0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
36 tayangan23 halaman

Bab Iv

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1/ 23

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Identitas pasien

Penelitian telah dilakukan Pemeriksaan CT Scan Abdomen

dengan kasus Tumor Intra Abdomen di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R.

Soeprapto Cepu Kab. Blora yang dilakukan pada 2 pasien CT Scan

Abdomen dengan hasil pengamatan sebagai berikut.

a. Pasien 1

Nama : Ny, BR

Umur : 60 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal pemeriksaan : 16 mei 2016

No RM : 0031569

Diagnosa : Tumor Intra Abdomen

Dokter pengirim : dr. B

b. Pasien 2

Nama : Nn, SN

Umur : 29 th

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal pemeriksaan : 28 mei 2016

No RM : 0031569

Diagnosa : Tumor Intra Abdomen

Dokter pengirim : dr. B


2. Teknik pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan kasus tumor intra

abdomen di RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora

Salah satu upaya untuk penegakan diagnosa tumor intra abdomen

di RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora yaitu dilakukan pemeriksaan

CT Scan abdomen dengan kontras, adapun tujuan dari pemeriksaan CT

Scan Abdomen ini adalah untuk melihat anatomi dan fisiologi dari

Abdomen serta melihat patologi sehingga dapat membantu menegakkan

diagnosa dan dapat membantu tindakan medis berikutnya.Hal ini sesuai

pernyataan responden sebagai berikut :

“Dengan modalitas MSCT abdomen mampu menampakkan massa


pada potongan axial, sagital, dan coronal.” (R3/radiografer)

“Untuk mengetahui asal tumor, sifat tumor dengan ada


tidaknyaenhancement, batas-batas yang tegat dengan organ-organ
sekitarnya ada tidaknya perlengketan.” (R4/Dokter spesialis
radiologi)

“Tujuannya yaitu untuk mempersiapkan tindakan medis selanjutnya


adalah tumor mau diangkat atau hanya akan dilakukan biopsi saja.”
(R5/dokter spesialis bedah).

Berdasarkan hasil observasi, prosedur pemeriksaan CT Scan

abdomen pada pasien 1 dan 2 di Instalasi radiologi RSUD Dr. R.

Soeprapto Cepu Kab Blora terdapat dua prosedur yaitu prosedur

administrasi dan prosedur penatalaksanaan pemeriksaan CT Scan

abdomen.

Pasien lebih dahulu datang ke Instalasi radiologi RSUD Dr. R.

Soeprapto Cepu Kab. Blora untuk menyerahkan surat rujukan dari dokter

pengirim untuk melakukan pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan

kasus Tumor Intra Abdomen. Setelah itu pasien didaftar dan diberi

penjelasan tentang persiapan pemeriksaan serta dijadwal hari


pemeriksaan hari selasa atau kamis karena pemeriksaan radiologi yang

mengunakan kontras di instalasi radilogi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu

Kab. Blora dikerjakan pada hari selasa dan kamis.

Pada hari selasa atau kamis pasien datang ke instalasi radiologi

untuk melakukan pemeriksaan CT Scan Abdomen yang sebelumnya

telah melakukan persiapan dan dengan kadar ureum dan creatinin dalam

batas normal yang masih bisa untuk dilakukan pemeriksaan CT Scan

Abomen dengan kontras.

Setelah prosedur administrasi selesai, kemudian dilaksanakan

pemeriksaan CT abdomen dengan prosedur sebagai berikut :

a. Persiapan pasien

Persiapan pasien yang dilakukan antara lain pasien puasa 6-8 jam

sebelum pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan dengan pernyataan

responden sebagai berikut:

“...“Persiapannya, dijadwal dulu. Untuk persiapan pasiennya,


pasien puasa 6-8 jam tujuannya agar ketika dilakukan penyuntikan
media kontras harapannya lambung kosong, misalnya ketika
pasien alergi mual, muntah supaya tidak terjadi aspirasi, pasien
untuk tahan kencing terutama ketika massa berada pada daerah
vesicca urinaria.”(Responden 1 / Radiografer)

Sebelum pemeriksaan pasien harus lebih dahulu periksa ke

laboratorium untuk mengetahui kadar ureum dan creatinin yang

digunakan untuk melihat fungsi ginjal. Hal ini sesuai dengan

pernyataan responden sebagai berikut:

“...jangan lupa sebelum pameriksaan di cek dahulu kadar ureum


dan creatini karena ini pemeriksaan dengan kontras”( Responden
1/ Radiografer)
Sebelum pemeriksaan, pasien mengisi informed consent

sebagai persetujuan pemeriksaan CT Scan Abdomen dengan

mengunakan media konras. Jika pasien diketahui alergi terhadap

obat-obatan dan makanan maka dilakukan skin test terlebih dahulu.

Apabila pasien menggunakan kateter, jangan lupa diklem. Pasien

dengan jenis kelamin wanita diminta untuk melepaskan semua

perhiasan yang dapat mengganggu gambaran. Pasien diberikan

pelatihan untuk melakukan instruksi aba-aba tarik nafas-keluarkan-

tahan nafas.

b. Persiapan alat dan bahan

Berdasarkan hasil observasi persiapan alat dan bahan dalam

pemeriksaan CT Scan abdomen adalah sebagai berikut :

1) Pesawat CT Scan dengan spesifikasi sebagai berikut :

a) Merk : GE CT Brivo 325

b) Type : 46-274891G1

c) No Seri : 105464B12

d) Tegangan tabung max : 140 kV

e) Kuat arus tabung max : 200 mAs


Gambar 12. Pesawat CT Scan 2 slices merk GE (RSUD Dr. R.
Soeprapto Cepu Kab Blora, 2019)

2) Operator console

Gambar 13. Operator console (RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab.


Blora, 2019)
3) Mesin pencetak radiograf merk Agfa

Gambar 14. Mesin pencetak radiograf merk Agfa (RSUD Dr. R.


Soeprapto Cepu Kab. Blora, 2019)
4) wing nedle atau abhocat

5) Spuit 50 ml

6) Alkohol steril

7) Gel

8) Plester

9) Media kontras iopamiro 50 ml

10) Baju pasien

11) Kateter dan klem

c. Proses pemeriksaan CT Scan abdomen pada kasus Tumor Intra

Abdomen Di RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora

1) Melakukan input data regitrasi pasien melalui menu new patien

kemudian klik abdomen rutin pada menu protocol selection


Gambar 15. Menu Registrasi Pasien (RSUD Dr. R. Soeprapto
Cepu Kab. Blora,2019)

2) Melakukan positioning pasien

Sebelum tindakan pemeriksaan CT Scan abdomen kontras

dilakukan, pasien minum kontras watersoluble 10 ml sebelum

pemeriksaan yang dicampur dengan 200 ml air diberi pemanis

(sirup).

a) Posisi pasien

Posisi pasien dalam keadaan head first supine pada

meja pemeriksaan dengan MSP tubuh pasien paralel dengan

lampu longitudinal. Midcoronal plane pasien memotong pada

pertengahan lampu horisontal dari gantry. Lengan pasien

harus berada diatas kepala. Untuk meminimalisir artefak dari

gerakan bisa digunakan bantalan dan straps. Bantalan

diletakkan dibawah lutut, selain untuk kenyamanan pasien


juga untuk meratakan punggung belakang sehingga bisa

menempel rata dengan meja pemeriksaan sehingga bisa

mengurangi pergerakan dari pasien. Untuk kenyamanan

pasien berikan bantal dan selimut agar pasien tidak merasa

kedinginan. Sebelum pemeriksaan instruksikan pasien untuk

mengikuti aba-aba selama pemeriksaan.

b) Scanogram

Setelah positioning siap berikutnya dilakukan

scanogram. Namun sebelumnya pastikan data pasien seperti

nama pasien, nomor rekam medis, nomor foto, jenis kelamin,

usia, berat badan, nama dokter pengirim, nama radiolog, kode

operator, dan jenis pemeriksaan. Setelah data selesai pilih

protokol yaitu Routine Abdomen Pelvis 5 mm Smart mA

dengan pasien orientasi feet first. Protokol yang sudah ready

kemudian klik confirm kemudian ikuti petunjuk komputer

kontrol dengan menekan tombol move to scan dan start scan.

Dari hasil scanogram, didapat scout dalam posisi AP.

Tabel 4. Parameter CT Scan abdomen dengan Kasus Tumor

Intra Abdomen di RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora.

No. Parameter Keterangan

1. kV 120

2. mA 100

3. Scan time 1.0 s

4. Thickness 5.0 mm
5. Collimation 1.5 x 16

6. Table pitch 1.06

7. Recon index 5.0 mm

8. FoV 360 mm

9. CTD/vol 16.0 mGy

10. Filter 32

11. Window width 400

12. Window length 40

c) Teknik pemasukan media kontras

Pemasukan media kontras pada pemeriksaan CT Scan

Abdomen dengan mengunakan kontras di Instalasi Radiologi

RSUD Dr, R. Soeprapto Cepu Kab. Blora dilakukan secara

bolus atau intra vena secara manual karena belum mempunyai

injektor power.hal tersebut sesuai pernyataan responden

sebagai berikut:

“Diberikan intra vena secara manual. Kalau di rawat inap


menggunakan three way infuse, sedangkan rawat jalan
menggunakan wing needle atau abhocat.”(Responden 2/
Radiografer)

Media kontras yang digunakan yaitu sebanyak 50 cc

yang dimasukan spuit 50 cc, pada saat penyuntika media

kontras berjalan maka salah satu petugas yang lain siap di

konsul CT Scan untuk mengatur parameter scanning sama

dengan parameter scanning prekontras. Pada saat


penyuntikan media kontras selesai, petugas yang

menginjeksikan media kontras segera meninggalkan ruang

pemeriksaan dan pada saat inilah petugas tersebut

memberikan kode agar petugas dibelakang meja kontrol

menekan start scan untuk siap melakukan scanning.

d) Proses pengambilan citra

Proses pengambilan citra menggunakan teknik helical.

Selanjutnya untuk proses rekonstruksi gambar untuk

direformat potongan sagital dan coronal post kontras dengan

menunggu dokter radiologi jika dari potongan axial sudah

dapat memberikan informasi diagnosa maka tidak perlu

potongan coronal dan sagital tetapi jika dari potongan axial

belum bisa memberikan informasi diagnosa yang jelas maka

akan dibuat potongan coronal dan sagital dengan aplikasi

reformat dan melakukan pengukuran volume tumor melalui

aplikasi measure dan hasil radiogarfi yang di cetak yaitu

potongan axial.Hal ini sesuai dengan pernyataan responden :

“Untuk akuisisi citra dengan teknik helical. Setelah itu,


melakukan rekonstruksi melalui aplikasi reformat yang
akan mendapatkan citra penampang axial, sagital dan
coronal . Ketika pemasukan media kontras sudah terlihat
kontras kemudian mencari citra dengan ukuran tumor
terbesar untuk dilakukan pengukuran volume tumor
dengan menggunakan aplikasi measure yaitu dengan
mengukur panjang x lebar. “(Responden 3/Radiografer)
e) Hasil radiograf pre dan post kontras CT Scan abdomen

Dengan Kasus Tumor Intra Abdomen di RSU Dr. R. Soeprapto

Cepu Kab Blora.

1 1 2

A B
3 3
Gambar 16.Hasil Potongan axial (A) pre kontras dan (B) post
kontras pada pasien 1(RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab.
Blora, 2019)

1 2 1 2

A 3 B 3
Gambar 17. Hasil potongan axial (A) pre kontras dan (B) post
kontras pada pasien 2 (RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab.
Blora, 2019)

Pada gambar 16 dan 17 tanda panah 1, merupakan

massa abdomen, nomer 2 menunjukan ala of ilium dan no 3

adalah sacral canal.


A B
Gambar 20. Hasil pengukuran volume dengan aplikasi
measure (A) post kontras pada pasien 1 dan (B) post kontras
pada pasien 2 (RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora, 2019)

f) Hasil pembacaan MSCT Abdomen dengan kasus Tumor Intra

Abdomen di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu

Kab. Blora

1. Pasien A

- Hepar: Ukuran dan densitas normal, tak tampak lesi

hypodensi / isodensi / hiperdensi, system abillier

intrahepatal dan extra hepatal tak prominent. Post

pemberian post kontras tak tampak penyangatan yang

patologis.

- Vesica Felea : ukuran dan densitas normal,lumen

hypodens, tak tampak batu maupun massa.

- Lien : Ukuran dan densitas normal , tak tampak lesi

hyperdens / isodens / hypodens, hilius lienalis tak


prominen. Post pemberian bahan kontras tak tampak

penyangatan yang patologis.

- Pancreas : Letak dan ukuran normal, ductus

pancreaticus tak melebar .post pemberian bahan

kontras tak tampak penyangatan yang patologis.

- Ren dextra : letak, ukuran dan densitas normal, tak

tampak lesi hyperdens / isodens / hypodens, SPC tak

melebar. poest pemberian bahan kontras SPC terisi

kontras.

- Ren sinistra : letak, ukuran dan densitas normal, tak

tampak lesi hyperdens / isodens / hypodens, SPC tak

melebar. poest pemberian bahan kontras SPC terisi

kontras.

- VU terisi kontras, dinding licin, tak tampak massa/ batu

- Rectum dan sigmoid: terisi marker air, peri rectal fat

baik, tak tampak massa.

- Tak tampak pembesaran lymphonodi paraaortici dan

parailiaci.

- Tampak lesi isodens inhomogen di dinding kiri bawah

dengan ukuran 67 X 47 mm post kontras tampak slight

enhancement, jaringan lemak disekitar baik.

- Kesan:

. - Lesi di dinding kiri bawah mengarah compleks

cyst.
- Tak tampak kelainan pada hepar, lien, VF,

pancreas, ren sinistra, dan VU.

2. Pasien B

- Hepar: Ukuran dan densitas normal, tak tampak lesi

hypodensi / isodensi / hiperdensi, sistema billier

intrahepatal dan extra hepatal tak prominent. Post

pemberian post kontras tak tampak penyangatan

yang patologis.

- Vesica Felea : ukuran dan densitas normal, lumen

hypodens, tak tampak batu maupun massa.

- Lien : Ukuran dan densitas normal , tak tampak lesi

hyperdens / isodens / hypodens, hilius lienalis tak

prominen. Post pemberian bahan kontras tak tampak

penyangatan yang patologis

.- Pancreas : Letak dan ukuran normal, ductus

pancreaticus tak melebar .post pemberian bahan

kontras tak tampak penyangatan yang patologis

- Ren dextra : letak, ukuran dan densitas normal, tak

tampak lesi hyperdens / isodens / hypodens, SPC tak

melebar. poest pemberian bahan kontras SPC terisi

kontras.

- Ren sinistra : letak, ukuran dan densitas normal, tak

tampak lesi hyperdens / isodens / hypodens, SPC tak


melebar. poest pemberian bahan kontras SPC terisi

kontras.

- VU terisi kontras, dinding licin, tak tampak massa/

batu.

- Rectum dan sigmoid: peri rectal fat baik, tak tampak

massa.

- Tak tampak pembesaran lymphonodi paraaortici dan

parailiaci.

- Tampak lesi cystic diabdomen bawah dengan bentuk

oval, dengan ukuran 123 X 87 mm tampak septa-

septa

- Kesan:

- Lesi cystic di abdomen bawah mengarah ovarial cyst

dextra

- Tak tampak kelainan pada hepar, lien, VF, pancreas,

ren dextra et sinistra, dan VU.

3. Alasan dilakukan pemberian kontras watersoluble dengan volume 50

ml intra vena pada pemeriksaan CT Scan abdomen di RSUD Dr. R.

Soeprapto Cepu Kab. Blora

Media kontras yang digunakan pada pemeriksaan CT Scan

abdomen di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora

yaitu media kontras water soluble mengandung iodine dengan merk

dagang iopamiro. Volume dan konsentrasi yang digunakan yaitu 50 ml

dan konsentrasi 300 mg l/ ml. media kontras kemudian disuntikkan intra

vena sebagaimana pernyataan responden :


“Karena dengan menggunakan kontras 50 ml melalui intra vena
secara manual sudah cukup menampakkan enhancement
massa.pada abdomen”. (R1/radiografer)

“Karena sudah dapat memperlihatkan enhancement ketika ada


tumor, tumor akan lebih menyerap kontras.”(R2/radiografer)

“ya karena sudah bisa memperjelas letak tumor dan besarnya


tumor.”(R3/radiografer)

“Organ yang dicurigai terlihat jelas. Kemudian batas-batas massa


atau tumornya jelas. Jadi, massa organ berasal dari mana,
batas-batasnya serta arah penyebarannya.” (R4/dokter speialis
radiologi)

Alasan pemberian kontras watersoluble dengan volume 50 ml intra

vena yaitu dengan pemberian kontras dengan volume 50 ml sudah dapat

memperlihatkan enhancement massa, memperjelas letak dan besarnya

tumor pada abdomen.

4. Alasan dilakukan pemasukan media kontras secara manual pada

teknik pemeriksaan MSCT Abdomen pada kasus tumor intra

abdomen di RSUD Dr.R. Soeprapto Cepu Kab. Blora

Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada

teknik pemeriksaan ST Scan abdomen dengan kasus tumor intra

abdomen di RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab Blora , Volume dan

konsentrasi media kontras yang digunakan yaitu 50 ml dan konsentrasi

300 mg I/ ml. media kontras kemudian disuntikan intra vena secara

manual karena belum mempunyai injector power. Media kontras

disuntikan intra vena melalui three way infus untuk pasien rawat inap dan

wing nedle untuk pasien rawat jalan dengan alasan belum memiliki

injektor otomatis dan efisiensi biaya serta sudah dapat menampakan

enhancement tumor tersebut , sesuai dengan pernyataan responden :

“... bisa terlihat kontras yang tinggi antara sel normal dengan sel
massa. Sel yang terdapat massa akan menyerap kontras lebih
banyak sehingga tampak enhance dan biaya lebih murah
dibanding mengunakan injector otomatis.”(R1/radiografer)

“untuk menekan biaya, spuilt 50 cc lebih murah di banding 2 buah


spuilt 25 cc.”(R2/radiografer)

“karena belum belum memiliki injector otomatis dan dengan


manual sudah bisa menampakkan enhancement tumor tersebut”
(R3/radiografer)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara mendalam maka penulis

akan membahas permasalahan tersebut yaitu:

1. Teknik pemeriksaan CT Scan abdomen dengan kasus tumor intra


abdomen di RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora

Ada beberapa perbedaan dan persamaan prosedur pemeriksaan CT

Scan Abdomen dengan kasus tumor intra abdomen yang dilaksanakan di

Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora dengan

prosedur pemeriksaan CT Scan abdomen secara teori dari Nesseth

(2000)

a. Persiapan pasien

Persiapan pasien pada pemeriksaan CT Scan Abdomen yang

dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab.

Blora sudah sesuai dengan teori yaitu pasien puasa 6-8 jam sebelum

pemeriksaan. Sebelum pemeriksaan Pasien harus periksa ke

laboratorium untuk mengetahui kadat ureum dan kadar kreatinin untuk

menilai fungsi ginjal yaitu nilai ureum dan kreatinin dalam batas

normal. Sebelum dilakukan pemeriksaan pasien dilakukan skin test

dan pengisian informed consent. Apabila pasien menggunakan


kateter, jangan lupa diklem. Pasien melepaskan semua perhiasan

yang dapat mengganggu gambaran. Pasien diberikan pelatihan untuk

melakukan instruksi aba-aba tarik nafas-keluarkan-tahan nafas.

Menurut nesseth (2000), salah satu persiapan pasien yang

penting dilakukan sebelum pemeriksaan CT Scan abdomen yaitu

Pemeriksaan laboratorium ureum dan creatinin untuk mengevaluasi

fungsi ginjal harus dilakukan sebelum pemeriksaan CT Scan

Abdomen dengan injeksi media kontras secara intra vena.

b. Posisi pasien

Menurut Nesseth (2000), posisi pasien pada pemeriksaan CT

Scan Abomen yaitu pasien dalam keadaan head first supine pada

meja pemeriksaan dengan Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pasien

pararel dengan kolimator. Lengan pasien berada di atas kepala.

Untuk mengurangi artefak karena gerakan tubuh pasien bisa

digunakan bantalan dan straps. Bantalan diletakkan di bawah lutut

untuk kenyamanan pasien dan juga untuk meratakan punggung

belakang sehingga bisa menempel rata pada meja pemeriksaan yang

dapat mengurangi pergerakan pasien.

Pengaturan posisi pasien pada pemeriksaan CT Scan Abdomen

di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora yaitu

posisi pasien dalam keadaan feet first supine pada meja pemeriksaan

dengan kedua tangan diatas kepala,posisi kaki dekat dengan gantry.

Mid Sagittal Plane (MSP) diatur sejajar dengan lampu indikator,batas

atas pada prosesus xypoideus dan mid coronal plain (MCP) diatur

sejajar lampu horizontal.


Dari posisi pasien pada pemeriksaan CT Scan Abdomen di

Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora yaitu

posisi feet first supine dengan tujuan untuk lebih mudah dalam

pemeriksaan yaitu dalam pemasukan media kontras secara manual.

Akan tetapi dengan posisi tersebut petugas tidak dapat memonitor

keadaan pasien karena posisi pasien membelakangi petugas di meja

konsul sedangkan posisi head first supine (Nesseth,2001), tubuh

pasien terlihat sehingga mudah untuk memonitor pasien dan akan

didapatkan hasil yang maksimal.

c. Protocol Scanning

Pelaksanaan protocol scanning di Instalasi Radiologi RSUD Dr.

R. Soeprapto Cepu Kab. Blora pada pemeriksaan CT Scan abdomen

yaitu topogram antero postero antero posterior yang mencakup

diagfragma sampai simphisis pubis ,FOV yang optimal dalam

menampakan gambar abdomen dan pembuatan irisan axial pre dan

post kontras. Hal tersebut sesuai teori nesseth,2001 dimana scanning

CT Scan abdomen dimulai dari diagfragma sampai simphisis pubis

dan FOV yang luas agar mencakup keseluruhan abdomen serta

mengunakan irisan 10-15 mm pada daerah normal dan 5-8 mm pada

daerah kelainan.

2. Alasan dilakukan pemberian kontras watersoluble dengan volume 50

ml intra vena pada pemeriksaan CT Scan Abdomen di Instalasi

Radiologi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora

Media kontras yang digunakan oleh kedua pasien pada pemeriksaan

CT Scan abdomen yaitu media kontras watersoluble mengandung iodine


dengan merk dagang iopamiro. Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien

minum kontras 10 ml yang dicampur dengan 200 ml air diberi pemanis

(sirup). Kemudian valume dan konsentrasi media kontras yang disuntikan

intra vena yaitu 50 ml dan konsentrasi 300 mg l/ml. alasan pemberian

media kontras tersebut yaitu sudah dapat memperlihatkan enhancement

massa, memperjelas letak dan besarnya tumor.

Menurut Bae (2010). Media kontras intravena tersedia dalam rentang

konsentrasi 240-370 mg iodine per milimeter. Media kontras dengan

konsentrasi iodine tinggi (350 mg iodine per milimeter dan lebih tinggi)

pada CT Scan akan menghasil arterial enhancement yang maksimal dan

meningkatkan hypervascular tumors..

Menurut pendapat penulis, pemberian kontras yang digunakan pada

pemeriksaan CT Scan abdomen pada kasus tumor intra abdomen

berbeda dengan literatur yang dikemukakan oleh Bae (2010). Di Instalasi

Radiologi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora, prosedur rutin

pemberian media kontras 50 ml dengan konsentrasi 300 mg iodine per

milimeter menggunakan teknik bolus atau injeksi manual sudah cukup

informatif dalam menampakkan adanya tumor atau massa. Pada pasien

Ny I tampak lesi inhomogen abdomen sinistra dengan ukuran 67 x 47

mm, pasien 2 tampak lesi hypodens dengan bentuk membulat ukuran 143

x 100 mm. pada kedua pasien tidak bisa dievaluasi aliran kontras sudah

memasuki fase arteri, vena maupun delay sebab media kontras

dimasukkan secara manual menggunakan three way infuse maupun wing

nedle.
Menurut Bae (2010), Media kontras intravena tersedia dalam rentang

konsentrasi 240-370 mg iodine per milimeter. Pemilihan konsetrasi media

kotras yang tepat bergantung pada beberapa faktor antara lain biaya.

Media kontras dengan konsentrasi iodine tinggi (350 mg iodine per

milimeter dan lebih tinggi) pada CT Scan akan menghasilkan arterial

enhancement yang maksimal dan meningkatkan hypervascular tumors.

Pemasukan media kontras dengan menggunakan injektor menjadi faktor

penting dalam menampakkan enhancement tumour.

Di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora,

prosedur rutin, kontras diberikan dengan konsentrasi 300 mg iodine per

militer. Konsentrasi kontras 300 mg iodine pe militer termasuk dalam

klasifikasi kontras dengan konsentrasi sedang. Walaupun dengan

konsentrasi 300 mg iodine per militer sudah cukup informatif dalam

menampakkan tumor, akan lebih baik pelayanan dapat ditingkatkan

dengan menambah konsentrasi media kontras. Selain dengan

pertimbangan teknik pemberian kontras secara manual, juga untuk

menghasilkan tingkatan enhancement yang baik. Kelebihan pemeriksaan

CT Scan Abdomen dengan kontras watersoluble menggunakan volume

50 ml yaitu sudah cukup informatif dalam memperlihatkan enhancement

massa, memperjelas letak dan besarnya tumor. Akan tetapi,

kekurangannya yaitu tidak dapat memperhatikan enhancement tumor

pada pasien dengan ukuran tubuh yang melebihi index massa tubuh ideal

sebab volume yang diberikan lebih sedikit terserap oleh tubuh pasien.

Sehingga, lebih baik pemberian volume kontras mempertimbangkan


ukuran tubuh dengan perhitungan 1 mg iodine per kilogram untuk

menghasilkan 96 HU hepatic enhancement (Bae, 2010).

3. Alasan dilakukan pemberian media kontras secara manual pada

teknik pemeriksaan CT Scan abdomen pada kasus tumor intra

abdomen di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab.

Blora

Berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan pada

teknik pemeriksaan CT Scan abdomen pada kasus tumor intra abdomen

di Instalasi Radiologi RSUD Dr. R. Soeprapto Cepu Kab. Blora, Volume

dan konsentrasi media kontras yang digunakan yaitu 50 ml dan

kosentrasi 300 mg l/ml. media kontras kemudian disuntikan intra vena

secara manual dengan alasan belum memiliki injektor power, efisiensi

biaya serta dengan pemasukan media kontras secara manual sudah

menampakan enhancement pada tumor tersebut. Citra yang dihasilkan

dengan pemasukan media kontras secara manual sudah mampu

memperlihatkan massa dengan tingkat enhancement berbeda sesuai

tingkat keganasan dari massa tersebut.

Menurut penulis , pemberian media kontras secara manual sudah

cukup dalam mendiagnosa adanya tumor dengan sudah cukup dalam

menampakan enhancement pada tumor tersebut. Salah satu kelemahan

dengan pemasukan media kontras secara manual yaitu tidak bisa

mengevaluasi vaskularisasi pada area abdomen sebab kontras langsung

memasuki pembuluh darah tanpa adanya pembagian waktu saat fase

arteri, vena dan delay. Menurut Hammerstingl (2005), early arterial phase

(20 s setelah injeksi awal) terdapat enhancement pada parenchyma


lesions maupun hypervasculer lesion. Pada late arterial phase atau portal

vein inflow phase, yang terjadi saat mendekati 30-35 s setelah injeksi,

neoplasma padat akan tampak enhanced maksimal sedangkan

parenchyma akan tampak enhanced minimal disebabkan sebagian besar

suplai portal venous. Oleh karena itu, fase ini merupakan fase optimal

dalam mendeteksi tumor primer hypervascular liver. Teknik pemasukan

kontras pada kedua pasien dilakukan menggunakan teknik bolus

bertujuan untuk mempermudah kontras memasuki pembuluh darah dan

memperlihatkan enhancement massa. Pada kedua pasien, informasi citra

dengan pemasukkan media kontras secara manual yaitu tidak bisa

dievaluasi aliran kontras sudah masuk fase arteri, fase vena maupun

vase delay karena media kontras secara manual tidak diketahui flow

ratenya. Menurut Hammerstingl (2005), pola enhancement

menggambarkan karakterisasi lesi focal liver seperti terisi homogen dan

pembuluh-pembuluh darah internal abnormal. Oleh karena itu, menurut

pendapat penulis, gambaran enhancement yang dihasilkan dengan

pemberian kontras manual kurang akurat dalam mengevaluasi tingkatan

keganasan tumor dibandingkan dengan menggunakan injektor otomatis

sehingga dengan demikian penulis menganjurkan adanya injektor

otomatis di instalasi radiologi RSUD dr. R. Soeprapto Cepu sehingga

dalam pemeriksaan CT Scan abdomen pengambilan fase-fase post

kontras lebih tepat waktunya dalam pengambilan scanningnya.

Anda mungkin juga menyukai