Benturan Agama Dan Sains
Benturan Agama Dan Sains
Benturan Agama Dan Sains
ABAD PERTENGAHAN
Makalah
Dipresentasikan dalam Seminar Kelas Mata Kuliah Filsafat Ilmu
Program Studi Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
disusun oleh :
Fitria (80100221109)
Indahyani Moridu (80100221154)
Nurfadilah (80100221177)
Dosen Pemandu :
Prof. Dr. H, M. Nasir Siola, M.A
Dr. Abdullah Thalib M.Ag
PROGRAM PASCASARJANA
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abad pertengahan (Middle Age) disebut juga oleh sastrawan abad ke-19
sebagai zaman kegelapan (Dark Age). Periode abad pertengahan yang ditandai
dengan jatuhnya ke kaisaran Romawi Barat, bersatunya monarki monarki lokal suku
Jerman di bekas wilayah kekuasaan Romawi serta kemenangan Kristiani atas
paganisme di zaman Romawi mengakhiri periode sejarah Eropa kuno (Antikuitas).
Zaman ini disebut juga abad religi di mana dominasi agama (gereja) menjadi
penentu prinsip moralitas serta dominasi kekuatan politik yang dikawal para biarawan
setelah agama (gereja) menguasai semua aspek, baik masyarakat hingga
pemerintahan, mereka mengklaim hanya gereja yang berhak menentukan kehidupan,
pemikiran, politik, serta ilmu pengetahuan. bahkan ilmu pengetahuan yang
berkembang pesat di zaman klasik dihambat dan mendapat tekanan keras lantaran
dianggap sihir yang mengalahkan logika manusia tentang pemikiran Ketuhanan
dengan konsekuensi keras bila menyalurkan pemikiran menyalurkan pemikiran atau
teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan dibunuh. Ilmu pengetahuan
mengalami kemunduran
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang di atas yaitu :
1. Bagaimana ilmu pengetahuan pada abad pertengahan?
2. Bagaimana pemikiran para tokoh pada abad pertengahan?
C. Sistematika pembahasan
i
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat barat abad pertengahan bisa dikatakan sebagai ‘abad kegelapan’
karena pada masa itu semuanya terikat dengan gereja. Kegiatan, hasil karya,
pemikiran manusia benar-benar diawasi dengan ketat oleh gereja. Orang yang
pemikirannya tidak sesuai dengan pemikiran gereja dan berani mengungkapkan
pendapat tersebut akan dihukum berat. Bisa dikatakan pada abad ini teologi dianggap
lebih tinggi kedudukannya dibandingkan filsafat.
Filsafat harus diuji apakah bertentangan atau tidak dengan ajaran gereja.
Filsafat berfungsi melayani teologi. Tapi bukan berarti bahwa pengembangan
penalaran dilarang. Itu masih tetap bisa dilakukan, malahan mencapai perkembangan
yang lebih maju asal harus diabdikan kepada keyakinan gereja.
Filsafat barat abad pertengahan dibagi menjadi dua masa, yakni masa patristik
dan masa skolastik. Perbedaan dua masa ini adalah di masa patristik ajaran gereja
dianggap sebagai filsafat yang sejati sekaligus sebagai wahyu, sedangkan pada masa
skolastik berbagai pertanyaan diuji secara tajam dan rasional, tak hanya bergantung
pada ajaran gereja saja. Namun demikian, walaupun pada abad pertengahan pengaruh
filsafat agama Kristen (filsafat Barat) sangat kuat, dalam sejarahnya juga filsafat
Islam (filsafat Timur) juga muncul pada abad ini, seiring dengan muncul agama
Islam.
1
Ali Maksum, Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme, (Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media, 2010), h. 99
ii
Zaman Abad Pertengahan awal ditandai dengan tampilnya para teolog di ranah
ilmu pengetahuan. Para ilmuwan pada masa ini hamper semua adalah para teolog,
sehingga aktivitas ilmiah selalu terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang
berlaku bagi ilmu pengetahuan pada masa ini adalah ancilla theologia (abdi agama).
Periode ini memiliki perbedaan yang mencolok dengan abad-abad sebelumnya. Hal
itu terlihat pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen yang diajarkan oleh
Yesus Kristus dengan pondasi yang dibangun oleh Santo Paulus. Agama Kristen
menjadi titik masalah kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang
merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani Kuno yang
mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mengenai sikap
terhadap pemikiran Yunani, timbul dua golongan :2
Kata Patristik berasal dari kata patres (bentuk jamak untuk pater=bapak,
sebutan untuk para bapa gereja). Para Bapa Gereja inilah peletak dasar intelektual
Kristenisme. Mereka mengkhususkan diri untuk mencurahkan perhatian pada
pengembangan teologi, namun dalam aktivitas tersebut mereka tidak bisa
menghindarkan diri dari ranah kefilsafatan. Hal itu disebabkan karena sumber-sumber
literatur yang terkait dengan teologi Kriten masa awal berasal dari teks-teks kuno
Bahasa Ibrani, Dan karena menyentuh ranah literatur, untuk memperkaya sumber
informasi dan rujukan, mereka juga menerjemahkan karya filsuf Yunani Romawi
yang akhirnya membawakan tradisi Greco-Roman dan Kristen dalam tataran filsafat
teologi.
Para tokoh Gereja ini dipilih dari golongan ahli pikir. Dari pemikiran inilah
timbul dikotomi atas ragam pemikirannya. Ada yang menolak filsafat Yunani dan ada
yang menerimanya. Mereka yang menolak beralasan bahwa sumber kebenaran sudah
ada yaitu firman Tuhan sehingga tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran
2
Alfi Arifian, Sejarah Lengkap Dunia Abad Pertengahan 500-1400 M, (Yogyakarta: Anak Hebat
Indonesia, 2020), h. 317
iii
yang lain seperti filsafat Yunani. Lalu mereka yang menerima beralasan bahwa
walaupun sudah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tidak ada salahnya
menggunakan filsafat Yunani terutama hanya mengambil metodenya saja yaitu
berpikir secara logis. Dan juga karena adanya pemahaman manusia sebagai ciptaan
tuhan yang dengan kebijaksanaan manusia juga berasal dari Tuhan maka menerima
filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam koridor yang tidak bertentangan dengan
doktrin gereja.
Bapak gereja terpenting masa itu antara lain Tertullianus (160-222 M),
Justinus Martin, Klemens dari Alexandria (150-251 M), Origenes (185- 254 M),
Gregorius dari Nazianza (330-390 M), Basilius Agung (330-379 M), Gregorius dari
Nyssa (335-394 M), Dionysius Areopagus, Johanes Damascenus, Ambrosius,
Hyronimus, dan Augustinus (354-430 M).
Filsafat patristik mulai mengalami kemunduran sejak abad ke-5 hingga abad
ke-8 karena digeser oleh filsafat skolastik. Perlu diketahui bahwa para pemikir
patristik itulah pelopor pemikiran skolastik. Alasan kenapa ajaran Augustinus sebagai
akar dari sekolah stik dapat mendominasi hampir 10 abad karena ajarannya lebih
bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap
sampai masa skolastik.
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti
sekolah.3 Atau dari kata schuler yang mempunyai arti kurang lebih sama yaitu ajaran
atau sekolahan. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah.
Nama skolastik menunjuk besarnya peranan sekolah-sekolah dan biara-biara dalam
pengembangan pemikiran-pemikiran filsafat. Masa skolastik dimulai setelah filsafat
mulai mengalami masa kemandegan karena kerusuhan dan kesulitan politik pada abad
VI/6 dan VII/7 yang dialami oleh bangsa romawi. Karena itulah kekaisaran romawi
menjadi runtuh begitu pula dengan peradabannya.
3
Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Raja grafindo Persada,2001), h. 69
iv
terutama untuk calon pemimpin gereja, tetapi orang biasa pun boleh masuk di
dalamnya. Yang diajarkan di sekolah-sekolah itu juga masih merupakan ajaran lama
yang disebut artes liberales (seni merdeka). Artes ini dulu memang menjadi mata
pelajaran utama di Yunani dan Roma. Ada tujuh macam artes: grammatical,
dialectica, rhetorica, geometria, aritmatica, astronomia, dan musica. Dialektika ini
sekarang disebut logika dan kemudian meliputi seluruh filsafat
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat patristik mulai
merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan ke-7 dikatakan abad kacau. Hal ini
disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi sehingga kerajaan
Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742–
814 M) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan
ilmu pengetahuan, termsuk kehidupan manusia serta pemikiran filsafat menampakkan
mulai adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecemerlangan abad
pertengahan. Pada mulanya skolastik ini timbul pertama kalinya di biara italia selatan
dan pada akhirnya sampai berpengaruh ke Jerman dan Belanda. Kurikulum
pengajaranya meliputi studi duniawi, tata bahasa, retorika, dialektika, ilmu hitung,
ilmu ukur, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik.
Kemudian pada abad ke-13 dianggap sebagai zaman kejayaan filsafat dan
teologi skolastik. Pada abad 13 ini menghasilkan beberapa sintesa filosofis yang
sangat mencolok. Perkembangan ini dimungkinkan karena adanya beberapa faktor
yang mempengaruhi antara lain:
1. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad
ke-12 sehingga sampai abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu
pengetahuan yang luas.
2. Lahirnya Universitas Magistrotum et Scolarum (persekutuan dosen dan
mahasiswa).
3. Timbulnya Ordo-ordo Baru (Ordo Fransiskan dan Ordo Dominikan)
v
2. FILSAFAT SKOLASTIK BARAT AKHIR
Pada tahap akhir masa skolastik terdapat filosof yang berbeda pandangan
dengan Thomas Aquinas, yaitu William Ockham (1285-1349 M). Tulisan-tulisannya
menyerang kekuasaan gereja dan teologi Kristen. Karenanya, ia tidak begitu disukai
dan kemudian dipenjarakan oleh Paus. Namun, ia berhasil meloloskan diri dan
meminta suaka politik kepada Kaisar Louis IV, sehingga ia terlibat konflik
berkepanjangan dengan gereja dan negara. William Ockham merasa membela agama
dengan menceraikan ilmu dari teologi.Tuhan harus diterima atas dasar keimanan,
bukan dengan pembuktian, karena kepercayaan teologis tidak dapat didemonstrasikan.
C. TOKOH-TOKOH
1. Augustinus (354-430 M)
vi
kafir sampai kematiannya pada tahun 370. Ibunya, Monnica, adalah penganut Kristen
yang amat taat. Pada tanggal 28 Agustus 430, Augustinus meninggal dunia dalam
kesucian dan kemiskinan yang memang sudah lama di jalaninya.
2. Boethius (480-524 M)
Kaisar abad tengah Charlemagne (Karel yang Agung) Lahir tahun 742, dekat
kota Aachen yang akhirnya jadi ibukotanya. Ayahnya bernama Pepin si Cebol dan
kakeknya Charles Martel, seorang pemuka bangsa Frank. Tahun 751 Pepin
dinyatakan sebagai Raja bangsa Franks sehingga mengakhiri kelemahan dinasti
Merovingian, mendirikan dinasti baru yang kini disebut Carolingian, sesudah
4
Frederick Mayer, A History of Anciens and Medieval Philosophy, (New York: American Book
Company, 1950), h.357.
vii
Charlemagne. Tahun 768 Pepin meninggal dunia dan kerajaan bangsa Franks dibagi
antara Charles dan saudaranya Carloman. Namun Carloman meninggal pada tahun
771. Kejadian ini mengakibatkan Charles, di umur dua puluh sembilan tahun, menjadi
Raja tunggal di Kerajaan Franks yang sudah menjadi kerajaan terkuat di Eropa.
viii
ix
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masa
abad pertengahan merupakan masa peralihan dari teologi menjadi filsafat-teologi. Hal
itu dikarenakan berkembangnya pemikiran para filsuf pada masa itu dan
mengolaborasikannya dengan wahyu. Ilmu pengetahuan pun mulai berkembang
seiring didirikannya sekolah-sekolah dan terbukanya cakrawala manusia mengenai
pentingnya ilmu pengetahuan yang dibarengi dengan wahyu. Ada banyak tokoh yang
muncul baik dari Barat maupun Timur yang menghasilkan keragaman pengetahuan.
x
DAFTAR PUSTAKA
Hamdi, Saibatul dkk. 2021. “Mengelaborasi Sejarah FIlsafat barat dan Sumangsih
Pemikiran para tokohnya.” Pemikiran Islam (Jurna) 162.
Maksum, Ali. 2010. Pengantar Filsafat : Dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mayer, Frederick. 1950. A History of Anciens and Medieval Philosophy. New York:
American Book Company.
xi