Makalah Sistem Respirasi-Kelompok 2
Makalah Sistem Respirasi-Kelompok 2
Makalah Sistem Respirasi-Kelompok 2
SISTEM RESPIRASI
Disusun Oleh:
Wanda Adinata
Ega Cipta Septian
Alfina Nur Afifah
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur ke hadirat-Nya yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya kepada saya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan tepat waktu.
Akhir kata, kami berharap semoga pembuatan makalah ini bisa memberikan
manfaat maupun inspirasi bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui letak sistem respirasi secara anatomi.
2. Untuk mengetahui gejala masalah sistem respirasi.
3. Untuk mengetahui gangguan/penyakit yang dialami sistem respirasi.
4. Untuk mengetahui jenis pemeriksaan untuk sistem respirasi.
BAB II
1
PEMBAHASAN
Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu Cavum nasi, faring, laring, trakea, karina,
bronchus principalis, bronchus lobaris, bronchus segmentalis, bronchiolus
terminalis, bronchiolus respiratoryus, saccus alveolus, ductus alveolus dan alveoli.
Terdapat Lobus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus
inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Pulmo dextra
terdapat fissura horizontal yang membagi lobus superior dan lobus media,
sedangkan fissura oblique membagi lobus media dengan lobus inferior. Pulmo
sinistra terdapat fissura oblique yang membagi lobus superior dan lobus inferior.
Pembungkus paru (pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan Visceralis
(dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga pleura (cavum pleura).
1. Hidung
Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris anterior yang
dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan
luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Terdapat epitel
respirasi: epitel berlapis silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel
basal. Didalamnya ada konka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina
propria pada mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh
darah.
2. Alat Penghidu
3. Sinus Paranasal
Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang tengkorak yang
berhubungan dengan rongga hidung. Ada 4 sinus: maksilaris, frontalis, etmoidalis
dan sphenoidalis.
2
4. Faring
Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan menyatu dan
menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke oesophagus. Pada saat
bernapas udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga : nasofaring, orofaring, dan
laringofaring. Mukosa pada nasofaring sama dengan organ respirasi, sedangkan
orofaring dan laringofaring sama dengan saluran cerna. Mukosa faring tidak
memilki muskularis mukosa. Lamina propria tebal, mengandung serat elastin.
Lapisan fibroelastis menyatu dengan jaringan ikat interstisiel. Orofaring dan
laringofaring dilapisi epitel berlapis gepeng, mengandung kelenjar mukosa murni.
5. Laring
Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak antara faring
dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid. Muskulus
ekstrinsi mengikat laring pada tulang hyoid. Muskulus intrinsik mengikat laring
pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan fonasi. Lapisan laring
merupakan epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel selapis gepeng, tidak
ada kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk suara, dan menutup trakea pada saat
menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu (lipat vestibular)
dan pita suara (lipat suara). Celah di antara pita suara disebut rima glotis. Pita suara
palsu terdapat mukosa dan lamina propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat,
otot suara ( otot rangka). Vaskularisasi: A.V Laringeal media dan Inferior. Inervasi:
N Laringealis superior.
6. Trakea
Tersusun atas 16 – 20 cincin tulang rawan. Celah diantaranya dilapisi oleh jaringan
ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari: tulang rawan, mukosa, epitel bersilia,
jaringan limfoid dan kelenjar.
7. Bronchus
Cabang utama trakea disebut bronki primer atau bronki utama. Bronki primer
bercabang menjadi bronki lobar bronki segmental bronki subsegmental. Struktur
3
bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa lempeng tulang rawan
tidak teratur. Makin ke distal makin berkurang, dan pada bronkus subsegmental
hilang sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun
atas lipatan memanjang. Epitel bronkus : kolumnar bersilia dengan banyak sel
goblet dan kelenjar submukosa. Lamina propria : serat retikular, elastin, limfosit,
sel mast, eosinofil.
8. Bronchiolus
9. Bronchiolus Respiratorius
11. Alveolus
4
serat, sel septa (fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis diantara alveoli
disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari alveolar disebut makrofag alveolar. Pada
perokok sitoplasma sel ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag
melebihi jumlah sel lainnya.
12. Pleura
Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat elastin,
fibroblas, kolagen. Yang melekat pada paru disebut pleura viseral, yang melekat
pada dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri khas mengandung banyak kapiler
dan pembuluh limfe. Saraf adalah cabang n. frenikus dan n. interkostal.
5
menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi
alveolus.
Gejala
- Sesak napas yang bermakna
- Batuk, terutama di malam hari
- Pernapasan yang dangkal dan cepat
- Mengi yang dapat terdengar pada auskultasi paru
- Peningkatan usaha bernapas, ditandai dengan retraksi dada
II. Bronkitis Akut
Bronkitis merupakan penyakit pernapasan obstruktif yang sering terjadi
yang disebabkan inflamasi pada bronkus. Penyakit ini biasanya
berhubungan dengan infeksi virus atau bakteri atau inhalasi iritan
seperti asap rokok dan zat-zat kimia yang ada didalam polusi udara.
Penyakit ini memiliki karakteristik produksi mukus yang berlebihan
Gejala
- Batuk
- Kesulitan bernapas
- Dispnea
- Kelelahan
- Ganguan tidur
- Kecemasan
III. Bronkitis Kronis
Bronchitis kronis merupakan gangguan paru obstruktif dengan ciri
produksi mukus berlebihan di saluran napas bawah dan menyebabkan
batuk kronis. Kondisi ini terjadi setidaknya terjadi 3 bulan berturut-turut
dalam setahun untuk 2 tahun berturut-turut.
Gejala
- Batuk yang sangat produktif, purulen, dan mudah memburuk
dengan inhalasi iritan, udara dingin, atau infeksi
- Produksi mukus dalam jumlah sangat banyak
- Sesak napas dan dispnea
6
IV. Penyakit Paru Obstruktif Kronis
PPOK merupakan peradangan kronis yang menyebakan penyempitan
saluran udara dan kerusakan pada dinding alveolus.
Gejala
- Terdapat gejala-gejala dari penyakit emfisema dan bronkitis kronis.
- Dispnea yang konstan.
V. Batuk
Batuk merupakan respons alami yang terjadi pada tubuh untuk
membersihkan lendir atau faktor penyebab iritasi, seperti debu atau
asap, agar keluar dari saluran pernapasan kita.
Gejala
- Suara lengkingan di setiap tarikan napas dalam-dalam setelah batuk
- Batuk bertubi-tubi dan intens yang mengeluarkan dahak kental
- Kelelahan dan wajah merah karena terus batuk
- Muntah pada bayi dan anak-anak
Definisi
Pemeriksaan pada thorax dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi. Langkah-langkah pemeriksaan fisik thorax:
1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
Tujuan
A. INSPEKSI
Pada saat inspeksi, perawat mendapatkan data dari hasil observasi
pernafasan klien. Hal yang harus diperhatikan adalah:
1. Keadaan umum dan pola nafas klien. Apakah klien mengalami
distressed ataudiaphoresis? Apakah pernafasannya regular dan dalam?
2. Penggunaan otot-otot pernafasan tambahan (misal scalenes,
7
sternocleidomastoids). Pasien yang menggunakan otot-otot pernafasan
tambahan menunjukkan bahwa paisen mengalami kesulitan bernafas.
3. Ada tidaknya retraksi intercosta atau retraksi supraclavikuler
4. Warna kulit terutama area kuku dan bibir. Warna cyanosis pada area
tersebut menunjukkan bahwa pasien hipoksia.
8
6. Apakah ada kelainan bentuk dada atau tulang belakang seperti
a. barrel chest: kelainan bentuk dada ini dapat dijumpai pada kasus
emphysema.
b. Pectus exavatum atau funnel chest depresi pada sternum.
c. Kyphosis, scoliosis
7. Mencari pulsasi iktus cordis
B. PALPASI
Merasakan perbandingan gerakan nafas kanan dan kiri atau
ekspansi paru dengan berdiri di belakang klien. Meletakkan telapak
tangan pada punggung klien di kanan dan kiri thorax. Tempatkan ibu
jari anda pada T9 atau T10. Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam
dan observasi pergerakan ibu jari anda.
Membandingkan fremitus suara kanan dan kiri dengan
meletakkan kedua tangan pada punggung klien di kanan dan kiri tulang
belakang. (Klien diminta mengucapkan 99 atau 77). Fremitus
normalnya simetris di kedua paru dan akan mudah untuk diidentifikasi
pada area apex paru. Pada pasien dengan gangguan paru bisa terjadi
penurunan atau peningkatan fremitus.
Meraba iktus kordis dengan ke-4 jari tangan pada ruang
interkosta 4 dan 5 dengan ibu jari pada linea medio klavikularis kiri.
Ada tidaknya nyeri tekan pada tulang kosta.
PERKUSI
Perkusi normal pada paru adalah resonan. Hiperresonan
dapat terjadi pada Emphysema atau pneumothorax.
Suara dullness dapat terjadi karena ada cairan atau
jaringan padat di paru atau rongga pleura. Hal yang perlu
diperhatikan saat melakukan perkusi yaitu:
9
2. Melakukan perkusi dalam daerah-
daerah supraklavikula
3. Meminta klien untuk mengangkat kedua tangan
danmelakukan perkusi mulai dari ketiak
4. Menentukan garis tepi hati
5. Melakukan perkusi untuk mencari batas paru
danhati lalu memberi tanda
C. AUSKULTASI
10
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sistem pernafasan atau yang sering disebut system respirasi merupakan
sistem organ yang digunakan untuk proses pertukaran gas, dimana sistem
pernafasan ini merupakan salah satu sistem yang berperan sangat penting
dalam tubuh untuk menunjang kelangsungan hidup.
3.2 SARAN
Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ
sistem pernafasan lainnya. Agar tidak terjadi gangguan pada sistem
pernapasan kita, hindarilah polusi udara dan gas-gas beracun, dan terutama
hindarilah sikap merokok. Serta rawatlah paru-paru (pulmo) agar tetap
bersih, karena Paru-paru mudah sekali terserang penyakit infeksi sehingga
menimbulkan kerusakan jaringannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
KINSMAN, Robert A., et al. Symptoms and experiences in chronic bronchitis and
emphysema. Chest, 1983, 83.5: 755-761.
Raimundus Chalik, S.Si., M.Sc., Apt. 2016. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
Kesehatan.
Drs. H. Kirnanoro, SKM., M.Kes dan Ns. Maryana, S.SiT., S.Psi., S.Kep., M.Kep.
2022. Anatomi Fisiologi. Bantul Yogyakarta. Pustaka Baru Press.
Guyton, A.C. and Hall, J.E., 2000, Textbook of Medical Physiology, 10 ed, A
Harcourt International Edition, W.B. Saunders Company, USA.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/385d7b9c6a60947ff4f188
4689a41ae8.pdf
12