Tuton 1 Hukum Ketenagakerjaan
Tuton 1 Hukum Ketenagakerjaan
Tuton 1 Hukum Ketenagakerjaan
MATA KULIAH
HUKUM KETENAGAKERJAAN ADBI4336.75
Referensi :
Hardjoprajitno Purbadi, M. Badrun Saefulloh, Wahyuningsih Tiesnawati. (2020). Buku materi pokok Hukum
Ketenagakerjaan (2nd ed.). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
pemerintahan Presiden B.J. Habibie serta undang-undang pada zaman orde lama yang
digunakan kembali. Pemerintah juga meratifikasi beberapa konvensi dasar ILO termasuk di
dalamnya Konvensi Nomor 87 yang menjamin kebebasan berserikat bagi buruh. Adapun
produk hukumnya dimana pada pemerintahan Abdurrahman Wahid, mengesahkan:
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh, dan pada
Pemerintahan Megawati Soekarnoputri mengesahkan: 1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan; 2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial. 3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional.
2. Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), terjadi pertumbuhan jumlah tenaga kerja
perempuan dari 2018 ke 2019. Pada 2018, tercatat 47,95 juta orang perempuan yang bekerja.
Jumlahnya meningkat setahun setelahnya menjadi 48,75 juta orang. Begitu juga pekerja anak
di Indonesia mengalami peningkatan dalam kurun waktu tiga tahun. Data Badan Pusat
Statistik (BPS) menunjukkan, pada 2017 terdapat 1,2 juta pekerja anak di Indonesia dan
meningkat 0,4 juta atau menjadi sekitar 1,6 juta pada 2019. Namun meningkatnya jumlah
tenaga kerja tersebut tidak diimbangi dengan pengawasan yang baik sehingga sering terjadi
pelanggaran dalam pelaksanaan dalam mempekerjakan anak dan perempuan tersebut. Padahal
Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan mengamanatkan bahwa
setiap tenaga kerja baik laki-laki maupun perempuan dan juga pekerja anak di Indonesia
berhak untuk dilindungi dan mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pekerjaan.
a. Bagaimana bentuk perlindungan pekerja perempuan dan anak dalam Undang- Undang
Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ?
Jawaban :
Sebagaimana kita ketahui bahwa, Tenaga kerja merupakan seseorang yang
melakukan tindakan kerja kepada pemberi usaha dengan bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, dengan demikian segala sesuatunya harus diatur dan difasilitasi
terkait ketenagakerjaan. Adapun tenaga kerja perempuan dan anak yang mana
harus dilakukan dan dibuatkan aturan khusus yang bertujuan melindungi
hak apabila perumpuan dan anak akan dipekerjakan sebagai buruh di suatu
perusahaan, Dalam kegiatan Ketenagakerjaan banyak terdapat aspek yang
saling berkaitan di dalamnya, terdapat serangkaian aturan untuk mengatur
dan mewadai adanya tenaga kerja perempuan dan anak, dalam hal ini dapat
kita lihat pada peraturan yang mengatur yakni terdapat pada Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, semua hal terkait
tenaga kerja termuat dalam Undang-Undang tersebut. Dengan adanya peraturan
ini masih didapati oknum perusahaan yang melakukan tindakan melanggar hukum, yang
mana sering kita dapati di media masa yang memberi gamabaran aturan-aturan apa yang
sering diklakukan oleh perusahaan dalam pengaturan Ketenagakerjaan.
Referensi :
Hardjoprajitno Purbadi, M. Badrun Saefulloh, Wahyuningsih Tiesnawati. (2020). Buku materi pokok Hukum
Ketenagakerjaan (2nd ed.). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Bagi anak yang telah berumur antara 13 (tiga belas) tahun sampai dengan15 (lima
belas) tahun dapat melakukan pekerjaan ringan sepanjang tidak mengganggu
perkembangan dan kesehatan fisik, mental, dan sosial anak tersebut. Perusahaan
yang akan mempekerjakan anak dalam lingkup pekerjaan ringan, harus
memenuhi persyaratan yaitu izin tertulis dari orang tua atau wali; perjanjian kerja
antara pengusaha dengan orang tua atau wali; waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam;
dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah; keselamatan dan
kesehatan kerja; adanya hubungan kerja yang jelas; dan menerima upah sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
2) Pekerja anak yang bekerja di tempat kerja yang merupakan bagian dari
kurikulum pendidikan atau pelatihan yang disahkan oleh pejabat yang
berwenang.
Yang dapat bekerja di tempat kerja tersebut adalah anak yang berumur paling sedikit
empat belas (14) tahun. Namun, pengusaha yang bersangkutan harus
memiliki beberapa persyaratan bagi pekerja anak yang bekerja
ditempatnya, yaitu: diberi petunjuk yang jelas tentang cara pelaksanaan pekerjaan
serta bimbingan dan pengawasan dalam melaksanakan pekerjaan; dan diberi
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
Referensi :
Hardjoprajitno Purbadi, M. Badrun Saefulloh, Wahyuningsih Tiesnawati. (2020). Buku materi pokok Hukum
Ketenagakerjaan (2nd ed.). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Kewajiban untuk melindungi pekerja anak tidak hanya harus dilakukan
oleh pengusaha yang mempekerjakan anak, tetapi juga harus dilakukan oleh
Pemerintah. Pemerintah diwajibkan untuk melakukan upaya penanggulangan anak yang
bekerja di luar hubungan kerja. Tujuan dari upaya penanggulangan tersebut adalah untuk
menghapuskan atau mengurangi anak yang bekerja di luar hubungan kerja. Upaya
penanggulangan tersebut harus dilakukan secara terencana, terpadu, dan terkoordinasi
dengan instansi terkait. Contoh dari anak yang bekerja diluar hubungan kerja adalah anak
penyemir sepatu, anak penjual koran, dan masih banyak lagi pekerja anak lainnya.
Referensi :
Hardjoprajitno Purbadi, M. Badrun Saefulloh, Wahyuningsih Tiesnawati. (2020). Buku materi pokok Hukum
Ketenagakerjaan (2nd ed.). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
b. Bagaimana sanksi terhadap pelanggaran yang dilakukan dalam penerapan hukum
mempekerjakan perempuan dan anak di Indonesia ?
Jawaban :
Bagi pengusaha yang melanggar persyaratan-persyaratan ruang
lingkup pekerjaan ringan bagi pekerja anak, dapat dikenakan sanksi pidana penjara
paling singkat 1(satu) tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/atau denda paling sedikit
Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 400.000.000,- (empat ratus
juta rupiah).
3. Karyadi adalah karyawan Konveksi PT. LANCAR LURUS yang bekerja berdasarkan
Perjanjian Kerja selama 1 (satu) tahun sejak tahun 2018. Saat ini Karyadi masih bekerja di PT.
LANCAR LURUS dengan baik dan selalu mentaati peraturan yang berlaku di perusahaan
tersebut tanpa dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerja seperti awal masuk. Suatu hari
karena ingin memastikan status hubungan kerjanya, Karyadi menanyakan kepada Pimpinan
Perusahaan, namun hingga saat ini tidak ada jawaban.
a. Apakah hubungan kerja Karyadi dengan PT. LANCAR LURUS masih sah secara hukum ?
Jawaban :
Menurut saya hubungan kerja Karyadi dengan PT. LANCAR LURUS
masih SAH. Sebagaimana kita ketahui bahwa berdasarkan Pasal 51 ayat (1) UU
13/2003 dan pasal 2 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021
Referensi :
Hardjoprajitno Purbadi, M. Badrun Saefulloh, Wahyuningsih Tiesnawati. (2020). Buku materi pokok Hukum
Ketenagakerjaan (2nd ed.). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu
Istirahat, dan Pemutusan Hubungan Kerja (PP 35/2021) menyebut perjanjian
kerja dibuat secara tertulis atau lisan baik untuk perjanjian kerja waktu tertentu ataupun
waktu tidak tertentu. Meski demikian untuk perjanjian kerja waktu tidak tertentu (PKWTT)
yang dibuat secara lisan terdapat ketentuan wajib bagi pengusaha yakni untuk membuat
surat pengangkatan bagi pekerja/buruh yang bersangkutan (Pasal 63 ayat (1) UU
13/2003). Surat pengangkatan tersebut sekurang-kurangnya memuat keterangan Nama
dan alamat pekerja/buruh, Tanggal mulai bekerja, Jenis pekerjaan, dan Besarnya upah.
Sejak adanya perubahan dalam aturan yang menyebut perjanjian kerja dapat dibuat
secara tertulis atau lisan, memang tidak ada kewajiban pengusaha untuk memberikan
perjanjian kerja secara tertulis. Namun demi kepastian hukum akan ditaatinya perjanjian
kerja baik oleh pekerja maupun pengusaha, maka pekerja dapat mengingatkan dan
meminta perjanjian kerja dibuat secara tertulis. Harus dipahami kembali bahwa perjanjian
kerja adalah perjanjian yang memuat syarat syarat kerja, hak, dan kewajiban para pihak.
Artinya kepastian hukum bukan hanya kepentingan pekerja tetapi juga pengusaha.
b. Bagaimana status hubungan kerja antara Karyadi dengan PT. LANCAR LURUS ?
Jawaban :
Adapun Status hubungan kerja antara Karyadi dengan PT. LANCAR
LURUS yakni dapat dikatakan “SAH” apabila hal-hal yang diperjanjikan
dalam perjanjian kerja lisan tersebut telah disepakati oleh kedua belah pihak
(pekerja dan pengusaha).
Perjanjian Kerja yang terjadi secara lisan dikatakan “SAH”, selama
memenuhi syarat sahnya perikatan/perjanjian sebagai berikut: Pertama,
Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak. Kedua, Adanya Kemampuan atau
kecakapan melakukan perbuatan hukum; Ketiga, Adanya pekerjaan yang diperjanjikan;
dan Keempat Pekerjaan yang di perjanjian tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Referensi :
Hardjoprajitno Purbadi, M. Badrun Saefulloh, Wahyuningsih Tiesnawati. (2020). Buku materi pokok Hukum
Ketenagakerjaan (2nd ed.). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
4) PKWT bisa diberikan kepada karyawan kontrak yang sedang menjalani probation
sebelum diangkat menjadi karyawan tetap.
5) Upah karyawan berdasarkan dari jumlah kehadiran.
6) Jika karyawan sudah melewati masa probation 3 bulan, maka karyawan tersebut dapat
diangkat menjadi karyawan tetap sesuai dengan keputusan perusahaan dan berubah
menjadi PKWTT.
Dengan kata lain, karyawan dengan perjanjian kerja berstatus PKWT
disebut karyawan kontrak atau hanya sementara. Meski dalam praktiknya,
perjanjian kerja ini dapat diperpanjang atau diperbaharui. Namun, berdasarkan UU No.
13 Tahun 2003, perusahaan tidak bisa memberikan status PKWT pada
semua jenis pekerjaan. PKWT hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu
yang menurut jenis, sifat, dan kegiatannya akan selesai dalam waktu
tertentu.
Meski sekilas mirip, namun pada praktiknya PKWT dan PKWTT berbeda.
Perjanjian kerja waktu tidak tertentu diperuntukkan untuk karyawan tetap. Mengacu
pada Pasal 60 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, PKWTT hanya akan berakhir
apabila karyawan sudah memasuki masa pensiun, meninggal dunia atau
mengajukan resign. Sesuai dengan pengertian tersebut, PKWTT bersifat terus menerus
dan tidak dibatasi oleh waktu. Dengan kata lain, karyawan yang memiliki kesempatan
kerja PKWTT berstatus sebagai karyawan tetap. Perusahaan biasanya tidak menetapkan
status PKWTT secara langsung kepada karyawan baru. Pemerintah menetapkan bahwa,
perusahaan harus memberikan masa percobaan terlebih dahulu kepada karyawan baru
selama tiga bulan yang menggunakan perjanjian PKWT. Setelah masa percobaan tersebut
berakhir, karyawan baru tersebut diangkat menjadi karyawan tetap dan menggunakan surat
perjanjian PKWTT apabila karyawan dianggap telah memenuhi persyaratan. Sistem
kontrak PKWTT dapat diberlakukan secara lisan dengan klausul-klausul yang berlaku
yang tertera pada UU Ketenagakerjaan.
Berdasarkan Pasal 15 Kepmenakertrans No. 100 Tahun 2004, PKWT
dapat berubah menjadi PKWTT apabila:
1) PKWT yang tidak dibuat dalam Bahasa Indonesia dan huruf latin berubah menjadi
PKWTT sejak adanya hubungan kerja.
2) PKWT dibuat tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam jenis pekerjaan
yang dipersyaratkan, maka PKWT berubah menjadi PKWTT sejak adanya hubungan
kerja.
3) PKWT dilakukan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru dan
menyimpang dari ketentuan jangka waktu perpanjangan, maka PKWT berubah
menjadi PKWTT sejak dilakukan penyimpangan.
4) Pembaharuan PKWT tidak melalui masa tenggang waktu 30 hari setelah berakhirnya
perpanjangan PKWT dan tidak diperjanjikan lain, maka PKWT berubah menjadi
PKWTT sejak tidak terpenuhinya syarat PKWT tersebut.
5) Pengusaha yang mengakhiri hubungan kerja terhadap pekerja dengan hubungan kerja
PKWT sebagaimana dalam angka (1), (2), dan (4), maka hak- hak pekerja dan prosedur
penyelesaiannya dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan bagi
PKWTT.
Referensi :
Hardjoprajitno Purbadi, M. Badrun Saefulloh, Wahyuningsih Tiesnawati. (2020). Buku materi pokok Hukum
Ketenagakerjaan (2nd ed.). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.