Yayayyayaa
Yayayyayaa
Yayayyayaa
Disusun Oleh :
1. Maksi Rahmiati 10031381924052
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
ridha serta petunjuk-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
Pengalaman Belajar lapangan (PBL) Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sriwijaya tahun 2022 yang dilaksanakan di Desa Pematang Bangsal, Kecamatan
Pemulutan Selatan, Kabupaten Ogan Ilir.
Kami berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
segenap civitas akademika Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
serta bagi warga di Desa Pematang Bangsal, Kecamatan Pemulutan Selatan,
Kabupaten Ogan Ilir
Banyak suka maupun duka yang telah dilewati selama perjalanan
Pengalaman Belajar Lapangan ini. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada
semua pihak yang telah memberikan segala bentuk dukungan, bantuan,
bimbingan, nasihat dan do‟a yang memacu dan membantu dalam pembuatan
laporan ini:
1. Ibu Misnaniarti, S.K.M., M.K.M. selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sriwijaya;
2. Ibu Najmah, S.K.M, M.P.H., Ph.D selaku dosen pembimbing materi
Pengalaman Belajar Lapangan;
3. Ibu Bidan Yulita, Am.Keb selaku pembimbing lapangan yang banyak
membantu kami di setiap kegiatan di desa;
4. Bapak Robinhud, S.Pd.,M.Si selaku Bapak Camat Pemulutan Selatan,
Kabupaten Ogan Ilir yang telah berkenan mendukung kegiatan yang kami
lakukan selama PBL;
5. Ibu Sekretaris Desa Pematang Bangsal, Kecamatan Pemulutan Selatan,
Kabupaten Ogan Ilir yang telah berkenan mendukung dan membantu
kegiatan yang kami lakukan selama PBL;
6. Tenaga Kesehatan Puskesmas Sungai Keli, yang telah membantu kami
selama terlaksananya pencarian data di Desa Pulau Semambu;
7. Kader Desa yang telah terlibat aktif dalam proses kegiatan yang kami
lakukan selama PBL;
iii
8. Orang tua dan keluarga kami yang telah memberikan semangat dan
dukungan tiada henti untuk kami;
9. Perangkat Desa Pematang Bangsal dari dusun 1 sampai dengan dusun 2,
yang telah membantu dalam terlaksananya kegiatan PBL kami;
10. Serta teman-teman, adik-adik, dan seluruh masyarakat Desa Pematang
Bangsal Kecamatan Pemulutan Selatan Kabupaten Ogan Ilir yang tidak
dapat kami sebutkan satu per satu.
Kami berharap semoga ilmu, pengetahuan, dan bimbingan dari semua
pihak semoga menjadi manfaat bagi kami dan menjadi ladang amal dihadapan
Allah SWT. Kami juga menyadari mungkin masih banyak kesalahan dalam
menjalankan PBL ataupun dalam penulisan laporan ini. Untuk itu segala kritik,
saran dan masukan sangat diperlukan untuk perbaikan kedepannya. Akhir kata
semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca dan penulis.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB I PENDAHULUAN 1
2.1. Stunting 6
v
2.1.7 Upaya Pencegahan Stunting 12
vi
3.2.2 Gambaran Status Gizi 35
vii
Posyandu Remaja 71
5.1.9 Kegiatan Pemberian Edukasi Mengenai PMT Ibu Hamil dan Balita
71
5.3.9 Kegiatan Pemberian Edukasi Mengenai PMT Ibu Hamil dan Balita
75
7.1 Kesimpulan 81
7.2 Saran 81
viii
DAFTAR PUSTAKA 83
LAMPIRAN 85
Instrumen 1 89
Instrumen 2 95
Instrumen 3 105
Instrumen 4 110
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
Gambar 4. 1 Perumusan Masalah di Desa Pematang Bangsal ............................. 55
Gambar 4. 2 Diagram Ishikawa/Fish Bone .......................................................... 56
Gambar 6. 1 Hasil Policy Brief ............................................................................. 79
Gambar 6. 2 Rekomendasi Kebijakan Policy Brief .............................................. 80
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1
angka kematian bayi di Indonesia berfluktatif namun cenderung menurun dalam
beberapa tahun terakhir. Tahun 2017 angka kematian bayi Indonesia sebesar
22,62, tahun 2018 sebesar 21,86 dan tahun 2019 sebesar 21,1(Badan Pusat
Statistik Indonesia, 2019). Angka tersebut masih jauh dari target kementerian
kesehatan Republik Indonesia mengenai kematian bayi tahun 2024 sebesar 16,8.
Besarnya angka tersebut merupakan rata- rata dari angka kematian bayi pada 34
provinsi yang ada di Indonesia. Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu
provinsi yang menyumbang angka kematian cukup tinggi. Menurut badan pusat
statistik Provinsi Sumatera Selatan angka kematian bayi tahun 2018 sebesar 29
bayi per 1.000 kelahiran hidup dan naik menjadi 41 bayi per kelahiran hidup pada
tahun 2019 (Badan Pusat Statistik Sumatera Selatan, 2019).
Saat ini Indonesia tengah dihadapi dengan tiga beban penyakit (Triple
Burden of Disease) yaitu pertama telah beralihnya penyakit menular ke arah
penyakit tidak menular seperti penyakit Jantung, Kanker, Diabetes Mellitus dan
Hipertensi. Kedua, masyarakat Indonesia masih dihadapkan dengan permasalahan
penyakit menular yang tak kunjung selesai seperti Diare, Demam Berdarah
Dengue (DBD), Malaria, HIV/AIDS, dan Filariasis. Yang ketiga adalah
munculnya ancaman penyakit infeksi baru seperti saat ini yang tengah melanda
dunia termasuk Indonesia yaitu penyakit infeksi Covid-19 (Depkes RI dalam
Prabandita dan Amalia, 2020).
Pada tanggal 2 Maret 2020 Indonesia mengkonfirmasi 2 kasus positif
Covid-19, yang kemudian pada 11 Maret 2020, WHO menetapkan Covid-19
sebagai pandemi. Dari 2 kasus tersebut, penyebaran semakin luas dan cepat. Saat
ini kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia sudah mencapai angka lebih
dari satu juta jiwa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, termasuk provinsi
Sumatera Selatan yang hingga saat ini lebih dari 25.000 kasus terkonfirmasi
positif. Adanya kebijakan PSBB yang dimaksudkan untuk mengurangi dan
memutus rantai penularan Covid-19 berdampak pada pelaksanaan pelayanan
kesehatan di puskesmas, posyandu, kelas ibu, dan lain-lain. Sebagian besar
aktivitas posyandu ditunda, termasuk penimbangan, penyuluhan dan konseling.
Kondisi pandemi juga berpengaruh kepada aturan dan kebijakan di rumah sakit
terkait pelaksanaan inisiasi menyusu dini (IMD), pemberian ASI secara langsung
2
serta rooming-in pada bayi baru lahir. Hal ini disesuaikan dalam rangka
menghindari penularan Covid-19 pada bayi baru lahir (Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, 2021).
Selain beban tiga penyakit, Indonesia saat ini sedang berjuang mengatasi
tiga beban gizi yaitu stunting, kelelahan, obesitas, anemia dan defisiensi
mikronutrien lainnya, menurut data Riskesdas 2018. (Purwo, 2020). Sebanyak 7
juta anak terkena stunting di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara
dengan stunting kelima di dunia di antara anak-anak di bawah usia 5 tahun
(UNICEF, 2020).Tahun). Pada tahun 2019, angka stunting Indonesia turun
menjadi 27,67%, namun masih belum mencapai batas 20% yang ditetapkan
WHO (Kemenkes RI, 2018)
1.2. Tujuan Kegiatan
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum kegiatan adalah mampu mengidentifikasi sumber penyebab
masalah kesehatan serta melakukan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
terhadap intervensi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam
meningkatkan derajat kesehatan, serta memberdayakan masyarakat guna
meningkatkan status kesehatannya dengan alternatif program yang bermanfaat
untuk masyarakat di Desa Pematang Bangsal, Kecamatan Pemulutan Selatan,
Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Melakukan analisis situasi kesehatan masyarakat di Desa Pematang
Bangsal.
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan terutama permasalahan Kesehatan Ibu
dan Anak (KIA), Covid-19 serta permasalahan sampah dan sanitasi di
Desa Pematang Bangsal.
3. Menentukan prioritas masalah kesehatan di Desa Pematang Bangsal.
4. Mampu menyusun alternatif pemecahan masalah (intervensi) dan
melaksanakan program kesehatan di Desa Pematang Bangsal.
5. Memberikan rekomendasi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
masyarakat di Desa Pematang Bangsal.
6. Mengetahui karakteristik balita dan keluarga di Desa Pematang Bangsal.
3
7. Menganalisa kondisi sanitasi lingkungan di Desa Pematang Bangsal.
8. Mampu mendeskripsikan implementasi kegiatan di posyandu Desa
Pematang Bangsal
1.2.3. Bagi Mahasiswa PBL
1. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
mengidentifikasi serta menganalisis permasalahan kesehatan yang tengah
dihadapi masyarakat secara langsung.
2. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang
telah dipelajari selama perkuliahan kepada masyarakat.
3. Memberikan pengalaman pada mahasiswa dalam beradaptasi secara
langsung dengan masyarakat.
4. Membantu mahasiswa dalam meningkatkan profesionalisme kerja,
memiliki sikap sosial, serta memiliki rasa tanggung jawab dalam
masyarakat.
5. Berpartisipasi secara aktif dalam upaya peningkatan kesehatan masyarakat
di Desa Pematang Bangsal.
1.3. Manfaat Kegiatan
1.3.1. Bagi Masyarakat Desa Pematang Bangsal
1. Masyarakat dapat mengetahui informasi dan gambaran masalah kesehatan
yang ada di Desa Pematang Bangsal Kecamatan Pemulutan Selatan
Kabupaten Ogan Ilir.
2. Membantu masyarakat dalam memecahkan permasalahan kesehatan yang
ada di Desa Pematang Bangsal Kecamatan Pemulutan Selatan Kabupaten
Ogan Ilir.
3. Masyarakat memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan tentang
kesehatan yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat Desa Pematang
Bangsal Kecamatan Pemulutan Selatan Kabupaten Ogan Ilir.
1.3.2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
1. Memperkenalkan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya
kepada Desa Pematang Bangsal Kecamatan Pemulutan Selatan Kabupaten
Ogan Ilir.
2. Menambah Literatur ilmiah perpustakaan Fakultas Kesehatan Masyarakat
4
Universitas Sriwijaya.
3. Membantu pengalaman Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan,
Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Stunting
2.1.1. Kondisi Stunting di Indonesia
Indonesia saat ini masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak
serius terhadap Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu masalah gizi
yang menjadi perhatian utama saat ini yaitu masih tingginya anak balita pendek
(Stunting). Berdasarkan Pantauan Status Gizi (PSG) 2017, ternyata balita yang
mengalami stunting di Indonesia tercatat sebesar 26,6%. Angka tersebut terdiri
dari 9,8% masuk kategori sangat pendek dan 19,8% kategori pendek. Berdasarkan
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, terdapat 15 kabupaten/kota di
Indonesia dengan prevalensi stunting diatas 50% (Bhutta et al., 2010; UNICEF,
2017).
Data prevalensi anak balita yang termasuk dalam kategori stunting
berdasarkan data World Health Organization (WHO) yang dirilis tahun 2018
menyebutkan bahwa Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan
prevalensi tertinggi di South-East Asian Region setelah Timor Leste (50,5%) dan
India (38,4%) yaitu sebesar 36,4% (Pusat Data dan Informasi Kemenkes, 2018).
Dimana angka kejadian tersebut berada diatas standar yang telah ditetapkan WHO
yakni sebesar 20%.
6
2.1.2. Definisi Stunting
Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yg ditimbulkan oleh
asupan gizi yang kurang pada dalam waktu yang relatif lama akibat pemberian
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai
dari janin masih dalam kandungan, namun baru nampak ketika anak berusia dua
tahun (Kemenkes RI, 2016). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010, wacana standar Antropometri evaluasi Status Gizi
Anak Balita Pendek, Stunting ialah status gizi yang didasarkan di indeks PB/U
atau TB/U dimana pada standar antropometri penilaian status gizi anak, yang akan
terjadi pengukuran tadi berada pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai
dengan -3 Sekolah Dasar (pendek/ stunted) serta <-3 Sekolah Dasar (sangat
pendek / severely stunted) (Silva et al., 2019)
Penentuan Stunting dapat menggunakan beberapa standar, antara lain Z-
score baku National Center For Health Statistic/Center For Diseases Control
(NCHS/CDC) atau Child Growth Standars World Health Organization (WHO)
tahun 2005. Di Indonesia sendiri pengklasifikasian status gizi pada anak, baik
laki–laki maupun perempuan mengacu pada Permenkes RI Nomor 02 Tahun 2020
tentang Standar Antopometri Anak, yang dapat dilihat pada tabel 2.1.berikut
(Permenkes RI Nomor 02 Tahun 2020, 2020) :
Tabel 2. 1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak
Indeks Kategori Status Gizi Ambang Batas (Z-
Score)
Panjang Badan atau Tinggi Sangat pendek (severely <-3 SD
Badan menurut Umur stunted)
(PB/U atau TB/U) anak Pendek (stunted) - 3 SD s.d <- 2 SD
usia 0 - 60 bulan Normal -2 SD s.d +3 SD
Tinggi > +3 SD
Sumber : Permenkes RI Nomor 02 Tahun 2020.
2.1.3. Faktor Risiko Penyebab Stunting
Stunting tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh
ibu hamil maupun anak balita saja. Beberapa faktor yang menjadi penyebab
stunting menurut Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan dalam
7
Buku Ringkasan 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil
(Stunting), yaitu :
1. Praktek pengasuhan yang kurang baik
Pengetahuan ibu mengenai gizi kesehatan sebelum, masa kehamilan,
serta setelah ibu melahirkan sangat diperlukan. Beberapa fakta serta informasi
yang ada menunjukkan bahwa 60% dari anak usia 0-6 bulan tidak
mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) ekslusif. Dua dari tiga anak usia 0-24 bulan
tidak menerima Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI). MPASI
diberikan dan mulai diperkenalkan ketika balita berusia diatas 6 bulan. Selain
berfungsi untuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi, MPASI juga
dapat mencukupi kebutuhan nutrisi tubuh bayi yang tidak lagi dapat didukung
oleh ASI, serta membentuk daya tahan tubuh dan perkembangan sistem
imunologis anak terhadap makanan maupun minuman.
2. Terbatasnya layanan kesehatan Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilan), Post Natal Care, dan pembelajaran dini yang
berkualitas.
Berdasarkan Informasi yang diperoleh dari publikasi Kemenkes dan
Bank Dunia, anak di Posyandu semakin menurun dari 79% pada tahun 2007
menjadi 64% di tahun 2013 dan diiringi dengan faktor anak belum mendapat
akses yang memadai ke layanan imunisasi. Dan fakta dilapangan menunjukkan
bahwa dua dari tiga ibu hamil belum mengkonsumsi sumplemen zat besi yang
memadai serta masih terbatasnya akses ke layanan pembelajaran dini yang
berkualitas (baru 1 dari 3 anak usia 3-6 tahun belum terdaftar di layanan
PAUD/Pendidikan Anak Usia Dini).
3. Kurangnya makanan bergizi dalam kebutuhan rumah tangga.
Tingginya harga makanan bergizi di Indonesia sangat mempengaruhi
kemampuan ekonomi masyarakat. Sebagaimana menurut sumber seperti
RISKESDAS 2013, SDKI 2012, dan SUSENAS, komoditas makanan di
Jakarta 94% relatif lebih mahal dibandingkan dengan New Delhi, India. Selain
itu, harga buah dan sayuran di Indonesia pun tergolong lebih mahal daripada
Singapura. Terbatasnya akses masyarakat Indonesia akan makanan bergizi,
telah mengakibatkan 1 dari 3 ibu hamil yang mengalami anemia.
8
4. Kurangnya akses terhadap air bersih serta sanitasi
Menurut Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi, dalam Buku Saku Desa menunjukkan bahwa 1 dari 5 rumah
tangga di Indonesia masih buang air besar (BAB) di ruang terbuka, dan 1 dari 3
rumah tangga belum memiliki akses terhadap air minum bersih. Sedangkan
menurut World Health Organization (WHO) 2013, penyebab terjadinya
stunting pada anak terbagi menjadi 4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan
rumah tangga; makanan tambahan/komplementer yang tidak memadai;
menyusui; dan infeksi.
a. Faktor keluarga dan rumah tangga
Faktor maternal terkait dengan nutrisi yang kurang pada saat
prakonsepsi, kehamilan, dan laktasi; tinggi badan ibu yang rendah;
infeksi; kehamilan pada usia remaja; kesehatan mental; intrauterine
growth restriction (IUGR) serta kelahiran prematur, jarak kehamilan
yang pendek, dan hipertensi. Sedangkan Faktor lingkungan rumah dapat
berupa stimulasi dan aktivitas anak yang tidak adekuat, perawatan yang
kurang, sanitasi dan pasukan air yang tidak adekuat, akses dan
ketersediaan pangan yang kurang, alokasi makanan dalam rumah tangga
yang tidak sesuai, serta edukasi yang masih minim.
b. Makanan Tambahan/Komplementer Yang Tidak Memadai
Hal ini dapat berkaitan dengan Kualitas makanan yang diberikan
tidak sesuai seperti kualitas micronutrient yang buruk, kurangnya
keragaman dan asupan pangan yang bersumber dari pangan hewani,
kandungan makanan tidak bergizi, dan rendahnya kandungan energi;
serta Praktik pemberian makanan yang tidak memadai dapat berupa
pemberian makan yang jarang, pemberian makan yang tidak memadai
selama dan setelah sakit, konsistensi pangan yang terlalu ringan,
kuantitas pangan yang tidak mencukupi.
c. Masalah dalam pemberian ASI
Pemberian ASI memiliki berbagai manfaat terhadap kesehatan,
dalam hal perkembangan anak. Selain itu, ASI juga memiliki manfaat
lain, seperti meningkatkan imunitas anak terhadap penyakit; menurunkan
9
frekuensi diare, konstipasi kronis, penyakit gastrointestinal, serta infeksi
telinga. Namun, rendahnya kesadaran dan partisipasi ibu dalam
pemenuhan ASI Eksklusif ke balita dapat memberikan kontribusi
terhadap peningkatan kejadian stunting. Dimana bayi yang tidak diberi
ASI eksklusif berisiko 3,7 kali lebih tinggi mengalami stunting
dibandingkan dengan bayi yang diberi ASI eksklusif. Hal ini
berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh Teshome (2009)
yang menunjukkan bahwa anak yang tidak mendapatkan kolostrum
(makanan pertama untuk bayi yang baru lahir sebelum ASI) lebih
berisiko tinggi terhadap stunting.
d. Infeksi
Penyakit infeksi pada anak merupakan masalah kesehatan yang
penting dan diketahui dapat mempengaruhi pertumbuhan anak,
khususnya di negara berkembang. Adapun beberapa infeksi yang sering
dialami yakni infeksi enterik seperti diare, enteropati, dan cacing, dapat
juga disebabkan oleh infeksi pernafasan (ISPA), malaria, berkurangnya
nafsu makan akibat serangan infeksi, dan inflamasi (Kemenkes RI,
2016).
2.1.4 Cara Pengukuran Balita Stunting
Berdasarkan pengukuran antropometri dengan indikator TB/U(kasus) dan
keluarga yang memiliki balita yang tidak stunting menurut jenis kelamin dan
usia anak yang dikelompokkan berdasarkan kelompok umur. Adapun kriteria
inklusi dan eksklusi sebagai berikut: anak diasuh oleh ibu, anak mengalami
stunting, bersedia untuk ikut dalam penelitian, anak dalam keadaan sehat,
keluarga yang memiliki lebih dari satu anak stunting, maka salah satu balitanya
yang stunting (anak tertua) diambil sebagai sampel sedangkan pada kelompok
kasus : anak diasuh oleh ibu, anak tidak mengalami stunting, bersedia untuk ikut
dalam penelitian, anak dalam keadaan sehat, keluarga yang memiliki lebih
dari satu anak stunting, maka salah satu balitanya yang stunting (anak tertua)
diambil sebagai sampel (Yudianti & Saeni, 2017)
2.1.5 Ciri – Ciri Stunting
Ciri-ciri berdasarkan karakteristik fisik yang tampak dalam anak stunting
10
antara lain; tinggi dibawah rata-rata, terjadi gagal tumbuh, perhatian dan memori
rendah, menghindari hubungan mata, dan lebih pendiam. Stunting juga
diakibatkan oleh kondisi kurang gizi pada usia balita dan berat badan lahir rendah
(BBLR). Pemberantasan kasus stunting di Indonesia krusial dilakukan terutama
untuk menekankan dalam langkah-langkah pencegahan dini menggunakan
gerakan pemugaran asupan gizi dalam remaja, perempuan usia subur, ibu hamil
dan balita. Upaya spesifik dalam balita mencakup hadiah ASI tertentu selama 6
bulan, hadiah pola asuh yang baik, dan pemantauan status pertumbuhan dan
perkembangan anak dalam 1000 hari pertama kelahiran. Masalah gizi pendek
diakibatkan oleh keadaan yang berlangsung lama, maka karakteristik kasus gizi
yang ditunjukan oleh anak pendek merupakan kasus gizi yg sifatnya kronis
(Muslim, 2020).
11
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode
tersebut, dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak,
kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam
tubuh. Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya
penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker,
stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif
yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.
2.1.7 Upaya Pencegahan Stunting
Untuk mengurangi stunting Pemerintah indonesia berkomitmen bergabung
dalam Scaling Up Nutrition (SUN) movement, SUN adalah gerakan global
dengan prinsip semua orang di dunia berhak mendapatkan makanan dan gizi yang
baik, selain itu upaya yang dilakukan pemerintah indonesia untuk mencegah
stunting adalah menggunakan mengadakan gerakan 1.000 hari pertama kehidupan
yang dikenal menjadi 1.000 HPK, gerakan ini bertujuan meningkatkan kecepatan
perbaikan gizi untuk memperbaiki kehidupan anak-anak Indonesia pada masa
mendatang, gerakan ini melibatkan berbagai sektor dan pemangku kebijakan
untuk bekerjasama menurunkan prevalensi stunting.
Upaya intervensi gizi khusus buat balita pendek difokuskan dalam
kelompok 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu Ibu Hamil, Ibu Menyusui,
& Anak 0-23 bulan, karena penanggulangan balita pendek yg paling efektif
dilakukan dalam 1.000 HPK. Periode 1.000 HPK mencakup yg 270 hari selama
kehamilan & 730 hari pertama sesudah bayi yg dilahirkan telah dibuktikan secara
ilmiah adalah periode yg memilih kualitas kehidupan. Oleh karenanya periode ini
terdapat yg menyebutnya sebagai "periode emas", "periode kritis", dan Bank
Dunia (2006) menyebutnya sebagai"window of opportunity".
Upaya penanggulangan stunting menurut Lancet pada Asia Pasific
Regional Workshop (2010) sebagai berikut;
a. Melakukan Edukasi kesadaran ibu tentang ASI Eksklusif (selama 6 bulan)
b. Melakukan Edukasi tentang MP-ASI yang beragam (umur 6 bulan-2
tahun).
12
c. Melakukan Intervensi mikronutrien melalui fortifikasi dan pemberian
suplemen.
d. Iodisasi garam secara umum.
e. Intervensi untuk pengobatan malnutrisi akut yang parah.
f. Intervensi tentang kebersihan dan sanitasi.
Angka stunting pada anak di bawah 5 tahun dapat dikurangi sejak janin
masih dalam kandungan dengan memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil, artinya
semua ibu hamil perlu makan (Tablet Fe) dan dipantau untuk Kesehatannya (Edy
Susanto, 2019).
Selain itu, setiap bayi hanya dapat disusui sampai usia 6 bulan (jenis
tersendiri atau eksklusif) dan setelah usia 6 bulan mendapat makanan pendamping
ASI (MPASI) dalam jumlah dan kualitas yang cukup. Ibu nifas selain mendapat
nutrisi yang cukup, juga mendapat suplemen gizi berupa kapsul vitamin A. Perlu
dilakukan pemantauan dan pencegahan retardasi pertumbuhan kronis pada balita
jika pemantauan tumbuh kembang pada anak dilakukan secara teratur dan benar.
Pemantauan tumbuh kembang balita di posyandu merupakan upaya yang sangat
strategis untuk mendeteksi gangguan tumbuh kembang sejak dini guna mencegah
terjadinya stunting. (Muslim, 2020).
13
seperti air minum, mandi, dan cuci. Air bersih sangat diperlukan untuk kehidupan
manusia. Air dikatakan bersih jika jernih, tidak berbau, dan tidak berasa.
Pembangunan sarana air bersih antara lain akan membantu meningkatkan
kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan, serta meningkatkan efisiensi
waktu dan efektifitas penggunaan air bersih. Dalam hal ini, air tanah merupakan
sumber air bersih yang dapat dimanfaatkan. Padahal air tanah yang bisa
dimanfaatkan adalah air permukaan. Kedalaman air tanah 10-14 m pada titik ini
(Sutandi, 2019).
2.2.3. Pengelolaan Sampah
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 mengenai
Pengelolaan Sampah, sampah merupakan residu aktivitas sehari-hari manusia atau
proses alam yg berbentuk padat. Sedangkan pengelolaan sampah merupakan
aktivitas yg sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang mencakup
pengurangan & penanganan sampah. Pengelolaan sampah ini bukan hanya
menyangkut aspek teknis, namun pula meliputi aspek-aspek yg lain, misalnya
manajemen, pembiayaan, regulasi, pelibatan warga menjadi pembuat sampah,
pihak partikelir & lain-lain.
Di negara-negara maju, pengelolaan sampah sangat minim didefinisikan
menjadi kontrol terhadap timbulan sampah, mulai dari pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pemrosesan, dan pembuangan akhir menggunakan
penanganan-penanganan terbaik buat kesehatan, ekonomi, estetika, lingkungan,
teknis, konservasi, dan terhadap perilaku warga .Suksesnya pengelolaan sampah,
bukan hanya didasarkan pada aspek teknis saja, tetapi juga mencakup aspek-aspek
non teknis. Untuk menjalankan sistem pengelolaan yang baik, perlu melibatkan
berbagai disiplin ilmu, seperti teknik sipil, perencanaan kota, ekonomi, kesehatan
masyarakat, sosiologi, komunikasi, konservasi, dan lain-lain.
Kebijakan pengelolaan sampah perkotaan yang dikeluarkan oleh
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di Indonesia sesuai dengan
SNI 3242:2008 tentang Pengelolaan Sampah di Permukiman memosisikan bahwa
pengelolaan sampah perkotaan merupakan sebuah sistem yang terdiri dari 5
komponen subsistem, yaitu: aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek
pengaturan (hukum), aspek peran serta masyarakat, dan aspek teknik operasional.
14
Kelima aspek tersebut saling terkait dan harus diperhatikan untuk mewujudkan
sistem pengelolaan sampah yang efektif.
Aspek Teknis
Operasional
Timbulan Sampah
15
Pemilahan, Pewadahan,&
Pengolahan di Sumber
Pengumpulan
Pengangkutan
Pembuangan Akhir
16
masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran sungai. Pada umumnya masyarakat
memanfaatkan sungai untuk memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari seperti
kegiatan mandi, cuci dan kakus (MCK).
Kegiatan semacam ini merupakan kebiasaan yang terjadi di berbagai
tempat, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar sungai.
1. Komponen MCK (Mandi, Cuici, Kakus)
a) Bilik / Ruangan MCK
Desain bilik/ruang MCK dilaksanakan menggunakan
mempertimbangkan norma dan budaya warga penggunanya sebagai
akibatnya perlu dimusyawarahkan. Hal hal tadi umumnya terkait
menggunakan diantaranya rapikan letak, pemisahan pengguna laki laki &
perempuan, jenis jamban & lain lain. Untuk kapasitas pelayanan, seluruh
ruangan pada satu kesatuan bisa menampung pelayanan dalam waktu
(jam-jam) paling sibuk & banyaknya ruangan dalam setiap satu kesatuan
MCK buat jumlah pemakai spesifik tercantum pada tabel dibawah (Badan
Standarisasi Nasional, 2002).
Tabel 2. 2 Jumlah Pengguna MCK dan Banyaknya Bilik yang Diperlukan
Jumlah Bilik / Ruangan
Jumlah Pemakai Mandi Cuci Kakus
10-20 2 1 2
21-40 2 2 2
41-80 2 3 4
81-100 2 4 4
101-120 4 5 4
121-160 4 5 6
161-200 4 6 6
Sumber: Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK komunal/umum -SNI 03 -
2399 -2002
Catatan :
Jumlah bilik untuk mandi dan kakus bisa digabungkan menjadi satu dan
didiskusikan dengan warga pemakai. Tempat cuci dalam kondisi lahan
terbatas, dapat ditempatkan di dekat sumur dengan memperhitungkan
17
rembesan air limbah cucian tidak kembali masuk ke:
1) Kamar Mandi
Ini mencakup luas lantai minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m) dan
dirancang untuk memiliki kemiringan non-slip sekitar 1% ke tempat
pembuangan akhir. Pintu, ukuran: lebar 0,6-0,8 m, tinggi minimum 1,8 m,
untuk pengguna kursi roda (defabel), lebar pintu yang digunakan sesuai
dengan lebar kursi roda. Bak mandi dilengkapi dengan gayung.
2) Sarana Tempat Cuci
Luas lantai minimal 2,40 m2 (1,20 m x 2,0 m) dan dibuat tidak licin
dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 %.
Tempat menggilas pakaian dilakukan dengan jongkok atau berdiri, tinggi
tempat menggilas pakaian dengan cara berdiri 0,75 m di atas lantai dengan
ukuran sekurang-kurangnya 0,60 m x 0,80 m.
3) Kakus / Jamban
Jamban keluarga didefinisikan bangunan yang dipergunakan untuk
membuang kotoran manusia untuk keluarga, dan biasa disebut jamban.
Penyediaan sarana pembuangan kotoran manusia atau tinja (kakus/jamban)
merupakan bagian dari kebersihan yang memegang peranan penting dalam
upaya pencegahan penularan gangguan saluran cerna. Jamban dapat
dibedakan atas beberapa jenis, yaitu : (Azwar, 1990)
1. Jamban Cubluk (Pit Privy).
2. Jamban Empang (Overhung Latriene).
3. Jamban Kimia (Chemical Toilet)
2. Syarat – Syarat Jamban
Jamban keluarga adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat
sebagai berikut : (Ribeiro, 2014)
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung
berjarak 10-15 meter dari sumber air bersih.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun
tikus,
3. Cukup luas dan landai / miring kearah lubang jongkok sehingga
tidak mencemari tanah sekitarnya,
18
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindungan dinding kedap air dan
berwarna,
6. Cukup penerangan,
7. Lantai kedap air,
8. Ventilasi cukup baik,
9. Tersedia air dan alat pembersih.
3. Manfaat dan Fungsi Jamban
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan.
Jamban yang baik dan memenuhi syarat kesehatan akan menjamin
beberapa hal, yaitu :
1. Melindungi kesehatan masyarakat dari penyakit,
2. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana
yang aman,
3. Bukan tempat berkembangbiakan serangga sebagai vector
penyakit,
4. Melindungi pencemarn pada penyediaan air bersih dan lingkungan.
5. Pemeliharaan jamban
Jamban hendaknya selalu dijaga dan dipelihara dengan baik
adapun cara pemeliharaan yang baik menurut Depkes RI, 2004 adalah
sebagai berikut:
1. Lantai jamban hendaknya selalu bersih dan kering,
2. Di sekitar jamban tidak ada genangan air,
3. Tidak ada sampah berserakan,
4. Rumah jamban dalam keadaan baik,
5. Lantai selalu bersih dan tidak ada kotoran yang terlihat,
6. Lalat, tikus dan kecoa tidak ada,
7. Tersedia alat pembersih,
8. Bila terjadi kerusak segera diperbaiki.
9. Selain itu ditambahkan juga pemeliharaan jamban dapat dilakukan
dengan:
10. Air selalu tersedia dalam bak atau dalam ember,
19
11. Sehabis digunakan, lantai dan lubang jongkok harus disiram bersih
agar tidak bau dan mengundang lalat,
12. Lantai jamban diusahakan selalu bersih dan tidak licin, sehingga
tidak membahayakan pemakai,
13. Tidak memasukan bahan kimia dan detergen pada lubang jamban,
14. Tidak ada aliran masuk ke dalam jamban selain untuk membilas
tinja.
4) Pengolahan Limbah (Tangki Septik)
Septic tank (tangki septik) merupakan suatu bak berbentuk empat
persegi panjang yang biasanya terletak di bawah muka tanah dan
menerima atau menampung kotoran dan air penggelontor yang berasal dari
toilet glontor, termasuk juga segala buangan limbah rumah tangga. Periode
tinggal (detention time) di dalam tangki adalah 1-3 hari. Zat padat akan
diendapkan dalam bagian tangki dan akan dicernakan secara anaerobik
(digested anaerobically) dan suatu lapisan busa tebal akan terbentuk di
permukaan.
5) Penyediaan Air Bersih
Tujuan penyediaan air bersih adalah untuk mendukung pemenuhan
persyaratan kesehatan dan pengelolaan kualitas air bagi semua orang. Baik
di perkotaan maupun dipedesaan serta untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam menyediakan dan menggunakan air bersih. Air bersih
yang digunakan tidak hanya cukup kehidupan sehari-hari, tetapi juga harus
memenuhi persyaratan mutu fisik, kimia, mikrobiologi dan radioaktif.
Persyaratan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor.416 Tahun 1990 dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor.907
Tahun 2002 (Kemenkes RI, 1990)
6) Fasilitas Pelengkap
a) Penyaluran Air Bekas
Air bekas cuci dan mandi bisa dibuang langsung ke saluran
drainase namun jika tidak terdapat saluran drainase yang relatif dekat
maka air bekas dialirkan ke tangki septik atau dibuat peresapan tersendiri.
b) Penyediaan Tenaga Listrik
20
Listrik untuk penggerak pompa air dan penerangan harus diadakan
tersendiri bukan tergabung dengan sambungan milik pihak lain untuk
menghindarkan kerancuan perhitungan biayanya (tergantung kondisi dan
didiskusikan dengan warga).
21
c) Sinovac +Sinovac+1/2 dosis AstraZeneca
d) Sinovac + Sinovac+1/2 doses Pfizer
2.3.4. Syarat Penerima Vaksinasi Booster
Syarat untuk menerima vaksin booster:
1) Berusia 18 tahun ke atas
2) Diprioritas untuk lansia dan penderita
immunocompromised/masalah kekebalan tubuh
3) Telah mendapatkan vaksinasi primer dosis lengkap minimal 6 bulan
sebelumnya.
4) Menunjukkan NIK dengan membawa KTP/KK atau melalui
aplikasi Peduli Lindungi
5) Bagi ibu hamil, penggunaan vaksin mengacu pada SE Kementerian
Kesehatan No. HK. 02.01/1/2007/2021*
2.3.5. Efek Samping dan Penanganan Vaksinasi Booster
Efek samping umumnya tidak berbahaya dan muncul sebagai respons
tubuh terhadap kandungan vaksin booster Covid-19.
a) Nyeri di area suntikan
b) Sakit kepala
c) Kelelahan
d) Nyeri otot nyeri sendi demam lebih 38°C
e) Pusing
Ada beberapa tips untuk mengatasi efek samping tersebut, misalnya:
a) Kompres area suntikan dengan air dingin bila terasa nyeri.
b) Mandi dengan air hangat, lalu kompres dahi dengan air hangat pula
jika demam.
c) Banyak-banyak minum air putih
d) Istirahat
e) Minum obat sesuai dengan rekomendasi dokter dan tenaga
kesehatan yang menyuntik.
22
2.4. Pernikahan Terlalu Dini
2.4.1 Pengertian Pernikahan Terlalu Dini
Menurut WHO, pernikahan dini (early married) adalah pernikahan yang
dilakukan oleh pasangan atau salah satu pasangan masih dikategorikan anak-anak
atau remaja yang berusia dibawah usia 19 tahun. Menurut United Nations
Children‟s Fund (UNICEF) yang menyatakan bahwa pernikahan usia dini adalah
pernikahan yang dilaksanakan secara resmi atau tidak resmi yang dilakukan
sebelum usia 18 tahun. Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 pasal 7 ayat 1
menyatakan bahwa pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai
umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun (Kurniawati,
2021). Apabila masih di bawah umur tersebut, maka dinamakan pernikahan dini.
(Fadilah, 2021)
Pada dasarnya pernikahan dini merupakan ikatan janji suci yang dilakukan
oleh wanita dan pria yang berusia kurang dari ketentuan dengan tujuan membina
rumah tangga. Menurut Ramulyo (dalam Shufiyah 2018) pernikahan dini adalah
pernikahan yang berlangsung saat memasuki usia remaja, belum usia remaja, atau
baru berakhir usia remaja. Di Indonesia itu sendiri meski hukum perundang-
undangan menentang keras pernikahan dini, namun kasus ini acap kali bertambah
di setiap tahunnya. Selain karena faktor tradisi yang melekat, paksaan orang tua,
faktor ekonomi dan sosial atau yang lebih parahnya lagi faktor hamil di luar nikah
sering menjadi penyebab mengapa pernikahan dini dilakukan. (Cookson & Stirk,
2019)
2.4.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Terlalu Dini
Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat menikahkan anaknya di
bawah usia. Yang pertama, Faktor Ekonomi, dimana orang tuanya yang sudah
tidak mampu untuk membiayai anaknya tersebut karena mereka memiliki lebih
dari 5 anak misalnya, lalu mereka berkeputusan untuk bisa menikahkan anaknya
dengan orang yang dianggap lebih mampu. Hal ini juga yang menyebabkan
tingkat Pendidikan wanita rendah, karena lebih memilih menikah daripada
melanjutkan Pendidikan, karena walaupun mereka ingin bersekolah, orang tuanya
tidak memiliki biaya yang cukup untuk menyekolahkannya.
Yang kedua, Faktor pendidikan yang rendah adalah yang sangat
23
mempengaruhi pola pemikiran suatu masyarakat, baik dari pendidikan orang tua
maupun si anak sendiri. Suatu masyarakat yang memiliki pendidikan yang tinggi
pasti akan berpikir dua kali untuk menikah dan menganggap bahwa pernikahan
adalah hal yang kesekian. Berbeda dengan masyarakat yang pendidikannya masih
rendah, mereka pasti akan mengutamakan pernikahan karena hanya dengan cara
tersebut mereka dapat mengisi kekosongan hari-hari anak-anak mereka dan untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Tingkat Pendidikan mempengaruhi tingkat kematangan kepribadian
seseorang, dengan Pendidikan mereka akan lebih menyaring dan menerima suatu
perubahan yang baik, dan merespon lingkungan yang dapat mempengaruhi
kemampuan berpikir mereka. Yang ketiga, Faktor Keinginan sendiri. Faktor ini
yang sangat sulit untuk dihindari, karena pria dan wanita berpikiran bahwa
mereka saling mencintai bahkan tanpa memandang usia mereka, tanpa
memandang masalah apa yang nanti akan dihadapi dan apakah mereka mampu
untuk memecahkan suatu masalah. Apabila suatu masalah tidak dapat dipecahkan,
suatu pernikahan akan terancam bercerai dengan alasan bahwa pikiran mereka
sudah tidak seirama lagi. Itulah seharusnya yang menjadi permasalahan dan
pertimbangan apabila ingin menikah di usia muda.
Yang keempat adalah faktor pergaulan bebas. Kurangnya bimbingan dan
perhatian dari orang tua, anak akan mencari jalan supaya mereka bisa merasa
bahagia, yaitu dengan bergaul dengan orang-orang yang tidak dilihat terlebih
dahulu kelakuannya (bebas). Hal yang sangat sering terjadi yakni hamil duluan
diluar ikatan pernikahan. Sehingga karena hal tersebut, mau tidak mau orang tua
akan memberi izin kepada anaknya yang masih di bawah umur untuk menikah.
Yang kelima adalah dari Faktor Adat istiadat Menurut adat-istiadat
pernikahan sering terjadi karena sejak kecil anak telah dijodohkan oleh kedua
orang tuanya. Bahwa pernikahan anak-anak untuk segera merealisir ikatan
hubungan kekeluargaan antara kerabat mempelai laki-laki dan kerabat mempelai
perempuan yang memang telah lama mereka inginkan bersama, semuanya supaya
hubungan kekeluargaan mereka tidak putus (Wigyodipuro, 1967: 133). Selain itu
adanya kekhawatiran orang tua terhadap anak perempuannya yang sudah
menginjak remaja, sehingga orang tua segera mencarikan jodoh untuk anaknya.
24
Orang tua yang bertempat tinggal di pedesaan pada umumnya ingin cepat-cepat
menikahkan anak gadisnya karena takut akan menjadi perawan tua. (Muntamah et
al., 2019)
2.4.3 Dampak Pernikahan Terlalu Dini
Dampak Pernikahan Usia Dini Dampak yang terjadi akibat pernikahan
usia dini menurut (Kumalasari, 2012) yaitu:
a. Kesehatan perempuan
1) Alat reproduksi belum siap menerima kehamilan sehingga dapat
menimbulkan berbagai komplikasi
2) Kehamilan dini dan kurang terpenuhinya gizi bagi dirinya sendiri
3) Resiko anemia dan meningkatnya angka kejadian depresi
4) Beresiko pada kematian usia dini
5) Meningkatkan angka kematian ibu (AKI)
6) Studi epidemiologi kanker serviks: resiko meningkat lebih dari 10 kali
bila jumlah mitra seks 6/ lebih atau bila berhubungan seks pertama
dibawah usia 15 tahun
7) Semakin muda perempuan memiliki anak pertama, semakin rentan
terkena serviks
8) Resiko terkena penyakit menular seksual
9) Kehilangan kesempatan mengembangkan diri
b. Kualitas anak
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) sangat tinggi, adanya kebutuhan
nutrisi yang harus lebih banyak untuk kehamilannya dan kebutuhan
pertumbuhan ibu sendiri.
2) Bayi-bayi yang dilahirkan dari ibu yang berusia dibawah 18 tahun
rata-rata lebih kecil dan bayi dengan BBLR memiliki kemungkinan 5-
30 kali lebih tinggi untuk meninggal.
c. Keharmonisan keluarga dan perceraian
1) Banyaknya pernikahan usia muda berbanding lurus dengan tingginya
angka perceraian
2) Ego remaja yang masih tinggi
3) Banyaknya kasus perceraian merupakan dampak dari mudanya usia
25
pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah
4) Perselingkuhan
5) Ketidakcocokan hubungan dengan orang tua maupun mertua
6) Psikologis yang belum matang, sehingga cenderung labil dan
emosional
7) Kurang mampu untuk bersosialisasi dan adaptasi (Cookson & Stirk,
2019)
d. Penyakit Kesehatan Reproduksi Akibat Pernikahan Dini
2.4.4 Cara Pencegahan Pernikahan Terlalu Dini
Pencegahan Pernikahan Usia Dini Cara menghindari pernikahan usia dini
menurut Teguh Firmansyah (2016) memiliki 3 cara, yaitu:
a) Pendidikan Agama
Pendidikan agama adalah cara awal dalam pencegahan pernikahan
usia dini. Hal tersebut dengan memperbanyak 18 beribadah dan
mengetahui batas umur menikah dalam agama Islam.
b) Didikan Orangtua
Didikan orangtua mengutamakan persoalan pribadi anak. Misal
anak putri, selain sekolah juga mengisi waktu dengan cara
mengajarkannya memasak. Sementara untuk anak laki-laki,
tambahannya orangtua mengarahkannya dengan cara membantu
orangtuanya, semisal pergi ke sawah.
c) Menjauhi Pergaulan Negatif
Menjauhi pergaulan negatif, ini sangat perlu dijauhi oleh seorang
anak, sebab pergaulan seperti itu sangat menyesatkan bagi seorang anak
di bawah umur.
d) Melakukan sosialisasi untuk menghilangkan budaya menikah muda
Melakukan sosialisasi untuk menghilangkan budaya menikah muda,
memperbanyak kesempatan kerja dan berperilaku tegas dalam
melaksanakan peraturan perundang-undangan mengenai pernikahan,
yaitu memberi sanksi bagi yang melanggarnya, meningkatkan status
kesehatan masyarakat, dan menyukseskan program keluarga berencana.
26
BAB III
ANALISIS SITUASI
27
3.1.1 Data Geografis
28
tahun terakhir di Desa Pematang Bangsal pada tahun 2019 sebanyak 300, tahun
2020 sebanyak 304, dan tahun 2021 sebanyak 308.
29
Laki-Laki Perempuan
2019 520 498 1.018
2020 525 502 1.027
2021 528 511 1.039
Lalu, jika dilihat berdasarkan struktur usia, jumlah penduduk dengan usia
25-34 tahun menduduki posisi pertama yang terbanyak di Desa Pematang Bangsal
dengan jumlah 271 orang dan jumlah penduduk paling sedikit yaitu usia balita (0-
4 tahun) sebanyak 51 orang.
30
untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi, untuk sekolah jenjang
pendidikan SMA/Sederajat memang belum tersedia di Desa Pematang Bangsal.
Adapun jumlah peserta didik untuk masing-masing PAUD sebagai berikut :
Tabel 3. 6 Jumlah Peserta Didik di Masing- Masing PAUD
No Nama PAUD Jumlah Siswa
1 Permata Bunda 60
2 Ananda 29
Jumlah peserta didik yang ada di PAUD Permata Bunda lebih banyak
daripada PAUD Ananda. Total peserta didik di 2 PAUD tersebut ialah sebanyak
89 orang.
2. Sarana Kesehatan
Desa Pematang Bangsal memiliki beberapa fasilitas kesehatan berupa
puskesmas, poskesdes, polindes, dan posyandu dengan jumlah sebagai berikut:
Tabel 3. 7 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Desa Pematang Bangsal
No Sarana Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Puskesmas 1 unit
2 Poskesdes 1 unit
3 Polindes 1 unit
4 Posyandu 1 unit
Desa Pematang Bangsal memiliki fasilitas kesehatan yang cukup lengkap
untuk tingkat desa. Namun, memang rumah sakit belum tersedia di desa ini.
3.1.5 Data Lembaga dan Kemasyarakatan
Berdasarkan pendataan kuisioner instrumen 1 yang salah satu didalamnya
mencakup informasi terkait jenis upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat
(UKBM) menunjukkan bahwa di Desa Pematang Bangsal memiliki kelembagaan
masyarakat yang cukup lengkap dan partisipasi dan antusiasme masyarakat dalam
membangun desa cukup tinggi.
Tabel 3. 8 Jenis Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Desa Pematang Bangsal
No Sarana Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Puskesmas 1 unit
2 Poskesdes 1 unit
31
3 Polindes 1 unit
4 Posyandu 1 unit
3.2 Gambaran Khusus Lokasi PBL
3.2.1 Karakteristik Responden Desa Pematang Bangsal
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kuesioner. Sampel yang menjadi responden dalam survei ini berjumlah 40 orang,
yaitu ibu yang memiliki anak usia 0-6 tahun di Desa Pematang Bangsal. Berikut
ini merupakan informasi karakteristik responden Desa Pematang Bangsal
Kecamatan Pemulutan Selatan Kabupaten Ogan Ilir.
32
Gambar 3. 4 Jenis Pekerjaan Responden
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 40 ibu yang
menjadi responden didapatkan jenis pekerjaan yang paling banyak adalah Ibu
Rumah Tangga yaitu 30 responden (75,0%), dan jenis pekerjaan yang paling
sedikit yaitu Buruh tani yaitu sebanyak 2 responden (5,0%).
33
Gambar 3. 6 Pendapatan Responden
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa dari 40 ibu yang
menjadi responden didapatkan pendapatan keluarga yang paling banyak adalah
1.000.000 – 3.000.000 yaitu sebanyak 23 responden (57,5%). Sedangkan
penghasilan keluarga yang paling sedikit adalah >5.000.000 yaitu sebanyak 1
responden (2,5%).
34
3.2.2 Gambaran Status Gizi
Indeks Masa Tubuh menurut Umur (IMT/U) Anak Usia 0-6 Tahun di Desa
Pematang Bangsal 2022
35
Gambar 3. 9 Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 40 balita yang
menjadi responden pengukuran TB/U didapatkan balita dengan tinggi normal
yaitu 38 responden (95,0%) dan balita yang pendek (stunting) 2 responden
(5,0%).
Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak Usia 0-6 Tahun di Desa
Pematang Bangsal 2022
36
risiko berat badan lebih 1 responden (2,5%).
Menggunakan sabun
Ya 31 77,5
Setelah buang air besar dan kecil
Ya 39 97,5
37
Menggunakan sabun
Ya 35 87,5
Setelah membuang sampah/ uang/ hewan
Ya
35 87,5
Menggunakan Sabun
Ya
32 80,0
Setelah mengganti popok/ membersihkan
BAB /BAK anak
Ya 34 85,0
Menggunakan sabun
Ya 33 82,5
Setelah bersin/batuk
Ya 15 37,5
Menggunakan sabun
Ya 14 35,0
Total 40 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 40 ibu yang menjadi
responden didapatkan kebiasaan CTPS (cuci tangan pakai sabun) terdapat 92,5%
responden yang selalu mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan untuk anak,
akan menyusui, menyuapi anak dan 77,5% responden yang mencuci tangan
dengan menggunakan sabun; 97,5% responden yang mencuci tangan setelah
buang air besar dan kecil dan 87,5% responden yang mencuci tangan dengan
menggunakan sabun; 87,5% responden yang mencuci tangan setelah membuang
sampah/uang/hewan dan 80,0% responden yang mencuci tangan dengan
menggunakan sabun; 85,0% responden yang mencuci tangan setelah mengganti
popok/membersihkan BAB/BAK anak dan 82,5% responden yang mencuci
tangan dengan menggunakan sabun; 37,5% responden yang mencuci tangan
38
setelah bersin/batuk dan 35,0% responden yang mencuci tangan dengan
menggunakan sabun.
Menggunakan sabun
Ya 25 62,5
Sebelum anak buang air besar/kecil
Ya 27 67,5
Menggunakan sabun
Ya 23 57,5
Setelah anak bermain/memegang
hewan
Ya 27 67,5
Menggunakan Sabun
Ya 22 55,0
Setelah anak bersin/batuk
Ya 14 35,0
Menggunakan sabun
Ya 8 20,0
Total 40 100
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 40 anak yang menjadi
responden didapatkan kebiasaan CTPS (cuci tangan pakai sabun) terdapat 80,0%
responden yang selalu mencuci tangan sebelum makan dan 62,5% anak yang
mencuci tangan dengan menggunakan sabun; 67,5% responden yang mencuci
39
tangan sebelum buang air besar/kecil dan 57,5% responden yang mencuci tangan
menggunakan sabun; 67,5% responden yang mencuci tangan setelah anak
bermain/memegang hewan dan 55,0% responden yang mencuci tangan dengan
menggunakan sabun; 35,0% responden yang mencuci tangan setelah bersin/batuk
dan 20,0% responden yang mencuci tangan menggunakan sabun.
40
Gambar 3. 13 Kondisi Fasilitas MCK
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 40 ibu yang
menjadi responden didapatkan 82,5% responden yang fasilitas MCK yang tersedia
berfungsi dengan baik.
41
Gambar 3. 15 Perilaku Responden dalam Membuang Sampah
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden
sebanyak 50,0% responden membuang sampah setiap hari dan 50,0% responden
tidak membuang sampah setiap hari.
42
Bangsal 2022
43
Gambar 3. 19 Kecukupan Air Bersih
Berdasarkan diagram di atas maka dapat diketahui bahwa dari 40
responden didapatkan sebanyak 39 responden (97,5%) memiliki air bersih yang
cukup dan 1 responden (2,5%) tidak memiliki air bersih yang cukup.
Distribusi Sumber Air untuk Air Minum dan MCK dari Sumber Air yang
Sama
44
Maka, dapat diketahui bahwa dari 40 responden 19 responden (47,5%)
mengolah air untuk di minum dengan cara di rebus; 1 responden (2,5%) mengolah
air untuk diminum dengan cara ditambahkan kaporit; 2 responden (5,0%)
mengolah air untuk diminum dengan cara menggunakan filter keramik dan 18
responden (45,0%) mengolah air untuk diminum dengan cara lainnya.
45
Gambar 3. 22 Status Vaksinasi Covid-19
Berdasarkan diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden
didapatkan 85,0% setiap anggota keluarga telah mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Sedangkan sebagian yang lain anggota keluarganya belum melakukan vaksin
Covid-18 yaitu 15,0%.
46
3.2.6 Gambaran Kinerja Kader Posyandu
Di Desa Pematang Bangsal terdapat 1 unit posyandu dengan nama
Posyandu Ikan Patin. Kader di posyandu tersebut tergolong kader aktif yang
berjumlah 10 orang. Para kader tersebut aktif membantu jalannya berbagai
kegiatan di posyandu agar berjalan sebagaimana mestinya.
Posyandu Ikan Patin rutin melakukan kegiatan setiap 1 bulan sekali
dengan persentase pelaksanaan sebesar 100%. Kegiatan posyandu di Desa
Pematang Bangsal dilaksanakan pada tanggal 19 setiap bulannya. Kegiatan
posyandu yang dilakukan terdiri dari pengukuran antropometri, pemberian PMT,
imunisasi serta kegiatan konseling.
Jumlah balita di wilayah kerja Posyandu Ikan Patin selalu mengalami
peningkatan yang signifikan dalam 5 bulan terakhir ini. Untuk jumlah kematian
ibu dan anak (KIA) di wilayah kerja posyandu Desa Pematang Bangsal dalam 5
bulan terakhir ini sebesar 0 atau tidak ada KIA. Seluruh balita di wilayah kerja
Posyandu Ikan Patin telah memiliki KMS dan bertambah banyak seiring
kenaikan angka jumlah balita yang berada di wilayah kerja Posyandu Ikan Patin.
Dilihat dari hasil pengumpulan data, jumlah balita yang berkunjung ke
posyandu semakin meningkat setiap bulannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat kesadaran dan kepedulian ibu terhadap kesehatan balita semakin tinggi.
Diketahui bahwa balita yang datang ke posyandu dan saat dilakukan
penimbangan, jumlah balita yang mengalami kenaikan berat badan meningkat
secara signifikan setiap bulannya.
Berdasarkan data yang didapatkan dalam 5 bulan terakhir, belum ada
terdeteksi balita yang mengalami stunting. Adapun jumlah sasaran yang mendapat
kapsul vitamin A per bulan Februari sebanyak 58 orang. Namun, belum ada
sasaran yang mendapatkan tablet tambah darah (TTD). Dari tabel diatas, diketahui
juga bahwa setiap ibu dan balita yang berkunjung ke Posyandu Ikan Patin
mendapatkan PMT penyuluhan dengan sasaran terbanyak pada bulan Mei, yaitu
72 balita dan yang mendapatkan PMT pemulihan sebanyak 2 balita setiap
bulannya. Diketahui bahwa jenis PMT yang diberikan dalam 5 bulan terakhir
selalu sama, yaitu roti dan bubur kacang.
Pada bulan Februari selama 5 bulan terakhir ini sejumlah 45 sasaran yang
47
mendapatkan obat cacing, sedangkan pada bulan Januari, Maret, April dan Mei
sasaran tidak mendapatkan obat cacing. Dari tabel juga dapat dilihat dalam 5
bulan terakhir tidak ada sasaran yang mendapatkan obat oralit.
2022 (Jan-Mei)
Gambar 3. 24 Keikutaan Posyandu 2022
Berdasarkan diagram diatas, diketahui bahwa pada tahun 2022 dalam
48
periode (Januari-Mei), sebanyak 2 dari 10 kader mengikuti kegiatan posyandu
sebanyak kurang dari 5 kali, sedangkan 8 dari 10 kader selalu ikut serta setiap
bulannya (5 kali).
49
Berdasarkan tabel dan grafik diatas, diketahui bahwa 2 dari 10 kader
menjawab tidak ada jenis pelatihan yang diikuti, lalu, sebanyak 7 orang kader
pernah mengikuti pelatihan mengenai cara penimbangan dan pengukuran, dan 1
orang menjawab pernah mengikuti kegiatan pelatihan mengenai stunting.
Pada tahun 2022 diketahui bahwa banyak aktivitas yang kader lakukan
saat sebelum hari buka posyandu dimana sebanyak 9 kader menjawab selalu
menyebarluaskan hari buka posyandu melalui pertemuan warga setempat,
sedangkan 1 kader menjawab belum pernah. Aktivitas lainnya seperti menyiapkan
tempat pelaksanaan dan sarana posyandu, melakukan pembagian tugas antar kader
dan berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya selalu dilakukan
oleh setiap kader. Lalu, untuk aktivitas menyiapkan bahan PMT penyuluhan, 7
kader menjawab selalu membantu menyiapkan, 1 kader menjawab sering dan 2
kader menjawab jarang.
Selain aktivitas sebelum hari buka posyandu, kader juga membantu
kegiatan pada saat hari buka posyandu. Dilihat berdasarkan tabel, sebanyak 5 dari
10 kader menjawab selalu melakukan pendaftaran pengunjung posyandu dan
penimbangan balita. Lalu, sebanyak 6 dari 10 kader selalu mencatat hasil
penimbangan di buku KIA atau KMS. Sebanyak 5 kader menjawab selalu mengisi
buku register posyandu, sebanyak 6 dari 10 kader sering melakukan pengukuran
LILA pada ibu hamil dan WUS, Lalu, diketahui 3 dari 10 kader sering melakukan
kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil
penimbangan, 5 orang kader menjawab selalu memberikan PMT untuk bayi
balita, serta 3 kader menjawab sering membantu petugas kesehatan memberikan
pelayanan kesehatan dan KB sesuai wewenang dan melengkapi pencatatan dan
membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut bersama petugas kesehatan setelah
pelayanan posyandu selesai.
Saat setelah hari buka posyandu, diketahui banyak kegiatan yang tidak
pernah dilakukan oleh kader, seperti kegiatan membuat diagram batang (balok)
SKDN tentang jumlah balita yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu
dan membuat diagram balok (SKDN) tentang jumlah balita yang datang pada hari
buka Posyandu , dimana 10 kader menjawab tidak pernah melakukan kegiatan
tersebut. Lalu, sebanyak 8 dari 10 kader menjawab tidak pernah melakukan
50
pembaharuan data sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui serta
bayi dan balita. Selanjutnya, 9 dari 10 kader menjawab tidak pernah membuat
diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah balita yang mempunyai KMS atau
buku KIA dan membuat diagram balok (SKDN) tentang jumlah balita yang
timbangan berat badannya naik. Lalu, 6 dari 10 kader menjawab tidak pernah
melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak datang dan sasaran yang
memerlukan penyuluhan lanjutan. Diketahui juga 5 dari 10 kader selalu
memberitahu kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke Posyandu saat hari
buka, serta 3 dari 10 kader selalu melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh
masyarakat, dan menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau
organisasi keagamaan.
51
BAB IV
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAAN
52
untuk permasalahan sanitasi berdasarkan frekuensi penggunaan fasilitas MCK
terdapat 60% responden masih menggunakan sungai sebagai tempat untuk MCK.
Selain itu berdasarkan permasalahan sampah juga masih ditemukan karena masih
banyaknya sampah yang berserakan di wilayah desa serta masih banyak warga
desa yang belum mendapatkan vaksin booster. Maka dapat disimpulkan bahwa
ada lima permasalahan utama yang ditemukan di desa Pematang Bangsal, antara
lain :
1. Masih Ditemukan Angka Kejadian Stunting
2. Permasalahan Pernikahan Dini
3. Permasalahan Sampah
4. Permasalahan MCK
5. Belum Mendapatkan Vaksin Booster
4.2.2 Prioritas Masalah
Setelah dilakukannya identifikasi masalah, maka langkah selanjutnya
adalah menetapkan prioritas masalah. Adapun penetapan prioritas masalah
dilakukan dengan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).
1) Urgency (urgensi), yaitu dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau
tidak masalah tersebut diselesaikan.
2) Seriousness (keseriusan), yaitu melihat dampak masalah tersebut
terhadap produktivitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan,
membahayakan sistem atau tidak, dan sebagainya.
3) Growth (berkembangnya masalah), yaitu apakah masalah tersebut
berkembang sedemikian rupa sehingga sulit dicegah.
Dari penjelasan diatas, maka dapat ditetapkan prioritas masalah di Desa
Pematang Bangsal yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. 1 Prioritas Masalah dengan Metode USG
Kriteria M1 M2 M3 M4 M5
U 5 4 5 4 4
S 4 3 4 4 3
G 5 3 4 4 3
Total 100 36 80 64 36
Dalam menentukan prioritas masalah dengan menggunakan metode USG
53
ini, kami melibatkan Sekretaris Desa, Bidan Desa, dan Pihak Puskesmas.Selain
menggunakan metode USG, kami juga menggunakan hasil analisis data
kuisioner yang telah kami sebarkan. Hasil analisis tersebut kami gunakan
sebagai acuan dalam mengidentifikasikan masalah. Selanjutnya hasil identifikasi
masalah tersebut kami diskusikan lebih lanjut kepada Bidan Desa dan Sekretaris
Desa sehingga didapatkan prioritas masalah Desa Pematang Bangsal.
54
Permasalahan tersebut sudah
Kapan terjadi sejak lama sebelum
PBL dimulai
55
Ekonomi Kurangnya
Kurangnya PMT keluarga asupan gizi
Ibu hamil dan pada balita
Minimnya rendah
Balita Cakupan Asi
PHBS kurang
gaji kader
diterapkan Eksklusif
Masih Adanya
rendah
Kasus Stunting
MCK yang Kurangnya
masih kurang penyuluhan tentang
Kurangnya gizi balita
Sanitasi dan dukungan keluarga Penyuluhan
pasokan air
kurang
bersih yang
Lingkungan Metode menarik
56
Tabel 4. 3 Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dari Prioritas Masalah di Desa Pematang Bangsal
No. Upaya Kegiatan Tujuan Sasaran Target Sumber Daya Indikator Waktu Penanggun
Kesehatan Dana Sarana SDM Keberhasila Pelaksan g Jawab
Fisik n aan
1. Ramah tamah Perkenalan Untuk Perangkat - - Pena dan Mahasisw Mendapatka 25-26 M. Thoriq
(perangkat sekaligus mempermudah desa, bidan kertas a/I PBL n data atau Mei 2022
desa, bidan penyampaian mencari desa, dan FKM informasi
desa, dan maksud dan responden dalam warga desa UNSRI mengenai
warga) tujuan PBL serta pengumpulan ibu-ibu yang
diskusi mengenai data, serta memiliki
penyebaran mempermudah balita
kuisioner dalam
pelaksanaan
program PBL
2. Penyebaran Pengumpulan untuk Setiap ibu 40 Rp.450 Pena,kert Mahasisw Mendapatka 28-29 mei Fitria
Kuisioner data melalui mendapatkan data yang Responde .000 as,timban a/I PBL n data sesuai 2022 Ramadhani
kuisioner dengan responden ibu mempunyai n gan dan FKM dengan
sistem yang memiliki balita microtois UNSRI target
57
wawancara door balita guna e
to door setiap mengetahui
responden permasalahan
Kesehatan
3. Kunjungan ke Perkenalan Untuk mengetahui Kepala - - - Mahasisw Mendapatka 31 Mei Rafli Harun
Puskesmas sekaligus permasalahan puskesmas, a/I PBL n data atau 2022
Sungai Keli penyampaian Kesehatan warga ahli gizi, dan FKM informasi
maksud dan Pematang Bangsal staff UNSRI mengenai
tujuan PBL serta puskesmas stunting
diskusi mengenai
penyebaran
kuisioner
4. Pengenalan „Isi Melakukan Untuk Anak-anak 50 anak Rp.80. Poster, Mahasisw Anak-anak 1 Juni Ulya Farah
Piringku‟ kegiatan meningkatkan PAUD 000 Puzzle isi a/I PBL menjadi tahu 2022 dan Atika
pengenalan pengetahuan Permata piringku FKM dan 9 Juni Wandari
makanan yang anak-anak PAUD Bunda dan UNSRI, mengenal 2022
sesuai dengan mengenai variasi PAUD Guru variasi
pedoman gizi makanan bergizi Ananda PAUD makanan
58
seimbang melalui yang tepat dan anak- bergizi di
permainan sesuai anjuran anak dalam piring
gambar isi PAUD makan
piringku Permata mereka
Bunda dalam
kehidupan
sehari-hari
dan mampu
melaksanaka
n CTPS
dengan baik
dan benar
5. Penyuluhan Memberikan Menambah Anak-anak 40 anak Rp.35. Alat Mahasisw Anak-anak 2 Juni Putri Syifa
Safety Riding edukasi informasi SDN 10 000 peraga a/I PBL mampu 2022 Syahirah
K3,CTPS dan mengenai rambu- mengenai rambu- Pematang rambu- FKM mengetahui
PHBS (SDN 10 rambu lalu lintas rambu lalu lintas Bangsal rambu UNSRI, dan
Pematang dan keselamatan dan keselamatan lalu lintas Guru SD memahami
Bangsal) dalam dalam berkendara dan alat dan anak- tentang
berkendara serta dapat peraga anak SD rambu-
59
memberikan mengimplementas jenis-jenis rambu lalu
edukasi ikan CTPS dengan sampah lintas dan
mengenai CTPS baik dan benar keselamatan
yang baik dan dalam
benar berkendara
dan mampu
mempraktik
an CTPS
dengan baik
dan benar
6. Penyuluhan Memberikan Untuk menambah Orang tua 29 peserta Rp75.. Poster Mahasisw Mampu 9 Juni Rahmi
pencegahan edukasi wawasan dan siswa PAUD 000 a/I PBL mengenali 2022 Darma Sari
stunting dan mengenai apa itu meningkatkan Ananda FKM ciri-ciri anak
sanitasi stunting, kesadaran kepada UNSRI stunting dan
lingkungan dampaknya, masyarakat dan orang mengetahui
(PAUD penyebab dan mengenai stunting tua siswa cara
Ananda) upaya dan sanitasi mencuci
pencegahannya. lingkungan tangan yang
Serta baik dan
60
memberikan benar, dapat
edukasi menggunaka
mengenai jamban n air bersih
sehat, air bersih, dan jamban
dan CTPS sehat
7. Penyuluhan Memberikan Untuk menambah Remaja 30 remaja Rp.40. Poster Mahasisw Mampu 12 Juni Ersa
tentang edukasi dan wawasan dan Pematang 000 a/I PBL menjaga 2022 Maulidiah
Kesehatan informasi pengetahuan Bangsal FKM Kesehatan
reproduksi, mengenai mengenai UNSRI, reproduksi,
vaksinasi Kesehatan Kesehatan Bidan melakukan
booster dan reproduksi, reproduksi, desa dan vaksin
posyandu vaksin booster pentingnya Pihak booster dan
remaja Desa dan cek melakukan vaksin Puskesma mengetahui
Pematang Kesehatan booster s status
Bangsal remaja kesehatan
8. Kegiatan Memberikan Mengajak ibu-ibu Orang tua 30 peserta Rp.35. Poster MahasiswMampu 14 Juni Amiranda
61
kampanye edukasi tentang untuk mencegah siswa PAUD 000 a/I PBL mencegah 2022
Gerakan Cegah upaya stunting sejak dini Permata FKM stunting
Stunting pencegahan Bunda UNSRI
bersama Siswa stunting
beserta orang
tua di PAUD
Permata Bunda
9. Kegiatan Memberikan Untuk Kader 10 Kader Rp.350 Leaflet Mahasisw Mampu 16 Juni Tiara
pemberian edukasi dan meningkatkan Posyandu .000 a/I PBL memberikan 2022 Anissa
edukasi melakukan variasi menu PMT Balita Ikan FKM PMT yang Putri
mengenai PMT diskusi mengenai Balita dan Ibu Patin Desa UNSRI bervariasi
Ibu hamil dan kreasi menu Hamil Pematang
Balita kepada PMT untuk Ibu Bangsal
kader hamil dan Balita
4.3 Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK) di Desa Pematang Bangsal
Secara umum kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) ini dikelompokkan menjadi 4 kelompok kegiatan pokok yaitu
penyuluhan dan adaptasi, penyusunan program kegiatan, pelaksanaan program kegiatan, dan evaluasi program kegiatan sekaligus
pembuatan laporan. Rencana kegiatan,rincian pelaksanaan ,target dan time schedule yang akan dilaksanakan selama PBL disajikan pada
tabel dibawah ini:
62
Tabel 4. 4 Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK), PBL 2022 Kelompok 18 Desa Pematang Bangsal Kecamatan Pemulutan Selatan
No Upaya Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadwal Biaya
. Kesehatan Kegiatan Pelaksanaan
1. Ramah tamah Perkenalan Perangkat - 1 kali -Kegiatan pertama Rumah Mahasisw 25-26 -
(perangkat sekaligus desa, bidan yaitu perkenalan Perangkat a/I PBL Mei
desa, bidan penyampaian desa, dan sekaligus Desa, FKM 2022
desa, dan maksud dan warga desa menyampaikan Bidan UNSRI,
warga) tujuan PBL maksud dan tujuan Desa, dan Perangkat
serta diskusi PBL Warga Desa,
mengenai -Melakukan Bidan
penyebaran diskusi mengenai Desa, dan
kuisioner permasalahan yang Warga
ada di Desa
Pematang Bangsal
2. Penyebaran Pengumpulan Setiap ibu 40 2 kali -Mengunjungi Desa Mahasisw 28-29 Rp.45
Kuisioner data melalui yang Respon setiap rumah warga Pematang a/I PBL Mei 0.000
kuisioner mempunyai den secara door to door Bangsal FKM 2022
63
dengan sistem balita yang memiliki UNSRI
wawancara door balita usia 0-6 dan Kader
to door setiap tahun
responden -Penyebaran
kuesioner dibantu
oleh kader
3. Kunjungan Perkenalan Kepala - 4 kali -Diskusi mengenai Puskesma Mahasisw 1, 6, -
ke sekaligus puskesmas, masalah Kesehatan s Sungai a/I PBL 10, 13
Puskesmas penyampaian ahli gizi, dan di Desa Pematang Keli FKM Juni
Sungai Keli maksud dan staff Bangsal UNSRI, 2022
tujuan PBL puskesmas -Konsultasi dengan Kepala
serta diskusi Ahli Gizi Puskesma
mengenai Puskesmas s, dan
penyebaran mengenai masalah Ahli Gizi
kuisioner gizi pada balita di
Desa Pematang
Bangsal
-Diskusi dengan
Kepala Puskesmas
64
mengenai
kebijakan tentang
stunting dan
sanitasi
4. Pengenalan Melakukan Anak-anak 50 anak 2 kali -Memberikan Anak- Mahasisw 1 Juni Rp.80
„Isi Piringku‟ kegiatan Paud Permata edukasi mengenai anak a/I PBL 2022 .000
pengenalan Bunda Isi Piringku PAUD FKM dan 9
makanan yang -Melakukan games Permata UNSRI Juni
sesuai dengan puzzle Isi Piringku Bunda dan 2022
pedoman gizi -Melakukan senam PAUD
seimbang Isi Piringku Ananda
melalui
permainan
gambar isi
piringku
5. Penyuluhan Memberikan Anak-anak Anak- 1 kali -Pengenalan SDN 10 Mahasisw 2 Juni Rp.35
Safety Riding edukasi SDN 10 anak rambu-rambu lalu Pematang a/I PBL 2022 .000
K3,CTPS mengenai Pematang SDN lintas Bangsal FKM
65
dan PHBS rambu-rambu Bangsal 10 -Edukasi tata cara UNSRI,
(SDN 10 lalu lintas dan Pemata berkendara dan tata Guru SD
Pematang keselamatan ng cara menyebrang dan anak-
Bangsal) dalam Bangsa -Memberikan anak SD
berkendara l games puzzle
memberikan mengenai rambu-
edukasi rambu lalu lintas
mengenai CTPS -Memberikan
yang baik dan edukasi dam games
benar mengenai CTPS
dan pemilahan
sampah
6. Penyuluhan Memberikan Orang tua 29 1 kali - Memberikan PAUD Mahasisw 9 Juni Rp75.
pencegahan edukasi siswa PAUD peserta edukasi Ananda a/I PBL 2022 000
stunting dan mengenai apa Ananda mengenai apa itu FKM
sanitasi itu stunting, stunting, UNSRI,
lingkungan dampaknya, dampaknya, orang tua
(PAUD penyebab dan penyebab dan dan Guru
Ananda) upaya upaya PAUD
66
pencegahannya. pencegahannya Ananda
Serta - Memberikan
memberikan edukasi
edukasi mengenai jamban
mengenai sehat, air bersih,
jamban sehat, dan CTPS
air bersih, dan - Tanya jawab
CTPS
7. Penyuluhan Memberikan Remaja 30 1 kali - Memberikan Polindes Mahasisw 12 Juni Rp.40
tentang edukasi dan Pematang peserta edukasi tentang Desa a/I PBL 2022 .000
Kesehatan informasi Bangsal Kesehatan Pematang FKM
reproduksi, mengenai reproduksi Bangsal UNSRI,
vaksinasi Kesehatan - Memberikan Remaja,
booster dan reproduksi, informasi Bidan
posyandu vaksin booster mengenai jadwal Desa, dan
remaja Desa dan cek dan tempat Pihak
Pematang Kesehatan vaksin booster Puskesma
Bangsal remaja - Melakukan s
pengukuran BB,
67
TB, Tensi, dan
Kadar HB,
Pemberian TTD
8. Kegiatan Memberikan Orang tua 30 1 kali - Memberikan PAUD Mahasisw 14 Juni Rp.35
kampanye edukasi tentang siswa PAUD peserta edukasi Permata a/I PBL 2022 .000
Gerakan upaya Permata mengenai upaya Bunda FKM
Cegah pencegahan Bunda pencegahan UNSRI,
Stunting stunting stunting Siswa,
bersama - Melakukan Orang tua
Siswa beserta jargon dan yel- dan Guru
orang tua di yel cegah PAUD
PAUD stunting Permata
Permata Bunda
Bunda
9. Kegiatan Memberikan Kader 10 1 kali - Memberikan Polindes Mahasisw 16 Juni Rp.35
pemberian edukasi dan Posyandu Kader edukasi Desa a/I PBL 2022 0.000
edukasi melakukan Balita Ikan mengenai PMT Pematang FKM
mengenai diskusi Patin Desa Ibu hamil dan Bangsal UNSRI,
68
PMT Ibu mengenai kreasi Pematang Balita Kader dan
hamil dan menu PMT Bangsal - Diskusi Bidan
Balita kepada untuk Ibu hamil mengenai Desa
kader dan Balita perencanaan
kreasi menu PMT
69
BAB V
HASIL KEGIATAN
70
SDN 10 Pematang Bangsal.
5.1.6 Penyuluhan Pencegahan Stunting dan Sanitasi (PAUD Ananda)
Pemberian edukasi mengenai apa itu stunting, dampaknya, penyebab dan
upaya pencegahannya. Serta memberikan edukasi mengenai jamban sehat, air
bersih, dan CTPS dengan metode sharing dengan Orang tua siswa Paud Ananda.
5.1.7 Penyuluhan Kesehatan Reproduksi, Vaksinasi Booster dan Posyandu
Remaja
Pemberian edukasi mengenai Kesehatan reproduksi, vaksin booster dan
cek Kesehatan remaja seperti pengukuran BB, TB, Tensi dan Kadar HB yang
bertempat di Polindes Desa Pematang Bangsal pada tanggal 12 Juni 2022.
5.1.8 Kegiatan Kampanye Gerakan Cegah Stunting
Pemberian edukasi mengenai apa itu stunting, dampaknya, penyebab dan
upaya pencegahannya dengan metode sharing dengan Orang tua siswa Paud
Permata Bunda.
5.1.9 Kegiatan Pemberian Edukasi Mengenai PMT Ibu Hamil dan Balita
Memberikan edukasi dan melakukan diskusi mengenai kreasi menu PMT
untuk Ibu hamil dan Balita dengan Kader Posyandu Balita Ikan Patin Desa
Pematang Bangsal yang bertempat Polindes Desa Pematang Bangsal pada tanggal
16 Juni 2022.
5.2 Hambatan Pelaksanaan Kegiatan
Tabel berikut merupakan rincian hambatan dari pelaksanaan kegiatan
kelompok 18 (Delapan Belas) PBL UNSRI di Desa Pematang Bangsal.
Tabel 5. 1 Hambatan Pelaksanaan Kegiatan
No Kegiatan Hambatan
Input Proses Output
1 Ramah Tamah Tidak ada Tidak ada Tidak ada
hambatan hambatan hambatan
yang berarti yang berarti yang berarti
2 Penyebaran Alat untuk Ada beberapa Tidak ada
Kuisioner pengukuran balita yang hambatan yang
berupa tidak mau di berarti
timbangan badan ukur berat
71
yang terbatas badan dan
sehingga tinggi
harus digunakan badannya
secara bergantian sehingga sulit
untuk
melakukan
pengukuran
tersebut serta
cukup
memakan
waktu
dikarenakan
alat yang
kurang
3 Kunjungan ke Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Puskesmas hambatan hambatan hambatan
Sungai Keli yang berarti yang berarti yang berarti
4 Pengenalan Tidak ada Kesulitan Dikhawatirkan
“Isi Piringku” hambatan menertibkan adik-adik tidak
yang berarti adik-adik menyerap
PAUD informasi
secara
maksimal kerana
kondisi yang
kurang kondusif
5 Penyuluhan Tidak ada Kesulitan Dikhawatirkan
Safety Riding hambatan menertibkan adik-adik tidak
K3, CTPS dan yang berarti adik-adik SD menyerap
PHBS sehingga informasi
beberapa adik- secara
adik kelas lain maksimal kerana
masuk kedalam kondisi yang
72
kelas kurang kondusif
6 Penyuluhan Tidak ada Tidak ada Dikhawatirkan
Pencegahan hambatan hambatan Orang tua tidak
Stunting dan yang berarti yang berarti menyerap
Sanitasi informasi
(PAUD secara
Ananda) maksimal kerana
kondisi yang
kurang kondusif
7 Penyuluhan Tidak ada Tidak ada Dikhawatirkan
Kesehatan hambatan hambatan Para remaja
Reproduksi, yang berarti yang berarti tidak
Vaksinasi menyerap
Booster dan informasi
Posyandu secara
Remaja maksimal
8 Kegiatan Tidak ada Tidak ada Dikhawatirkan
Kampanye hambatan hambatan Orang tua tidak
Gerakan yang berarti yang berarti menyerap
Cegah informasi
Stunting secara
maksimal
9 Kegiatan Tidak ada Tidak ada Dikhawatirkan
Pemberian hambatan hambatan Orang tua tidak
Edukasi yang berarti yang berarti menyerap
Mengenai informasi
PMT Ibu secara
Hamil dan maksimal
Balita
73
5.3.1 Ramah Tamah
Kegiatan ini harus direncanakan dengan lebih baik lagi dengan cara
berkoordinasi terlebih dahulu dengan perangkat Desa sehingga kegiatan ini dapat
berjalan dengan lebih baik.
5.3.2 Penyebaran Kuisioner
Mahasiswa menyiapkan alat pengukuran yang mencukupi dan dibawa
sebelum kegiatan PBL dimulai seperti timbangan badan agar waktu yang
dibutuhkan saat pengukuran kuesioner lebih diminimalisir.
5.3.3 Kunjungan ke Puskesmas Sungai Keli
Kegiatan ini harus direncanakan dengan lebih baik lagi dengan cara
berkoordinasi terlebih dahulu dengan pihak puskesmas sehingga kegiatan ini
dapat berjalan dengan lebih baik.
5.3.4 Pengenalan “Isi Piringku”
Ada beberapa mahasiswa PBL yang mengalihkan perhatian adik-adik
PAUD agar lebih kondusif dan tertarik mendengarkan materi yang disampaikan
oleh mahasiswa dengan pembawaan materi yang ceria.
5.3.5 Penyuluhan Safety Riding K3, CTPS dan PHBS
Ada beberapa mahasiswa PBL yang mengalihkan perhatian adik-adik SD
agar lebih kondusif dan tertarik mendengarkan materi yang disampaikan oleh
mahasiswa dengan pembawaan materi yang ceria.
5.3.6 Penyuluhan Pencegahan Stunting dan Sanitasi (PAUD Ananda)
Mempertimbangkan manajemen waktu yang baik untuk kegiatan sehingga
kegiatan dilaksanakan berdasarkan jadwal yang telah diputuskan sebelumnya.
5.3.7 Penyuluhan Kesehatan Reproduksi, Vaksinasi Booster dan Posyandu
Remaja
Kegiatan ini harus direncanakan lebih baik lagi, dengan cara menyiapkan
materi dan alat, sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar.
Mempertimbangkan manajemen waktu yang baik untuk kegiatan sehingga
kegiatan dilaksanakan berdasarkan jadwal yang telah diputuskan sebelumnya.
5.3.8 Kegiatan Kampanye Gerakan Cegah Stunting
Mempertimbangkan manajemen waktu yang baik untuk kegiatan sehingga
kegiatan dilaksanakan berdasarkan jadwal yang telah diputuskan sebelumnya.
74
5.3.9 Kegiatan Pemberian Edukasi Mengenai PMT Ibu Hamil dan Balita
Kegiatan ini harus direncanakan lebih baik lagi, dengan cara menyiapkan
materi dan alat, sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar.
Mempertimbangkan manajemen waktu yang baik untuk kegiatan sehingga
kegiatan dilaksanakan berdasarkan jadwal yang telah diputuskan sebelumnya.
75
BAB VI
PENYUSUNAN POLICY BRIEF
76
Pematang Bangsal sebagai berikut :
1. Pembentukan Komunitas Peduli Stunting (KPS)
Kerjasama antar bidan desa dan Puskesmas Sungai Keli dalam
pembentukan Komunitas Peduli Stunting (KPS) dengan pemberdayaan
masyarakat setempat untuk diberikan pemahaman dalam pencegahan
stunting dan mengontrol batita dan balita yang masuk katagori dalam
pengawasan. Komunitas ini memiliki kegiatan rutin bulanan berupa
pemantauan dan penyuluhan kepada orang tua yang akan memiliki anak,
seperti asi eksklusif, pola asuh, pemenuhan gizi seimbang, dan sanitasi
lingkungan.
2. Variasi dalam Pemberian Makanan Tambahan (PMT)
Kegiatan ini dilakukan guna menarik ibu dan bayi untuk
menambah nafsu makan anak dan wawasan bagi ibu dalam pemberian
makanan. Selain itu, dapat dilakukan kompetisi antar poskesdes dalam
variasi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang akan dijadikan
inovasi untuk pengetahuan dan variasi makanan bayi.
3. Pemberdayaan Remaja
Pemberdayaan ini dilakukan dengan kerjasama bidan desa dan
Puskesmas Sungai Keli untuk memberikan pemberdayaan remaja dengan
cara memberikan edukasi kemudian remaja akan menjadi role model
desa. Pemberdayaan ini dilakukan untuk mencegah pernikahan dini, seks
bebas, sanitasi buruk, dan penggunaan air yang tidak sehat, sehingga
dapat melakukan implementasi program kesehatan yang ada hingga
meningkatkan ekonomi kreatif masyarakat setempat.
6.1.3 Analisis Konteks
Dalam implementasi suatu kebijakan terdapat beberapa faktor yang akan
mempengaruhi terhadap perumusan kebijakan ini. Dari aspek budaya, terdapat
pengaruh dari warisan sosial yang dapat diturunkan dan menjadi suatu kebiasaan
masyarakat. Budaya mempengaruhi tindakan atas perilaku manusia, seperti pada
segi kesehatan masih banyak masyarakat yang cenderung berobat ke dukun
dibandingkan ke tenaga kesehatan. Salah satu konteks budaya ini menjadi salah
satu alasan untuk dirumuskannya pembentukan Komunitas Peduli Stunting (KPS).
77
Dari aspek sosial, tenaga kesehatan mempengaruhi kesejahteraan sosial yang
menuntut hak dan kewajiban dari segi kesehatan masyarakat. Aspek sosial akan
menjadi pengaruh dalam bentuk pengabdian yang akan dilakukan untuk
memberdayakan remaja dan masyarakat untuk pencegahan stunting. Dari aspek
ekonomi, akan mempengaruhi untuk pembiayaan setiap kegiatan yang akan
dilakukan. Kegiatan ini diperlukan penyusunan anggaran yang jelas dan
kerjasama antar lintas sektor, seperti puskesmas, kades, dinas kesehatan, dan
bidan desa untuk penyusunan dan implementasi dari anggaran yang perlu
disediakan untuk menunjang kebutuhan pelaksanaan rekomendasi program.
6.1.4 Analisis Proses
Dalam menganalisis sebuah kebijakan terdapat sejumlah proses atau yang
harus dilalui, antara lain :
1. Merumuskan masalah kebijakan
2. Rekomendasi aksi-aksi kebijakan
3. Pemantauan hasil kebijakan, dan
4. Evaluasi kinerja kebijakan.
Perumusan masalah kebijakan, terkait dengan informasi mengenai kondisi-
kondisi yang menimbulkan masalah kebijakan. Rekomendasi kebijakan,
mengharuskan analisis kebijakan menentukan alternatif yang terbaik dan
memutuskan alternatif kebijakan yang akan diambil. Selanjutnya, pemantauan
hasil kebijakan merupakan prosedur analisis kebijakan yang digunakan untuk
memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari kebijakan. Hasil kebijakan
dibedakan antara keluarga (output), dan dampak (impact). Dan terakhir evaluasi
kinerja kebijakan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan.
78
6.2 Hasil Policy Brief
79
Gambar 6. 2 Rekomendasi Kebijakan Policy Brief
80
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan pengalaman belajar lapangan yang dilakukan
di Desa Pematang Bangsal Kecamatan Pemulutan Selatan Kabupaten Ogan Ilir,
maka didapatkan bahwa :
1. Di Desa Pematang Bangsal terdapat 5 masalah utama yaitu angka kejadian
stunting, pernikahan dini, permasalahan sampah, permasalahan MCK, dan
belum mendapatkan vaksin booster. Setelah dilakukan analisis menggunakan
metode observasi, wawancara dan kuesioner maka yang menjadi prioritas
masalah terbesar di Desa Pematang Bangsal yaitu angka kejadian stunting.
2. Berdasarkan hasil pengukuran, wawancara dan observasi mengenai stunting
diketahui bahwa dari 40 responden, terdapat 2 balita responden (5%) berstatus
pendek (stunting).
3. Berdasarkan hasil pengukuran, wawancara dan observasi mengenai pernikahan
dini diketahui bahwa dari 40 responden, terdapat 25% responden yang usia ibu
saat menikah dibawah 19 tahun.
4. Berdasarkan hasil pengukuran, wawancara dan observasi mengenai
permasalahan penggunaan fasilitas MCK diketahui bahwa dari 40 responden,
terdapat 60% responden masih menggunakan sungai sebagai tempat MCK.
5. Berdasarkan hasil pengukuran, wawancara dan observasi mengenai
permasalahan sampah, masih banyaknya sampah yang berserakan di wilayah
desa tersebut dan masih banyaknya warga desa yang belum mendapatkan
vaksin booster.
7.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat sebaiknya ikut berperan aktif dalam kegiatan penyuluhan
yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan ataupun pemerintah desa.
b. Lebih peduli terhadap kesehatan anggota keluarga dan lingkungan.
81
c. Mencari informasi mengenai kesehatan baik itu mengenai gizi,
sanitasi, dan lain-lain.
82
DAFTAR PUSTAKA
83
Terhadap Kejadian. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 4(3), 665–
676. https://media.neliti.com/media/publications/137879-ID-hubungan-
kualitas-sanitasi-lingkungan-da.pdf
Silva, A. O. da, Diniz, P. R. B., Santos, M. E. P., Ritti-Dias, R. M., Farah, B. Q.,
Tassitano, R. M., & Oliveira, L. M. F. T. (2019). Health self-perception and
its association with physical activity and nutritional status in adolescents. In
Jornal de Pediatria (Vol. 95, Issue 4, pp. 458–465).
https://doi.org/10.1016/j.jped.2018.05.007
Sutandi, M. C. (2019). Penelitian Air Bersih di PT. Summit Plast Cikarang. Jurnal
Teknik Sipil, 8(2), 133–141. https://doi.org/10.28932/jts.v8i2.1363
Yadika, A. D. N., Berawi, K. N., & Nasution, S. H. (2019). The Influence of
Stunting on Cognitive Development and Learning Achievement. Jurnal
Majority, 8(2), 273–282.
Yamin. (2009). Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009. Orphanet
Journal of Rare Diseases, 21(1), 1–9.
Yudianti, Y., & Saeni, R. H. (2017). Pola Asuh Dengan Kejadian Stunting Pada
Balita Di Kabupaten Polewali Mandar. Jurnal Kesehatan Manarang, 2(1),
21. https://doi.org/10.33490/jkm.v2i1.9
84
LAMPIRAN
KODING KUISIONER :
Responden Yth,
Kami mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Saat
ini kami sedang melakukan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di
Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2022 dengan tema “Gerakan Mahasiswa Peduli
Stunting”. Kami akan menanyakan kepada anda mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan informasi terkait karakteristik desa dan sarana prasarana di tingkat desa.
Informasi ibu/bapak akan memberikan kontribusi untuk perbaikan dalam program
peningkatan kesehatan dan penanggulangan stunting di Indonesia. Bantuan dan
informasi yang anda berikan akan kami simpan dan jaga kerahasiaannya dan
hanya akan dipergunakan untuk kepentingan akademik saja.
INFORMED CONSENT
Nama
Jabatan di desa
Alamat
No. HP
....................................................., 2022
Keterangan :
Koding Kuesioner diisi dalam 2 angka
Kolom Kode Kecamatan
1
Kolom Kode Desa
2
Kolom Nomor
3 Responden
Instrumen 1
DATA KARAKTERISTIK DAN FASILITAS DESA
KEGIATAN PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN (PBL)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2022
Petunjuk pengisian: isilah data pada kuisioner ini dengan informasi yang
didapat dari kepala desa atau perangkat desa maupun data sekunder yang
tersedia di desa
A Nama Desa
1
A Kecamatan 1 Pemulutan Selatan
2 (lingkari salah satu jawaban) 2 Indralaya Utara
3 Indralaya
4 Tanjung Raja
A Luas Wilayah Desa
3 (tuliskan data dalam Km2)
A Batas-Batas Desa Sebelah utara
4 :
Sebelah barat
Sebelah timur
d. 15-39
tahun
e. 40-64
tahun
f. 64 tahun
ke atas
A Jumlah Fasilitas Pendidikan di Universitas/
1 Desa sekolah tinggi
0 SMA:
SMP:
SD:
TK:
TPA:
PAUD:
d. Puskesmas
e. Puskesmas Pembantu
f. Rumah Bersalin
j. Posyandu
k. Poliklinik/Balai
Pengobatan
l. Posbindu (Pos Binaan
Terpadu)
m. Apotek
n.
KODING KUISIONER :
Responden Yth,
Kami mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Saat
ini kami sedang melakukan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di
Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2022 dengan tema “Gerakan Mahasiswa Peduli
Stunting”. Kami akan menanyakan kepada anda mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan informasi terkait pelaksanaan Posyandu dan sasaran kegiatan Posyandu di
desa. Informasi ibu akan memberikan kontribusi untuk perbaikan dalam program
peningkatan kesehatan dan penanggulangan stunting di Indonesia. Bantuan dan
informasi yang anda berikan akan kami simpan dan jaga kerahasiaannya dan
hanya akan dipergunakan untuk kepentingan akademik saja.
INFORMED CONSENT
Nama
Jabatan di desa
Alamat
No. HP
....................................................., 2022
Keterangan :
Koding Kuesioner diisi dalam 2 angka
Kolom Kode Kecamatan
1
Kolom Kode Desa
2
Kolom Nomor
3 Responden
Instrumen 2
DATA KARAKTERISTIK DAN FASILITAS POSYANDU
KEGIATAN PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN (PBL)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2022
Petunjuk pengisian : isilah data pada kuisioner ini dengan informasi yang didapat dari bidan desa dan hasil observasi posyandu.
Informasi mengenai posyandu meliputi posyandu bayi/balita dan ibu hamil
FP. KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA DI POSYANDU (data disi untuk masing – masing posyandu)
Petunjuk Pengisian :
Berikan kode
0 = tidak tersedia ; kondisi rusak
1 = tersedia ; kondisi baik
No. Sarana Prasarana Posyandu 1 Posyandu 2
Ketersediaan Kondisi Ketersediaan Kondisi
Dokumentas Dokumentas
Ad Tidak Jumlah Baik Rusak Ad Tidak Jumlah Baik Rusak
i i
a a
FP1. Dacin
FP2. Timbangan Bayi
FP3. Timbangan Injak
FP4. Microtoise
FP5. Tikar Stunting
FP6. Pita LiLA
Posyandu 1 Posyandu 2
Ketersediaan Kondisi Ketersediaan Kondisi
No. Sarana Prasarana Dokumentas Dokumentas
Ad Tidak Jumlah Baik Rusak Ad Tidak Jumlah Baik Rusak
i i
a a
FP7. Pengukur panjang
badan (Length
Board)
FP8. Leaflet/Lembar
Balik KIA
FP9. Food model
FP10 Lainnya,
sebutkan…
FP8. Leaflet/Lembar
Balik KIA
FP9. Food model
FP1 Lainnya,
0 sebutkan…
KODING KUISIONER :
Responden Yth,
Kami mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya. Saat
ini kami sedang melakukan kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) di
Kabupaten Ogan Ilir pada tahun 2022 dengan tema “Gerakan Mahasiswa Peduli
Stunting”. Kami akan menanyakan kepada anda mengenai hal-hal yang berkaitan
dengan informasi terkait aktivitas ibu/bapak sebagai kader Posyandu. Informasi
ibu/bapak akan memberikan kontribusi untuk perbaikan dalam program
peningkatan kesehatan dan penanggulangan stunting di Indonesia. Bantuan dan
informasi yang anda berikan akan kami simpan dan jaga kerahasiaannya dan
hanya akan dipergunakan untuk kepentingan akademik saja.
INFORMED CONSENT
Inisial
Asal Desa/Dusun
Nama Posyandu
Lama menjadi kader
Kehadiran dalam 5 bulan 0 = hadir < 5 kali dalam 5 bulan terakhir
terakhir (Sebutkan berapa kali…….)
1 = selalu hadir 5 bulan terakhir
No. HP
....................................................., 2022
Pengumpul Data Responden
_____________________________ ______________________________
(Nama terang dan Ttd) (Nama terang dan Ttd)
Keterangan :
Koding Kuesioner diisi dalam 2 angka
Kolom Kode Kecamatan
1
Kolom Kode Desa
2
Kolom Nomor
3 Responden
Instrumen 3
DATA KINERJA KADER POSYANDU
KEGIATAN PENGALAMAN BELAJAR LAPANGAN (PBL)
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2022
1. KARAKTERISTIK RESPONDEN
Petunjuk pengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan dan alternatif jawaban dengan cermat
2. Periksalah kembali semua pertanyaan, apakah telah diisi dengan benar
3. Kuesioner yang telah diisi lengkap mohon dicek kembali peneliti
AA. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Anak
2. Tanggal Lahir Anak dd-mm-yyyy
3. Usia …..bulan
1. Laki laki
4. Jenis Kelamin Anak
2 . Perempuan
5. Nama Pengasuh
(jika bukan diasuh orang tua
langsung)
1 Ibu 4 Kakek
6. Hubungan antara pengasuh
2 Ayah 5 Kakak Tertua
dan anak
3 Nenek 77 Lainnya
7. Usia ibu (sebutkan nama
…….. tahun
anaknya) saat ini
8. Usia ibu (sebutkan nama
…….. tahun
anaknya) saat menikah
9. Usia ibu (sebutkan nama
anaknya) saat melahirkan …….. tahun
anak pertama
10. Jumlah anak
11. Alamat Anak
12. No Telepon
Pengasuh/Wali
AB. DATA ORANGTUA & ANGGOTA KELUARGA YANG
TINGGAL SERUMAH
Hubungan Usia
Pendidi
Nama dengan (Tahun Pekerjaan
kan
Anak )
Paparan rokok
Diantara orang yang tinggal serumah, berapakah jumlah yang merokok?
0= Tidak ada
1= Ada,……….. 1 orang / 2 orang / lebih dari 2 orang
________________________
Dibandingkan dengan hari-hari lain, yang dimakan kemarin …………..
1. Lebih banyak
2. Sama saja
3. Lebih sedikit
Jika lebih banyak, apa yang lebih banyak?
Jika lebih sedikit, apa yang lebih sedikit? ___________________________
66 Tidak Relevan
AF1. Pemenuhan energi Kkal
AF2. Pemenuhan Karbohidrat Kkal
AF3. Pemenuhan Protein Kkal
AF4. Pemenuhan Lemak Kkal
AF5. Kategori tingkat kecukupan 1. Kurang (<80%)
2. Baik (80-100%)
3. Lebih (>100%)
66 NA
AG3. Jika minum dalam rentang 1 minggu yang lalu, tanyakan
......................
“Seberapa banyak anak minum?” ...............
*satuan tablet, sendok teh, sendok makan (lingkari unit yang sesuai) (isikan
angka)
66 NA ......................
...............
(isikan
angka)
Berapa lama setelah kelahiran, anak 1 Segera atau dalam satu jam
AH3
diletakkan di dada ibu? setelah
.
kelahiran
JANGAN BACAKAN PILIHAN 2 Dalam 24 jam
JAWABAN (GALI: kapan anak 3 Setelah satu hari
tersebut lahir?) 4 Tidak diletakkan di dada
88 Tidak tahu
99 Tidak ada jawaban
AH4 Pada usia berapa anak ibu diberikan 1 < 2 minggu
. makanan pertama kali selain ASI 2 2-4 minggu
3 < 4 bulan
4 4-6 bulan
5 < 6 bulan
6 ≥ 6 bulan
66 Tidak relevan (jika anak belum
makan)
88 Tidak tahu
99 Tidak ada jawaban
Apakah anak ibu kemarin dan hari 1 Ya
AH5
ini minum sesuatu dari botol dengan 2 Tidak
.
menggunakan dot? 88 Tidak tahu
99 Tidak ada jawaban
No Pertanyaan Jawaban
TM 1 : ….. Kali
Keterangan :
(Bulan ke 1 sampai ke 3 TM : Trimester
kehamilan)
Lengkap
TM 2 : ….. kali jika melakukan
pemeriksaan ≥ 4
(Bulan ke 4 sampai ke 6
kali dan
Tidak lengkap
jika melakukan
pemeriksaan < 4
kali atau tidak
memenuhi
pemeriksaan 1
kali pada TM 1, 1
kali pada TM 2, 2
kali pada
TM 3
No Pertanyaan Jawaban
No Pertanyaan Jawaban
CD1 Jenis imunisasi apa saja A. BCG [ ]
. yang sudah diterima oleh B. POLIO 1 [ ]
balita ibu? C. POLIO 2 [ ]
D. POLIO 3 [ ]
Kalau tersedia E. POLIO 4 [ ]
COCOKKAN dengan buku F. DPT 1 [ ]
KIA/KMS G. DPT 2 [ ]
H. DPT 3 [ ]
Keterangan bantu : I. CAMPAK [ ]
1. BCG (suntikan di lengan J. HEPATITIS 1 [ ]
atas dan biasanya K. HEPATITIS 2 [ ]
meninggalkan bekas L. HEPATITIS 3 [ ]
parut) M. Belum diberikan vaksin apapun
2. POLIO (vaksinasi yang N. Tidak ingat
diteteskan di mulut)
3. DPT (suntikan di paha,
biasanya menimbulkan
demam disuntik)
4. CAMPAK (suntikan di
lengan atas mencegah
campak)
5. HEPATITIS (suntikan
pada bagian luar paha)
CF. MORBIDITAS
Petunjuk pengisian : tuliskan kode 0 = tidak atau 1= ya pada setiap data
penyakit
No Pertanyaan Jawaban
CF1. Selama dua minggu terakhir,
apakah anak ibu mengalami gejala
dibawah ini?
1. Batuk [..........]
2. Pilek [..........]
3. sakit tenggorokan [..........]
4. demam [..........]
5. diare [..........]
Ket : (Frekuensi buang air besar > 3
kali per hari dan memiliki konsistensi
yang cair)
Dalam
CF2. satu tahun terakhir, apakah anak ibu
pernah dirawat inap di rumah [..........]
sakit/puskesmas?
CF3. Jika YA, apakah nama penyakitnya? ....................
66. Tidak relevan
3a. Berapa lama dirawat inap
..................Hari
66. Tidak relevan
Lampiran. 3 Output Hasil Perhitungan SPSS
Distribusi Frekuensi Kebiasaan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) pada Ibu
Kebiasaan CTPS Frekuensi Persentase (%)
Sebelum menyiapkan makanan untuk anak,
akan menyusui, menyuapi anak
Ya 37 92,5
Menggunakan sabun
Ya 31 77,5
Setelah buang air besar dan kecil
Ya 39 97,5
Menggunakan sabun
Ya 35 87,5
Setelah membuang sampah/uang/hewan
Ya 35 87,5
Menggunakan Sabun
Ya 32 80,0
Setelah mengganti popok/membersihkan
BAB/BAK anak
Ya 34 85,0
Menggunakan sabun
Ya 33 82,5
Setelah bersin/batuk
Ya 15 37,5
Menggunakan sabun
Ya 14 35,0
7. Sasaran yang 0 58 0 0 0
mendapatkan kapsul
vitamin A pada bulan
Februari
8. Sasaran yang 0 0 0 0 0
mendapatkan Tablet
Tambah Darah (TTD)
dalam 5 bulan terakhir
9. Sasaran yang 60 65 68 70 72
mendapatkan PMT
penyuluhan dalam 5
bulan terakhir
MEI JUNI
24 25 26 27 28 29 30 31 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1. Survei (Analisis
Situasi)
2. Ramah Tamah
(Bides,Camat,Warga
Desa)
3. Ramah Tamah
(RT,Kadus,Warga
Desa,dan kader
4. Perkenalan dan
Senam Bersama di
SDN 10 Pemulutan
Selatan
5. Penyebaran Kuisioner
dan Input Data
Kuisioner
6. Input,Kelola Data
Kuisioner,dan
persiapan hadiah
games untuk
penyuluhan ke paud
dan SD
7. Kunjungan Ke
Puskesmas Sungai
Keli
8. Pengenalan “isi
piringku” dan PHBS
(PAUD Permata
Bunda dan PAUD
Ananda)
9. Penyuluhan Safety
Riding K3,CTPS dan
PHBS (SDN 10
Pematang Bangsal)
10. Pengajian Bersama
ibu-ibu pengajian di
Masjid Pematang
Bangsal
11. Kegiatan bermain
sepak takraw Bersama
karang taruna
12. Kegiatan Supervisi
Se-kecamatan
Pemulutan Selatan
13. Kegiatan yasinan
Bersama warga desa
pematang bangsal
14. Menghadiri Acara
Nikahan warga desa
pematang bangsal
15. Supervisi dosen
pembimbing
16. Penyuluhan
pencegahan stunting
dan sanitasi
lingkungan (PAUD
Ananda)
17. Kegiatan bersama
Bersama warga desa
pematang bangsal
18. Bermain badminton
Bersama karang
taruna
19. Kegiatan senam
pagi,penyuluhan
tentang Kesehatan
reproduksi, vaksinasi
booster dan posyandu
remaja Desa
Pematang Bangsal
20. Kegiatan kampanye
Gerakan Cegah
Stunting bersama
Siswa beserta orang
tua di PAUD Permata
Bunda
21. Edukasi PMT kepada
kader Desa Pematang
Bangsal
22. Penyusunan Laporan
23. Farewell Party
Bersama perangkat
desa,karang taruna
dan warga Desa
Pematang Bangsal
24. Presentasi Hasil
Kegiatan
Lampiran. 4 Instrumen Kegiatan
Lampiran. 5 Dokumentasi Kegiatan
24 Mei 2022 25 Mei 2022
Hari Kedatangan ke Desa Pematang Ramah Tamah dengan Perangkat Desa
Bangsal