90-Article Text-235-1-10-20200626

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 29

PERSPEKTIF KH HASYIM ASY’ARI TENTANGETIKA MURID

TERHADAP GURU DAN RELEVANSINYA DALAM PENDIDIKAN


KARAKTER

Oleh :

Nurul Hidayah, Muqowim, Radjasa Mu’tasim


(Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta)

Abstrak:
Kondisi degradasi moral yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia sekarang
ini memprihatinkan. Banyak ditemukan kasus-kasus tindakan amoral yang terjadi
antara murid dan guru. Guru sebagai sosok yang digugu dan dituru sudah tidak
berlaku lagi. Minimmnya pengetahuan tentang etika murid terhadap guru.Oleh
karena itu murid hendaknya mendapatkan pengetahuan tentang etika itu dari guru
itu sendiri, mengkaji buku-buku tentang etika murid, atau mengikuti kegiatan kajian-
kajian yang membahas tentang etika murid.Penulisan ini fokus untuk mengetahui
etika murid terhadap guru menurut K.H.Hasyim Asy’ari dan relevansinya dalam
pendidikan karakter.KH. Hasyim Asy’aridalam kitab Adabul Al A’limWa al
Muta’allimdalam materi etika murid terhadap guru ada 12 nilai. memiliki relevansi
dengan pendidikan karakter yang dibutuhkan oleh generasi bangsa saat ini.
Diantara keduabelas nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam etika murid
terhadap guru yaitu, religius,toleransi, kerja keras, tanggungjawab, sabar, patuh, dan
sopan santun. Dari pemaparan diatas, bahwa pendidikan etika dari K.H .Hasyim
Asy’ari melalui kitab Adabul Al A’limWa al Muta’allim masih relevan dengan kondisi
pendidikan yang ada di Indonesia saat ini.
Kata Kunci:Etika murid terhadap guru, K.H. Hasyim Asy’ari, Pendidikan Karakter
A. Pendahuluan
Pendidikan adalah usaha yang ditempuh manusia dalam rangka
memperoleh ilmu pengetahuan, kemudian dijadikan dasar atau prinsip
berperilaku dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Proses pendidikan yang
dilakukan manusia menghasilkan sikap dan berilaku, yang akhirnya akan menjadi
watak, kepribadian dan karakter. Mustahil seseorang akan memiliki karakter yang
baik tanapa dengan pendidikan.
Karakter erat kaitannya dengan watak dan pribadi seseorang dalam
kehidupan sehari-hari.Banyak menjadi sorotan sekarang ini terkait dengan
karakter seseorang. Banyak kejadian yang membuat seseorang terjerat hukum
karena perbuatan yang berkaitan dengan karakter, banyak korupsi dan pencucian
uang yang dilakukan para pejabat itu menanndakan bahwa pendidikan di
50|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

Indonesia selama ini belum menyentuh pada pendidikan karakter. Jika kebiasaan-
kebiasaan ini terus dipelihara maka tak mustahil akan berimbas pada generasi
bangsa. Bangsa ini akan hancur jika masalah moralitas generasi tidak cepat
dicarikan solusi dalam pendidikan karena adanya perkembangan teknologi yang
semakin canggih mengakibatkan adanya pergeseran baik nilai atau perilaku.
Dunia pendidikan sedang menghadapi gencar isu tentang pendidikan
karakter.Pendidikan karakter saat ini menjadi kunci pokok dalam pembangunan
nasional. Sebagaimana yang diungkap oleh presiden Republik Indonesia pertama
Ir Soekarno, dikatakan “ bahwa tidak ada pembagunan nasional tanpa adanya
pendidikan karakter”.Memiliki karakter yang baik merupakan pondasi untuk
meningkatkan kesejahteraan umat manusia dan pembangunan secara menyeluruh.
Pada tahun 2010 kementerian pendidikan dan kebudayaan telah
mempromosikan pendidikan karakter di lembaga sekolah maupun
madrasah.Perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin cepat ini memiliki
dampak positif dan juga negatif. Salahsatu dampak positifnya bagi kemajuan
sebuah peradaban bangsa, namun tak sedikit ada dampak negatifdari
perkembangan tersebut, salah satunya tindakan amoral. Banyak dijumpai berita-
berita di televisi, radio, internet, koran, adanya kasus seorang murid yang terlibat
dalam perilaku tindakan amoral terhadap gurunya yang menimbulkan
keprihatinan semua pihak.
Hal ini terlihat dari rendahnya nilai-nilai etika yang terjadi dikalangan
murid tidak bisa dipungkiri ketika etika murid semakin hari semakin
memprihatinkan.Begitu banyak kasus dan berita seorang murid melawan dan
memperlakukan gurunya dengan semena-mena.Kasus konflik antara siswa dan
guru yang berujung pada kriminalitas pun sering terjadi. Guru yang seharusnya
dihormati dan disegani, sekarang justru dilawan dan tidak lagi
dihormati,muridjustru bangga memiliki sikap tidak terpuji itu. Namun demikian
sepertinya belum ada hal yang cukup berarti yang telah dilakukan oleh orang-
orang terdekatnya termasuk guru dan orangtua untuk mengatasi masalah ini.
Degradasi moral ditandainya dengan adanya penurunan sikap sopan
santun, ramah, menghormati, dan gotong-royong dalam masyarakat.Disamping
itu juga perilaku anarkis marak terjadi di kalangan murid.Dizaman yang serba

50
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |51

modern ini, generasi muda bangsa mengalami ancaman yang serius mengenai
tindakan amoral. Hai ini terlihat dari rendahnya nilai-nilai yang terjadi di kalangan
anak sekolah saat ini, seperti yang termuat dalam berita :
Sahur di Sukmajaya, Depok telan Koran, 11 pelajar diamankan.
Ketika menjelang sahur, pelaku yang rata-rata berstatus pelajar itu
menelan korban dengan luka bacok di bagian tangan.1

I6 remaja akan tawuran di bantu, bawa celurit hingga gir. Sebanyak


16 remaja diamankan polisi di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta (DIY).Remaja yang sebagian besar berstatus pelajar di
amankan karena diduga hendak tawuran. Dari tangan mereka polisi
menyita botol kaca, senjata tajam, gir motor yang di modifikasi
hingga bebrapa batang kembang api. Saat ini polisi masih melakukan
pemeriksaan terhadap 16 remaja tersebut.2

Masih di tahun yang samaContoh lain kasus di Sulawesi ada seorang


guru dipolisikan oleh muridnya hanya karena mencubit murid
tersebut yang tidak mengikuti kelas Mata pelajaran Kewirausahaan.3

Tak terima ditegur, 3 pelajar SMA di Kupang aniaya guru,


penganiayann itu terjadi ketika di dalam kelas, awalnya sang guru
menegur ketiga siswa tersebut karena belum mengisi absen kelas.
Tak terima dengan teguran tersebut, ketiga pelajar itu langsung
menganiaya guru hingga terjatuh.4

Kasus serupa juga terjadi di NTT seorang guru SMAN dikeroyok


tiga muirdnya, pengeroyokan itu gegara daftar hadir atau absen
ujian.5

Dari kasus-kasus diatas, karakter pelajar atau murid saat ini sedang
mengalami keguncangan diakibatkan karena berbagai faktor salah satunya
kurangnya pendidikan etika murid yang diajarkan di sekolah ataupun dirumah.
Guru yang seharusnyadigugu dan ditirukini tidak ada lagi rasa patuh dan hormatnya
pada guru sudah mulai menghilang.
Guru merupakan sosok pengganti kedua orangtua ketika di sekolah yang
sudah seharunya dihormti dan dijunjung tinggi martabatnya, bukan malah

1
Detik.com Selasa, 12 Mei 2020
2
Detik.com. Selasa, 07 Mei 2019
3
RakyatPos.com. Kamis, 28 Februari 2020
4
Liputan6.com. Kamis,05 Maret 2020
5
Detik.com. Kamis, 05 Maret.2020
52|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

dilaporkan atau dianiaya disebabkan karena hal sepele yang dilakukan oleh
seorang guru. Guru merupakan bagian terpenting dalam kegiatan proses
pembelajaran. Tugas utama seorang guru tidak hanya mengajarkanknowlade tapi
juga mengajarkan nilai-nilai kehidupan, dalam hal ini adalah pendidikan karakter.
Mengajar merupakan pelaksanaan dari proses pembelajaran dan menjadi proses
terpenting dalam pendidikan.
Pendidikan ketika zaman dahulu para orangtua dengan zaman sekarang
yang serba digital saat ini sudah tentuberbeda, salah satu contohnya adalah sikap
tawadhu’dimana pada zaman dahulu itu pendidikan hubungan antara murid dan
guru sangat kental dan harmonis, seorang murid sangat menghormati gurunya.
Bagi murid zaman dahulu memiliki pandangan bahwa kebarakahan sebuah ilmu
dan kesuksesan seorang murid sangat tergantung bagaimana bersikap kepada
gurunya. Seorang murid tidak akan mendapatkan kesuksesan dalam mencari ilmu
agama ataupun umum, serta kemanfaatan dari ilmu yang dimilikinya, selain
mengagungkan ilmu itu sendiri juga mengagungkan guru dengan menghormati
ahli ilmu.
Guru di masa itu benar-benar menjadi guru yang disegani dan digugu,
dan guru pada zaman dahulu tidak hanya menyampaikan knowledge tapi lebih
menitik beratkan pada adab dan nilai.Namun berbeda dengan saat ini dimana
guru dianggap seseorang yang hanya menyampaikan ilmu pengetahuan
(knowledge), sedangkan pendidikan nilai atau karakter kurang menjadi prioritas
dalam pembelajaran. Hakikatnya fungsi dari guru tidak memiliki perbedaan,
dimana guru saat dahulu dan sekarang sama. Di era sekarang dunia sistem
pendidikan lebih menitik beratkan pada sisi pengetahuan saja, sehingga untuk
transfer nilai dari etika, moral, sopan-santun kurang diperhatikan. Anak akan
lebih bangga jika mendapat nilai 100 dengan cara mencontek, dibanding dengan
anak yang mendapatkan nilai 75 namun dengan hasil belajar jujur.
Di dunia pendidikan, kata etika, akhlak, moral, tata krama, susila, adab,
sopan santun dan sepadannya tidak asing. Lebih-lebih dalam pendidikan Islam
yang sangat kental pendidikan karakter. Secara umum pengertian etika, akhlak,
moral, adab, susila adalah sama yaitu menentukan nilai dari suatu perbuatan yang
dilakukan manusia untuk menentukan baik buruknya. Meskipun secara

52
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |53

terminologis masing-masing memiliki makna yang berbeda jika dilihat dari


patokan untuk menentukan baik dan buruk.6
Selain guru, murid merupakan komponen penting dalam
pendidikan.Sudah seharusnya murid dalam pembelajaran memperhatikan etika
yang dimiliki oleh seorang murid, baik disekolah, madrasah, atau pondok
pesantren.Etika itu tidak sekedar dihafalkan didalam ingatan, namun juga di
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika seorang murid memiliki etika
yang baik dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat akan
melihat murid itu sebagai anak baik. Sebaliknya, jika seorang murid itu memiliki
etika yang buruk, maka masyarakat pun akan melihat sebagai anak yang
berperilaku buruk. Ketika murid sudah menerapkan etika yang baik dalam
kehidupan sehari-hari dan dilakukan secara terus menerus maka akan menjadi
sebuah kebiasaan yang baik, jika kebiasaan itu telah menyatu dalam hati dan
pikiran, maka akan menjadi kebiasaan baik, dan ketika kebiasaan baik terus
menerus di terapkan dalam kehidupan-sehari-hari, akan menjadi sebuah karakter
dan watak yang baik.
Seorang murid tidak seharusnya hanya memprioritaskan aspek knowladge
nya saja, disamping itu juga memiliki etika yang baik agar memiliki keseimbangan
antara ilmu pengetahuan yang diterima dengan etika yang dimiliki murid
tersebut.Oleh karena itu, murid sebagai orang terdidik haruslah memperhatikan
etika atau adab baik terhadap dirinya sendiri, guru, maupun dengan orang lain.
Dengan begitu tujuan utama pendidikan akantercapai, selain pandai dalam ilmu
pengetahuan juga memiliki akhlak yang terpuji.
Dengan adanya kasus-kasus yang terjadi belakangan ini,yang
banyakmelibatkan murid dan guru. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan
murid tentang etika yang harus dimiliki oleh murid dalam menuntut ilmu. Untuk
itu murid harus diberi pengetahuan mengenal hal tersebut, baik melalui gurunya
langsung, belajar dari buku-buku tentang etika seorang murid, atau dengan
diikutkan kegiatan kajian-kajian yang membahas tentang etika seorang murid.

6
Abudin Nata, Akhlak tasawuf (Jakarta: Rajawali Pers, 1996) 92-94
54|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

Etika murid terhadap guru memilki tujuan membentuk karakter bagi


murid. Nilai karakter itu meliputi sikap religius, percaya diri, rasional, logis, kritis,
analitis, kreatif, inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu,
berhati-hati, rela berkorban, pemberani, jujur, menepati janji, berhati lembut,
pemaaf, rendah hati, malu ketika berbuat salah, hemat, inisiatif, menghargai
waktu, kerja keras, toleransi, dedikatif, tabah, terbuka, tertib, sportif, terbuka,
cinta keindahan, proaktif, ramah. Setiap individu juga memiliki kesadaran untuk
berperilaku yang tebaik, unggul, dan memiliki individu yang mampu bertindak
sesuai potensi dirinya.7
Berkaitan denganpendidikan etika, penulis memilih KH Hasyim Asy’ari
sebagai tokoh utama dalam kajian inikarena beberapa pertimbangan. Pertama,
KH Hasyim Asy’ari adalah seorang pendidik tradisional, dengan konsep
pendidikan tradisional yang banyak melahirkan ulama-ulama di tanah Jawa. Kedua,
K.H Hasyim Asy’ari seorang ulama besar yang sudah tidak diragukan lagi
kapasitas moral serta intelektualnya, dimana produk pemikirannya dapat
ditemukan dalam berbagai bidang keilmuan.Pemikiran K.H Hasyim Asy’ari
merupakan hasil aktualisasi diri dari paham keagamaannya.Ketiga,pemikiran K.H
Hasyim Asy’ari mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan pemikiran dan
praktek Islam di tanah air melalui santri-santri yang belajar di pesantren yang
didirikannya, yaitu Pondok Pesantren Tebu ireng Jombang.KeempatK.H Hasyim
Asy’ari adalah satu tokoh pemikir Islam klasik di Indonesia dengan membawa
pemikiran tentang kemajuan yang mana tidak hanya merespon pengaruh barat
dari segi sosial budaya namun mengajak kembali kepada dasar-dasar Islam
melalui pendidikan karakter.8
Kitab Adabul Al A’limWa al Muta’allimsebagai karya KH Hasyim
Asy’ari.Menurut penulis pemikiran KH Hasyim Asy’ari tentang etika murid erat
hubungannya dengan suasana keagamaan serta kesederhanaan.Muara dari sebuah
perjalanan pendidikan adalah pendidikan karakter.

7
Nurochim, Perencanaan Pembelajaran ilmu-ilmu sosial, (Jakarta: Rajagrafindo, 2013)148-
149
8
Lukamanul Hakim, “ Konsep Pendidikan karakter perspektif K.H Hasyim Asy’ari Studi
Kitab Adabul ‘alim Wal Muta’alim, Mediakita volume 3 No 1, Januari 2019

54
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |55

Dengan melihat problematika diatas, khususnya terkait masalah di


kalangan murid, konsep etika KH Hasyim Asy’Ari sekiranya menarik untuk
dikaji, yang nantinya dapat dijadikan sebagai sebuah tawaran solusi alternatif
untuk menjawab problematika yang berkaitan dengan etika dan moral saat ini,
sehingga akan melahirkan kepribadian murid yang menuntut ilmu melalui kerja
hati dan akal.
B. Biografi KH Hasyim Asy’ari

KH Hasyim Asy’ari lahir didesa Nggedang sekitar dua kilometer sebelah


Timur kabupaten Jombang, Jawa Timur, pada Selasa Kliwon, tanggal 14 Februari
1871, bertepatan dengan 24 DzulHijjah 1287. Nama lengkapnya adalah
Muhammad Hasyim ibn Asy’ari ibn Abd.Al wahid ibn Abd Al Halim yang
mempunyai gelar pangeran Bona ibn Abd Al Rahman ibn Abd Al.Azizi Abd Al
Fatah ibn Maulana Ushak dari Raden Ain al Yaqin atau sunan Giri.9KH Hasyim
Asy’ari merupakan keturunan raja muslim Jawa, Jaka Tingkir dan raja Hindu
Majapahit Brawijaya VI.10 Dari ayah, nasab KH Hasyim Asy’ari bersambung
kepada Maulana Ishak hingga Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir, sedangkan
dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada raja BrawijayaVI (Lembu peteng),
yang berputra Karebet atau Jaka Tingkir. Jaka Tingkir adalah raja Pajang pertama
(1568M).KH Hasyim Asy’ari adalah putra ke 3 dari sepuluh
bersaudara.Dilingkungan pesantren inilah KH Hasyim Asyari mendapat
pendidikan pondasi agama yang kuat.Usia lima tahun KH Hasyim Asy’ari
mendapat pendidikan langsung dari sang ayah dan sang kakek di Pesantren
Gedang.
Pengalaman K.H Hasyim Asy’ari diwaktu kecil memiliki pengaruh dalam
kehidupan selanjutnya. Beliau mengetahui bagaimana ayahnya mendirikan
pondok pesantren, sebelumnya K.H Hasyim Asy’ari tinggal bersama kakeknya,
sehingga pengalaman inilah yang menjadikan alasan kuat kenapa K.H Hasyim
Asy’ari nantinya ingin membangun pondok pesantren seperti ayah dan

Abuddin, Nata, Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Raja


Grafindo Persada, 2005) 113
10
Lathiful Khuluq, Fajar KebangunanUlama, Biografi KH Hasyim Asy’Ari (Yogyakarta:
LKis, 2008) 17
56|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

kakeknya.Pada tahun 1876 Kiai Asy’ari, ayah K.H Hasyim Asy’ari mendirikan
pondok pesantren yang dikenal dengan pesantren Keras,11 sebelahselatan kota
Jombang. Pada saat pendirian pesantren Keras K.H hasyim Asy’ari waktu itu
berusia 6 tahun.K.H.Hasyim Asy’ari menyaksikan secara langsung perjuangan
ayahnya untuk mendidik masyarakat dan menyelamatkan dari kebodohan.K.H
Hasyim adalah salah satu santri di pesantren tersebut.
K.H Hasyim Asy’Ari belajar kepada sang ayah hingga umur 13 tahun,
disela-sela belajar dengan sang ayah, K.H Hasyim Asy’ari menjadi badal 12untuk
menggantikan mengajar santrinya ketika sang ayah berhalangan hadir. Pada saat
K.H Hasyim Asy’ari berusia 15 tahun, ayahnya mengirimnyauntuk belajar
dibeberapa pesantren salahsatunya pondok pesantren asuhan Kyai Kholil
Bangkalan yang sangat terkenal dengan ilmu fikih dan tasawufnya. Pada usia 21
tahun beliau melaksanakan ibadah haji, selain untuk melaksanakan ibadah haji
K.H Hasyim Asy’ari juga ingin memperdalam ilmu pengetahuan tentang agama
Islam. Guru-guru yang mengajar beliau selama menimba ilmu di Mekkah meliputi
Syaikh Mahfudz al-Turmusi, Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, Syaikh Ahmad
Amin al-Aththar, sayyid Sultan bin Hashim, Sayyid Ahmad Zawawi, Syaikh Ibrahim
‘Arab, Sayyid Ahmad bin Hasan Al-Aththas, Syaikh Sa’id al-yamani, Sayyid Husain al-
Habshi, Sayyid abu bakar Shata’al-Dimyathi, Syaikh Rahmatullah, Sayyid Alwi bin
Ahmad al-Saqqaf, Sayyid ‘Abbas al-Maliki, Sayyid ‘Abdullah al-Zawawi, Syaikh Shalih
Bafadlal, dan terakhir Syaikh Sultan Hasyim Dagistani. Dari para guru-guru inilah
akan banyak mempengaruhi pola pemikiran di bidang amaliyah maupun bidang
pendidikan,termasuk juga didalamnya ada pendidikan etika dan moral.

11
Dinamakan pesantren Keras, karena letak nya didesa Keras, Jombang Selatan.Dalam
pesantren mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam, terutama dalam pendidikan moral.Lahan
Pesantren awalnya pemberian hadiah dari Kepala Desa setempat, kemudian dididrikan
pesantren Keras ini.Pada awal pendirian pesantren ini, pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang sederhana, didalam pesantren tidak hanya surau, tempat mukim santri, dan
tempat tinggal kyai.Surau disini tidak hanya digunakan sebagai tempat shalat tetapi juga
sebagai tempat mempelajari ilmu yang diadakan setelah selesai shalat fardhu.Kurikulumnya
yang digunakanpun juga masih sangat sederhana mengacu pada kitab yang menjadi pegangan.
Lihat, Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy’Ari, Moderasi, Keutamaan dan
kebangsaan, (Jakarta; Kompas Media Nusantara, 2010) 37-38
12
Badal adalah pengganti (menggantikan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan)

56
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |57

Disebutkan pula bahwa K.H Hasyim Asy’ari juga mengoleksi karya-karya


13
Muhammad Abduh.
KH Hasyim Asy’ari mendirikan Pesantren Tebuireng Jombang, desa
yang dipandang hitam untuk menyebarkan ilmu agama masyarakat tebuireng saat
itu mengalami perubahann nilai akibat penanaman tebu dengan sistem sewa, yang
akhirnya menimbulkan kebiasaan berjudi, mabuk-mabukkan, perzinaan, dan
perampokan. Dengan kondisi seperti ini yang menarik dari KH Hasyim Asy’ari
adalah mendirikan Pondok Pesantren di tempat tersebut, bahkan dari keluarga
beliau sendiri sudah ada Pondok Pesantren, bukan K.H Hasyim Asy’ari kalau
tidak mencari pengalaman diluar pesantrennnya. K.H Hasyim Asy’ari ingin
mengembangkan ilmunya dengan mendirikan pondok pesantren dan
keinginannya untuk memperbaiki kebiasaan buruk yang ada di wilayah Tebuireng
tersebut.Kondisi Tebuireng pada awalnya hanya dibangun dari sebuah teratak
rumah yang berdinding bambu, yang memiliki luas beberapa meter berbentuk
bujur sangkar. Rumah tersebut dibagi menjadi dua satu untuk tempat tinggal KH
Hasyim Asy’ari dan satunya untuk tempat ibadah. Pada mulanya K.H Hasyim
Asy’ari “ meminjam” delapan santri dari pesantren ayahnya. Delapan santri
tersebut bertugas membantu K.H Hasyim Asy’ari untuk mendirikan pondok
pesantren.Hal ini adalah sudah menjadi kebiasaan di lingkungan pesantren.Kyai
Asy’ari juga telah memberi restu kepada putranya K.H Hasyim Asy’ari untuk
mendirikan Pondok Pesantren, karena telah mengakui kealiman putranya
sehingga sangat didukung untuk mendirikan pesantren sendiri.14
Seiring perjalanan waktu teratak itu bertambah dari yang mulanya hanya
satu kemudian bertambah dan proses pembangunannya dibantu dengan
kerjabakti para santri yang waktu itu berjumlah 28 santri. Tak lama kemudian
banyak santri yang berdatangan untuk belajar agama Islam dipesantren.
Keberhasilan KH. Hasyim Asy’ari dalam berdakwah pada waktu tak lepas dari

13
Muhammad Abduh adalah Ulama pembaharuan Mesir yang memiliki pengaruh luas dalam
dunia Islam pada abad ke -20 hingga sekarang.
14
M.Solahudin.Biografi Rais ‘aam Syuriyah dan Ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) sejak 1926 hingga sekarang (Jawa Timur: Zam Zam Pustaka,
2017) 13-14
58|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

kepribadiannya yang kharismatik dan luhur, tetapi juga karena nilai spiritual yang
tinggi dan karamah yang dimiliki oleh beliau.
K.H Hasyim Asy’ari dengan Pondok Pesantren Tebuireng mewarnai
dunia pendidikan pesantren dengan metodologi tradisional.Islam klasik corak
yang digunakan oleh K.H Hasyim Asy’ari lebih mengedepankan aspek-aspek
normatif, tradisi belajar-mengajar, dan etika dalam belajar. Salah satu karya KH.
Hasyim Asy’ari yang terkenal adalah kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’allim, dimana
kitab itu adalah tulisan dari K.H Hasyim Asy’ari yang banyak dipengaruhi oleh
tradisi pendidikan Islam klasik seperti Imam Al-Ghazali dan Al-Zarnuji.15. Kitab
ini juga sampai sekarang masih menarik untuk dikaji di dunia pesantren maupun
didunia pendidikan formal.
C. Karya-karya KH Hasyim Asy’ari

KH Hasyim Asy’ari termasuk kiai yang produktif.Hal ini terbukti dengan


banyaknya karya yang bisa ditemukan saat ini.Tulisan-tulisan beliau diedit oleh M
Ishom Hadzik, salah seorang cucu KH Hasyim Asy’ari.Saat ini beberapa karya
KH Hasyim Asy’ari telah dikumpulkan dalam satu jilid besar, sehingga
memudahkan untuk menelaah pemikiran-pemikiran dari KH Hasyim
Asy’ari.Sebelumnya karya KH Hasyim Asy’ari tersebar dalam dalam beberapa
judul buku.Untuk saat ini dengan memiliki satu jilid besar, sudah bisa mengetahui
seluruh karya KH Hasyim Asy’ari.Satu jilid besar kumpulan karya KH Hasyim
Asy’Ari diberi judul Irsyad al-Sari fi Jam’al Mushannafat Hasyim Asy’Ari.16
Adapun karya-karya KH Hasyim Asy’ari adalah:
1. Al- Tibyan fi al-Nahy ‘an Muqatha’at al-arham wa al-Aqarib wa al-ikhwan
(Penjelasan tentang kerabat dan Persahabatan larangan memutuskan
hubungan)
2. Adab al-‘Alim wa al-Muta’allim (Etika Guru dan Murid )
3. Al-tanbihat al Wajibat liman Yashna’al-Maulid bi al- Munkarat (Nasehat penting
bagi Orang yang merayakan Kelahiran Nabi Muhammad dengan menjalankan
hal-hal yang dilarang oleh Agama)

15
Hartono Margono, K.H Hasyim Asy’ari dan Nahdlatul Ulama: Perkembangan Awal dan
Kontemporer, (Artikel Media Akademika, vol 26, No.3, Juli 2011) 338
16
M.Solahudin. Biografi Rais ‘aam Syuriyah dan Ketua Umum …….33

58
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |59

4. Al-Risalah al-Jami’ah (Kitab yang lengkap)


5. Ziyadat al-Ta’liqat ‘ala manzhumat al syaikh ‘Abd Allah bin yasin al- Fusuruwani
(Catatan Tambahan mengenai Syair Syaikh Abdullah bin Yasin Pasuruan.
6. Al-Qanun Al-Asasi li Jam’iyah Nahdlah al-‘Ulama (Aturan Dasar Perkumpulan
Nahdlatul Ulama)
7. Al-Mawa’izh (beberapa Nasehat)
8. Hadits al-Maut wa’ Asrah al- Sa’ah (Hadis tentang Kematian dan Hari Kiamat)
9. Al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin (Cahaya Terang tentang Cinta
kepada rasul)
10. Hasyiyah Fath al- Rahman, Al-Durar al-Muntathirah fi al-Masa’il al-Tis Asyarah
(Mutiara tentang 19 Masalah)
11. Al-Risalah al –Tauhidiyyah (Catatan tentang Teologi)
12. Al- Qala’id bi bayan ma yajib min al-Aqa’id (syair-syair Menjelaskan Kewajiban
Aqidah),
13. dan beberapa tulisan KH Hasyim Asy’Ari ini telah diterjemahkan kedalam
bahasa Indonesia.17
Selain karya diatas, ada karya dari K.H Hasyim Asy’ari yang masih
dalam bentuk manuskrip dan belum diterbitkan. Karya-karya tersebut adalah
Hasyiyat’ala Fath al-Rahman bi Syarh Risalat al Wali Ruslan li Syaikh al-Tawhidiyah al
Qalalid fi Bayan ma Yajib min al-‘Aqaid, al Risalah al-jama’ah, tamyuz al-Haqq min al-
Bathil, al-Jasus fi Ahkam al-Nuqus, dan Manasik Sughra.
Selain tulisan-tulisan berbahasa arab, K.H Hasyim Asy’ari juga pernah
menulis dalam bahasa Indonesia dalam bentuk pidato-pidato yang dimuat di
beberapa surat kabar. Salah satunya surat kabar yang pernah memuat pidato K.H
Hasyim adalah Soeara Nahdlatoel Oelama (Surat kabar resmi NU yang terbit pada
tahun 1928-1030), Soeara MIAI (Surat kabar resmi MIAI) dan Soeara Moeslimin
Indonesia(surat kabar resmi Masyumi)18

Selain bergerak dalam bidang pendidikan, KH Hasyim Asy’Ari menjadi


perintis dan pendiri organisasi kemasyarakatan NU (Nahdlatul Ulama), sekaligus

17
Ibid,33-34
18
Ibid
60|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

sebagai Rais Akbar.Disatu sisi KH Hasyim Asy’ari bersikap konfrontatif terhadap


kolonial Belanda, bahkan beliau menolak menerima penghargaan dari
pememrintah colonial belanda.KH Hasyim Asy’Ari juga menyerukan kepada
Umat Muslim untuk berjihad melawan penjajah dan menolak bekerjasama
dengan kolonial, Pada masa penjajah Jepang KH Hasyim Asy’Ari ditahan dan
diasingkan di Mojokerto.19
D. Konsep KH Hasyim Asy’ari tentang etika murid terhadap guru dan
pendidikan Karakter
Menurut K.H.Hasyim Asy’ari yang membedakan manusia dengan
binatang yaitu karena ilmu. Oleh sebab itu, pendidikan penting dalam suatu
identitas manusia, dalamKitabAdabul “alim wa l Muta’allim K.H Hasyim
menyebutkan pendidikan sebagai sarana mencapai kemanusiaan, sehingga secara
sadar siapa sesungguhnya penciptanya, untuk apa diciptakan, melakukan segala
perintahnya dan menjauhi segala larangan, untuk melakukan perbuatan baik di
dunia dengan menegakkan keadilan, sehingga layak disebut makhluk yang lebih
mulia dibandingkan makhluk-makhluk yang lain yang diciptkan oleh Tuhan.20

Madrasah/sekolah sebagai lembaga pendidikan tempat mencetak


generasi bangsa yang berakhlak mulia. Pendidikan etika dipelajari sebagai upaya
mewujudkan akhlak mulia.Terkait dengan pendidikan etika masih relevan apabila
isi dari kitab Adabul “alim wa l Muta’allim diimplementasikan kepada murid
madrasah/sekolah.Karena pendidikan etika penting untuk dilaksanakan, dengan
pendidikan etika diharapkan murid akan memiliki etika/akhlak yang baik dalam
berperilaku sehari-hari. Menurut KH Hasyim Asy’ari akhlak merupakan
komponen yang sangat penting dalam segi amal keagamaan, baik itu yang
berkaitan dengan persoalan hati, raga, perkataan, dan perbuatan tidak bisa
dianggap sah atau maksimal tanpa disertai kebaikan Akhlak. Terpuji atau tidaknya

19
Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004)
141
20
Abdul Ra’uf djabir, “ Pemikiran Pendidikan Al-Ghazali dan Hasyim Asy’ari relevan
dengan Konsep Pembelajaran Aktif, Kreatif Efektif, menyenangkan dan Islam.
http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/jipi/article/view/2985. Di akses pada tanggal
13 Juni 2020, pukul 13.47 WIB

60
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |61

sifat baik atau tidaknya budi pekerti merupakan tanda diterimanya ibadah
seseorang di akhirat.21
Pendapat KH Hasyim Asy’Ari juga relevan dengan pendapat pakar
pendidikan Islam Dr Zakiyah Daradjat bahwa konsep pendidikan Islam
merupakan pendidikan yang ditujukan kepada perbuatan sikap mental yang akan
terwujud dalam amal perbuatan, baik darisegi keperluan diri sendiri maupun
orang lain. Pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi juga praktis,
dimana ajaran agama Islam tidak ada pemisahan antara iman dan amal. Oleh
karena itu, pendidikan Islam adalah pendidikan iman dan pendidikan amal.Hal ini
dkarenakan dalam ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku
pribadi masyarakat menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, dimana
pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan masyarakat.22
Selaras dengan pengertian Pendidikan yang tertulis dalam UU
23
SISDIKNAS Bab I tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan tereencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. 24
Karakter seorang murid tidak mungkin terbentuk tanpa adanya
pendidikan, dimana keberadaan pendidikan sangat penting tidak hanya
mencerdaskan manusia lewat pengetahuan, tetapi juga membangun kepribadian
agar seorang murid memiliki akhlak yang mulia.
KH Hasyim Asy’Ari dalam salah satu karyanya yang dikutip dalam
bukunya Samsul Nizar yang berjudul Fisafat pendidikan adalah kitab yang
berjudul adab al Alim wa al Muta’allim fi ahuwal Ta’allum wama Yataqaff al Mua’llim fi
25
Maqamat Ta’limih, dalam kitab tersebut KH Hasyim Asy’Ari merangkum
pemikirannya tentang Pendidikan Islam dalam 8 bab, yaitu:
1. Keutamaann Ilmu dan Keutamaan belajar Mengajar
2. Etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar

21
Hasyim Asy’Ari, Adab al-‘Alim Wa- Muta’allim, terj, Rosidin, (Malang: Litera Ulul Albab,
2013) 4
22
Zakiyah Dradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2017) 28.
23
Moh. Fachri, Urgensi Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Bangsa, (at-
taurus, Jurnal Studi Ke-Islaman, Vol. 1 No.1 Januari-Juni 2014) 143
24
UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Jakarta: Sinar Grafika,
2003) 2.
25
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam.(Jakarta: Ciputat Press, 2002)87
62|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

3. Etika seorang murid kepada guru


4. Etika seorang murid terhadap pelajaran dan hal-hal yang harus di pedomi
bersama guru
5. Etika yang harus dipedomi seorang guru
6. Etika guru ketika dan akan mengajar
7. Etika guru terhadap muird-muridnya
8. Etika terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang
berkaitan dengannya.26
Dalam tulisan ini hanya memfokuskan pada bab ketiga etika seorang
murid kepada guru. Dalam kitabnya adab Al –Alim wa al-Muta’alim menyebutkan
ada 12 adab seorang santri kepada gurunya.27
1. Seorang murid sebelum belajar hendaknya memohon kepada Allah untuk
diberi petunjuk tentang siapa orang yang dianggap paling baik untuk menjadi
gurunya.
2. Seorang murid bersungguh-sungguh dalam mencari seorang guru yang
diyakini memiliki pemahaman ilmu-ilmu syari’at yang telah diakui. Seorang
guru yang baik adalah orang yang banyak melakukan kajian dan berdiskusi,
dan bukan hanya orang yang belajar dari buku tanpa pendampingan dari
seorang guru.
3. Seorang murid harus taat dan patuh pada gurunya, serta tidak membantah
setiap perintahnya.
4. Seorang murid hendaknya memiliki pandangan yang mulia terhadap guru
serta menyakini akan derajat kesempurnaan gurunya. Sikap yang demikian ini
mendekatkan kepadad keberhasian seorang santri dalam mencari ilmu.
5. Seorang murid harus mengerti akan hak-hak seorang gurur serta tidak
melupakan keutamaan-keutamaan dan jasa-jasanya. Senantiasa mendoakan
gurunya ketika masih hidup ataupun telah meninggal dunia.
6. Seorang murid hendaknya bersikap sabar atas kerasnya sikap atau perilaku
yang kurang menyenangkan dari seorang guru.
7. Seorang murid hendaknya meminta izin ketika memasuki ruangan pribadi
guru.

26
Ibid,102
27
KH. Hasyim Asy’Ari. Etika Pendidikan Islam, terj Mohammad Kholil (Yogyakarta: Titian
wacana 2007) 27

62
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |63

8. Seorang murid jika duduk dihadapan gurunya hendaknya duduk dengan


penuh sopan santun.
9. Berbicara dengan baik dan sopan dihadapan guru
10. Ketika seorang murid(pelajar) mendengarkan penjelasan guru, meskipun
sang murid telah mengetahuinya, hendaknya tetap menyimak dengan sebaik
mungkin.
11. Tidak mendahului seorang guru dalam menjelaskan suatu persoalan atau
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh murid yang lain.
12. Apabila seorang guru memberikan sebuha buku/kitab kepada murid untuk
membacakannya dihadapan sang guru, hendaknya meraih dengan tangan
kanan dan memegangnya dengan kedua tangan.

Kedua belas etika murid terhadap guru hendaknya dilakukan semata-


mata untuk menghormati guru, dan hendaknya penghormatan yang diberikan
seorang murid kepada gurunya itu tidak dilakukan secara berlebihan.Ada
beberapa etikalain yang perlu diketahui oleh seorang murid ketika sedang
bersama gurunya adalah sebagai berikut:28
1. Murid hendaknya duduk tidak terlalu dekat dengan guru.
2. Tidak meletakkan tangan, kaki, tangan, atau anggota tubuh lainnya diatas
pakaian gurunya, tempat sholatnya, maupun tempat tidurnya.
3. Jika seorang guru meminjam suatu barang misalnya pena, sebelum pena itu
diberikan kepada guru hendaknya terlebih dahulu membukakan tutupnya,
sehingga guru langsung bisa menggunakannya.
4. Jika seorang guru memintanya memberikan sebilah pisau atau sejenisnya,
hendaknya ia memberikannya dengan tidak mengarahkan ujung mata pisau
tersebut ke arahnya.
5. Jika guru memintanya agar memberikan sajadah, hendaknya murid sekaligus
menghamparkannya.
6. Tidak duduk atau sholat diatas sajadah milik guru, kecuali jika terpaksa itu
dilakukan makan diperbolehkan.

28
Ibid 41
64|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

7. Jika guru telah selesai menunaikan shalat, hendaknya ia segera merapikan


sajadahnya kemudian menyiapkan sandal atau alas kakinya.
8. Ketika seorang murid dan guru sedang dalam perjalanan bersama, jika
perjalanan itu pada malam hari hendaknya murid berjalan didepan. Namun
ketika perjalanan itu pada siang hari maka murid berjalan di belakang sang
guru.
9. Ketika udara sangat panas, seorang murid harus menyiapkan tempat yang
teduh untuk gurunya.sebaliknya jika udara sangat dingin, hendaknya seorang
murid mencarikan tempat yang hangat untuk gurunya dan tidak
menempatkan sang guru yang terkena sinar matahari langsung
10. Apabila guru sedang berbicara dengan oranglain, murid tidak berjalan di
ditengah-tengah mereka
11. Apabila murid bertemu dengan guru di perjalanan, hendaknya mengucapkan
salam.
12. Apabila murid berkunjung ke rumah guru, hendaknya murid tidak berdiri
tepat didepan pintu rumahnya, karena dikhawatirkan akan menghalangi
orang yang akan membuka pintu dari rumah tersebut.
13. Ketika guru akan menaiki tangga, murid memposisikan dirinya dibelakang.
Namun sebaliknya jika menuruni tangga, hendaknya murid berada didepan
gurunya. Hal ini agar tidak terpelesat dan terjatuh.
14. Ketika guru menyatakan suatu pendapat yang menurutnya salah atau keliru,
hendaknya ia tidak langsung mengatakan bahwa pendapat gurunya itu tidak
benar. Namun sebaiknya mengatakan dengan kalimat “Menurut pendapat
saya (sebaiknya) adalah demikian” dan sebagainya”.

Adab-adab diatas hendaknya dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri (


taqarrub) kepada Allah SWT serta memperoleh barokah dari seorang guru.
Keberkahan atas ilmu seorang muri terletak pada sang guru. Untuk itu sebagai
murid sudah seharusnya ta’dzim dalam segala perilaku dan perbuatan ketika
sedang belajar atau tidak sedang belajar.

64
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |65

Adapun karakteristik pendidikan etikayang dikembangkan oleh KH Hasyim


Asy’ari adalah bertumpu pada hati, karena hati itu merupakan sumber
kebenaran.Dengan adanya pendidikan etika maka akan berimbas kepada
pendidikan karakter. Pendidikan etika itu nanti akan merucut pada pendidikan
karakter. Ketika pendidikan etika itu baik maka karakter dari seorang murid itu
juga menjadi baik.
Ketika seorang murid sedang belajar harus ada niat ingin mencari ridho dan
mendekatkan diri pada Allah SWT. Ketika murid sedang belajar tugasseorang
guru untuk menekankan pentingnya kebersihan hati. Semakin bersih hati seorang
murid, maka akan semakin mudah dalam menerima ilmu dari Allah SWT.
Perlu ditekankan juga kepada murid, bahwa menghormati dan patuh terhadap
guru bukan sebuah manifestasi penyerahan total kepada guru yang dianggap
memiliki otoritas, namun karena keyakinan murid bahwa guru merupakan
penyalur kemurahan atau keberkahan Allah SWT kepada murid di dunia ataupun
diakhirat.
Akhlak seorang murid terhadap guru ketika sedang berada dikelas maupun diluar
kelas, keberadaan guru sangatlah penting, dimana seorang gruru itu adalah orang
yang mengajarkan ilmu baik ilmu agama atau pun ilmu umum.

Pendidikan karakter sekarang ini telah menjadi isu tingkat nasional


disaat anak bangsa menunjukkan tanda-tanda degradasi kualitas
karakter.Pendidikan karakter dipandang menjadi solusi yang paling ampuh untuk
menyelesaikan persoalan moralitas bangsa.29
Karakteristik pemikiran K.H Hasyim Asy’ari tentang pendidikan karakter
didalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, dapat dikategorikan ke dalam corak
yang praktis dan berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits. Pemikiran KH.
Hasyim Asy’ari cenderung bernafaskan sufistik, sehingga mempengaruhi gagasan-
gagasannnya dalam pendidikan karakter. Sebagai contoh menurut K.H Hasyim
Asy’ari, ilmu dapat diraih jika orang yang mencari ilmu dapat diraih jika orang

29
Rosidin, Pendidikan Karakter Khas Pesantren, Terjemahan Kitab Adabul ‘Alim Wal
Muta’alim ( Malang:Genius Media, 2014) 7
66|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

mencari ilmu itu menyucikan hati dari segala kepalsuan, noda hati, dengki, iri hati,
aqidah yang buurk dan akahlak tercela. 30
Adapun pemikiran K.H Hasyim Asy’ari dalam pemikiran tentang pendidikan
karakter dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alimmeliputi :
1. Memurnikan niat
Didalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alimKH.Hasyim Asy’ari
menekankan adanya urgensi niat dalam kegiatan belajar mengajarkan ilmu,
karena kualiatas amal seseorang tergantung dari niat.31dalam suatu
pembelajaran antara murid dan guru dibutuhkan kemurnian niat dalam
mencari ilmu. Kemurnian itu semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah
SWT bukan yang lain, begitupun ketika mengamalkan ilmu yang diperolehnya
juga dengan niat mengharapkan ridha Allah SWT., tidak memiliki tujuan
yang bersifat duniawi, misalnya karena jabatan, kepemimpinan, atau
penghormatan.
Niat meruapak suatu pekerjaan yang pertama kali dilakukan sebelum
mengawali pekerjaan.Tujuan daripada niat untuk memohon kepada Allah
SWT, agar segaal pekerjaan diberikan kemudahan dan mengharap ridho-
Nya.Konsep niat K.H Hasyim Asy’ari dalam Adabul ‘Alim Wal Muta’alim,
hendaknya guru dan dan murid selalu memurnikan niat ddalam memeproleh
ilmu, mencari ilmu, dan menyebarkan ilmu hanya karena mengharap ridha
Allah SWT. Dengan niat yang baikakan mendekat diri kepada Allah SWT.
2. Berperilaku Qana’ah
Dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim, diterangkan oleh
KH.Hasyim Asy’ari berkaitan konsep Qana’ah bahwa seorang murid dan
guru harus memiliki sifat menerima apa yang telah diberikan kepadanya yaitu
bersikap Qana’ah daalm kehidupan murid dan guru, baik dari segi makanan,
pakaian, yang dimilikinya dan bersabar atas keadaan ekonomi dalam
kehidupan murid dan guru.

30
Ibid 34
31
M.Mubasysyarum Bih,” Menata niat Belajar dan mengajar Menurut K.H Hasyim
Asy’ari.”http://islam.nu.or.id/post/read/111313/menata-niat-belajar-dan-mengajar-menurut-
kh-hasyim-asy’ari. Diakses pada tanggal 13 Juni 2020, pukul 19.37.

66
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |67

Dengan menumbuhkan karakter menerima segala sesuatu yang telah


diberikan Allah SWT, akan memppermudah bagi seorang guru dan murid
dalam mencapai sebuah ilmu. Kaarakter ini akan menumbuhkan sikap
semangat membentengi hati dari hal-hal yang tidak bermanfaat yang dapat
melemahkan dalam semangat mencari ilmu.
3. Bersikap hati-hati (wara’)
Wara’ adalah kehati-hatian dalam bersikap kehati-hatian terhadap
sesuatu.menurut KH. Hasyim Asy’ari, seorang guru dan murid harus
memiliki sikap wara ini, denga bersikap wara’ ini guru dan murid akan
diberikan kemudahan dalam menerima suatu ilmu, yang dapat menerangi
hati, serta meraih kemanfaatan dan barakhnya ilmu. Sikap wara’ ini bisa di
contohkan kehati-hatian dalam makanan, minuman, pakaian dan kebutuhan
lainnya, bahkan yang dianggaps ubhat pun di hindari itulah sikap dari wara’.
4. Berperilaku tawadhu’
Seorang guru dan murid hendakanya memiliki sikap tawadhu’, karena
dengan sikap ini akan terjalin suasana belajar-mengajar yang kondusif
.Hubungan antara guru dan murid juga harmonis. Sikap tawadhu’ ini
merupakan siafat yang menghindarkan diri dari sifat sombong, antara guru
dan murid terjalin saling menghormati.Ketika guru sedang menjelaskan
pelajaran murid harus memperhatikan meskipun sudah faham. Sebaliknya
jika seorang murid sedang menjelaskan seorang guru juga harus
mendengarkan, menghargai pendapat murid, sehingga ilmu yang dipelajari
akan membawa kemanfaatan.
5. Berperilaku Zuhud
Seorang guru dan murid dalam kehidupan sehari-hari hendaknya
membiasakan bersikap zuhud(sederhana). Dengan sikap sederhana ini
mampu menjadi benteng bagi diri sendiri dari sikap boros dan
bakhil.Sehingga tidak memikirkan kehidupan duniawi secara berlebihan.
Dengan sika zuhud ini guru dan murid dapat dengan mudah mencapai
keberhasilan dalam suatu ilmu dan berkahlak mulia.
6. Berperilaku sabar
68|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

Dalam mencari ilmu baik guru dan murid harus memiliki sifat sabar.
Murid harus bersabar menghadapi sikap sang guru, dan tetap menghormati
guru meskipun guru tersebut telah berbuat kesalahan. Begitu sebaliknya
seorang guru juga harus bersabar dalam menghadapi murid yang nakal, atau
berperilaku yang tidak baik terhadap guru. Seorang guru harus memiliki rasa
kaish sayang yang besar terhadap muirdnya, karena itu yang akan
mengantarkan muridnya mencapai keberhasilan dalam mencari ilmu.
7. Menghindari hal-hal yang kotor dan maksiat
Menurut KH. Hasyim Asy’ari hendakya guru dan murid senantiasa
menghindari sifat-sifat yang tidak baik.Misalnya, mabuk-mabukan, berjudi,
zina, mencuri.Perbuatan-perbuatan tidak baik itu dapat menghalangi
pemahaman seorang murid dalam mendapat ilmu dan juga menjauhkan diri
dari Allah SWT.

E. Analisis Etika murid terhadap guru perspektif KH Hasyim Asy’Ari dan


relevansi dalam Pendidikan Karakter.
Pertama, Etika seorang murid terhadap guru, dimulai ketika murid ingin
mencari guru yang baik untuk dijadikan teladan dalam mencari ilmu.Pertama kali
yang murid lakukan adalah memohon petunjuk kepada Allah SAW agar
tunjukkan jalan untuk menadapatkan sosok guru yang baik yang bisa menjadi
panutan dan orang tua bagi murid. Guru merupaka orangtua kedua setelah orang
tua kandung, sehingga perlu diperhatikan dalam mencari guru. Untuk mencari
figur seorang guru yang baik, murid harus melibatkan Allah SWT agar selalu
diberikan kemudahan dan kelancaran dalam mencari ilmu daan memiliki ilmu
yang bermafaat bagi dunia akhirat.Dari uraian diatas ketika seorang murid
memohon kepada Allah agar diberi kemudahan dalam mencari sosok guru yang
tidak hanya mentransfer knowledge tetapi juga mengajarkan sikap, nilai-nilai, budi
pekerti yang baik.Nilai pendidikan karakter yang relevan dengan materi diatas
adalah nilai religius. Dari sejak awal sebelum murid melakukan proses
pembelajaran murid sudah diajarkan untuk melibatkan Allah SWT dalam segala
aspek kehidupan.

68
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |69

Kedua, harus bersungguh-sungguh dalam mencari seorang guru, mencari


seorang guru tidak mudah, murid harus memahami secara detail tentang pribdi
guru dan tentang pemahamannya terhadap sesuatu ilmu. Bersungguh-sungguh
disini bekerja jeras untuk menadapat sosok guru yang baik, tidak hanya dalam
pengetahuan tetapi juga dapat mengajarkan tentang nilai dan sikap yang baik
pula. Dengan bersungguh-sungguh mencari guru yang baik dan tepat akan
memudahkan dalam kegiatan belajar mengajar. mengajarkan ilmu pengetahuan,
relevansi dengan pendidikan karakter adalah nilai kerja keras, ketika seorang
murid sudah memiliki sikap kerja keras, dalam proses pembelajaran tidak mudah
mengalami putus asa.Sikap kerja keras itu sudah melekat pada diri seorang
murid.
Ketiga, murid hendaknya mematuhi dan melaksankan perintah guru
bukan membantahnya. Murid dalam mengerjakan apapun hendaknya meminta
saran dari guru,agar papa yang dilakukan murid tersebut mendapat restu dan
ridho dari sang guru. Dimana restu dan ridho guru adalah kunci kesuksesan
seorang murid.Menghormati dan mengharfgai guru dengan sepenuh hati dan
hanya semata-mata mendekatkan diri dan mengharap ridho Allah SWT.Hinanya
seorang murid dihadapan guru itu bukan sebuah sikap tercela, justru itu
merupakan bentuk dari sikap tawadhu’ dan rendah hati.Memiliki rasa hina
dihadapan guru adalah kemuliaan bagi seorang murid.Murid juga bersikap tidak
menyinggung perasaan guru, karena ketika hati guru tersakiti maka ilmu yang
diberikan itu tidak memiliki manfaat.Kesuksesan seorang murid dalam belajar itu
ada guru.Sebaliknya jika seorang murid tidak patuh dan menyakiti gurunya maka
dalam kemuliaan dan kemanfaatan ilmu tidak diperoleh.
Keempat,Murid memiliki pandangan yang mulia, ta’dzim terhadap guru
serta yakin akan derajat dan kemampuan dari guru tersebut. Sikap ta’dzim dan
menghormati ini akan mendekatkan murid kepada kesuksesan dan keberhasilan
dalam belajar. Murid akan mendapat ilmu yang bermanfaat. Adapun pendidikan
karakter yang relevan dengan etika ini adalah sikap santun, sopan, dan patuh
terhadap guru.Apabila seorang murid patuh terhadap gurunya, sudah dapat
dipastikan bahwa anak itu baik dan memiliki kepribadian yang baik. Murid yang
memiliki etika santun, sopan dalam perilaku keseharian juga akan patuh dan
70|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

santun kepada gurunya. Dengan adanya sikap santun ini, maka tidak akan adalagi
kasus antara murid dan guru berseteru. Kejadian –kejadian akan mengalami
penurunan. Etika murid dengan guru, menganggap guru adalah orang yang
mulia karena memiliki ilmu pengetahuan yang lebih tinggi, dengan
memulyakannya akan memperoleh kemudahan dalam belajar dan mendapatkan
kemanfaatan dari ilmu tersebut. Rasa hormat kepada guru memiliki relevansi
dengan pendidikan karakter santun.Murid memiliki adab terhadap gurunya
berdasarkan sifat halus dan baim perilakunya, bersikap menghormati
memuliakan, menghargai dan bersikap ramah.
Kelima, seorang murid hendaknya mengetahui dan mengerti hak-hak
dari sang guru dan tidak melupakan keutamaan-keutamaan dan jasa-jasanya.
Murid juga mendoakan gurunya dimanapun berada baik ketika gurunya itu amsih
hidup atau telah meninggal dunia, serta menjalin silaturahmi dengan keluarga dan
orang-orang terdekat yang dicintainya.
Nilai pendidikan karakter dari etika murid terhadap hak-hak dan jasa-
jasa dari sang guru ialah bertanggungjawab.Seorang murid harus memahami tugas
dan kewajiban sebagais eorang murid. Muridhendaknya mengetahui akan hak-hak
sang guru dengan tetap menjaga hubungan silaturahmi dan menghormatinya,
meskipun sang guru telah meninggal dunia, murid tetap harus berhubnungan baik
dengan keluarga dan orang-orang terdekat dari sang guru tersebut.
Keenam, seorang murid harus memiliki rasa sabar atas sikap dan perilaku
guru yang menyenangkan atau tidak menyenangkan.Appabila seorang guru
berperilaku yang tidak mneyenangkan terhadap murid. Sikap dan perilaku yang
seperti ini tidak mengurangi rasa penghormatan murid terhadap guru, dan murid
tidak boleh memiliki anggapan apa yang dilakukan oleh gurunya adalah sebuah
kekhilafan.
Murid harus tabah dalam ujian dan cobaan ketika sedang menuntut ilmu.
Pendidikan karakter yang harus diterapkan oleh seorang murid dalam menuntut
ilmu menurut K.H Hasyim Asy’Ari adalah sikap sabar. Menuntut ilmu harus
sabar, dengan sabar seorang murid akan memperoleh ilmu yang bermanfaat dari
sang guru.sudah menjadi keharusan seorang murid dalam menuntut ilmu
memiliki sifat kesabaran. Namun sebaliknya seorang murid yang tidak memiliki

70
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |71

sikap sabar, maka murid tersebut tidak mendapatkan ilmu yang bermanfaat dan
sia-sia. Dengan bersikap sabar seorang murid akan mendapatkan tempat yang
istimewa tidak hanya dihadapan gurunya, tetapi juga di hadapan Allah SWT.
Ketujuh, seorang murid ketika memasuki ruangan guru hendaklah
meminta izin terlebih dahulu, baik ketika guru itu sedang sendirian atau bersama
orang lain. Mengetuklah pintu secara sopan dan pelan-pelan sebanyak tiga kali
dan mengucapakan salam. Sikap seperti ini akan membiasakan seorang murid
untuk berperilaku soapn santun dengan siapapun. Dan ini juga sesuai dengan
pemikiran K.H Hasyim Asy’ari yiatu sopan santun. Dimana sikap sopan santun
terhadap guru akan mempermudah murid memperoleh kemanfaatan suatu ilmu.
Memuliakan guru itu salah satunya dengan bersikap sopan santun.
Kedelapan, seorang murid ketika duduk berhadapan dengan sang guru,
hendaknya duduk dengan sikap sopan santun. Cara duduk yang baik dan sopan
dihadapan guru yaitu duduk dengan cara bertumpu di atas lutut (bersimpuh),
duduk ketika sedang tasyahud.,atau duduk bersila. Muka jangan dipalingkan dari
pandangan guru, dan pandangan mata mengarah kebawah. Mengahdap guru itu
penuh dengan sikap konsentrasi dan dan memperhatikan setiap penjelasan guru,
supaya sang guru tidak perlu mengulang-ulang penjelasannya. Konsep K.H
hasyim Asy’ari dalam etika kedelapan memiliki relevansi dengan pendidikan
karakter kerja keras.dimana kesungguhan untuk tetap fokus dan berkonsentrasi
ketika dihadapan guru, serta menyimak baik-baik penjelasan dari sang guru.
Kesembilan, ketika seorang murid berbicara kepada sang guru hendaklah
berbicara dengan baik,sopan, dan tidak bernada tinggi. Jika murid ingin meminta
penjelasan lebih lanjut dari sang guru, hendaknya mengutarakan maksudnya
dengan bahasa yang santun. Konsep pendidikan karakter yang sesuai adalah sikap
sopan santun.Bersikap sopan dan santun bisa dilakukan dengan berbicara yang
baik dan menjauhkan berprasangka yang buruk terhadap guru.
Kesepuluh, etika murid mendengarkan ketika guru menjelaskan,
keterangan, hikmah yang murid tersebut telah diketahui oleh muridnya,
hendaknya murid tetap menyimak dengan tennag dan santun seolah-olah belum
mengetahui sebelumnya. Meskipun seorang murid mengetahui pelajaran yang
disampaikan oleh guru, atau guru tersebut mengulangnya hendaknya murid tetap
72|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

mendengarkan .dari etika pendidikan karakter yang relevan adalah toleransi ,


karena meskipun murid telah mengetahui pelajaran yang sedang diajarkan, murid
itu tetap mendengarkan tanpa banyak bertanya. Disini murid menjaga perilaku
ketika berhadapan dengan guru, sehingga sebagai guru merasa di hargai dan
dihormati dan ilmunya itu sangat diharapkan.
Kesebelas, ketika sang guru menjelaskan suatu pengetahuan , kemudian
ada murid lain yang bertanya, maka murid lainnya tidak mendahului sang guru
dalam menjawab pertanyaan yang diajaukan murid tersebut.apalagi berniat untuk
memperlihatkan kepintarannya dihadapan guru. Seorang murid juga tidak boleh
memotong pembicaraan guru ketika sedang memaparkan suatu penjelasan. Dan
murid juga tidak melakukan pembicaraan dengan orang lain ketika guru sedang
berbicara dengan dengannya ataupun ditengah memaparkan penjelasan.
Pendidikan karakter yang terkandung didalam etika ini adalah toleransi.Sikap
toleransi ini ditunjukkan dengan murid mendengarkan ketika guru sedang
menjelaskan, dan murid mengesampingkan egonya yang merasa sombong dan
pamer terhadap ilmu yang dimilikinya.
Keduabelas, pada saat guru memberikan sesuatu berupa buku, kitab, atau
bacaan lainnya, meminta suapaya murid untuk membacakannya dihadapansang
guru, sikap muridnya hendaknay langsung meraih buku, kitab, atau bacaan
tersebut dengan menggunakan tangan kanan kemudian memegang buku tersebut
dengan kedua belah tangan. Kemudian apabila sudah selesai membacakannya,
hendaknya buku, kitab tersebut dikembalikan kepada sang guru tanpa
meninggalkan lipatan pada setiap lembar halamannya, kecuali jika lipatan-lipatan
itu dilakukan oleh guru dan memang telah ada sebelumnya. Ketika sang guru
memintanya memberikan suatu kitab, buku, atau sejenisnya hendaknya
memberikannya dengan terlebih dahulu membuka dan menyiapkan halaman-
halaman yang akan dibacakan oleh sang guru. Apabila jarak anatar guru dan murid
jauh, hendaknya sang murid mendekat pada posisi guru, sehingga guru tidak
terlalu kerepotan untuk berpindah tempat duduk untuk meraih kitab tersebut.
Sebagai penghormatan seorang murid terhadap gurunya tidak dilakukan secara
berlebihan. Sebagai contoh murid menghadap sang guru dengan cara merangkak
atau yang lain.

72
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |73

Dari pemaparan diatas, pendidikan karakter yang relevan dengan


konsep etika K.H Hasyim Asy’ari adalah sikap tanggung jawab. Sikap seorang
murid ketika seorang guru memberikan kitab atau buku muird berusaha untuk
menjaga dan mengembalikan buku tersebut dalam keadaan yang sama ketika saat
pertama kali menerima kitab atau buku dari sang guru.
Etika murid terhadap guru menurut Konsep K.H Hasyim Asy.Ari ada 12
bagian pokok.Kedua belas bagian itu direlevansikan dalam pendidikan karakter.
Adapun pendidika karakter dari pemaparan diatas meliputi :
1. Religius
Sikap religius ini diterapkan ketika seorang murid akan memulai mencari
sosok guru murid hendaknya terlebih dahulu memohon petunjuk kepada Allah
SWT. Berniat mencari ilmu karena semata-mata ingin mendapat ridha Allah
SWT serta mengamalkan ilmu tersebut untuk mendekatkan kepada Allah
SWT.
2. Toleransi
Toleransi merupakan sikap menghargai dari segala
perbedaan.Toleransi.Dalam dalam pendidikan karakter berkaitan tidak
mendahului seorang guru dalam menjelaskan suatu pertanyaan atau masalah
yang diajukan oleeh murid.murid menyimak penjelasan guru meskipun ia telah
mengtahui dan tetap menyimak dengan seolah-olah tidak mengetahuinya.
3. Kerja keras
Sikap kerja keras dalam etika murid terhadap guru bersungguh-sungguuh
dalam mencari guru yang diyakini memiliki ilmu pemahaman ilmu syari’at yang
mendalam dan telah diakui keilmuannya oleh orang lain.
4. Tanggungjawab
Sikap tanggungjawab ini ditunjukkan dengan tidak melupakan
keutamaan-keutamaan dan jasa-jasa dari guru dengan mendoakan sang guru
baik ketika guru masih hidup atau sudah meninggal dunia serta menjalin
hubungan silaturahim dengan anggota keluarga dan kerabat dari sang guru.
Sikap tanggungjawab lainnya ditunjukkan ketika seorang murid
membawa sesuatu dari gurunya misalnya buku, kitab, atau lembaran bacaan,
74|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

agar di rawat daengan baik, serta tidak merubah apapun bentuk yang ada di
benda tersebut, kecuali telah ada sejak benda itu diberikan kepada murid.
5. Sabar
Murid dan guru harus sama-sama menjung tinggi sikap sabar, karena
dengan sikap sabar ini memudahkan dalam menyerap ilmu.Murid harus sabar
dengan perlakuan guru, sebaliknya guru juga harus bersabar menghadapi
perlakuan murid.
6. Patuh
Sikap murid melakasanakan dengan sepenuh hati apa yang diperintahkan
guru, tidak membantah terhadapa apa yang diucapkan guru kepada muridnya.
Murid juga senantiasa meminta restu dari sang guru sebelum melakukan
sesuatu dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT
7. Sopan santun
Murid memiliki pandangan mulia terhadap gurunya, karena dengan cara
ini seorang akan mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mendekat akan
keberhasilan dalam meraih ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

E. Kesimpulan
K.H Hasyim Asy’ari merupakan ulama pemikir pendidikan Islam yang
berpengaruh di Indonesia.Beliau juga seorang pendiri pondok pesantren
Tebuireng, Jombang yang banyak melahirkan ulama-ulama besar di Indonesia.
Pemikiran KH. Hasyim tentang pendidikan terbukukan dalam kitab Adabul’Alim
Wal Muta’lim.Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh KH.Hasyim Asy’ari
pada pendidikan etika.Adapun pendidikan etika Ada 8 etika yang dikembangkan.
Penulis memfokuskan bagian etika yang ketiga yaitu Etika murid
terhadap guru. dalam etika ini KH memaparkan ada 12 etika
diantara;memurnikan niat, dimana guru dan murid dalam proses pembelajaran
harus diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT, berperilaku Qana’ah, dengan
berperilaku Qana’ah mempermudah dalam menerima ilmu dan sikap akhlak mulia.
Wara’, dalam kehidupan guru dan murid harus berperilaku wara’ karena dapat
membantu dalam mencapai kesuksesan dalam pembelajaran. Tawadhu’, guru dan
murid harus sama-sama memiliki sikap tawadhu’ supaya proses belajar mengajar

74
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |75

diberikan kemudahan dalam memahami sebuah ilmu. Zuhud, guru dan murid
bersikap zuhud dalam kehidupannya karena dengan sikap ini dapat mempermudah
dalam memahami ilmu. Sabar, guru dan murid harus bersabar dalam segala aspek
kehidupan karena sikap ini dapat mengantarkan kesuksesan/ keberhasilan sebuah
ilmu. Menghindari hal-hal yang kotor dan tidak baik, dengan menghindari
perbuatan tidak baik, guru dan mendekatkan pemahaman terhadap sebuah ilmu
dan mendekatkan diri kepada Allah SWT sebagai sumber ilmu.
76|Al-Ibrah|Vol. 5 No. 1 Juni 2020

F. DAFTAR PUSTAKA
Asy’ari, Hasyim. Adabul al’Alim Wa-Muta’allim terj Rosidin. Malang: Litera Ulul
Albab. 2013.

--------------------------. Etika Pendidikan Islam.terj Mohammad Kholil. Yogyakarta:


titian Wacana.2007.

Daradjat, Zakiyah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 2017.

Fachri, Moh. “Urgensi Pendidikan Agama Islam dalam Pembentukan Karakter Bangsa”,
at-taurus, Jurnal Ke-islaman.Volume 1 NO.1, Januari-Juni 2014.

Hakim, Lukmanul.“Konsep Pendidikan Karakter Persektif KH Hasyim Asy’ari Studi


Kitab Adabul ‘alim wal Muta’alim”.Mediakita. Volume 3, No.1, Januari 2019.

Khuluq, Lathiful. Fajar Kebangunan Ulama, Biografi KH Hasyim Asy’ari. Yogyakarta:


LKis. 2008.

Margono, Hartono.”K.H Hasyim Asy’ari Nahdlatul Ulama Perkembangan Awal dan


Kontemporer’, Media Akademika Volume 26, No.3, Juli 2011.

Misrawi, Zuhairi. Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Moderasi, keutamaan, dan kebangsaan.


Jakarta: Kompas Media Nusantara. 2010.

Nata, Abudin. Akhlak Tasawuf. Jakarta: rajawali Pers. 1996.

-------------------------. Tokoh-Tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:


RajaGrafindo. 2005.

Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. 2002.

Nurochim, Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Raja Grafindo.2013.

Rosidin. Pendidikan Karakter Khas Pesantren, Terj Kitab Adabul ‘Alim Waal Muta’alim.
Malang: Genius Media. 2014.

Solahudin, M. Biografi Rais ‘aam Syuriah dan ketua Umum Tanfidziyah Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PBNU) sejak 1926 hingga sekarang. Jawa Timur: Zam-Zam.
2017.

Suwendi.Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


2004.

UU RI No.20.Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional .Jakarta: Sinar


Grafika.2003.

76
Evi Fatimatur Rusydiyah, Analsis Historis Kebijakan Pendidikan Islam |77

Djabir, Abdul Rauf,” Pemikirann Pendidikan Al-Ghazali dan Hasyim Asy’ari relevan
dengan konsep Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan dan Islam.
http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/jipi/article/view/298
5. Di akses pada tanggal 13 Juni 2020, pukul 13.47 WIB

M. Mubasysyarum, Bih., “Menata niat Belajar dan mengajar Menurut K.H Hasyim
Asy’ari.” http://islam.nu.or.id/post/read/111313/menata-niat-belajar-
dan-mengajar-menurut-kh-hasyim-asy’ari. Diakses pada tanggal 13 Juni
2020, pukul 19.37 WIB.

Detik.com Selasa, 12 Mei 2020

Detik.com. Selasa, 07 Mei 2019

RakyatPos.com. Kamis, 28 Februari 2020


Liputan6.com. Kamis,05 Maret 2020

Detik.com. Kamis, 05 Maret.2020

Anda mungkin juga menyukai