0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
20 tayangan15 halaman

Makalah Sistem Respirasi-Kelompok 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 15

MAKALAH

SISTEM RESPIRASI

Disusun Oleh:

Wanda Adinata
Ega Cipta Septian
Alfina Nur Afifah

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2022
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur ke hadirat-Nya yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada saya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu.

Dengan tulisan ini kami harapkan mahasiswa mampu untuk memahami


Sistem Respirasi. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa
makalah yang kami susun masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima
segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki masalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga pembuatan makalah ini bisa memberikan
manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.

Kediri, 8 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 3
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Letak Sistem Respiratori .......................................................................... 2-5
2.2 Gejala Masalah Sistem Respiratory ............................................................ 5
2.3 Gangguan/Penyakit yang dialami sistem respiratory……………………5-7
2.4 Jenis pemerikasaan untuk Respiratory…………………………………7-10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 11
3.2 Saran .......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem pernapasan berhubungan dengan kegiatan memasukkan san
mengeluarkan udara ke dalam paru-paru (respirasi). Ketika tubuh kekurangan
oksigen, maka oksigen yang berada di luar tubuh akan dihirup (inspirasi)
melalui organ pernapasan.
Ketika tubuh kelebihan karbon dioksida, maka tubuh akan
mengeluarkannya melalui organ pernapasan (ekspirasi), sehingga tercipta
keseimbangan oksigen dan karbon dioksida dalam tubuh. Sistem respirasi
berperan untuk menukar udara dari permukaan ke paru-paru. Udara yang
masuk akan disaring oleh trakea. Trakea akan menyaring, menghangatkan,
melembabkan udara yang masuk, dan melindungi permukaan organ yang
lembut.
Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengalirkan udara ke paru-
paru. Oksigen dari udara berdifuasi dari paru-paru ke dalam darah, sedangkan
karbon dioksida berdifusi dari dalam darah ke paru-paru.

1.2 Rumusan Masalah


1. Dimana saja letak sistem respirasi secara anatomi ?
2. Apa saja gejala masalah sistem respirasi?
3. Apa saja gangguan/penyakit yang dialami sistem respirasi?
4. Apa saja jenis pemeriksaan untuk sistem respirasi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui letak sistem respirasi secara anatomi.
2. Untuk mengetahui gejala masalah sistem respirasi.
3. Untuk mengetahui gangguan/penyakit yang dialami sistem respirasi.
4. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan untuk sistem respirasi.

BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Letak Sistem Respirasi Secara Anatomi

Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea, karina,
bronchus principalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus
terminalis, bronchiolus respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli.
Terdapat Lobus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus
inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Pulmo dextra
terdapat fissura horizontal yang membagi lobus superior dan lobus media,
sedangkan fissura oblique membagi lobus media dengan lobus inferior. Pulmo
sinistra terdapat fissura oblique yang membagi lobus superior dan lobus inferior.
Pembungkus paru (pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan Visceralis
(dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga pleura (cavum pleura).

1. Hidung

Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang
dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan
luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Terdapat epitel
respirasi: epitel berlapis silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel
basal. Didalamnya ada konka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina
propria pada mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh
darah.

2. Alat Penghidu

Mengandung epitel olfaktoria: bertingkat silindris tanpa sel goblet, dengan


lamina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3 jenis sel: sel penyokong,
sel basal dan sel olfaktoris.

3. Sinus Paranasal

Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang tengkorak yang
berhubungan dengan rongga hidung. Ada 4 sinus: maksilaris, frontalis, etmoidalis
dan sphenoidalis.

2
4. Faring

Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan menyatu dan
menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat
bernapas udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan
orofaring dan laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak
memilki muskularis mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin.
Lapisan fibroelastis menyatu dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring dan
laringofaring dilapisi epitel berlapis gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni.

5. Laring

Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antara faring
dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskulus
ekstrinsi mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring
pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan fonasi. Lapisan laring
merupakan epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak
ada kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk suara, dan menutup trakea pada saat
menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular)
dan pita suara (lipat suara). Celah di antara pita suara disebut rima glotis. Pita suara
palsu terdapat mukosa dan lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat,
otot suara ( otot rangka). Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan Inferior. Inervasi:
N Laringealis superior.

6. Trakea

Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jaringan
ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel bersilia,
jaringan limfoid dan kelenjar.

7. Bronchus

Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer
bercabang menjadi bronki lobar bronki segmental bronki subsegmental. Struktur

3
bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan
tidak teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental
hilang sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun
atas lipatan memanjang. Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel
goblet dan kelenjar submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit,
sel mast, eosinofil.

8. Bronchiolus

Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak


mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat
longgar. Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara). Lamina
propria tidak mengandung sel goblet.

9. Bronchiolus Respiratorius

Merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi paru. Lapisan : epitel


kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis (alveoli).

10. Doktus Alveolaris

Lanjutan dari bronkiolus. Banyak mengandung alveoli. Tempat alveoli bermuara.

11. Alveolus

Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya


pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup.
Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong
oleh serat kolagen, dan elastis halus. Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel
alveolar tipe I ), sel alveolar besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe
I) jumlahnya hanya 10% , menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe
II) jumlahnya 12 %, menempati 5 % alveolar. Sel alveolar gepeng terletak di dekat
septa alveolar, bentuknya lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek,
permukaan licin, memilki badan berlamel. Sel alveolar besar menghasilkan
surfaktan pulmonar. Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada
akhir ekspirasi. Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial. Mengandung

4
serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis diantara alveoli
disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut makrofag alveolar. Pada
perokok sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag
melebihi jumlah sel lainnya.

12. Pleura

Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin,
fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat
pada dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas mengandung banyak kapiler
dan pembuluh limfe. Saraf adalah cabang n. frenikus dan n. interkostal.

2.2 Gejala Masalah Sistem Respirasi


I. Hipoksia (anoksia)
Merupakan defisiensi oksigen, dengan kata lain kondisi berkurangnya
kadar oksigen di badingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam
jaringan dan organ.
II. Hiperkapnia
Merupakan peningkatan kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering
disertai hipoksia. CO2 berlebih meingkatkan respirasi dan konsentrasi
yang hidrogen, yang akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebih)’
III. Hipokapnia
Merupakan penurunan kadar CO2 dalam darah, sering terjadi akibat
hiperventilasi (pernapasan cepat) dan penghembusan CO2.
IV. Asfisia atau Sufokasi
Merupakan suatu kondisi hipoksia atau hiperkapnia akibat
ketidakcukupan ventilasi pulmonary.

2.3 Gangguan/Penyakit yang Dialami Sistem Respirasi


I. Asma
Asma merupakan penyakit pernapasan obstruktif yang disertai
pembengkakan saluran napas dan spasme akut otot polos bronkiolus.
Keadaan ini menyebabkan produksi mukus yang berlebihan dan

5
menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi
alveolus.
Gejala
- Sesak napas yang bermakna
- Batuk, terutama di malam hari
- Pernapasan yang dangkal dan cepat
- Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru
- Peningkatan usaha bernapas, ditandai dengan retraksi dada
II. Bronkitis Akut
Bronkitis merupakan penyakit pernapasan obstruktif yang sering terjadi
yang disebabkan inflamasi pada bronkus. Penyakit ini biasanya
berhubungan dengan infeksi virus atau bakteri atau inhalasi iritan
seperti asap rokok dan zat-zat kimia yang ada didalam polusi udara.
Penyakit ini memiliki karakteristik produksi mukus yang berlebihan
Gejala
- Batuk
- Kesulitan bernapas
- Dispnea
- Kelelahan
- Ganguan tidur
- Kecemasan
III. Bronkitis Kronis
Bronchitis kronis merupakan gangguan paru obstruktif dengan ciri
produksi mukus berlebihan di saluran napas bawah dan menyebabkan
batuk kronis. Kondisi ini terjadi setidaknya terjadi 3 bulan berturut-turut
dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut.
Gejala
- Batuk yang sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk
dengan inhalasi iritan, udara dingin, atau infeksi
- Produksi mukus dalam jumlah sangat banyak
- Sesak napas dan dispnea

6
IV. Penyakit Paru Obstruktif Kronis
PPOK merupakan peradangan kronis yang menyebakan penyempitan
saluran udara dan kerusakan pada dinding alveolus.
Gejala
- Terdapat gejala-gejala dari penyakit emfisema dan bronkitis kronis.
- Dispnea yang konstan.
V. Batuk
Batuk merupakan respons alami yang terjadi pada tubuh untuk
membersihkan lendir atau faktor penyebab iritasi, seperti debu atau
asap, agar keluar dari saluran pernapasan kita.
Gejala
- Suara lengkingan di setiap tarikan napas dalam-dalam setelah batuk
- Batuk bertubi-tubi dan intens yang mengeluarkan dahak kental
- Kelelahan dan wajah merah karena terus batuk
- Muntah pada bayi dan anak-anak

2.4 Jenis Pemeriksaan untuk Sistem Respirasi

Definisi
Pemeriksaan pada thorax dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Langkah-langkah pemeriksaan fisik thorax:
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
Tujuan
A. INSPEKSI
Pada saat inspeksi, perawat mendapatkan data dari hasil observasi
pernafasan klien. Hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Keadaan umum dan pola nafas klien. Apakah klien mengalami
distressed ataudiaphoresis? Apakah pernafasannya regular dan dalam?
2. Penggunaan otot-otot pernafasan tambahan (misal scalenes,

7
sternocleidomastoids). Pasien yang menggunakan otot-otot pernafasan
tambahan menunjukkan bahwa paisen mengalami kesulitan bernafas.
3. Ada tidaknya retraksi intercosta atau retraksi supraclavikuler

4. Warna kulit terutama area kuku dan bibir. Warna cyanosis pada area
tersebut menunjukkan bahwa pasien hipoksia.

Cyanosis of nail beds


5. Posisi pasien dapat menunjukkan ada tidaknya gangguan sistem
pernafasan. Bentuk thorax normalnya simetris.

Orientation chest lines:

1. Anterior middle line

2. Right sternal line

3. Right parasternal line

4. Right midclavicular line

5. Right anterior axillary line

Orientation chest on lines:

6. Left scapular line

7. Left paravertebral line

8. Posterior middle line

8
6. Apakah ada kelainan bentuk dada atau tulang belakang seperti
a. barrel chest: kelainan bentuk dada ini dapat dijumpai pada kasus
emphysema.
b. Pectus exavatum atau funnel chest depresi pada sternum.
c. Kyphosis, scoliosis
7. Mencari pulsasi iktus cordis

B. PALPASI
Merasakan perbandingan gerakan nafas kanan dan kiri atau
ekspansi paru dengan berdiri di belakang klien. Meletakkan telapak
tangan pada punggung klien di kanan dan kiri thorax. Tempatkan ibu
jari anda pada T9 atau T10. Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam
dan observasi pergerakan ibu jari anda.
Membandingkan fremitus suara kanan dan kiri dengan
meletakkan kedua tangan pada punggung klien di kanan dan kiri tulang
belakang. (Klien diminta mengucapkan 99 atau 77). Fremitus
normalnya simetris di kedua paru dan akan mudah untuk diidentifikasi
pada area apex paru. Pada pasien dengan gangguan paru bisa terjadi
penurunan atau peningkatan fremitus.
Meraba iktus kordis dengan ke-4 jari tangan pada ruang
interkosta 4 dan 5 dengan ibu jari pada linea medio klavikularis kiri.
Ada tidaknya nyeri tekan pada tulang kosta.

PERKUSI
Perkusi normal pada paru adalah resonan. Hiperresonan
dapat terjadi pada Emphysema atau pneumothorax.
Suara dullness dapat terjadi karena ada cairan atau
jaringan padat di paru atau rongga pleura. Hal yang perlu
diperhatikan saat melakukan perkusi yaitu:

1. Melakukan perkusi secara sistematis dari atas ke


bawah membandingkan kanan dan kiri

9
2. Melakukan perkusi dalam daerah-
daerah supraklavikula
3. Meminta klien untuk mengangkat kedua tangan
danmelakukan perkusi mulai dari ketiak
4. Menentukan garis tepi hati
5. Melakukan perkusi untuk mencari batas paru
danhati lalu memberi tanda

C. AUSKULTASI

Suara auskultasi normal pada paru adalah bronkhial,


bronkhovesikuler dan vesikuler. Berikut ini tahap-
tahap yang perlu diperhatikan saat melakukan perkusi.

1. Meminta klien menarik nafas dengan pelan-


pelan,mulut terbuka.
2. Melakukan auskultasi dengan urutan yang benar
3. Mendengarkan inspirasi dan ekspirasi pada tiap
tempat yang diperiksa
4. Melakukan auskultasi pada sisi samping dada kanan
dankiri
5. Melakukan auskultasi pada dinding punggung
denganurutan yang benar

10
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sistem pernafasan atau yang sering disebut system respirasi merupakan
sistem organ yang digunakan untuk proses pertukaran gas, dimana sistem
pernafasan ini merupakan salah satu sistem yang berperan sangat penting
dalam tubuh untuk menunjang kelangsungan hidup.

Menusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan


membuang karbondioksida ke lingkungan. Alat-alat respirasi pada manusia
adalah rongga hidung, faring, laring, trakea, paru-paru, bronkus, bronkiolus,
dan alveolus. Pada proses inspirasi dan ekspirasi, mekanisme pernapasan
pada manusia dibagi atas pernapasan dada dan pernapasan perut.

3.2 SARAN
Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ
sistem pernafasan lainnya. Agar tidak terjadi gangguan pada sistem
pernapasan kita, hindarilah polusi udara dan gas-gas beracun, dan terutama
hindarilah sikap merokok. Serta rawatlah paru-paru (pulmo) agar tetap
bersih, karena Paru-paru mudah sekali terserang penyakit infeksi sehingga
menimbulkan kerusakan jaringannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

ALBERT, Ross H. Diagnosis and treatment of acute bronchitis. American family


physician, 2010, 82.11: 1345-1350.

KINSMAN, Robert A., et al. Symptoms and experiences in chronic bronchitis and
emphysema. Chest, 1983, 83.5: 755-761.

Raimundus Chalik, S.Si., M.Sc., Apt. 2016. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.

Drs. H. Kirnanoro, SKM., M.Kes dan Ns. Maryana, S.SiT., S.Psi., S.Kep., M.Kep.
2022. Anatomi Fisiologi. Bantul Yogyakarta. Pustaka Baru Press.

Ganong, W.F., 2003, Review of Medical Physiology, Twenty-first edition,


International Edition, Mc Graw Hill, USA.

Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2000, Textbook of Medical Physiology, 10 ed, A
Harcourt International Edition, W.B. Saunders Company, USA.

Allocca,J.A. 1991, Medical Instrumentation for the health care professional,


Prentice-Hall, Inc, New Jersey

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/385d7b9c6a60947ff4f188
4689a41ae8.pdf

12

Anda mungkin juga menyukai