Bab 3 Pendekatan Dan Metodologi (Akhir) 2

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Laporan Akhir

Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

Bab 3
PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Rencana pendekatan dan metodologi pelaksanaan pekerjaan sangat diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan ini, agar dapat dicapai suatu hasil analisis yang cermat, teliti dan optimal. Rencana
pendekatan dan metode pelaksanaan ini disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja yang telah
ditetapkan oleh Pemberi Kerja.

3.1 PENDEKATAN UMUM

Untuk dapat melaksanakan suatu pekerjaan dengan baik, sebelumnya perlu dibuat pendekatan secara
umum agar dapat dilaksanakan secara sistematis dan praktis sehingga efisiensi kerja, tenaga dan
waktu dapat dicapai. Salah satu maksud pendekatan ini diantaranya adalah membuat pendekatan
rencana operasi pelaksanaan secara umum.

Setelah rencana operasi/pelaksanaan ini tersusun, selanjutnya dibuat suatu pendekatan teknis yang
memuat rencana operasi pelaksanaan pekerjaan, analisa kebutuhan personil, analisa kebutuhan
peralatan, dan fasilitas-fasilitas lainnya. Kemudian disusun program kerja yang meliputi rencana
pengerahan tenaga ahli dan rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan serta metodologi dan
pendekatan yang akan digunakan.

3.1.1 STANDAR DAN PERATURAN TEKNIS

Semua pekerjaan pengumpulan data, pengukuran, investigasi dan desain termasuk penyelesaian peta,
laporan, penggambaran dan lain-lain harus mengikuti Standar teknis yang digunakan dalam
perencanaan adalah sesuai dengan SKSNI yang terdapat dalam ”Daftar Standar Bidang Konstruksi
dan Bangunan” yang diterbitkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan
Umum. Setiap penyimpangan dari Kriteria tersebut supaya diuraikan secara jelas dalam suatu laporan,
untuk disampaikan dan didiskusikan dengan Pengguna Jasa.

3.1.2 SISTEMATIKA PELAKSANAAN PEKERJAAN

Dengan mengacu kepada syarat-syarat sesuai yang ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK),
metodologi pelaksanaan yang disusun terdiri dari rangkaian tahapan-tahapan kegiatan sebagai
berikut :

1. Kegiatan Persiapan

 Mempersiapkan data-data awal

 Membuat desain sementara dari data-data awal untuk dipakai sebagai panduan survey
pendahuluan di lapangan

1 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

 Mempersiapkan data-data jaringan irigasi, fungsi dan status jaringan irigasi yang akan
dilaksanakan surveynya

 Mempersiapkan peta-peta dasar berupa peta situasi jaringan irigasi yang akan di survey
dan data jaringan irigasi ya g di perlukan

 Menetapkan awal dan akhir rencana proyek pada peta

 Membuat estimasi panjang jaringan irigasi, dan bangunan pelengkap jaringan irigasi
lainnya yang mungkin akan terdapat pada rute jaringan irigasi tersebut.

 Melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait sehubungan dengan


pekerjaan ini.

 Mengumpulkan dan mempelajari laporan-laporan yang berkaitan dengan wilayah yang


dipengaruhi atau mempengaruhi jaringan irigasi yang akan direncanakan.

2. Kegiatan Survey Pendahuluan

 Studi literature

 Koordinasi dengan instansi terkait

 Diskusi perencanaan di lapangan

3. Kegiatan Survey Topografi

 Survey pengukuran baik menggunakan alat ukur maupun Global Posision Service (GPS)

2 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

4. Kegiatan Analisa/Perhitungan Data

 Pemasukan Data

 Analisa Data

 Design konstruksi jaringan irigasi

5. Penyusunan laporan

 Laporan gambar teknis

Penjabaran secara skematis mengenai sistematika pelaksanaan seluruh kegiatan disajikan pada Bagan
Alir Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan (gambar 3.1 dan 3.2), berikut ini.

3 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

Mulai

Kegiatan Pendahuluan

Diskusi

Penyusunan Draft
Laporan Pendahuluan

Tidak Perbaikan Laporan Pendahuluan


Diskusi

Setuju

Kegiatan Survey Tidak


Assistensi

Ya

Final Laporan Pendahuluan

Gambar 3. 1 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan (1)

4 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

Analisa Data

Penyusunan Laporan
Akhir Sementara

Tidak Perbaikan Laporan


Diskusi
Akhir Sementara

Setuju

Ya Tidak
Final Laporan Akhir
Assistensi

Selesai

Gambar 3. 2 Bagan Alir Pelaksanaan Pekerjaan (2)

5 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

3.2 METODOLOGI PELAKSANAAN

3.2.1 PEKERJAAN PERSIAPAN

a. Pengumpulan data sekunder

Untuk menunjang penyelesaian pekerjaan dengan baik sesuai dengan kerangka acuan kerja
(KAK) maka dilakukan pengumpulan data-data sekunder. Beberapa jenis data sekunder yang
dibutuhkan antara lain :

 Data Klimatologi, Hidrologi dan Hidrometri

 Data hasil studi terdahulu (bila ada)

 Peta-peta dan lain-lain.

b. Persiapan Survey

Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dan pencapaian dan penyelesaian setiap
tahapan kegiatan, konsultan akan dengan sungguh-sungguh mempersiapkan segala sesuatu
baik segi manajemen pengelolaan dan dari segi teknis. Pembuatan jadwal keterlibatan
personil sesuai dengan fungsi dan tanggung jawabnya. Dengan jumlah dan jadwal personil
tersebut mampu menyelesaikan tahapan pekerjaan dengan baik dan tepat waktu. Penyusunan
jadwal penggunaan peralatan harus disesuaikan dengan fungsi dan ketelitiannya. Dengan
jumlah dan jadwal peralatan tersebut akan menunjang kepada terselesaikannya pekerjaan
dengan baik dan tepat waktu. Persiapan yang dimaksud antara lain:

 Program kerja (jadwal kerja dan personel) meliputi penyiapan team pelaksana pekerjaan
secara definitif, termasuk pembekalan dan pembagian tugas dan tanggung jawab kepada
masing-masing anggota team

 Pembuatan peta kerja

 Melakukan pemeriksaan alat survey

 Menyiapkan perlengkapan alat survey dan lain-lain

6 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

c. Investigasi jaringan pengairan yang ada serta inventarisasi Bench Mark yang ada

Investigasi dilakukan untuk mendapatkan informasi atau data awal yang oleh konsultan akan
dijadikan sebagai pedoman dalam perencanaan pekerjaan selanjutnya. Setelah Tim Konsultan
melakukan peninjauan ke lapangan dan mengkaji secara seksama Kerangka Acuan Kerja
(Term of Reference) serta laporan atau data lain yang telah tersedia, maka Tim Konsultan
akan melakukan penentuan perencanaan awal serta membuat perencanan selanjutnya.

Adapun kegiatan yang harus dilakukan pada kegiatan orientasi lapangan ini adalah sebagai
berikut :

 Mengumpulkan dan mengkaji, menganalisa existing data sebelumnya.

 Pengenalan lapangan di daerah study.

 Analisa hasil survey lapangan.

 Pembuatan formulasi kerangka rencana

d. Pembuatan laporan pendahuluan

Laporan ini berisi antara lain tentang program kerja keseluruhan, peta titik pengamatan,
jadwal pelakasanaan, jadwal penugasan personil, peralatan yang digunakan, hasil pembahasan
studi terdahulu ( bila ada ) dan sebagainya seperti metode pengambilan data sekunder.
Laporan pendahuluan ini harus diserahkan kepada pembantu Pelaksanaan Teknis Kegiatan
Pembinaan Perencanaan Teknis dan Pengembangan SDA Bidang Sumber Daya Air Dinas
Provinsi Kalimantan Barat. Paling lambat dalam waktu satu bulan setelah penanda tanganan
kontrak untuk didiskusikan.

3.2.2 KEGIATAN SURVEY PENDAHULUAN

Yang termasuk kegiatan survey pendahuluan meliputi :

a) Studi literature

b) Koordinasi dengan instansi terkait

c) Diskusi rencana kegiatan di lapangan

7 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

3.2.3 KEGIATAN SURVEY TOPOGRAFI

Yang termasuk dalam kegiatan ini, adalah:

a) Pemetaan/ Pengukuran topografi (updating map)

Maksud dari pekerjaan ini adalah untuk mendapatkan data lapangan yang sebenarnya
(existing) yang akan disajikan dalam bentuk topografi (peta situasi) skala 1: 5.000.
Pengukuran situasi detail dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Pengamatan Azimuth Astronomis


2. Pemasangan Bench Mark (BM) dan Patok-patok Kayu
3. Pengukuran Poligon (Kontrol Horizontal).
4. Pengukuran Waterpass / Sipat Datar (Kontrol Vertikal).
5. Pengukuran Situasi Detail.
6. Perhitungan / Evaluasi Data Ukur
7. Penggambaran

Metodologi Pengukuran Topografi

Secara garis besar, Survey topografi yang dilakukan terdiri dari kegiatan sebagai berikut :

1. Orientasi Medan

Sebagai langkah awal setelah tim tiba di lapangan adalah melakukan orientasi medan yang
meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

 Melakukan delinasi luas areal irigasi dengan menggunakan hand GPS guna mengetahui
estimasi luas areal.
 Mengidentifikasi BM yang ada
 Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.
 Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar lokasi.
 Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan, perlengkapan,
material, serta logistik.
 Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara bersama-sama dengan
Pengawas Lapangan.

8 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

2. Pekerjaan Pengukuran

Pengukuran ini maksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek terhadap
koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran untuk pelaksanaan (stake
out) mudah dilakukan. Data koordinat dan ketinggian titik triangulasi diperoleh dari
jawatan Topografi angkatan darat (JANTOP-AD) atau dari BAKOSURTANAL. Referensi
ketinggian titik triangulasi adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan data koordinat
triangulasi berupa koordinat geografis lintang dan bujur dalam sistem koordinat UTM
(Universal Transverse Mercator) yang kemudian ditransformasi ke dalam sistem koordinat
Cartesian (x,y). Tidak tersedianya TTG disekitar lokasi kegiatan maka sesuai kesepakatan
Pada saat diskusi pendahuluan maka sebagai titik referensi dikunakan BM eksisting di
bangunan pengambilan (head work) dengan harga (X,W,Z) dadapat dari bacaan hand GPS.

Secara garis besar, pengukuran dan pemetaan situasi meliputi pemasangan patok beton BM
& CP, control horizontal dan vertical, pengukuran detail situasi daerah layanan (command
area). Survei teristris vertikal dan horisontal menggunakan Theodolite (T0) dan waterpass
(WP), sedangkan kerangka poligon dikarenakan luasan area yang dipetakan tidak terlalu
luas ( < 300 ha ) menggunakan theodolite (T0)

Semua data penting yang digunakan untuk menentukan koordinat Bench Mark diperoleh
dengan cara pengukuran langsung di lapangan.

 Semua alat ukur (Theodolit dan Waterpass) yang digunakan dalam keadaan baik dan
memenuhi syarat ketelitian yang diminta (dikalibrasi)
 Sebelum pekerjaan dimulai, konsultan menyerahkan program kerja yang berisi Jadual
waktu pelaksanaan pekerjaan, daftar personil, daftar peralatan dan rencana
keberangkatan untuk dibahas bersama denga Direksi Pelaksanaan pekerjaan
disesuaikan dengan jangka waktu yang tersedia.

Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik BM yang ada dilokasi (jika tidak dikat pada
deksrek bendung atau bangunan pengambilan terhadap salah satu titik pada kerangka dasar
horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan berada dalam satu sistem referensi
yang sama. Selanjutnya BM tersebut diberi harga dari bacaan hand GPS.

9 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek, selanjutnya
dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol horizontal maupun vertikal.
Pengukuran titik-titik kontrol (control survey) adalah pekerjaan pengukuran untuk
pemasangan patok-patok yang kelak akan digunakan sebagai titik-titik dasar dalam
berbagai macam pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh
hubungan posisi di antara titik-titik dasar disebut pengukuran titik-titik kontrol dan
hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran detail.

3. Pengukuran Poligon / Kerangka Dasar Horizontal (Kontrol Horizontal)

Pada pengukuran polygon utama maupun cabang semua BM yang dekat dengan jalur
pengukuran tersebut harus diukur.

Polygon cabang :

- Alat ukur yang dipakai boleh jenis T-0 atau yang sejenis.
- Pengamatan sudut horizontal dilakukan 1 (satu) seri.
- Jarak diukur dengan pita ukur baja dengan pergi pulang (2 kali bacaan jarak). Jika
kring polygon terlalu besar harus dibagi menjadi beberapa kring tertutup. Referensi
tinggi didapat dari bacaan GPS di BM referensi

Gambar 3. 3 Foto Pengukuran Kerangka Horisontal.

Azimuth awal diperoleh dengan pengukuran azimuth matahari. Pengukuran control


horizontal dilakukan dengan cara polygon, polygon tertutup atau polygon terbuka tetapi
diketahui koordinat titik awal dan akhir pengukuran, polygon melingkupi daerah yang
dipetakan. Usahakan sisi poligon sama panjangnya, polygon cabang terikat kepada polygon
utama dan titik referensi yang digunakan mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
Usahakan jalur polygon baik cabang atau utama melalui batas alam yang ada seperti jalan,
sungai, batas kampung dan lain-lain. Titik poligon lainnya selain Bench Mark adalah patok
kayu berukuran 5 cm x 7 cm x 60 cm. Patok ini dicat warna merah untuk memudahkan
identifikasi. Azimuth untuk kontrol maupun untuk sudut jurusan awal dicari dengan
pengamatan azimuth matahari. Pengamatan dilakukan setiap 2,5 km dan untuk target

10 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

pengamatan dipasang Control point (CP). Sudut diukur double seri dan digunakan
Theodolit T-1, perbedaan B dan LB lebih kecil dari 2” dan ketelitian sudut lebih kecil dari
10 √n dimana “n” adalah jumlah titik poligon. Jarak titik-titik poligon utama dan poligon
cabang didapat dari jarak datar Theodolit dan atau dengan memakai pita ukur baja / linon
dengan ketelitian linier poligon utama lebih kecil atau sama dengan 1 : 7.500 sedangkan
poligon cabang lebih kecil atau sama dengan 1 : 5.000.

Pada dasarnya ada beberapa macam cara untuk melakukan pengukuran titik kerangka dasar
horizontal, diantaranya yaitu melakukan pengukuran teristris dengan pengukuran poligon.
Pengukuran titik kontrol horizontal yang dilakukan dalam bentuk poligon, harus terikat
pada ujung-ujungnya. Dalam pengukuran poligon ada dua unsur penting yang perlu
diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan.

Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan dengan cara mengukur
jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran poligon ini, titik akhir
pengukuran berada pada titik awal pengukuran. Pengukuran sudut dilakukan dengan
pembacaan double seri, dimana besar sudut yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari
pembacaan tersebut. Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan
dikoreksikan terhadap azimut magnetis.

4. Pengukuran Waterpass / Kerangka Dasar Vertikal (Kontrol Vertikal)

Semua titik poligon diukur ketinggiannya (elevasinya), titik referensi awal untuk kontrol
vertikal diambil dari patok BM referensi yang telah mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan. Pengukuran kontrol vertikal dilakukan pergi pulang atau double stand denga
selisih beda tinggi antara stand – I dengan stand – II tidak boleh lebih dari 2 mm, alat yang
digunakan adalah alat ukur waterpass ( WP )) sebelum dan sesudah pengukuran alat ukur
diperiksa ketelitian garis bidiknya, jumlah jarak belakang diusahakan sama dengan jumlah
jarak muka dan jarak dari alat ke rambu tidak boleh lebih besar dari 60 m sedangkan jarak
terdekat dari alat ke rambu tidak boleh kurang dari 5 m. Ketelitian pengukuran waterpass
utama tidak boleh lebih dari 10 √D dan waterpass cabang tidak lebih 5 √D, dimana D
adalah jumlah jarak dalam satuan kilometer.

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar pada titik-titik
jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan
diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi dilakukan double stand dan pergi
pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah diikatkan
terhadap BM. Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan
melakukan pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM) seperti
yang digambarkan di bawah ini.

11 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1

Bidang Referensi

D
D

Gambar 3. 4 Pengukuran Waterpass.

Pengukuran waterpas mengikuti ketentuan sebagai berikut:

a. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.


b. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.
c. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang menjadi
rambu muka.
d. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap.
e. Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sanpai longgar. Sambungan rambu ukur
harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.
f. Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis bidiknya.
Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.
g. Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.
h. Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m.
i. Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah, benang atas
dan benang bawah.
j. Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB),
yaitu : 2 BT = BA + BB.
k. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.
l. Jarak rambu ke alat maksimum 50 m
m. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.
n. Toleransi salah penutup beda tinggi (T).
o. T = 10”  D mm dimana:
p. D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu kilo meter.

5. Deskripsi BM (Bench Mark) dan Patok Kayu

Bench Mark harus dibuat dari bahan campuran beton dengan ukuran 20 x 20 x 100 cm.
Bahan patok-patok kayu harus dipilih yang berkualitas baik, ukuran 5 x 7 x 60 cm.
Pemasangannya sedemikian dalam sehingga cukup kokoh atau tidak goyah selama periode
pelaksanaan berlangsung. Jarak antara dua patok untuk polygon dan waterpass adalah 200
m. Bench Mark dipasang ditempat yang aman dari gangguan manusia atau binatang. Setiap

12 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

BM dibuat deskripsinya dan diberi nomor unit yang teratur. Ukuran BM & CP, ukuran
marmer tertentu dan dicat warna biru, diatasnya dipasang baut dengan diameter 1,50 cm
(untuk BM) dan 1,00 cm (untuk CP). Seluruh Bench Mark (BM) dan Control Point (CP)
dibuat diskripsinya dengan dilengkapi : koordinat (X,Y), elevasi (Z), foto BM dan CP,
lokasi BM dan CP dan keterangan penempatannya. Semua Bench Mark (BM) dan Control
Point (CP) serta patok poligon ditunjukkan pada peta situasi yang berskala 1: 2.000, 1:
1.000, 1: 500. Nama Bench Mark (BM) dan Control Point (CP) serta elevasinya
dicantumkan dengan jelas, elevasi tanah ditunjukkan sebagai pusat ketinggian. Untuk hal
patok poligon, hanya nama nomor dan elevasi tanah asli yang dicantumkan.

Bentuk, ukuran dan konstruksi Bench Mark dan patok kayu seperti yang dijelaskan di atas.
Bench Mark besar dipasang seperti berikut:

 BM harus dipasang pada jalur poligon utama atau cabang. Patok beton tersebut harus
ditanam ke dalam tanah sepanjang kurang lebih 50 cm (yang kelihatan di atas tanah
kurang lebih 20 cm) ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah dicari.
Pembuatan tulangan dan cetakan BM dilakukan di Base Camp. Pengecoran BM
dilakukan dilokasi pemasangan. Pembuatan skets lokasi BM untuk deskripsi.
Pemotretan BM dalam posisi "Close Up", untuk lembar deskripsi BM.
 Baik patok beton maupun patok-patok polygon diberi tanda benchmark (BM) dan
nomor urut, ditempatkan pada daerah yang lebih aman dan mudah pencariannya.
 Untuk memudahkan pencarian patok sebaiknya pada pohon-pohon disekitar patok
diberi cat atau pita atau tanda-tanda tertentu.
 Untuk patok kayu harus dibuat dari bahan yang kuat dengan ukuran (3 x 5 x 50) cm 3
ditanam sedalam 30 cm, dicat merah dan dipasang paku di atasnya serta diberi kode
dan nomor yang teratur.

Pen kuningan
Ø6 cm

Pelat m arm er 12 x 12 Pipa pralon PVC Ø6 cm


20

25

Nom or titik

Tulangan tiang Ø10


Dicor beton
Sengkang Ø5-15
10
100

65

Dicor beton
75
20

Beton 1:2:3
15

10

20

Pasir dipadatkan
20

40

Benchmark Control Point

Gambar 3. 5 Konstruksi BM dan CP.

13 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

6. Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 100 meter. Tingkat ketelitian
hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat tergantung kepada cara
pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.

14 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

7. Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur sudut
pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung berdasarkan hasil
pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon. Penjelasan pengukuran sudut
jurusan sebagai berikut :

 = sudut mendatar

 = bacaan skala horisontal ke target kiri

 = bacaan skala horisontal ke target kanan

Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan luar biasa
(LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:

a. Jarak antara titik-titik poligon adalah  50 m.


b. Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.
c. Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.
d. Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).
e. Selisih sudut antara dua pembacaan  5” (lima detik).
f. Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut.

f x
2
 fy
2

KI   1 : 5.000
d
g. Bentuk geometris poligon adalah loop.

AB
 B

AC

A
C

Gambar 3. 6 Pengukuran Sudut Antar Dua Patok.

15 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

8. Pengamatan Azimuth Astronomis

Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:

a. Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada sudut-sudut


terukur dalam jaringan poligon.
b. Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat satu
dengan yang lainnya.
c. Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran yang
bersifat lokal/koordinat lokal.

Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:

a. Alat ukur yang digunakan Theodolite T2


b. Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)
c. Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)

Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada gambar dibawah ini maka
Azimuth Target (T) adalah:

T = M +  atau T = M + ( T - M )

di mana :

T = azimuth ke target

M = azimuth pusat matahari

(T) = bacaan jurusan mendatar ke target

(M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari

 = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target

U (Geografi)
Matahari

M T

Target
A

Gambar 3. 7 Pengamatan Azimuth Astronomis.

9. Pengukuran Situasi

Situasi diukur berdasarkan jaringan kerangka horizontal dan vertikal yang telah dipasang,
dengan melakukan pengukuran keliling serta pengukuran didalam daerah survey. Bila perlu

16 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

jalur poligon dapat ditarik lagi dan kerangka utama dan cabang untuk mengisi detail
planimetris berikut spot height yang cukup (untuk pengukuran situasi pantai dan muara),
sehingga diperoleh penggambaran kontur yang lebih menghasilkan informasi ketinggian
yang memadai. Titik-titik spot height terlihat tidak lebih dari interval 5 cm pada peta skala
1 : 5000. Interval ini ekivalen dengan jarak 25 m tiap penambahan satu titik spot height
atau 10 - 15 titik spot height untuk tiap 1 hektar diatas tanah.

Beberapa titik spot height bervariasi tergantung kepada kecuraman dan ketidak teraturan
terrain. Kerapatan titik-titk spot height yang dibutuhkan dalam daerah pengukuran tidak
hanya daerah sungai, muara dan pantai tetapi juga tambak, kampung, kebun, jalan setapak
dan lain- lain.

Pengukuran situasi dilakukan dengan metode Tachimetry menggunakan Theodolit (Wild -


1.0) atau yang sejenis. Jarak dan alat ke rambu tidak boleh lebih dari 60 meter. Untuk
penggambaran kontur dibuat apa adanya tetapi teliti, dan bagian luar daerah sungai kontur
diplot hanya berdasarkan titik-titik spot height, efek artistik tidak diperlukan. Pemberian
angka kontur jelas terlihat, dimana setiap interval kontur 1 m dan setiap kontur 1.00 m atau
5.00 m digambarkan lebih tebal. Interval garis kontur sebagai benikut :

Tabel 3. 1 Interval Garis Kontur

Kemiringan Tanah Interval Kontur

Kurang dari 2 % 0.25 m

2 % sampai 5 % 0.50 m

Lebih dari 5 % 1.00 m

17 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

Semua legenda lapangan ditampilkan, terutama:

a. Seluruh alur, drainase, sungai (dasar terendah dan lebar jelas terlihat).

b. Jalan-jalan desa dan jalan setapak.

c. Bloking petrak sawah, jaringan irigasi dan drainase, batas kampung, rumah-rumah,
jembatan dan saluran. Diameter atau dimensi berikut ketinggian lantai semua gorong-
gorong, jembatan, sekolah, mesjid dan kantor pemerintah dan lain-lain.

d. Daerah rawa.

e. Batas tata guna lahan (misalnya pohon bakau, belukar berupa rerumputan dan alang
alang, sawah, rawa, ladang, kampung, kebun, dan lain-lain).

g. Tiap detail topografi setempat (seperti misalnya tanggul curam, bukit kecil dan lain-
lain).

Pengukuran situasi di atas dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi
pengukuran. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu:

a. Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.


b. Ketelitian alat yang dipakai adalah 20”.
c. Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan Vorstraal.
d. Ketelitian poligon raai untuk sudut 20” n, dimana n = banyaknya titik sudut.
e. Ketelitian linier poligoon raai yaitu 1 : 1000.
f. Ketinggian titik detail diukur dengan toleransi 10 mm dengan interval kerapatan kontur
1 meter.
g. Pengukuran situasi diukur merata keseluruh daerah rencana pengukuran mencakup
batas penggunaan lahan, saluran alam dan atau buatan serta bangunan - bangunan yang
ada.
h. Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan
penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.
i. Sudut poligon raai dibaca satu seri.
j. Ketelitian tinggi poligon raai 10 cmD (D dalam km).

18 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

10. Ketelitian.
 Ketelitian horizontal minimal 90% titik yang mudah dikenal dilapangan, digambar
dengan toleransi kesalahan planimetris 0.8 mm pada skala peta
 Ketelitian Vertikal minimal 90% dari semula titik tinggi /garis kontur dipeta yang
mudah dikenal dilapangan, toleransi kesalahan adalah maksimum setengah interval
ganis kontur.
 Kontrol azimuth ditentukan atas pengamatan astronomi dengan ketelitian 20”.
 Jumlah polygon antara dua control azimuth maksimum 50 buah
 Koreksi sudut antara dua (2) control azimuth maksimum 20”
 Salah penutup koordinat maksimum 1 : 5.000 dari skala gambar.

11. Perhitungan Hasil Pengukuran

Hasil pengukuran yang didapatkan dari lapangan harus segera dihitung dengan demikian
bila terjadi kesalahan dapat dengan segera diadakan pengukuran ulang. Sebelum memulai
pengukuran koordinat, harus diadakan terlebih dahulu pengecekan-pengecekan hasil
ukuran misalnya syarat-syarat pengukuran polygon kring, ketelitian sudut yang diijinkan
dan lain-lain, sehingga sebelum memulai hitungan koordinat dan elevasi syarat-syarat
tersebut harus sudah terpenuhi.

12. Penggambaran
- Setelah perhitungan-perhitungan koordinat selesai, sambil menunggu hasil perhitungan
elevasi dan titik-titik detail, pengeplotan koordinat dengan system grafis tidak
diperbolehkan.
- Seperti pekerjaan-pekerjaan pengukuran; perhitungan; pekerjaan penggambaran ini
harus dipimpin oleh seorang koordinator yang berpengalaman, hal ini dimaksudkan
agar dapat terkoordinir dengan baik serta hasil survey yang maksimum dengan waktu
yang tepat.
- Ketentuan gambar sebagai berikut :
 Garis silang grid dibuat setiap 10 cm arah x dan arah y.
 Gambar konsep draft harus diperiksa terlebih dahulu kepada direksi sebelum
digambar final pada drafting ukuran 80/90 gram/m2.
 Semua BM baik yang lama maupun yang baru atau yang digunakan sebagai BM
referensi harus digambar pada peta lengkap dengan ketinggiannya.
 Pada tiap kelipatan 5 m, garis kontur dibuat tebal dan dilengkapi dengan
elevasinya.
 Setiap lembar gambar dilengkapi dengan arah orientasi, daftar legenda, nomor
urut dan jumlah lembar gambar serta titik referensi yang digunakan lengkap
dengan data x, y dan z nya.

19 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

b) Survey hidrologi

Pekerjaan ini dimaksudkan guna memperoleh data lapangan (primer dan sekunder) dari
kondisi hidrologi dan Hidrologi dan Hidrometri daerah survey melalui kegiatan - kegiatan:

1) Pengumpulan dan curah hujan (terbaru ) minimum selama 10 tahun terakhir dari
stasiun terdekat.

2) Pengumpulan data klimatologi lainnya (terbaru) minimum selama 5 tahun dari stasiun
terdekat.

3) Pengumpulan data / informasi banjir (tinggi, lamanya, perkiraan luas genangan dan
dampaknya).

4) Pengamatan karakteristik sungai (antara lain morfologi dan sedimentasi)

c) Survey tanah pertanian

Pekerjaan ini dimaksud guna mempelajari potensi, kemampuan serta kesesuaian lahan dalam
rangka upaya peningkatan usaha pertanian di daerah survey yang terdiri dari kegiatan
Inventarisasi sifat dam jenis tanah serta penyebaranya dengan melakukan pengamatan tanah
melalui pengambilan contoh tanah untuk dianalisa di laboratorium dengan kerapatan kurang
lebih 50 ha pertitik pengamatan.

20 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

d) Survey sosio-agro-ekonomi

1) Pengumpulan data demografi serta organisasi-organisasi atau perkumpulan-


perkumpulan masyarakat petani yang ada.

2) Inventarisasi kepemilikan dan status tanah.

3) Inventarisasi keadaan agro ekonomis seperti: jenis tanaman, produksi, pola tanam,
hama, penyakit dan lain-lain.

4) Penelitian tentang keadaan ekonomi masyarakat seperti luas dan pola usaha tani,
lapangan pekerjaan, pengeluaran, dan pendapatan petani, transportasi pemasaran dan
lain-lain.

e) Inventarisasi permasalahan lainnya, yang meliputi:

1). Stabilitas / masalah kelongsoran lereng dan tanggul banjir.

2). Stabilitas bangunan pintu air dan bangunan dan bangunan lengkap lainya (apabila
ada) antara lain: settlement, leakage, seepage dan kerusakan.

3). Banjir tahunan dan periode ulang yang lebih besar berupa tinggi dan lama genangan.

4). Kecepatan sedimentasi di saluran drainase alam.

3.2.4 KEGIATAN ANALISA/PERHITUNGAN DATA

o Analisa Topografi

o Analisa Hidrologi dan Water Balance

o Analisa Tanah Pertanian

o Analisa Sosio Agro Ekonomi

o Review pola tata tanam

o System Planning

21 PENDEKATAN DAN METODOLOGI


Laporan Akhir
Survey Investigasi dan Desain (SID) Wilayah II

3.2.5 KEGIATAN PELAPORAN

Sesuai dengan Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan, maka laporan pekerjaan yang harus di hasilkan terdiri
dari beberapa jenis laporan dengan perincian sebagai berikut:

1). Laporan Akhir (rangkap 3)

Laporan akhir berisi rangkuman dari seluruh kegiatan survey yang telah dilakukan
pengukuran dan pemetaan tata jaringan pengairan dan tata guna lahan besarta metode dan
hasil-hasil perhitungannya, perhitungan analisa ekonomi serta kesimpulan dan saran-saran
yang diusulkan pada temuan hambatan lapangan dan diskusi antara. Konsep laporan ini harus
didiskusikan terlebih dahulu sebelum dicetak sebagai laporan akhir.

2). Data Digital berupa Compact disk ( CD)

Penyedia jasa akan menyerahkan data digital berupa Compact Dist CD, yang memuat :
seluruh Laporan pekerjaan.

22 PENDEKATAN DAN METODOLOGI

Anda mungkin juga menyukai