkembangan teknologi yang
semakin canggih mengakibatkan adanya pergeseran baik nilai atau perilaku.
Dunia pendidikan sedang menghadapi gencar isu tentang pendidikan
karakter.Pendidikan karakter saat ini menjadi kunci pokok dalam pembangunan
nasional. Sebagaimana yang diungkap oleh presiden Republik Indonesia pertama
Ir Soekarno, dikatakan “ bahwa tidak ada pembagunan nasional tanpa adanya
pendidikan karakter”.Memiliki karakter yang baik merupakan pondasi untuk
meningkatkan kesejahteraan umat manusia dan pembangunan secara menyeluruh.
Pada tahun 2010 kementerian pendidikan dan kebudayaan telah
mempromosikan pendidikan karakter di lembaga sekolah maupun
madrasah.Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat ini memiliki
dampak positif dan juga negatif. Salahsatu dampak positifnya bagi kemajuan
sebuah peradaban bangsa, namun tak sedikit ada dampak negatifdari
perkembangan tersebut, salah satunya tindakan amoral. Banyak dijumpai berita-
berita di televisi, radio, internet, koran, adanya kasus seorang murid yang terlibat
dalam perilaku tindakan amoral terhadap gurunya yang menimbulkan
keprihatinan semua pihak.
Hal ini terlihat dari rendahnya nilai-nilai etika yang terjadi dikalangan
murid tidak bisa dipungkiri ketika etika murid semakin hari semakin
memprihatinkan.Begitu banyak kasus dan berita seorang murid melawan dan
memperlakukan gurunya dengan semena-mena.Kasus konflik antara siswa dan
guru yang berujung pada kriminalitas pun sering terjadi. Guru yang seharusnya
dihormati dan disegani, sekarang justru dilawan dan tidak lagi
dihormati,muridjustru bangga memiliki sikap tidak terpuji itu. Namun demikian
sepertinya belum ada hal yang cukup berarti yang telah dilakukan oleh orang-
orang terdekatnya termasuk guru dan orangtua untuk mengatasi masalah ini.
Degradasi moral ditandainya dengan adanya penurunan sikap sopan
santun, ramah, menghormati, dan gotong-royong dalam masyarakat.Disamping
itu juga perilaku anarkis marak terjadi di kalangan murid.Dizaman yang serba
50
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |51
modern ini, generasi muda bangsa mengalami ancaman yang serius mengenai
tindakan amoral. Hai ini terlihat dari rendahnya nilai-nilai yang terjadi di kalangan
anak sekolah saat ini, seperti yang termuat dalam berita :
Sahur di Sukmajaya, Depok telan Koran, 11 pelajar diamankan.
Ketika menjelang sahur, pelaku yang rata-rata berstatus pelajar itu
menelan korban dengan luka bacok di bagian tangan.1
Dari kasus-kasus diatas, karakter pelajar atau murid saat ini sedang
mengalami keguncangan diakibatkan karena berbagai faktor salah satunya
kurangnya pendidikan etika murid yang diajarkan di sekolah ataupun dirumah.
Guru yang seharusnyadigugu dan ditirukini tidak ada lagi rasa patuh dan hormatnya
pada guru sudah mulai menghilang.
Guru merupakan sosok pengganti kedua orangtua ketika di sekolah yang
sudah seharunya dihormti dan dijunjung tinggi martabatnya, bukan malah
1
Detik.com Selasa, 12 Mei 2020
2
Detik.com. Selasa, 07 Mei 2019
3
RakyatPos.com. Kamis, 28 Februari 2020
4
Liputan6.com. Kamis,05 Maret 2020
5
Detik.com. Kamis, 05 Maret.2020
52|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020
dilaporkan atau dianiaya disebabkan karena hal sepele yang dilakukan oleh
seorang guru. Guru merupakan bagian terpenting dalam kegiatan proses
pembelajaran. Tugas utama seorang guru tidak hanya mengajarkanknowlade tapi
juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan, dalam hal ini adalah pendidikan karakter.
Mengajar merupakan pelaksanaan dari proses pembelajaran dan menjadi proses
terpenting dalam pendidikan.
Pendidikan ketika zaman dahulu para orangtua dengan zaman sekarang
yang serba digital saat ini sudah tentuberbeda, salah satu contohnya adalah sikap
tawadhu’dimana pada zaman dahulu itu pendidikan hubungan antara murid dan
guru sangat kental dan harmonis, seorang murid sangat menghormati gurunya.
Bagi murid zaman dahulu memiliki pandangan bahwa kebarakahan sebuah ilmu
dan kesuksesan seorang murid sangat tergantung bagaimana bersikap kepada
gurunya. Seorang murid tidak akan mendapatkan kesuksesan dalam mencari ilmu
agama ataupun umum, serta kemanfaatan dari ilmu yang dimilikinya, selain
mengagungkan ilmu itu sendiri juga mengagungkan guru dengan menghormati
ahli ilmu.
Guru di masa itu benar-benar menjadi guru yang disegani dan digugu,
dan guru pada zaman dahulu tidak hanya menyampaikan knowledge tapi lebih
menitik beratkan pada adab dan nilai.Namun berbeda dengan saat ini dimana
guru dianggap seseorang yang hanya menyampaikan ilmu pengetahuan
(knowledge), sedangkan pendidikan nilai atau karakter kurang menjadi prioritas
dalam pembelajaran. Hakikatnya fungsi dari guru tidak memiliki perbedaan,
dimana guru saat dahulu dan sekarang sama. Di era sekarang dunia sistem
pendidikan lebih menitik beratkan pada sisi pengetahuan saja, sehingga untuk
transfer nilai dari etika, moral, sopan-santun kurang diperhatikan. Anak akan
lebih bangga jika mendapat nilai 100 dengan cara mencontek, dibanding dengan
anak yang mendapatkan nilai 75 namun dengan hasil belajar jujur.
Di dunia pendidikan, kata etika, akhlak, moral, tata krama, susila, adab,
sopan santun dan sepadannya tidak asing. Lebih-lebih dalam pendidikan Islam
yang sangat kental pendidikan karakter. Secara umum pengertian etika, akhlak,
moral, adab, susila adalah sama yaitu menentukan nilai dari suatu perbuatan yang
dilakukan manusia untuk menentukan baik buruknya. Meskipun secara
52
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |53
6
Abudin Nata, Akhlak tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 1996) 92-94
54|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020
7
Nurochim, Perencanaan Pembelajaran ilmu-ilmu sosial, (Jakarta: Rajagrafindo, 2013)148-
149
8
Lukamanul Hakim, “ Konsep Pendidikan karakter perspektif K.H Hasyim Asy’ari Studi
Kitab Adabul ‘alim Wal Muta’alim, Mediakita volume 3 No 1, Januari 2019
54
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |55
kakeknya.Pada tahun 1876 Kiai Asy’ari, ayah K.H Hasyim Asy’ari mendirikan
pondok pesantren yang dikenal dengan pesantren Keras,11 sebelahselatan kota
Jombang. Pada saat pendirian pesantren Keras K.H hasyim Asy’ari waktu itu
berusia 6 tahun.K.H.Hasyim Asy’ari menyaksikan secara langsung perjuangan
ayahnya untuk mendidik masyarakat dan menyelamatkan dari kebodohan.K.H
Hasyim adalah salah satu santri di pesantren tersebut.
K.H Hasyim Asy’Ari belajar kepada sang ayah hingga umur 13 tahun,
disela-sela belajar dengan sang ayah, K.H Hasyim Asy’ari menjadi badal 12untuk
menggantikan mengajar santrinya ketika sang ayah berhalangan hadir. Pada saat
K.H Hasyim Asy’ari berusia 15 tahun, ayahnya mengirimnyauntuk belajar
dibeberapa pesantren salahsatunya pondok pesantren asuhan Kyai Kholil
Bangkalan yang sangat terkenal dengan ilmu fikih dan tasawufnya. Pada usia 21
tahun beliau melaksanakan ibadah haji, selain untuk melaksanakan ibadah haji
K.H Hasyim Asy’ari juga ingin memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama
Islam. Guru-guru yang mengajar beliau selama menimba ilmu di Mekkah meliputi
Syaikh Mahfudz al-Turmusi, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syaikh Ahmad
Amin al-Aththar, sayyid Sultan bin Hashim, Sayyid Ahmad Zawawi, Syaikh Ibrahim
‘Arab, Sayyid Ahmad bin Hasan Al-Aththas, Syaikh Sa’id al-yamani, Sayyid Husain al-
Habshi, Sayyid abu bakar Shata’al-Dimyathi, Syaikh Rahmatullah, Sayyid Alwi bin
Ahmad al-Saqqaf, Sayyid ‘Abbas al-Maliki, Sayyid ‘Abdullah al-Zawawi, Syaikh Shalih
Bafadlal, dan terakhir Syaikh Sultan Hasyim Dagistani. Dari para guru-guru inilah
akan banyak mempengaruhi pola pemikiran di bidang amaliyah maupun bidang
pendidikan,termasuk juga didalamnya ada pendidikan etika dan moral.
11
Dinamakan pesantren Keras, karena letak nya didesa Keras, Jombang Selatan.Dalam
pesantren mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam, terutama dalam pendidikan moral.Lahan
Pesantren awalnya pemberian hadiah dari Kepala Desa setempat, kemudian dididrikan
pesantren Keras ini.Pada awal pendirian pesantren ini, pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang sederhana, didalam pesantren tidak hanya surau, tempat mukim santri, dan
tempat tinggal kyai.Surau disini tidak hanya digunakan sebagai tempat shalat tetapi juga
sebagai tempat mempelajari ilmu yang diadakan setelah selesai shalat fardhu.Kurikulumnya
yang digunakanpun juga masih sangat sederhana mengacu pada kitab yang menjadi pegangan.
Lihat, Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’Ari, Moderasi, Keutamaan dan
kebangsaan, (Jakarta; Kompas Media Nusantara, 2010) 37-38
12
Badal adalah pengganti (menggantikan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan)
56
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |57
13
Muhammad Abduh adalah Ulama pembaharuan Mesir yang memiliki pengaruh luas dalam
dunia Islam pada abad ke -20 hingga sekarang.
14
M.Solahudin.Biografi Rais ‘aam Syuriyah dan Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) sejak 1926 hingga sekarang (Jawa Timur: Zam Zam Pustaka,
2017) 13-14
58|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020
kepribadiannya yang kharismatik dan luhur, tetapi juga karena nilai spiritual yang
tinggi dan karamah yang dimiliki oleh beliau.
K.H Hasyim Asy’ari dengan Pondok Pesantren Tebuireng mewarnai
dunia pendidikan pesantren dengan metodologi tradisional.Islam klasik corak
yang digunakan oleh K.H Hasyim Asy’ari lebih mengedepankan aspek-aspek
normatif, tradisi belajar-mengajar, dan etika dalam belajar. Salah satu karya KH.
Hasyim Asy’ari yang terkenal adalah kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim, dimana
kitab itu adalah tulisan dari K.H Hasyim Asy’ari yang banyak dipengaruhi oleh
tradisi pendidikan Islam klasik seperti Imam Al-Ghazali dan Al-Zarnuji.15. Kitab
ini juga sampai sekarang masih menarik untuk dikaji di dunia pesantren maupun
didunia pendidikan formal.
C. Karya-karya KH Hasyim Asy’ari
15
Hartono Margono, K.H Hasyim Asy’ari dan Nahdlatul Ulama: Perkembangan Awal dan
Kontemporer, (Artikel Media Akademika, vol 26, No.3, Juli 2011) 338
16
M.Solahudin. Biografi Rais ‘aam Syuriyah dan Ketua Umum …….33
58
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |59
17
Ibid,33-34
18
Ibid
60|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020
19
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)
141
20
Abdul Ra’uf djabir, “ Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali dan Hasyim Asy’ari relevan
dengan Konsep Pembelajaran Aktif, Kreatif Efektif, menyenangkan dan Islam.
http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/jipi/article/view/2985. Di akses pada tanggal
13 Juni 2020, pukul 13.47 WIB
60
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |61
sifat baik atau tidaknya budi pekerti merupakan tanda diterimanya ibadah
seseorang di akhirat.21
Pendapat KH Hasyim Asy’Ari juga relevan dengan pendapat pakar
pendidikan Islam Dr Zakiyah Daradjat bahwa konsep pendidikan Islam
merupakan pendidikan yang ditujukan kepada perbuatan sikap mental yang akan
terwujud dalam amal perbuatan, baik darisegi keperluan diri sendiri maupun
orang lain. Pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis,
dimana ajaran agama Islam tidak ada pemisahan antara iman dan amal. Oleh
karena itu, pendidikan Islam adalah pendidikan iman dan pendidikan amal.Hal ini
dkarenakan dalam ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku
pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, dimana
pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan masyarakat.22
Selaras dengan pengertian Pendidikan yang tertulis dalam UU
23
SISDIKNAS Bab I tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan tereencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. 24
Karakter seorang murid tidak mungkin terbentuk tanpa adanya
pendidikan, dimana keberadaan pendidikan sangat penting tidak hanya
mencerdaskan manusia lewat pengetahuan, tetapi juga membangun kepribadian
agar seorang murid memiliki akhlak yang mulia.
KH Hasyim Asy’Ari dalam salah satu karyanya yang dikutip dalam
bukunya Samsul Nizar yang berjudul Fisafat pendidikan adalah kitab yang
berjudul adab al Alim wa al Muta’allim fi ahuwal Ta’allum wama Yataqaff al Mua’llim fi
25
Maqamat Ta’limih, dalam kitab tersebut KH Hasyim Asy’Ari merangkum
pemikirannya tentang Pendidikan Islam dalam 8 bab, yaitu:
1. Keutamaann Ilmu dan Keutamaan belajar Mengajar
2. Etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar
21
Hasyim Asy’Ari, Adab al-‘Alim Wa- Muta’allim, terj, Rosidin, (Malang: Litera Ulul Albab,
2013) 4
22
Zakiyah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017) 28.
23
Moh. Fachri, Urgensi Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Bangsa, (at-
taurus, Jurnal Studi Ke-Islaman, Vol. 1 No.1 Januari-Juni 2014) 143
24
UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika,
2003) 2.
25
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam.(Jakarta: Ciputat Press, 2002)87
62|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020
26
Ibid,102
27
KH. Hasyim Asy’Ari. Etika Pendidikan Islam, terj Mohammad Kholil (Yogyakarta: Titian
wacana 2007) 27
62
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |63
28
Ibid 41
64|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020
64
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |65
29
Rosidin, Pendidikan Karakter Khas Pesantren, Terjemahan Kitab Adabul ‘Alim Wal
Muta’alim ( Malang:Genius Media, 2014) 7
66|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020
mencari ilmu itu menyucikan hati dari segala kepalsuan, noda hati, dengki, iri hati,
aqidah yang buurk dan akahlak tercela. 30
Adapun pemikiran K.H Hasyim Asy’ari dalam pemikiran tentang pendidikan
karakter dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alimmeliputi :
1. Memurnikan niat
Didalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alimKH.Hasyim Asy’ari
menekankan adanya urgensi niat dalam kegiatan belajar mengajarkan ilmu,
karena kualiatas amal seseorang tergantung dari niat.31dalam suatu
pembelajaran antara murid dan guru dibutuhkan kemurnian niat dalam
mencari ilmu. Kemurnian itu semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah
SWT bukan yang lain, begitupun ketika mengamalkan ilmu yang diperolehnya
juga dengan niat mengharapkan ridha Allah SWT., tidak memiliki tujuan
yang bersifat duniawi, misalnya karena jabatan, kepemimpinan, atau
penghormatan.
Niat meruapak suatu pekerjaan yang pertama kali dilakukan sebelum
mengawali pekerjaan.Tujuan daripada niat untuk memohon kepada Allah
SWT, agar segaal pekerjaan diberikan kemudahan dan mengharap ridho-
Nya.Konsep niat K.H Hasyim Asy’ari dalam Adabul ‘Alim Wal Muta’alim,
hendaknya guru dan dan murid selalu memurnikan niat ddalam memeproleh
ilmu, mencari ilmu, dan menyebarkan ilmu hanya karena mengharap ridha
Allah SWT. Dengan niat yang baikakan mendekat diri kepada Allah SWT.
2. Berperilaku Qana’ah
Dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim, diterangkan oleh
KH.Hasyim Asy’ari berkaitan konsep Qana’ah bahwa seorang murid dan
guru harus memiliki sifat menerima apa yang telah diberikan kepadanya yaitu
bersikap Qana’ah daalm kehidupan murid dan guru, baik dari segi makanan,
pakaian, yang dimilikinya dan bersabar atas keadaan ekonomi dalam
kehidupan murid dan guru.
30
Ibid 34
31
M.Mubasysyarum Bih,” Menata niat Belajar dan mengajar Menurut K.H Hasyim
Asy’ari.”http://islam.nu.or.id/post/read/111313/menata-niat-belajar-dan-mengajar-menurut-
kh-hasyim-asy’ari. Diakses pada tanggal 13 Juni 2020, pukul 19.37.
66
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |67
Dalam mencari ilmu baik guru dan murid harus memiliki sifat sabar.
Murid harus bersabar menghadapi sikap sang guru, dan tetap menghormati
guru meskipun guru tersebut telah berbuat kesalahan. Begitu sebaliknya
seorang guru juga harus bersabar dalam menghadapi murid yang nakal, atau
berperilaku yang tidak baik terhadap guru. Seorang guru harus memiliki rasa
kaish sayang yang besar terhadap muirdnya, karena itu yang akan
mengantarkan muridnya mencapai keberhasilan dalam mencari ilmu.
7. Menghindari hal-hal yang kotor dan maksiat
Menurut KH. Hasyim Asy’ari hendakya guru dan murid senantiasa
menghindari sifat-sifat yang tidak baik.Misalnya, mabuk-mabukan, berjudi,
zina, mencuri.Perbuatan-perbuatan tidak baik itu dapat menghalangi
pemahaman seorang murid dalam mendapat ilmu dan juga menjauhkan diri
dari Allah SWT.
68
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |69
santun kepada gurunya. Dengan adanya sikap santun ini, maka tidak akan adalagi
kasus antara murid dan guru berseteru. Kejadian –kejadian akan mengalami
penurunan. Etika murid dengan guru, menganggap guru adalah orang yang
mulia karena memiliki ilmu pengetahuan yang lebih tinggi, dengan
memulyakannya akan memperoleh kemudahan dalam belajar dan mendapatkan
kemanfaatan dari ilmu tersebut. Rasa hormat kepada guru memiliki relevansi
dengan pendidikan karakter santun.Murid memiliki adab terhadap gurunya
berdasarkan sifat halus dan baim perilakunya, bersikap menghormati
memuliakan, menghargai dan bersikap ramah.
Kelima, seorang murid hendaknya mengetahui dan mengerti hak-hak
dari sang guru dan tidak melupakan keutamaan-keutamaan dan jasa-jasanya.
Murid juga mendoakan gurunya dimanapun berada baik ketika gurunya itu amsih
hidup atau telah meninggal dunia, serta menjalin silaturahmi dengan keluarga dan
orang-orang terdekat yang dicintainya.
Nilai pendidikan karakter dari etika murid terhadap hak-hak dan jasa-
jasa dari sang guru ialah bertanggungjawab.Seorang murid harus memahami tugas
dan kewajiban sebagais eorang murid. Muridhendaknya mengetahui akan hak-hak
sang guru dengan tetap menjaga hubungan silaturahmi dan menghormatinya,
meskipun sang guru telah meninggal dunia, murid tetap harus berhubnungan baik
dengan keluarga dan orang-orang terdekat dari sang guru tersebut.
Keenam, seorang murid harus memiliki rasa sabar atas sikap dan perilaku
guru yang menyenangkan atau tidak menyenangkan.Appabila seorang guru
berperilaku yang tidak mneyenangkan terhadap murid. Sikap dan perilaku yang
seperti ini tidak mengurangi rasa penghormatan murid terhadap guru, dan murid
tidak boleh memiliki anggapan apa yang dilakukan oleh gurunya adalah sebuah
kekhilafan.
Murid harus tabah dalam ujian dan cobaan ketika sedang menuntut ilmu.
Pendidikan karakter yang harus diterapkan oleh seorang murid dalam menuntut
ilmu menurut K.H Hasyim Asy’Ari adalah sikap sabar. Menuntut ilmu harus
sabar, dengan sabar seorang murid akan memperoleh ilmu yang bermanfaat dari
sang guru.sudah menjadi keharusan seorang murid dalam menuntut ilmu
memiliki sifat kesabaran. Namun sebaliknya seorang murid yang tidak memiliki
70
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |71
sikap sabar, maka murid tersebut tidak mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan
sia-sia. Dengan bersikap sabar seorang murid akan mendapatkan tempat yang
istimewa tidak hanya dihadapan gurunya, tetapi juga di hadapan Allah SWT.
Ketujuh, seorang murid ketika memasuki ruangan guru hendaklah
meminta izin terlebih dahulu, baik ketika guru itu sedang sendirian atau bersama
orang lain. Mengetuklah pintu secara sopan dan pelan-pelan sebanyak tiga kali
dan mengucapakan salam. Sikap seperti ini akan membiasakan seorang murid
untuk berperilaku soapn santun dengan siapapun. Dan ini juga sesuai dengan
pemikiran K.H Hasyim Asy’ari yiatu sopan santun. Dimana sikap sopan santun
terhadap guru akan mempermudah murid memperoleh kemanfaatan suatu ilmu.
Memuliakan guru itu salah satunya dengan bersikap sopan santun.
Kedelapan, seorang murid ketika duduk berhadapan dengan sang guru,
hendaknya duduk dengan sikap sopan santun. Cara duduk yang baik dan sopan
dihadapan guru yaitu duduk dengan cara bertumpu di atas lutut (bersimpuh),
duduk ketika sedang tasyahud.,atau duduk bersila. Muka jangan dipalingkan dari
pandangan guru, dan pandangan mata mengarah kebawah. Mengahdap guru itu
penuh dengan sikap konsentrasi dan dan memperhatikan setiap penjelasan guru,
supaya sang guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasannya. Konsep K.H
hasyim Asy’ari dalam etika kedelapan memiliki relevansi dengan pendidikan
karakter kerja keras.dimana kesungguhan untuk tetap fokus dan berkonsentrasi
ketika dihadapan guru, serta menyimak baik-baik penjelasan dari sang guru.
Kesembilan, ketika seorang murid berbicara kepada sang guru hendaklah
berbicara dengan baik,sopan, dan tidak bernada tinggi. Jika murid ingin meminta
penjelasan lebih lanjut dari sang guru, hendaknya mengutarakan maksudnya
dengan bahasa yang santun. Konsep pendidikan karakter yang sesuai adalah sikap
sopan santun.Bersikap sopan dan santun bisa dilakukan dengan berbicara yang
baik dan menjauhkan berprasangka yang buruk terhadap guru.
Kesepuluh, etika murid mendengarkan ketika guru menjelaskan,
keterangan, hikmah yang murid tersebut telah diketahui oleh muridnya,
hendaknya murid tetap menyimak dengan tennag dan santun seolah-olah belum
mengetahui sebelumnya. Meskipun seorang murid mengetahui pelajaran yang
disampaikan oleh guru, atau guru tersebut mengulangnya hendaknya murid tetap
72|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020
72
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |73
agar di rawat daengan baik, serta tidak merubah apapun bentuk yang ada di
benda tersebut, kecuali telah ada sejak benda itu diberikan kepada murid.
5. Sabar
Murid dan guru harus sama-sama menjung tinggi sikap sabar, karena
dengan sikap sabar ini memudahkan dalam menyerap ilmu.Murid harus sabar
dengan perlakuan guru, sebaliknya guru juga harus bersabar menghadapi
perlakuan murid.
6. Patuh
Sikap murid melakasanakan dengan sepenuh hati apa yang diperintahkan
guru, tidak membantah terhadapa apa yang diucapkan guru kepada muridnya.
Murid juga senantiasa meminta restu dari sang guru sebelum melakukan
sesuatu dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT
7. Sopan santun
Murid memiliki pandangan mulia terhadap gurunya, karena dengan cara
ini seorang akan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendekat akan
keberhasilan dalam meraih ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
E. Kesimpulan
K.H Hasyim Asy’ari merupakan ulama pemikir pendidikan Islam yang
berpengaruh di Indonesia.Beliau juga seorang pendiri pondok pesantren
Tebuireng, Jombang yang banyak melahirkan ulama-ulama besar di Indonesia.
Pemikiran KH. Hasyim tentang pendidikan terbukukan dalam kitab Adabul’Alim
Wal Muta’lim.Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh KH.Hasyim Asy’ari
pada pendidikan etika.Adapun pendidikan etika Ada 8 etika yang dikembangkan.
Penulis memfokuskan bagian etika yang ketiga yaitu Etika murid
terhadap guru. dalam etika ini KH memaparkan ada 12 etika
diantara;memurnikan niat, dimana guru dan murid dalam proses pembelajaran
harus diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT, berperilaku Qana’ah, dengan
berperilaku Qana’ah mempermudah dalam menerima ilmu dan sikap akhlak mulia.
Wara’, dalam kehidupan guru dan murid harus berperilaku wara’ karena dapat
membantu dalam mencapai kesuksesan dalam pembelajaran. Tawadhu’, guru dan
murid harus sama-sama memiliki sikap tawadhu’ supaya proses belajar mengajar
74
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |75
diberikan kemudahan dalam memahami sebuah ilmu. Zuhud, guru dan murid
bersikap zuhud dalam kehidupannya karena dengan sikap ini dapat mempermudah
dalam memahami ilmu. Sabar, guru dan murid harus bersabar dalam segala aspek
kehidupan karena sikap ini dapat mengantarkan kesuksesan/ keberhasilan sebuah
ilmu. Menghindari hal-hal yang kotor dan tidak baik, dengan menghindari
perbuatan tidak baik, guru dan mendekatkan pemahaman terhadap sebuah ilmu
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai sumber ilmu.
76|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020
F. DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Hasyim. Adabul al’Alim Wa-Muta’allim terj Rosidin. Malang: Litera Ulul
Albab. 2013.
Fachri, Moh. “Urgensi Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Bangsa”,
at-taurus, Jurnal Ke-islaman.Volume 1 NO.1, Januari-Juni 2014.
Rosidin. Pendidikan Karakter Khas Pesantren, Terj Kitab Adabul ‘Alim Waal Muta’alim.
Malang: Genius Media. 2014.
Solahudin, M. Biografi Rais ‘aam Syuriah dan ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) sejak 1926 hingga sekarang. Jawa Timur: Zam-Zam.
2017.
76
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |77
Djabir, Abdul Rauf,” Pemikirann Pendidikan Al-Ghazali dan Hasyim Asy’ari relevan
dengan konsep Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Islam.
http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/jipi/article/view/298
5. Di akses pada tanggal 13 Juni 2020, pukul 13.47 WIB
M. Mubasysyarum, Bih., “Menata niat Belajar dan mengajar Menurut K.H Hasyim
Asy’ari.” http://islam.nu.or.id/post/read/111313/menata-niat-belajar-
dan-mengajar-menurut-kh-hasyim-asy’ari. Diakses pada tanggal 13 Juni
2020, pukul 19.37 WIB.